analisis kesesuaian ekosistem terumbu karang untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal...

19
1 Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk Pengembangan Wisata Snorkeling di Pulau Beralas Pasir Kabupaten Bintan Putri Ayu Petra, Febrianti Lestari, Dedy Kurniawan [email protected] Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK PETRA, A. P. Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk Pengembangan Wisata Snorkeling Di Pulau Beralas Pasir Kabupaten Bintan.Tanjungpinang. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perairan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Febrianti Lestari dan Dedy Kurniawan. Penelitian mengenai analisis kesesuaian ekosistem terumbu karang untuk pengembangan wisata snorkeling di Pulau Beralas Pasir Kabupaten Bintan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan kondisi sumberdaya terumbu karang di KKPD Bintan di sekitaran Perairan Pulau Beralas Pasir, mengetahui kesesuaian kawasan dan daya dukung sumberdaya terumbu karang untuk pengembangan wisata snorkeling di Perairan Pulau Beralas Pasir. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling sebanyak 3 titik stasiun. Hasil penelitian Potensi terumbu karang di Perairan Pulau Beralas Pasir dilihat dari segi kecerahan perairan memiliki kecerahan 100%, tutupan komunitas karang berkisar 26-45%, jumlah jenis life form karang sebanyak 5-7 jenis, jenis ikan karang 7 jenis, kecepatan arus 24,16-36,01 cm/detik, kedalaman terumbu karang sekitar 3,83-4,83 meter. Kesesuaian wisata terumbu karang kategori snorkeling di perairan Pulau Beralas Pasir memiliki nilai yang sama pada setiap stasiun, yaitu 52,63, Daya Dukung terumbu karang untuk pengembangan wisata snorkeling di perairan Pulau Beralas Pasir yaitu pada stasiun I dan II kemampuan alam untuk mentolerir gangguan akibat aktivitas manusia/ daya dukungnya untuk wisata snorkeling pada stasiun I maksimum 23 orang dan untuk stasiun II maksimum 22 orang. Sementara daya dukung untuk stasiun III tidak sesuai untuk dilakukan pengembangan wisata snorkeling. Hal ini disebabkan karena beberapa parameter tidak mendukung untuk mendukung kegiatan wisata snorkeling seperti kecepatan arus. Kata kunci : daya dukung, terumbu karang, wisata snorkeling, pulau beralas pasir, bintan

Upload: phungliem

Post on 24-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

1

Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk Pengembangan

Wisata Snorkeling di Pulau Beralas Pasir Kabupaten Bintan

Putri Ayu Petra, Febrianti Lestari, Dedy Kurniawan

[email protected]

Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

PETRA, A. P. Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk

Pengembangan Wisata Snorkeling Di Pulau Beralas Pasir Kabupaten

Bintan.Tanjungpinang. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perairan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh

Febrianti Lestari dan Dedy Kurniawan.

Penelitian mengenai analisis kesesuaian ekosistem terumbu karang untuk

pengembangan wisata snorkeling di Pulau Beralas Pasir Kabupaten Bintan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan kondisi sumberdaya

terumbu karang di KKPD Bintan di sekitaran Perairan Pulau Beralas Pasir,

mengetahui kesesuaian kawasan dan daya dukung sumberdaya terumbu karang

untuk pengembangan wisata snorkeling di Perairan Pulau Beralas Pasir. Penelitian

ini dilakukan dengan metode survey dengan teknik pengambilan sampel secara

purposive sampling sebanyak 3 titik stasiun. Hasil penelitian Potensi terumbu

karang di Perairan Pulau Beralas Pasir dilihat dari segi kecerahan perairan

memiliki kecerahan 100%, tutupan komunitas karang berkisar 26-45%, jumlah

jenis life form karang sebanyak 5-7 jenis, jenis ikan karang 7 jenis, kecepatan arus

24,16-36,01 cm/detik, kedalaman terumbu karang sekitar 3,83-4,83 meter.

Kesesuaian wisata terumbu karang kategori snorkeling di perairan Pulau Beralas

Pasir memiliki nilai yang sama pada setiap stasiun, yaitu 52,63, Daya Dukung

terumbu karang untuk pengembangan wisata snorkeling di perairan Pulau Beralas

Pasir yaitu pada stasiun I dan II kemampuan alam untuk mentolerir gangguan

akibat aktivitas manusia/ daya dukungnya untuk wisata snorkeling pada stasiun I

maksimum 23 orang dan untuk stasiun II maksimum 22 orang. Sementara daya

dukung untuk stasiun III tidak sesuai untuk dilakukan pengembangan wisata

snorkeling. Hal ini disebabkan karena beberapa parameter tidak mendukung untuk

mendukung kegiatan wisata snorkeling seperti kecepatan arus.

Kata kunci : daya dukung, terumbu karang, wisata snorkeling, pulau beralas pasir,

bintan

Page 2: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

2

PENDAHULUAN

Terumbu Karang (coral reefs) merupakan kumpulan binatang karang (reef

coral), yang hidup di dasar perairan dan menghasilkan bahan kapur CaCO3

(Ruswahyuni, 2009). Mereka mendapatkan makanannya melalui dua cara :

pertama, dengan menggunakan tentakel mereka untuk menangkap plankton dan

kedua, melalui alga kecil (disebut zooxanthellae) yang hidup di jaringan karang.

Beberapa jenis zooxanthellae dapat hidup di satu jenis karang, biasanya mereka

ditemukan dalam jumlah besar dalam setiap polip, energi dari fotosintesa dan 90%

kebutuhan karbon polip Zooxanthellae menerima nutrisi-nutrisi penting dari

karang dan memberikan sebanyak 95% dari hasil fotosintesisnya (energi dan

nutrisi) kepada karang. Wisata snorkeling merupakan kegiatan menikmati

pemandangan bawah air, dapat berupa terumbu karang, padang lamun, rumput

laut, ikan hias, dan berbagai biota laut lain. Aktifitas snorkeling dilakukan pada

perairan dangkal yang pemandangannya dapat dinikmati secara jelas, hendaknya

dilakukan pada kawasan tertentu yang dapat dikategorikan indah dan aman bagi

pengunjung, selain itu penjelasan dan pengawasan diberikan kepada pengunjung

secara efektif sehingga kerusakan terhadap komunitas biota dan ekosistem dapat

dicegah semaksimal mungkin. Kegiatan snorkeling dapat dilakukan di sekitar

pinggiran teluk dan pulau kecil sepanjang hamparan datar hingga tubir (Zulfikar et

al, 2011).

Pulau Beralas Pasir merupakan salah satu Pulau dari Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau.Pulau Beralas

Pasir memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata

snorkeling,hal ini didasarkan karena wisata snorkeling memiliki potensi daya tarik

yaitu melihat/menikmati obyek biota bawah air antara lain : hamparan terumbu

karang, lamun, ikan-ikan karang yang berwarna warni, pasir dan bebatuan serta

biayanya lebih murah dibandingkan wisata diving. Dengan potensi terumbu

karang yang ada di perairan Pulau Beralas Pasir, maka perlu dilakukan penelitian

untuk menganalisis dan mengembangkan wisata snorkeling dengan kesesuaian

dan daya dukung sumberdaya terumbu karang di Perairan Pulau Beralas Pasir

Kabupaten Bintan agar dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan konservasi

dan pemanfaatannya berkelanjutan untuk masa mendatang.

.

Page 3: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

3

BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan mulai bulan Februari

sampai dengan April 2018 di Perairan Pulau Beralas Pasir Kabupaten Bintan.

Untuk lebih lanjut lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Pulau Beralas Pasir

2.2. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah Peralatan selam scuba, gps untuk menentukan

posisi koordinat stasiun penelitian, kamera digital bawah air untuk dokumentasi,

roll meter sebagai garis bantu transek, frame dibuat dari besi diameter 6 mm dan

dilas sesuai ukuran 58 x 44 cm dan diberi warna mencolok untuk mempermudah

melihat foto, kertas tahan air untuk menulis di bawah air, beserta papan dan

pensil, harddisk eksternal untuk menyimpan foto-foto bawah air, komputer laptop

untuk menganalisis foto, peranti lunak cpce untuk identifikasi data karang, peta

lokasi monitoring, kapal motor ukuran sedang untuk transportasi, buku

identifikasi ikan karang

2.3. Prosedur penelitian

Pada penelitian ini ditentukan tiga titik stasiun pengamatan yang mana

sebelumnya dilakukan survey awal dengan metode observasi dengan cara

snorkeling terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran umum kondisi fisik

wilayah pengamatan. Setiap stasiun pengamatan ditentukan dengan purposive

Sampling, yakni menetapkan stasiun berdasarkan karakter tutupan terumbu karang

yang baik sehingga diharapkan mewakili karakter lingkungan yang ada dan

kemudian ditandai dengan Global Positioning System (GPS).

Page 4: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

4

2.4 Teknik Pengumpulan Data

2.4.1 Data terumbu karang

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer melalui pengamatan langsung

dilapanganuntuk melihat kondisi terumbu karang di lapangan dilakukan dengan

penyelaman menggunakan peralatan snorkeling dengan mengunakan metode

transek kuadrat. Secara umum diletakkan pada kedalaman sekitar 3 metar untuk

mewakili perairan dangkal.Roll meter ditarik sepanjang 50 meter di letakkan di

dasar perairan sebagai garis bantu transek kemudian diletakkan frame yang

terbuat dari besi diameter 6 mm dengan ukuran 58 x 44 cm dan diberi warna yang

mencolok untuk mempermudah melihat photo. Pemotretan dimulai dari meter ke-

1 sampai meter ke-50 dengan jarak antar pemotretan sepanjang 1 meter.

Pemotretan pada meter ke-1, meter ke-3 dan berikutnya dengan nomor ganjil

dilakukan disebelah kiri garis transek, sedangkan untuk pemotretan nomor genap

2, 4 dan seterusnya dilakukan disebelah kanan garis transek. Metoda pencacahan

terumbu karang pada metoda Underwater Photo Transect (UPT) (Giyanto et al.,

2010a; Giyanto, 2012b), dilakukan pemotretan bawah air menggunakan kamera

digital bawah air.Teknik ini untuk mengestimasi persentasetutupan komunitas

karang dan jumlah jenis (life-form) karang mengacu pada (English et al, 1997).

Teknik pemotretan dilakukan mulai dari tubir laut sampai ke bibir

pantai.Pengambilan photo dilakukan pada jarak sekitar 60 cm tegak lurus terhadap

dasar substrat dengan luas bidang pemotretan 2.552 cm2 atau (58 x 44 cm) untuk

setiap framenya. Identifikasi biota didasarkan pada bentuk pertumbuhan (life-

form) degan kode-kode identifikasi mengacu pada (Veron, 2000).

2.4.2 Data ikan karang

Ikan karang adalah ikan yang hidup berasosiasi dengan terumbu

karang.Terumbu karang sebagai habitat ikan karang untuk mencari makan,

berlindung, memijah dan tempat asuhan (Giyanto et al, 2014).Metode yang

digunakan dalam melakukan pemantauan ikan karang adalah metode Underwater

Visual Census (UVC) (English Iet al, 1997). Pemantauan dilakukan digaris

transek yang sama dengan penelitian karang , agar sekaligus mendapatkan data

bentik yang menggambarkan habitatnya. Sensus dilakukan pada garis transek

sepanjang 70 m dengan lebar pengamatan 5 m, terdiri dari sebelah kiri transek 2,5

m dan sebelah kanan transek 2,5 m sehingga total luas daerah pengamatan pada

tiap stasiun adalah 350 m2.

Pengamatan ikan karang dibagi dalam 2 kategori yakni ikan indicator dan ikan

target. Jenis ikan indicator yakni : Ikan Kepe-Kepe, Ikan Kakatua, Ikan Brajanata,

Ikan Beronang. Dan ikan target yakni: Ikan Kerapu, Ikan Kakap, Ikan Lencam,

Ikan Bibir Tebal (Giyanto et al, 2014). Pencatatan data meliputi jumlah dan jenis

ikan karang yang disajikan dalam table dan deskripsikan secara kualitatif dan

kuantitatif.

Page 5: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

5

2.4.3 Data parameter lingkungan

a. Kecerahan

Kecerahan perairan diukur dari jarak tampak sama dengan kedalaman perairan.

Cara pengukuranya adalah dengan melihat kedalaman perairan sama dengan jarak

tampak sampai ke dasar perairan.

b. Kedalaman

Kedalaman perairan diukur dengan tujuan untuk melihat kedalaman perairan

karang.Kedalaman perairan diukur menggunakan tonggak kayu yang diberi

skala.Cara pengukurannya adalah dengan memasukkan tonggak kedalam perairan

yang ingin diteliti hingga mencapai kedalaman dasar, kemudian lihat skala yang

tampak pada dasar perairan, catat skala yang telah didapat.

c. Kecepatan Arus

Kecepatan Arus diukur dengan menggunakan pelampung yang diikat tali

sepanjang 4 meter dan stopwatch.Kemudian pelampung diletakkan pada

permukaan perairan pada titik yang telah ditentukan dan dibiarkan tali menegang

kemudian diukur jarak tempuh pelampung tersebut dalam satuan waktu yaitu

meter per detik (m/det) dari jarak awal diletakan.Pengukuaran kecepatan arus

dilakukan tiga kali pengulangan di setiap titik titik.Waktu pengukuran kecepatan

arus ini dilakukan ketika pasang dan surut.

2.5 Analisis data

2.5.1 Analisis Kesesuaian Ekowisata Snorkeling

Analisis Kesesuaian ekowisata snorkeling mengacu pada Yulianda

(2007).Berdasarkan matrik analisis kesesuaian ekowisata snorkeling.Pada matriks

analisis kesesuaian ekowisata snorkeling terdapat beberapa kriteria yang harus

diukur yaitu kecerahan, tutupan karang, jenis life form, jenis ikan karang,

kecepatan arus, kedalaman, dan luas hamparan datar karang. Kriteria ini diberi

bobot dan kemudian setelah pengukuran dikategorikan kedalam kategori S1

merupakan Sangat sesuai, S2 merupakan Cukup Sesuai, S3 merupakan Sesuai

bersyarat,dan N merupakan Tidak sesuai.

Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata berdasarkan Yulianda (2007). Rumus yang

digunakan untuk menghitung indeks kesesuaian wisata adalah sebagai berikut :

IKW = (Σ Ni / N max) x 100%

IKW merupakan indeks kesesuaian wisata, Ni merupakan nilai parameter ke-i

(bobot x skor), N maks merupakan nilai maksimum dari suatu kategori wisata,

Jumlah merupakan Skor x Bobot, N max merupakan 57 (Nilai Maksimum), S1

merupakan Sangat sesuai, dengan nilai 75 – 100 %, merupakan Cukup Sesuai,

dengan nilai 50 - < 75 %, S3 merupakan Sesuai bersyarat, dengan nilai 25 - < 50

% dan N merupakan Tidak sesuai, dengan nilai < 25 %.

Page 6: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

6

2.5.2 Analisis Daya Dukung Wisata

Menurut Yulianda (2007), analisis daya dukung ditujukan

padapengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya

pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan

wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk

pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan.Metode

yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata

alam dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK) dan data yang

diambil dari penelitian sebelumnya (Lumbantoruan, 2017). DDK adalah jumlah

maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang

disediakan pada waktu tertentu tanpa menmbulkan gangguan pada alam dan

manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus:

DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp

DDK merupakan Daya dukung kawasan, K merupakan Potensi ekologis

pengunjung per satuan unit area, Lp merupakan Luas area atau panjang area yang

dapat dimanfaatkan, Lt merupakan Unit area untuk kategori tertentu, Wt

merupakan Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata perhari,

Wp merupakan Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan

tertentu, Pada perhitungan DDK terdapat angka yang telah ditentukan untuk tiap

kategori wisata seperti K merupakan 1, Wp merupakan 3 jam, Wt merupakan 6

jam, dan Lt merupakan 500 m². Sedangkan Lp dihitung luas area atau panjang

area yang dapat dimanfaatkan untuk ekowisata snorkling pada suatu kawasan.

2.5.3 Analisis persepsi masyarakat

Analisis persepsi masyarakat dilakukan dengan cara metode survey dan

wawancara kepada masyarakat setempat dan kepada wisatawan yang berkunjung

ke pulau beralas pasir, dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Analisis

pemanfatan yang digunakan untuk pengembangan wisata Snorkeling.Adapun

pembagian kosioner yang akan dibagikan kepada masyarakat setempat dan

wisatawan adalah masyarakat yang berusia 17- 50 Tahun dan merupakan

penduduk asli Desa Teluk Bakau yang dekat dengan Pulau Beralas Pasir dan

wisatawan yang berkunjung. Dari hasil wawancara tersebut akan dianalisis secara

deskriptif kualitatif dan disajikan dalam bentuk grafik. Setiap pernyataan masing-

masing memiliki nilai: sangat tidak penting (diberi nilai = 1), tidak penting (diberi

nilai = 2), tidak berpendapat ( diberi nilai = 3), penting (diberi nilai = 4), sangat

penting (diberi nilai = 5).

Page 7: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

7

HASIL

3.1 Kecerah perairan

Gambar 2.

Gambar 2 memperlihatkan hasil pengukuran kecerahan perairan di Pulau

Beralas Pasir pada stasiun bernilai 100%, pada stasiun 2 kecerahan 100%, dan

stasiun 3 kecerahan bernilai 100%, yang berarti kondisi perairan di Pulau Beralas

Pasir sangat jernih dan masih dapat ditembus cahaya matahari hingga kedasar

perairan. kecerahan perairan 100% dengan kedalaman hingga 4,83 meter ini dapat

dikatakan cukup sesuai untuk memenuhi salah satu kategori wisata snorkeling.

3.2 Kedalaman perairan

Gambar 3

Gambar 3 menunjukkan hasil pengukuran kedalaman perairan di sekitar

Pulau Beralas Pasir pada stasiun 1 dengan nilai 4,17 meter. Stasiun kedalaman 4,5

meter, dan pada stasiun 3 nilai kedalaman berkisar antara 4,83 meter, dengan

rata-rata kedalaman berkisar antara 4,5 - 4,83 meter. pada stasiun 1 rata-rata

kedalaman adalah 4,17 meter dengan kecerahan 100%. pada stasiun 2 rata-rata

kedalaman adalah 4,5 meter dengan kecerahan 100%, dan pada stasiun 3 rata-rata

kedalaman adalah 4,83 meter dengan kecerahan 100%. Hasil pengukuran

kedalaman dikatakan cukup sesuai dihitung dari analisis keseuaian ekowisata

snorkeling(Yulianda, 2007).

Page 8: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

8

3.3 Kecepatan arus

Gambar 3

Gambar 3 memperlihatkan hasil pengukuran kecepatan arus pada stasiun 1

dengan nilai 24,65 meter/detik. Stasiun 2 nilai kecepatan arus 24,16 meter/detik.

dan Stasiun 3 kecepatan arus 36,01 meter/detik. Hasil pengukuran kecepatan arus

termasuk kedalam kategori sesuai bersyarat (Yulianda, 2007). Kecepatan arus

diukur menggunakan pelampung yang diikatkan dengan tali sepanjang 4 meter

(400 cm) lalu diletakkan diperairan hingga tali menegang dan waktu

menegangnya tali dihitung dengan menggunakan stopwatch.

3.4 Tutupan komunitas karang

Gambar 4

Gambar 4 memperlihatkan tutupan komunitas karang di pulau beralas

pasir terkategorikan sedang dengan persentase tutupan karang hidup berkisar

antara 26 - 45% (Gambar 8).Tutupan karang hidup yang rendah berada pada

stasiun 2 mencapai 45% dan merupakan persentase paling tinggi.Pada stasiun 1

persentase tutupan karang hidup mencapai 32%.Persentase tutupan karang yang

paling rendah yaitu pada stasiun 3 mencapai 26%. Jenis terumbu karang yang

hidup di setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 10.Ditemukan 2 jenis karang

kategori Acropora yang terdapat di stasiun 1 sebanyak 2 jenis karang yaitu

Acropora digitate1% dan Acropora submassive 2,6%, pada stasiun 2 ditemukan 1

jenis karang yaitu Acropora digitate0,4%. Sedangkan pada stasiun 3 tidak

ditemukan jenis karang kategori Acropora.

Page 9: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

9

Pada Stasiun 1 ditemukan 5 jenis karang kategori Non Acropora yaitu

Coral encrusting 0,2%, Coral foliose 9,8%, Coral massive 15,6%, Coral

mushroom 2,4%, Coral submassive 0,4%. Pada stasiun 2 ditemukan 5 jenis

karang kategori Non Acropora yaitu Coral branching 4,6%, Coral foliose 18,4%,

Coral massive 13,4%, Coral mushroom 2,2%, Coral submassive 5,6%. Pada

stasiun 3 juga ditemukan 5 jenis karang kategori Non Acropora yaitu Coral

branching 0,2%, Coral encrusting 2%, Coral foliose 4,4%, Coral massive 18,6%,

Coral submassive 0,8%.

Tabel 1.Persentase Jenis Terumbu Karang Hidup, Biotik dan Abiotik di Pulau

Beralas Pasir

Kategori Jenis Karang % per Stasiun

1 2 3

Acropora Acropora digitate (ACD) 1 0,4 -

Acropora submassive

(ACS)

2,6 - -

Non Acropora Coral branching (CB) - 4,6 0,2

Coral encrusting (CE) 0,2 - 2

Coral foliose (CF) 9,8 18,4 4,4

Coral massive (CM) 15,6

13,4

18,6

Coral mushroom (CMR) 2,4 2,2 -

Coral submassive (CS) 0,4 5,6 0,8

Karang Hidup 32 45 26

Fleshy Seaweed Algae assemblage (AA) 9,6 3 2,4

Coralline algae (CA) 10 0,4 0,6

Halimeda (HA) 13

10,8

2

Macroalgae (MA) 5,6 5,6 1,8

Other Anemone (ANM) 3 1,6 -

Bulu babi (BB) 0,2 - 10

Sand Sand (SN) - 1 -

Rubble Rubble (RB) 10,8

10,8

26,2

Page 10: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

10

Silt Silt (SIL) 3,8 6,4 4

Rock Rock (RCK) - 0,6 -

Dead Coral Deadcoral (DEC) 2,2 4,6 7,8

Dead Coral With

Algae

Deadcoralwithalgae

(DCWA)

9,8

10,6

19,2

Sumber: Data Primer, 2018

Biota-biota yang ada di stasiun pengamatan terdiri dari beberapa jenis disetiap

stasiun. Pada stasiun 1 terdapat Algae assemblage 9,6%, Coralline algae 10%,

Halimeda 13%, Macroalgae 5,6%, Anemone 3%, Bulu babi 0,2%. Pada stasiun 2

terdapat Algae assemblage 3%, Coralline algae 0,4%, Halimeda 10,8%,

Macroalgae 5,6%, Anemone1,6%. Pada stasiun 3 terdapat Algae assemblage

2,4%, Coralline algae 0,6%, Halimeda 2%, Macroalgae 1,8%, Bulu babi 10%.

Unsur abiotik pada stasiun pengamatan didominasi Rubble atau pecahan karang di

setiap stasiun, pasir dan batuan hanya ditemui di stasiun 2. Pada stasiun 1 terdapat

Rubble 10,8% dan Silt 3,8%. Pada stasiun 2 terdapat Sand 1%, Rubble 10,8%, Silt

6,4%, Rock 0,6%. Sedangkan pada stasiun 3 terdapat Rubble 26,2% dan Silt 4%.

Karang mati di stasiun 1 terdiri dari Dead coral 2,2% dan Dead coral with algae

9,8%. Pada stasiun 2 terdiri dari Dead coral 4,6% dan Dead coral with algae

10,6%. Sedangkan pada stasiun 3 terdiri dari Dead coral 7,8% dan Dead coral

with algae 19,2 %. Berdasarkan tingginya persentase jenis terumbu karang yang

ada di tabel 8 dapat dikatakan bahwa potensi tutupan komunitas karang yang ada

di pulau beralas pasir berada pada kategori yang hampir baik dan cocok untuk

dikembangkan dalam kegiatan snorkeling.

3.5 lifeform karang

Tabel 2. Identifikasi Lifeform karang di Pulau Beralas Pasir

Kategori Jenis Karang Stasiun

1 2 3

Acropora Acropora digitate (ACD) √ √ -

Acropora submassive

(ACS)

√ - -

Non Acropora Coral branching (CB) - √ √

Coral encrusting (CE) √ - √

Coral foliose (CF) √ √ √

Coral massive (CM) √ √ √

Coral mushroom (CMR) √ √ -

Page 11: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

11

Coral submassive (CS) √ √ √

Persentase Jumlah Karang Hidup 7 6 5

Sumber : Data Primer

Pada stasiun 1 ditemukan 2 jenis karang kategori Acropora yaitu Acropora

digitate1% dan Acropora submassive 2,6%, pada stasiun 2 ditemukan 1 jenis

karang yaitu Acropora digitate0,4%. Sedangkan pada stasiun 3 tidak ditemukan

jenis karang kategori Acropora. Pada Stasiun 1 ditemukan 7 jenis karang kategori

Non Acropora yaitu Coral encrusting 0,2%, Coral foliose 9,8%, Coral massive

15,6%, Coral mushroom 2,4%, Coral submassive 0,4%. Pada stasiun 2 ditemukan

6 jenis karang kategori Non Acropora yaitu Coral branching 4,6%, Coral foliose

18,4%, Coral massive 13,4%, Coral mushroom 2,2%, Coral submassive 5,6%.

Pada stasiun 3 juga ditemukan 5 jenis karang kategori Non Acropora yaitu Coral

branching 0,2%, Coral encrusting 2%, Coral foliose 4,4%, Coral massive 18,6%,

Coral submassive 0,8%.

3.6 jumlah jenis ikan karang

Tabel 3.Jenis Ikan Karang

No Jenis Ikan Karang Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Scaridae

1 Scarus ghobban √ √ √

2 Scarus longiceps √ √ √

3 Scarus schlegeli - √ -

4 Clhororus longiceps √ - -

Serranidae

5 Aethaloperca rogaa √ - -

Lutjanidae

6 Lutjanus carponotatus √ - √

Siganidae

7 Siganus magnificus √ - √

Acanthuridae

8 Ctenochaetus striatus √ √ √

9 Acanthurusgrammoptilus - √ -

Chaetodontidae

Page 12: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

12

10 Heniochus acuminatus - √ -

11 Chaetodonoctofasciatus - √ -

12 Chaetodon decussatus - - √

13 Coradion chrysozonus - - √

TOTAL 7 7 7

Sumber : Data Primer (2018)

Menurut Lumbantoruan (2017), Jumlah jenis ikan karang di Perairan Pulau

Beralas Pasir sebanyak 26 jenis ikan karang, dalam penelitian yang dilakukan

pada bulan Maret 2017. Penelitian dilakukan pada 3 Stasiun .Stasiun I ditemukan

17 jenis ikan karang.Stasiun II ditemukan 17 jenis ikan karang dan Stasiun III

ditemukan 7 jenis ikan karang. Disimpulkan bahwa hasil penelitian jenis ikan

karang yang dilakukan memiliki jumlah bobot 3 dengan skor 1 yaitu termasuk

dalam kategori Sesuai Bersyarat berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada

bulan maret 2018 jumlah jenis ikan karang termasuk dalam kategori Tidak sesuai

dikarenakan adanya perubahan Ekologi perairan.

3.7 Tingkat Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk Pengembangan

Wisata Snorkeling di Pulau beralas pasir

Stasiun 1.

No Parameter Nilai Bobot Skor N

1 Kecerahan (%) 100 5 3 15

2 Kedalaman (m) 4,17 1 2 2

3 Kec. Arus (cm/dtk) 24,65 1 2 2

4 Tutupan Karang (%) 32 5 1 5

5 Bentuk Pertumbuhan

Karang (Life-form) 7 3 1 3

6 Jenis Ikan Karang 7 3 1 3

ƩNi 30

Nmax 57

IKW 52,63%

Sumber : Data Primer

Tabel 13 menunjukkan pada stasiun 1 dapat dilihat bahwa nilai Indeks

Kesesuaian Wisata cukup sesuai dengan nilai 52,63%. Hasil ini dapat dikatakan

buruk dalam pengembangan terumbu karang.Nilai ini sangat dipengaruhi

Page 13: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

13

rendahnya nilai skor pada parameter bentuk pertumbuhan karang dengan skor 1,

dan jenis ikan karang dengan skor 1.Sementara skor pada parameter kecerahan

sangat tinggi dengan skor 3, kedalaman dengan skor 2, kecepatan arus dengan

skor 2, dan tutupan karang dengan skor 2.

Stasiun 2

No Parameter Nilai Bobot Skor N

1 Kecerahan (%) 100 5 3 15

2 Kedalaman (m) 4,5 1 2 2

3 Kec. Arus (cm/dtk) 2416 1 2 2

4 Tutupan Karang (%) 45 5 1 5

5 Bentuk Pertumbuhan

Karang (Life-form) 6 3 1 3

6 Jenis Ikan Karang 7 3 1 3

ƩNi 30

Nmax 57

IKW

52,63

%

Sumber : Data Primer

Tabel 14 menunjukkan nilai yang sama seperti pada stasiun 1 dengan nilai

Indeks Kesesuaian Wisata sebesar 52,63%. Nilai ini dikatakan buruk dipengaruhi

rendahnya nilai skor pada parameter bentuk pertumbuhan karang dengan skor 1,

dan jenis ikan karang dengan skor 1.Sementara nilai skor parameter lainnya

seperti kecerahan dengan skor 3, kedalaman dengan skor 2, kecepatan arus dengan

skor 2, dan tutupan karang dengan skor 2.

Stasiun 3.

No Parameter Nilai

Bobot

Skor N

1 Kecerahan (%) 100 5 3 15

2 Kedalaman (m) 4.83 1 2 2

3 Kec. Arus (cm/dtk) 36,01 1 2 2

4 Tutupan Karang (%) 26 5 1 5

Page 14: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

14

5 Bentuk Pertumbuhan

Karang (Life-form) 5 3 1 3

6 Jenis Ikan Karang 7 3 1 3

Ʃni 30

Nmax 57

IKW 52,63%

Sumber : Data Primer

Pada Tabel 15 dapat dilihat nilai yang sama seperti pada stasiun 1 dan

stasiun 2 dengan nilai indeks kesesuaian wisata sebesar 52,63%. Nilai ini

dikatakan buruk dipengaruhi rendahnya nilai skor pada parameter bentuk

pertumbuhan karang dengan skor 1, dan jenis ikan karang dengan skor

1.Sementara nilai skor parameter lainnya seperti kecerahan dengan skor 3,

kedalaman dengan skor 2, kecepatan arus dengan skor 2, dan tutupan karang

dengan skor 2. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesesuaian ekosistem

terumbu karang untuk pengembangan wisata snorkeling di pulau beralas pasir

cukup sesuai untuk dilakukan pengembangan wisata yang mana pada nilai

parameter bentuk pertumbuhan karang dan jenis ikan karang masing-masing

dengan skor 1. Sementara nilai skor pada keempat parameter lainnya yaitu

kecerahan dengan skor 3, kedalaman dengan skor 2, kecepatan arus dengan skor

2, dan tutupan karang dengan skor 2.Dengan demikian nilai indeks kesesuaian

wisata pada setiap stasiun di Pulau Beralas Pasir cukup sesuai untuk dilakukan

pengembangan wisata snorkeling berdasarkan komponen ekosistem terumbu

karang yang telah diukur.

3.8 Daya Dukung Perairan Pulau Beralas Pasir Untuk Wisata Snorkeling

Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan 2 hal yaitu kemampuan alam

untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia dan standar keaslian

sumberdaya alam (Indarjo, 2015).Analisis daya dukung digunakan untuk

menunjukkan pengembangan wisata snorkeling dengan memanfaatkan ekosistem

terumbu karang yang ada di Pulau Beralas Pasir. Hasil penelitian menunjukkan

daya dukung kawasan wisata snorkeling di Pulau Beralas Pasir maksimum 20

orang/hari dengan area pemanfaatan seluas 5.029 m2 pada stasiun 1, maksimum

21 orang/hari dengan area pemanfaatan seluas 5.141 m2 pada stasiun 2, dan

maksimum 20 orang/hari dengan area pemanfaatan 5.025 m2 pada stasiun 3.

Page 15: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

15

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Potensi yang ada di perairan Pulau Beralas Pasir cukup sesuai untuk

dijadikan tempat wisata snorkeling dengan kondisi kualitas perairan yaitu

kedalaman,keserahan perairan, kecepatan arus berada pada nilai yang baik

dan sesuai dengan habitat ekosistem terumbu karang sedangkan kondisi

terumbu karang yang ada di Pulau Beralas Pasir perlu untuk diperhatikan

terutama tutupan komunitas karang yang berada pada kategori sedang yaitu

berkisar 26-45%.

2. Berdasarkan tingkat kesesuaian ekosistem terumbu karang Pulau beralas

Pasir berpotensi menjadi kawasan pengembangan ekosistem terumbu karang

untuk kawasan wisata snorkeling dengan nilai indeks kesesuaian kawasan

setiap stasiun adalah 61,40%. Nilai indeks kesesuaian kawasan yang

didapatkan menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang memerlukan

pengembangan, sedangkan daya dukung kawasan maksimum 21 orang/hari

dengan area pemanfaatan 5,141 m2 dan mendapatkan respon yang baik dari

presepsi masyarakat, pengunjung, dan pemerintah. Sehingga bisa dijadikan

lokasi wisata snorkeling.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Febrianti Lestari, S.Si,

M.Si.selaku pembimbing utama. Dedy Kurniawan, S.Pi., M.Si. selaku

pembimbing pendamping. Winny Retna Melani, SP, M.Sc. selaku kutua penguji

dan Chandra Joei Koenawan, S.Pi., M.Si. selaku anggota penguji.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, D. 2016. Pengembangan Wisata Bahari di Pesisir Pantai Teluk

Lampung.DestinasiKepariwisataan Indonesia. 1 (1) : 21-65

Badan Informasi Geospasial. 2015. Data dan Informasi Geospasial untuk

Mendukung Industri Bahari. Bogor

COREMAP, LIPI, CRITIC. 2006.Manual Monitoring Kesehatan Karang (Reef

Health Monitoring). Tim Riset – Monitoring, Jakarta.

CRITC-COREMAP II-LIPI. 2009. Monitoring Terumbu Karang Bintan (Bintan

Timur dan Pulau-Pulau Numbing). CRITC-COREMAP II Kabupaten Bintan.

Page 16: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

16

Fachrurrozie, A., Patria, P. M., Widiarti, R. 2012. Pengaruh Perbedaan Intensitas

Cahaya Terhadap Kelimpahan Zooxanthella pada Karang Bercabang (Marga:

Acropora) di PerairanPulau Pari Kepulauan Seribu. Akuatika. 3(2) : 115-124

Febrizal., Damar, A., Zamani, P. N. 2009. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di

PerairanKabupaten Bintan dan Alternatif Pengelolaanya.Ilmu-Ilmu Perairan

dan Perikanan Indonesia.16(2) : 167-175

Ilyas, S. I., Astuty, S., Harahap, A. S., Purba, P. N. 2017. Keanekaragaman Ikan

Karang Target Kaitannya dengan Keanekaragaman Bentuk Pertumbuhan

Karang Pada Zona Inti di Taman Wisata Perairan Kepulauan Anambas.

Perikanan dan Kelautan . 8( 2) : 103-111

Ikhsan., Syahrival, B. 2014. Willingness to Pay Masyarakat Untuk Melindungi

Terumbu Karang di Pulau Weh.Kebangsaan. 3(5) : 10-47

Indarjo, A. 2015.Kesesuaian Ekowisata Snorkeling di Perairan Pulau Panjang

Jepara Jawa Tengah. Harpodon Borneo. 8(1) : 1-6

Irawan, B. A. 2013. Valuasi Daya Dukung Fungsi Lindungdi Pulau Bintan

Propinsi Kepulauan Riau.Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. 5(1) : 48-

65

Kubelaborbir, M. T. 2015. Kondisi Eksisting Ekosistem Terumbu Karang di

Perairan Dok II Kota Jayapura Provinsi Papua.Fisheries Development. 2(3) :

39- 44

Page 17: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

17

Lumbantoruan, H. L . 2017.Kesesuaian dan Daya Dukung Sumberdaya Terumbu

Karang untukPengembangan Wisata Terumbu Karang di Pulau Beralas Pasir

Desa Teluk Bakau KabupatenBintan.Skripsi.Universitas Maritim Raja Ali

Haji.Tanjungpinang.

Muhlis. 2011. Ekosistem Terumbu Karang dan Kondisi Oseanografi Perairan

Kawasan WisataBahari Lombok.Hayati. 16(1) : 111-118

Muqsit,A., Purnama, D., Taalidin, Z. 2016. Struktur Komunitas Terumbu Karang

di Pulau Dua Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara.Enggano. 1(1) :

75-87

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa.

Jakarta.

Prameliasari, A, T. Rr., Munasik., Wijayanti, P. D. 2012. Pengaruh Perbedaan

Ukuran Fragmendan Metode Transplantasi Terhadap Pertumbuhan Karang

Pocillopora damicornis di Teluk Awur Jepara.Marine Research. 1(1) :159-168

Rembet, N.U. 2012.Simbiosis Zooxanthellae dan Karang Sebagai Indikator

Kualitas Ekosistem Terumbu Karang. Ilmiah Platax. 1(1) : 8-44

Rondonuwu, B. A. 2014. Ikan Karang di Wilayah Terumbu Karang Kecamatan

Maba KabupatenHalmahera Timur Provinsi Maluku Utara. Ilmiah Platax. 2(1)

: 1-7

Page 18: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

18

Ruswahyuni., Purnomo, W. P. 2009. Kondisi Terumbu Karang di Kepulauan

Seribu dalamKaitan dengan Gradasi Kualitas Perairan.Ilmiah Perikanan dan

Kelautan. 1(1) : 9-101

Salsabiela, M., Anggoro, S., Purnaweni, H. 2014.Kajian Keefektifan Pengelolaan

Terumbu Karang di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu. Saintek Perikanan.

10(1) : 13-18

Suharti, S.2005. Ekologi Ikan Karang. Gramedia Pustaka. Jakarta

Thovyan, I. A., Sabariah, V., Parenden, D. 2017.Persentase Tutupan Terumbu

Karang di Perairan Pasir Putih Kabupaten Manokwari.Sumberdaya Akuatik

Indopasifik. 1(1) : 14-79

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Pesisir Berbasis Konservasi.Makalah Seminar Sains.Manajemen Sumberdaya

Perairan Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Yuliani, W., S, Ali. M. Saputri, M. 2016. Pengelolaan Ekosistem Terumbu

Karang OlehMasyarakat di Kawasan Lhokseudu Kecamatan Leupung

Kabupaten Aceh Besar.IlmiahMahasiswa Pendidikan Biologi. 1(1) : 1-9

Zulfikar., Wardiatno, Y., Setyobudiandi, I. 2011. Kesesuaian dan Daya Dukung

Ekosistem TerumbuKarang Sebagai Kawasan Wisata Selam dan Snorkelingdi

Tuapejat KabupatenKepulauan Mentawai. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan

Indonesia. 17(1) : 195-203

Page 19: Analisis Kesesuaian Ekosistem Terumbu Karang Untuk ...repository.umrah.ac.id/1363/1/ready jurnal univ.pdf · pensil, harddisk eksternal ... Kemudian pelampung diletakkan pada

19

Profil Singkat (Optional)

Profil singkat penulis dilengkapi dengan nomor dan URL ID-orcid, ID-scopus,

dan atau research-ID, URL Google Scholer dan maupun identitas lainnya.