hil
DESCRIPTION
a,,m,TRANSCRIPT
Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya
testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi
hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau
organ ekstraperitoneal seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli – buli. Unsur terakhir
adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus
atau organ - organ lain misalnya paru dan sebagainya.
Pada hernia inguinal lateralis (indirek) lengkung usus keluar melalui kanalis
inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita). Ini
diakibatkan gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam skrotum atau
fiksasi ovarium.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (karnadihardja, 2005)
Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan
Pada pertumbuhan janin (+ 3 minggu) testis yang mula – mula terletak di atas
mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati
inguinal sampai skrotum prossesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan
dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum,
prossesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi
maka seluruh prossesus vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia inguinalis
lateralis. Hernia inguinalis lateralis lebih sering didapatkan dibagian kanan (+ 60 %). Hal ini
disebabkan karena proses desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang
kiri.
ETIOLOGI
1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbukaProses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar2.
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan2.Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari insidens tersebut mendekati 10 %2. Sjamsuhidayat & Jong, 2005
2. Peninggian tekanan intraabdomenTekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis2.Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang2. Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-abdominal yang tiba-tiba dan kuat seperti waktu mengangkat barang yang sangat berat, mendorong, batuk, atau mengejan dengan kuat pada waktu miksi atau defekasi1. Widjaja, 2007
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turur kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi2. Sjamsuhidayat & Jong, 2005
1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,
Hal: 523-537
EPIDEMILOGI
Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia. Angka perbandingan kejadian hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan (Ruhl, 2007). Hernia inguinalis lateralis sering terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan.itu disebabkan karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Pada janin laki-laki, testis (buah pelir)
turun dari rongga perut menuju skrotum (kantung kemaluan) pada bulan ketujuh
hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang berupa saluran itu akan menutup
menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu tahun. Ketika dewasa,
daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial mengalami hernia. (Wijayanti,
2008). Hernia inguinalis lebih sering terjadi di sebelah kanan 60 %, sebelah kiri 20-25 %, dan bilateral 15 % (Greenberg et al, 2008 dan Sjamsuhidajat, 2010).
Hernia inguinalis lateralis merupakan keadaan yang lazim dan
membutuhkan pembedahan pada kelompok umur anak insiden hernia pada anak
belum ditegakkan tetapi antara 10-20: 1000 kelahiran hidup. Rasio antara anak
laki-laki dan wanita 4:1. sekitar 50% akan muncul sebelum umur 1 tahun,
kebanyakan muncul pada umur 6 bulan. Hernia inguinalis yang paling sering pada
anak adalah hernia inguinalis lateralis (indirect). Hernia inguinalis medialis
(direct) jarang dan terjadi pada sekitar 1% dari seluruh hernia inguinalis. 60% dari
kasus hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri
dan 10% bilateral (shochat, 2000).
KLASIFIKASI
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena
keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam
kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus
inguinalis ekternus. Apabial hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam
muskulus kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain
dalam funikulus spermatikus. Pada anak hernia inguinalis lateralis disebabkan
oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum
sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum (karnadihardja, 2005) Hernia inguinalis
lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastric inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar dari rongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus. (Mansjoer, 2000).
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. (Mansjoer, 2000).
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan
timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah
menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang
menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. (Mansjoer,
2000).
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum
inguinal dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi
otot rektus dibagian medial. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan
tidak
keskrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar
(karnadihardja, 2005)
FAKTOR RESIKO
intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat
beban berat dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut
(usia tua, kehamilan, prematuritas, pembedahan insisi yang
mengakibatkan hernia insisional, overweight dan obesitas) (Sjamsuhidajat,
2010 dan Burney, 2012).
MANIFESTASI KLINIS
benjolan pada daerah inguinal dan meluas ke depan atau ke dalam skrotum.
Kadang-kadang, anak akan datang dengan bengkak skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada
daerah inguinal
Selama tidur atau apabila pada keadaan istirahat atau santai, hernia menghilang spontan tanpa
adanya benjolan atau pembesaran skrotum. (shochat, 2000)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Cara klasik memeriksa hernia inguinalis orang
dewasa dengan menempatkan jari telunjuk pada kanalis inguinalis, yang
sebenarnya pada bayi tidak perlu dilakukan, dan ternyata bisa menyebabkan
perasaan tidak enak. Hal ini karena cincin interna dan eksterna pada dan anak
paralel. Hernia inguinalis lateralis dapat diketahui dengan meletakkan bayi tidur
telentang dengan kaki lurus dan tangan diatas kepala. Posisi. Posisi ini dapat
menyebabkan bayi menangis menangis, dan dapat meningkatkan tekanan intra
abdomen dan akan memperlihatkan benjolan di tuberkulum pubis (cincin
eksterna) atau pembengkakan di dalam skrotum. Anak yang lebih tua dapat
diperiksa dengan berdiri, yang juga akan meningkatkan tekanan intra abdomen
dan memperlihatkan hernia tersebut. Testis yang retraksi sering terjadi pada bayi
dan anak-anak daan bisa menyerupai hernia inguinalis dengan benjolan di atas
cincin eksterna. Karena itu sangat penting meraba testis sebelum meraba benjolan
inguinal. Hal ini akan memungkinkan diferensiasi antara keduanya dan
menghindari tindakan bedah yang tidak perlu (shochat, 2000).
Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien memutar
kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah inguinal dan
femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan
hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan
impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
Palpasi hernia inguinalPalpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam.
Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring
terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. Uraian tentang ciri-ciri hernia akan dibahas berikutnya.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman.Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek.
- Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan Rontgen spinal dan endoskopi
- Test leseque (mengangkat kaki lurus keatas)
-CT-Scan dan MRIa. Lekosit ; peningkatan jumlah lekosit mengindikasikan adanya infeksi.b. Hemoglobin ; Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan
darah.c. Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasid. Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis
intraoperasi/pascaoperasi.2. Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.3. GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.4. EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung
PENATALAKSANAAN
Hernia inguinalis lateralis seringkali dapat didorong kembali ke dalam
rongga perut. Tetapi jika tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut,
maka usus bisa terperangkap di dalam kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran
darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami
strangulasi bisa mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan
untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada
dinding perut agar hernia inguinalis lateralis tidak berulang. (karnadihardja, 2005)
Terapi pililihan untuk hernia inguinalis lateralis adalah operasi, karena
hernia inguinalis lateralis tidak bisa sembuh secara spontan. Operasi ini harus
segera dilakukan secera elektif setelah diagnosis di tentukan, karena akan beresiko
tinggi terjadinya inkarserata di kemudian hari setelah terutama selama tahun
pertama kehidupan. Perbaikan elektif hernia inguinalis lateralis dapat dilakukan
pada penderita rawat jalan (shochat, 2000).
Ada kontroversi tentang kapan dilakukan eksplorasi pangkal paha
kontralateral pada bayi dan anak dengan hernia inguinalis lateralis unilateral.
Insiden prosesus vaginalis yang terbuka sekitar 60% pada bayi 2 bulan dan sekitar
40% pada umur 2 tahun. Prosesus vaginalis yang terbuka di temukan pada 30%
populasi umum. Setelah perbaikan hernia unilateral pada anak, hernia
kontralateral menjadi 30% kasus. Jika perbaikan unilateral pada sisi kiri, peluang
terjadinya hernia sisi kanan 40%, kemungkinan karena penurunan testis pada sisi
kanan lebih lambat. Resiko terjadinya inkarserata lebih tinggi pada anak umur 1
tahun tahun, biasanya terjadi pada umur 6 bulan (shochat, 2000).
Berdasarkan data ini, kebanyakan ahli bedah anak menganjurkan
eksplorasi inguinal bilateral pada semua anak laki-laki kurang dari 1 tahun, anak
wanita dengan umur kurang dari 2 tahun. Anak laki-laki dan wanita yang datang
dengan hernia inguinalis sisi kiri beresiko terjadi hernia kontralateral dan harus
dilakukan eksplorasi sisi kanan, (shochat, 2000).
Manual reduction hernia inguinalis lateralis yang terinkarserasi dapat
dilakukan setelah bayi tenang, bayi dalam posisi trendelenburg, dengan
Universitas Sumatera Utaramenggunakan kantong es diletakkan pada posisi yang terserang. Ini
di
kontraindikasikan pada inkarserasi yang lebih dari 12 jam atau adanya buang air
besar bercanpur darah (stool), (shocat, 2000).
Pembedahan efektif untuk hernia inguinalis lateralis di anjurkan pada saat
kondisi anak dalam keadaan baik, dan koreksi pada sisi asimptomatis sering
dilakukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun, terutama pada perempuan.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan
kemudian direposisi. Kantong diajahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong
(karnadihardja, 2005).
Pada herniaplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis (karnadihardja,
2005).
Strangulasi di tangani dengan nasogastric suction, rehisdrasi, perbaikan
defisiensi elektrolit, dan operasi dapat di lakukan setelah kondisi pasien stabil.
KOMPLIKASI
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
b. Sering penekanan pada cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler
(proses strangulasi).Keadaan ini disebut dengan hernia inguinalis strangtulata. Pada
keadaan ini dapat timbul gejala ileus seperti perut kembung, muntah dan obstipasi.
inkarserasi (ketidakmampuan untuk mengurangi isi) dan kemungkinan strangulasi
(terhambatnya aliran darah ke daerah yang mengalami inkarserasi).
1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,
Karnadihardja, W, 2005. Dinding perut, hernia, retroperitoneum,omentum. Dalam buku ajar ilmu bedah edisi 2: Jakarta
Syamsuhidayat. (2010). Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Shochat Stephen. Hernia Inguinalis. 2000. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin (ed). Ilmu
Kesehatan Anak Nelson vol. 2 ed.15. Jakarta. Hal 1372-1375.