hasil tangkapan rajungan pada alat bubu lipatberdasarkan …repository.umrah.ac.id/1466/1/muhammad...
TRANSCRIPT
Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Bubu Lipatberdasarkan
Faktor Oseanografi di Perairan Senggarang Kota Tanjungpinang
Muhammad Agung, Febrianti Lestari, Susiana
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian mengenai hasil tangkapan rajungan berdasarkan faktor oseanografi telah
dilakukan di perairan senggarang Kota Tanjungpinang. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan rajungan pada daerah oseanografi yang
berbeda dan pengaruh faktor oseanografi terhadap hasil tangkapan rajungan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive samplingpada 3 stasiun dengan 3
kali pengambilan.Komposisi hasil tangkapan yang didapatkan selain target utama
rajungan adalah ikan tekia (Aluterus heudelotii), kepiting batu (Thalamita sp.), gurita
(Octopus sp.), kepiting merah (Thalamita spinimana), kepiting laba-laba
(Macrocheira kaempferi), dan sotong (Sepia sp.). Hasil tangkapan rajungan yang
didapat selama penelitian pada stasiun I 76 %, stasiun II 84 %, dan stasiun III 82 %.
Hasil uji t menunjukan bahwa parameter oseanografi yaitu kedalaman, kecepatan
arus, suhu, dan salinitas tidak terdapat pengaruh terhadap hasil tangkapan rajungan.
Kata kunci : rajungan, faktor oseanografi, Tanjungpinang.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kepulauan Riau adalah sebuah Provinsi di Indonesia dengan Ibukota
Tanjungpinang. Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri atas daratan/pulau dan lautan.
Sehingga, dapat dikategorikan menjadi dua kategori wilayah yaitu Tanjungpinang
daratan dan Tanjungpinang lautan. Luas wilayah daratan sebesar 29,41%, sedangkan
luas wilayah lautan sebesar 70,59% dengan total keseluruhan adalah 239,5 km2
(Ipan,
2006).
Senggarang merupakan kawasan yang ada di Kecamatan Tanjungpinang
Kota.Salah satu aktivitas masyarakat yang ada di Senggarang adalah aktivitas
perikanan tangkap yang dilakukan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan
maupun masyarakat yang hanya memanfaatkan potensi perikanan sebagai profesi
sampingan. Sehingga sebagian karakteristik masyarakat bergantung pada potesi
perikanan yang ada di perairan Senggarang.
Potensi perikanan tangkap yang ada di perairan Senggarang adalah seperti jenis
cephalophoda, rajungan (Portunus pelagicus), ikan teri (Stolephorus Sp.), udang,
serta berbagai jenis crustacea lainnya. Adapun hasil tangkapan nelayan di
Senggarang salah satunya adalah komoditi rajungan dengan harga jual yang
stabil.Sehingga Secara tidak langsung merupakan salah satu motivasi nelayan untuk
melakukan usaha penangkapan rajungan. Alat tangkap yang biasa digunakan nelayan
dalam menangkap rajungan adalah bubu lipat. Alat tersebut digunakan karena dalam
pengoperasiannya sangat sederhana yaitu dengan meletakkannya di dasar perairan
dan mengambil kembali dalam jangka waktu tertentu.
Pengetahuan mengenai daerah-daerah penangkapan yang memiliki hasil tangkapan
sumberdaya rajungan, sangat diperlukan nelayan ketika akan melakukan aktivitas
penangkapan. Daerah penangkapan berhubungan erat dengan faktor oseanografi.
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi pola kehidupan dari rajungan
(Portunuspelagicus).Fishing ground rajungan dapat diprediksi dengan mengetahui
parameter oseanografi yang mempengaruhinya, seperti kedalaman, arus, salinitas dan
suhu perairan. Parameter kedalaman dapat digunakan dalam menganalisa keberadaan
rajungan berkaitan dengan ukuran (Setyawan, 2017).
Ketidaktahuan nelayan mengenai faktor oseanografi yang berhubungan dengan
rajungan sebagai target penangkapan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
nelayan kesulitan mencari daerah penangkapan rajungan yang baik. Pada umumnya
nelayan Senggarang meletakkan bubu lipat di daerah penangkapan mengandalkan
panca indra seperti melihat tanda-tanda alam, cara coba-coba atau berdasarkan naluri.
Melihat pentingnya daerah penangkapan berdasarkan faktor oseanografi terhadap
hasil tangkapan maka perlu adanya kajian tentang pengaruh hasil tangkapan rajungan
dengan alat tangkap bubu lipat berdasarkan faktor oseanografi yang berbeda di
perairan Senggarang.
1. 2 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan rajungan pada daerah oseanografi
yang berbeda dengan alat tangkap bubu lipat di perairan Senggarang.
2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan faktor oseanografi terhadap hasil
tangkapan pada alat tangkap bubu lipat di perairan Senggarang.
BAHAN DAN METODE
2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April – Mei 2018. Kegiatan
penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal,pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data dan penulisan hasil penelitian.Lokasi penelitian
bertempat di Perairan Senggarang Kota Tanjungpinang.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
2.2 Alat dan Bahan
Kelancaran proses penelitian sangat ditentukan oleh ketersediaan
peralatanpendukung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya
meliputi alat dan bahan.Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan
No Nama Alat Satuan Kegunaan
1 GPS Koordinat
geografis
Untuk menentukan lokasi
pencaharian
2 Ph meter ELMETRON oC Untuk mengukur suhu
3 Tali berskala dengan
pemberat m
Untuk mengukur
kedalaman
4 Handrefractometer o/oo Untuk mengukur salinitas
5 Pelampung bertali,
Stopwacth m/s
Untuk mengukur
kecepatan arus
6 Kamera
Dokumentasi
7 Alat tulis dan buku Buah Untuk mencatat hasil
8 Sarung tangan Buah Untuk mengambil sampel
rajungan
9 Penggaris besi Cm Untuk mengukur sampel
rajungan
10 Timbangan Kg Untuk Menimbang berat
sampel rajungan
Bahan
No Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 Sampel rajungan
Sebagai objek penelitian
2 Aquades ml Untuk Kalibrasi alat
2.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif merupakan metode yang cara pengambilannya berasal dari survei dan
observasi langsung di lapangan serta pengumpulan data secara sistematik sehingga
lebih mudah dipahami dan disimpulkan (Ispahdianto,et al 2016).
2.4 Pengambilan sampel
Metode sampling yangdigunakan dalam penelitian iniadalah metode purposive
sampling (Novita, et al 2013), dimana pemilihan lokasi sampling dilakukan
berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, penentuan titik lokasi
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan perbedaan aspek oseanografi yaitu
kedalaman. Sehingga didapat 3 stasiun pengamatan. Pengambilan sampel rajungan
pada tiap-tiap titik stasiun berdasarkan perbedaan kedalaman ditentukan oleh nelayan.
Pada saat proses penangkapan, peneliti ikut secara langsung membantu kegiatan
penangkapan yang dilakukan oleh nelayan. Sehingga data yang diperoleh yaitu
berdasarkan titik stasiun yang telah disepakati. Pengambilan data sampel hasil
tangkapan rajungan dilakukan sebanyak 3 stasiun dan dilakukan pengambilan
sebanyak 3 kali dari setiap stasiun.Jumlah populasi alat tangkap bubu lipat yang
digunakan nelayan untuk menangkap rajungan sebanyak 115 unit, namun
pengambilan sampel yang diambil 15 unit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil TangkapanBubu Lipat
3.1.1 Komposisi hasil tangkapan pada daerah oseanografi yang berbeda
Pada penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pengambilan dari 3 stasiun
pengamatan yang berada di Perairan Senggarang. Pengambilan sampel hasil
tangkapan rajungan berdasarkan pertimbangan perbedaan oseanografi yaitu
kedalaman perairan. Sehingga hasil tangkapan bubu dibagi perkedalaman menjadi :
stasiun I kedalaman (2 m), stasiun II kedalaman (3 m), dan stasiun III kedalaman 4
m). Hasil yang didapatkan selain target utama rajungan (swimming crab), didapatkan
beberapa hasil lain (by catch) berupa ikan tekia (Aluterus heudelotii), kepiting batu
(Thalamita sp.), gurita (Octopus sp.), ketam merah (Thalamita spinimana), kepiting
laba-laba (Macrocheira kaempferi) dan sotong (Sepia sp.). Perbandingan persentase
komposisi hasil tangkapan ditampilkan pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4.
Hasil dari penelitian pada kedalaman I didapatkan melalui 3 kali pengambilan
selama tiga hari.Persentase komposisi hasil tangkapan pada kedalaman ini adalah
rajungan 76 %, ikan tekia 10 %, kepiting batu dan gurita sama-sama 7 %. Pada
kedalaman ini dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tangkapan rajungan lebih
banyak dari pada persentase hasil tangkapan lain (by catch) yang dapat dilihat pada
Gambar 9.
76%
10%
7% 7%
Rajungan
Ikan tekia
kepiting batu
Gurita
84% 5%
5% 3% 3%
Rajungan
Ikan tekia
Kepiting batu
Gurita
Ketam Merah
Gambar 2. Persentase hasil tangkapan pada stasiun I
Hasil dari penelitian pada kedalaman II didapatkan persentase komposisi hasil
tangkapan sebanyak 3 kali pengambilan selama tiga hari yaitu rajungan 84 %, ikan
tekia 5 %, kepiting batu 5 %, gurita 3 % dan ketam merah 3 %. Pada kedalaman ini
persentase hasil tangkapan rajungan lebih banyak dari pada hasil tangkapan lainnya.
Kemudian hasil yang didapatkan pada kedalaman II lebih beragam dari pada
kedalaman I lalu persentase rajungan yang didapat di kedalaman ini lebih besar 8 %
dari pada kedalaman I. Persentase kedalaman II dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Persentase hasil tangkapan pada stasiun II
Hasil dari penelitian pada kedalaman III didapatkan persentase komposisi hasil
tangkapan sebanyak3 kali pengambilan selama 3 hari yaitu rajungan 82 %, ikan tekia
7 %, ketam merah 7 %, kepiting laba-laba 2 %, dan sotong 2 %. Pada kedalaman ini
persentase hasil tangkapan rajungan lebih banyak dari pada hasil tangkapan
82% 7%
7% 2% 2%
Rajungan
Ikan tekia
Ketam Merah
Kepiting laba2
Sotong
lainnya.Kemudian hasil yang didapatkan pada kedalaman III lebih beragam dari pada
kedalaman I. Persentase rajungan yang didapat di kedalaman ini lebih besar 6 % dari
pada kedalaman I namun lebih kecil 2 % dari kedalaman II.Persentase kedalaman III
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Persentase hasil tangkapan pada stasiun III
Persentase hasil tangkapan rajungan dari setiapstasiun I, stasiun II, dan stasiun
III didapat hasil rajungan lebih besar dari pada hasil tangkapan lain. Penelitian ini
berbanding lurus dengan hasil penelitian dari Prasetyo, et al (2014) yang menyatakan
bahwa persentase hasil tangkapan rajungan yang di dapat pada kedalaman 1-5 meter
lebih besar dari pada persentase hasil tangkapan lain (by catch) di perairan Demak.
Adapun jumlah hasil tangkapan tiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 5.
22
3 2 2
31
2 2 1 1
35
3 1 1
3 1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Rajungan Ikan Tekia Kepiting
batu
Gurita Sotong Ketam
Merah
Kepiting
laba-laba
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Gambar 5. Komposisi jumlah hasil tangkapan tiap stasiun
3.1.2 Komposisi Jumlah, Lebar karapas, dan Berat Rajungan
Selama penelitian berlangsung, nelayan melakukan aktivitas penangkapan
rajungan dengan menggunakan alat tangkap bubu sebanyak 115 buah. Namun yang
dihitung dalam penelitian ini hanya 15 buah dari total bubu yang dipakai. Hal ini
karena, pada saat perendaman bubu berlangsung nelayan meletakkan bubu tidak
beraturan artinya terkadang melintang garis lurus kedepan, kesamping ataupun
membundar.Sehingga ditakutkan pada saat penarikan, bubu yang diamati sudah
berubah tempat kedalamannya. Dengan demikian, peneliti hanya mengamati bubu
yang sesuai dengan kedalaman yang ditentukan.
Hasil yang ingin didapat hanya berdasarkan kedalaman yang telah ditentukan
yaitu stasiun I kedalaman 2 m, stasiun II kedalaman 3 m dan stasiun III kedalaman 4
m. Adapun komposisi jumlah, panjang karapas rata-rata, dan berat rajungan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. komposisi jumlah, lebar karapas rata-rata dan berat rata-rata
No Stasiun
Hasil tangkapan rajungan
Jumlah Berat rata-
rata (g)
panjang karapas
rata-rata (cm)
1 Stasiun 1 Pengambilan 1 8 79,38 10,9
Pengambilan 2 7 52,14 9,16
Pengambilan 3 7 74,29 11,04
2 Stasiun 2 Pengambilan 1 13 70,77 10,36
Pengambilan 2 7 104,29 11,17
Pengambilan 3 11 70,36 10,25
3 Stasiun 3 Pengambilan 1 10 70,7 10,36
Pengambilan 2 12 101,08 11,9
Pengambilan 3 13 49,08 9,87
Sumber : Data Primer (2017)
Tabel 2 diketahui bahwa hasil tangkapan rajungan yang diperoleh selama
penelitian di stasiun I sebanyak 3 kali Pengambilan dengan jumlah bubu 15 buah
adalah berkisar 22 ekor dengan berat rata-rata 52,14-79,38 g dan panjang karapas
berkisar dari 9,16-11,36 cm. Pada stasiun II hasil tangkapan rajungan lebih banyak 9
ekor dari pada stasiun I dengan jumlah 31 ekor dengan berat rata-rata lebih besar dari
pada kedalaman I yaitu berkisar dari 70,77 - 104,29 g dan panjang karapas rata – rata
mulai dari 10, 25 – 11,17 cm. Sedangkan pada stasiun III hasil tangkapan rajungan
yang didapatkan selama penelitian berlangsung adalah 35 ekor yang berarti lebih
banyak 13 ekor dari pada stasiun I, dan lebih banyak 4 ekor dari pada stasiun II.
Kemudian Berat rata – rata mulai dari 49,08 – 101,08 g yang berarti berat rata –
rata pada stasiun III lebih beragam dari pada stasiun I, dan stasiun II. Lalu untuk
panjang karapas relatif sama dengan stasiun I dan stasiun II yaitu berkisar antara 9, 87
– 11,9 cm. Penelitian ini serupa halnya dengan apa yang didapatkan oleh Apriliyanto,
et al (2014) yang menyatakan bahwa hasil tangkapan rajungan yang diperoleh pada
kedalaman 4 – 5 meter sebanyak 42 ekor dengan panjang karapas 5 – 12,6 cm. Pada
kedalaman 5 - 6 meter hasil tangkapan rajungan diperoleh sebanyak 31 ekor dengan
lebar karapas kisaran 5,4 – 13,8 cm.Sedangkan pada kedalaman 6 – 7 m hasil
tangkapan rajungan didapat sebanyak 34 ekor dengan lebar karapas kisaran 5,6 – 13
cm. Tampak bahwa semakin meningkatnya kedalaman perairan, rata-rata lebar
karapas yang diperoleh lebih besar, namun jumlah ekor yang didapatkan tidak
sebanyak di kedalaman yang relatif dangkal (4 – 5 m).
3.2 Hubungan Faktor Oseanografi Terhadap Hasil Tangkapan
Karakateristik parameter oseanografi didaerah penangkapan mengalami fluktuasi
yang berbeda-beda selama pelaksanaan penelitian. Hal ini dapat dilihat pada fluktuasi
parameter oseanografi selama penelitian pada bulan Mei 2018. Fluktuasi parameter
oseanografi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Parameter oseanografi saat penelitian
N
o Stasiun
Kedalaman
(m)
kecepatan
arus (m/s)
Suh
u
(0C)
Salinita
s (o/00)
1 Stasiu
n 1
Pengambilan
1
2
0,02 29,6 31
Pengambilan
2
0,15 30,2 34
Pengambilan
3
0,07 27,8 31
Rata - rata 0,08 29,2 32
2 Stasiu
n 2
Pengambilan
1
3
0,17 30,2 31
Pengambilan
2
0,12 29,8 31
Pengambilan
3
0,09 27,3 31
Rata - rata 0,13 29,1 31
3 Stasiu
n 3
Pengambilan
1
4
0,21 31,1
1
32
Pengambilan
2
0,04 29,3 31
Pengambilan
3
0,11 28,5 31
Rata - rata 0,12 29,6
4
31.33
Sumber :Data Primer (2017)
3.2.1 Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas untuk tiap parameter oseanografi terhadap hasil tangkapan
rajungan yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan ouput diatas, diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh
sebesar 0,992 yang berarti lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan data
yang diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Testberdistribusi normal.
3.2.2 Regresi Berganda
Hasil regresi berganda untuk tiap parameter oseanografi terhadap hasil
tangkapan rajungan dapat dilihat pada Gambar 6.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 9
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 1,56860022
Most Extreme
Differences
Absolute 0,145
Positive 0,132
Negative -0,145
Kolmogorov-Smirnov Z 0,434
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,992
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan pada Gambar 14 maka didapatkan persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
Y= 12,71 + 2,51 x1 + 2,79 x2 + 0,15 x3 – 0,51 x4
Persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai 2,51 pada variabel x1 adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi kedalaman perairan (x1), maka akan semakin tinggi pula
hasil tangkapan rajungan yang didapat.
2. Nilai 2,79 pada variabel x2 adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi kecepatan arus perairan (x2), maka akan semakin tinggi
pula hasil tangkapan rajungan yang didapat.
3. Nilai 0,15 pada variabel x3 adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi suhu perairan (x3), maka akan semakin tinggi pula hasil
tangkapan rajungan yang didapat.
4. Nilai - 0,51 pada variabel x4 adalah bernilai negatif sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin rendah salinitas perairan (x4), maka akan semakin tinggi pula
hasil tangkapan rajungan yang didapat.
Adapun Grafik hubungan antara parameter oseanografi yang diteliti dengan hasil
tangkapan rajungan dapat dilihat pada Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10.
Gambar 6. Hasil uji regresi berganda
y = 6,335x + 9,089 R2= 0,0218
0
2
4
6
8
10
12
14
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
Has
il ta
ngk
apan
(ek
or)
Kecepatan arus (m/s)
y = -0,162x + 14,55 R2 = 0,006
0
2
4
6
8
10
12
14
27 28 29 30 31 32
has
il ta
ngk
apan
(ek
or)
suhu (oC)
y = 2,773x + 0,630 R2 = 0,6078
0
2
4
6
8
10
12
14
0 1 2 3 4 5
Has
il ta
ngk
apan
(ek
or)
Kedalaman (m)
Gambar 7. Grafik hubungan kedalaman dengan hasil tangkapan rajungan
Gambar 8. Grafik hubungan kecepatan arus dengan hasil tangkapan rajungan
Gambar 9. Grafik hubungan suhu dengan hasil tangkapan rajungan
y = -0,986x + 40,79 R2 = 0,1494
0
2
4
6
8
10
12
14
30.5 31 31.5 32 32.5 33 33.5 34 34.5
Has
il ta
ngk
apan
(ek
or)
Salinitas (0/00)
Gambar 10. Grafik hubungan salinitas dengan hasil tangkapan rajungan
Koefisien Determinasi (R square) yang didapat dari hasil perhitungan antara
parameter oseanografi yaitukedalaman sebesar 0,607 yang berarti menjelaskan bahwa
sebesar 60 % hasil tangkapan dipengaruhi oleh kedalaman. Kemudian untuk
kecepatan arus sebesar 0,0218 yang berarti bahwa sebesar 2 % variabel tangkapan
dijelaskan oleh variabel kecepatan arus. Lalu suhu sebesar 0,006 yang berarti
menjelaskan bahwasebesar 0,6% jumlah hasil tangkapan dipengaruhi oleh suhu
permukaan laut. Sedangkan salinitas sebesar 0,149 yang berarti menjelaskan bahwa
sebesar 14 % variabel tangkapandijelaskan oleh variabel salinitas.
3.2.3 Uji T
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing parameter oseanografi
tersebut terhadap hasil tangkapan rajungan secara individual. Hasil uji t (Tabel 4)
menunjukan bahwa secara individual parameter oseanografi yaitu kedalaman,
kecepatan arus, suhu, dan salinitas tidak terdapat pengaruh parameter oseanografi
terhadap hasil tangkapan rajungan yang berarti terima Ho tolak H1. Hal ini dapat
dilihat dengan nilai signifikansi dari keempat parameter oseanografi tersebut lebih
besar dari 0,05 yaitu kedalaman (x1) 0,11, kecepatan arus (x2) 0,90, suhu (x3) 0,85
dan salinitas (x4) 0,64. Selain itu, hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t hitung tiap-
tiap parameter oseanografi yang diteliti lebih kecil dari pada t tabel (2,13).
Tabel 4. Hasil uji t antara parameter oseanografi dengan hasil tangkapan rajungan.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficient
s
T Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 12,341 37,857 0,326 0,761
kedalaman
perairan 2,531 1,275 .712 1,985 0,118
kecepatan
arus perairan 2,378 17,899 .057 0,133 0,901
suhu perairan 0,158 0,823 .075 0,192 0,857
salinitas
perairan -0,503 0,999 -.197 -0,503 0,641
a. Dependent Variable: hasil tangkapan rajungan
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Jabarti, et al (2014) menyatakan
bahwa hasil analisis dari hubungan antara faktor oseanografi dengan hasil tangkapan
rajungan di perairan Betahlawang Demak yaitu hanya variabel x6 (salinitas) yang
memiliki nilai signifikansi dibawah alfa (0,05). Artinya variabel x6 (salinitas)
berpengaruh terhadap hasil tangkapan.
Perbedaan ini diduga karena perbedaan titik stasiun yang diteliti yaitu sebanyak
36 stasiun dengan kedalaman 15 – 35 m dengan peneliti yang hanya mengukur
sebanyak 3 stasiun dengan 3 kali pengambilan di setiap stasiun pada kedalaman 2 m,
3 m dan 4 m.
KESIMPULAN
Komposisi hasil tangkapan yang didapatkan selain target utama rajungan,
didapatkan beberapa hasil lain (by catch) berupa ikan tekia (Aluterus heudelotii),
kepiting batu (Thalamita sp.), gurita (Octopus sp.), ketam merah (Thalamita
spinimana), kepiting laba-laba (Macrocheira kaempferi) dan sotong (Sepia sp.).
Perbandingan persentase hasil tangkapan rajungan yang didapat selama penelitian
pada setiap stasiun yaitu stasiun I 76 %, stasiun II 84 %, dan stasiun III 82 %.
Kemudian hasil uji t menunjukan bahwa parameter oseanografi yaitu kedalaman,
kecepatan arus, suhu dan salinitas tidak terdapat pengaruh terhadap hasil tangkapan
rajungan yang berarti terima H0 tolak H1.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliyanto, H., Pranomowibowo., Yulianto, T., 2014. Analisis Daerah Penangkapan
Rajungan dengan Jaring Insang Dasar (Bottom Gillnet) di Perairan Betahwalang,
Demak. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology.
3 (3) : 71 – 79.
Ipan., 2016. Arahan Lokasi Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Kota Tanjungpinang.
[Tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang.
Ispahdianto, Dwi., Fitri, A. D. P., Asriyanto., 2016. Analisis Hasil Tangkapan Ikan
Kembung (Rastrelliger Sp) dan Cumi-Cumi (Lolligo Sp) Pada Alat Tangkap
Mini Purse Seine di Perairan Morodemak, Kabupaten Demak Jawa Tengah.
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. (5) :
153 - 161.
Jabarti, A. A., Pranomowibowo., Yulianto, Taufik., 2014. Analisis Hasil Tangkapan
Rajungan (Swimming Crab) dengan Bubu Lipat Berdasarkan Faktor Hidro-
Oseanografi di Perairan Betahwalang Demak. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology. 3 (3) : 53 – 61.
Novita, Heni., Bambang, A. N., Asriyanto., 2013. Analisis Produktivitas dan Efisiensi
Bubu Lipat dan Bottom Set Gillnet Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan
(Portunus Pelagicus) di Perairan Asemdoyong Pemalang. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology. 2 (3) : 142 - 151.
Setyawan, H. A., Wirasatriya, A., 2017. Hubungan Antara Daerah Penangkapan
Rajungan (PortunusPelagicus) dengan Parameter Oseanografi di Perairan Tegal
Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-Vi Hasil -Hasil
Penelitian Perikanan dan Kelautan.Halaman 67.
Prasetyo, G. Dwi., Fitri, A. D. P., Yulianto, Taufik., 2014. Analisis Daerah
Penangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus) Berdasarkan Perbedaan Kedalaman
Perairan dengan Jaring Arad (Mini Trawl) di Perairan Demak. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 3 (3) : 257 - 266.