herykurniawan (f 221 13 053)

24
1/1/2015 ARSITEKTUR KOTA TEORI ROGER TRANCIK arsitektur kota F 221 13 053

Upload: herryjr

Post on 31-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Menjelaskan Mengenai Teori Kota Menurut Roger Trancik yang ada dikota Palu Sulawesi Tengah

TRANSCRIPT

Page 1: Herykurniawan (f 221 13 053)

1/1/2015

Page 2: Herykurniawan (f 221 13 053)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kulia arsitektur kota

yaitu tentang TEORI PERANCANGAN KOTA MENURUT ROGER TRANCIK

Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah arsitektur kota

telah memberikan kami kesempatan untuk membuat laporan ini sebagai pedoman,

acuan, dan sumber belajar.

Akhir kata, Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik

dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam laporan  ini, oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat

diharapkan demi kesempurnaan laporan berikutnya.

arsitektur kota 1

Page 3: Herykurniawan (f 221 13 053)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................................... 1

Daftar isi.............................................................................................................................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 41.2 Rumusan Masalah................................................................................................................ 41.3 Tujuan dan Sasaran.............................................................................................................. 41.4 Lingkup Pembahasan........................................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN TEORI............................................................................................................... 5

1. Proses Perancangan Kawasan Perkotaan Menurut Roger Trancik....................................... 52. Teori citra kota menurut Kevin Lynch................................................................................. 103. Penjabaran Perbedaan Teori Roger Trancik dan Kevin Lynch............................................ 12

BAB 3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN....................................................................................... 13

1. Teori Figure Ground.......................................................................................................... 132. Teori Linkage.................................................................................................................... 143. Teori Place........................................................................................................................ 15

BAB 4 PENUTUP............................................................................................................................. 16

1. Kesimpulan......................................................................................................................... 16

arsitektur kota 2

Page 4: Herykurniawan (f 221 13 053)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertin Citra Kota, Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia (1987), kata citra itu sendiri mengandung arti: rupa, gambar, gambaran, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan/organisasi/produk. Dapat juga diartikan sebagai kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kota. Dengan demikian secara harafiah citra kota dapat diartikan sebagai kumpulan dari interaksi sensorik langsung seperti diimplementasikan melalui sistem nilai pengamat dan diakomodasikan kedalam penyimpanan memori dimana input dari sumber tak langsung sama pentingnya David Rhind & Ray Hudson, (1980)

Kota merupakan sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukuranya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Kota juga merupakan pusat pemukiman, suatu hasil dari proses kehidupan komunitas, serta suatu ruang / wadah yang didalamya terkait dengan manusia dengan kehidupanya. Proses proses yang dialami suatu kota sangatlah panjang, perjalanan sejarah kehidupan sosial buday, politik, ekonomi, menerapkan catatan sendiri dalam memori kita. Suatu produk sejara kota (artefak) seharusnya diperhatikan keberadaanya agar kota terus berkembang tanpa kehilangan karakter khasnya (identitas kota), yang jika dipadukan dengan sosil budaya masyarakat sekaligus merupakan spirit kota. Sprit kota memiliki peran penting untuk menjaga image kota agar bisah terus bertahan dalam menjalani perubahan waktu.

Citra sangat tergantung pada persepsi atau cara pandang orang masing-masing. Citra juga berkaitan dengan hal-hal fisik. Citra kota sendiri dapat diartikan sebagai gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya Markus Zahnd (1999) : Perancangan Sistem Kota Secara Terpadu, 157. Diterjemahkan melalui gambaran mental dari sebuah kata sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya Linch (1982)

Sebuah citra lingkungan kota memiliki komponen yang meliputi

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga

dikena sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

Struktur, citra harus meliputi hubungan spasial atau hubungan pola citra objek

dengan pengamat dan dengan objek-objek lainnya

Makna, yaitu suatu objek harus mempunyai arti tertentu bagi pengamat baik secara kegunaan maupun emosi yang ditimbulkan.

arsitektur kota 3

Page 5: Herykurniawan (f 221 13 053)

1.2 Rumusan Masalah

Secara makro pembangunan Kota palu sudah sangat pesat dan sacara mikro banyaknya terdapat aktifitas penunjang pelayanan masyarakat seperti taman rekreasi masrakat dan taman – taman lainya. Secara garis besar pengembangan dan tata penataan kota Palu sudah baik. Namun, diperlukanya kajian kondisi eksisting terhadap Teori Roger Trancik untuk menetukan sejauh mana kualitas fisik kota Palu.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi karakter visual Kota Palu

terhadap Teori Roger Trancik Menjabarkan perbedaan Teori Roger Trancik dengan Elemen Perancangan kota

menurut Kevin Linch

Sasaran Mendapatkan dan memahami image Kota Palu berdasarkan Teori Roger Trancik

1.4 Lingkup Pembahasan

Teori Roger Trancik Teori Figurel Ground Teori Linkage Teori Place

BAB 2

arsitektur kota 4

Page 6: Herykurniawan (f 221 13 053)

TINJAUAN TEORI

1. Proses Perancangan Kawasan Perkotaan Menurut Roger Tranclik

Merancang adalah suatu tindakan untuk menstrukturkan ruangan – ruangan perkotaan, sehingga dapat menciptakan tatanan (pengaturan yang logis, dapat dipahami dari berbagai elemen dan keterkaitanya), keladahan (kualitas yang menyenangkan indra), dan skala (perbandingan elemen – elemen dibandingkan manusia yang memberi rasa nyaman bagi lingkungan)

Perencaniran kota berfokus pada suatu proses, yaitu rencana. Sedangkarl perancangar', kota lebih menekankan pada produknya, yaitu desairr. Natrun, pendekatan tersebut agak bersifat simplikasi karena seandainya suatu proses tidak berkonsentrasi pada hasil produknya, maka proses tersebut tidak akan berjalan dengan baik karena dilakukan tanpa tujuan konkret. Pada sudut lain, konsekwensi pada produk yang tidak memperlratikarr proses pembuata,nya akan cenderung tidak efektif menghasilkan produk yang baik, karena tidaklah realistis membuat sebuah produk tanpa merna memiliki perhatian pada proses pembuatanya.

Sama halnya dengan kota. Walaupun sudah jelas bahwa kota sebagai artefak lebih rumit dari pada sebuah mobir saja, tetapi bagian-bagianya rnemiliki hubungan erat secara bersarma-sama karena kota berarti lebih luas dari pada jurnlah bangunan yang berada di dalamya. Tiga teori pokok perancangan kotaa. Teori FigurelGroundb. Teori Linkagec. Teori Place

1.1 Teori Figure Ground

Kota secara fisik merupakan hasil bentukan antara bangunan dengan ruang terbuka yang mendukung identifikasi tekstur dan pola bentukan ruang kota. Teori-teori figure/ground dipahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun (building massa) dan ruang terbuka (open space). Analisis figure/ground adalah alat yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric), serta mengidentifikasikan masalah ketidakteraturan massa/ruang perkotaan. Teori Figure Ground adalah teori yang mengambarkan total suatu kawasan. Sedangkan fungsi teori ini adalah untuk menunjukan tekstur kota melalui bentuk massa bangunan (building massa) sebagai solid dan ruang terbuka (open space) sebagai void. Hubungan massa dan ruang dibentuk oleh bentuk dan lokasi bangunan, perancangan unsur-unsur tapak (tanaman dinding), dan terusan pergerakan menghasilkan 6 pola yaitu : grid, angular, curvilinear, radial /concentric, axial, dan organic (Trancik,1986:101). analisis Figure Ground adalah alat yangbaik untuk :

1. Mengidentifikasi sebuah tekstur dan pola – pola ruang perkotaan (urban fatric)2. Mengidentifikasi sebuah masalah keteraturan atau ruang perkotaan

.

Pola-pola kawasan secara tekstural dapat diklasifikasikan menjadi tigakelompok, yang meliputi:

arsitektur kota 5

Page 7: Herykurniawan (f 221 13 053)

1. Homogen, adalah susunan kawasan yang bersifat sejenis dimana hanya ada satu pola penataan, sebagai contoh adalah Algler, Maroko dan Ansterdam, Belanda. Kedua kota ini memiliki pola kawasan yang bersifat homogen.

.

2. Heterogen, susunan kawasan yang bersifat beberapa jenis dimana ada dua atau lebih pola berbenturan, sebagai contoh adalah dua kawasan dikota Aachen, Jerman. Kawasan tersebut memiliki pola bersifat homogen

3. Menyebar, susunan kawasan yang bersifat menyebar dan kecenderungan kacau.

1.1.1. Solid dan Void Sebagai Elemen Perkotaan

Sistem hubungan di dalam tekstur figure/ground mengenal dua kelompok elemen, yaitu solid (bangunan) dan void (ruang terbuka). Ada tiga elemen dasar yang bersifat solid dan empat elemen dasar yang bersifat void.

1. Blok tunggal, bersifat individu, namun juga dapat dilihat sebagai sebagian dari satu unit yang lebih besar.

2. Blok yang yang mendefinisi sisi, yang berfungsi sebagai pembatas secara linear.3. Blok medan yang memiliki bermacam – macam massa dan bentuk, namun masing –

masing tidak dilihat secara individu – individu.Berikut ini merupakan gambaran 3 buah elemen solid

Sedangkan empat elemen void terdiri dari

arsitektur kota 6

Page 8: Herykurniawan (f 221 13 053)

1. Sistem linear tertutup, elemen yang paling sering dijumpai dikota2. Sistem tertutup yang memusat, pola ruangan yang terfokus dan tertutup misalnya

pusat kota.3. Sistem yang terbuka sentral, bersifat terbuka namun masih nampak fokus, misalnya

alun – alun, taman kota dan lain – lain.4. Sistem terbuka linear, contonya pada kawasan sungai.

1.1.2. Solid dan Void Sebagai Unit Perkotaan

Elemen solid dan void di dalam tekstur perkotaan jarang berdiri sendiri, melainkan dikumpulkan dalam satu kelompok, disebut juga “unit perkotaan”. Di dalam kota keberadaan unit adalah penting, karena unit-unit berfungsi sebagai kelompok bangunan bersama ruang terbuka yang menegaskan kesatuan massa di kota secara tekstural. Melalui kebersamaan tersebut penataan kawasan akan tercapai lebih baik kalau massa dan ruang dihubungkan dan disatukan sebagai suatu kelompok. Pola kawasan kota secara tekstural dibedakan mejadi enam, yaitu grid, angular, kurvilinier, radial konsentris, aksial, dan organis. Artinya, setiap kawasan tersebut dapat dimengerti bagiannya melalui salah satu cara tekstur tersebut. Mengacu pada penjelasan di atas, perlu diketahui bahwa fungsi pola sebuah tekstur perlu juga diperhatikan karena massa dan ruang selalu berhubungan erat dengan aktivitas di dalam kawasannya, dibutuhkan suatu keseimbangan yang baik antara kuantitas dan kualitas massa dan ruang yang bersifat publikdan privat sehingga pola pembangunan kota memungkinkan kehidupan didalamnya berjalan dengan baik.

Pola Tekstur kota secara diagramatis

arsitektur kota 7

Page 9: Herykurniawan (f 221 13 053)

1.2. Teori Linkage

Teori Linkage adalah teori yang mengambarkan bentuk suatu kota yang tidak dapat lepas dari jaring-jaring sirkulasi kota (network circulation). Jaring-jaring tersebut dapat berupa jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk linier dan bentuk-bentuk yang secara fisik menjadi penghubung antar bagian kota atau suatu kawasan. Teori Linkage dapat digunakan untuk memahami segi dinamika tata ruang perkotaan yang dianggap sebagai generator kota itu. analisis Linkage adalah alat yang baik untuk memperhatikan dan menegaskan hubunganhubungan serta gerakan-gerakan sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric).Ringkasan linkages adalah:

1. Mereflesikan sarana dan prasarana penunjang pergerakan dari dan ke nodes2. Secara hirarkis, dapat berupa jalan lingkungan, jalan lokal, jalan sekunder maupun

arteri.

1.2.1. Linkage Visual

Dalam linkage yang visual dua atau lebih banyak fragmen kota yang dihubungkan menjadi satu kesatuan secara visual. Karena sebuah linkage yang visual mampu menyatukan daerah kota dalam berbagai skala. Pada dasarnya ada dua pokok perbedaan linkage visual, yaitu:

Yang menghubungkan dua daerah secara netral Yang menghubungkan dua daerah dengan menggunakan satu daerah.

Terdapat lima elemen dapat menjelaskan linkage visual, yaitu : Elemen garis, dihubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan massa.

Untuk massa tersebut bisa dipakai sebuh deretan bangunan ataupun sebuah deretan pohon yang memiliki rupa masif

Elemen koridor, yang dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan taupohon ) membentuk sebuah ruang

Elemen sisi, sama dengan elemen yang menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Perbedaanya dibuat secara tidak langsung, sehingga tidak perlu dirupakan dengan garis sebuah garis yang masanya agak tipis, bahkan hanya merupakan sebuah massa yang kurang penting

Elemen sumbu, mirip dengan elemen koridor bersifat spasial, namun perbedaanya ada pada dua daerah yang dihubungkan oleh elemen tersebut yang sering mengutamakan salah satu daerah tersebut

Elemen irama, menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang.

Lima elemen linkage visual

arsitektur kota 8

Page 10: Herykurniawan (f 221 13 053)

1.2.2 Linkage Struktural

Dalam linkage struktural yang baik, pola ruang perkotaan dan bangunannya sering berfungsi sebagai sebuah stabilisator dan koordinator di dalam lingkungannya, karena setiap kolase (penghubung fragmen-fragmen) perlu diberikan stabilitas tertentu dan koordinasi tertentu dalam strukturnya. Tanpa ada daerah-daerah yang polanya tidak dikoordinasikan sertaLima Elemen Linkage Visual. distabilisasikan tata lingkungannya, maka cenderung akan muncul pola tata kota yang kesannya agak kacau. Terdapat tiga elemen Linkage struktur yang mencapai hubungan secara arsitektural yaitu :

Elemen tambahan, melanjutkan pola hubungan yang sudah ada sebelumya, bentuk – bentuk dan ruang yang ditambah dapat berbeda, namun pola kawasanya tetap dimengerti sabagai salah satu atau tambahan pola yang sudah ada disekitarnya

Elemen sambungan, elemen ini memperkenalkan pola baru pada lingkungan kawasan, diusahakan menyambung dua atau lebih banyak pola disekitarnya, supaya keseluruhanya dapat dimengerti sebagai satu kelompok yang baru memiliki kebersamaan melalui sambungan itu.

Elemen tambahan, elemen ini tidak memperkenalkan pola baru yang belum ada, sedikit mirip dengan elemen tambahan, namun lebih rumit polanya karena didalam elemen tembusan terdapat dua atau lebih pola yang sudah ada disekitarnya akan disatukan sebagai pola – pola yang sekaligus menembus didalam satu kawasan.

3 elemen Linkage struktural

arsitektur kota 9

Page 11: Herykurniawan (f 221 13 053)

1.3 Teori Place

Dalam teori ini, dipahami dari segi seberapa besar tempat-tempat perkotaan yang terbuka terhadap sejarah, budaya, dan sosialisasinya serta lebih kepada arti dan makna sebuah tempat. Analisa place adalah alat yang baik untuk :

Memberi pengertian mengenai ruang kota melalui tanda kehidupan perkotaanya. Memberi pengertian mengenai ruang kota secara kontekstual

Kelemahan analisa place muncul dari segi perhatiannya yang hanya difokuskan pada suatu tempat perkotaan saja. Trancik menjelaskan bahwa sebuah ruang (space) akan ada jika dibatasi dengan sebuah void dan sebuah space menjadi sebuah tempat (place) kalau mempunyai arti dari lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya. Schulz (1979) \ menambahkan bahwa sebuah place adalah sebuah space yang memiliki suatu ciri khas tersendiri. Menurut Zahnd (1999) sebuah place dibentuk sebagai sebuah space jika memilikiciri khas dan suasana tertentu yang berarti bagi lingkungannya. Selanjutnya Zahnd menambahkan suasana itu tampak dari benda konkret (bahan, rupa, tekstur, warna) maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi kultural dan regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya.

Madanipuour (1996) memberikan penjelasan bahwa dalam memahami tempat (place) dan ruang (space) menyebutkan dua aspek yang berkaitan :

Kumpulan dari bangunan dan artefak (a collection of building and artifacts) Tempat untuk berhubungan sosial (a site social relationship)

Selanjutnya menurut Spreiregen (1965), urban space merupakan pusat kegiatan formal suatu kota, dibentuk oleh facade bangunan (sebagai enclosure) dan lantai kota. Jadi sudah sangat jelas bahwa sebuah jalan yang bermula sebagai space dapat menjadi place bila dilingkupi dengan adanya bangunan yang ada di sepanjang jalan, dan atau keberadaan landscape yang melingkupi jalan tersebut, sebuah place akan menjadi kuat keberadaannya jika didalamnya memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang berarti bagi lingkungannya.

2. Teori Citra Kota Menurut Kevin Lynch

1.Path (jalur) adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch menemukan dalam risetnya bahwa jika elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, saluran, dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik kalau memiliki tujuan yang besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasade gedung, pohon besar, sungai), atau ada belokan/tikungan yang jelas.

2.Edge (tepian) adalah elemen linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai Path. Edge berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, sungai, topografi,dsb. Edge lebih bersifat sebagai referensi daripada misalnya elemen sumbu yang bersifat koordinasi (Linkage). Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk. Edge merupakam

arsitektur kota 10

Page 12: Herykurniawan (f 221 13 053)

pengakhiran dari sebuah District atau batasan sebuah District dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi atau menyatukan.2.Edge (tepian) adalah elemen linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai Path. Edge berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, sungai, topografi,dsb. Edge lebih bersifat sebagai referensi daripada misalnya elemen sumbu yang bersifat koordinasi (Linkage). Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk. Edge merupakam pengakhiran dari sebuah District atau batasan sebuah District dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi atau menyatukan.

Ciri – ciri Node: Pusat kegiatan Pertemuan bergabagai ruas jalan Tempat pergantian alat transportasi

Type Node Junction Node, misalnya stasiun bawah tanah, stasiun kereta utama. Thematic Concentration, berfungsi Core, Focus, dan simbol sebuah wilayah penting

4. District (kawasan) merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kawasan / District memiliki ciri khas yang mirip (baik dalam hal bentuk, pola, dan wujudnya), dan khas pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi Interior maupun Eksterior. District mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).

5. Landmark (tetenger) merupakan lambang dan symbol untuk menunjukkan suatu bagian kota, biasanya dapat berupa bangunan gapura batas kota (yang menunjukkan letak batas bagian kota), atau tugu kota (menunjukkan ciri kota atau kemegahan suatu kota), patung atau relief ( menunjukkan sisi kesejarahan suatu bagian kota), atau biasa pula berupa gedung dan bangunan tertentu yang memiliki suatu karakteristik tersendiri yang hanya dimiliki kota tersebut. Sehingga keberadaan suatu Landmark mampu menunjukkan dan mengingatkan orang tentang tetenger suatu kota.

unsur penting Lendmark Tanda fisik berupa elemen fisual Informasi yang memberikan gambaran tepat dan pasti Jarak yang dikenali

Adapun kriteria Lendmar Unique memorable Bentuk yang jelas atau nyata Identiafiable Memiliki hirarki secara visual

arsitektur kota 11

Page 13: Herykurniawan (f 221 13 053)

3. Penjabaran Perbedaan Teori Roger Trancik Dengan Teori Citra Kota Menurut Kevin Lynch

Menurut Roger TrancikMerancanga adalah suatu tindakan untuk mensturkturkan ruang – ruang perkotaan, sehingga dapat tercipta tatana, keindahan, dan skala. Perancangan kota berfokus pada suatu proses, yaitu rencana. Sedangkan perancangan, kota lebih menekankan pada produknya, yaitu desain. Namun, pendekatan tersebut agak bersifat simplikasi karena seandainya suatu proses tidak berkonsentrasi pada hasil produknya, maka proses yersebut tidak akan berjalan dengan baik.Sama halnya dengan kota, walaupun sudah jelas bahwa kota sebagai artefak, tetapi bagian – baginyahubungan erat secara bersama - sama karena kota lebih berarti lebih luas dari jumlah bangunan yang berada didalamya.

Menurut Kevin LynchKevin Lynch menyatakan bahwa citra kota (image) kota adalah hasil dari suatu kesan pengamatan masyarakat terhadap unsur – unsur yang nyata dan tidak nyata. Mendasari kesan – kesan masyarakat, Lynch membuat kategori dalam bentuk 5 unsur, menentukan kota adalah sesuatu yang dapat diamati dimana letak jalur – jalan, batas tepian, distrik atua kawasan, titik temu, dan tetengernya dan dapat dengan mudah dikendali dan dapat di kelompokan dalam pola keseluruhan bentuk kota.

Jadi , Roger Trancik lebih menekankan perancangan kota dari segi bentuk suatu proses dan lebih menekankan pada hasil produknya dan penataan antara tata massa bangunan dengan area terbuka, sedangakan Kevin Lynch lebih lebih menekankan kepada pengamatan masyarakat terhadap unsur – unsur nyata dan tidak nyata melalui unsur jalur jalan, batas tepian, kawasan, titik temu dan tetengernya.

arsitektur kota 12

Page 14: Herykurniawan (f 221 13 053)

BAB 3ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Teori Figure Ground

Kota secara fisik merupakan hasil bentukan antara bangunan dengan ruang terbuka yang mendukung identifikasi tekstur dan pola bentukan ruang kota. Teori-teori figure/ground dipahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun (building massa) dan ruang terbuka (open space).

Pada gambar diatas, daerah terletak di kecamatan Palu Barat. Dari gambar diatas menunjukan bahwa Kota palu dalam penataan tekstur kota umumnya menggunakan Pola Homogen, yakni kawasan yang bersifat sejenis dimana hanya ada satu pola penataan yang tersususn teratur secara linear dan vertikal antara ruang terbuka dan pola tata massa bangunan.

Sistem Solid sebagai elemen Kota

arsitektur kota 13

Page 15: Herykurniawan (f 221 13 053)

Pada area Kawasa Gedung STQ Jabal Nur di jln. Soekarno Hatta menujukan bahwa Gedung STQ Jabal Nur bersifat individu, namun juga dapat dilihat sebagai bagian dari satu unit yang lebih besar.

Sistem Void Sebagai Elemen Kota

Di arae perbatasan antara Kecamatan Palu Barat dan Palu timur terdapat arae sungai yang memisahkan antara kedua kecamatan tersebut. Pada gambar diatas sistem ini menunjukan Sistem Terbuka Linear.

2. Teori Linkage

Teori Linkage adalah teori yang mengambarkan bentuk suatu kota yang tidak dapat lepas dari jaring-jaring sirkulasi kota (network circulation). Jaring-jaring tersebut dapat berupa jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk linier dan bentuk-bentuk yang secara fisik menjadi penghubung antar bagian kota atau suatu kawasan.

Linkage Visual

Jln Juanda, gambar diatas menunjukan Elemen Garis yang yang menghubungkan duan arae kawasan secara linear yakni kawasan Perbelanjaan hasanuddin dan kawasan perkantoran Moh. Yamin.

arsitektur kota 14

Page 16: Herykurniawan (f 221 13 053)

Linkage Struktural

Pada penataan kawasan gambar diatas, Elemen tambahan, melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada sebelumnya. Bentuk-bentuk massa dan ruang yang ditambah dapat berbeda, namun pola kawasannya tetap dimengerti sebagai bagian atau tambahan pola yang sudah ada di sekitarnya. Gambar diatas menunjukan kawasan Pemukiman.

3. Teori Place

Dalam teori ini, dipahami dari segi seberapa besar tempat-tempat perkotaan yang terbuka terhadap sejarah, budaya, dan sosialisasinya serta lebih kepada arti dan makna sebuah tempat. Analisa place adalah alat yang baik untuk :

Memberi pengertian mengenai ruang kota melalui tanda kehidupan perkotaanya. Memberi pengertian mengenai ruang kota secara kontekstual.

Di kota Palu juga terdapat salah satu area terbuka (open spase) yang diberada di lapangan Vatulemo yang merupakan salah satu tempat (wadah) untuk menyelenggarakan beberapa festifal, seperti festifal pertunjukan (hiburan), festifal olahraga, dan festufal kebudayaan. Dan dapat pula dijadikan sebagai area bersosialisasi masyarakat.

arsitektur kota 15

Page 17: Herykurniawan (f 221 13 053)

BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

Teori kota menurut Roger Trancik lebih menekankan kepada perpaduan antara tata massa bangunan dengan ruang terbuka (open space), untuk di Kota Palu sendiri, ketepaduan tersebut dalam penataanya sudah cukup baik, namun untuk area ruang terbuka (open space) yang difungsikan sebagai area publik masih tergolong sedikit. Padahal, hal ini merupakan salah satu unsur yang harus dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota akan arae rekreasi publik di kota. Dalam penataanya area ruang terkuka di kota Palu hanya difokuskan di satu titik saja, yakni di kawasan anjungan. Padahal masih banyak area ruang terbuka yang dapat dikembangkan.

Dalalm proses pola pikir perancanganya,Roger Trancik lebih menekankan perancangan kota dari segi bentuk suatu proses dan lebih menekankan pada hasil produknya dan penataan antara tata massa bangunan dengan area terbuka, sedangakan Kevin Lynch lebih lebih menekankan kepada pengamatan masyarakat terhadap unsur – unsur nyata dan tidak nyata melalui unsur jalur jalan, batas tepian, kawasan, titik temu dan tetengernya.

arsitektur kota 16