hipertropi konka

35
1 BAB 1 PENDAHULUAN Sumbatan hidung merupakan gejala utama konka hipertropfi. 4 Konka inferior merupakan konka yang paling sering mengalami hal tersebut. 2 Hipertrofi konka inferior merupakan hasil dari hipertrofi mukosa, hipertrofi tulang, maupun keduanya. 3 Hipertrofi konka inferior, sering dihubungkan dengan alergen atau iritas lain di udara, maupun dengan penggunaan obat-obatan alergi itu sendiri. 2 Deviasi septum yang signifikan juga mempengaruhi terjadinya konka hipertrofi pada sisi kontralateral deviasi. 3 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, rinoskopi anterior dan nasoendoskopi. Hidung tersumbat merupakan keluhan umum. Membedakan etiologi penting agar pengobatan yang tepat dapat dimulai. 3 Lebih umumnya, masalah hipertrofi mukosa yang mendorong katup hidung, meningkatkan resitensi hidung, dan menyebabkan sumbatan hidung. Hal ini dapat dikelola secara obat-obatan atau operasi tergantung pada tingkat

Upload: anonymous-a2nxiq5

Post on 06-Dec-2015

454 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

THT

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertropi Konka

1

BAB 1PENDAHULUAN

Sumbatan hidung merupakan gejala utama konka hipertropfi. 4 Konka

inferior merupakan konka yang paling sering mengalami hal tersebut. 2 Hipertrofi

konka inferior merupakan hasil dari hipertrofi mukosa, hipertrofi tulang, maupun

keduanya. 3

Hipertrofi konka inferior, sering dihubungkan dengan alergen atau iritas

lain di udara, maupun dengan penggunaan obat-obatan alergi itu sendiri. 2 Deviasi

septum yang signifikan juga mempengaruhi terjadinya konka hipertrofi pada sisi

kontralateral deviasi. 3

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, rinoskopi anterior dan

nasoendoskopi. Hidung tersumbat merupakan keluhan umum. Membedakan

etiologi penting agar pengobatan yang tepat dapat dimulai. 3

Lebih umumnya, masalah hipertrofi mukosa yang mendorong katup

hidung, meningkatkan resitensi hidung, dan menyebabkan sumbatan hidung. Hal

ini dapat dikelola secara obat-obatan atau operasi tergantung pada tingkat

hipertrofi dan responsifitas terhadap manajemen medis. Hipertrofi tulang

menyebabkan obstruksi struktural tetap dan lebih baik diobati dengan operasi. 3

Page 2: Hipertropi Konka

2

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

The turbinates are structures on the side wall of the inside of the nose.

They project into the nasal passages as ridges of tissue. The inferior turbinates can

block nasal airflow when they are enlarged. The pictures below demonstrate how

the inferior turbinates can block airflow when they are enlarged and touch the

nasal septum. 1

Konka adalah struktur sisi dinding bagian dalam hidung. Konka

berfungsi sebagai jalan masuk ke saluran hidung sebagai jaringan yang menonjol.

Konka inferior dapat menutup aliran udara pada hidung jika konka membesar.

Gambar dibawah ini mencontohkan bagaimana konka inferior dapat menutup

aliran udara ketika konka tersebut membesar dan menyentuh septum. 1

Gambar 2.1 Inferior turbinate (Sumber: Horacio G, et al, 2014)

The turbinates are made of bone and soft tissue. Either the bone or the

soft tissue can become enlarged. In most patients, enlargement of the soft tissue

Page 3: Hipertropi Konka

3

part of the turbinate is the major problem when the turbinates become swollen.

When the turbinates are large, they are called hypertrophic turbinates. 1

Konka terdiri atas tulang dan soft tissue. Baik tulang maupun soft tissue

dapat membesar. Pada kebanyakan pasien, pembesaran soft tissue dari konka

merupakan masalah utama ketika konka membengkak. Ketika konka tersebut

besar, itulah yang disebut dengan hipertrofi konka. 1

2.2 Etiologi

Mink described the nasal valve in 1903. The nasal valve is formed

medially by the septum and laterally by the caudal edge of the upper lateral

cartilage and it accounts for approximately 50% of total upper airway resistance.

The anterior tip of the inferior turbinate is found in the nasal valve region, and

hypertrophy of this structure can cause exponential increases in airway

resistance.3

Mink menggambarkan katup hidung pada tahun 1903. Katup hidung

dibentuk oleh septum medial, dan lateral oleh tepi caudal tulang rawan lateralis

atas dan bagian ini menyumbang sekitar 50% dari total resistensi saluran napas

bagian atas. Ujung anterior konka inferior ditemukan di hidung wilayah katup,

dan hipertrofi struktur ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah resistensi

saluran napas. 3

Inferior turbinate hypertrophy can result from mucosal hypertrophy,

bony hypertrophy, or both. Bony hypertrophy causes a fixed structural obstruction

and is best treated with surgery. More commonly, the problem is mucosal

hypertrophy causing impingement on the nasal valve, increased nasal resistance,

Page 4: Hipertropi Konka

4

and nasal obstruction. This can be managed medically or surgically depending on

the degree of hypertrophy and responsiveness to medical management. 3

Hipertrofi konka inferior merupakan hasil dari hipertrofi mukosa,

hipertrofi tulang, maupun keduanya. Hipertrofi tulang menyebabkan obstruksi

struktural tetap dan lebih baik diobati dengan operasi. Lebih umumnya, masalah

hipertrofi mukosa menabrak katup hidung, meningkatkan resitensi hidung, dan

sumbatan hidung. Hal ini dapat dikelola secara obat-obatan atau operasi

tergantung pada tingkat hipertrofi dan responsifitas terhadap manajemen medis. 3

2.3 Patogenesis

Inferior turbinate hypertrophy, often related to allergens or other

irritants in the air, can sometimes be dramatically improved with medications or

allergy treatment alone. The nasal septum and the turbinates are normal structures

inside the nose. The nasal septum is the structure that divides your nasal passages

into the right and left sides. A deviated septum refers to a septum that is crooked.

The turbinates are near the septum, but there is usually space between the septum

and turbinates to allow air to pass through the nose. The turbinates can contribute

to nasal obstruction if they are too large. There are several different types of

turbinates in the nose. The ones that most commonly affect airflow are called the

inferior turbinates. The picture below shows the nasal septum and the inferior

turbinate on the left side of the nose. 2

Hipertrofi konka inferior, sering dihubungkan dengan alergen atau iritas

lain di udara, kadang-kadang dapat meningkat dramatis dengan penggunaan obat-

obatan maupun pengobatan alergi itu sendiri. Septum nasi dan konka merupakan

Page 5: Hipertropi Konka

5

struktur normal yang ada di dalam rongga hidung. Septum nasi itu sendiri

membagi saluran hidung menjadi bagian kanan dan kiri. Deviasi septum

menunjukkan septum yang bengkok. Konka berada didekat septum, tetapi

biasanya memiliki jarak antara septum dan konka sebagai tempat lewatnya udara

di hidung. Konka dapat berperan menyebabkan sumbatan hidung jika konka

tersebut terlalu besar. Ada beberapa konka di hidung. Salah satu diantaranya yang

paling sering mempengaruhi aliran udara tersebut adalah konka inferior. Gambar

di bawah ini menunjukkan spetum nasi dan konka inferior di sisi kiri hidung. 2

Gambar 2.2 Septum nasi dan konka inferior (Sumber: Horacio G, et al, 2014)

The nose is a complex and highly specialized organ that plays a role in

olfaction, heat exchange, speech production, respiration, humidification, filtration,

and antimicrobial defense. 3

Hidung adalah organ yang kompleks dan sangat khusus yang berperan

dalam penciuman, pertukaran panas, produksi kemampuan berbicara, respirasi,

humidifikasi, filtrasi, dan pertahanan antimikroba. 3

Mucus production is provided by goblet cells and submucosal and

seromucous glands. Mucus production is primarily controlled by parasympathetic

Page 6: Hipertropi Konka

6

innervation. The mucous blanket serves to humidify and clean the inspired air and

eliminate debris from the nasal airway. 3

Mucous diproduksi oleh sel goblet, submukosa dan kelenjar

seromucous. Produksi mucous terutama dikendalikan oleh persarafan

parasimpatis. Lapisan mucous berfungsi untuk melembabkan dan membersihkan

udara inspirasi dan menghilangkan kotoran dari saluran napas hidung. 3

Nasal obstruction may be produced by overactivity of the

parasympathetic innervation or underactivity of the sympathetic innervation.

Resistance is important in nasal function and turbulence optimizes inspiratory air

contact with the mucous membrane. Resistance must remain within certain limits

for the perception of normal breathing. If it is too high or too low, a sensation of

obstruction may occur. A cyclic alteration of constriction and dilation of the

inferior turbinates, known as the nasal cycle, occurs approximately every 2-7

hours. 3

Sumbatan hidung dapat disebabkan oleh aktitivitas yang berlebihan dari

persarafan parasimpatis atau kurang optimalnya aktivitas dari persarafan simpatis.

Resistance penting dalam fungsi hidung dan turbulensi mengoptimalkan kontak

udara inspirasi dengan membran mukosa. Resistance harus tetap dalam batas-

batas tertentu untuk persepsi pernapasan normal. Jika terlalu tinggi atau terlalu

rendah, perasaan obstruksi (tertutup) mungkin terjadi. Sebuah perubahan siklik

dari penyempitan dan pelebaran konka inferior, yang dikenal sebagai siklus

hidung, terjadi kira-kira setiap 2-7 jam. 3

Page 7: Hipertropi Konka

7

The nasal valve provides approximately 50% of total airway resistance.

The nasal valve is the region of the nasal airway extending from the caudal end of

the upper lateral cartilages and including the anterior end of the inferior turbinate.

As airflow enters this constricted segment, it accelerates and the pressure drops

(per Bernoulli principle), which can result in nasal valve collapse if the upper

lateral cartilages are anatomically weak. The erectile tissue of the nasal septum

and inferior turbinate can impinge on the nasal valve and increase resistance.

Because the cross-sectional area of the nasal valve is small, minor changes in

inferior turbinate congestion can have marked effects on resistance. A major

determinant of resistance to airflow is the radius of the nasal vault. However, even

in the presence of a normal radius, a sensation of obstruction can occur from

turbulent airflow. 3

Katup hidung menyebabkan sekitar 50% dari keseluruhan resistensi

saluran napas. Katup hidung adalah wilayah jalan napas hidung yang memanjang

mulai dari ujung ekor dari kartilago lateralis atas dan berakhir pada anterior konka

inferior. Dengan masuknya aliran udara pada segmen yang menyempit ini, hal ini

mempercepat dan menurunkan tekanan (per prinsip Bernoulli), yang dapat

menyebabkan katup hidung kolaps jika kartilago lateralis atas memiliki anatomi

lemah. Jaringan erectile dari septum hidung dan konka inferior dapat mengenai

katup hidung dan meningkatkan resistensi. Karena luas penampang dari katup

hidung kecil, perubahan kecil dalam kongesti konka inferior dapat menandai efek

pada resistensi. Sebuah penentu utama resistensi aliran udara adalah jari-jari

Page 8: Hipertropi Konka

8

kubah hidung. Meskipun demikian, bahkan dengan radius normal sekalipun,

sensasi obstruksi dapat terjadi dari aliran turbulen. 3

2.4 Gejala Klinis

Gejala utama konka hipertrofi adalah sumbatan hidung. Sekret hidung

biasanya banyak, kental dan mukopurulen. Sekret mukopurulen yang banyak

biasanya ditemukan di antara konka inferior dan septum, dan di dasar rongga

hidung. Beberapa penderita mengeluhkan sakit kepala, rasa berat di kepala, dan

gangguan penghidu. Pada stadium awal dari pemeriksaan tampak membran

mukosa membengkak dan merah kemudian terjadi konka hipertrofi.4

Symptoms of septal deviations/turbinate hypertrophy: 5

Congested or blocked nasal breathing

Breathing trouble at night and snoring

Chronic nosebleeds

Chronic sinus infections

Gejala dari septum deviasi/konka hipertrofi: 5

Kongesti hidung atau hidung tersumbat

Gangguan pernafasan pada malam hari disertai mendengkur

Mimisan kronis

Sinusitis kronis

2.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan klinis

sebagai berikut: 3

Page 9: Hipertropi Konka

9

2.6.1 Anamnesis

Nasal obstruction is a common complaint. Discerning the etiology is

important so that appropriate treatment can be initiated. History should address

any alteration or unilaterality of the obstruction, which may indicate a dynamic

versus structural problem. 3

Hidung tersumbat merupakan keluhan umum. Membedakan etiologi

penting agar pengobatan yang tepat dapat dimulai. Riwayat mengenai

perubahan apapun ataupun obstruksi yang unilateral, mungkin menunjukkan

masalah perubahan daripada masalah struktural. 3

Address symptoms of rhinitis. Obstruction, rhinorrhea, and sneezing

may occur with allergic and nonallergic rhinitis. Elicit systemic symptoms of

allergy such as watery itchy eyes, asthma, and seasonal variation. Initial

general examination should note "allergic shiners" or a facial appearance that

may indicate signs of chronic nasal obstruction. Vasomotor rhinitis is typically

exacerbated by irritants, temperature or humidity changes, or psychological

factors. Nonallergic eosinophilic rhinitis is generally perennial without

allergen-induced symptoms. Atrophic rhinitis is characterized by nasal dryness

and crusting, frequently with a foul odor. Rhinitis can also be associated with

pregnancy and with systemic disorders such as hypothyroidism. 3

Gejala rhinitis. Sumbatan, rhinorrhea, dan bersin dapat terjadi pada

rhinitis alergi dan rhinitis nonallergi. Gejala sistemik yag didapatkan pada

alergi yakni seperti mata gatal berair, asma, dan variasi musiman. Pemeriksaan

umum awal harus mencatat "allergic shiners" atau penampilan wajah yang

Page 10: Hipertropi Konka

10

mungkin menunjukkan tanda-tanda obstruksi hidung kronis. Rhinitis

vasomotor jenis rhinitis yang gejalanya diperburuk oleh iritasi, suhu atau

perubahan kelembaban, atau faktor psikologis. Nonallergic eosinophilic

rhinitis umumnya tahunan tanpa alergen yang menginduksi gejala. Rhinitis

atrofi ditandai dengan hidung yang kering dan krusta, sering dengan bau busuk.

Rhinitis juga dapat dikaitkan dengan kehamilan dan dengan gangguan sistemik

seperti hipotiroidisme. 3

Medications can also cause rhinitis and nasal obstruction. Rhinitis

medicamentosa results from rebound vasodilation after prolonged use of

topical nasal decongestants. Typically the patient begins using the topical agent

to treat an underlying disorder causing the nasal obstruction. Other medications

causing increased nasal congestion include certain antihypertensives,

antidepressants, antipsychotics, and oral contraceptives. 3

Obat juga dapat menyebabkan rhinitis dan sumbatan hidung. Rhinitis

medikamentosa merupakan hasil dari rebound vasodilatasi setelah penggunaan

jangka panjang dari dekongestan hidung topikal. Biasanya pasien

menggunakan agen topikal untuk mengobati gangguan yang mendasarinya

menyebabkan sumbatan hidung. Obat lain yang dapat menyebabkan

peningkatan hidung tersumbat termasuk antihipertensi tertentu, antidepresan,

antipsikotik, dan kontrasepsi oral. 3

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Physical examination of the external nose is, of course, critical. In

addition to assessing nasal aesthetics, note the patency of the nasal valve and

Page 11: Hipertropi Konka

11

any alar collapse since these may need to be addressed to ensure functionality

of the nose postrhinoplasty. The Cottle maneuver involves pulling the patient's

cheek laterally to open the nasal valve angle. If nasal airflow symptomatically

improves, this may indicate nasal valve pathology. A crooked nose may

indicate prior trauma and this history should be elicited. A saddle nose

deformity may indicate previous trauma, prior surgery, cocaine abuse, or an

inflammatory process. 3

Pemeriksaan fisik pada hidung eksternal, tentu saja, penting. Selain

menilai estetika hidung, perhatikan patensi katup hidung dan setiap jika ada

alar nasi yang kolap, mungkin perlu ditangani untuk memastikan fungsionalitas

pada saat postrhinoplasty hidung. Cottle maneuver dengan menarik pipi pasien

ke lateral untuk membuka sudut katup hidung. Jika gejala pada aliran udara

nasal membaik, hal ini menunjukkan katup hidung yang patologi. Hidung

bengkok dapat mengrindikasikan trauma sebelumnya dan riwayat ini harus

ditanyakan. Hidung pelana (Saddle nose deformity) dapat mengindikasikan

pada trauma sebelumnya, operasi sebelumnya, penyalahgunaan kokain, atau

proses inflamasi. 3

Additionally, the focus of the physical examination is anterior

rhinoscopy, which reveals caudal septal deformities or inferior turbinate

hypertrophy that may account for the patient's symptoms. If the patient has a

significant caudal septal deflection, typically the inferior turbinate on the side

opposite the deviation is enlarged. Apply topical decongestant to evaluate the

Page 12: Hipertropi Konka

12

response of the turbinate mucosa. This may assist in delineating mucosal

versus bony hypertrophy. 3

Selain itu, fokus pemeriksaan fisik rhinoskopi anterior, dapat

mengungkapkan deformitas septum kaudal atau hipertrofi konka inferior yang

dapat menjelaskan mengenai gejala-gejala pada pasien. Jika pasien memiliki

deviasi septum kaudal yang signifikan, biasanya konka inferior di sisi yang

berlawanan dari deviasi membesar. Gunakan dekongestan topikal untuk

mengevaluasi respon dari mukosa konka. Hal ini dapat membantu

menggambarkan apakah yg terjadi hipertrofi mukosa atau hipertrofi tulang. 3

If indicated based on history, symptoms, or signs, a more extensive

examination of the nose can be performed via a rigid or flexible endoscope.

This examination allows additional assessment of the septum posteriorly, the

nasopharynx, and the sinus ostia. Nasal masses or polyps as a cause of

obstruction can be evaluated. Purulent drainage may indicate sinusitis.

Evidence of a septal perforation may indicate prior surgery, cocaine or topical

decongestant abuse, or an inflammatory disease. Significant crusting or

abnormality of the mucosal appearance may indicate a systemic disorder. 3

Jika diindikasikan berdasarkan riwayat, gejala klinis, maupun tanda-

tanda klinis, pemeriksaan yang lebih luas pada hidung dapat dilakukan

menggunakan rigid or flexible endoscope. Pemeriksaan ini memungkinkan

penilaian tambahan pada septum posterior, nasofaring, dan ostia sinus. Massa

hidung atau polip sebagai penyebab obstruksi juga dapat dievaluasi. Drainase

purulen dapat mengindikasikan adanya sinusitis. Bukti adanya perforasi

Page 13: Hipertropi Konka

13

septum dapat mengindikasikan adanya riwayat operasi sebelumnya,

penyalahgunaan kokain atau dekongestan topikal, atau penyakit radang. Krusta

yang signifikan atau kelainan penampakan mukosa dapat mengindikasikan

adanya gangguan sistemik. 3

History or symptoms and signs of other systemic disorders that may

affect the nose and turbinates warrant further investigation. Wegener

granulomatosis and sarcoid can result in nasal obstruction and crusting.

Infectious rhinitis can result from a variety of organism-caused conditions such

as rhinoscleroma, tuberculosis, syphilis, rhinosporidiosis, histoplasmosis, and

aspergillosis. If suspected, address a history of exposure and travel and perform

further appropriate testing. A significant history of epistaxis may raise the

concern of an inflammatory or neoplastic process. 3

Riwayat atau gejala dan tanda-tanda gangguan sistemik lainnya dapat

mempengaruhi hidung dan konka harus dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Wegener granulomatosis dan sarcoid dapat mengakibatkan sumbatan hidung

dan pengerasan kulit. Rhinitis infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam

organisme-misalnya disebabkan oleh rhinoscleroma, TBC, sifilis,

rhinosporidiosis, histoplasmosis, dan aspergillosis. dicurigai, jika

menunjukkan riwayat pajanan dan perjalanan, dan menunjukkan pengujian

lebih lanjut yang sesuai. Riwayat epistaksis yang signifikan dapat

meningkatkan dugaan pada proses inflamasi atau neoplastik. 3

2.6 Penatalaksanaan

Page 14: Hipertropi Konka

14

2.6.1 Medikamentosa 6

Medical therapy is the first-line approach to the treatment of turbinate

dysfunction; however, the appropriate choice of therapy relies on the

appropriate diagnosis. Several categories of medications are available that

have an effect on the turbinate mucosa and affect patients' symptoms. Nasal

decongestants, in both topical and oral forms, are some of the most effective

drugs available for reducing congestion of the turbinate mucosa. Topical

sprays, oxymetazoline and phenylephrine, are extremely powerful alpha-

agonists, and prolonged use can cause a rebound effect. Rebound develops

within 4-5 days and if prolonged is known as rhinitis medicamentosum. 7

Terapi medis merupakan pendekatan lini pertama yang digunakan

untuk menatalaksana disfungsi konka. Namun, pilihan yang tepat dari terapi

bergantung pada diagnosis yang tepat. Beberapa kategori obat yang tersedia

yang memiliki efek pada mukosa konka dan mempengaruhi gejala pasien.

Dekongestan hidung, dalam dua bentuk berupa topikal dan oral, merupakan

obat yang paling defektif yang dapan mengurangi kongesti dari mukosa

konka. Topical sprays, oxymetazoline and phenylephrine,merupakan

antagonis-alpha yang sangat kuat, dan memiliki masa kerja yang panjang

yang memiliki efek rebound. Rebound muncul 4-5 hari dan jika berlangsung

lama disebut rhinitis medikamentosa. 7

Oral decongestants are also very effective for reducing congestion and

do not cause rebound swelling of the mucosa with prolonged use.

Pseudoephedrine and phenylephrine are 2 common forms of oral

Page 15: Hipertropi Konka

15

decongestants. Main concerns regarding their use include elevation of blood

pressure in hypertensive patients and urinary retention in patients with benign

prostatic hypertrophy. Prolonged use of oral decongestants may lead to

tolerance and ineffectiveness. Phenylpropanolamine was voluntarily

withdrawn by the Food and Drug Administration (FDA) because of cases of

hemorrhagic stroke occurring in women. This drug is presently unavailable

for use as an oral decongestant. 7

Dekongestan oral juga sangat efektif untuk mengurangi kongesti dan

tidak menyebabkan pembengkakan kembali pada mukosa (rebound) dengan

penggunaan jangka panjang. Pseudoefedrin dan fenilefrin merupakan 2

bentuk umum dari dekongestan oral. Perhatian utama sehubungan dengan

penggunaan dekongestan oral ini yakni peningkatan tekanan darah pada

pasien hipertensi dan retensi urin pada pasien dengan hipertrofi prostat jinak.

Penggunaan berkepanjangan dekongestan oral dapat menyebabkan toleransi

dan ketidakefektifan. Fenilpropanolamin telah ditarik oleh Food and Drug

Administration (FDA) karena kasus stroke hemoragik yang terjadi pada

wanita. Obat ini saat ini tidak tersedia untuk digunakan sebagai dekongestan

oral. 7

Antihistamines are agents that affect the turbinates by blocking the

effects of histamine at H1 receptor sites. Many antihistamines are available

OTC and by prescription. These medications are only indicated in patients

with allergic rhinitis. Used in conjunction with oral decongestants,

antihistamines can relieve congestion and drainage symptoms. Adverse

Page 16: Hipertropi Konka

16

effects are drug specific and range from sedation and memory effects (with

the earlier generation antihistamines that cross the blood-brain barrier) to

excessive dryness. Antihistamines are contraindicated in patients with

glaucoma. 7

Antihistamin adalah agen yang mempengaruhi konka dengan

menghalangi efek histamin pada reseptor H1. Banyak antihistamin yang

tersedia OTC (Over The counter Drugs) maupun dengan resep dokter. Obat-

obat ini hanya diindikasikan pada pasien dengan rhinitis alergi. Digunakan

bersama dengan dekongestan oral, antihistamin dapat mengurangi gejala

tersumbat dan drainase. Efek samping obat tertentu dan berkisar dari efek

sedasi dan memori (dengan antihistamin generasi sebelumnya yang melintasi

penghalang darah-otak) kekeringan yang berlebihan. Antihistamin

kontraindikasi pada pasien dengan glaukoma. 7

Intranasal steroid sprays are useful for turbinate dysfunction. These

medications are labeled for the management of allergic rhinitis but, like all

steroids, also have nonspecific anti-inflammatory effects. The newest sprays

in this class are extremely safe and have no significant suppression of the

hypothalamus-pituitary axis (HPA). 7

Semprotan steroid intranasal berguna untuk disfungsi konka. Obat-

obat ini diberi label untuk pengelolaan rhinitis alergi tetapi, seperti semua

steroid, juga memiliki efek anti-inflamasi nonspesifik. Semprotan terbaru di

kelas ini sangat aman dan tidak memiliki penekanan yang signifikan dari

hipotalamus-hipofisis axis (HPA). 7

Page 17: Hipertropi Konka

17

Intranasal steroids are administered every day and require continued

daily use for any significant benefits. Proper direction of the spray nozzle to

the lateral nasal wall prevents the most common adverse effects of nasal

dryness, which include epistaxis and septal perforation (rare). Tolerance

should not occur with prolonged use. The latest controversy concerning the

use of nasal steroids in children is growth suppression. The latest studies

investigating the use of oral steroid inhalers, which have a higher level of

absorption, do not support this concern in at least 2 of the available steroid

sprays. 7

Steroid intranasal diberikan setiap hari dan butuh kelanjutan dalam

penggunaan sehari-hari untuk manfaat yang signifikan. Arah yang tepat dari

semprot hidung pada dinding lateral hidung mencegah efek samping yang

umum terjadi berupa hidung kering, termasuk epistaksis dan perforasi septum

(jarang). Toleransi tidak terjadi dengan penggunaan jangka panjang.

Kontroversi terbaru tentang penggunaan steroid nasal pada anak-anak adalah

terhambatnya pertumbuhan. Penelitian terbaru menyelidiki penggunaan oral

steroid inhalers, yang memiliki tingkat penyerapan lebih tinggi, tidak

mendukung kekhawatiran ini pada setidaknya 2 semprotan steroid yang

tersedia. 7

The leukotriene receptor antagonist montelukast is also approved for

use in cases of seasonal and perennial allergic rhinitis. Improvement in

daytime symptom scores of nasal congestion, rhinorrhea, and sneezing were

evident in clinical studies. Adverse effects are similar to those of a placebo. 7

Page 18: Hipertropi Konka

18

Montelukast antagonis reseptor leukotriene juga bisa digunakan dalam

kasus rhinitis musiman dan perennial allergic rhinitis. Memperbaiki

munculnya gejala hidung tersumbat yang terjadi pada siang hari, rhinorrhea,

dan bersin yang nyata pada studi klinis. Efek samping yang serupa dengan

plasebo. 7

Intraturbinate injections of steroids are also used to treat inflammatory

mucosal hypertrophy. Care must be taken because cases of blindness have

been reported with this technique. A preliminary report of intraturbinate

injection of botulinum toxin A for vasomotor rhinitis showed symptom

improvement compared with placebo in a small cohort study. 7

Suntikan steroid intra konka juga digunakan untuk mengobati

hipertrofi mukosa yang inflamasi. Perawatan harus dilakukan karena kasus

kebutaan telah dilaporkan dengan teknik ini. Sebuah laporan awal injeksi

intra konka dari botulinum toxin A untuk rhinitis vasomotor menunjukkan

perbaikan gejala dibandingkan dengan plasebo dalam studi kohort kecil. 7

2.6.2 Pembedahan

Attempt should be made to discover the cause and remove it. Nasal

obstruction can be relieved by reduction in size of turbinates. The various

methods are: 6

a. Linier cauterisation.

b. Submucosal diathermy.

c. Cryosurgery of turbinates.

Page 19: Hipertropi Konka

19

d. Partial or total turbinectomy. Hypertrophied inferior turbinate can be

partially removed at its anterior end. Inferior border or posterior end.

Middle turbinates, if hypertrophied, can also be removed partially or

totally. Excessive removal of turbinates should be avoided as it leads

to persistent crusting.

e. Submucous resection of turbinates bone, thisi removes bony

obstruction but preserves turbinal mucosa for its function.

f. Lasers have also been used to reduce the size of turbinates.

Upaya harus dilakukan untuk menemukan penyebab dan

menghilangkan sumbatan hidung. Sumbatan hidung dapat dihilangkan

dengan pengurangan ukuran konka. Berbagai macam metode yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut: 6

a. Linier cauterisation.

b. Submucosal diathermy.

c. Cryosurgery dari turbinates.

d. Partial or total turbinectomy. Hipertrofi konka inferior dapat di

angkat sebagian pada ujung anterior. Perbatasan inferior atau ujung

posterior. Konka media, jika hipertrofi, juga dapat diangkat sebagian

atau seluruhnya. Penghapusan berlebihan pada konka harus dihindari

karena menyebabkan krusta persisten.

e. Submucous resection of turbinates bone, dengan mengangkat tulang

yang mengobstruksi tetapi mempertahankan mukosa konka untuk

mempertahankan fungsinya.

Page 20: Hipertropi Konka

20

f. Laser juga telah digunakan untuk mengurangi ukuran konka.

2.7 Komplikasi Post Operasi

Depending on the procedure performed, the most common

complications of turbinate surgery are bleeding and prolonged nasal dryness with

crusting. Bleeding is minimized by careful surgical techniques and the use of

packing. Antihypertensive medications are started immediately following surgery.

Postoperative trauma can lead to bleeding and so the patient is instructed to keep

the nose well moisturized with the use of a nonmedicated nasal spray. Avoidance

of nose blowing and opening of the mouth with sneezing are very helpful. No

heavy lifting or straining is permitted for the first 2-3 weeks. 7

Berdasarkan prosedur yang dilakukan, komplikasi yang paling umum

dari operasi konka adalah pendarahan dan hidung kering berkepanjangan dengan

krusta. Perdarahan diminimalkan dengan teknik bedah yang cermat dan

penggunaan balutan perban. Obat antihipertensi segera mulai setelah operasi.

Trauma pasca operasi dapat menyebabkan perdarahan dan pasien diinstruksikan

untuk menjaga kelembaban hidung baik dengan menggunakan semprot hidung

tanpa obat. Menghindari meniup hidung dan membuka mulut walau bersin sangat

membantu. Tidak mengangkat berat atau mengedan selama 2-3 minggu pertama. 7

Doing all of the above and staying well hydrated can minimize crusting.

Vaseline can be applied to the anterior nares for symptomatic relief at bedtime and

throughout the day as needed. Atrophic rhinitis (ozena) can develop in a patient

with over-resected inferior turbinates. Increased nasal hygiene is necessary in

those circumstances. 7

Page 21: Hipertropi Konka

21

Dengan melakukan semua hal di atas dan melakukan hidrasi dengan

baik dapat meminimalkan krusta. Vaseline dapat dipakai pada hidung bagian

anterior untuk mengurangi gejala-gejala pada waktu tidur dan sepanjang hari

sesuai yang diperlukan. Rhinitis atrofi (ozena) dapat berkembang pada pasien

dengan over-reseksi konka inferior. Peningkatan kebersihan hidung diperlukan

dalam situasi tersebut. 7

BAB 3KESIMPULAN

Sumbatan hidung merupakan gejala utama konka hipertropfi. Konka

inferior merupakan konka yang paling sering mengalami hal tersebut. Hipertrofi

Page 22: Hipertropi Konka

22

konka inferior merupakan hasil dari hipertrofi mukosa, hipertrofi tulang, maupun

keduanya.

Hipertrofi konka inferior, sering dihubungkan dengan alergen atau iritas

lain di udara, maupun dengan penggunaan obat-obatan alergi itu sendiri maupun

deviasi septum.

Hipertrofi konka inferior dapat ditegakan dengan anamnesis, rinoskopi

anterior dan nasoendoskopi . Keluhan yang terjadi adalah hidung tersumbat

kadang–kadang dengan komplikasi sinusitis. Bermacam-macam teknik untuk

pengobatan hipertrofi konka mulai yang konservatif dan berbagai teknik

pembedahan. Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan.

Teknik pembedahan dilakukan bila sumbatan hidung telah

menganggu dan tidak berhasil dengan terapi medikamentosa. Tidak ada teknik

tertentu yang direkomendasikan. Pemilihan teknik operatif tergantung pada

penyebab, kondisi konka, pengalaman dan keahlian operator serta ketersediaan

alat.