hepatoprotektor.pdf

13
 HEPATOPROTEKTOR I. Tujuan P ercobaan 1. Menentukan aktivitas hepatoproteksi silimarin dan propolis terhadap tikus yang telah diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol atau CCl 4 2. Membanding kan aktivi tas hepatopr oteksi propolis dan silima rin I. Prinsip Percobaan Kerusakan hati dapat disebabkan oleh obat, berbagai senyawa kimia lain, virus seperti virus hepatitis B dan C. Perlindungan terhadap hepatotoksisitas oleh suatu zat atau bahan uji dinilai ber dasa rka n kemamp uan nya untuk mempen gar uhi ber bag ai par ameter, misaln ya menekan penin gkata n aktivitas enzim-enzim aminotransfe rase dan sorbitol dehi drogenase ser um, dan me ncegah pe ngausan gl ut ation hati . Selain it u, da pat dilakukan pula evaluasi terhadap gambaran histopatologi hati. Parameter yang paling sering dievaluasi pada penapisan tahap awal, yaitu aminotransferase serum. II . Al at da n Ba ha n Alat: Bahan: Mikropipet Tabung eppendorf  Sentrifuga Spektrofotometri UV-Vis Sonde oral Alat suntik 1 mL Parasetamol CCl 4 Propolis CMC-Na SGPT kit test I. Metodelogi Tik us dik elompokk an seca ra acak men jadi 4 kel omp ok, yai tu kel omp ok kontr ol negati f, kontr ol posit if, dan 2 kelompok uji (silimarin dan prop olis). Kelompo k kont rol  positif dan kelompok obat uji diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol atau CCl 4 kemudian diberikan obat uji silimarin dan propolis sedangkan kontrol negatif hanya dib erik an pembawanya. Set elah ena m jam tik us dik orb ank an, dia mat i hat iny a dan dilakukan pengambilan darah. Darah kemudian disentrifuga pada 3000 rpm selama 10 menit dan serumnya dipisahkan untuk penentuan SGOT dan SGPT. II. Data Pengamata n dan Pe ngo lah an Data III. Pembahasa n

Upload: pt-royal-medicalink-pharmalab

Post on 16-Jul-2015

846 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Uploaded from Google Docs

TRANSCRIPT

Page 1: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 1/13

HEPATOPROTEKTOR 

I. Tujuan Percobaan

1. Menentukan aktivitas hepatoproteksi silimarin dan propolis terhadap tikus yang telah

diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol atau CCl4

2. Membandingkan aktivitas hepatoproteksi propolis dan silimarin

I. Prinsip Percobaan

Kerusakan hati dapat disebabkan oleh obat, berbagai senyawa kimia lain, virus seperti

virus hepatitis B dan C. Perlindungan terhadap hepatotoksisitas oleh suatu zat atau bahan

uji dinilai berdasarkan kemampuannya untuk mempengaruhi berbagai parameter,

misalnya menekan peningkatan aktivitas enzim-enzim aminotransferase dan sorbitol

dehidrogenase serum, dan mencegah pengausan glutation hati. Selain itu, dapat

dilakukan pula evaluasi terhadap gambaran histopatologi hati. Parameter yang paling

sering dievaluasi pada penapisan tahap awal, yaitu aminotransferase serum.

II. Alat dan Bahan

Alat: Bahan:

Mikropipet

Tabung eppendorf 

Sentrifuga Spektrofotometri UV-Vis

Sonde oral

Alat suntik 1 mL

Parasetamol

CCl4

Propolis CMC-Na

SGPT kit test

I. Metodelogi

Tikus dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol

negatif, kontrol positif, dan 2 kelompok uji (silimarin dan propolis). Kelompok kontrol

  positif dan kelompok obat uji diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol atau CCl4

kemudian diberikan obat uji silimarin dan propolis sedangkan kontrol negatif hanya

diberikan pembawanya. Setelah enam jam tikus dikorbankan, diamati hatinya dan

dilakukan pengambilan darah. Darah kemudian disentrifuga pada 3000 rpm selama 10

menit dan serumnya dipisahkan untuk penentuan SGOT dan SGPT.

II. Data Pengamatan dan Pengolahan Data

III. Pembahasan

Page 2: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 2/13

Hati adalah suatu organ penting terletak di kuadran kanan atas abdomen Hati

merupakan organ yang paling banyak bekerja keras dalam tubuh. Peran hati bagi tubuh

diantaranya, yaitu

 – detoksifikasi racun

 – hati menyediakan berbagai zat yang diperlukan tubuh, termasuk glukosa (yang

dibentuk dari glikogen), vitamin A (suplai pada saat usia 1-2 tahun), vitamin D (suplai

 pada saat usia 1-4 bulan), vitamin B12, besi, dan tembaga

  – hati bertanggung jawab terhadap efek imunologikal dan sistem

retikuloendotelial hati yang mengandung banyak sel aktif secara imunologi, dan

 bekerja seperti ‘penyaring’ antigen yang dibawa melalui sistem portal

 – hati memproduksi albumin, komponen osmolar utama dari serum darah

 –  hati mensintesis angiotensinogen, merupakan hormon yang bertanggung jawab

dalam meningkatkan tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, enzim ginjal yang

dilepaskan ketika apparatus juxtaglomerular merasakan tekanan darah rendah

 – sintesis asam amino

 – metabolisme karbohidrat, meliputi glukogenesis (sintesis glukosa dari asam

amino, laktat atau gliserol), glikogenolisis (penguraian glikogen menjadi glukosa),

dan glikogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa)

 – metabolisme protein, baik sintesis juga degradasi protein

  – metabolisme lipid, meliputi sintesis kolesterol dan lipogenesis (produksi

trigliserida)

 – hati memproduksi faktor I koagulasi (fibrinogen), II (protombin), V, VII, IX,

X, dan XI, serta protein C, protein S, dan antitrombin

  – hati memproduksi dan mengeksresikan empedu yang berfungsi sebagai

 pengemulsi lemak 

Page 3: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 3/13

 –   produksi insulin-like growth factor  (IGF-I), merupakan hormon protein

 polipeptida yang memainkan peranan penting pada pertumbuhan anak dan berlanjut

menjadi efek anabolik pada dewasa

 – tempat produksi trombopoietin utama

 – penguraian insulin dan hormon lain

 – penguraian hemoglobin, membentuk metabolit bilirubin dan biliverdin

  – mengurai atau memodifikasi toksin (misalnya, metilasi) dan kebanyakan

 produk obat dalam proses yang disebut metabolisme obat. Terkadang proses ini juga

menghasilkan toksik, ketika metabolit menjadi lebih toksis daripada prekursor.

Umumnya toksin akan terkonjugasi sehingga dapat dieksresi melalui atau empedu

 – hati mengubah amonia menjadi urea

Fungsi hati tersebut dapat terganggu diantaranya oleh obat, berbagai senyawa kimia

lain, virus seperti virus hepatitis B dan C. Salah satu obat yang dapat menyebabkan

kerusakan hati adalah Parasetamol.

Parasetamol merupakan obat yang berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik.

Parasetamol disebut juga asetaminofen yang berasal dari kata  para-acetylaminophenol 

dan  para-acetylaminophenol . Parasetamol terdiri dari cincin benzena yang disubsititusi

oleh gugus hidroksil dan atom nitrogen pada gugus amida di posisi  para. Adanya dua

gugus pengaktivasi membuat cincin benzena menjadi sangat reaktif dan mengarah pada

substitusi elektrofilik aromatik.

Proses metabolisme utama parasetamol terjadi di hati, melalui tiga jalur:

 – glukoronidasi (40%)

 – sulfasi atau konjugasi dengan gugus sulfat (20-40%)

Page 4: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 4/13

metabolisme parasetamol jalur glukoronid dan sulfasi

 N-hidroksilasi dan pengaturan ulang , lalu konjugasi GSH (<15%). Sistem enzim hati,

sitokrom P450 memetabolisme parasetamol membentuk metabolit teralkilasi yang

dikenal dengan NAPQI ( N-acetyl-p-benzo-quinone imine) yang merupakan metabolit

intermediet yang sangat reaktif. Pada kondisi normal, NAPQI didetoksifikasi oleh

glutation membentuk sistein dan konjugat asam merkapturat. NAPQI akan berikatan

ireversibel dengan gugus sulfidril pada glutation. Namun, Dalam kasus overdosis

  parasetamol, jalur sulfat dan glukoronid menjadi jenuh, dan parasetamol cenderung

mengalami reaksi dengan sitokrom P450 menghasilkan NAPQI. Hal ini mengakibatkan

suplai hepatoselular glutation menjadi kosong, permintaan glutation menjadi lebih tinggi

daripada regenerasinya. Karena ketersediaan glutation transferase (GSH) tidak 

mencukupi maka tidak semua NAPQI dapat diubah menjadi merkapturat melalui sistem

konjugasi. Akibatnya, NAPQI yang bebas tersebut akan berikatan dengan molekul

membran selular sehingga menghasilkan kerusakan dan kematian hepatosit secara luas,

dan mengarah pada nekrosis hati akut.

Page 5: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 5/13

detoksifikasi NAPQI

 pembentukan nekrosis hati

Sebenarnya pada dosis terapeutik, parasetamol aman digunakan. Namun pada

 penggunaan jangka panjang yang mengakibatkan kondisi overdosis dapat bersifat toksik.

Umumnya, seseorang yang keracunan parasetamol tidak menunjukkan gejala dalam

waktu 24 jam. Gejala keracunan diawali dengan mual dan sakit daerah abdominal, yang

dapat berlanjut menjadi kegagalan hati, dengan gejala rendahnya gula darah, pH darah

rendah, mudah mengalami pendarahan, dan ensefalopati hati, atau bahkan kematian jika

tidak diobati.

Selain obat, senyawa kimia juga dapat bersifat toksik bagi hati, salah satunya adalah

dengan CCl4. Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan xenobiotik yang lazim digunakan

Page 6: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 6/13

untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Dalam endoplasmik retikulum hati

CCl4 dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas

triklorokarbon (CCl3*). Radikal triklorokarbon yang terbentuk dapat langsung berikatan

secara kovalen dengan membran hepatosit sehingga mengubah permeabilitas membran

sel. Selain itu, radikal triklorokarbon juga dapat berikatan dengan oksigen dan

membentuk radikal triklorokarbonperoksi (CCl3O*)yang dapat menyerang membran

lipid retikulum endoplasma dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas

triklorokarbon. Selanjutnya triklorokarbonperoksi menyebabkan peroksidasi lipid

sehingga mengganggu homeostasis Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel.

Asam lemak penyusun membran sel khususnya asam lemak rantai panjang tak jenuh

(PUFAs) amat rentan terhadap radikal bebas. Jumlah PUFAs dalam fosfolipid membran

endoplasmik retikulum akan berkurang sebanding dengan jumlah CCl4 yang

diinduksikan. Pemberian CCl4 dalam dosis tinggi dapat merusak retikulum endoplasma,

mengakumulasi lipid, mengurangi sintesis protein, mengacaukan proses oksidasi,

menurunkan bobot badan, menyebabkan pembengkakan hati, dan pemberian jangka

 panjang dapat menyebabkan nekrosis sentrilobular serta degenerasi lemak di hati.

Karbon tetraklorida merupakan penyebab kerusakan hati yang ditandai dengan

 peradangan akut pada sel-sel hati, yakni terjadinya nekrosis serta steatosis pada bagian

sentral lobus. Steatosis merupakan gambaran patologi yang ditandai dengan akumulasilemak di dalam sel hati yang disebabkan oleh gangguan pada metabolisme lipid di hati.

Ada beragam faktor penyebab terjadinya steatosis, secara garis besar dibedakan atas

faktor primer, yakni obesitas, hiperlipidemia, dan resistensi insulin, serta faktor sekunder 

yang meliputi diet yang tidak seimbang, malabsorpsi, kehamilan, alkohol, serta obat-

obatan antara lain aspirin dan tetrasiklin. Kerusakan sel hati akan mempengaruhi kadar 

enzim hati, bilirubin, dan protein dalam serum. Berdasarkan penelitian-penelitian

sebelumnya dilaporkan bahwa pemberian CCl4 akan meningkatkan kadar bilirubin total,

enzim ALT, AST, ALP, dan sebaliknya kadar protein total dalam serum akan menurun.

Adanya peningkatan serum GOT, GPT, ALP, SBDH akan diikuti dengan peningkatan

 bilirubin dan ketidakseimbangan aktivitas enzim yang memetabolisme obat, yaitu anilin

hidroksilase dan aminopirin-N-demetilase. Penurunan akitivitas enzim yang

memetabolisme obat akan membatasi kemampuan tubuh untuk memetabolisme berbagai

obat atau senyawa toksik menjadi bentuk yang lebih mudah untuk dieliminasi dari tubuh.

Selain itu, intoksikasi juga menyebabkan penurunan sintesis protein sehingga jumlah

DNA, RNA, dan total protein hati menurun.

Page 7: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 7/13

Beberapa parameter yang dapat djadikan acuan untuk mendeteksi kerusakan hati,

yaitu

 – ALT

Alanin transaminase merupakan enzim sitosol yang terlibat dalam glukoneogenesis

dan dibuat oleh sel hati (hepatosit) sehingga lebih spesifik untuk mendeteksi penyakit

hati dibandingkan dengan enzim lain. ALT terdapat di dalam sitosol serta mitokondria

sel hati.

Peningkatan kadar ALT dalam darah terutama disebabkan oleh kerusakan sel hati dan

sel otot rangka. Kerusakan hepatosit diawali dengan perubahan permeabilitas membran

yang diikuti dengan kematian sel. Terjadinya nekrosis inilah yang menyebabkan ALT

yang berada di sitosol dan di dalam mitokondria sel hati ikut keluar sel sehingga

terjadilah peningkatan ALT. Akan tetapi, kenaikan kadar ALT tidak langsung

mengindikasikan adanya gangguan kesehatan. Fluktuasi kadar ALT normal terjadi dan

kadar ALT juga dapat meningkat sebagai respon terhadap latihan fisik berat. Kadar ALT

normal adalah 5-40 IU/L.

ALT mengkatalisasi transfer gugus amino dari alanin menjadi α-ketoglutarat. Hasil

dari transaminase reversibel ini adalah piruvat dan glutamat.

Reaksi: glutamat + piruvat ⇌ α-ketoglutarat + alanin

 – AST

Aspartat transaminase adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung,

ginjal, dan otak selain di hati. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati. Dalam

 beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa. Konsentrasi

AST normal adalah 10-40 IU/L. – Alkali fosfatase

Alkali fosfatase merupakan enzim yang berperan dalam mempercepat hidrolisis fosfat

organik dengan melepaskan fosfat anorganik. Enzim ini terdapat dalam banyak jaringan,

terutama di hati, tulang, mukosa usus, dan plasenta. Kadar ALP normal adalah 30-120

IU/L. Peningkatan ALP terjadi akibat adanya kolestasis, dan pada obstruksi intra maupun

ekstrabiliar enzim ini akan meningkat 3-10 kali dari nilai normal sebelum timbul ikterus.

Peningkatan fosfatase alkali juga dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati.

 – GGT

Page 8: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 8/13

GGT sering meningkat pada pecandu alkohol atau pemakai zat hepatotoksik lain

secara berlebihan. Enzim ini dibuat dalam banyak jaringan selain hati. Serupa dengan

fosfatase alkali, GGT dapat meningkat dalam darah pasien dengan penyakit saluran

cairan empedu. Kadar GGT normal adalah 0-51 UI/L. GGT meningkat pada minor,

subklinik disfungsi hati. GGT juga meningkat pada kasus toksisitas alkohol baik 

kronis dan akut.

 – Albumin

Albumin adalah protein yang dibuat oleh hati. Pengujian serum albumin mengukur 

kadar protein tersebut pada larutan jernih pada porsi darah. Karena albumin dibuat oleh

hati, penurunan konsentrasi albumin serum dapat menandakan kelainan hati. Penurunan

konsentrasi albumin dapat juga disebabkan oleh penyakit ginjal yang mengakibatkan

albumin keluar melalui urin. Kadar albumin serum normal adalah 3,4-5,4 gram/dL.

 – Bilirubin

 bilirubin

Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin

 berasal dari sel eritosit tua yang dihancurkan di limpa serta dari sumber-sumber lain

seperti mioglobin dan sitokrom. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan

 pada cairan empedu. Bilirubin mengandung bahan pewarna yang memberi warna pada

kotoran.

Kerusakan hati yang terjadi akan sebanding dengan peningkatan bilirubin total.

Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin

langsung. Bila bagian ini meningkat, penyebab biasanya di luar hati. Bila bilirubin

langsung rendah sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada

hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati. Faktor penyebab peningkatan kadar 

 bilirubin total adalah kebocoran bilirubin dari sel-sel hati atau sel duktuli sehingga

 bilirubin bisa masuk ke dalam aliran darah dan dapat memasuki semua cairan tubuh

seperti cairan otak, cairan asites atau mewarnai kulit, sclera dan lain-lain.

Penentuan hepatotoksik dapat dilakukan melalui penentuan albumin, yaitu:

Penentuan Total Bilirubin (TBIL)

Page 9: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 9/13

Hati berperan dalam membersihkan bilirubin darah melalui mekanisme bilirubin

dibawa ke hepatosit, konjugasi (diubah menjadi larut air), dan disekresikan ke bilus,

yang selanjunya disekresikan ke intestinal. Kadar total bilirubin normal 0,1-1,2

mg/dL. Peningkatan total bilirubin menyebabkan  jaundice dan merupakan tanda

sejumlah gangguan, yaitu:

○ Prehepatik: peningkatan produksi bilirubin. Dapat disebabkan oleh berbagai

alasan, termasuk anemia hemolitik dan pendarahan intestinal.

○ Hepatik: gangguan hati, yang direfleksikan dengan defisiensi metabolisme

 bilirubin (penurunan uptake hepatosit, ketidakseimbangan konjugasi bilirubin, dan

 pengurangan sekresi bilirubin hepatosit). Contohnya: sirosis dan hepatitis viral.

○ Posthepatik: obstruksi saluran bilus, direfleksikan dengan defisiensi ekskresi

 bilirubin (lokasi obstruksi dapat berada pada hati atau pada saluran bilus)

Penentuan Direct Bilirubin

Diagnosis dipersempit dengan mengamati kadar direct bilirubin:

○ Bila kadar  direct bilirubin (terkonjugasi) normal (0 - 0,3 mg/dL), tetapi terjadi

kelebihan bilirubin tak terkonjugasi. Dugaan gangguan: hemolisis, hepatitis viral,

atau sirosis.

○ Bila direct bilirubin meningkat, hati menkonjugasikan bilirubin secara normal,

tetapi tidak dapat mengekskresikannya.

Pada percobaan ini obat yang digunakan sebagai hepatoprotektor adalah silimarin dan

  propolis. Silimarin merupakan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan Sylibum

marianum. Silimarin merupakan campuran flavonolignan, yang mengandung silibin

(senyawa utama), isosilibin, silidianin, dan silikristin.

Page 10: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 10/13

Ekstrak silimarin mengandung campuran flavonolignan dan fraksi residu yang belum

ditentukan secara kimia. Silimarin mengakselerasi biosintesis protein hepatosit dan

regenerasi sel pada kerusakan hati, yang mengarah pada restorasi fungsi hati. Ekstrak 

silimarin memiliki aktivitas antioksidan yang mencegah peroksidasi lipid dan destruksi

membran dalam sel yang mempengaruhi permeabilitas selular.

Silibin, konstituen utama silimarin menstimulasi sintesis fosfatidilkolin dan

meningkatkan aktivitas kolinfosfatsitidiltransferase pada hati tikus pada kondisi normal

dan setelah intoksikasi oleh galaktosamin. Fraksi polifenol silimarin dapat memodifikasi

lipoprotein plasma dan menetralkan lemak hati pada tikus. Silimarin juga secara

signifikan menurunkan tingkat serum γ  -glutanil-transpeptidase, alanin transaminase,

dan aspartat transaminase pada tikus dengan induksi kerusakan hati dengan etanol.

silimarin

Mekanisme aksi silimarin berhubungan dengan stimulasi RNA dan sintesis proteindalam sel, meningkatkan proliferasi sel sehingga dapat mengakselerasi regenerasi.

Silimarin juga meningkatkan aktivitas superoksida dismutase, katalase, dan glutation

 peroksidase, serta menghambat faktor transkripsi NF-κ  B. Studi terakhir menunjukkan

 bahwa silimarin tidak hanya memiliki efek protektif terhadap hati, tetapi juga sel dan

organ lain, seperti pankreas dan ginjal.

Selain silimarin, ekstrak bahan alam yang memiliki aktivitas hepatoprotektor adalah

Propolis. Propolis adalah material lengket berwarna gelap yang dikumpulkan oleh lebah

dari berbagai jenis tumbuhan, dicampur dengan lilin lebah (wax) dan digunakan untuk 

membangun konstruksi sarang lebah (Bankova et al., 2000:3). Kata “propolis” berasal

dari bahasa Yunani, yaitu pro (pertahanan depan, sebelum masuk) dan polis (kota), yang

secara umum bermakna pertahanan kota atau sarang lebah dari benda-benda di luar 

Page 11: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 11/13

sarang (Bankova et al., 2000:3).

Bagi lebah, propolis merupakan zat penting yang sangat fundamental yang diperlukan

untuk sterilisasi sarang lebah dari serangan bakteri, jamur dan penyakit. Propolis

 berfungsi melindungi seluruh sarang dan tempat lebah ratu menyimpan telurnya dari

hama Bacillus larvae yang menyebabkan kebusukan telur-telurnya. Jadi, propolis tidak 

hanya berfungsi sebagai penyegel atau penutup sarang lebah tetapi juga dapat

menghalangi masuknya kuman penyakit.

Pada zaman dahulu propolis digunakan oleh bangsa Yunani kuno sebagai bahan terapi

untuk melindungi tubuh manusia dari serangan bakteri, virus, jamur dan radikal bebas.

Propolis memiliki kemampuan farmakologi yang digunakan sebagai bahan anti-

inflamasi, hepatoprotektor, antitumor atau karsinostatik, antimikroba, antivirus,

antifungi, antiprotozoa, anastesi dan regenerasi jaringan (Bankova, et al., 2000:4).

Propolis kaya akan zat essensial yang sangat berguna bagi manusia. Komposisi kimia

 propolis sangat bervariasi (warna dan aroma) dan erat hubungannya dengan jenis dan

umur tumbuhan serta letak geografis asal propolis (Lotfy, 2006:22). Umumnya propolis

mengandung resin dan balsam yang terdiri atas 55% flavonoid dan asam fenol dan

esternya, 30% lilin lebah (wax), 10% etereal dan minyak aromatis, 5% pollen dan

senyawa organik serta mineral sebesar 5%.

Jenis senyawa kimia yang terdapat pada propolis sangat kompleks. Berdasarkan

analisis kimia menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)

yang dilakukan oleh Greenaway et al. (1990) terhadap propolis yang dihimpun oleh

lebah dari tumbuhan poplar menunjukkan bahwa propolis mengandung berbagai macam

senyawa, yaitu: asam amino, asam alifatik dan esternya, asam aromatik dan esternya,

Page 12: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 12/13

alkohol, aldehida, khalkon, dihidrokhalkon, flavanon, flavon, hidrokarbon, keton, dan

terpenoid (Sabir, 2005:77).

Tabel prosentase komposisi propolis

Propolis kaya akan berbagai senyawa kimia termasuk asam amino, asam sinamat,

alkohol sinnamil, vanilin, asam kafeat fenetil ester, tetokrisin, isalpinin pinosembrin,

krisin, galangin, asam ferulat, dan senyawa bioflavonoid (flavonoid) yang terkandung

dalam propolis terdiri atas sejumlah besar minyak volatil dan fenolik seperti flavon,

flavonon, dan flavonol (Valcic, et al., 1999:406). Kandungan flavoid yang tinggi di

dalam propolis mengakibatkannya memiliki efek antioksidan yang cukup kuat sehingga

dapat menangkal radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan hati.

I. Kesimpulan

1. Propolis dan silimarin terbukti memiliki aktivitas hepatoproteksi terhadap tikus yang

diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol atau CCl4

2. Efek hepatoproteksi silimarin.................dibandingkan dengan propolis

I. Daftar Pustaka

Steidler, S. et al. 2004. Effect of Sylimarin, a Natural Hepatoprotector, in Periparturient 

 Dairy Cows. Journal Dairy Science 83 : 2239-2247

Manalu, W. et al. 2007.  Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida terhadap Fungsi

 Hati dan Ginjal Tikus, Makara Kesehatan Vol. 1 No. 1 : 11-16

Bankova, V.S., de Castro, S.L., and Marcucci, M.C. 2000. Propolis: Recent Advances in

Chemistry and Plant Origin. Apidologie. 3: 3-15.

Page 13: HEPATOPROTEKTOR.pdf

5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 13/13

Lotfy, M. 2006. Biological Activity of Bee Propolis in Health and Disease. Asian Pac J

Cancer Prev. 7: 22-31.

Sabir, A. 2005. Respon Inflamasi pada Pulpa Gigi Tikus setelah Aplikasi Ekstrak Etanol 

 Propolis (EEP). Maj Ked Gigi (Dent J). 38 (2): 77-83.

Valcic, S., Montenegro, G. Mujica, A.M., Avi, G., Franzblau, S., Singh, M.P., Maiese,

W.M., and Timme, B.N. 1999.  Phytochemical, Morphological, and Biological 

 Investigations of Propolis Chile. Verlag der Zeitschrift fűr Naturforshchung . 54c:

406-16.

http://en.wikipedia.org/wiki/Paracetamol_toxicity (31 Oktober 2011)