himmah nahdlatul wathan menulis
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
HIMMAH NW MENULIS:
MEMBANGUN KADER PEJUANG YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF
Ditulis dalam rangka diskusi dengan HIMMAH NW(Australia, 3-4 November 2013)
SEBUAH REFLEKSI
Pesan Maulana Syaikh (di Wasiat)
Maulana Syaikh TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid dalam
wasiatnya berpesan agar semua badan
otonom termasuk HIMMAH NW harus
ditonjolkan dalam perjuangan. Dari
persfektif saya, pesan itu bermakna
bahwa dalam setiap gerakan
perjuangan Nahdlatul Wathan, peran
serta mahasiswa NW sangatlah penting,
khususnya dalam kegiatan ilmiah. Salah
satu bentuk kegiatan keilmuan yang
bisa dilakukan adalah dengan menulis.
Filsafat perjuangan NW bidang
pendidikan : belajar dan mengajar
Pendidikan merupakan salah satu pilar
dari tujuh pilar perjuangan Najdlatul
wathan. Pendidikan dalam konsep
Nahdlatul Wathan bermakna proses
belajar dan mengajar atau dididik dan
selanjutnya mendidik. Konsep ini bisa
juga bermakna menerima dan
memberi.
Jika dikaji lebih mendalam, maka kita
akan menemukan dua nilai yang
ditanamkan oleh Maulana Syaikh pada
bidang pendidikan. Pertama, ada
kewajiban bagi seluruh warga
nahdiyyin untuk terus belajar, baik
ilmu agama maupun umum. Kedua,
setiap orang yang memiliki ilmu
berkewajiban untuk mengajarkannya
kembali kepada orang lain, minimal
kepada keluarganya. Kedua konsep
tersebut terkait erat dengan perintah
Iqra’ dalam Alqur’an serta hadits yang
menganjurkan untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan.
Apa hubungan pesan maulana
syaikh dan filsafat NW dengan
kegiatan menulis?
Page 1 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
Saya melihat ada benang merah antara
pesan maulana syaikh di wasiat dan
filsafat pendidikan NW. Pertama, perlu
kita menyadari bahwa maulana syaikh
juga merupkan seorang Ilmuwan.
Beliau belajar melalui proses
pendidikan yang terstruktur yaitu
melalui pendidikan madrasah
sholatiyah. Selain belajar dari ulama-
ulama termashur saat itu, beliau juga
menjadi seorang pendidik yang
mengajarkan ilmunya kepada
masyarakat luas. Selain mengajar,
beliau juga telah banyak menghasilkan
tulisan-tulisan fenomenal, seperti
menulis syair, wasiat serta kitab-kitab
bahkan menyusun hizib. Ini menu.
Contoh-contoh diatas menunjukan
bahwa Maulana Syaikh adalah seorang
yang sangat literate (maju) dalam
bidang pendidikan sehingga tidak
heran jika banyak sekali ilmuwan lain
kagum kepada beliau. Banyak juga
orang menjadi ilmuwan karena
mengkaji pemikiran dan tulisan-tulisan
beliau.
Kedua, saat beliau belajar di Makkah,
beliau dalam posisi sebagai pencari dan
penerima ilmu, tetapi ketika beliau
sedang menyampaikan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, maka
saat itu Maulana Syaikh dalam posisi
sebagai seorang pemberi. Hal yang
sama juga berlaku ketika beliau
menulis berbagai karya-karya indah,
ilmiah dan berkualitas.
Saya menyimpukan bahwa apa yang
dilakukan oleh Maulana Syaikh diatas
mengisyaratkan bahwa menulis itu
tidak bisa terpisahkan dari aktifitas
pendidikan. Bayangkan jika wasiat
tidak tertulis, apa yang akan menjadi
rujukan pengembangan organisasi
kedepan, khususnya dalam bidang
pendidikan. Selain itu, akan banyak
individu yang semau-mau
memanipulasi ucapan-ucapan beliau.
Bayangkan pula jika Alqur’an dan
hadits serta ilmu para Imam-iman tidak
tercatat, maka bahaya besar akan
terjadi pada generasi Islam.
Page 2 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
BEBERAPA PEMIKIRAN
Menulis sebagai budaya akademik
Salah satu aktifitas utama dalam dunia
pendidikan adalah menulis. Jika kita
mencoba mengingat saat-saat kita
mengikuti pendidikan di SD, SMP, dan
SMA/MA/SMK, maka hampir setiap
hari kita berkecimpung dengan
aktifitas menulis. Bapak dan Ibu guru
kita menuliskan materi mereka di
papan tulis sedangkan kita sibuk
mencatat apa yang mereka ajarkan.
Selain itu, kita juga sering menuangkan
ingatan, pengetahuan atau pemahaman
kita saat mengerjakan soal-soa essay,
khususnya ketika mengikuti ujin
tengah atau semester. Kita pun sering
diminta untuk membuat ringkasan atau
membuat cerita pendek atau hanya
sekedar puisi.
Beranjak ke pendidikan yang lebih
tinggi, misalnya di universitas dimana
aktifitas menulis merupakan bagian
yang tak terpisahkan. Misalnnya saat
mendengarkan penjelasan dari Bapak
atau Ibu dosen, kita mencatat atau
menuliskan apa yang kita dengar dan
pahami. Kita juga sering diminta untuk
membuat makalah sebagai bentuk
tugas dalam satu mata kuliah. Setiap
tiga bulan dan enam bulan kita pun
juga melakukan aktifitas menulis
terutama saat mengikuti ujian tengah
dan akhir semester. Bukankah
semuanya itu merupakan proses
menulis. Dan yang paling sering kita
lakukan saat sekolah adalah menulis
nama kita. Ini semakin menbuktikan
bahwa kita telah lama menjadi seorang
penulis.
Menuju akhir perkuliahan, misalnya di
semester tujuh dan delapan, kita
kembali memfokuskan pikiran dan jari-
jari kita untuk menulis. Misalnya untuk
menulis laporan kuliah kerja nyata
(KKN), Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL) atau menyusun proposal skripsi
dan menulis hasil penelitian. Semua
aktifitas diatas sebagai tanda bahwa
selama ini kita sudah lama berproses
sebagai seorang penulis. Kalau begitu,
apakah ada diantara kita yang
menyebut diri bukan seorang penulis?.
Page 3 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
Yang menarik adalah di tengah-tengah
kesibukan kita sebagai seorang pelajar
ataupum mahasiswa, kita seringkali
menikmati kegiatan tulis menulis,
misalnya saat-saat pacaran atau
bernostalgila (maaf..saat bernostalgia).
Apakah ada yang menyadari berapa
banyak surat cinta yang telah kita tulis
kepada orang yang kita sukai?
Masihkah kita ingat bahwa begitu
banyak kata-kata romantis dan puitis
yang kita torehkan pada dinding-
dinding kamar atau di halaman buku
kuliah?. Apakah kita sudah lupa berapa
banyak tulisan yang telah kita hasilkan
melalui coretan-coretan singkat pada
buku diary? Namun, yang mungkin
seringkali kita kurang perhatikan
adalah berapa ribu kata yang telah kita
tuangkan dalam bentuk Short Message
Service (SMS) di HP atau saat kita
update status di Facebook. Semuanya
itu membuktikan bahwa kita semua
telah lama menjadi penulis, tetapi kita
jarang menyadarinya.
Bagaimana dengan pendidikan pasca
sarjana seperti magister dan doktor?.
Pada kedua jenjang tersebut, menulis
adalah bagian yang wajib dilakukan
lakukan untuk mendapatkan gelar
pendidikan formal. Tidak ada satupun
orang yang bisa meraih prestasi dan
prestise pada level tersebut tanpa
melalui proses menulis. Seseorang yang
mengikuti pendidikan S2, dia harus
menulis makalah dan menyusun Tesis.
Sedangkan seseorang yang mengikuti
pendidikan S3, diapun juga harus
menghasilkan berbagai bentuk tulisan
ilmiah serta menyusun disertasi.
Dengan kata lain, menulis merupakan
salah satu pekerjaan utama dari proses
pendidikan tingkat tinggi.
Menulis sebagai budaya negara maju
Jika kita melirik China saat ini, ia telah
bangkit menjadi raksasa Asia (the Asian
giant) yang mulai menguasai dunia.
Begitupun dengan negara lainya seperti
Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong dan
Singapura yang juga sam-sama
memiliki pengaruh yang besar dalam
berbagai aspek khususnya, tekhonologi,
Page 4 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
bisnis dan pendidikan. Sementara itu
negara-negara maju, seperti Eropa, UK,
Amerika dan Australia sepertinya
mulau merasa khawatir dengan
akselerasi (kecepatan) dari negara-
negara Asia tersebut. Bagaimana hal
tersebut bisa terjadi dan apa
sebenarnya rahasia dibalik kemajuan
mereka?
Terlepas dari faktor-faktor lainnya,
terdapat satu hal yang sudah lama
membudaya di negara-negara tersebut.
Yang paling menonjol adalah budaya
menulis (literacy culture) mereka.
Misalnya China atau Jepang dimana
kedua negara ini memiliki buku-buku
kebijaksanaan (the books of wisdom)
yang tertulis ratusan bahkan ribuan
tahun lalu. Sebagai contoh adalah kitab
–kitab ajaran konfusius atau buku-buku
pengobatan dan kitab kebijaksanaan
yang dimiliki sebagian besar warga
China. Hal tersebut menandakan bahwa
aktifitas menulis menjadi tradisi
keluarga dan sekaligus sebagai salah
satu faktor kemajuan mereka. Kenapa
bisa demikian? Karena hasil-hasil
pemikiran para ilmuwan dimasa lalu
mereka tuliskan agar bisa dijadikan
pedoman untuk generasi yang akan
datang.
Menulis untuk meningkatkan
kualitas diri
Kualitas hidup seseorang biasanya akan
meningkat apabila pengetahuannya
bertambah baik yang diperoleh melalui
proses belajar formal maupun
nonformal. Kualitas juga akan
meningkat jika seseorang menjadi
semakin bijak dengan pengalaman
hidup yang dialaminya. Hidupnya juga
akan lebih berkualitas lagi apabila dia
banyak memberi.
Memberi bisa dalam berbagai bentuk
dan makna. Ia bisa dalam bentuk
sodaqoh, menceritakan pengalaman,
memberikan solusi kepada orang lain
ataupun hanya dengan sering-sering
senyum dan mendatangkan kebahagian
kepada orang lain. Bagaimana dengan
menulis? Menulis juga merupakan
salah satu bentuk dari kegiatan
memberi yang penuh makna. Bahkan
Page 5 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
lebih jauh lagi, ia adalah bentuk upaya
mewariskan atau meneruskan ilmu
pengetahuan kepada orang banyak.
Oleh karena itu, dengan rajin menulis,
insyaallah banyak hal yang bisa kita
wariskan sebagaimana yang telah
dilakukan para ‘ulama khususnya
Maulana Syaikh, guru besar kita. So,
mari berbagi dengan menulis.
Menulis untuk meningkatkan
kepekaan sosial
Mungkinkah menulis akan
meningkatkan sensitifitas atau
kepekaan kita terhadap kondisi
masyarakat kita? Secara pribadi, saya
mengalami hal tersebut. Jika kita
memperhatikan berbagai tulisan di
media massa baik yang bersifat online
ataupun di media cetak, kita bisa
menemkukan banyak tulisan yang
membahas tentang permasalahan yang
ada di lingkungan kita. Tulisan-tulisan
tersebut hadir dalam berbagai model.
Ada yang bersifat identifikasi/
mengenali masalah sosial dan ada pula
yang bersifat memberikan solusi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa aktifitas
menulis bisa mempertajam “indera
keenam kita” (the sixth sense) dan
dalam hal ini adalah sense of social
awareness atau kepekaan sosial. Jadi,
kesimpulan saya adalah menulis bisa
kita jadikan salah satu cara untuk
menujukkan kepedulian sosial.
Menulis untuk memajukan NW
Filsafat NW yang lainnya adalah
Nadhlatul Wathan filkhair dan
Nahdlatul Wathan Fastabiqul Khairat.
Ini bermakna bahwa “NW adalah
tempat kita berbuat kebaikan dan
sumber kebaikan sekaligus sebagai
wadah untuk kita berkompetisi dan
berkolaborasi untuk berbuat baik agar
meraih akhir kehidupan yang khair”.
Salah satu wujud perbuatan tersebut
adalah dengan menulis, baik menulis
tentang Sejarah NWDI, NBDI dan NW
serta madrasah dan menulis
autobiografi para masyaikh dan ustaz.
Menulis mengenai sejarah NW tidak
hanya bernilai baik tetapi juga sebagai
salah satu upaya untuk memajukan dan
menjaga organisasi ini.
Page 6 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
NW juga merupakan organisasi yang
luar biasa dan besar. Oleh karena itu,
marilah kita “tumbuh dan besar
bersama NW dan bersama-sama
membesarkannya”. Kebesaran NW bisa
diketahui dan dirasakan oleh saudara,
anak cucu serta oleh masyarakat luas
bukan hanya dengan cerita tetapi juga
dengan melalui tulisan. Beruntunglah
telah banyak para pencinta yang
menulis tentang tokoh NW dan salah
satunya adalah autobiografi tentang
Ummuna Hajah Siti Raehanun ZAM oleh
Dr. H.M Mugni, M.Pd.M.Kom dengan
judul: Ibu Rumah Tangga
Menggetarkan Lombok. Upaya
penulisan tersebut sangat baik untuk
ditiru oleh para kader NW lainnya.
Proses menulis
Proses menulis telah kita lakukan
sekian lama sehingga tidak ada lagi
alasan untuk mengatakan bahwa kita
tidak bisa menulis. Langkah selanjutnya
adalah meningkatkan kualitas tulisan
kita dan tentu saja ini membutuhkan
proses. Dalam artian, kita memerlukan
tahapan-tahapan yang umumnya
dipakai oleh para penulis yang sudah
popular dan ahli di bidang ini.
Tentunya ini membutuhkan waktu,
tetapi bukan berarti kita tidak bisa
seperti mereka.
Dorongan untuk menulis
Proses menulis itu dimulai dengan
sebuah dorongan (niat) atau motivasi
sehingga tangan kita mulai tergerak
untuk memegang pensil/ poplen dan
jari kita mulai bergerak menekan
tombol di keyboard Komputer. Motivasi
menulis bisa bermacam-macam
misalnya menulis untuk curhat, berbagi
cerita dan pengalaman, memberikan
informasi, menghibur ataupun
mungkin sebagai bentuk kritik dan
berpikir reflektif. Motivasi menulis bisa
juga untuk mewariskan pengetahuan
atau nilai-nilai kebaikan dan kebenaran
kepada orang-orang yang kita cintai
dan sayangi. Oleh karena itu, mari kita
mencari dorongan untuk menulis
dalam diri kita masing-masing.
Sumber ide
Page 7 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
Yang sering menjadi permasalahan saat
menulis adalah ide, atau apa yang mau
ditulis. Pada hakikatnya kita tidak
pernah kehabisan ide untuk dituliskan.
Selama kita hidup tentu banyak hal
yang telah kita alami, baik suka
maupun duka. Pengalaman tersebut
bisa menjadi cerita yang berkesan jika
kita menuliskannya. Waktu kecil kita
sering mendengar kisah atau dongeng
seperti Tegodek-godek, Cupak dait
Gerantang, kisah para nabi dan rasul
serta kehidupan para sahabat dan
‘ulama dari orang tua, teman maupun
guru kita. Kesemuanya itu bisa menjadi
sumber ide yang menarik dan sangat
bermanfaat untuk diceritakan kembali
melalui tulisan.
Apakah kita masih kekurangan ide?
Mungkin ada diantara kita yang
memiliki hobi tertentu misalnya jalan-
jalan, memancing, berkebun ataupun
yang lainya. Itupun bisa menjadi bahan
cerita di tulisan kita. Dalam perjalanan
hidup, mungkin kita pernah bertemu
dengan seseorang yang menginspirasi
atau berpengaruh dalam hidup. Orang
tersebut bisa menjadi isi tulisan kita.
Kita bisa menceritakan apa saja yang
telah kita pelajari darinya. Hal tersebut
akan menjadi isnpirasi bahkan
pengetahuan bagi orang yang
membacanya.
Apakah masih butuh inspirasi untuk
menulis? Coba kita perhatikan para
penulis yang sudah terkenal. Sumber
tulisan mereka banyak yang berasal
dari pengalaman hidup mereka
ataupun orang lain. Bagaimana dengan
para professor atau para akademisi?
Ide tulisan mereka seringkali berasal
dari hasil perenungan, hasil bacaan,
hasil diskusi, pengamatan lingkungan
sekitar, ataupun hasil uji coba atau
eksperimen.
Semua hal diatas menunjukkan bahwa
kita tidak akan pernah kehabisan ide
untuk menulis karena terlalu banyak
hal yang bisa kita tulis. Bukankah Ilmu
Allah itu sangat luas, “bahkan jika
semua pohon dijadikan pena dan air
laut dijadikan tinta untuk menulisnya,
ia tidak akan pernah habis”. Semua
Page 8 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
pengalaman hidup serta apa yang ada
di sekitar kita adalah tanda-tanda
(‘alamat) atau signs dan sekaligus
menjadi petunjuk atau ‘ilmu (sciences)
bagi orang yang mau mengkajinya.
Semuanya itu bisa menjadi inspirasi
tulisan kita.
Menulis menjadikan kita lebih kritis,
relfektif dan produktif
Di universitas-universitas kelas dunia
(World Class University) telah lama
dikembangkan budaya berpikir kritis,
reflektif dan produktif. Berpikir kritis
lebih bermakna melihat sisi positif dan
negatif dari sesuatu, misalnya
kebijakan pemerintah, serta
menunjukkan sisi mana yang bisa
ditingkatkan. Fokus berpikir kritis lebih
pada mengkaji atau menilai objek
diluar diri kita sendiri. Berbeda dengan
berfikir replektif yang penekanannya
kepada mengkaji diri sendiri.Mungkin
lebih cocok disebut perenungan.
Berpikir replektif bisa berbentuk
penilaian pada apa yang telah kita
lakukan serta mencari sisi kurang dan
lebihnya dan kemudian mencari sisi
yang bisa kita perbaiki di kemudian
hari. Berfikir dengan cara ini ditandai
dengan adanya pelajaran hidup yang
bisa kita peroleh.
Baik berfikir kritis maupun replektif
membutuhkan metode-metode
tersendiri. Tetapi sebenarnya keduanya
sudah sering kita lakukan. Yang masih
kurang kita lakukan adalah menulis
hasil dari pemikiran tersebut.
Dalam pandangan saya, berpikir
produktif cenderung berarti
memikirkan solusi atas sebuah
masalah. Sesuatu menjadi masalah
apabila harapan tidak sesuai dengan
kenyataan, atau rencana tidak sesuai
dengan pelaksanaan. Masalah juga bisa
berasal dari adanya potensi yang tidak
termanfaatkan dengan optimal. Dengan
kata lain, masalah berasal dari kata
dasar SALAH atau ada sesuatu yang
tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut,
sangat penting untuk berpikir
produktif. Tulisan yang berupa ide-ide
Page 9 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
yang mengandung solusi adalah bentuk
dari berfikir produktif.
Mungkin tidak perlu kita bingung
dengan semua istilah diatas, tetapi yang
terpenting adalah mari menggunakan
akal pikiran untuk berfikir, merenung,
serta mencari solusi untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Selanjutnya
kita tuangkan hasil pemikiran tersebut
ke dalam bentuk tulisan. Insyaallah
akan banyak manfaatnya.
Menulis di media sosial (FB dan
Blog) dan netiquette (etika menulis)
Dengan berkembangnya media sosial
seperti Facebook, Twitter, Yahoo
messenger dan Weblog sepertinya
semakin banyak orang yang terlibat
dalam aktifitas menulis. Hanya dengan
memiliki HP yang memiliki fasilitas
Facebook, maka kita langsung bisa
menulis di akun facebook kita dan
sekaligus menjadi penerbit tulisan kita
sendiri. Sementara orang-orang yang
terhubung dengan kita akan menjadi
pembaca sekaligus sebagai penulis.
Aktifitas menulis di Facebook sangatlah
tinggi dan hampir setiap orang
mengupdate (memperbaharui)
statusnya lebih dari sekali dalam
sehari. Ada yang mengupload foto,
gambar, video ataupun hanya sekedar
menulis kata atau kalimat saja. Itu
menunjukksn bahwa media sosial telah
memberikan kita peluang untuk
menjadi penulis.
Saya merasakan ada beberapa
keuntungan dengan menulis di media
sosial. Pertama ada interaksi antara
penulis dan pembaca. Kalau dalam
tulisan biasa seperti buku, maka jarang
sekali ada kesempatan untuk pembaca
bisa berkomunikasi dengan penulisnya.
Melalui media sosial, penulis dan
pembaca akan merasa lebih dekat.
Kelebihan lainya adalah gratis. Dengan
kata lain, setiap orang bisa dengan
mudah menerbitkan tulisannya. Satu
hal lagi, jika tulisan kita menarik dan
berkualitas, maka insyaalah banyak
orang yang me-like dan menjadi
pembaca tetap kita.
Page 10 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
Tetapi ada beberapa hal yang perlu
diingat ketika menulis di media sosial.
Ada istilahnya netiquette atau etika
menulis online. Maksudnya, penting
agar kita memasukkan tulisan-tulisan
yang tidak mengandung SARA
(provokatif) serta mengupdate status-
status yang kurang penting. Hal ini bisa
berdampak kurang baik bagi si pemilik
akun Facebook. Perlu juga untuk
memahami siapa saja yang membaca
tulisan kita dengan cara mencari
informasi mereka dengan menjelajahi
akun si pemilik Facebook. Ini bertujuan
agar tulisan kita tidak sampai merusak
pertemanan kita di dunia maya. Jika
Facebook kita mengandung hal-hal
yang kurang bagus, maka dengan
mudah orang lain, yang tidak suka,
untuk menyebarkan akun kita. Jadi
pahamilah aturan tak tertulis tersebut.
Proofreading dan revising/Editing
Salah satu bagian dari proses menulis
adalah proofreading dan revising.
Proofreading bermakna meminta
bantuan kepada orang lain untuk
membaca tulisan kita untuk
mendapatkan masukan dan saran
darinya. Setelah mendapatkan
masukan dari orang tersebut, maka kita
bisa memperbaiki atau merevisi tulisan
kita sebelum kita publikasikan. Selain
itu proses revising juga dilakukan
dengan memperbaiki struktur kalimat,
pilihan kata serta gaya penulisan kita.
Penulis yang bertanggung jawab (a
responsible writer)
Dalam agama diajarkan bahwa “setiap
orang adalah pemimpin dan setiap
pemimpin akan diminta pertanggung
jawabannya”. Diajarkan juga bahwa
setiap perbuatan manusia, sekecil
apapun bentuknya, akan dipertanggung
jawabkan baik di dunia maupun di
akhirat. Begitu pula dengan aktifitas
menulis, ia juga menuntut tanggung
jawab dari si penulis. Bertanggung
jawab berarti penulis perlu menimbang
dampak positif dan negatif dari apa
yang akan dituliskannya. Jika tulisan itu
berdampak kurang baik bagi dirinya
dan orang banyak, maka hendaklah dia
mempertimbangkan kembali isi atau
Page 11 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
metode penulisannya. Penulis yang
bertanggung jawab adalah orang yang
memiliki dasar dan tujuan serta metode
dalam menulis. Tulisan yang
bertanggung jawab juga berarti tulisan
tersebut harus mengandung manfaat
baik secara teori dan praktik bagi para
pembaca, minimal menghibur
pembacanya.
Publikasi
Tahap selanjutnya dari proses menulis
adalah mempublikasikan tulisan. Ada
banyak orang yang memiliki pemikiran
serta tulisan luar biasa, tetapi
terkadang banyak orang yang tidak
mendapat manfaat dari ide dan tulisan
tersebut. Kenapa? Karena tulisannya
hanya disimpan sendiri di dalam
rumah. Banyak juga hasil penelitian S1,
S2 dan S3 yang seharusnya bermanfaat,
namun manfaatnya tidak bisa
dirasakan oleh orang banyak karena
hanya tersimpan di lemari si penulis.
Oleh karena itu, penting untuk
mempublikasikan ide dan tulisan kita.
Cara yang paling mudah adalah dengan
melalui media sosial seperti Facebook
dan Weblog.
Ayo menulis!!!
Agama mengajarkan bahwa “Sebaik-
baik manusia adalah yang banyak
manfaatnya bagi orang lain”. Seseorang
akan banyak manfaatnya apabila dia
memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Pengetahuan akan
menjadi berguna apabila sering
digunakan. Semakin sering
dimanfaatkan maka nilai manfaatnya
semakin tinggi. Semoga kita tidak
termasuk golongan orang yang mencari
ilmu tetapi tidak memberikan manfaat
bagi diri sendiri dan orang banyak.
Seperti ajaran agama yang mengatakan
“ilmu yang tak diamalkan ibarat pohon,
pisang, kelapa, mangga, manggis, dll.,
yan tidak berbuah”. Jadi, sudah saatnya
kita terus menulis dan meningkatkan
kualitas tulisan kita.
Selamat berkarya.
Page 12 of 13
HIMMAH NW MENULIS: MEMBANGUN KADER PEJUANG NW YANG KRITIS, REPLEKTIF DAN PRODUKTIF.
Page 13 of 13
Contacts: Email : [email protected]/ [email protected] Facebook : https://www.facebook.com/marham.hadiWeblog :marhamjuprihadi.blogspot.com /marhamedgt940.blogspot.com
http://independent.academia.edu/MarhamMarham http://www.slideshare.net/Marham
Penulis,
Marham Jupri HadiMahasiswa pasca sarjana di University of Wollongong, New South Wales, Australia.
Summer (musim panas), 2013