untaian hikmah lingkungan

68
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Al-Qur’an, Hadits dan Kitab Salaf Untaian Hikmah Lingkungan

Upload: arief-darmawan

Post on 03-Aug-2016

335 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan menurut Al-Qur'an, Hadits dan Kitab Salaf

TRANSCRIPT

  • Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Al-Quran, Hadits dan Kitab Salaf

    Untaian HikmahLingkungan

  • Publikasi ini dapat digandakan untuk tujuan pendidikan atau tujuan non-komersial tanpa persetujuan tertulis dari pemegang hak cipta sepanjang sumbernya disebutkan dengan jelas. Penggandaan dengan tujuan dijual kembali atau tujuan komersial lainnya tidak diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari pemegang hak cipta.

    Publikasi ini dikembangkan melalui program Grassroots Capacity Building for REDD+ in Asia dari RECOFTC - The Center for People and Forests yang didanai oleh Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad). Pendapat yang dinyatakan pada publikasi ini tidak dapat serta merta dianggap sebagai pandangan RECOFTC dan Norad.

    Untaian HikmaH LingkUnganPengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Al-Quran, Hadits dan Kitab Salaf

    Hak Cipta RECOFTC dan YAKOBI 2016Berau, Indonesia

    Semua foto adalah milik RECOFTC Penelaah Ahli:KH. Burhanuddin Harahap (Rois Suriyah Nahdlatul Ulama Berau)Saifun Nashor

    Editor:Andi F YahyaFakhrizal Nashr

    Tim Penyusun:H. Asrul SaniRahman DukaMuhammad Arsyad, S.Pd.INiel MakinuddinIbnu UbaidillahWahidin, S.HIBambang

    Kontributor: YAKOBI Muhammad FajriGilang RamadhanSariadiNurul Auliani SaputriMirnawatiZakiah RECOFTCFebruanty Suyatiningsih

    Perancang Grafis: Arief Darmawan

  • Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Taala yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan kepada tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan buku Untaian Hikmah Lingkungan sebagai salah satu buku referensi tentang lingkungan dari sudut pandang Islam, khususnya Alquran, hadist dan kitab-kitab Salaf.

    Salawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya, para penerus dan pewarisnya, yang menjadi petunjuk menuju jalan kebenaran-Nya.

    Buku ini disusun atas kerjasama berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

    KH. Burhanuddin Harahap, H. Asrul Sani, Ustadz Rahman Duka, M.Pd. dan Bapak Niel Makinuddin (TNC) yang telah membantu memfasilitasi proses, memberikan bimbingan dan motivasi kepada semua pihak yang berpartisipasi, baik secara pribadi maupun kelembagaan.

    KH. M. Ramli, Drs. H. Djailani, Para Pimpinan Pondok Pesantren Labanan Makarti, Pondok Pesantren Riyadussholihin, Pondok Pesantren Al-Adnan, Pondok Pesantren Al-Kholil, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Labanan cabang Lerboyo Kediri serta para masyaikh lainnya, baik yang telah berpartisipasi maupun yang telah memberikan apresiasi dalam penyusunan buku ini.

    Rumadi, Ketua Lakpesdam PBNU dan Asman Azis, Ketua Lakpesdam Provinsi, yang telah membantu dalam lokakarya finalisasi draft buku Untaian Hikmah Lingkungan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Al-Quran, Hadits dan Kitab Salaf untuk penguatan dan perluasan jaringan belajar bagi para ulama atau tokoh agama di tingkat Provinsi di Kota Balikpapan.

    Tim sebagai fasilitator sejak inisiasi awal, yaitu Gilang Ramadhan, Sariadi Hamda, Nurul Aulia, Zakiah, Asri, Mirnawati Yunus, Okitibri Pribadi, Tedy Tadir, Chigo, Ramahdani, Vita Dyah Forentina, Rizal dan Fakhrizal Nashr.

    Kepada Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad) atas dukungan finansial dan RECOFTC - The Center for People and Forests melalui Program Grassroots Capacity Building for REDD+ in Asia atas pendampingan dan kepercayaan dalam melaksanakan program ini.

    Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh umat Islam, khususnya warga Nahdliyyin. Aamiin yaa Rabbal aalamiin.

    Wallahulmuwafiq Ilaa Aqwamith Thoriq,

    Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Ucapan Terima Kasih

  • Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Taala, karena rahmat dan izin-Nya jualah buku Untaian Hikmah Lingkungan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Al-Quran, Hadits dan Kitab Salaf dapat diselesaikan. Buku ini berawal dari rangkuman Lokalatih Perspektif Al-Quran, Hadits dan Kitab Salaf dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kabupaten Berau pada tahun 2012.

    Untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan energi, manusia kerap melupakan prinsip-prinsip pengelolaan berkelanjutan dan menyebabkan banyak kerusakan lingkungan contohnya pembukaan lahan hutan untuk pertanian, perumahan dan industri mengakibatkan kerusakan hutan dan berkurangnya penyerapan karbon di udara. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim.

    Menghadapi pemasalahan tersebut, saya menyambut baik perampungan buku ini. Tentunya akan menjadi sangat menarik untuk menyimak bersama permasalahan lingkungan yang tengah kita hadapi dan kemudian diangkat dan dibahas berdasarkan sudut pandang Islam yang bersumber dari Alquran, hadits dan kitab-kitab salaf.

    Sudah sepatutnya kita membuat perubahan besar dengan mengarusutamakan lingkungan pada seluruh keputusan yang kita ambil dalam setiap pergerakan, dimulai dari diri sendiri, keluarga, perkantoran dan perusahaan yang ada, hingga lingkungan masyarakat. Namun di sisi lain, dalam pengambilan dasar keputusan, tidak dapat dipungkiri kita juga terkadang harus melihat dari sudut pandang lain, misalnya Islam dengan Alquran sebagai pedomannya. Allah Subhanahu Wa Taala berfirman dalam Surah Al-Hijr Ayat 19 - 20:

    Artinya:Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.

    Demikian pengantar singkat ini, dengan memohon ridho dari Allah Subhanahu Wa Taala dan diiringi doa restu semoga buku ini dapat menjangkau umat muslim di Kabupaten Berau dan umat muslim Indonesia pada umumnya. Semoga apa yang kita cita-citakan bersama dapat kita capai dengan ridho dan berkah dari Allah Subhanahu Wa Taala.

    Wabillahitaufiq Wal Hidayah,

    Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Bupati Kabupaten Berau 2010-2015Drs. H. Makmur HAPK., M.M.

    Kata Pengantar

    Allah Subhanahu Wa Taala berfirman dalam Surah Al-Hijr Ayat 19 - 20:

    . . Artinya:

    dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.

    ii

  • Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Segala puji bagi Allah Seru Sekalian Alam, yang menciptakan ekosistem alam saling bertautan antara satu dengan yang lainnya, baik alam yang tampak maupun yang tidak tampak. Salawat dan salam semoga Allah berikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, para keluarga dan sahabatnya.

    Rasa syukur ini juga semakin bertambah dengan terbitnya buku Untaian Hikmah Lingkungan: Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Al-Quran, Hadits, dan Kitab Salaf, yang merupakan kerja bersama antara Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Berau dan Yayasan Komunitas Belajar Indonesia (YAKOBI) yang didukung oleh RECOFTC - The Center for People and Forest. Selamat atas terbitnya buku ini, buah kerja keras yang telah dilakukan oleh teman-teman dari rangkaian lokakarya dan pertemuan yang telah dilakukan selama tiga tahun terakhir (2012-2015).

    Buku Untaian Hikmah Lingkungan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Al-Quran, Hadits dan Kitab Salaf ini sangat diperlukan untuk mengungkap nilai-nilai yang Allah ciptakan untuk manusia. Sebagian besar nilai kehidupan tersebut harus diungkap dan diangkat melalui pemikiran. Semakin sering kita kaji maka semakin banyak nilai yang terungkap yang bermanfaat bagi umat manusia. Tata alam semesta dapat kita baca dengan nama-nama surah dengan memahami latar belakang atau alur kenapa surah tersebut diberi nama demikian

    Nahdhatul Ulama (NU) sebagai organisasi sosial keagamaan (Islam) sudah sepatutnya aktif dan ikut terlibat dalam mendorong proses-proses perubahan sosial ke arah yang lebih baik, termasuk dalam konteks isu kerusakan lingkungan dan eksploitasi SDA, yang merupakan isu yang sangat penting di Kalimantan Timur.

    Kami berharap buku ini bisa menjadi bacaan yang menarik dan membantu dalam membaca ayat-ayat yang tersirat dalam lingkungan yang ada di depan mata kita. Dengan membaca dan mengimplementasikannya semoga kita dapat memperoleh nilai-nilai kehidupan yang penuh makna, yang dapat mengantarkan kita menuju kehidupan yang hakiki.

    Wallahulmuwafiq Ilaa Aqwamith Thoriq,

    Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Rais Syuriah PCNU Kab. Berau Ketua PWNU Kalimantan Timur KH. Burhanudin Harahap KH. M. Rasyid, S.Pd.I

    Kata Pengantar

    iii

  • iv

    Daftar IsiUcapan Terima Kasih

    Kata Pengantar

    Pendahuluan

    Panduan Penggunaan Buku

    Untaian Hikmah Lingkungan

    1. Penciptaan Bumi dan Alam Semesta a. Al-Anbya (Surah 21 Ayat 30, 31 dan 32) b. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 29) c. Al-Anaam (Surah 06 Ayat 1) d. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 54) e. Yunus (Surah 10 Ayat 3) f. Al-Furqaan (Surah 25 Ayat 59) g. At-Taubah (Surah 09 Ayat 36) h. Al-Anbya (Surah 21 Ayat 33) i. An-Nuur (Surah 24 Ayat 45) j. Al-Furqaan (Surah 25 Ayat 54) k. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 26)

    2. Tujuan Penciptaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam a. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 22) b. An-Nahl (Surah 16 Ayat 65) c. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 30) d. Az-Zukhruf (Surah 43 Ayat 10) e. An-Nahl (Surah 16 Ayat 81)

    3. Anjuran Menjaga Sumber Daya Alam a. Huud (Surah 11 Ayat 116) b. Al-Qashash (Surah 28 Ayat 77)

    i

    ii

    vii

    1

    2

    333344455556

    9999

    1010

    131313

  • 18181819

    2121

    2525262627

    2828282828282929

    3333

    34

    3839424446495154

    56

    4. Insentif dan Motivasi dalam Pelestarian Alam a. Al-Qashash (Surah 28 Ayat 83) b. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 56) c. Al-Jaatsiyah (Surah 45 Ayat 22)

    5. Larangan dan Sanksi dari Perusakan Sumber Daya Alam a. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 85)

    6. Akibat Perusakan Sumber Daya Alam a. Ar-Ruum (Surah 30 Ayat 41) b. Al-Muminuun (Surah 23 Ayat 71) c. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 27) d. Asy-Syuuraa (Surah 42 Ayat 30)

    7. Peringatan, Ancaman dan Sanksi terhadap Perusakan Sumber Daya Alam

    a. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 205) b. As-Syuaraa (Surah 26 Ayat 151 152) c. Ali-Imraan (Surah 03 Ayat 63) d. Al-Ahqaaf (Surah 46 Ayat 3) e. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 56) f. Adz-Dzaariyaat (Surah 51 Ayat 41 42)

    8. Arahan dan Solusi terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam a. Muhammad (Surah 47 Ayat 22)

    Pernyataan Bersama Dan Rekomendasi Para Ulama

    Bacaan InspiratifMenjaga Sumber Air Minum TabalarPohon Bakau KehidupanJejaring Komunitas Pendukung Konservasi di KabupatenIslam dan Transformasi Perilaku HijauBumi dan Perubahan IklimProgram Karbon Hutan BerauAksi Nyata Pelestarian Lingkungan

    Daftar Pustaka

    v

  • Pendahuluan Banyaknya kegiatan manusia yang dilakukan dengan cara yang tidak ramah lingkungan dan tidak memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam, telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat mengkhawatirkan. Salah satu akibat dari kerusakan lingkungan yang saat ini dirasakan paling mengancam adalah terjadinya pemanasan global. Suhu bumi menjadi lebih panas dan mengakibatkan perubahan iklim yang berdampak kepada kesejahteraan manusia. Hal ini dapat dirasakan dan dilihat dengan makin banyaknya bencana yang terjadi, seperti banjir, kekeringan, tanah longsor dan cuaca ekstrim yang menyebabkan terjadinya badai, wabah penyakit dan sebagainya.

    Untuk mengurangi dampak tersebut, berbagai upaya secara nasional dan lokal telah dilakukan. Kabupaten Berau telah menginisiasi berbagai program konservasi yang puncaknya adalah pencanangan Program Karbon Hutan Berau pada tahun 2008. Inisiatif tersebut mendapatkan dukungan dari Kementerian Kehutanan pada Januari 2010 dengan menjadikan Kabupaten Berau sebagai salah satu daerah percontohan untuk kegiatan pengurangan emisi karbon melalui program perbaikan tata kelola lingkungan menggunakan skema Program REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation).

    Inisiatif program REDD+ di Kabupaten Berau merupakan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan untuk mengurangi dampak kerusakan dan penggundulan hutan terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca yang dapat berdampak bagi kehidupan manusia. Kegiatan ini sangat membutuhkan kepedulian dan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya pemerintah dan organisasi masyarakat sipil saja.

    Salah satu upaya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengurangan emisi karbon adalah melalui sosialisasi dan peningkatan pemahaman dan pengetahuan. Upaya tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Oleh karena itu, dengan dukungan RECOFTC - The Center for People and Forests melalui Program Peningkatan Kapasitas Akar Rumput tentang REDD+ di Asia melakukan kegiatan pelatihan dan penyadartahuan untuk masyarakat agar mereka memahami peranan hutan untuk kehidupan dan pentingnya menjaga lingkungan dan melakukan kegiatan ramah lingkungan.

    Selama kegiatan berlangsung, dan RECOFTC memahami bahwa penduduk Kabupaten Berau yang mayoritas beragama Islam menempatkan ulama sebagai tokoh utama dalam tatanan sosial, budaya dan politik. Hal ini menyebabkan pelibatan peran ulama dalam kegiatan sosialiasi dan penyadartahuan tentang lingkungan menjadi penting. YAKOBI merangkul Pengurus Cabang Nadhatul Ulama untuk bekerja sama dalam memprakarsai satu buku yang berisi ringkasan informasi tentang pelestarian lingkungan yang diambil dari Alquran, hadis dan kitab-kitab salaf. Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para ulama dan asatidz dalam memberikan materi pembelajaran tentang lingkungan di masyarakat. Selain itu, buku ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk dapat melaksanakan ajakan dan anjuran yang disampaikan karena berasal dari sumber yang sangat diyakini oleh masyarakat yang beragama Islam.

    vi

  • Panduan Penggunaan BukuBuku Untaian Hikmah Lingkungan terbagi menjadi tiga bagian pokok pembahasan. ______________________________________________

    Bagian pertama berupa kompilasi ayat-ayat Alquran, hadis dan penjelasan kitab-kitab salaf yang terangkum dalam delapan pokok bahasan, yaitu:

    1. Penciptaan Bumi dan Alam Semesta2. Tujuan Penciptaan dan Pemanfaatan

    Sumber Daya Alam3. Anjuran Menjaga Sumber Daya Alam4. Insentif dan Motivasi dalam Pelestarian Alam5. Larangan dan Sanksi dari Perusakan

    Sumber Daya Alam6. Akibat Perusakan Sumber Daya Alam7. Peringatan Ancaman dan Sanksi Terhadap Perusakan

    Sumber Daya Alam8. Arahan dan Solusi terhadap Pengelolaan

    Sumber Daya Alam______________________________________________

    Bagian kedua terkait dengan pernyataan bersama dan rekomendasi para ulama PC NU Kabupaten Berau yang dirumuskan pada tahun 2012 dan tambahan masukan selama pertemuan konsultasi akar rumput berlangsung.______________________________________________

    Bagian ketiga berupa artikel inspiratif sebagai langkah konkret berbagai pihak, terutama ulama, pemerintah dan penggiat konservasi yang memberikan cerita inspiratif dari berbagai sudut pandang.

    1

  • 2Untaian Hikmah LingkunganKompilasi ayat-ayat Al-Quran, hadis dan kitab salaf tentang pengelolaan alam dan lingkungan yang dapat dijadikan acuan dalam memberikan masukan, arahan dan anjuran sesuai dengan kondisi yang ada.

  • 1. Penciptaan Bumi dan Alam SemestaSebagaimana yang kita tahu dalam beberapa teori penciptaan bahwa alam semesta ini pada milyaran tahun yang lalu hanya berupa gugusan yang beputar sangat cepat melebihi kecepatan cahaya. Allah telah mengabarkan jauh sebelumnya di dalam banyak ayat-ayat Alquran diantaranya:

    a. Al-Anbya (Surah 21 Ayat 30, 31 dan 32)

    Artinya:30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan

    bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

    31. Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

    32. Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.

    b. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 29)

    Artinya:Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

    c. Al-Anaam (Surah 06 Ayat 1)

    Untaian Hikmah Lingkungan Kompilasi ayat-ayat Al-Quran, hadis dan kitab salaf tentang pengelolaan alam dan lingkungan yang dapat dijadikan acuan dalam memberikan masukan, arahan dan anjuran sesuai dengan kondisi yang ada.

    1. Penciptaan Bumi dan Alam Semesta Sebagaimana yang kita tahu dalam beberapa teori penciptaan bahwa alam semesta ini pada milyaran tahun yang lalu hanya berupa gugusan yang beputar sangat cepat melebihi kecepatan cahaya. Allah telah mengabarkan jauh sebelumnya di dalam banyak ayat-ayat Alquran diantaranya:

    a. Al-Anbya (Surah 21 Ayat 30, 31 dan 32)

    Artinya:

    30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

    31. Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

    32. Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.

    b. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 29)

    Artinya:

    Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

    3

    c. Al-Anaam (Surah 06 Ayat 1)

    Artinya:

    Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

    3

  • Artinya:Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

    d. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 54)

    Artinya:Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

    e. Yunus (Surah 10 Ayat 3)

    d. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 54)

    Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

    4 | Untaian Hikmah Lingkungan

    Artinya:Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa`at kecuali sesudah ada izin-Nya, (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

    f. Al-Furqaan (Surah 25 Ayat 59)

    Artinya:Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.

    f. Al-Furqaan (Surah 25 Ayat 59)

    Artinya: Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.

    5

    e. Yunus (Surah 10 Ayat 3)

    Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa`at kecuali sesudah ada izin-Nya, (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

  • 5g. At-Taubah (Surah 09 Ayat 36)

    Artinya:Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya1 diri kamu dalam bulan yang empat2 itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

    1 Maksudnya janganlah kamu menganiaya dirimu dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan mengadakan peperangan.2 Muharram, Rajab, Zulqaidah dan Zulhijjah adalah bulan-bulan yang dihormati dan dalam bulan-bulan tersebut tidak boleh diadakan peperangan.

    7

    g. At-Taubah (Surah 09 Ayat 36)

    Artinya:

    Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya1 diri kamu dalam bulan yang empat2 itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

    1Maksudnya janganlah kamu menganiaya dirimu dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan mengadakan peperangan. 2Muharram, Rajab, Zulqaidah dan Zulhijjah adalah bulan-bulan yang dihormati dan dalam bulan-bulan tersebut tidak boleh diadakan peperangan.

    Artinya:Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

    i. An-Nuur (Surah 24 Ayat 45)

    h. Al-Anbya (Surah 21 Ayat 33)

    Artinya:

    Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

    h. Al-Anbya (Surah 21 Ayat 33)

    Artinya:Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

    j. Al-Furqaan (Surah 25 Ayat 54)

    j. Al-Furqaan (Surah 25 Ayat 54)

    Artinya:

    Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah3 dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.

    3Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya.

    9

    i. An-Nuur (Surah 24 Ayat 45)

    Artinya: Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

  • 11

    k. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 26)

    Artinya: Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada akan disesatkan4 Allah kecuali orang-orang yang suka berbuat dosa (fasiq).

    4Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah.

    Artinya:Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada akan disesatkan4 Allah kecuali orang-orang yang suka berbuat dosa (fasiq).___________________________________________________________________

    Berikut adalah hadis dan keterangan dalam kitab kuning yang mendukung ayat-ayat di atas:

    Menurut hadis yang diterangkan dalam kitab Fathul Baari Syarah Shohih Bukhori (karya Al-Imam Al Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqolani) juz 2 halaman 783:

    Artinya:Diriwayatkan dari Imam Ahmad dari jalur Abi Maimunah dari Abi Hurairah beliau bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulullah, beritahukan kepada kami tentang terciptanya segala sesuatu, Rasulullah menjawab: Setiap segala sesuatu diciptakan dari air. (Sanad Shahih)

    k. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 26)

    Berikut adalah hadis dan keterangan dalam kitab kuning yang mendukung ayat-ayat di atas:

    Menurut hadis yang diterangkan dalam kitab Fathul Baari Syarah Shohih Bukhori (karya Al-Imam Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqolani) juz 2 halaman 783:

    " : " .

    Artinya: Diriwayatkan dari Imam Ahmad dari jalur Abi Maimunah dari Abi Hurairah beliau bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulullah, beritahukan kepada kami tentang terciptanya segala sesuatu, Rasulullah menjawab: Setiap segala sesuatu diciptakan dari air. (Sanad Shahih)

    6 | Untaian Hikmah Lingkungan

    Artinya:Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya)keturunan dan mushaharah3 dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.

    3 Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya.4 Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah.

  • 713

    Sedangkan menurut kitab Fiqhul Islam Waadillatuhu (karya As-Syaikh Wahbah Zuhaili) juz 6 halaman 400:

    : . :

    :

    : .

    : : .

    . : .

    :

    . Artinya: Hukum-hukum pertanahan dalam lingkup pemerintahan atau negara ada dua:

    Tanah yang sudah dimiliki Tanah yang belum dimiliki

    Tanah yang sudah dimiliki ada dua macam: Tanah yang berpenghuni Hutan belantara

    Tanah yang belum dimiliki (bebas) juga ada dua macam: Tanah yang merupakan bagian dari kekayaan negara Tanah yang bukan merupakan bagian dari kekayaan negara

    Bentuk dari tanah tersebut termasuk sebagian dari beberapa kekayaan negara, baik untuk kawasan hutan lindung, maupun untuk menjaga kelestarian marga satwa (tanah kawasan budidaya kehutanan).

    Sedangkan menurut kitab Fiqhul Islam Waadillatuhu (karya As-Syaikh Wahbah Zuhaili) juz 6 halaman 400:

    Artinya:Hukum-hukum pertanahan dalam lingkup pemerintahan atau negara ada dua: Tanah yang sudah dimiliki Tanah yang belum dimilikiTanah yang sudah dimiliki ada dua macam: Tanah yang berpenghuni Hutan belantaraTanah yang belum dimiliki (bebas) juga ada dua macam: Tanah yang merupakan bagian dari kekayaan negara Tanah yang bukan merupakan bagian dari kekayaan negara

    Bentuk dari tanah tersebut termasuk sebagian dari beberapa kekayaan negara, baik untuk kawasan hutan lindung, maupun untuk menjaga kelestarian marga satwa (tanah kawasan budidaya kehutanan).

  • 8 | Untaian Hikmah Lingkungan

    Tanah yang bukan bagian dari kekayaan negara, yaitu bumi yang belum dimanfaatkan atau yang sekarang dinamakan tanah yang dikuasai negara pada umumnya (tanah kawasan budidaya non kehutanan).

    Yang dimaksud dengan bumi yang berpenduduk, yaitu bumi yang bisa di manfaatkan, dijadikan hunian atau dibuat lahan pertanian.

    Adapun tanah khorob (yang telah dibuka) adalah tanah yang telah jelas kepemilikannya bagi sekelompok masyarakat, dan juga tanah tersebut telah terputus pengairannya, belum layak dibuat lapangan pekerjaan, dibuat hunian, ditanami buah-buahan, dan di sana akan dicurahkan suatu pemikiran yang konkret mengenai hukum pertanahan.

    Hukum tanah bersertifikat (kepemilikan), yaitu tanah yang tidak diperbolehkan seseorang untuk menggarapnya tanpa seizin pemiliknya.

    Hukum tanah tandus yang telah terputus pengairannya adalah tanah kepemilikan meskipun tanah tersebut gersang dalam kurun waktu sangat lama sampai tanah tersebut boleh dijual, dihibahkan, dipekerjakan pada orang lain atau diwariskan oleh pemiliknya bila ia sudah mati. Dalam hal ini jika telah jelas kepemilikannya. Jika belum diketahui kepemilikannya maka hukumnya sebagaimana luqotoh (temuan).

    Dari beberapa dalil di atas dapat diketahui bahwa sesungguhnya penciptaan alam semesta itu karena kekuasaan-Nya dan harus dipergunakan dengan bijaksana oleh manusia.

  • 2. Tujuan Penciptaan dan Pemanfaatan Sumber Daya AlamKita telah memaklumi bahwa membuat sesuatu pasti ada tujuan pemanfaatannya. Itulah hukum alam yang diciptakan oleh Allah pada diri setiap makhluk-Nya. Begitu juga halnya Allah SWT dengan semua ciptaan-Nya, sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat Alquran:

    a. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 22)

    b. An-Nahl (Surah 16 Ayat 65)

    15

    2. Tujuan Penciptaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Kita telah memaklumi bahwa membuat sesuatu pasti ada tujuan pemanfaatannya. Itulah hukum alam yang diciptakan oleh Allah pada diri setiap makhluk-Nya. Begitu juga halnya Allah SWT dengan semua ciptaan-Nya, sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat Alquran:

    a. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 22)

    Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu5 bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

    5Sekutu ialah segala sesuatu yang disembah disamping menyembah Allah, seperti berhala-berhala, dewa-dewa dan sebagainya.

    17

    c. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 30)

    Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

    Artinya:Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu5 bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

    Artinya:Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).

    c. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 30)

    5 Sekutu ialah segala sesuatu yang disembah disamping menyembah Allah, seperti berhala-berhala, dewa-dewa dan sebagainya.

    b. An-Nahl (Surah 16 Ayat 65)

    Artinya: Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).

    9

  • 10 | Untaian Hikmah Lingkungan

    Artinya:Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

    d. Az-Zukhruf (Surah 43 Ayat 10)

    Artinya:Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.

    e. An-Nahl (Surah 16 Ayat 81)

    d. Az-Zukhruf (Surah 43 Ayat 10)

    Artinya: Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.

    19

    e. An-Nahl (Surah 16 Ayat 81)

    Artinya: Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).

    Dalam kitab Umdatul Qori, bab Wakalatul Amin (karya Syaikh Badaruddin Al-Aini) juz 12 halaman 155, Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

    )(

    "

    Artinya: Jika tiba hari kiamat, dan di tangan salah satu di antara kalian ada bibit kurma, jika ia mampu untuk tidak bangkit (dari tempatnya) sebelum menanamnya maka tanamlah (bibit tersebut).

    Artinya:Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).___________________________________________________________________

    Dalam kitab Umdatul Qori, bab Wakalatul Amin (karya Syaikh Badaruddin Al-Aini) juz 12 halaman 155, Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

    Artinya:Jika tiba hari kiamat, dan di tangan salah satu di antara kalian ada bibit kurma, jika ia mampu untuk tidak bangkit (dari tempatnya) sebelum menanamnya maka tanamlah (bibit tersebut).

  • 11

    Berdasarkan hadis di atas, Rasulullah sangat menegaskan tentang perilaku manusia dan agar umat manusia selaku khalifah selalu berbuat baik dan memberdayakan sumber daya alam yang ada dengan sebaik-baiknya dengan mengubah pola hidup ke arah yang lebih baik.___________________________________________________________________

    Hal tersebut dikuatkan dalam kitab Fathul Baari (karya Al-Imam Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqolani) juz 7 halaman 233 mengenai larangan pemanfaatan lahan:

    21

    Berdasarkan hadis di atas, Rasulullah sangat menegaskan tentang perilaku manusia dan agar umat manusia selaku khalifah selalu berbuat baik dan memberdayakan sumber daya alam yang ada dengan sebaik-baiknya dengan mengubah pola hidup ke arah yang lebih baik.

    Hal tersebut dikuatkan dalam kitab Fathul Baari (karya Al-Imam Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqolani) juz 7 halaman 233 mengenai larangan pemanfaatan lahan:

    Artinya: Lahan konservasi adalah tempat yang dilindungi, yaitu tempat yang tidak boleh dimiliki, maksudnya dilarang mengelola lahan tersebut supaya berkembang biak di dalamnya berbagai macam habitat sehingga bisa bermanfaat untuk satwa tertentu bukan yang lainnya. Menurut pandangan Imam Syafii yang lebih rojih, lahan konservasi ditentukan oleh pemerintah.

    Artinya:Lahan konservasi adalah tempat yang dilindungi, yaitu tempat yang tidak boleh dimiliki, maksudnya dilarang mengelola lahan tersebut supaya berkembang biak di dalamnya berbagai macam habitat sehingga bisa bermanfaat untuk satwa tertentu bukan yang lainnya. Menurut pandangan Imam Syafii yang lebih rojih, lahan konservasi ditentukan oleh pemerintah.___________________________________________________________________

    Lahan konservasi menurut Islam yang diterangkan dalam kitab Fathul Baari juz 7 halaman 233 disebut dengan hima, sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dalam kitab Shohih Bukhori (karya Al-Imam Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Al-Mughiroh Al-Bukhoriy) juz 8 halaman 191, hadits nomor 2197:

    Lahan konservasi menurut Islam yang diterangkan dalam kitab Fathul Baari juz 7 halaman 233 disebut dengan hima, sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dalam kitab Shohih Bukhori (karya Al-Imam Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Al-Mughiroh Al-Bukhoriy) juz 8 halaman 191, hadits nomor 2197:

    Artinya: Yang berhak membuat tanah larangan/lahan konservasi hanya Allah dan rasul-Nya. Rasulullah membuat tanah larangan, yaitu Naqi6, dan begitu juga sahabat Umar membuat tanah larangan yang disebut tanah daerah Syaraf dan Zabadah7.

    6Naqi () adalah sebuah tempat di Muzzaimah yang terletak di tengah-tengah Wadil Aqik () yang berjarak 20 farsakh (mil) dari Madinah. 7Yang memiliki kewenangan konservasi adalah Negara.

    Artinya:Yang berhak membuat tanah larangan/lahan konservasi hanya Allah dan rasul-Nya. Rasulullah membuat tanah larangan, yaitu Naqi6, dan begitu juga sahabat Umar membuat tanah larangan yang disebut tanah daerah Syaraf dan Zabadah.7

    6 Naqi adalah sebuah tempat di Muzzaimah yang terletak di tengah-tengah Wadil Aqik yang berjarak 20 farsakh (mil) dari Madinah. 7 Yang memiliki kewenangan konservasi adalah Negara.

    Lahan konservasi menurut Islam yang diterangkan dalam kitab Fathul Baari juz 7 halaman 233 disebut dengan hima, sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dalam kitab Shohih Bukhori (karya Al-Imam Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Al-Mughiroh Al-Bukhoriy) juz 8 halaman 191, hadits nomor 2197:

    Artinya: Yang berhak membuat tanah larangan/lahan konservasi hanya Allah dan rasul-Nya. Rasulullah membuat tanah larangan, yaitu Naqi6, dan begitu juga sahabat Umar membuat tanah larangan yang disebut tanah daerah Syaraf dan Zabadah7.

    6Naqi () adalah sebuah tempat di Muzzaimah yang terletak di tengah-tengah Wadil Aqik () yang berjarak 20 farsakh (mil) dari Madinah. 7Yang memiliki kewenangan konservasi adalah Negara.

    Lahan konservasi menurut Islam yang diterangkan dalam kitab Fathul Baari juz 7 halaman 233 disebut dengan hima, sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dalam kitab Shohih Bukhori (karya Al-Imam Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Al-Mughiroh Al-Bukhoriy) juz 8 halaman 191, hadits nomor 2197:

    Artinya: Yang berhak membuat tanah larangan/lahan konservasi hanya Allah dan rasul-Nya. Rasulullah membuat tanah larangan, yaitu Naqi6, dan begitu juga sahabat Umar membuat tanah larangan yang disebut tanah daerah Syaraf dan Zabadah7.

    6Naqi () adalah sebuah tempat di Muzzaimah yang terletak di tengah-tengah Wadil Aqik () yang berjarak 20 farsakh (mil) dari Madinah. 7Yang memiliki kewenangan konservasi adalah Negara.

  • Selanjutnya, dikuatkan pula dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir juz 1 halaman 88:

    23

    Selanjutnya, dikuatkan pula dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir juz 1 halaman 88:

    Artinya: Yang dimaksud dalam tafsir tersebut, penciptaan bumi dan apa yang terkandung di dalamnya semuanya untuk kepentingan makhluk khususnya manusia. Dan di dalam ayat ini mengandung suatu makna bahwa Allah sengaja menciptakan semuanya itu ada tujuannya dan masa depan yang manfaatnya tiada terbatas.

    Artinya:Yang dimaksud dalam tafsir tersebut, penciptaan bumi dan apa yang terkandung di dalamnya semuanya untuk kepentingan makhluk khususnya manusia. Dan di dalam ayat ini mengandung suatu makna bahwa Allah sengaja menciptakan semuanya itu ada tujuannya dan masa depan yang manfaatnya tiada terbatas.___________________________________________________________________

    Dan dalam kitab Bahrul Madiid (karya Al-Sayyid Ahmad bin Muhammad bin A-Mahdi bin Ujaibah Al-Hasaniy Al-Idrisiy Al-Syadziliy Al-Farisiy Abu Abbas) juz 2 halaman 95-96:

    Dan dalam kitab Bahrul Madiid (karya Al-Sayyid Ahmad bin Muhammad bin A-Mahdi bin Ujaibah Al-Hasaniy Al-Idrisiy Al-Syadziliy Al-Farisiy Abu Abbas ) juz 2 halaman 95 96:

    { : : } { . }

    }{}{

    { } }{ }{ .

    { . }{ } .

    Keterangan: Penciptaan langit yang meliputi di dalamnya adalah cahaya yang bisa menerangi manusia dari kegelapan, sebagai tempat menurunkan Rahmat dan mencurahkan air hujan. Sedangkan bumi, bisa untuk mencukupi berbagai macam kebutuhan manusia sebagaimana mestinya, seperti untuk tempat tinggal tatkala hidup, juga tempat mengubur tatkala meninggal, yang diciptakan meliputi lautan, sungai, berbagai macam tumbuhan dan hewan sebagai bahan makanan, pakaian, tempat tinggal (perumahan), bahkan untuk alat transportasi manusia.

    Keterangan:Penciptaan langit yang meliputi di dalamnya adalah cahaya yang bisa menerangi manusia dari kegelapan, sebagai tempat menurunkan Rahmat dan mencurahkan air hujan. Sedangkan bumi, bisa untuk mencukupi berbagai macam kebutuhan manusia sebagaimana mestinya, seperti untuk tempat tinggal tatkala hidup, juga tempat mengubur tatkala meninggal, yang diciptakan meliputi lautan, sungai, berbagai macam tumbuhan dan hewan sebagai bahan makanan, pakaian, tempat tinggal (perumahan), bahkan untuk alat transportasi manusia.

    12 | Untaian Hikmah Lingkungan

  • 13

    3. Anjuran Menjaga Sumber Daya AlamAllah menciptakan alam semesta beserta manfaatnya bagi makhluk hidup. Allah juga memberikan anjuran-anjuran cara memanfaatkan alam dengan sebaik mungkin sehingga keseimbangan ekositem akan senantiasa terjaga dan terhindar dari berbagai bencana akibat kerusakan alam, sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat Alquran:

    a. Huud (Surah 11 Ayat 116)

    Artinya:Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.

    b. Al-Qashash (Surah 28 Ayat 77)

    Artinya:Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat8, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

    25

    3. Anjuran Menjaga Sumber Daya Alam Allah menciptakan alam semesta beserta manfaatnya bagi makhluk hidup. Allah juga memberikan anjuran-anjuran cara memanfaatkan alam dengan sebaik mungkin sehingga keseimbangan ekositem akan senantiasa terjaga dan terhindar dari berbagai bencana akibat kerusakan alam, sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat Alquran:

    a. Huud (Surah 11 Ayat 116)

    Artinya: Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.

    b. Al-Qashash (Surah 28 Ayat 77)

    Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat8, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

    8Yang dimaksud kampung akhirat adalah kebahagiaan dan kenikmatan setelah dibangkitkan lagi dari kematian, yaitu surga.

    8 Yang dimaksud kampung akhirat adalah kebahagiaan dan kenikmatan setelah dibangkitkan lagi dari kematian, yaitu surga.

  • 9 Hadist ini juga diriwayatkan oleh Al-imam Atthoyalisi dalam kitabnya hal 257 no 2068, Imam Ahmad dalam musnadnya juz 3 hal 168 no 13004, Imam Abdu bin Hamid dalam kitabnya hal 366 no 1216, Imam Bukhori Dalam musnadnya bab Al-adabul Mufrod juz 1 hal 168 no 479, Imam Al-Bazzar sebagaimana keterangan dalam kitab Majmuk Al-zawaidi juz 4 hal 63 Al- Hisyam berpendapat rijal/periwayat hadits ini kuat dan dapat dipercaya dan Al-Dliyak juz 7 hal 263 no 2714

    Hal ini selaras dengan keterangan dalam kitab Jamu Al-Jawami atau disebut juga Al-Jamiu Al-Kabir (karya Al-Imam As-Suyuthi) juz 1 halaman 5868, Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

    (

    ) ( 970 9502( )3/121 13551 ) (300 1910 )

    ( 1/102 172( )1/03 : )( . 7/903 9711 )9.

    Artinya:

    Jika tiba hari kiamat, dan di tangan salah satu di antara kalian ada bibit kurma, jika ia mampu untuk tidak bangkit (dari tempatnya) sebelum menanamnya maka tanamlah (bibit tersebut). Hadis riwayat At-thoyalisi, Ahmad, Abdu Ibnu Hamid, Bukhori dalam bab Adab Al-Mufrod, Al-Bazzar, Ibnu Jarir dan Ai-Dliyau yang diceritakan dari Hisyam bin Zaid bin Anas dari ayahnya.

    9Hadist ini juga diriwayatkan oleh Al-imam Atthoyalisi dalam kitabnya hal 257 no 2068, Imam Ahmad dalam musnadnya juz 3 hal 168 no 13004, Imam Abdu bin Hamid dalam kitabnya hal 366 no 1216, Imam Bukhori Dalam musnadnya bab Al-adabul Mufrod juz 1 hal 168 no 479, Imam Al-Bazzar sebagaimana keterangan dalam kitab Majmuk Al-zawaidi juz 4 hal 63 Al- Hisyam berpendapat rijal/periwayat hadits ini kuat dan dapat dipercaya dan Al-Dliyak juz 7 hal 263 no 2714

    Artinya:Jika tiba hari kiamat, dan di tangan salah satu di antara kalian ada bibit kurma, jika ia mampu untuk tidak bangkit (dari tempatnya) sebelum menanamnya maka tanamlah (bibit tersebut). Hadis riwayat At-thoyalisi, Ahmad, Abdu Ibnu Hamid, Bukhori dalam bab Adab Al-Mufrod, Al-Bazzar, Ibnu Jarir dan Ai-Dliyau yang diceritakan dari Hisyam bin Zaid bin Anas dari ayahnya.

    14 | Untaian Hikmah Lingkungan

    Dalam kitab Sunan At-Tirmidziy (karya Syaikh Abi Isa Muhammad bin Isa bin Muroh) juz 3 halaman 239, hadis nomor 2053 Cetakan Darul Fikri:

    Artinya:Dari Abi Dzar, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya dan berinteraksilah dengan manusia dengan budi pekerti yang baik.___________________________________________________________________

    Hal ini selaras dengan keterangan dalam kitab Jamu Al-Jawami atau disebut juga Al-Jamiu Al-Kabir (karya Al-Imam As-Suyuthi) juz 1 halaman 5868, Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

    27

    Dalam kitab Sunan At-Tirmidziy (karya Syaikh Abi Isa Muhammad bin Isa bin Muroh) juz 3 halaman 932, hadis nomor 9503 Cetakan Darul Fikri:

    : :

    : : .

    Artinya: Dari Abi Dzar, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya dan berinteraksilah dengan manusia dengan budi pekerti yang baik.

  • Dalam kitab Al-Asbah Wa Al-Nadhoir fi Al-Ushul (karya Al-Imam As-Suyuthi) juz 1 halaman 87:

    29

    Dalam kitab Al-Asbah Wa Al-Nadhoir fi Al-Ushul (karya Al-Imam As-Suyuthi) juz 1 halaman 87:

    " "

    { .}

    . : .

    Artinya:

    Kaidah yang kelima adalah Mencegah kerusakan itu lebih diutamakan daripada mengambil keuntungan atau kemaslahatan.

    Artinya:Kaidah yang kelima adalah Mencegah kerusakan itu lebih diutamakan daripada mengambil keuntungan atau kemaslahatan.

    Tatkala disodorkan antara kerusakan dan kebaikan, maka yang harus didahulukan adalah mencegah kerusakan, karena pelarangan itu lebih ditekankan daripada perintah dalam tuntunan agama. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Jika kalian diperintahkan suatu perkara maka kerjakanlah dengan semampu kalian, dan jika kalian dilarang atas suatu perkara maka jauhilah. Oleh karena itu, diperbolehkan meninggalkan beberapa kewajiban dan menggantinya dengan yang lebih ringan, misalnya berdiri waktu shalat bisa dilakukan dengan duduk tetapi, sebagaimana diterangkan dalam kitab Fawaid, tidak boleh melakukan larangan dengan alasan apapun kecuali darurat.___________________________________________________________________

    Begitu juga dalam kaidah Ushul Fiqih terdapat ungkapan maa laayatimmulwaajib. Al-wajibu dalam kitab Bahrul Muhit fi Ushul Al Fiqqih (karya Al-Imam Badruddin Abu Abdillah bin Abdillah Al-Zarkasyi Al-Syafii) juz 2 halaman 147:

    15

    31

    Begitu juga dalam kaidah Ushul Fiqih terdapat ungkapan maa laayatimmulwaajib. Al-wajibu dalam kitab Bahrul Muhit fi Ushul Al Fiqqih (karya Al-Imam Badruddin Abu Abdillah bin Abdillah Al-Zarkasyi Al-Syafii) juz 2 halaman 147:

    ( .)

    [ ]

    Artinya: Sesuatu yang dapat menunjang kesempurnaan pada hal-hal yang diwajibkan maka hukumnya juga wajib.

    Keterangan: Ini adalah dalil dipandang dari ilmu Ushul Fiqih bahwasanya memelihara lingkungan hukumnya wajib. Kemudian dikarenakan memelihara lingkungan itu wajib jadi sesuatu yang berhubungan dengan kewajiban tersebut hukumnya juga wajib. Contohnya seperti shalat dan wudhu, demikian juga sama halnya seperti menjaga lingkungan dalam hal yang kecil seperti membuang sampah pada tempatnya.

  • Artinya:Sesuatu yang dapat menunjang kesempurnaan pada hal-hal yang diwajibkan maka hukumnya juga wajib.

    Keterangan:Ini adalah dalil dipandang dari ilmu Ushul Fiqih bahwasanya memelihara lingkungan hukumnya wajib. Kemudian dikarenakan memelihara lingkungan itu wajib jadi sesuatu yang berhubungan dengan kewajiban tersebut hukumnya juga wajib. Contohnya seperti shalat dan wudhu, demikian juga sama halnya seperti menjaga lingkungan dalam hal yang kecil seperti membuang sampah pada tempatnya.

    Kaidah Ushul Fiqih dalam kitab Ashbah Wan Nadloir (karya Al-Imam Jalaluddin Abdurahman bin Abi Bakar As-Suyuthi ) juz 1 halaman 83:

    16 | Untaian Hikmah Lingkungan

    31

    Begitu juga dalam kaidah Ushul Fiqih terdapat ungkapan maa laayatimmulwaajib. Al-wajibu dalam kitab Bahrul Muhit fi Ushul Al Fiqqih (karya Al-Imam Badruddin Abu Abdillah bin Abdillah Al-Zarkasyi Al-Syafii) juz 2 halaman 147:

    ( .)

    [ ]

    Artinya: Sesuatu yang dapat menunjang kesempurnaan pada hal-hal yang diwajibkan maka hukumnya juga wajib.

    Keterangan: Ini adalah dalil dipandang dari ilmu Ushul Fiqih bahwasanya memelihara lingkungan hukumnya wajib. Kemudian dikarenakan memelihara lingkungan itu wajib jadi sesuatu yang berhubungan dengan kewajiban tersebut hukumnya juga wajib. Contohnya seperti shalat dan wudhu, demikian juga sama halnya seperti menjaga lingkungan dalam hal yang kecil seperti membuang sampah pada tempatnya.

    Kaidah Ushul Fiqih dalam kitab Ashbah Wan Nadloir (karya Al-Imam Jalaluddin Abdurahman bin Abi Bakar As-Suyuthi ) juz 1 halaman 83:

    . : { }

    .

    : : .

    . Artinya: Kaidah yang keempat: Bahaya itu harus dihilangkan. Dasarnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwatha dari Amr bin Yahya dari bapaknya dengan hadis mursal. Dan diriwayatkan juga oleh Imam Hakim, Imam Baihaqi, Imam Daruquthni dalam kitab Mustadrok dari Hadis Abi Said Al-khudri. Dan hadis ini juga diriwayatkan dari Imam Ibnu Majah dari Hadis Ibnu Abbas dan Ubadah bin Shomit. Ketahuilah bahwa kaidah ini mendasari banyak bab fiqih di antaranya: menolak aib dan berbagai macam pilihan dari berbeda-bedanya sifat yang disyaratkan, hukuman tazir, pailitnya pembeli, dan lain-lain. Dan pelarangan dengan berbagai macam bentuknya dan ganti rugi karena hal tersebut disyariatkan untuk mencegah sulitnya pembagian harta. Dan qishos, hudud, denda, jaminan barang yang dirusakkan, sumpah, mengangkat pemimpin, peradilan, menolak perampokan, membunuh orang musyrik, pemberontakan, rusaknya pernikahan karena aib atau kemiskinan, dan lain-lain. Kaidah ini satu kesatuan dengan kaidah sebelumnya atau termasuk bertautan.

  • Artinya:Kaidah yang keempat: Bahaya itu harus dihilangkan. Dasarnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwatha dari Amr bin Yahya dari bapaknya dengan hadis mursal. Dan diriwayatkan juga oleh Imam Hakim, Imam Baihaqi, Imam Daruquthni dalam kitab Mustadrok dari Hadis Abi Said Al-khudri. Dan hadis ini juga diriwayatkan dari Imam Ibnu Majah dari Hadis Ibnu Abbas dan Ubadah bin Shomit. Ketahuilah bahwa kaidah ini mendasari banyak bab fiqih di antaranya: menolak aib dan berbagai macam pilihan dari berbeda-bedanya sifat yang disyaratkan, hukuman tazir, pailitnya pembeli, dan lain-lain. Dan pelarangan dengan berbagai macam bentuknya dan ganti rugi karena hal tersebut disyariatkan untuk mencegah sulitnya pembagian harta. Dan qishos, hudud, denda, jaminan barang yang dirusakkan, sumpah, mengangkat pemimpin, peradilan, menolak perampokan, membunuh orang musyrik, pemberontakan, rusaknya pernikahan karena aib atau kemiskinan, dan lain-lain. Kaidah ini satu kesatuan dengan kaidah sebelumnya atau termasuk bertautan.

    Perlu diketahui bahwa yang termasuk dalam kaidah ini banyak ditemukan di dalam bab-bab Ushul Fiqih, di antaranya: Raddul aib (larangan menyebar aib).

    Dari semua macam pilihan yang berbeda-beda sifat serta syarat yang tertentu seperti, sangsi, pemboikotan, dan lain-lain.

    Begitu juga dengan pencegahan banyak macamnya, juga perjodohan. Karena semuanya disyariatkan dalam Agama Islam agar mencegah adanya bahaya (dloror) dalam tiap bagian.

    Masalah pidana, penetapan peraturan, hukuman, jaminan barang yang rusak, pembagian hak, penegakan kedaulatan (pemerintah), perhakiman dan lain lain. Semuanya dapat memakai dalil sebelumnya ataupun dalil ini.

    17

  • 4. Insentif dan Motivasi dalam Pelestarian AlamManusia sebagai khalifatullah di muka bumi memiliki peranan penting dalam menjaga, memanfaatkan dan merawat alam semesta. Oleh karena itu, memahami peran dan fungsi kita dalam memelihara keseimbangan alam dan lingkungan akan memberikan nilai insentif bagi kehidupan kita, sekaligus memberikan nilai motivasi sebagai khalifah agar terus menjaga dan melestarikan alam semesta sehingga memberikan nilai manfaat terhadap kehidupan.

    Untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam semesta ini, pemanfaatannya perlu diatur oleh pihak yang memiliki kewenangan dengan melibatkan masyarakat sehingga tidak berlebihan melalui pendekatan kesejahteraan dan batasan-batasan/aturan-aturan yang tidak merugikan semua pihak. Masyarakat juga dilibatkan untuk turut serta menjaga alam dan lingkungannya melalui pengelolaan dan pelestariannya. Istilah insentif dan motivasi ini tercantum dalam firman Allah SWT:

    a. Al-Qashash (Surah 28 Ayat 83)

    Artinya:Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

    b. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 56)

    Artinya:Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

    33

    Perlu diketahui bahwa yang termasuk dalam kaidah ini banyak ditemukan di dalam bab-bab Ushul Fiqih, di antaranya: Raddul aib (larangan menyebar aib).

    Dari semua macam pilihan yang berbeda-beda sifat serta syarat yang tertentu seperti, sangsi, pemboikotan, dan lain-lain.

    Begitu juga dengan pencegahan banyak macamnya, juga perjodohan. Karena semuanya disyariatkan dalam Agama Islam agar mencegah adanya bahaya (dloror) dalam tiap bagian.

    Masalah pidana, penetapan peraturan, hukuman, jaminan barang yang rusak, pembagian hak, penegakan kedaulatan (pemerintah), perhakiman dan lain lain. Semuanya dapat memakai dalil sebelumnya ataupun dalil ini.

    4. Insentif dan Motivasi dalam Pelestarian Alam Manusia sebagai khalifatullah di muka bumi memiliki peranan penting dalam menjaga, memanfaatkan dan merawat alam semesta. Oleh karena itu, memahami peran dan fungsi kita dalam memelihara keseimbangan alam dan lingkungan akan memberikan nilai insentif bagi kehidupan kita, sekaligus memberikan nilai motivasi sebagai khalifah agar terus menjaga dan melestarikan alam semesta sehingga memberikan nilai manfaat terhadap kehidupan.

    Untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam semesta ini, pemanfaatannya perlu diatur oleh pihak yang memiliki kewenangan dengan melibatkan masyarakat sehingga tidak berlebihan melalui pendekatan kesejahteraan dan batasan-batasan/aturan-aturan yang tidak merugikan semua pihak. Masyarakat juga dilibatkan untuk turut serta menjaga alam dan lingkungannya melalui pengelolaan dan pelestariannya. Istilah insentif dan motivasi ini tercantum dalam firman Allah SWT:

    a. Al-Qashash (Surah 28 Ayat 83)

    Artinya: Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

    b. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 56)

    Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

    18 | Untaian Hikmah Lingkungan

  • Artinya:Seorang muslim yang menanam tanaman atau berkebun lalu dimakan oleh burung, manusia atau hewan lainnya maka akan memperoleh pahala sedekah.10___________________________________________________________________

    Di dalam buku Shahih Muslim juz 3, kitab Mastaqat halaman 64:

    Artinya:Bersumber dari Jabir, ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda: Seorang muslim yang menanam suatu tanaman kemudian dimakan, dicuri, dimakan binatang buas dan burung maka untuknya nilai sedekah.

    Dalam hadis yang diterangkan dalam kitab Shohih Bukhari (karya Al-Imam Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ismail) juz 8 halaman 118, nomor 2152 :

    ,

    " ,"

    Artinya: Seorang muslim yang menanam tanaman atau berkebun lalu dimakan oleh burung, manusia atau hewan lainnya maka akan memperoleh pahala sedekah.10

    10 Hadis ini juga diriwayatkan Imam Muslim melalui jalur lain, yaitu dari Aban dari Qotadah dan dari sahabat Anas R.a.

    37

    Di dalam buku Shahih Muslim juz 3, kitab Mastaqat halaman 64:

    :

    . Artinya: Bersumber dari Jabir, ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda: Seorang muslim yang menanam suatu tanaman kemudian dimakan, dicuri, dimakan binatang buas dan burung maka untuknya nilai sedekah.

    10 Hadist ini juga diriwayatkan Imam Muslim melalui jalur lain, yaitu dari Aban dari Qotadah dan dari sahabat Anas R.a.

    19

    Artinya:Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.___________________________________________________________________

    Dalam hadis yang diterangkan dalam kitab Shohih Bukhari (karya Al-Imam Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ismail) juz 8 halaman 118, nomor 2152:

    c. Al-Jaatsiyah (Surah 45 Ayat 22)

    35

    c. Al-Jaatsiyah (Surah 45 Ayat 22)

    Artinya: Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.

  • 39

    Juga dalam kitab Jaami Al-Hadits (karya Imam Al-Suyuthi) juz 19 halaman 267:

    ( ) (

    Artinya: Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali ia akan mendapatkan pahala sesuai hasil panen dari kebun itu. (HR. At-Thabrani dari Abi Ayyub)

    Kaidahnya diterangkan dalam kitab Bahrul Muhit fi Usulil Fiqih (karya Al-Imam Badruddin Abu Abdillah bin Abdillah Al-Zarkasyi Al-Syafii) juz 4 halaman 142:

    Artinya:Sesungguhnya seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan niat maka untuknya dua pahala, yaitu pahala berbuat dan pahala niat.___________________________________________________________________

    Juga dalam kitab Jaami Al-Hadits (karya Imam Al-Suyuthi) juz 19 halaman 267:

    Artinya:Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali ia akan mendapatkan pahala sesuai hasil panen dari kebun itu. (HR. At-Thabrani dari Abi Ayyub)

    Kaidahnya diterangkan dalam kitab Bahrul Muhit fi Usulil Fiqih (karya Al-Imam Badruddin Abu Abdillah bin Abdillah Al-Zarkasyi Al-Syafii) juz 4 halaman 142:

    .

    Artinya: Sesungguhnya seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan niat maka untuknya dua pahala, yaitu pahala berbuat dan pahala niat.

    20 | Untaian Hikmah Lingkungan

  • 5. Larangan dan Sanksi dari Perusakan Sumber Daya Alam

    Banyak perbuatan yang mengakibatkan kerugian manusia dan makhluk lainnya, seperti pembakaran hutan yang sering terjadi telah menimbulkan korban terhadap masyarakat berupa gangguan aktivitas dan merebaknya berbagai macam penyakit. Perbuatan tersebut tidak bisa ditolerir, hukumnya haram dan sanksinya berat di hadapan Allah SWT, sebagaimana tercantum dalam firman-firman-Nya:

    a. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 85)

    Artinya:Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.___________________________________________________________________

    Selain itu, diriwayatkan pula hadis mengenai larangan pemanfaatan lahan dari Ibnu Umar dalam kitab Fathul Baari (karya Al-Imam Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqolani) juz 5 halaman 45:

    5. Larangan dan Sanksi dari Perusakan Sumber Daya Alam Banyak perbuatan yang mengakibatkan kerugian manusia dan makhluk lainnya, seperti pembakaran hutan yang sering terjadi telah menimbulkan korban terhadap masyarakat berupa gangguan aktivitas dan merebaknya berbagai macam penyakit. Perbuatan tersebut tidak bisa ditolerir, hukumnya haram dan sanksinya berat di hadapan Allah SWT, sebagaimana tercantum dalam firman-firman-Nya:

    a. Al-Araaf (Surah 07 Ayat 85)

    Artinya: Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".

    Artinya:Dan diriwayatkan dari hadis Ibnu Umar Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melarang daerah Naqi untuk menggembalakan kuda milik orang-orang Islam di dalamnya.

    Hadis di atas dapat diartikan bahwa tidak ada hak bagi seseorang membuat larangan pemakaian tanah terhadap masyarakat, kecuali dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ulama berpendapat bahwa pelarangan pemakaian tanah yang belum pernah dipakai dibenarkan

    41

    Selain itu, diriwayatkan pula hadis mengenai larangan pemanfaatan lahan dari Ibnu Umar dalam kitab Fathul Baari (karya Al-Imam Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqolani) juz 5 halaman 45:

    " . "

    Artinya: Dan diriwayatkan dari hadis Ibnu Umar Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melarang daerah Naqi untuk menggembalakan kuda milik orang-orang Islam di dalamnya.

    21

  • Hadis di atas dapat diartikan bahwa tidak ada hak bagi seseorang membuat larangan pemakaian tanah terhadap masyarakat, kecuali dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ulama berpendapat bahwa pelarangan pemakaian tanah yang belum pernah dipakai dibenarkan jika pelarangan tersebut ditetapkan oleh pengganti posisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai khalifah, termasuk oleh pemerintah, selama pelarangan tersebut tidak merugikan umat secara menyeluruh.

    Ada beberapa aturan menyangkut kawasan lindung dalam Madzhab Maliki, yaitu:

    Kawasan tersebut adalah kebutuhan umat, bukan untuk kepentingan pemimpin atau perseorangan.

    Luas kawasan tersebut tidak sampai menyulitkan manusia. Tempatnya berada pada lokasi yang tidak dihuni oleh masyarakat dan

    tidak dipergunakan untuk lahan pertanian dan pekebunan. Bertujuan untuk perlindungan dan kemaslahatan umum.

    Selain itu, dari hadis di atas dapat pula disimpulkan bahwa wilayah tertentu yang dijadikan kawasan lindung harus dijaga kelestariannya.

    Pada kitab Sunan Al Kubro (karya Imam Al-Baihaqi) juz 6 halaman 69 diceritakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Amr Bin Yahya Al Mazani dari ayahnya, dari Abi Said Al Khudri:

    : .

    Artinya: Tidaklah boleh melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, barang siapa yang membuat celaka orang lain maka Allah akan mencelakakannya. Dan barang siapa mempersulit orang lain maka Allah akan mempersulitnya.

    43

    Dalam kitab Al-Jamiu li-Ahkami Al-Quran (karya Syaikh Al-Faqih Al-Imam Al-Muhaddits Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farah Al-Anshoriy) juz 7 halaman 226:

    } { : .

    : . .

    Artinya: Allah berfirman Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah membuat kemaslahatan. Dalam hal ini, Allah Subhanahu Wa Taala melarang perbuatan yang bisa menjadikan kerusakan, baik skala kecil maupun besar dan larangan tersebut bersifat umum berdasarkan pendapat-pendapat yang benar. Imam Dhohak berpendapat bahwa yang dimaksud dari ayat ini adalah, Janganlah kalian merusak mata air yang mengalir, dan janganlah menebang pohon yang sedang berbuah dengan tanpa tanggung jawab.

    Artinya:Tidaklah boleh melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, barang siapa yang membuat celaka orang lain maka Allah akan mencelakakannya. Dan barang siapa mempersulit orang lain maka Allah akan mempersulitnya.__________________________________________________________________

    Dalam kitab Al-Jamiu li-Ahkami Al-Quran (karya Syaikh Al-Faqih Al-Imam Al-Muhaddits Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farah Al-Anshoriy) juz 7 halaman 226:

    Artinya:Allah berfirman Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah membuat kemaslahatan. Dalam hal ini, Allah Subhanahu Wa Taala melarang perbuatan yang bisa menjadikan kerusakan, baik skala kecil maupun besar dan

    22 | Untaian Hikmah Lingkungan

    jika pelarangan tersebut ditetapkan oleh pengganti posisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai khalifah, termasuk oleh pemerintah, selama pelarangan tersebut tidak merugikan umat secara menyeluruh.

    Ada beberapa aturan menyangkut kawasan lindung dalam Madzhab Maliki, yaitu: Kawasan tersebut adalah kebutuhan umat, bukan untuk kepentingan pemimpin

    atau perseorangan. Luas kawasan tersebut tidak sampai menyulitkan manusia. Tempatnya berada pada lokasi yang tidak dihuni oleh masyarakat dan tidak

    dipergunakan untuk lahan pertanian dan pekebunan. Bertujuan untuk perlindungan dan kemaslahatan umum.

    Selain itu, dari hadis di atas dapat pula disimpulkan bahwa wilayah tertentu yang dijadikan kawasan lindung harus dijaga kelestariannya.__________________________________________________________________

    Pada kitab Sunan Al Kubro (karya Imam Al-Baihaqi) juz 6 halaman 69 diceritakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Amr Bin Yahya Al Mazani dari ayahnya, dari Abi Said Al Khudri:

  • Sedangkan menurut kaidah Ushul Fiqih dalam kitab Ghomaz Uyunuil Bashoir Syarah Ashbah Wan Nadloir Lissuyuthi juz 2 halaman 93:

    : : Artinya: Bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan bahaya yang lain. Kaidah ini sebagai pembatas pada perkataan para ulama yang berbunyi Bahaya itu harus dihilangkan, maksudnya tanpa menimbulkan bahaya lain.

    Artinya:Bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan bahaya yang lain. Kaidah ini sebagai pembatas pada perkataan para ulama yang berbunyi Bahaya itu harus dihilangkan, maksudnya tanpa menimbulkan bahaya lain.___________________________________________________________________

    Dalam keterangan kitab Fawaidhul Janiyah (karya Syekh Yasin Al-Padangi) halaman 246 247:

    45

    Dalam keterangan kitab Fawaidhul Janiyah (karya Syekh Yasin Al-Padangi) halaman 246 247:

    ) ( ) ) ( .

    ( )

    :

    Artinya: Tidak boleh berbuat dloror dalam Islam dan tidak boleh berbuat dliror, dalam riwayat lain idlror. Artinya tidak boleh membahayakan orang lain dengan sesuatu yang berada dalam kekuasaannya, pada umumnya berupa kepemilikan atau kemanfaatan. Dan seseorang tidak diperbolehkan membahayakan saudara muslimnya. Oleh karena itu, tidak boleh membuat tapal batas di tanah tetangga, mencegah perampokan, qishas, dan lain-lain. (Perkataan laa dloror) al dloror itu mendatangkan kerusakan pada orang lain secara mutlak. Berbeda dengan al dliror, yaitu membuat kerusakan disebabkan orang lain atas jalan muqobalah, (maksud perkataan tidak dibolehkan dalam Islam) mengisyaratkan bahwa khobarnya La dibuang dan sesungguhnya yang dinafikan itu adalah hukumnya, bukan kedudukannya artinya, dan janganlah kamu membuat kerusakan terhadap diri kalian sendiri dan tidak pula kepada orang lain. Ibnu Hajar berkata: lahiriah hadis ini mengharamkan segala macam kerusakan.

    Artinya:Tidak boleh berbuat dloror dalam Islam dan tidak boleh berbuat dliror, dalam riwayat lain idlror. Artinya tidak boleh membahayakan orang lain dengan sesuatu yang berada dalam kekuasaannya, pada umumnya berupa kepemilikan atau kemanfaatan. Dan seseorang tidak diperbolehkan membahayakan saudara muslimnya. Oleh karena itu, tidak boleh membuat tapal batas di tanah tetangga, mencegah perampokan, qishas, dan lain-lain. (Perkataan laa dloror) al dloror itu mendatangkan kerusakan pada orang lain secara mutlak. Berbeda dengan al dliror, yaitu membuat kerusakan disebabkan orang lain atas jalan muqobalah, (maksud perkataan tidak dibolehkan

    23

    larangan tersebut bersifat umum berdasarkan pendapat-pendapat yang benar. Imam Dhohak berpendapat bahwa yang dimaksud dari ayat ini adalah, Janganlah kalian merusak mata air yang mengalir, dan janganlah menebang pohon yang sedang berbuah dengan tanpa tanggung jawab.___________________________________________________________________

    Sedangkan menurut kaidah Ushul Fiqih dalam kitab Ghomaz Uyunuil Bashoir Syarah Ashbah Wan Nadloir Lissuyuthi juz 2 halaman 93:

  • Dalam kitab Al-Hawi Lilfatawi (karya Imam Jalauddin bin Abi Bakrin As-Suyuthi) juz 1 halaman 138 diterangkan:

    :

    : ( )

    Artinya: Diterangkan dalam Kitab Mughni yaitu kitab paling berpengaruh dalam Madzhab Hambali atas dasar keterangan yang diperoleh, As-Syekh Muhyiddin An-Nawawi mengutip pada kitabnya yaitu Syarah Al-Muhaddzab pada perkara yang telah dinash: Lahan yang dekat dengan khalayak dan terkait dengan kemaslahatannya, seperti untuk jalan, saluran air, pembuangan sampah, pembuangan debu, maka dalam hal seperti ini tidak boleh ada ihya (pemanfaatan lahan) untuk dikuasai. Hal demikian tidak ada perbedaan dalam pendapat madzhab, sama halnya yang berhubungan dengan kenegaraan seperti bangunan-bangunannya, jalanannya, tempat perairannya dan lain-lain, maka hal tersebut tidak bisa menjadikan kepemilikan meski ikut andil dalam perawatannya, sebab tidak diperkenankan merawat suatu hal agar bisa memilikinya apabila hal tersebut berhubungan dengan kemaslahatan bersama. Sebagaimana Sabda Rasulullah, Barang siapa yang mengolah lahan kosong (mati) yang bukan hak kepemilikan umat Islam, maka lahan kosong (bumi mati) tersebut menjadi miliknya. Maksudnya lahan yang berhubungan dengan kemaslahatan muslim11 maka tidak boleh dimiliki secara pribadi dengan cara mengolahnya.

    11 Mafhum mukholafahnya kemaslahatan halayak umum. Nabi memakai kata muslim karena mayoritas, sebagaimana pula di Kabupaten Berau yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

    Artinya:Diterangkan dalam Kitab Mughni yaitu kitab paling berpengaruh dalam Madzhab Hambali atas dasar keterangan yang diperoleh, As-Syekh Muhyiddin An-Nawawi mengutip pada kitabnya yaitu Syarah Al-Muhaddzab pada perkara yang telah dinash: Lahan yang dekat dengan khalayak dan terkait dengan kemaslahatannya, seperti untuk jalan, saluran air, pembuangan sampah, pembuangan debu, maka dalam hal seperti ini tidak boleh ada ihya (pemanfaatan lahan) untuk dikuasai. Hal demikian tidak ada perbedaan dalam pendapat madzhab, sama halnya yang berhubungan dengan kenegaraan seperti bangunan-bangunannya, jalanannya, tempat perairannya dan lain-lain, maka hal tersebut tidak bisa menjadikan kepemilikan meski ikut andil dalam perawatannya, sebab tidak diperkenankan merawat suatu hal agar bisa memilikinya apabila hal tersebut berhubungan dengan kemaslahatan bersama. Sebagaimana Sabda Rasulullah, Barang siapa yang mengolah lahan kosong (mati) yang bukan hak kepemilikan umat Islam, maka lahan kosong (bumi mati) tersebut menjadi miliknya. Maksudnya lahan yang berhubungan dengan kemaslahatan muslim11 maka tidak boleh dimiliki secara pribadi dengan cara mengolahnya.

    11 Mafhum mukholafahnya kemaslahatan halayak umum. Nabi memakai kata muslim karena mayoritas, sebagaimana pula di Kabupaten Berau yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

    dalam Islam) mengisyaratkan bahwa khobarnya La dibuang dan sesungguhnya yang dinafikan itu adalah hukumnya, bukan kedudukannya artinya, dan janganlah kamu membuat kerusakan terhadap diri kalian sendiri dan tidak pula kepada orang lain. Ibnu Hajar berkata: lahiriah hadis ini mengharamkan segala macam kerusakan.___________________________________________________________________

    Dalam kitab Al-Hawi Lilfatawi (karya Imam Jalauddin bin Abi Bakrin As-Suyuthi) juz 1 halaman 138 diterangkan:

    24 | Untaian Hikmah Lingkungan

  • Demikian juga kawasan yang terkait dengan kemaslahatan seperti tempat gembala dan tempat mengambil kayu bakar, jalan-jalan dan saluran airnya. Kesemuanya itu tidak dapat dikuasai untuk dimiliki dengan cara ihya (menghidupkanya), dan kami tidak melihat adanya khilaf di antara ulama. Setiap lahan yang telah dimiliki orang juga tidak mungkin dilakukan ihya untuk kepentingan kemaslahatanya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam: Barang siapa yang menghidupkan tanah yang mati di luar yang telah dimiliki oleh orang Islam maka ia berhak memilikinya. Dari hadis ini diperoleh pemahaman bahwa sesuatu yang terkait dengan hak seorang muslim tidak dapat dimiliki (oleh orang lain) sebab adanya ihya (mengelolanya), karena hak pengelolaan tersebut ikut dalam kepemilikan barangnya. Seandainya diperbolehkan hak ihya terhadap harta yang dimiliki orang lain, niscaya akan batal adanya hak kepemilikan tersebut.

    6. Akibat Perusakan Sumber Daya AlamJika anjuran dari syari tersebut di atas dilanggar maka akan berakibat rusaknya lingkungan beserta ekosistemnya. Misalnya tanah longsor atau serangan hama dan penyakit pada tanaman pangan yang akan berdampak langsung pada semua makhluk, khususnya manusia, baik dari segi materi atau non materi. Upaya pemulihannya akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang panjang.

    Alam yang kita tempati selama ini dan segala keanekaragaman isinya merupakan hadiah dan karunia yang harus dijaga kelestariannya sebagai wujud tanggung jawab kita selaku khalifah di muka bumi ini. Namun, sangat disayangkan bahwa kerusakan alam, baik biotik maupun abiotik, di darat dan di laut menjadi sebuah fenomena yang lazim ditemukan. Hal ini disebabkan oleh ulah tangan-tangan jahil manusia yang jika tidak segera diantisipasi akan mengakibatkan rusaknya ekosistem alam yang pada gilirannya berdampak pada bencana global berupa kekeringan, pemanasan suhu bumi, pencemaran udara, banjir, longsor dan sebagainya.

    a. Ar-Ruum (Surah 30 Ayat 41)

    Artinya:Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

    Berbagai bencana yang membahayakan semua makhluk akibat kerusakan alam sebagaimana terjadi pada umat-umat terdahulu diabadikan dalam Alquran sebagai peringatan kepada kita.

    47

    Demikian juga kawasan yang terkait dengan kemaslahatan seperti tempat gembala dan tempat mengambil kayu bakar, jalan-jalan dan saluran airnya. Kesemuanya itu tidak dapat dikuasai untuk dimiliki dengan cara ihya (menghidupkanya), dan kami tidak melihat adanya khilaf di antara ulama. Setiap lahan yang telah dimiliki orang juga tidak mungkin dilakukan ihya untuk kepentingan kemaslahatanya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam: Barang siapa yang menghidupkan tanah yang mati di luar yang telah dimiliki oleh orang Islam maka ia berhak memilikinya. Dari hadis ini diperoleh pemahaman bahwa sesuatu yang terkait dengan hak seorang muslim tidak dapat dimiliki (oleh orang lain) sebab adanya ihya (mengelolanya), karena hak pengelolaan tersebut ikut dalam kepemilikan barangnya. Seandainya diperbolehkan hak ihya terhadap harta yang dimiliki orang lain, niscaya akan batal adanya hak kepemilikan tersebut.

    6. Akibat Perusakan Sumber Daya Alam Jika anjuran dari syari tersebut di atas dilanggar maka akan berakibat rusaknya lingkungan beserta ekosistemnya. Misalnya tanah longsor atau serangan hama dan penyakit pada tanaman pangan yang akan berdampak langsung pada semua makhluk, khususnya manusia, baik dari segi materi atau non materi. Upaya pemulihannya akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang panjang.

    Alam yang kita tempati selama ini dan segala keanekaragaman isinya merupakan hadiah dan karunia yang harus dijaga kelestariannya sebagai wujud tanggung jawab kita selaku khalifah di muka bumi ini. Namun, sangat disayangkan bahwa kerusakan alam, baik biotik maupun abiotik, di darat dan di laut menjadi sebuah fenomena yang lazim ditemukan. Hal ini disebabkan oleh ulah tangan-tangan jahil manusia yang jika tidak segera diantisipasi akan mengakibatkan rusaknya ekosistem alam yang pada gilirannya berdampak pada bencana global berupa kekeringan, pemanasan suhu bumi, pencemaran udara, banjir, longsor dan sebagainya.

    a. Ar-Ruum (Surah 30 Ayat 41)

    Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

    25

  • b. Al-Muminuun (Surah 23 Ayat 71)

    Dalam kitab Syarah Sunan Abi Dawud juz 29 halaman 377 disebutkan:

    ( : :

    : .) :

    Artinya:

    Dari Said bin Muhammad bin Jabir bin Muthim, dari Abdillah bin Habsyi R.A. berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Barang siapa menebang pohon bidara, maka Allah akan mencelupkan kepalanya di dalam api neraka. Abu Dawud ditanya tentang makna hadis ini, maka dia berkata: hadis ini diringkas: Barang siapa menebang pohon bidara di tanah lapang yang dijadikan tempat berteduh bagi musafir dan hewan ternak dengan sia-sia dan secara zalim maka Allah akan mencelupkan kepalanya dalam api neraka.

    Artinya::(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.___________________________________________________________________

    Dalam kitab Syarah Sunan Abi Dawud juz 29 halaman 377 disebutkan:

    49

    c. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 27)

    Artinya: (Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

    26 | Untaian Hikmah Lingkungan

    Artinya:Dari Said bin Muhammad bin Jabir bin Muthim, dari Abdillah bin Habsyi R.A. berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Barang siapa menebang pohon bidara, maka Allah akan mencelupkan kepalanya di dalam api neraka. Abu Dawud ditanya tentang makna hadis ini, maka dia berkata: hadis ini diringkas: Barang siapa menebang pohon bidara di tanah lapang yang dijadikan tempat berteduh bagi musafir dan hewan ternak dengan sia-sia dan secara zalim maka Allah akan mencelupkan kepalanya dalam api neraka.

    Artinya:Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.

    c. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 27)

    Berbagai bencana yang membahayakan semua makhluk akibat kerusakan alam sebagaimana terjadi pada umat-umat terdahulu diabadikan dalam Alquran sebagai peringatan kepada kita.

    b. Al-Muminuun (Surah 23 Ayat 71)

    Artinya: Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.

  • 51

    Sebagaimana diterangkan dalam kitab Bahru Al-Ulum li Samaraqondi juz 3 halaman 363:

    } { : : : .

    . : .

    } { : . :

    . Artinya: {Telah nampak kerusakan di darat dan di laut} yakni kekurangan hujan (kemarau berkepanjangan), berkurangnya persediaan buah-buahan bagi manusia dan binatang, yakni di daratan berkurangnya persediaan makanan binatang ternak maupun binatang liar, {disebabkan ulah perbuatan tangan manusia}, yakni sebab perbuatan mereka yang durhaka akan ketetapan Allah yang membahayakan penghuni daratan maupun lautan.

    27

    Artinya:{Telah nampak kerusakan di darat dan di laut} yakni kekurangan hujan (kemarau berkepanjangan), berkurangnya persediaan buah-buahan bagi manusia dan binatang, yakni di daratan berkurangnya persediaan makanan binatang ternak maupun binatang liar, {disebabkan ulah perbuatan tangan manusia}, yakni sebab perbuatan mereka yang durhaka akan ketetapan Allah yang membahayakan penghuni daratan maupun lautan.___________________________________________________________________

    d. Asy-Syuuraa (Surah 42 Ayat 30)

    Artinya:Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

    d. Asy-Syuuraa (Surah 42 Ayat 30)

    Artinya: Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

    Sebagaimana diterangkan dalam kitab Bahru Al-Ulum li Samaraqondi juz 3 halaman 363:

  • Artinya:Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

    b. As-Syuaraa (Surah 26 Ayat 151 152)

    Artinya:Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas. Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.

    c. Ali-Imraan (Surah 03 Ayat 63)

    Artinya:Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.

    d. Al-Ahqaaf (Surah 46 Ayat 3)

    53

    7. Peringatan, Ancaman dan Sanksi terhadap Perusakan Sumber Daya Alam

    Manusia dengan kelebihan akal dan segala potensinya memiliki tugas pokok dan utama, yaitu memanfaatkan dan menjaga alam beserta lingkungan. Jadi, merusak dan mengeksploitasi alam secara berlebihan walaupun dengan dalih kemaslahatan tetap tidak bisa dibenarkan. Peringatan, ancaman dan sanksi, baik berupa sanksi administratif dari pemerintah, sanksi moral, sanksi sosial dan sebagainya, harus diberikan. Dalil tentang peringatan, ancaman dan sanksi bagi perusak alam berdasarkan Alquran, hadis dan kitab kuning, antara lain:

    a. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 205)

    Artinya: Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

    b. As-Syuaraa (Surah 26 Ayat 151 152)

    Artinya:

    Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas. Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan".

    55

    c. Ali-Imraan (Surah 03 Ayat 63)

    Artinya: Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.

    7. Peringatan, Ancaman dan Sanksi terhadap Perusakan Sumber Daya AlamManusia dengan kelebihan akal dan segala potensinya memiliki tugas pokok dan utama, yaitu memanfaatkan dan menjaga alam beserta lingkungan. Jadi, merusak dan mengeksploitasi alam secara berlebihan walaupun dengan dalih kemaslahatan tetap tidak bisa dibenarkan. Peringatan, ancaman dan sanksi, baik berupa sanksi administratif dari pemerintah, sanksi moral, sanksi sosial dan sebagainya, harus diberikan. Dalil tentang peringatan, ancaman dan sanksi bagi perusak alam berdasarkan Alquran, hadis dan kitab kuning, antara lain:

    a. Al-Baqarah (Surah 02 Ayat 205)

    28 | Untaian Hikmah Lingkungan

    d. Al-Ahqaaf (Surah 46 Ayat 3)

    Artinya: Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan