hasil perbaikan terbaru

Upload: sharumy-azzuhara

Post on 14-Jul-2015

108 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dysmenorrhoe. Dysmenorrhoe merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Menstruasi menyebabkan gangguan psikologis atau fisik. Sesungguhnya mereka mungkin menderita berbagai subtipe ketegangan sindrom premenstruasi. Perubahan suasana hati yang paling banyak dirasakan oleh wanita pada masa sebelum menstruasi tersebut datang dan mereda saat menstruasi tiba. Gejala fisik yang nampak misalnya kenaikan berat badan, buah dada yang nyeri, sakit kepala, migrain, pegal, nyeri, gangguan pada kulit serta nafsu makan yang berlebihan. Gejala psikologis yang muncul misalnya ketegangan, rasa cepat marah, depresi, kelesuan, dan berkurangnya daya konsentrasi (Indriastuti, 2009). Adapun angka kejadian dysmenorrhoe ini juga sangat besar terjadi seperti, di negara Amerika wanita yang mengalami dysmenorrhoe berkisar dari 30-50% yang terjadi pasca wanita usia reproduksi, 10-15% diantaranya terpaksa harus kehilanhgan pekerjaannya. Hampir 2/3 remaja post menarche di Amerika Serikat mengalami nyeri haid dan lebih dari 10% dari mereka tidak bisa masuk sekolah, menempatkan dysmenorrhoe sebagai penyebab utama absensi jangka

1

pendek pada remaja wanita. Klient dan Litt melaporkan sekitar 14% remaja yang mengalami menstruasi harus absen dari sekolah karena dysmenorrhoe berkisar antara 34 50% (Coco, 2003). Di Indonesia angka kejadian dysmenorrhoe sebesar 64.25% yang terdiri dari 54,89% dysmenorrhoe primer dan 9,36% dysmenorrhoe sekunder (

http://info sehatherbal.blogspot.com/2008 0401 archive.htm ). Remaja yang mengalami dysmenorrhoe pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dysmenorrhoe (Hacker N and Moore G, 2001). Selain dari dampak diatas, konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan semua itu dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing. Dengan demikian kegelisahan, perasaan tidak gembira atau juga perasaan tertekan semua itu bukanlah hal yang tidak biasa. Oleh karena itu pada usia remaja dysmenorrhoe harus ditangani agar tidak terjadi dampak seperti hal- hal yang diatas (Knight, 2006). Hasil penelitian Ari Fatmawati tahun 2008 tentang kejadian disminorhoe dengan prestasi belajar menunjukan bahwa nilai siswi menurun pada kategori dysmenorrhoe 6 (68,4%), mempunyai persentase lebih tinggi daripada kategori dysmenorrhoe < 6 (51,6%), dengan beda persentase sebesar (16,8%). Perbedaan tersebut secara statistik mendekati signifikan (p = 0,059). Kesimpulannya terdapat hubungan yang signifikan kejadian disminorhoe terhadap prestasi belajar sisiwi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 19 Desember 201, menurut pencatatan dari guru bimbingan konseling dari bulan Januari Desember terdapat 63 siswi yang mengalami nyeri haid dan harus

2

beristirahat di ruang UKS dan setelah mewawancarai 10 sisiwi kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang, terdapat 4 siswi diantaranya seringkali izin untuk tidak mengikuti proses belajar setiap bulannya karena mengalami dysmenorrhoe. Sedangkan 6 siswi lain yang mengalami dysmenorrhoe tetap mengikuti proses pelajaran di sekolah namun tidak dapat berkonsentrasi karena gejala yang dirasakan. Upaya penanganan dysmenorrhoe yang dilakukan oleh siswi adalah mengoleskan minyak kayu putih pada daerah nyeri, tiduran, minum obat pengurang rasa sakit dan sebagian lagi hanya membiarkan gejala tersebut karena terbatasnya informasi tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang menstruasi dan permasalahannya, yaitu dysmenorrhoe. Berdasarkan fenomena dan data diatas maka penulis tertarik ingin mengetahui sejauh mana Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Dysmenorrhoe terhadap Hasil Belajar Siswi Kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang Tahun 2011. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas , maka dapata dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dysmenorrhoe Terhadap Hasil Belajar Siswi Kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang tahun 2011. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan tentang dysmenorrhoe terhadap hasil belajar siswi kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang tahun 2011. 1.3.2 Tujuan Khusus

3

1.3.2.1 Diketahuinya distribusi frekuansi hasil belajar siswi kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang tahun 2011 1.3.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan sisiwi tentang dysmenorrhoe kelas VIII MtSn Parak Laweh Padang tahun 2011 1.3.2.3 Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan tentang dysmenorrhoe terhadap hasil belajar siswi kelas VIII MtSn Parak Laweh Padang tahun 2011 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Penulis Diharapakan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama

pendidikan serta menambah wawasan penulis mengenai hubunhan tingkat pengetahuan tentang dysmenorrhoe terhadap hasil belajar siswi kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang tahun 2011. 1.4.2 Bagi Guru BK atau Mata Pelajaran Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi informasi bagi guru BK atau guru mata pelajaran mengenai tingkat pengetahuan remaja, khususnya siswi MTsN kelas VIII Parak Laweh Padang tentang dysmenorrhoe dalam rangka mempersiapkan remaja yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah referensi dan masukan bagi institusi pendidinykan sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya 1.5 Ruang Lingkup Penelitan

4

Penelitian ini bersifat analitik yang dilaksanakan di MTsN Parak Laweh Padang dengan subjek penelitian siswi-siswi kelas VIII. Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan tentang dysmenorrhoe terhadap hasil belaja sisiwi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2011. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII yang berjumlah 130 orang. Teknik pengambilan data adalah simple random sampling dengan jumlah sampel 57 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket ke tiap tiap lokal yang nantinya akan diisi oleh siswi yang sebelumnya cara pengisian telah disampaikan oleh peneliti. Data diolah secara komputerisasi dan dianalisis secara univariat dan bivariat.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dysmenorrhoe 2.1.1 Defenisi Dysmenorrhoe berasal dari bahasaa Yunani, yaitu dys, yang berarti susah, nyeri abnormal, meno, berarti bulan dan rea, berarti aliran. Jadi dysmenorrhoe didefenisikan sebagai menstruasi yang sulit atau haid yang nyeri (Alzubaidin, 2003). Dysmenorrhoe merupakan rasa sakit yang dirasakan pada waktu pertama maupun sepanjang siklus haid yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari (Manuaba, 2001). Menurut Elizabeth Owen (2005:22) dysmenorrhoe terbagi 2 yaitu dysmenorrhoe primer dan dysmenorrhoe sekunder. Dysmenorrhoe primer yaitu menstruasi yang disertai dengan rasa sakityang dialami dalam masa tiga tahun sejak awal menstruasi dan tidak ada penyakit tertentu yang menjadi penyebabnya. Dysmenorrhoe sekunder, yaitu jika ia disebabkan oleh symptom penyakit gynecilogy seperti endometriosis atau fibroid. 2.1.2 Penyebab Dysmenorrhoe Sampai sekarang gejala tersebut belum dapat ditemukan penyebabnya namun disini penyebabnya adalah aliran darah yang tidak lancar sehingga menimbulkan kekakuan pada otot rahim, atau kurangnya vitamin, atau meningkatnya jumlah hormon dan rendahnya kadar gula. Berdasarkan jenis nyerinya, disminorhoe dibagi menjadi : 2.1.2.1 Disminorhoe Spasmodik

6

Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodik merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang menderita

dysmenorrhoe jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi dijumpai pula kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya (Mansjoer, 2001). 2.1.2.1 Dismenorea Kongestif Dysmenorrhoe kongestif yaitu nyeri haid yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum datangnya haid. Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan muncul memar di paha dan lengan atas. Gejala tersebut berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua minggu sebelum datangnya menstruasi. Berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat diamati, dysmenorrhoe dapat dibagi menjadi: 1. Dysmenorrhoe Primer Dysmenorrhoe primer yaitu nyeri haid yang timbul tanpa ada sebab yang dapat diketahui. Dismenorea primer terjadi sejak usia pertama kali datangnya haid yang disebabkan oleh faktor intrisik uterus dan berhubungan erat dengan ketidak seimbangan hormon steroid seks ovarium, yaitu karena produksi hormon prostaglandin yang berlebih pada fase sekresi yang menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos endometrium (Badziad, 2003). 2. Dysmenorrhoe sekunder

7

Dysmenorrhoe sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ genetalia dalam rongga pelvis. Dysmenorrhoe ini disebut juga sebagai dysmenorrhoe organik, kelainan ini dapat timbul setiap saat dalam perjalanan hidup wanita, contohnya pada wanita dengan endometriosis atau penyakit peradangan pelvik, penggunaan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, dan tumor atau polip yang berada di dalam rahim. Nyeri terasa dua hari atau lebih sebelum menstruasi dan nyeri semakin bertambah hebat pada akhir menstruasi (Llewellyn, 2001). 2.1.3 Derajat dismenorea Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu : 2.1.3.1 Dismenorea ringan Dysmenorrhoe yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat melaksankan aktifitas sehari-hari. 2.1.3.2 Dismenorea sedang Dysmenorrhoe ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri dan kondisi penderita masih dapat beraktivitas. 2.1.3.3 Dismenorea berat Dysmenorrhoe berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut (Manuaba, 1999).

8

2.3.3 Tanda dan Gejala Disminorea Nyeri pada perut bagian bawah yang biasa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dinyataakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 25 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dysmenorrhoe juga sering disertai oleh sakit kepala., mual, sambelit atau diare dan sering berkemih, kadang sampai terjadi muntah (http://www.blokdokter.net/2007/03/09/disminorea-nyeri-haid ). 2.3.4 Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Timbulnya Dysmenorrhoe Pada sebagian wanita yang mempunyai faktor resiko, hal ini dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhoe. Harlow (1996), menyebutkan beerapa faktor resiko tersebut, yaitu : 2.3.4.1 Usia menarche yang cepat 2.3.4.2 Periode haid yang lama 2.3.4.3 Aliran menstruasi yang hebat 2.3.4.4 Merokok 2.3.4.5 Riwayat keluarga dysmenorrhoe Condrad S.A (2000) melaporkan bahwa riwayat keluarga yang juga mengalami dysmenorrhoe merupakan faktor resiko meningkatnya kejadian ini. Faktor keawaman dan kurangya pengetahuan terhadap proses haid, juga disebut sebagai faktor yang ikut mempengaruhi timbulnya dysmenorrhoe primer. Faktor tersebut dapat menurunkan ambang nyeri, sehingga nyeri yang ringan disalah artikan dengan nyeri yang hebat (Bazaid, 1993). Sementara itu Wynn (1979) mengemukakan bahwa faktor kurangnya pengetahuan dan kesiapan untuk

9

menghadapi menarche dan feminitas dapat memudahkan timbulnya dysmenorrhoe dalam penelitian lain, Cincinnati (2003) menyebutkan bahwa wanita dengan kondisi dibawah ini beresiko mengalami dysmenorrhoe, yaitu :

2.3.5 Penatalaksanaan Disminorhoe Menurut Prawirohardjo (2008 : 231) penataksanaan dysmenorrhoe yaitu dengan cara : 2.3.5.1 Penerangan dan Nasehat Jelaskan pada penderita bahwa dysmenorrhoe adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. 2.3.5.2 Pemberian Obat Analgesik Dewasa ini banyak beredar obat obatan analgesik yang diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyeri berat, perlu istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bagian bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah aspirin dan fenasetin. Sedangkan obat obat paten beredar adalah novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya. 2.3.5.3 Terapi Hormonal Terpi hormonal bertujuan untuk menekan ovulasi. Sifatnya sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar benar dysmenorrhoe primer atau memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan selama haid tanpa gangguan. Ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

10

2.3.5.4 Terapi dengan Obat non-steroid anti prostaglandin Memegang peranan penting terhadap disminorea primer dengan

memberikan indometasin, ibuprofen dan naproken, sekitar 70% penderita dapat disembuhkan tapi hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1-3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid. 2.3.5.5 Dilataalis Kanalis Servikalis Dapat memberikan keringanan karena memudahkan keluarnya darah haid dan prostaglandin didalamnya. Neurotomi prakarsal ( pemotongan urat syaraf sensorik antara uterus dan susunan syarat pusat ) ditambah dengan Neurektomi ovarial ( pomotongan urat sensorik yang ada di ligamentum infudibulum ) merupaklan tindakan terakhir, bila usaha lain gagal. 2.2 Konsep Belajar 2.2.1 Defenisi Belajar Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkahlaku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Dalam dunia pendidikan belajar merupakan hal yang sangat penting, karena menyangkut proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar pihak yang secara langsung adalah siswa dan guru. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru berfungsi sebagai pengajar, sedangkan siswa sebagai individu yang dituntut selalu belajar untuk memperoleh prestasi belajar yang baik (Hamalik, 2001;37-39).

11

Menurut Harlow (1985) bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam peryataan ringkasnya bahwa belajar adalah a process of progressive behavior adaption Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Bertolak dari defenisi yang telah diuraikan tadi. Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan seluruh perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif ( Ahmad Abu, 2004). Kegiatan belajar sangat diperlukan, mengingat semakin banyaknya dan semakin tinggi taraf perkembangan masyarakat, semakin tinggi dan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi, semakin panjang masa belajar, semakin panjang masa belajar yang harus ditempuh sebelum anak bisa bekerja dan hidup dengan wajar di masyarakat. Setiap jenjang pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi bahkan sampai Prasarjana disediakan untuk menyiapkan anak agar anak mampu memenuhi tuntutan tersebut (Ahmad Abu, 2004). Ada dua pendekatan dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah, yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan yang menekankan proses belajar (Ahmad Abu, 2004).

12

2.2.2 Sasaran Belajar Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik segi fisik maupun psikologis. Dalam proses belajar di sekolah sasaran belajar ini sering dirumuskan dalam bentuk tujuan pelajaran dan tujuan intruksional. Tujuan tujuan pembelajaran ini merupakan penjabaran dari tujuan yang lebih luas yaitu tujuan kurikuler, yang juga merupakan penjabaran dari tujuan institusional atau tujuan suatu lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional menggambarkan kepribadian ideal seseorang warga negara Indonesia yang berdasarkan TAP MPR no II tahun 1998 (Syukmadinata Syaodih, 2003 ). 2.2.3 Kegiatan Belajar Menurut Chaplin, kegiatan belajar merupakan perubahan prilaku kognitif , efektif dan psikomotor yang terjadi didalam diri siswa (Muhibbin, 2003:145). 2.2.4 Bentuk-bentuk kegiatan belajar Bentuk kegiatan belajar mengajar yang digunakan juga berkaitan erat dengan teori belajar yang digunakan. Kegiatan belajar mengajar yang berpegang pada teori behaviorisme berbeda dengan teori naturalistic-Romantis, berbeda pula dengan teori kognitif Gestalt ( Sukmadinata, 2003). David P. Ausebel dan Floyd G. Robinson (1969) mengemukakan empat bentuk proses cara mengajar, yaitu : belajar menemukan, belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajara menemukan atau belajar discaveri dan belajar

13

menerima, pengertiannnya hampir pendeatakatan hasil. 2.2.5 Hasil Belajar

sejalan yaitu pendekatan proses dan

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang melalui penilaian terhadap keberhasilan dan usaha yang maksimal dalam suatu pembelajaran (Prawito, 2001). Dalam dunia pendidikan banyak pendapat yang berbeda tentang pengukuran hasil belajar. Prestasi dalam pendidikan adalah anak yang memiliki tingkat kemamapuan belajar diatas rata-rata kelas. Kecerdasan dapat

meningkatakan prestasi belajar dengan baik dan berprestasi dalam kelas. Prestasi merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui penilaian terhadap keberhasilan dalam suatu pelajaran. Peneilaian prestasi belajar bertujuan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan tentang hasil belajar. Prilaku anak terhadap prestasi sekolahnya tergantung pada harapan dan pandangan orang tua terhadap pentingnya nilai pendidikan. Bagi anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengutamakan pendidikan sekolah, prestasi belajarnya tidak begitu berarti. Anak tersebut tidak peduli apakah angka raportnya baik, sedang ataupun buruk. Rasa banggga atau malu yang berhubungan dengan prestasi itu sedikit sekali. Dan sebaiknya bagi keluarga yang mementingkan pendidikan sekolah, prestasi belajar anak erat sekali hubungannya dengan pembinaan konsep dirinya. Kebanggaan yang diperlihatkan oleh orang tua tentang mempunyai anak pintar menjadi kebanggan bagi anak itu sendiri dan kekecewaan atau keamarahan orang tua atas kegagalan dalam memenuhi harapan mereka (Notoadmojo,2003).

14

2.2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar 1. Faktor intern Faaktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan dalam faktor intern yaitu kecerdasan atau intelegensi, bakat, minat, motivasi dan sakit. a. Kecerdasan atau intelegensi Kecerdasan adalah kemempuan belajar diserai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai denagan tingkat perkembangan sebaya. Adalakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuankemajuan berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak diusia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak bisa diabaikan dalam kegiatan belajar-mengajar. Menurut Kartono (2005) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal maka secara potensial ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. b. Bakat

15

Bakat adalah kemempuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2006) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. c. Minat Minat yaitu kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa sayang. Menurut Winkle (2006) minat adalah kecendrungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. Selanjutanya Slameto (2005) mengemukakan bahwa minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatiakan dan mengenang bebrapa kegiatan-kegiatan yang diminati terus disertai dengan rasa sayang. d. Motivasi Nasution (2005) mengatakan motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang anak untiuk melakukan sesuatu. Sedangkan Sardiman (2002:77) mengatakan bahwa motivasi adalah seseorang diperhatikan

menggerakan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.

16

e. Sakit Sakit yaitu kelemahan fisik sehingga syaraf sensorik dan motoriknya rasangan yang diterima mealaui inderanya tidak dapat diteruskan keotak. Kondisi umum jasmani dan otak menandai tingkat kebugaran organ tubuh, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. 2. Faktor Eksterm Faktor eksterm adalah fakto-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya diluar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini umumnya bersifat positif dan tidak memberikan

paksaan kepada individu. Menurut Slameto (2005) faktor eksterm yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyaraka. a. Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkunga terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto (2005) bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Dalam hal ini Hasibullah (2004) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam

17

keluarga inilah anak pertama-tama mendapat pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagia peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup agama. b. Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan kurang baik antara guru dengan siswa dapat

mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono (2005) mengemukakan guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. c. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebayanya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran besar kemungkinan anakpun bisa terpengaruh pula.

18

Dengan demikian lingkungan dapat membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasan lingkungannya. Oleh karena itu, bila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh yang besar terhadap dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana mestinya (Katono,2005).

2.3 Konsep Pengetahuan

2.3.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba ( Notoatmodjo, 2007 :143 ) Tingkat pengetahuan ada enam, yaitu : 2.3.1.1 Tahu ( know ) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. 2.3.1.2 Memahami ( comprehensif )

19

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan objek tersebut secara benar. 2.3.1.3 Aplikasi ( aplication ) Aplikasi diartikan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real. 2.3.1.4 Analisis ( analysis ) Diartiakan sebagai kemampuan untuk menjab arkan suatu materi atau objek kedalm komponen komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan antara satu sama lainya. 2.3.1.5 Sintesis ( Sintesis ) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakka dan menghubungkan bagian bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru. 2.3.1.6 Evaluasi ( Evaluation ) Diartikan sebagai kkemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap materi atau suatu objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner yaitu menyatakan tentang isi materi yang diikuti dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atu kita ukur dapat disesuaikan dengan tingklatan diatas yaitu sampai tingkat memahami.

20

Data terdiri atas data yang bersifat kuala\itatif dan kuantitatif. Terhadap data yang bersifat kualitatif maka pengetahuan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat oleh peneliti, jadi tingkat pengetahuan bardasarkan kriteria atau standar yang ditentukan adalah sebagai berikut : Tinggi bila skor mean Rendah bila skor mean ( Arikunto, 2002 ) 2.4 Penelitian Terkait Klient dan Litt melaporakan sekitar 14% remaja putri yang mengalami menstruasi harus absen dari sekolah karena dysmenorrhoe (Alzubaidi, 2003). Angka yang lebih besar didapatkan rata-rata absensi sekolah akibat dysmenorrhoe berkisar antara 34-50% (Coco, 2003). Hasil penelitian Ari Fatmawati tahun 2008 tentang kejadian disminorhoe dengan prestasi belajar menunjukan bahwa nilai siswi menurun pada kategori dysmenorrhoe 6 (68,4%), mempunyai persentase lebih tinggi daripada kategori dysmenorrhoe < 6 (51,6%), dengan beda persentase sebesar (16,8%). Perbedaan tersebut secara statistik mendekati signifikan (p = 0,059). Kesimpulannya terdapat hubungan yang signifikan kejadian disminorhoe terhadap prestasi belajar sisiwi. 2.5 Kerangka Teori

21

Menurut Mudzakir Sutrisno (1997) hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (faktor intern) yang meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan sakit serta faktor yang bersumber dari luar diri siswa (faaktor eksterm) yang meliputi lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Secara garis besar kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor Internal Kecerdasan/Intelegensi Bakat Minat Motivasi Hasil Belajar

y y y y

o Sakit (Dysmenorrhoe)

Faktor Eksternal y y y Lingkungan keluarga Lingkungan sekolah Lingkungan masyarakat

Keterangan : o : variabel yang tidak y : variabel yang tidak diteliti Gambar 2.5 Kerangka teori Mudzakir Sutrisno (1997) tentang faaktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswi

22

2.6 Kerangka Konsep Berdasarkan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar siswi, penulis mengembangkan kerangka konsep yang menjadi pedoman alam analisi. Analisis variabel dalam penelitian ini, sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar, sedangkan sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang dysmenorrhoe. Kerangka pemikiran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : Variabel Independen variabel dependen

Tingkat Pengetahuan tentang Dysmenorrhoe

Hasil Belajar

2.7 Defenisi Operasional

Variabel

Defenisi Operasional

Alat Ukur Angket

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

Tingkat Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami siswi

Kuesioner

Tinggi mean

Ordinal

Ringan mean

23

tentang dysmenorrh oe Hasil Belajar Adalah hasil belajar yang diperoleh melalui penilaian atau evaluasi terhadap keberhasila n dalam suatu pelajaran Kurang bila ratarata < 7 Nilai semester terakhir Observasi terhadap nilai ratarata Baik bila nilai ratarata 7 Ordinal

2.8 Hipotesa Ha : ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang dysmenorrhoe terhadap hasil belajar siswi kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang tahun 2011.

24

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dimana tujuannya untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang disminorhoe terhadap hasil belajar siswi kelas VIII MTsN Parak Laweh tahun 2011. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional yang mempelajari hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan cara mengamati satus kedua variabel tersebut pada individu-individu dari populasi pada waktu yang sama. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang yang akan direncanakan pada bulan April-Juni 2012. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang diteliti (Notoatmojo, 2003). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi dikelas VII MTsN Parak Laweh Padang tahun 2011 yang berjumlah 130 orang. 3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggapa mewakili populasi (Notoadmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini

25

adalah simple random sampling yaitu siswi kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang tahun 2011. Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut : n =

Ket n d n

: : : =

Besar populasi Besar Sampel Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)

=

= 2.4

57 sampel

Cara Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer Data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner siswi kelas VIII MTsN Parak Laweh Padang tahun 2011 yang meliputi kejadian dysmenorrhoe. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh dari raport penilaian hasil belajar siswi yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa.

26

3.5 Teknik Pengolahan Data 3.5.1 Pemeriksaan Data (Editing) Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan data yang telah dimasukan ke master tabel, apakah ada data yang kosong atau data yang salah. 3.5.2 Pemberian Kode (Coding) Coding merupakan kegiatan pemberian kode data yang terkumpul 3.5.3 Memasukan Data ( Entry) Entry yaitu proses memasukan data. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memindahkan dari format pengumpulan data ke master tabel yang telah disiapkan dengan menggunakan komputer. 3.5.4 Membersihkan (Cleaning) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau tidak. 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Analisis univariat Dilakuikan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen dan dependen yaitu tingkat pengetahuan tentang disminorhoe dan hasil belajar. Dengan menggunakan rumus :

27

P=

x 100%

Ket : P F N : Presentasi responden : Frekuensi atau jumlah jawaban responden : Jumlah responden (Haryono, Sunanto Priyo, 2001: 114) Maka dari rumus diatas dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu ; Variabel tingkat pengetahuan Berat Ringan Variabel hasil belajar Baik Kurang : apabila nilai rata-rata 7 : apabila rata-rata < 7 : jika < median : jika medianhasil belajar

3.6.2 Analisis Bivariat Untuk melihat hubungan antra variabel independen dan variabel dependen yaitu hubungan tingkat pengetahuan tentang disminorhoe terhadap hasil belajar denagn menggunakan uji statistik Chi Square. Apabila nilai E besar dari 5 maka dapat dipergunakan rumus :

28

X2

=

df Ket : X2 O E k b

= (k-1) (b-1)

: Chi Square : Hasil observasi : Jumlah total : Nilai ekspektasi : Jumlah kolom : Jumlah baris

Apabila dalam tabel terdapat nilai E yang kurang dari 5, maka digunakan uji X2 yang sudah dikorelasi (Yate Corected) dengan rumus : X2

=

(Haryono, Sunanto Priyo, 2001 :115) Mengambil kesimpulan dengan cara : H0 ditolak jika X2 hitung X2 tabel berarti ada hubungan yang bermakna. H0 diterima jika X2 hitung < X2 tabel berarti tidak ada hubungan yang bermakna (Airawan, 1998)

29