hipofisasi
DESCRIPTION
praktikum fisiologi hewan IITRANSCRIPT
EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN
Oleh:
Nama : HasanNIM : B1J012204Rombongan : IVKelompok : 5Asisten : Riskawati
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dengan menggunakan
bantuan kelenjar hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang
pemijahan seperti gonadotropin. Pemijahan sistem hipofisasi ialah merangsang pemijahan
induk ikan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa. Terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi yaitu
intra muscular (disuntikkan di celah otot), intra cranial (disuntikkan ke otak), dan intra
peritonial (disuntikkan di bagian perut).
Kelenjar hipofisis merupakan koordinator utama dalam proses koordinasi kimia di dalam
tubuh. Oleh sebab itu, kelenjar hipofisis ini mendapat julukan "master of glands". Kelenjar
hipofisis ini merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak pada lekukan tulang sela
tursika di bagian tulang baji dan menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur
kegiatan kelenjar lainnya. kelenjar hipofisis terbagi menjadi 3 lobus (bagian), yaitu: lobus
anterior, lobus intermedia, dan lobus posterior.
a. Lobus anterior, merupakan bagian depan hipofisis. Bagian ini menghasilkan berbagai macam
hormon dengan fungsi yang berbeda. Beberapa hormon yang dihasilkan oleh lobus anterior,
antara lain:
1. hormon tirotropin (Thyroid Stimulating Hormone) yang bertugas untuk merangsang
kelenjar tiroid sehingga memproduksi hormon tiroksin.
2. hormon adrenokortiko tropin (ACTH) yang berfungsi merangsang korteks adrenal untuk
memproduksi kortikosteroid.
3. Folikel stimulating hormone yang pada wanita berperan dalam merangsang
perkembangan ovarium dan menekan sekresi esterogen. Sedangkan pada pria berperan
menstimulasi testis untuk memproduksi spermatozoa.
4. Hormon somatotrof, berguna dalam merangsang pertumbuhan tubuh terutama
pemanjangan tulang.
5. Prolaktin (luteotropic hormon) atau laktogen, yang berperan dalam menstimulasi
kelenjar susu (glandulla mamma) untuk mensekresi ASI.
b. Lobus Intermedia, merupakan bagian tengah dari kelenjar hipofisis yang bersifat unik karena
bagian ini akan mengalami kemunduran (rudimenter) selama masa pertumbuhan dan belum
secara jelas diketahui fungsinya. Penelitian yang dilakukan pada katak menemukan bahwa
bagian ini menghasilkan melanosit stimulating hormone atau intermedin yang berperan
dalam mengatur pigmentasi ( perubahan warna kulit ) dalam hal ini mengatur penyuburan
pigmen melanin.
c. Lobus Posterior, merupakan bagian belakang dari kelenjar hipofisis. Bagian ini menghasilkan
dua jenis hormon, yaitu:
1. Antidiuretik Hormone atau hormon vasopresin. Hormon ini berfungsi dalam mengatur
kadar air dalam tubuh dan darah melalui absorbsi air oleh tubulus kontorti (pada ginjal)
sehingga dapat mengatur banyak sedikitnya jumlah urine yang dihasilkan.Selain itu juga
ikut berperan dalam mengatur tekanan darah.
2. Hormon oksitosin yang berfungsi merangsang kontraksi otot polos pada dinding uterus.
Terutama penting dalam proses persalinan.
I.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah merangsang ikan untuk ovulasi dan memijah dengan induksi
kelenjar hipofisis.
II. MATERI DAN METODE
II.1 Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spuit volume 1 cc dan 5 cc, bantalan
karet busa berukuran 40 x 30 cm dilapisi plastik/talenan, gelas piala, ember plastik,
homogenizer, centrifuge, pisau besar dan kecil, dan bak pemijahan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan mas (Cyprinus carpio) matang kelamin dan ikan
nilem (Osteochilus hasselti).
II.2 Metode
1. Ikan dipotong bagian kepalanya didekat operculum
2. Kepala ikan dihadapkan keatas dan dipotong didekat nostril
3. Kelenjar hipofisis diambil menggunakan spatula
4. Kelenjar hipofisis kemudian dilumatkan dan ditambahkan dengan akuabides
5. Setelah homogen Kelenjar hipofisis disentrifuge 3000 rpm selama lima menit
6. Ikan respien disiapkan dan ditimbang
7. Setelah ditimbang ikan respien disuntik dengan ekstrak kelenjar hipofisis
8. Ikan yang sudah disuntik dimasukkan kedalam bak pemijahan
9. Ikan diamati setelah waktu yang ditentukan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Efek Hormonal pada Ovulasi dan Pemijahan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
No. Rasio Dosis Interpretasi
1 1 : 2 5 -
2 1 : 3 7,5 -
Keterangan
+ = berhasil memijah
- = tidak berhasil memijah
3.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 8 jam didapatkan hasil bahwa setelah
melakukan penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa pada ikan resipien dengan cara intramuscular
(melalui otot di bawah sirip punggung pada sisik ketiga), ternyata tidak terjadi pemijahan hal
tersebut dapat disebabkan oleh lingkungan yang tidak kondusif sehingga ikan mengalami stress
dan hormon yang ada tidak memberikan respon. Penyebab lain yaitu teknik penyuntikan yang
kurang sempurna sehingga menghambat proses ovulasi yang terjadi, sehingga juga
menghambat proses pemijahan. Menurut Kakufu (1983), cara pengambilan ikan resipien
jangan sampai terjadi luka atau hilangnya sisik, hal ini dapat menyebabkan ikan tidak dapat
memijah walaupun telah diberi suntikan kelenjar hipofisa. Menurut Djuhanda (1981), jika
keadaan suhu lingkungan yang disenangi tidak dijumpai, maka ikan tidak akan memijah. Kondisi
media yang kurang sesuai antara lain pH air, tekanan osmosis dan oksigen terlarut yang kurang
juga dapat mempengaruhi ikan tidak memijah.
Percobaan ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai ikan donor dan ikan
nilem (Osteochillus hasselti) sebagai resipien. Menurut Sumantadinata (1981) ikan donor
adalah ikan yang diambil kelenjar hipofisanya yang masih dalam satu jenis atau satu familia
dengan ikan resipien, sedangkan ikan resipien adalah ikan yang diinjeksi atau disuntik.
Perbandingan berat tubuh ikan donor dan ikan resipien adalah 1,5 : 1 yang artinya 1,5 kg berat
ikan donor untuk 1 kg berat ikan resipien. Perbandingan jumlah ikan resipien betina dan jantan
adalah 1 : 3, dimana untuk tiap ekor ikan jantan diperlukan 3 ekor ikan betina. Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pemijahan adalah 8 – 10 jam setelah menyuntikan (Fujaya, 2010).
Mekanisme pemijahan dimulai dari ekstrak kelenjar hipofisa yang disuntikkan akan
menimbulkan rangsangan pada hipotalamus. Rangsangan dibawa akson yang berakhir pada
penonjolan tengah di dasar ventral ketiga hipotalamus. Hormon FSH dan LH bekerja
merangsang perkembangan gonad dan merangsang ovulasi. FSH dan LH juga merangsang
perkembangan fungsi testis. FSH meningkatkan ukuran saluran semini ferus dan LH
merangsang sel intestinum dari testis untuk memproduksi hormon kelamin jantan (Ville et
al.,1988). Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing ikan jantan dan betina
mengeluarkan sperma dan ovum. Keduanya dapat dipicu dengan menggunakan teknik
hipofisasi. Keberhasilan ovulasi tergantung dari keberhasilan proses pematangan akhir oosit.
Oosit yang telah siap diovulasikan akan terjadi jika telah mendapat rangsangan hormon yang
sesuai. Rendahnya hormon gonadotropin yang masuk dalam darah dapat menyebabkan
kemampuan hormon gonadotropin untuk mengovulasikan telur sangat terbatas (Muhammad
et al., 2003). Teknik hipofisasi dilakukan untuk meningkatkan kadar hormon LH pada ikan yang
kadarnya tidak cukup menghasilkan kematangan gonad tingkat akhir dan ovulasi pada betina.
Ikan respien ini membutuhkan donor ikan yang harus dimatikan untuk memperoleh kelenjar
hipofisis. Sehingga salah satu kelemahan teknik hipofisasi adalah membutuhkan donor kelenjar
hipofisis dari ikan lain (Najmiyati, 2006)
Menurut Sumantadinata (1981), ikan betina matang kelamin dicirikan dengan perut yang
relatif membesar dan lunak bila diraba, serta dari lubang genital keluar cairan jernih
kekuningan, naluri gerakan lambat, postur tubuh gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan dan
lubang kelamin berbentuk bulat telur dan agak melebar serta agak membengkak. Ciri ikan
jantan yang sudah matang kelamin antara lain mudah mengeluarkan milt perutnya diurut,
naluri gerakan lincah, postur tubuh dan perut ramping warna tubuh kehijauan dan kadang
gelap, lubang kelamin agak menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.
Ada beberapa cara atau teknik pemijahan ikan mas yang bisa dilakukan yaitu pemijahan
alami (tradisional), pemijahan secara semi buatan (induce spawning) dan pemijahan buaan
(induce breeding). Pemijahan Kawin suntik atau semi buatan menurut Pickford (1957), induk
ikan respien jantan maupun betina disuntik dengan menggunakan hormon perangsang untuk
pematangan dan ovulasi sel telur. Induk ikan respien yang sudah disuntik kemudian dimasukan
kedalam bak atau wadah pemijahan dan dibiarkan memecah sendiri. Hormon perangsang
dapat berupa ovaprim, ekstra kelenjar hipofisa. Dosis hormon yang digunakan sekiar 0,2-0,3
ml/kg, tergantung tingkat kematangan gonat induk yang akan disuntik.
Sebagian besar ikan memerlukan jenis substrat tertentu sebagai sarang untuk tempat
pemijahan. Tempat pemijahan dapat berupa cekungan, batu-batuan, vegetasi, lumpur, sarang
busa. Keberhasilan proses pemijahan berhubungan erat dengan keberadaan substrat. Jika
substrat yang sesuai tidak ditemukan, maka proses pemijahan akan mengalami kegagalan atau
penundaan. Pemijahan ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal (eksogenous) dan internal
(endogenous). Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap pematangan gonad akhir dan
ovulasi oosit. Faktor internal yang mempengaruhi reproduksi yaitu pendorong dan penghambat
hormon gonadotropin, gonadotropin pra ovulasi dan respon ovarium terhadap GtH. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi pemijahan adalah photo periode, suhu, substrat untuk
pemijahan dan hubungan dengan individu lain. Sebagian besar ikan teleostei, adanya
perbedaan antara faktor eksternal dan internal akan mendorong ikan melakukan strategi
reproduksi tertentu. Fuktuasi kondisi lingkungan dapat mempengaruhi aktifitas neuroendokrin
dan endokrin. Sementara itu neuroendokrin dan endokrin berperan penting dalam merangsang
pematangan akhir oosit dirangsang (Fujaya, 2010).
Reproduksi ikan dilakukan secara eksternal. Ikan jantan dan betina akan saling mendekat
satu sama lain, kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera
mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini akan bercampur di dalam air. Cara
reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan seksual ikan antara lain spesies, ukuran dan
umur. Secara umum ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka hidup
relatif pendek, akan mencapai kematangan seksual lebih cepat dibandingkan ikan yang
mempunyai ukuran yang lebih besar (Pickford, 1957).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Hasil menunjukkan bahwa ikan yang telah disuntik dengan kelenjar hipofisa tidak
mengalami pemijahan.
2. Mekanisme pemijahan dengan teknik hipofisasi adalah ekstrak kelenjar hipofisa
memacu hipotalamus ikan yang telah masak kelamin untuk mengeluarkan hormon
gonadotropin dimana hormon gonadotropin berperan dalam pemijahan dan ovulasi.
DAFTAR REFERENSI
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.
Fujaya Y. 2010. Materi Kuliah Genetika dan Pemuliabiakan Ikan. Fakultas Ilmu kelautan dan perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Harris, G.W. 1948. Neural Control of The Pituitary Gland. The American Physiological Society. Vol.: 28.
Kakufu, T. dan Ikonwe, H. 1983. Hormon Injection for Artifical Spawning Modern Methods of Aquaculture. In Japan Konshasha Ltd, Japan.
Kay, I. 1998. Introduction of Animal Physiology. Bion Scientific Publisher Ltd, Canada.
Pickford , A. 1957. General Zoology Calude. The Mac Millan Publishing Company, New York.
Muhammad, H. Sanusi, dan I. Ambas. 2003. Pengaruh Donor dan Dosis Kelenjar Hipofisa terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch). J. Sains & Teknologi. Vol.3(3): 87-94.
Najmiyati, erma. Esti lisyasatuti dan Yanuarso Eddy Hedianto. 2006. Biopotensi Kelenjar Hipofisis Ikan Patin (Pangasius pangasius) Setelah Penyimpanan Kering Selama 0, 1, 2, 3 dan 4 Bulan. J.Tek.Ling. vol.7(3):311-316.
Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia. Sastra Budaya, Bogor.
Ville, C.A, W.D Wallon and F.E. Smith. 1988. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Veldhuis, Johannes D. Mark L. Carlsont, and Michael L. Johnson. 1987. The pituitary gland secretes in bursts: Appraising the nature of glandular secretory impulses by simultaneous multiple-parameter deconvolution of plasma hormone concentrations (hormone clearance/adenohypophysis). Proc. Natl. Acad. Sci. USA. Vol. 84, pp. 7686-7690.