hbm - isi
DESCRIPTION
Health Belif Model MakalahTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang bersifat professional
dalam memenuhi kenutuhan dasar manusia. Adapun yang kita ketahui tentang
istilah HBM atau Health Belief Model. dalam ilmu keperawatan. HBM pertama
kali berkembang pada tahun 1950 oleh seorang psikologi sosial Godfrey
Hochbaum, Irwin Rosenstock, dan Stephen Kegels bekerja di pelayanan kesehatan
umum. Program ini dikembangkan karena ada kegagalan dalam program
pelayanan kesehatan untuk membebaskan penyakit TB (TB screening program
menyediakan pelayanan gratis dalam melakukan secreening x-ray).
Ketika petugas melakukan pelayanan, banyak orang yang tidak mau keluar
rumah untuk memeriksakan diri. Namun petugas dengan cepat mempelajari
bagaimana mengajak orang-orang untuk mau keluar rumah. Petugas mempelajari
bagaimana memotivasi orang-orang supaya keluar rumah.dan mereka mengerti
tentang risiko penyakit dan keuntungan dari pelayanan kesehatan gratis ini. Ini
merupakan faktor penting untuk memotivasi mereka.
Dipertengahan abad dua puluh, peneliti kesehatan di AS menyoroti cara
paling efektif melakukan intervensi pendidikan kesehatan. Para peneliti tertarik
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memprediksi keputusan mengadopsi
perilaku sehat dan tunduk kepada intervensi, yaitu faktor-faktor psikologis yang
bisa dimanipulasi lewat pendidikan, terkait kesehatan dan komunikasi persuasif.
HBM sebagai kerangka utama perilaku kesehatan manusia dan mendorong
perilaku melakukan penelitian kesehatan sejak tahun 1950-an. HBM digunakan
untuk meramalkan peningkatan perilaku kesehatan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa definisi dari Health Belief Model ?
1.2.2. Apa macam-macam konstruk Health Belief Model ?
1.2.3. Bagaimana ruang lingkup dan aplikasi dari Health Belief Model ?
1.2.4. Siapa saja yang mengemukakan Teori dari Health Belief Model ?
1.2.5. Bagaimana penerapan dari Health Belief Model ?
1.2.6. Apa saja kelemahan dari Health Belief Model ?
1
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui secara pasti definisi dari Health Belief Model
1.3.2. Untuk mengetahui macam macam konstruk dari Health Belief
Model.
1.3.3. Untuk mengetahui ruang lingkup dan aplikasi dari Health Belief
Model.
1.3.4. Untuk mengetahui siapa saja yang mengemukakan Teori dari
Health Belief Model.
1.3.5. Untuk menambah wawasan mengenai penerapan dari Health Belief
Model.
1.3.6. Untuk mengetahui kelemahan dari Health Belief Model.
1.4. Manfaat
1.4.1. Memberi wawasan kepada masarakat tentang kegunaan dan
memberitahukan kepada masyarakat akan pentingnya penerapan
health belief model.
1.4.2. Dengan dibuatkannya makalah Health Belief Model ini dapat
memudahkan masyarakat dengan mengaplikasikan cara health
belief model secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
1.4.3. Memaparkan secara umum bagaimana penerapan health belief
model dalam menciptakan masyarakat yang sehat
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Health Belief Model (HBM) atau model kepercayaan kesehatan adalah
model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku
kesehatan. Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa
seseorang akan mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan.
Hal ini dilakukan dengan berfokus pada sikap dan keyakinan individu.
HBM adalah model nilai-ekspetansi. Individu merepresentasikan
penindak-lanjutan perilaku berdasarkan perangkat keyakinan inti yang bisa
diprediksi, dikerangkai menurut hasil yang diinginkan dan berkaitan dengan
melakukan sebuah perilaku.
Menurut Becker, dkk ( 1977 ), untuk memahami ide tentang ancaman
yang dirasakan, maka kerentangan yang dirasakan dan kepelikan yang dirasakan
dibenturkan satu sama lain oleh individu yang “berpikir” tentang perilaku sehat
tertentu.
2.2. Konstruksi
Health Belief Model atau Model kepercayaan kesehatan, yang
dikembangkan para peneliti di US Public Health Service di tahun 1950,
terinspirasi dari sebuah penelitian tentang mengapa orang menggunakan
pemeriksaan X-ray untuk penyakit TBC. Ada empat konstruksi yaitu :
2.2.1. Perceived Susceptibility atau Kerentanan yang dirasakan (penilaian
individu terhadap kondisi terkena risiko) Artinya persepsi individu tentang
kemungkinannya terkena suatu penyakit akan mempengaruhi perilaku
mereka khususnya untuk melakukan pencegahan atau mencari pengobatan.
Mereka yang merasa dapat terkena penyakit tersebut akan lebih cepat
merasa terancam. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila
ia merasa bahwa sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentanan
dirasakan setiap individu berbeda tergantung persepsi tentang risiko yang
dihadapi individu pada suatu keadaan tertentu. Itu sebabnya orang
mendapatkan vaksinasi untuk mencegah penyakit, menyikat gigi untuk
mencegah penyakit gusi, dan latihan untuk tetap sehat.
3
2.2.2. Perceived Severity atau Keparahan yang dirasakan (penilaian individu
terhadap keseriusan kondisi, dan potensi konsekuensi nya) yakni
maksudnya membicarakan keyakinan individu tentang keseriusan atau
keparahan suatu penyakit, hal ini biasanya terkait dengan informasi yang
individu ketahui tentang penyakit yang dia alami. Misalnya, mendapatkan
flu tampaknya seperti hal yang cukup kecil bagi kebanyakan orang, hanya
bed rest selama beberapa hari dan anda sudah dalam keadaan lebih baik.
Namun, bagi orang yang tidak mampu untuk mengambil beberapa hari
libur kerja, atau orang-orang yang sudah memiliki kondisi medis yang
mendasari, mendapatkan flu bisa menjadi hal yang sangat serius.
Perbedaan kondisi keparahan yang dirasakan individu bervariasi pada
setiap orang.
2.2.3. Perceived barriers atau Hambatan yang dirasakan (penilaian individu dari
hambatan yang dirasakan untuk berubah) adalah pikiran individu tentang
hambatan untuk mengadopsi perilaku baru, dan juga konsekuensi dari
melanjutkan perilaku lama. Hambatan yang dirasakan adalah konstruk
yang paling berpengaruh karena mereka menentukan apakah seseorang
akan mengadopsi perilaku baru atau tidak, tergantung dari apakah manfaat
perilaku lebih besar daripada konsekuensi. Misalnya pada kasus
perempuan yang beresiko terkena penyakit IMS, dia akan mencari
pencegahan dengan pendeteksian dini melalui pemeriksaan Papsmear,
namun dari pihak suami tidak mendukung, hal ini merupakan hambatan.
2.2.4. Perceived benefits atau Manfaat yang dirasakan (penilaian individu
terhadap konsekuensi positif mengadopsi) tekait dengan pendangan
seseorang terhadap nilai atau manfaat dari perilaku sehat baru yang akan
mereka lakukan, individu akan dihadapakan pada situasi apakah dia harus
mengadopsi perilaku tersebut atau tidak. Misalnya apakah efektif biaya
yang dikeluarkan pada pemeriksaan Papsmear yang mahal bila
dibandingkan dengan tingkat keseriusan atau resiko penyakitnya.Itulah
mengapa orang makan buah dan sayuran, menggunakan tabir surya, atau
mendapatkan pemeriksaan kesehatan.
4
Konstruksi dari faktor mediasi kemudian menjadi penghubung berbagai
jenis persepsi dengan perilaku kesehatan di masyarakat.
Faktor lain yang juga mempengaruhi persepsi antara lain :
a. Variabel demografi (seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan)
b. Variabel sosio-psikologis (seperti status sosial ekonomi, kepribadian, strategi
coping)
c. Dirasakan efikasi (individu-self assessment kemampuan untuk berhasil
mengadopsi perilaku yang diinginkan)
d. Isyarat tindakan (pengaruh eksternal mempromosikan perilaku yang
diinginkan, mungkin termasuk informasi yang diberikan atau dicari, pengingat
oleh orang lain yang kuat, komunikasi persuasif, dan pengalaman pribadi)
e. Motivasi Kesehatan (apakah seseorang didorong untuk tetap pada tujuan
kesehatan tertentu)
f. Persepsi pengendalian (ukuran tingkat self-efficacy)
g. Persepsi ancaman (apakah bahaya dikenakan dengan tidak melakukan
tindakan kesehatan tertentu direkomendasikan besar)
Prediksi dari model ini adalah kemungkinan individu yang bersangkutan
untuk melakukan tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti tindakan
kesehatan preventif dan kuratif).
2.3. Ruang Lingkup dan Aplikasi
The Health Belief Model telah diterapkan untuk berbagai perilaku
kesehatan dan populasi subjek. Tiga bidang dapat:
2.3.1. Perilaku kesehatan preventif, yang meliputi kesehatan
mempromosikan (misalnya diet, olahraga) dan kesehatan-risiko
(misalnya merokok) perilaku serta vaksinasi dan praktek
kontrasepsi.
2.3.2. Perilaku peran sakit, yang mengacu pada kepatuhan terhadap
rejimen medis direkomendasikan, biasanya mengikuti diagnosis
profesional penyakit.
2.3.3. Penggunaan Klinik, yang meliputi kunjungan dokter untuk
berbagai alasan.
Contoh
5
Ini adalah contoh dari dua tindakan kesehatan seksual.
Konsep Penggunaan Kondom STI Skrining atau Tes HIV
1. Kerentanan
yang
dirasakan
Pemuda percaya bahwa mereka
bisa mendapatkan IMS atau
HIV atau kehamilan.
Pemuda percaya bahwa
mereka mungkin telah terkena
IMS atau HIV.
2. Keparahan
yang
dirasakan
Pemuda percaya bahwa
konsekuensi terkena IMS atau
HIV atau mencoba untuk
menghindari kehamilan cukup
signifikan.
Pemuda percaya Konsekuensi
terkena IMS atau HIV tanpa
sepengetahuan atau untuk
mencoba menghindari
pengobatan yang cukup
signifikan.
Manfaat yang
dirasakan
.
Pemuda percaya bahwa
tindakan yang dianjurkan
menggunakan kondom akan
melindungi mereka dari terkena
IMS atau HIV atau menciptakan
kehamilan.
Pemuda percaya bahwa
tindakan yang dianjurkan
untuk melakukan tes IMS dan
HIV akan menguntungkan
mereka, yang memungkinkan
mereka untuk mendapatkan
pengobatan dini atau
mencegah mereka
menginfeksi orang lain.
Hambatan
yang dirasakan
Pemuda menemukan hambatan
pribadi mereka dalam
menggunakan kondom
(misalnya, kondom membatasi
perasaan atau mereka terlalu
malu untuk berbicara dengan
pasangan mereka tentang hal
itu) dan mencari cara untuk
Pemuda menemukan
hambatan pribadi mereka saat
melakukan tes IMS dan HIV
(yaitu, terlihat atau berjumpa
dengan seseorang yang
mereka kenal saat tiba di
klinik) dan mencari cara
untuk menghilangkan atau
6
menghilangkan atau
mengurangi hambatan ini
(yaitu, mengajar mereka untuk
menempatkan pelumas kondom
untuk meningkatkan sensasi
tersendiri bagi pria dan mereka
melatih kemampuan
komunikasi kondom untuk
mengurangi tingkat malu
mereka).
mengurangi hambatan ini
(yaitu, bertukar pikiran atau
bicara empat mata dan pilihan
terakhir dengan cara
menyamar).
Isyarat untuk
Aksi
Pemuda menerima isyarat
pengingat untuk tindakan dalam
bentuk insentif (seperti pensil
dengan pesan tercetak "tidak
ada sarung tangan, ada cinta")
atau pesan pengingat (seperti
pesan dalam buletin sekolah).
Pemuda menerima isyarat
pengingat untuk tindakan
dalam bentuk insentif (seperti
gantungan kunci yang
mengatakan, "Punya seks?
Dites!") Atau pesan pengingat
(seperti poster yang
mengatakan, "25% dari
remaja yang aktif secara
seksual kontrak IMS. Apakah
Anda salah satu dari mereka?
Cari tahu sekarang ").
Self-Efficacy Pemuda percaya diri dalam
menggunakan kondom dengan
benar dalam segala situasi.
Pemuda menerima bimbingan
(seperti informasi di mana
untuk melakukan tes) atau
pelatihan (seperti praktek
dalam membuat janji).
2.4. Teori
2.4.1. Teori Festinger (Dissonance Theory)
7
Teori dissonance (cognitive dissonance theory) diajukan oleh
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial.
Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak
seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan
keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri
yang berusaha untuk kembali mencapai keseimbangan. Apabila terjadi
keseimbangan dalam diri individu maka sudah tidak terjadi ketegangan
diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu
terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud
elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila
individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut
menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan
didalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance.
2.4.2. Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut :
Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri
seseorang yang akan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang
seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-
sama pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu
tersebut.
Contoh : Seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu
pihak, dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya
yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-
anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak
bekerja, jelas tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak
yang lain, apabila ia bekerja, ia khawatir terhadap perawatan terhadap
anak-anaknya akan menimbulkan masalah. Kedua elemen (argumentasi)
ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu
rumah tangga yang baik.
8
Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri
secara kognitif. Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi
keseimbangan kembali. Keberhasilan tercapainya keseimbangan kembali
ini menunjukkan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi
perubahan perilaku.
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan
antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil
(conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka
dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).
Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan
melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan
akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen
kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang
ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan
antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran periksa hamil).
2.5. Penerapan
Fokus HBM adalah perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia
medis, dan mencakup berbagai macam perilaku. Dan secara khusus, HBM
berfokus pada persepsi ancaman dan evaluasi perilaku terkait kesehatan sebagai
aspek primer untuk memahami bagaimana seseorang merepresentasikan tindakan
sehat. Evaluasi mengandung dua perangkat keyakinan, yaitu keuntungan atau
manfaat yang dirasakan dari menjalani hidup perilaku sehat, dan penghambat
yang dirasakan atau biaya karena menjalankan perilaku tertentu..
HBM telah menggunakan ketertarikan dalam kebiasaan seseorang dan
sifat-sifat yang dikaitkan dengan perkembangan dari kondisi kronis, termasuk
gaya hidup seperti merokok, diet, olah raga, perilaku keselamatan, penggunaan
alcohol, penggunaan kondom untuk mencegah AIDS, dan gosok gigi. HBM
mengacu kepada kesiapan individu untuk menyoroti persoalan-persoalan terkait
kesehatan bagi dirinya sendiri yang disebut motivasi sehat. HBM digunakan untuk
memprediksi sejumlah besar perilaku sehat yang preventif dan menuntut
9
kepatuhan seperti pemindaian, perilaku pengambilan resiko dan program
kepatuhan.
HBM sangat penting bagi psikologi kesehatan karena menyediakan
deskripsi tentang sejumlah faktor berbasis kognitif yang dianggap signifikan
dalam memahami proses pengambilan keputusan didalam perilaku sehat dan
perilaku sakit. Pembentukan keputusan untuk menjalankan perilaku proteksi
kesehatan, individu memadukan suatu bentuk berpikir rasional dalam
memfokuskan sejumlah faktor berbasis kognitif secara serentak. Bentuk
pengambilan keputusan rasional ini meliputi analisa biaya dan keuntungan
mengenai persepsi terkait ancaman penyakit dan juga analisa tentang seberapa
menguntungkan atau tidaknya arah tindakan tertentu yang bisa dialami individu.
2.6. Kelemahan HBM
Beberapa kelemahan dari HBM, antara lain :
2.6.1. Secara teoritis kurang baik. Dalam konteks pandangan Lewinian,
HBM didasarkan pada penelitian terapan dalam permasalahan
pendidikan kesehatan daripada penelitian akademis.
2.6.2. HBM tidak memberikan spesifikasi terhadap kondisi dimana
orang-orang membuat pertimbangan tertentu.
2.6.3. HBM menganggap orang-orang mencoba tetap sehat dan secara
otomatis memperhatikan perilaku yang sehat.
2.6.4. HBM hanya memperhatikan keyakinan kesehatan.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.1.1. Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang
mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan.
Hal ini dilakukan denagn berfokus pada sikap dan keyakinan
individu.
3.1.2. Ada empat macam konstruk HBM :
1. Perceived Susceptibility adalah individu dianggap mempunyai
persepsi terhadap dirinya sendiri apakah memiliki resiko yang
tinggi atau tidak terhadap sebuah penyakit.
2. Perceived Severity maksudnya keyakinan individu tentang
keseriusan atau keparahan suatu penyakit, hal ini biasanya
terkait dengan informasi yang individu ketahui tentang
penyakit yang dia alami.
3. Perceived barriers adalah pikiran individu tentang hambatan
untuk mengadopsi perilaku baru, dan juga konsekuensi dari
melanjutkan perilaku lama.
4. Perceived benefits yakni tekait dengan pendangan seseorang
terhadap nilai atau manfaat dari perilaku sehat baru yang akan
mereka lakukan yang akan dihadapakan pada situasi apakah
harus mengadopsi perilaku tersebut atau tidak.
3.1.3. The health belief model (HBM) dibagi menjadi bidang yakni
Perilaku kesehatan preventif, yang meliputi kesehatan
mempromosikan (misalnya diet, olahraga) dan kesehatan-risiko
(misalnya merokok), perilaku peran sakit, yang mengacu pada
kepatuhan terhadap rejimen medis direkomendasikan, dan
penggunaan Klinik, yang meliputi kunjungan dokter untuk
berbagai alasan.
3.1.4. Teori dissonance (cognitive dissonance theory) diajukan oleh
Finger (1957) yakni keadaan cognitive dissonance merupakan
keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh
11
ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali. Sherwood dan Borrou merumuskan bahwa adanya
ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku disebabkan karena adanya perbedaan
jumlah elemen kognitif.
3.1.5. HBM telah menggunakan ketertarikan dalam kebiasaan seseorang
dan sifat-sifat yang dikaitkan dengan perkembangan dari kondisi
kronis, termasuk gaya hidup seperti merokok, diet, olah raga,
perilaku keselamatan, penggunaan alcohol, penggunaan kondom
untuk mencegah AIDS, dan gosok gigi. HBM mengacu kepada
kesiapan individu untuk menyoroti persoalan-persoalan terkait
kesehatan bagi dirinya sendiri yang disebut motivasi sehat.
3.1.6. Salah satu kelemahan dari Health Belief Model, Secara teoritis
kurang baik. Dalam konteks pandangan Lewinian, HBM
didasarkan pada penelitian terapan dalam permasalahan pendidikan
kesehatan daripada penelitian akademis.
3.2. Saran
Untuk menciptakan ruang lingkup dan kehidupan masyarakat yang sehat,
karena sudah sewajarnya masyarakat memilih gaya hidup health belief model
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarnakan untuk meminimalisir besarnya
angka kematian di lingkungan masarakat yang disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan masarakat tentang bagaimana gaya hidup yang sehat oleh karna itu
diharapkan dengan adanya penerapan health belief model dalam kehidupan sangat
efektif demi menciptakan suasana dan kualitas kehidupan masarakat yang sehat.
12