heriyanto 31111019 sampel p (ampisillin)
DESCRIPTION
sampelTRANSCRIPT
A. Tujuan
Untuk menentukan kadar sampel ampisilin dengan menggunakan tirasi iodometri
B. Prinsip Dasar
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung, dalam hal ini sampel yang bersifat oksidator
direduksi dengan kalium iodida berlebih dan asam sehingga terbentuk iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem
iodium-iodida atau senyawa-senyawa bersifat oksidator. Sebagai indikator, digunakan
larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru telah hilang. Penetapan
secara kuantitatif zat-zat yang dapat tereduksi / teroksidasi ini berdasarkan pada reaksi
redoks.
C. Dasar teori
Ampisilin
Rumus Molekul : C16H19N3O4S
Berat Molekul : 349,41
Sinonim : Asam (2S, 5R, 6R)-6-C[(R)-2-amino-2-fenilasetamido]-
3,3 dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3,2,0]heptana-2-
karboksilat (69-53-4)
Pemerian : Serbuk hablur remik, tidak berbau, atau hampir tidak
berbau, rasa pahit
Kelarutan : sukar larut dalam metanol dan air (larut dalam 170 bagian
air), praktis tidak larut dalam etanol 95% P, aseton, asam
lemak, benzena, CCl4 dan kloroform, larut dalam asam dan
alkali hidroksida
pH : dalam 1% air 3,5-6 , dalam 0,25% air 3,5-5,5
Titrasi tidak langsung ( iodometri )
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar dari pada sistem iodium-iodida
atau senyawa senyawa yang bersipat oksidator.
Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi dengan cara tidak langsung, dalam
hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang nantinya dititrasi dengan
larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator
ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang akan dititrasi dengan
Na2S2O3. Sebagai indicator, digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila
warna biru telah hilang.
Titrasi reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi.
Titrasi dengan iodometri dapat dibagi menjadi 2 cara :
1. Cara langsung
Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor
atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku
berlebihan. Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan menggunakan larutan tiosulfat. (Saragih,-)
Reduktor + I2 → 2I-
Na2S2O3 + I2 → NaI + Na2S4O6
2. Cara tidak langsung
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat–zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan
membentuk iodin. Iodin yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium
tiosulfat. (Saragih,-)
Oksidator + KI → I2 + 2e
I2 + Na2S2O3 → NaI + Na2S4O6
Dalam hal ini iodide sebagai perediksi diubah menjadi iodium. Iodium yang terbentuk
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Cara iodometri digunakan untuk untuk menentukan zat
pengoksidasi, misalnya penentuan zat oksidator H2O2. Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI
dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3.
Reaksi :
H2O2 + KI + HCl → I2 + KCl + 2H2O
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen
(H+) dan anion hidroksida (OH−) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan
untuk memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh bertahap
(step-growth polimerization). Hidrolosis berbeda dengan hidrasi. Pada hidrasi, molekul tidak
terpecah menjadi dua senyawa baru.
Hidrolisis juga merupakan reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam
dengan air. Pada penguraian garam ini, dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu :
- Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H
- Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H+, sehingga menyebabkan
[H+] dalam air bertambah dan akibatnya [H+] > [OH-], maka larutan bersifat
asam.
- Ion garam tersebut tidak bereaksi dengan air, sehingga [H+] dalam air akan
tetap sama dengan [OH-], maka air akan tetap netral (pH = 7).
Ion garam dianggap bereaksi dengan air, bila ion tersebut dalam reaksinya menghasilkan
asam lemah atau basa lemah, sebab bila menghasilkan asam atau basa kuat maka hasil reaksinya
akan segera terionisasi sempurna dan kembali menjadi ion-ionnya. Jika ditinjau dari asam dan
basa pembentuknya ada empat jenis garam yang dikenal, yaitu :
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat
D. Prosedur
Pembakuan Natrium tiosulfat dengan kalium dikromat
Penetapan kadar sampel
E. DATA HASIL PRAKTIKUM
a. Pembakuan Larutan Na2S2O3
Volume Sampel Volume Na2S2O3
50 mg 10 ml
50 mg 10,2 ml
50 mg 10,3 ml
Normalitas Na2S2O3 =
a. N Na2S2O3 =
=
= 0,1 N
b. N Na2S2O3 =
=
= 0,09 N
c. N Na2S2O3 =
=
= 0,09 N
N Na2S2O3 =
= 0,09 N
b. Penentuan Kadar Sampel
Berat sampel yang ditimbang = 0.2 gram ( 200 mg)
Volume Sampel Volume Na2S2O3
10 ml 5 ml
10 ml 5,1 ml
10 ml 5,2 ml
Rata-rata 5,1 ml
Penetapan Kadar Sampel
V Iodium x N Iodium = N Na. Tiosulfat x V Na. Tiosulvat
Mg Iodium = N na.tiosulfat x v. Na.tiosulfat
M grek iodium = N
N iodium = N
N Iodium ~ N analit
Mg analit = N analit x BE
Jadi
M grek iodium = 0,09 x 5,1 = 0,495
N Iodium = 0,495
N analit = 0,495
Mg analit = 0,495 x 349,4 = 160,375
F. Pembahasan
Pada ujian praktikum ini dilakukan penetapan kadar sampel P yaitu ampisilin dengan
metode iodometri adapun sampel P ini berbentuk serbuk.
Penetapan kadar ampisilin dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri.
Pemilihan metode ini didasarkan bahwa ampisilin dapat mengoksidasi iodida untuk
menghasilkan iodium. Iodida yang ditambahkan berlebih maka terbentuk pula iodium berlebih
yang selanjutnya dititrasi dengan natrium tiosulfat dengan menggunakan indikator amilum.
Ampisilin dalam bentuk murni tidak dapat bereaksi dengan iodium. Maka sebelum
dilakukan titrasi, sampel dihidrolisis terlebih dahulu menggunakan NaOH sehingga cincin beta
laktam terbuka dan dapat bereaksi dengan iodium. Golongan penisilin ini akan terhidrolisis
dengan basa menghasilkan asam penisiloat. Asam penisiloat inilah yang akan ditetapkan
kadarnya karena dapat mengkat iod. Menurut literatur, setelah hidrolisis diduga 1 molekul
ampisilin dapat menyerap 8 atom iod tetapi pada percobaan jumlah iod yang diserap bervariasi
tergantung pada keadaannya.
Cincin β-laktam pada Ampisilin dipecah oleh alkali. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan
sebagai berikut:
Pada titrasi iodometri, larutan natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai larutan standar
dalam reaksi iodometri, Larutan ini tidak stabil dalam jangka waktu lama yang disebabkan
karena beberapa faktor diantaranya Keasaman, Oksidasi oleh udara dan Mikroorganisme.
Sebelum dilakukan penetapan kadar sampel, dilakukan pembakuan larutan tiosulfat
menggunakan kalium bikromat. Pembakuan menggunakan kalium bikromat karena zat ini
didapat dengan tingkat kemurnian yang tinggi, padat dan larutannya amat stabil, tidak
higroskopik, mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi. Larutan kalium dikromat ini
ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan setelah ditambahkan
dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi kuning kecoklatan. Fungsi penambahan asam
sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri
dari kalium dikromaat dan kalium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman
rendah. Untuk senyawa yang memiliki potensial reduksi yang rendah dapat direaksikan secara
sempurna dalam suasana asam. Indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indikator
kanji (amilum) yang dapat membentuk senyawa absorpsi dengan iodium yang dititrasi dengan
larutan Natrium Tiosulfat.
Indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan
kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator yang tahan lama
hendaknya dilakukan penambahan suatu pengawet. Pengawet yang digunakan adalah merkurium
(II) iodida. Kepekatan indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa
bahan organik seperti metil dan etil alkohol.
G. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kadar
sampel P yaitu ampisillin dalam 0,2 gram sampel sediaan serbuk adalah sebesar 80,187 %.
Daftar Pustaka
Departemen kesehatan RI. 1995. Farmakofe Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departement
kesehatan
Rohman abdul dan Ibnu ghalib gandjar. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Sukarti, Tati. 2010. Kimia Analitik. Bandung : Widya Padjadjaran
Day , Jr , R.A., and Underwood, A.L., 1998, Quantitative Analyisis, 6th Ed., diterjemahkan
oleh Iis Sopyan , Penerbit Airlangga, Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS KUANTITATIF
Ampisillin
“Penetapan Kadar Sampel Ampisillin dengan
Metode Iodometri”
Oleh :
Heriyanto (31111019)
PRODI S1-FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014