hepatoprotektor.pdf
DESCRIPTION
Uploaded from Google DocsTRANSCRIPT
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 1/13
HEPATOPROTEKTOR
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan aktivitas hepatoproteksi silimarin dan propolis terhadap tikus yang telah
diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol atau CCl4
2. Membandingkan aktivitas hepatoproteksi propolis dan silimarin
I. Prinsip Percobaan
Kerusakan hati dapat disebabkan oleh obat, berbagai senyawa kimia lain, virus seperti
virus hepatitis B dan C. Perlindungan terhadap hepatotoksisitas oleh suatu zat atau bahan
uji dinilai berdasarkan kemampuannya untuk mempengaruhi berbagai parameter,
misalnya menekan peningkatan aktivitas enzim-enzim aminotransferase dan sorbitol
dehidrogenase serum, dan mencegah pengausan glutation hati. Selain itu, dapat
dilakukan pula evaluasi terhadap gambaran histopatologi hati. Parameter yang paling
sering dievaluasi pada penapisan tahap awal, yaitu aminotransferase serum.
II. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
Mikropipet
Tabung eppendorf
Sentrifuga Spektrofotometri UV-Vis
Sonde oral
Alat suntik 1 mL
Parasetamol
CCl4
Propolis CMC-Na
SGPT kit test
I. Metodelogi
Tikus dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol
negatif, kontrol positif, dan 2 kelompok uji (silimarin dan propolis). Kelompok kontrol
positif dan kelompok obat uji diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol atau CCl4
kemudian diberikan obat uji silimarin dan propolis sedangkan kontrol negatif hanya
diberikan pembawanya. Setelah enam jam tikus dikorbankan, diamati hatinya dan
dilakukan pengambilan darah. Darah kemudian disentrifuga pada 3000 rpm selama 10
menit dan serumnya dipisahkan untuk penentuan SGOT dan SGPT.
II. Data Pengamatan dan Pengolahan Data
III. Pembahasan
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 2/13
Hati adalah suatu organ penting terletak di kuadran kanan atas abdomen Hati
merupakan organ yang paling banyak bekerja keras dalam tubuh. Peran hati bagi tubuh
diantaranya, yaitu
– detoksifikasi racun
– hati menyediakan berbagai zat yang diperlukan tubuh, termasuk glukosa (yang
dibentuk dari glikogen), vitamin A (suplai pada saat usia 1-2 tahun), vitamin D (suplai
pada saat usia 1-4 bulan), vitamin B12, besi, dan tembaga
– hati bertanggung jawab terhadap efek imunologikal dan sistem
retikuloendotelial hati yang mengandung banyak sel aktif secara imunologi, dan
bekerja seperti ‘penyaring’ antigen yang dibawa melalui sistem portal
– hati memproduksi albumin, komponen osmolar utama dari serum darah
– hati mensintesis angiotensinogen, merupakan hormon yang bertanggung jawab
dalam meningkatkan tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, enzim ginjal yang
dilepaskan ketika apparatus juxtaglomerular merasakan tekanan darah rendah
– sintesis asam amino
– metabolisme karbohidrat, meliputi glukogenesis (sintesis glukosa dari asam
amino, laktat atau gliserol), glikogenolisis (penguraian glikogen menjadi glukosa),
dan glikogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa)
– metabolisme protein, baik sintesis juga degradasi protein
– metabolisme lipid, meliputi sintesis kolesterol dan lipogenesis (produksi
trigliserida)
– hati memproduksi faktor I koagulasi (fibrinogen), II (protombin), V, VII, IX,
X, dan XI, serta protein C, protein S, dan antitrombin
– hati memproduksi dan mengeksresikan empedu yang berfungsi sebagai
pengemulsi lemak
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 3/13
– produksi insulin-like growth factor (IGF-I), merupakan hormon protein
polipeptida yang memainkan peranan penting pada pertumbuhan anak dan berlanjut
menjadi efek anabolik pada dewasa
– tempat produksi trombopoietin utama
– penguraian insulin dan hormon lain
– penguraian hemoglobin, membentuk metabolit bilirubin dan biliverdin
– mengurai atau memodifikasi toksin (misalnya, metilasi) dan kebanyakan
produk obat dalam proses yang disebut metabolisme obat. Terkadang proses ini juga
menghasilkan toksik, ketika metabolit menjadi lebih toksis daripada prekursor.
Umumnya toksin akan terkonjugasi sehingga dapat dieksresi melalui atau empedu
– hati mengubah amonia menjadi urea
Fungsi hati tersebut dapat terganggu diantaranya oleh obat, berbagai senyawa kimia
lain, virus seperti virus hepatitis B dan C. Salah satu obat yang dapat menyebabkan
kerusakan hati adalah Parasetamol.
Parasetamol merupakan obat yang berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik.
Parasetamol disebut juga asetaminofen yang berasal dari kata para-acetylaminophenol
dan para-acetylaminophenol . Parasetamol terdiri dari cincin benzena yang disubsititusi
oleh gugus hidroksil dan atom nitrogen pada gugus amida di posisi para. Adanya dua
gugus pengaktivasi membuat cincin benzena menjadi sangat reaktif dan mengarah pada
substitusi elektrofilik aromatik.
Proses metabolisme utama parasetamol terjadi di hati, melalui tiga jalur:
– glukoronidasi (40%)
– sulfasi atau konjugasi dengan gugus sulfat (20-40%)
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 4/13
metabolisme parasetamol jalur glukoronid dan sulfasi
N-hidroksilasi dan pengaturan ulang , lalu konjugasi GSH (<15%). Sistem enzim hati,
sitokrom P450 memetabolisme parasetamol membentuk metabolit teralkilasi yang
dikenal dengan NAPQI ( N-acetyl-p-benzo-quinone imine) yang merupakan metabolit
intermediet yang sangat reaktif. Pada kondisi normal, NAPQI didetoksifikasi oleh
glutation membentuk sistein dan konjugat asam merkapturat. NAPQI akan berikatan
ireversibel dengan gugus sulfidril pada glutation. Namun, Dalam kasus overdosis
parasetamol, jalur sulfat dan glukoronid menjadi jenuh, dan parasetamol cenderung
mengalami reaksi dengan sitokrom P450 menghasilkan NAPQI. Hal ini mengakibatkan
suplai hepatoselular glutation menjadi kosong, permintaan glutation menjadi lebih tinggi
daripada regenerasinya. Karena ketersediaan glutation transferase (GSH) tidak
mencukupi maka tidak semua NAPQI dapat diubah menjadi merkapturat melalui sistem
konjugasi. Akibatnya, NAPQI yang bebas tersebut akan berikatan dengan molekul
membran selular sehingga menghasilkan kerusakan dan kematian hepatosit secara luas,
dan mengarah pada nekrosis hati akut.
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 5/13
detoksifikasi NAPQI
pembentukan nekrosis hati
Sebenarnya pada dosis terapeutik, parasetamol aman digunakan. Namun pada
penggunaan jangka panjang yang mengakibatkan kondisi overdosis dapat bersifat toksik.
Umumnya, seseorang yang keracunan parasetamol tidak menunjukkan gejala dalam
waktu 24 jam. Gejala keracunan diawali dengan mual dan sakit daerah abdominal, yang
dapat berlanjut menjadi kegagalan hati, dengan gejala rendahnya gula darah, pH darah
rendah, mudah mengalami pendarahan, dan ensefalopati hati, atau bahkan kematian jika
tidak diobati.
Selain obat, senyawa kimia juga dapat bersifat toksik bagi hati, salah satunya adalah
dengan CCl4. Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan xenobiotik yang lazim digunakan
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 6/13
untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Dalam endoplasmik retikulum hati
CCl4 dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas
triklorokarbon (CCl3*). Radikal triklorokarbon yang terbentuk dapat langsung berikatan
secara kovalen dengan membran hepatosit sehingga mengubah permeabilitas membran
sel. Selain itu, radikal triklorokarbon juga dapat berikatan dengan oksigen dan
membentuk radikal triklorokarbonperoksi (CCl3O*)yang dapat menyerang membran
lipid retikulum endoplasma dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas
triklorokarbon. Selanjutnya triklorokarbonperoksi menyebabkan peroksidasi lipid
sehingga mengganggu homeostasis Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel.
Asam lemak penyusun membran sel khususnya asam lemak rantai panjang tak jenuh
(PUFAs) amat rentan terhadap radikal bebas. Jumlah PUFAs dalam fosfolipid membran
endoplasmik retikulum akan berkurang sebanding dengan jumlah CCl4 yang
diinduksikan. Pemberian CCl4 dalam dosis tinggi dapat merusak retikulum endoplasma,
mengakumulasi lipid, mengurangi sintesis protein, mengacaukan proses oksidasi,
menurunkan bobot badan, menyebabkan pembengkakan hati, dan pemberian jangka
panjang dapat menyebabkan nekrosis sentrilobular serta degenerasi lemak di hati.
Karbon tetraklorida merupakan penyebab kerusakan hati yang ditandai dengan
peradangan akut pada sel-sel hati, yakni terjadinya nekrosis serta steatosis pada bagian
sentral lobus. Steatosis merupakan gambaran patologi yang ditandai dengan akumulasilemak di dalam sel hati yang disebabkan oleh gangguan pada metabolisme lipid di hati.
Ada beragam faktor penyebab terjadinya steatosis, secara garis besar dibedakan atas
faktor primer, yakni obesitas, hiperlipidemia, dan resistensi insulin, serta faktor sekunder
yang meliputi diet yang tidak seimbang, malabsorpsi, kehamilan, alkohol, serta obat-
obatan antara lain aspirin dan tetrasiklin. Kerusakan sel hati akan mempengaruhi kadar
enzim hati, bilirubin, dan protein dalam serum. Berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya dilaporkan bahwa pemberian CCl4 akan meningkatkan kadar bilirubin total,
enzim ALT, AST, ALP, dan sebaliknya kadar protein total dalam serum akan menurun.
Adanya peningkatan serum GOT, GPT, ALP, SBDH akan diikuti dengan peningkatan
bilirubin dan ketidakseimbangan aktivitas enzim yang memetabolisme obat, yaitu anilin
hidroksilase dan aminopirin-N-demetilase. Penurunan akitivitas enzim yang
memetabolisme obat akan membatasi kemampuan tubuh untuk memetabolisme berbagai
obat atau senyawa toksik menjadi bentuk yang lebih mudah untuk dieliminasi dari tubuh.
Selain itu, intoksikasi juga menyebabkan penurunan sintesis protein sehingga jumlah
DNA, RNA, dan total protein hati menurun.
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 7/13
Beberapa parameter yang dapat djadikan acuan untuk mendeteksi kerusakan hati,
yaitu
– ALT
Alanin transaminase merupakan enzim sitosol yang terlibat dalam glukoneogenesis
dan dibuat oleh sel hati (hepatosit) sehingga lebih spesifik untuk mendeteksi penyakit
hati dibandingkan dengan enzim lain. ALT terdapat di dalam sitosol serta mitokondria
sel hati.
Peningkatan kadar ALT dalam darah terutama disebabkan oleh kerusakan sel hati dan
sel otot rangka. Kerusakan hepatosit diawali dengan perubahan permeabilitas membran
yang diikuti dengan kematian sel. Terjadinya nekrosis inilah yang menyebabkan ALT
yang berada di sitosol dan di dalam mitokondria sel hati ikut keluar sel sehingga
terjadilah peningkatan ALT. Akan tetapi, kenaikan kadar ALT tidak langsung
mengindikasikan adanya gangguan kesehatan. Fluktuasi kadar ALT normal terjadi dan
kadar ALT juga dapat meningkat sebagai respon terhadap latihan fisik berat. Kadar ALT
normal adalah 5-40 IU/L.
ALT mengkatalisasi transfer gugus amino dari alanin menjadi α-ketoglutarat. Hasil
dari transaminase reversibel ini adalah piruvat dan glutamat.
Reaksi: glutamat + piruvat ⇌ α-ketoglutarat + alanin
– AST
Aspartat transaminase adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung,
ginjal, dan otak selain di hati. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati. Dalam
beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa. Konsentrasi
AST normal adalah 10-40 IU/L. – Alkali fosfatase
Alkali fosfatase merupakan enzim yang berperan dalam mempercepat hidrolisis fosfat
organik dengan melepaskan fosfat anorganik. Enzim ini terdapat dalam banyak jaringan,
terutama di hati, tulang, mukosa usus, dan plasenta. Kadar ALP normal adalah 30-120
IU/L. Peningkatan ALP terjadi akibat adanya kolestasis, dan pada obstruksi intra maupun
ekstrabiliar enzim ini akan meningkat 3-10 kali dari nilai normal sebelum timbul ikterus.
Peningkatan fosfatase alkali juga dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati.
– GGT
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 8/13
GGT sering meningkat pada pecandu alkohol atau pemakai zat hepatotoksik lain
secara berlebihan. Enzim ini dibuat dalam banyak jaringan selain hati. Serupa dengan
fosfatase alkali, GGT dapat meningkat dalam darah pasien dengan penyakit saluran
cairan empedu. Kadar GGT normal adalah 0-51 UI/L. GGT meningkat pada minor,
subklinik disfungsi hati. GGT juga meningkat pada kasus toksisitas alkohol baik
kronis dan akut.
– Albumin
Albumin adalah protein yang dibuat oleh hati. Pengujian serum albumin mengukur
kadar protein tersebut pada larutan jernih pada porsi darah. Karena albumin dibuat oleh
hati, penurunan konsentrasi albumin serum dapat menandakan kelainan hati. Penurunan
konsentrasi albumin dapat juga disebabkan oleh penyakit ginjal yang mengakibatkan
albumin keluar melalui urin. Kadar albumin serum normal adalah 3,4-5,4 gram/dL.
– Bilirubin
bilirubin
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
berasal dari sel eritosit tua yang dihancurkan di limpa serta dari sumber-sumber lain
seperti mioglobin dan sitokrom. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan
pada cairan empedu. Bilirubin mengandung bahan pewarna yang memberi warna pada
kotoran.
Kerusakan hati yang terjadi akan sebanding dengan peningkatan bilirubin total.
Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin
langsung. Bila bagian ini meningkat, penyebab biasanya di luar hati. Bila bilirubin
langsung rendah sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada
hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati. Faktor penyebab peningkatan kadar
bilirubin total adalah kebocoran bilirubin dari sel-sel hati atau sel duktuli sehingga
bilirubin bisa masuk ke dalam aliran darah dan dapat memasuki semua cairan tubuh
seperti cairan otak, cairan asites atau mewarnai kulit, sclera dan lain-lain.
Penentuan hepatotoksik dapat dilakukan melalui penentuan albumin, yaitu:
Penentuan Total Bilirubin (TBIL)
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 9/13
Hati berperan dalam membersihkan bilirubin darah melalui mekanisme bilirubin
dibawa ke hepatosit, konjugasi (diubah menjadi larut air), dan disekresikan ke bilus,
yang selanjunya disekresikan ke intestinal. Kadar total bilirubin normal 0,1-1,2
mg/dL. Peningkatan total bilirubin menyebabkan jaundice dan merupakan tanda
sejumlah gangguan, yaitu:
○ Prehepatik: peningkatan produksi bilirubin. Dapat disebabkan oleh berbagai
alasan, termasuk anemia hemolitik dan pendarahan intestinal.
○ Hepatik: gangguan hati, yang direfleksikan dengan defisiensi metabolisme
bilirubin (penurunan uptake hepatosit, ketidakseimbangan konjugasi bilirubin, dan
pengurangan sekresi bilirubin hepatosit). Contohnya: sirosis dan hepatitis viral.
○ Posthepatik: obstruksi saluran bilus, direfleksikan dengan defisiensi ekskresi
bilirubin (lokasi obstruksi dapat berada pada hati atau pada saluran bilus)
Penentuan Direct Bilirubin
Diagnosis dipersempit dengan mengamati kadar direct bilirubin:
○ Bila kadar direct bilirubin (terkonjugasi) normal (0 - 0,3 mg/dL), tetapi terjadi
kelebihan bilirubin tak terkonjugasi. Dugaan gangguan: hemolisis, hepatitis viral,
atau sirosis.
○ Bila direct bilirubin meningkat, hati menkonjugasikan bilirubin secara normal,
tetapi tidak dapat mengekskresikannya.
Pada percobaan ini obat yang digunakan sebagai hepatoprotektor adalah silimarin dan
propolis. Silimarin merupakan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan Sylibum
marianum. Silimarin merupakan campuran flavonolignan, yang mengandung silibin
(senyawa utama), isosilibin, silidianin, dan silikristin.
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 10/13
Ekstrak silimarin mengandung campuran flavonolignan dan fraksi residu yang belum
ditentukan secara kimia. Silimarin mengakselerasi biosintesis protein hepatosit dan
regenerasi sel pada kerusakan hati, yang mengarah pada restorasi fungsi hati. Ekstrak
silimarin memiliki aktivitas antioksidan yang mencegah peroksidasi lipid dan destruksi
membran dalam sel yang mempengaruhi permeabilitas selular.
Silibin, konstituen utama silimarin menstimulasi sintesis fosfatidilkolin dan
meningkatkan aktivitas kolinfosfatsitidiltransferase pada hati tikus pada kondisi normal
dan setelah intoksikasi oleh galaktosamin. Fraksi polifenol silimarin dapat memodifikasi
lipoprotein plasma dan menetralkan lemak hati pada tikus. Silimarin juga secara
signifikan menurunkan tingkat serum γ -glutanil-transpeptidase, alanin transaminase,
dan aspartat transaminase pada tikus dengan induksi kerusakan hati dengan etanol.
silimarin
Mekanisme aksi silimarin berhubungan dengan stimulasi RNA dan sintesis proteindalam sel, meningkatkan proliferasi sel sehingga dapat mengakselerasi regenerasi.
Silimarin juga meningkatkan aktivitas superoksida dismutase, katalase, dan glutation
peroksidase, serta menghambat faktor transkripsi NF-κ B. Studi terakhir menunjukkan
bahwa silimarin tidak hanya memiliki efek protektif terhadap hati, tetapi juga sel dan
organ lain, seperti pankreas dan ginjal.
Selain silimarin, ekstrak bahan alam yang memiliki aktivitas hepatoprotektor adalah
Propolis. Propolis adalah material lengket berwarna gelap yang dikumpulkan oleh lebah
dari berbagai jenis tumbuhan, dicampur dengan lilin lebah (wax) dan digunakan untuk
membangun konstruksi sarang lebah (Bankova et al., 2000:3). Kata “propolis” berasal
dari bahasa Yunani, yaitu pro (pertahanan depan, sebelum masuk) dan polis (kota), yang
secara umum bermakna pertahanan kota atau sarang lebah dari benda-benda di luar
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 11/13
sarang (Bankova et al., 2000:3).
Bagi lebah, propolis merupakan zat penting yang sangat fundamental yang diperlukan
untuk sterilisasi sarang lebah dari serangan bakteri, jamur dan penyakit. Propolis
berfungsi melindungi seluruh sarang dan tempat lebah ratu menyimpan telurnya dari
hama Bacillus larvae yang menyebabkan kebusukan telur-telurnya. Jadi, propolis tidak
hanya berfungsi sebagai penyegel atau penutup sarang lebah tetapi juga dapat
menghalangi masuknya kuman penyakit.
Pada zaman dahulu propolis digunakan oleh bangsa Yunani kuno sebagai bahan terapi
untuk melindungi tubuh manusia dari serangan bakteri, virus, jamur dan radikal bebas.
Propolis memiliki kemampuan farmakologi yang digunakan sebagai bahan anti-
inflamasi, hepatoprotektor, antitumor atau karsinostatik, antimikroba, antivirus,
antifungi, antiprotozoa, anastesi dan regenerasi jaringan (Bankova, et al., 2000:4).
Propolis kaya akan zat essensial yang sangat berguna bagi manusia. Komposisi kimia
propolis sangat bervariasi (warna dan aroma) dan erat hubungannya dengan jenis dan
umur tumbuhan serta letak geografis asal propolis (Lotfy, 2006:22). Umumnya propolis
mengandung resin dan balsam yang terdiri atas 55% flavonoid dan asam fenol dan
esternya, 30% lilin lebah (wax), 10% etereal dan minyak aromatis, 5% pollen dan
senyawa organik serta mineral sebesar 5%.
Jenis senyawa kimia yang terdapat pada propolis sangat kompleks. Berdasarkan
analisis kimia menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)
yang dilakukan oleh Greenaway et al. (1990) terhadap propolis yang dihimpun oleh
lebah dari tumbuhan poplar menunjukkan bahwa propolis mengandung berbagai macam
senyawa, yaitu: asam amino, asam alifatik dan esternya, asam aromatik dan esternya,
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 12/13
alkohol, aldehida, khalkon, dihidrokhalkon, flavanon, flavon, hidrokarbon, keton, dan
terpenoid (Sabir, 2005:77).
Tabel prosentase komposisi propolis
Propolis kaya akan berbagai senyawa kimia termasuk asam amino, asam sinamat,
alkohol sinnamil, vanilin, asam kafeat fenetil ester, tetokrisin, isalpinin pinosembrin,
krisin, galangin, asam ferulat, dan senyawa bioflavonoid (flavonoid) yang terkandung
dalam propolis terdiri atas sejumlah besar minyak volatil dan fenolik seperti flavon,
flavonon, dan flavonol (Valcic, et al., 1999:406). Kandungan flavoid yang tinggi di
dalam propolis mengakibatkannya memiliki efek antioksidan yang cukup kuat sehingga
dapat menangkal radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan hati.
I. Kesimpulan
1. Propolis dan silimarin terbukti memiliki aktivitas hepatoproteksi terhadap tikus yang
diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol atau CCl4
2. Efek hepatoproteksi silimarin.................dibandingkan dengan propolis
I. Daftar Pustaka
Steidler, S. et al. 2004. Effect of Sylimarin, a Natural Hepatoprotector, in Periparturient
Dairy Cows. Journal Dairy Science 83 : 2239-2247
Manalu, W. et al. 2007. Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida terhadap Fungsi
Hati dan Ginjal Tikus, Makara Kesehatan Vol. 1 No. 1 : 11-16
Bankova, V.S., de Castro, S.L., and Marcucci, M.C. 2000. Propolis: Recent Advances in
Chemistry and Plant Origin. Apidologie. 3: 3-15.
5/14/2018 HEPATOPROTEKTOR.pdf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hepatoprotektorpdf 13/13
Lotfy, M. 2006. Biological Activity of Bee Propolis in Health and Disease. Asian Pac J
Cancer Prev. 7: 22-31.
Sabir, A. 2005. Respon Inflamasi pada Pulpa Gigi Tikus setelah Aplikasi Ekstrak Etanol
Propolis (EEP). Maj Ked Gigi (Dent J). 38 (2): 77-83.
Valcic, S., Montenegro, G. Mujica, A.M., Avi, G., Franzblau, S., Singh, M.P., Maiese,
W.M., and Timme, B.N. 1999. Phytochemical, Morphological, and Biological
Investigations of Propolis Chile. Verlag der Zeitschrift fűr Naturforshchung . 54c:
406-16.
http://en.wikipedia.org/wiki/Paracetamol_toxicity (31 Oktober 2011)