hikmah karunia hujan

17
Hikmah Karunia Hujan Allah menurunkan karunia hujan dengan hikmah-Nya. Apa saja hikmah diturunkannya hujan oleh Allah saat ini? Berikut beberapa hal yang penulis simpulkan dari berbagai penjelasan ulama: 1. Wujud nyata dari rahmat Allah untuk seluruh makhluk Allah Ta’ala berfirman, َ وُ هَ و يِ ذَ الُ لِ زَ نُ يَ ثْ يَ غْ ل اْ نِ مِ ذْ عَ ب اَ م واُ طَ نَ % قُ زُ شْ ( نَ يَ وُ هَ % تَ مْ حَ رَ وُ هَ وُ يِ لَ وْ ل اُ ذ يِ مَ حْ ل اDan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji. (QS. Asy Syuura: 28). Yang dimaksudkan dengan rahmat di sini adalah hujan sebagaimana dikatakan oleh Maqotil.[1] 2. Rizki bagi seluruh makhluk Allah Ta’ala berfirman, يِ فَ وِ اءَ مَ س ل اْ مُ كُ A قْ رِ ر اَ مَ وَ ونُ ذَ وعُ % تDan di langit terdapat rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz Dzariyat: 22). Yang dimaksud dengan rizki di sini adalah hujan sebagaimana pendapat Abu Sholih dari Ibnu ‘Abbas, Laits dari Mujahid dan mayoritas ulama pakar tafsir. [2] Ath Thobari mengatakan, “Di langit itu diturunkannya hujan dan salju, di mana dengan sebab keduanya keluarlah berbagai rizki, kebutuhan, makanan dan selainnya dari dalam bumi.”[3] 3. Pertolongan untuk para wali Allah Allah Ta’ala berfirman,

Upload: rina-purnama-sari

Post on 07-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

Page 1: Hikmah Karunia Hujan

Hikmah Karunia Hujan

Allah menurunkan karunia hujan dengan hikmah-Nya. Apa saja hikmah diturunkannya hujan oleh Allah saat ini? Berikut beberapa hal yang penulis simpulkan dari berbagai penjelasan ulama:

1. Wujud nyata dari rahmat Allah untuk seluruh makhluk

Allah Ta’ala berfirman,

ذ�ي و�ه�و� ل� ال �ز �ن �ث� ي �غ�ي �ع�د� م�ن� ال �ط�وا م�ا ب ر� ق�ن �ش� �ن �ه� و�ي ح�م�ت �ي$ و�ه�و� ر� �و�ل �ح�م�يد� ال ال

“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28). Yang dimaksudkan dengan rahmat di sini adalah hujan sebagaimana dikatakan oleh Maqotil.[1]

2. Rizki bagi seluruh makhluk

Allah Ta’ala berfirman,

م�اء� و�ف�ي �م� الس ق�ك �وع�د�ون� و�م�ا ر�ز� ت

“Dan di langit terdapat rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz Dzariyat: 22). Yang dimaksud dengan rizki di sini adalah hujan sebagaimana pendapat Abu Sholih dari Ibnu ‘Abbas, Laits dari Mujahid dan mayoritas ulama pakar tafsir.[2]

Ath Thobari mengatakan, “Di langit itu diturunkannya hujan dan salju, di mana dengan sebab keduanya keluarlah berbagai rizki, kebutuhan, makanan dan selainnya dari dalam bumi.”[3]

3. Pertolongan untuk para wali Allah

Allah Ta’ala berfirman,

�ذ� �م� إ يك �غ�ش $ع�اس� ي �ة3 الن م�ن� �ه� أ ل� م ن �ز �ن �ك�م و�ي �ي م�اء م ن ع�ل �م م�اء الس ك �ط�ه ر� ي �ه� ل �ذ�ه�ب� ب �م� و�ي ع�نك

�ط�ان� ر�ج�ز� ي �ط� الش ب �ر� �ي �م� ع�ل�ى و�ل �ك �وب ت� ق�ل �ب �ث �ه� و�ي �ق�د�ام� ب األ

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (QS. Al Anfal: 11)

Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan, “Hujan yang dimaksud di sini adalah hujan yang Allah turunkan dari langit ketika hari Badr dengan tujuan mensucikan orang-orang beriman untuk shalat mereka. Karena pada saati itu mereka dalam keadaan junub namun tidak ada air untuk mensucikan diri mereka. Ketika hujan turun, mereka pun bisa mandi dan

Page 2: Hikmah Karunia Hujan

bersuci dengannya. Setan ketika itu telah memberikan was-was pada mereka yang membuat mereka bersedih hati. Mereka dibuat sedih dengan mengatakan bahwa pagi itu mereka dalam keadaan junub dan tidak memiliki air. Maka Allah hilangkan was-was tadi dari hati mereka karena sebab diturunkannya hujan. Hati mereka pun semakin kuat. Turunnya hujan ini pun menguatkan langkah mereka. … Inilah pertolongan Allah kepada Nabi-Nya dan wali-wali Allah. Dengan sebab ini, mereka semakin kuat menghadapi musuh-musuhnya.”[4]

4. Sebagai alat untuk bersuci hamba-hamba Allah

Dalilnya adalah sebagaimana disebutkan dalam point ke-3, Allah Ta’ala berfirman,

ل� �ز �ن �ك�م و�ي �ي م�اء م ن ع�ل �م م�اء الس ك �ط�ه ر� ي �ه� ل ب

“dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu” (QS. Al Anfal: 11). Imam Ats Tsa’labi mengatakan, “Air hujan ini bisa digunakan untuk menyucikan hadats dan junub.”[5]

5. Permisalan akan kekuasaan Allah menghidupkan kembali makhluk kelak pada hari kiamat

Hal ini dapat kita saksikan dalam beberapa ayat berikut ini.

Cه� ل� و�الل �نز� م�اء م�ن� أ �ا م�اء ال�س ي ح�� �ه� ف�أ ر�ض� ب

� �ع�د� األ �ه�ا ب �ن م�و�ت �ك� ف�ي إ �ة3 ذ�ل I آلي ق�و�م م�ع�ون� ل �س� ي

“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). ” (QS. An Nahl: 65)

ذ�ي و�ه�و� ل� ال س� �ر� �اح� ي ي ا الر ر3 �ش� �ن� ب �ي �د�ي� ب �ه� ي ح�م�ت �ذ�ا ح�تى ر� �ق�لت� إ 3ا أ اب ح� 3 س� �ق�اال �اه� ث ق�ن �دI س� �ل �ب ل Iت �ا مي �ن ل �نز� �ه� ف�أ �م�اء ب �ا ال ن ج� �خ�ر� �ه� ف�أ �ل م�ن ب ات� ك م�ر� �ك� الث �ذ�ل �خ�ر�ج� ك �مو�ت�ى ن �م� ال ك �ع�ل ون� ل ر� �ذ�ك ت

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al A’rof: 57)

م�ا �ن �ل� إ �اة� م�ث ي �ح� �ا ال �ي �م�اء الد$ن �اه� ك �ن ل �نز� م�اء م�ن� أ �ل�ط� الس ت �ه� ف�اخ� �ات� ب �ب ر�ض� ن� �ل� م�ما األ �ك �أ اس� ي الن

�ع�ام� �ن ى� و�األ ت �ذ�ا ح� �خ�ذ�ت� إ ر�ض� أ� ف�ه�ا األ خ�ر� �ت� ز� ن ي �ه�ا و�ظ�ن و�از ه�ل

� ه�م� أ ن� ون� أ �ه�ا ق�اد�ر� �ي �اه�ا ع�ل �ت أ

�ا ن م�ر�� 3 أ �ال �ي و� ل

� ا أ �ه�ار3 �اه�ا ن �ن �ن ح�ص�يد3ا ف�ج�ع�ل �أ م� ك �غ�ن� ل �م�س� ت �األ �ك� ب �ذ�ل �ف�ص ل� ك �ات� ن I اآلي �ق�و�م ل ون� ر� �ف�ك �ت ي

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman

Page 3: Hikmah Karunia Hujan

yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS. Yunus: 24)

�ن �ق� ف�ي إ ل م�او�ات� خ� ض� الس ر�� �ف� و�األ �ال ت �ل� و�اخ� ي ه�ار� الل �ك� و�الن �ف�ل ت�ي و�ال �ج�ر�ي ال ر� ف�ي ت �ح� �ب �م�ا ال �نف�ع� ب ي

اس� ل� و�م�ا الن �نز� Cه� أ م�اء م�ن� الل �ا ماء م�ن الس ي ح�� �ه� ف�أ �ع�د� األر�ض� ب �ه�ا ب �ث م�و�ت �ل م�ن ف�يه�ا و�ب ةI ك د�آب

�ص�ر�يف� �اح� و�ت ي ح�اب� الر ر� و�الس خ �م�س� �ن� ال �ي م�اء ب ض� الس ر�� �اتI و�األ I آلي ق�و�م �ون� ل �ع�ق�ل ي

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah: 164)

�ه� و�م�ن� �ات �ي ك� آ �ن �ر�ى أ ر�ض� ت� ع�ة3 األ� �ذ�ا خ�اش� �ا ف�إ �ن ل �ز� �ن �ه�ا أ �ي �م�اء� ع�ل ت� ال �ز �ت� اه�ت ب �ن و�ر� ذ�ي إ �اه�ا ال ي �ح� أ

�ي ي �م�ح� �م�و�ت�ى ل ه� ال �ن �ل ع�ل�ى إ ءI ك ي� ق�د�يرf ش�

“Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat: 39)

�ا �ن �ي ي �ح� �ه� و�أ �د�ة3 ب �ل 3ا ب �ت �ك� م�ي �ذ�ل وج� ك �خ�ر� ال

“Dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf: 11)

6. Adzab atas para pelaku maksiat

Hal ini dapat kita lihat pada firman Allah Ta’ala tentang adzab pada kaum Nuh,

�ا و�ق�يل� ر�ض� ي� �ل�ع�ي أ �ا م�اء�ك� اب م�اء� و�ي �ق�ل�ع�ي س� �م�اء� و�غ�يض� أ �م�ر� و�ق�ض�ي� ال �و�ت� األ� ت ع�ل�ى و�اس� �ج�ود�ي �ع�د3ا و�ق�يل� ال � ب �ق�و�م �ل �م�ين� ل الظال

“Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim .”” (QS. Hud: 44)

Allah Ta’ala juga menceritakan mengenai kaum ‘Aad,

�ما و�ه� ف�ل� أ �ل� ع�ار�ض3ا ر� �ق�ب ت �ه�م� م�س� �ت و�د�ي

� �وا أ �ا ع�ار�ضf ه�ذ�ا ق�ال ن �ل� م�م�ط�ر� �م� م�ا ه�و� ب �ت ل �ع�ج� ت �ه� اس� ب fف�يه�ا ر�يح fع�ذ�اب fيم� �ل �د�م ر�) 24 (أ �ل ت ءI ك ي� م�ر� ش�

� �أ ه�ا ب ب �ح�وا ر� ص�ب� �ر�ى ال� ف�أ �ال ي �ه�م� إ �ن اك �ك� م�س� �ذ�ل ك

�ج�ز�ي �ق�و�م� ن �م�ج�ر�م�ين� ال )25 (ال

“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat

Page 4: Hikmah Karunia Hujan

tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” (QS. Al Ahqaf: 24-25)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,

�ان� �ذ�ا و�ك �ى إ أ �م3ا ر� و� غ�ي� ا أ ه�ه� ف�ى ع�ر�ف� ر�يح3 �ا ق�ال�ت� . و�ج� ول� ي س� ه� ر� �ن الل اس� إ �ذ�ا الن و�ا إ

� أ ر� �م� �غ�ي اء� ، ف�ر�ح�وا ال ج� �ن� ر� �ون� أ �ك �م�ط�ر� ف�يه� ي اك� ، ال ر�

� �ذ�ا و�أ �ه� إ �ت ي� أ �ة� و�ج�ه�ك� ف�ى ع�ر�ف� ر� اه�ي �ر� �ك .ال

�ا » ف�ق�ال� ة� ي �ش� �ؤ�م�ن ى م�ا ع�ائ �ن� ي �ون� أ �ك يح� ق�و�مf ع�ذ ب� ع�ذ�ابf ف�يه� ي �الر �ى و�ق�د� ، ب أ ق�و�مf ر� �ع�ذ�اب� �وا ال �ا ع�ار�ضf ه�ذ�ا ( ف�ق�ال ن » )م�م�ط�ر�

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah adzab. Dan pernah suatu kaum diberi adzab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat adzab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.”[6]

Sajian ini diambil dari buku penulis yang sudah diterbitkan Pustaka Muslim dengan judul Panduan Amal Shalih di Musim Hujan.

Wallahul muwaffiq.

 

@ Sakan 27 KSU, Riyadh KSA, menjelang waktu Maghrib.

28 Syawwal 1432 H (26/09/2011)

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

[1] Lihat Zaadul Masiir, 5/322.

[2] Lihat Zaadul Masiir, 5/421.

[3] Tafsir Ath Thobari, 21/520.

[4]Tafsir Ath Thobari, 11/61-62.

[5]Tafsir Al Kasysyaf wal Bayan, 6/17.

[6] HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim no. 899.

Page 5: Hikmah Karunia Hujan

Amalan Shalih Saat Turun Hujan

Apa saja amalan shalih yang bisa dilakukan saat turun hujan? Berikut Muslim.Or.Id sarikan dari berbagai penjelasan ulama.

Segala puji bagi Allah, pada saat ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan melalui kumpulan awan. Allah Ta’ala berfirman,

�ون� ( ب ر� �ش� ت ذ�ي ال �م�اء� ال �م� �ت �ي أ �ف�ر� �ون�) (68أ �ز�ل �م�ن ال �ح�ن� ن �م� أ ن� �م�ز� ال م�ن� �م�وه� �ت ل �ز� ن� أ �م� �ت �ن �أ )69أ

”Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (QS. Al Waqi’ah [56] : 68-69)

Begitu juga firman Allah Ta’ala,

ا ( �جاج3 ث م�اء3 ات� �م�ع�ص�ر� ال م�ن� �ا �ن ل �ز� �ن )14و�أ

”Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah.” (QS. An Naba’ [78] : 14)

Allah Ta’ala juga berfirman,

�ه� ل خ�ال� م�ن� ج� �خ�ر� ي �و�د�ق� ال ى �ر� ف�ت

”Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya.” (QS. An Nur [24] : 43) yaitu dari celah-celah awan.[1]

Merupakan tanda kekuasaan Allah Ta’ala, kesendirian-Nyadalam menguasai dan mengatur alam semesta, Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman sehingga pada tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk dipandang. Allah Ta’ala telah mengatakan yang demikian dalam firman-Nya,

�م�ح�ي�ي ل �اه�ا ي �ح� أ ذ�ي ال �ن إ �ت� ب و�ر� ت� �ز اه�ت �م�اء� ال �ه�ا �ي ع�ل �ا �ن ل �ز� �ن أ �ذ�ا ف�إ ع�ة3 خ�اش� األر�ض� ى �ر� ت ك� �ن أ �ه� �ات آي و�م�ن� fق�د�ير Iي�ء ش� �ل ك ع�ل�ى ه� �ن إ �ى �م�و�ت ال

“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat [41] : 39). Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca dapat melihat pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah keberkahan dengan mekarnya kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya kering tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.

Berikut beberapa amalan shalih saat turun hujan:

[1] Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Tatkala Mendung

Page 6: Hikmah Karunia Hujan

Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

- �ن� و�إ �ه� ع�م�ل ك� �ر� ت م�اء�، الس� �ق آف�ا م�ن� Iف�ق� أ ف�ي 3 ئا �اش� ن �ى أ ر� �ذ�ا إ م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل الله� ص�لى الله� و�ل� س� ر� �ان� ك” “ : - 3 �اف�عا ن 3 با ص�ي ه�م الل ق�ال� ت� م�ط�ر� �ن� و�إ الله�، ح�م�د� الله� ف�ه� �ش� ك �ن� ف�إ �ه�؛ �ي ع�ل �ل� �ق�ب أ �م ث Iة ص�ال� ف�ي �ان� ك

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna, pen) di salah satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya –meskipun dalam shalat- kemudian beliau kembali melakukannya lagi (jika hujan sudah selesai, pen). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun, jika turun hujan, beliau mengucapkan, “Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat].”[2]

’Aisyah radhiyallahu ’anha berkata,

ر� – – �غ�ي و�ت ج� و�خ�ر� و�د�خ�ل� �ر� د�ب� و�أ �ل� �ق�ب أ م�اء� الس ف�ى �ة3 يل م�خ� �ى أ ر� �ذ�ا إ وسلم عليه الله صلى �ى$ ب الن �ان� ك

عليه – الله صلى �ى$ ب الن ف�ق�ال� ، �ك� ذ�ل ة� �ش� ع�ائ �ه� ف�ت ف�ع�ر ، �ه� ع�ن ى� ر س� م�اء� الس ت� م�ط�ر�� أ �ذ�ا ف�إ ، و�ج�ه�ه�

�ه�م� – » ( ) « �ت و�د�ي� أ �ل� �ق�ب ت م�س� ع�ار�ض3ا و�ه�

� أ ر� �ما ف�ل fق�و�م ق�ال� �م�ا ك ه� �ع�ل ل د�ر�ى� أ م�ا وسلم

”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak ke depan, ke belakang atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah beliau. Apabila hujan turun, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam mulai menenangkan hatinya. ’Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallammengatakan, ”Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum ’Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), ”Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka.” (QS. Al Ahqaf [46] : 24)”[3]

Ibnu Hajar mengatakan, ”Hadits ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya jika ia mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya.”[4]

[2] Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan

Apabila Allah memberi nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya untuk membaca do’a,

3 �ف�عا نا 3 با ص�ي ه�م الل

“Allahumma shoyyiban naafi’aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].”

Itulah yang Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,

�ن �ى إ ب �ان�- وسلم عليه الله صلى -الن �ذ�ا ك �ى إ أ �م�ط�ر� ر� ه�م » ق�ال� ال 3 الل با 3 ص�ي �اف�عا ن «

”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”.[5]

Page 7: Hikmah Karunia Hujan

Ibnu Baththol mengatakan, ”Hadits ini berisi anjuran untuk berdo’a ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan.”

Al Khottobi mengatakan, ”Air hujan yang mengalir adalah suatu karunia.”[6]

[3] Turunnya Hujan, Kesempatan Terbaik untuk Memanjatkan Do’a

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni[7]mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

�ث� : �غ�ي ال ول� �ز� و�ن ، ة� الصال� �ق�ام�ة� و�إ ، �وش� �ج�ي ال �ق�اء� �ت ال �د� ن ع� Iث �ال� ث �د� ن ع� الد$ع�اء� �ة� اب �ج� ت اس� �وا �ب �ط�ل ا

’Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.”[8]

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

الم�ط�ر� �ح�ت� ت د�اء�و� الن �د� ن ع� الد$ع�اء� دان� �ر� ت م�ا �ان� �ت �ن ث

“Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.”[9]

[4] Ketika Terjadi Hujan Lebat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,

, ر� ج� الش �ت� �اب و�م�ن �ة� و�د�ي� األ� �ط�ون� و�ب اب� و�الظ ر� �ال� ب �ج� و�ال � �ام ك اآل� ع�ل�ى ه�م الل �ا �ن �ي ع�ل و�ال� �ا �ن �ي ح�و�ال Cه�م الل

“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].”[10]

Ibnul Qayyim mengatakan, ”Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabishallallahu ’alaihi wa sallam supaya berdo’a agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca do’a di atas.”[11]

Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa do’a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya.[12]

[5] Mengambil Berkah dari Air Hujan

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami pernah kehujanan bersama Rasulullahshallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Page 8: Hikmah Karunia Hujan

�ع�ال�ى ت ه� ب �ر� ب Iع�ه�د ح�د�يث� ه� �ن أل

“Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.”[13]

An Nawawi menjelaskan, “Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.”[14]

An Nawawi selanjutnya mengatakan, ”Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama Syafi’iyyah tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadits ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang lebih berilmu melakukan sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaknya ia menanyakannya untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain.”[15]

Dalam hal mencari berkah dengan air hujan dicontohkan pula oleh sahabat Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata,

: ! “ : م�ن� �ا �ن ل �ز و�ن �ق�و�ل� و�ي �ي، �اب �ي ث �خ�ر�ج�ي أ ج�ي، ر� س� �خ�ر�ج�ي أ ة� ار�ي ج� �ا ي �ق�و�ل� ي م�اء�، الس ت� م�ط�ر�� أ �ذ�ا إ �ان� ك ه� ن

� أ : ق [ 3 كا �ار� م�ب م�اء3 م�اء� ].9الس

”Apabila turun hujan, beliau mengatakan, ”Wahai jariyah keluarkanlah pelanaku, juga bajuku”.” Lalu beliau membacakan (ayat) [yang artinya], ”Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya).” (QS. Qaaf [50] : 9)” [16]

[6] Dianjurkan Berwudhu dengan Air Hujan

Ibnu Qudamah mengatakan, ”Dianjurkan untuk berwudhu dengan air hujan apabila airnya mengalir deras.”[17]

Dari Yazid bin Al Hadi, apabila air yang deras mengalir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengatakan,

�ه� �ي ع�ل Cه� الل �ح�م�د� و�ن �ه� م�ن �ط�هر� �ت ف�ن ، ا ط�ه�ور3 ه� الل �ه� ع�ل ج� ذ�ي ال ه�ذ�ا إل�ى �ا �ن ب ج�وا �خ�ر� ا

”Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci.” Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji Allah atas nikmat ini.”[18]

Namun, hadits di atas adalah hadits yang lemah karena munqothi’ (terputus sanadnya) sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi[19].

Ada hadits yang serupa dengan hadits di atas dan shahih,

�ه� ” “ ب �ط�هر� �ت ف�ن ا ط�ه�و�ر3 الله� �ه� ج�ع�ل ذ�ي ال ه�ذ�ا �ل�ى إ �ا �ن ب ج�و�ا �خ�ر� أ الو�اد�ي ال� س� �ذ�ا إ �ق�و�ل� ي �ان� ك

“Apabila air mengalir di lembah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci”. Kemudian kami bersuci dengannya.”[20]

Page 9: Hikmah Karunia Hujan

[7] Janganlah Mencela Hujan

Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari Allah Ta’ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan, “Aduh!! hujan lagi, hujan lagi”.

Perlu diketahui bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Ta’alaberfirman,

fيد� ع�ت fق�يب ر� �ه� �د�ي ل �ال إ Iق�و�ل م�ن� �ف�ظ� �ل ي م�ا

”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50] : 18)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

�ن �د� إ �ع�ب م� ال �ل �ك �ت �ي �م�ة� ل �ل �ك �ال ه� ر�ض�و�ان� م�ن� ب � الل �ل�ق�ى ال �ه�ا ي 3 ل �اال ف�ع� ، ب �ر� ه� ي �ه�ا الل ج�اتI ب �ن ، د�ر� �د� و�إ �ع�ب م� ال �ل �ك �ت �ي ل�م�ة� �ل �ك �ال ه� س�خ�ط� م�ن� ب � الل �ل�ق�ى ال �ه�ا ي 3 ل �اال �ه�و�ى ب �ه�ا ي م� ف�ى ب ج�ه�ن

“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.”[21]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’alaberfirman,

ه� ق�ال� �ع�ال�ى الل �ؤ�ذ�ين�ى ت �ن� ي �س�ب$ ، آد�م� اب �ا الده�ر� ي �ن �د�ى ، الده�ر� و�أ �ي �م�ر� ب �ق�ل ب� ، األ �ل� أ ي ه�ار� الل و�الن

“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.”[22]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

� $وا ال ب �س� يح� ت الر

”Janganlah kamu mencaci maki angin.”[23]

Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.

Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini sama saja

Page 10: Hikmah Karunia Hujan

dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, “Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat”, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa.[24]

Intinya, mencela hujan tidak terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan mencela Pencipta hujan yaitu Allah Ta’ala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur kepada-Nya sebagaimana telah diterangkan dalam point-point sebelumnya.

[8] Berdo’a Setelah Turunnya Hujan

Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, ”Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

. ب�ى» fم�ؤ�م�ن ف�ذ�ل�ك� �ه� ح�م�ت و�ر� ه� الل �ف�ض�ل� ب �ا ن م�ط�ر� ق�ال� م�ن� ما� ف�أ fاف�ر� و�ك �ى ب fم�ؤ�م�ن �اد�ى ع�ب م�ن� �ح� ص�ب

� أ» . �ب� �و�ك �ك �ال ب fم�ؤ�م�ن �ى ب fاف�ر� ك �ك� ف�ذ�ل �ذ�ا و�ك �ذ�ا ك �و�ء� �ن ب �ا ن م�ط�ر� ق�ال� م�ن� ما

� و�أ �ب� �و�ك �ك �ال ب fاف�ر� و�ك

“Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), makadialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.”[25]

Dari hadits ini terdapat dalil untuk mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, ”Tidak boleh bagi seseorang menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur akbar yangmenyebabkan seseorang keluar dari Islam jika ia meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang menciptakan hujan. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini termasuk kufur ashgor (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang hanya sekedar waktu semata.”[26]

Demikian beberapa amalan yang bisa diamalkan ketikan hujan turun. Hanya Allah yang memberi taufik.

(*) Pembahasan di atas dicuplik dari buku karya penulis “Panduan Amalan Shalih di Musim Hujan” yang telah diterbitkan Pustaka Muslim.

Page 11: Hikmah Karunia Hujan

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

 

[1] Lihat Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 24/262, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.

[2] Lihat Adabul Mufrod no. 686, dihasankan oleh Syaikh Al Albani

[3] HR. Bukhari no. 3206

[4]Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al ’Asqolani Asy Syafi’i, 6/301, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H

[5] HR. Bukhari no. 1032, Ahmad no. 24190, dan An Nasai no. 1523.

[6] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 5/18, Asy Syamilah.

[7]Al Mughni fi Fiqhil Imam Ahmad bin Hambal Asy Syaibani, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, 2/294, Darul Fikr, Beirut, cetakan pertama, 1405 H.

[8] Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 1026.

[9] HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ no. 3078.

[10] HR. Bukhari no. 1014.

[11]Zaadul Ma’ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/439, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, tahun 1407 H.

[12] Lihat Dzikru wa Tadzkir, Sholih As Sadlan, hal. 28, Asy Syamilah.

[13] HR. Muslim no. 898.

[14]Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 6/195, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobiy, cetakan kedua, 1392 H.

[15]Syarh Muslim, 6/196.

[16] Lihat Adabul Mufrod no. 1228. Syaikh Al Albani mengatakan sanad hadits ini shohih dan hadits ini mauquf [perkataan sahabat].

Page 12: Hikmah Karunia Hujan

[17]Al Mughni, 2/295.

[18] Dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro (3/359) dan Tuhfatul Muhtaj (1/567). Dikeluarkan pula oleh An Nawawi dalam Al Khulashoh (2/884) dan Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (1/216) [dinukil dari http://dorar.net ]. Lihat pula Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 1/439. Hadits ini adalah hadits yang lemah karena munqothi’ yaitu ada sanad yang terputus.

[19] Syaikh Al Albani dalam Dho’if Al Jaami’ no. 4416 mengatakan bahwa hadits ini dho’if.

[20] HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Ahmad. Lihat Irwa’ul Gholilno. 679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[21] HR. Bukhari no. 6478.

[22] HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah.

[23] HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka’ab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih.

[24] Faedah dari guru kami Ustadz Abu Isa hafizhohullah. Lihat buah pena beliau “Mutiara Faedah Kitab Tauhid”, hal. 227-231, Pustaka Muslim, cetakan pertama, Jumadal Ula 1428 H.

[25] HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71, dari Kholid Al Juhaniy.

[26]Kutub wa Rosa’il Lil ‘Utsaimin, 170/20, Asy Syamilah.