hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · banyak terdapat di air tawar yang mengandung banyak...

12
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian tentang identifikasi bakteri dan cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan ikan patin (Pangasius sp.) dengan menggunakan sepuluh sampel ikan patin, jenisjenis bakteri dan cacing parasitik yang ditemukan adalah : Tabel 1 Hasil Identifikasi Cacing Parasitik dan Bakteri pada Ikan Patin Ikan Cacing (Jumlah) Bakteri Insang Saluran Pencernaan Insang Saluran Pencernaan 1 Dactylogyrus sp. (19) Pseudodactylogyrus sp. (8) - Aeromonas sp. Aeromonas sp. Escherichia coli 2 Dactylogyrus sp. (24) Pseudodactylogyrus sp. (32) - Staphylococcus epidermidis Aeromonas sp. Staphylococcus epidermidis 3 Dactylogyrus sp. (9) Pseudodactylogyrus sp. (12) - Aeromonas sp. Aeromonas sp. 4 Dactylogyrus sp. (29) Pseudodactylogyrus sp. (13) - Staphylococcus epidermidis Staphylococcus epidermidis 5 Dactylogyrus sp. (38) Pseudodactylogyrus sp. (18) - Streptococcus sp. Staphylococcus epidermidis Aeromonas sp. 6 Dactylogyrus sp. (9) Pseudodactylogyrus sp. (11) - Streptococcus sp. Aeromonas sp. 7 Dactylogyrus sp. (17) Pseudodactylogyrus sp. (8) - Aeromonas sp. Bacillus sp. Aeromonas sp. 8 Dactylogyrus sp.(9) Pseudodactylogyrus sp. (5) - Aeromonas sp. Vibrio cholerae Streptococcus sp. 9 Dactylogyrus sp. (10) Pseudodactylogyrus sp. (4) - Aeromonas sp. Edwardsiella tarda Edwardsiella tarda 10 Dactylogyrus sp. (15) Pseudodactylogyrus sp. (16) - Aeromonas sp. Escherichia coli Bakteri Pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin Edwardsiella tarda Gambar 17 Pewarnaan Gram Edwardsiella Tarda pada Insang Ikan Patin.

Upload: doxuyen

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian tentang identifikasi

bakteri dan cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan ikan patin

(Pangasius sp.) dengan menggunakan sepuluh sampel ikan patin, jenis–jenis

bakteri dan cacing parasitik yang ditemukan adalah :

Tabel 1 Hasil Identifikasi Cacing Parasitik dan Bakteri pada Ikan Patin

Ikan Cacing (Jumlah) Bakteri

Insang Saluran

Pencernaan

Insang Saluran Pencernaan

1 Dactylogyrus sp. (19)

Pseudodactylogyrus sp. (8) - Aeromonas sp. Aeromonas sp.

Escherichia coli

2 Dactylogyrus sp. (24)

Pseudodactylogyrus sp. (32) - Staphylococcus epidermidis

Aeromonas sp.

Staphylococcus

epidermidis

3 Dactylogyrus sp. (9)

Pseudodactylogyrus sp. (12) - Aeromonas sp.

Aeromonas sp.

4 Dactylogyrus sp. (29)

Pseudodactylogyrus sp. (13) - Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus

epidermidis

5 Dactylogyrus sp. (38)

Pseudodactylogyrus sp. (18) - Streptococcus sp. Staphylococcus

epidermidis

Aeromonas sp.

6 Dactylogyrus sp. (9)

Pseudodactylogyrus sp. (11) - Streptococcus sp.

Aeromonas sp.

7 Dactylogyrus sp. (17)

Pseudodactylogyrus sp. (8) - Aeromonas sp.

Bacillus sp.

Aeromonas sp.

8 Dactylogyrus sp.(9)

Pseudodactylogyrus sp. (5) - Aeromonas sp.

Vibrio cholerae

Streptococcus sp.

9 Dactylogyrus sp. (10)

Pseudodactylogyrus sp. (4) - Aeromonas sp.

Edwardsiella tarda

Edwardsiella tarda

10 Dactylogyrus sp. (15)

Pseudodactylogyrus sp. (16) - Aeromonas sp.

Escherichia coli

Bakteri Pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin

Edwardsiella tarda

Gambar 17 Pewarnaan Gram Edwardsiella Tarda pada Insang Ikan Patin.

27

Koloni bakteri yang tumbuh terpisah diamati kemudian diisolasi dan

dilakukan serangkaian uji dan pengamatan sesuai dengan karakter Edwardsiella

tarda yang merujuk pada Jang et al. (1976) dan Cowan & Steel (1990). Menurut

Ismail et al. (2005) karakter definitif dari E. tarda adalah terbentuknya H2S dan

indol positif selain karakater umumnya yang merupakan bakteri Gram negatif,

aerob, negatif oksidase dan VP (Voges Proskauer).

Edwardsiella tarda ditemukan di insang dan saluran pencernaan ikan

patin. Namun menurut Carter & Wise (2004) E. tarda biasa ditemukan pada

traktus intestin hewan dan manusia serta air kolam. Keberadaan bakteri ini di

insang kemungkinan berhubungan dengan habitatnya di air kolam yang sangat

memberikan peluang bagi E. tarda hidup di insang yang merupakan salah satu

organ yang memiliki kontak besar dengan air.

Edwardsiellosis/emphisemathous putrevactive disease of catfish (EPDC)

atau Edwardsiella septicaemia (ES) merupakan penyakit akibat infeksi

Edwarsiella tarda pada ikan patin (Post 1987). Gejala klinis yang ditimbulkan

oleh infeksi E. tarda pada tahap infeksi ringan hanya berupa luka–luka kecil di

bagian kulit namun infeksi lebih lanjut menyebabkan luka bernanah pada otot dan

lambung. Pada kasus akut luka bertambah besar dalam waktu cepat, berisi gas

(H2S), berbentuk cembung dan menyebar ke seluruh tubuh. Gejala khas pada ikan

patin ialah perdarahan pada organ viseral (Austin 1999). Hal ini sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan Andriyanto et al. (2009), ikan patin yang dinfeksi

E. tarda menunjukkan gejala klinis berupa luka (ulser) dari muskular sampai

pedunkel, perdarahan pada sirip dan anus, perut membesar, organ interna bengkak

dan pucat serta ulser yang terjadi menimbulkan bau.

Edwardsiella tarda merupakan bakteri yang bersifat zoonotik. Infeksi E.

tarda pada manusia dapat menyebabkan gastroenteritis, diare, peritonitis dengan

sepsis dan selulitis serta pada infeksi ekstra intestinal dapat menyebabkan

penyakit menyerupai tifus (Woo & Bruno 1999).

Tindakan utama untuk menghindari infeksi oleh E. tarda ialah dengan

memberikan pakan yang kaya akan nutrisi pada ikan sehingga ikan dapat

mempertahankan imunitas tubuhnya dalam keadaan baik. E. tarda merupakan

polusi lingkungan sehingga perlu tindakan perbaikan kualitas air kolam

28

pemeliharaan ikan. Jika infeksi berlanjut dapat dilakukan pengobatan dengan

menggunakan terramycin, oxytetracyclin dan sulfonamid (Bullock & Herman

1985).

Aeromonas sp.

Gambar 18 Pewarnaan Gram Aeromonas sp. pada Saluran Pencernaan Ikan

Patin.

Hasil koloni yang tumbuh terpisah diamati dan diisolasi serta dilakukan

serangkaian uji sesuai dengan karakter Aeromonas sp. yang merujuk pada Jang et

al. (1976) dan Cowan & Steel (1990). Bakteri Aeromonas diklasifikasikan ke

dalam filum Protophyta, kelas Schizomycetes, ordo Pseudanonadeles, famili

Vibrionaceae, genus Aeromonas dan spesies Aeromonas sp. (Holt et al. 1998).

Aeromonas sp. ditemukan di insang dan saluran pencernaan ikan patin.

Menurut Songer dan Post (2005) Aeromonas sp. dapat ditemukan di air, tanah dan

feses. Namun secara lebih spesifik Noga (1996) menjelaskan bahwa bakteri ini

banyak terdapat di air tawar yang mengandung banyak bahan organik dengan

kadar salinitas rendah. Selain itu Aeromonas sp. dapat ditemukan di permukaan

tubuh dan organ dalam ikan. Hal ini menguatkan pernyataan Songer dan Post

pada tahun 2005 bahwa Aeromonas sp. dapat menyebabkan infeksi dengan tingkat

mortalitas yang tinggi pada satwa aquatik.

Aeromonas hydrophila merupakan salah satu spesies dari genus

Aeromonas yang menyebabkan penyakit motile aeromonad septicaemia/motile

aeromonad infection/hemorrhagic septicemia (Camus et al. 1998). Pada ikan

patin infeksi terdiri dari tiga kategori yaitu infeksi dengan gejala klinis eksternal,

29

infeksi dengan gejala klinis dan manifestasi lesio pada kulit dan otot di daerah

bawah kulit dan infeksi laten septicaemia tanpa gejala klinis eksternal, melainkan

internal berupa oedema, hemoragi dan nekrosis (Woo 2006). Muslim dan

Widjayanti (2009) menyatakan bahwa ikan patin yang diinfeksi dengan A.

hydrophila menampakkan gejala klinis berupa pergerakan ikan lambat, produksi

mukus yang berlebihan, mata cekung, insang pucat, perut kembung, terdapat

bintik–bintik merah pada seluruh permukaan tubuh, mulut kemerahan, ekor

geripis dan bila dibedah terdapat cairan berwarna kuning kehitaman.

Aeromonas sp. juga dapat menginfeksi beberapa jenis vertebrata termasuk

katak, kura-kura dan manusia. Berdasarkan laporan yang tercatat, infeksi

Aeromonas sp. pada manusia dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal dan

infeksi yang bersifat sistemik (Noga 1996). Beberapa strain dari A. hydrophila

dapat menyebabkan kasus enteropathogenic, khususnya pada anak – anak, orang

tua dan penderita immunocompromised (rusaknya imun akibat infeksi patogen)

(Trower et al. 2000).

Tindakan utama untuk menghindari infeksi oleh Aeromonas sp. ialah

dengan memberikan pakan yang kaya akan nutrisi pada ikan sehingga ikan dapat

mempertahankan imunitas tubuhnya dalam keadaan baik. Koreksi terhadap

kualitas lingkungan seperti kualitas air sehingga dapat mengurangi tingkat stres

ikan. Vaksinasi dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan infeksi. Vaksinasi

pada induk dapat memberikan kekebalan terhadap anak dalam waktu 3 minggu

(maternal antibody) (Lusiastuti & Hadie 2010). Infeksi yang bersifat akut dengan

mortalitas tinggi dan nafsu makan yang rendah dapat diatasi dengan pemberian

antibiotik seperti tetracyclin, chloramphenicol, florfenicol, derivat nitrofuran dan

asam pyridonecarboxylic (Woo & Bruno 1998).

30

Vibrio cholerae

Gambar 19 Pewarnaan Gram Vibrio cholerae pada Insang Ikan Patin

Vibrio cholerae merupakan agen dari penyakit cholera pada manusia.

Transmisi dari bakteri ini melalui air yang terkontaminasi feses. Dulu V. cholerae

hanya mampu hidup di dalam tubuh dan feses manusia namun sekarang V.

cholerae telah hidup bebas di alam dan memiliki reservoar alamiah. V. cholerae

juga dapat diisolasi dari udang, kerang, remis, dan kepiting (Lesmana 2004).

V. cholerae memiliki kapsul polisakarida, lipopolisakarida, pili dan

menghasilkan toksin. Toksin yang dihasilkan oleh V. cholerae mirip dengan

toksin yang dihasilkan oleh Escherichia coli. Toksin ini memiliki dua subunit,

yaitu subunit A dan B. Subunit B merupakan media untuk masuknya subunit A

yang dapat mengaktifkan adenylat cyclate cellular, sehingga terjadi akumulasi

cAMP dan hipersekresi dari elektrolit dan cairan (Post & Songer 2005).

V. cholerae bukan merupakan bakteri patogen yang umum ditemukan

pada ikan patin. Menurut Noga (1996) hanya ada satu laporan dari negara Jepang

tentang infeksi V. cholerae pada ikan. Keberadaan bakteri ini pada sampel ikan

patin yang diteliti kemungkinan berhubungan dengan air yang terkontaminasi oleh

bakteri V. cholerae. Spesies Vibrio yang bersifat patogen pada ikan diantara

Vibrio anguillarum, V. ordalii, V. damsela, V. carchariae, V. alginolyticus dan V.

vulnificus biogrup 2 (Mahardika & Zafran 2004).

31

Escherichia coli

Gambar 20 Pewarnaan Gram Escherichia coli pada Saluran Pencernaan

Ikan Patin

Menurut Songer dan Post (2005) E. coli merupakan bakteri Gram negatif

yang berukuran medium hingga panjang sekitar 0.4-0.7 µm dan 1-3 µm, tunggal

dan berpasangan. E. coli bersifat oksidasi negatif, motil dan katalase positif.

Hampir semua spesies E. coli mampu menghasilkan asam dan gas dari fermentasi

glukosa. E. coli merupakan flora normal pada saluran pencernaan sehingga dapat

diisolasi pada feses, selain itu dapat ditemukan di lingkungan seperti air dan

tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dimana E. coli ditemukan di saluran

pencernaan. Hampir semua strain E. coli bersifat low pathogenic tapi ada

beberapa strain dari E. coli bersifat high patogen dan bersifat opportunis infeksi

diantaranya Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC),

Enterohemorragic E. coli (EHEC), Enteroaggregative E. coli (EAEC),

Enteroinvasife E. coli (EIEC) dan Difuse Adhering E. coli (DAEC) (Bhunia

2008).

Bacilllus sp.

Gambar 21 Pewarnaan Gram Bacilllus sp. pada Insang Ikan Patin

32

Bacilllus sp. merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk batang yang

berukuran medium hingga panjang. Bakteri ini dapat hidup secara aerob dan

anaerob fakultatif. Hampir semua spesies dari dari Bacilllus sp. bersifat katalase

positif dan motil. Ciri khas dari Bacilllus sp. ialah memiliki spora yang terlihat

jelas dengan menggunakan pewarnaan Gram. Bacilllus sp. hidup di lingkungan

seperti di tanah (Songer & Post 2005). Selama dilakukan penelitian Bacilllus sp.

ditemukan di insang dari ikan, hal ini mungkin berhubungan dengan kontaminasi

air oleh tanah sekitar yang tercemar Bacilllus sp.

Bacilllus sp. memiliki lebih dari 40 jenis spesies, tetapi hanya beberapa

diantaranya yang bersifat patogen. Beberapa spesies yang bersifat patogen

diantaranya Bacillus cereus dapat menyebabkan gangrenous mastitis pada sapi

dan terkadang menyebabkan aborsi pada sapi, domba dan kuda. Bacillus

licheniformis dapat menyebabkan aborsi pada sapi. Spesies yang paling bersifat

patogen adalah B. anthracis yang dapat menyebabkan penyakit anthrax yang

paling sering menyerang domestic dan wild ruminan serta kuda (Songer & Post

2005).

Streptococcus sp.

Gambar 22 Pewarnaan Gram Streptocoocus sp. pada Insang Ikan Patin

Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram positif. Pada pewarnaan gram

bakteri ini memperlihatkan warna ungu dengan bentuk coccus (bulat) berantai.

Pada uji katalase Streptococcus sp. memperlihatkan hasil negatif yaitu dengan

tidak terbentuknya gelembung gas di sekitar koloni yang ditetesi dengan pereaksi

33

H2O2 3%. Hal ini mengindikasikan bahwa Streptococcus sp. tidak menghasilkan

enzim katalase sehingga tidak ada reaksi yang terjadi (Lay 1994).

Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk bulat

memiliki sifat fakultatif anaerob, katalase positif, tidak berspora dan tidak motil.

Habitat dari Streptococcus sp. tergantung jenis dari bakterinya, selain itu bakteri

ini banyak di lingkungan sehingga dapat mengkontaminasi air dan tanah.

Streptococcus sp. yang bersifat patogen pada hewan dibagi kedalam grup A, B, C,

D, E, G, L dan V. Selain dibagi kedalam beberapa grup seperti yang dijelaskan

sebelumnya, Streptococcus sp. juga dibagi ke dalam dua grup yaitu β-hemolytic

Streptococcus (S. pyogen, S. agalctiae, S. canis, S. porcinus dan lain – lain) dan

non β-hemolytic Streptococcus (S. pneumoniae, S. equinus, S. suis dan S. uberis)

(Songer & Post 2005).

S. agalactiae merupakan spesies yang bersifat patogen pada ikan air tawar,

namun kasusnya jarang terjadi pada ikan patin tetapi sering ditemukan pada ikan

nila dengan gejala klinis berupa exophtalmia, meningoencepalitis, vakuolisasi dan

nekrosis sel – sel hati serta nekrosis dan kongesti limpa (Lusiastuti 2010).

Staphylococcus epidrmidis

Gambar 23 Pewarnaan Gram Staphylococcus sp. Pada Insang Ikan Patin

Bakteri Gram positif yang berbentuk bulat dapat dibagi kedalam dua grup

yaitu grup katalase positif yang merupakan famili Micrococcaceaea (genus

Micrococcus, Staphylococcus dan Rothia). Selanjutnya grup katalase negatif

terdiri dari genus Streptococcus, Enterococcus, Gemella, Globicatella,

Helcococcus dan Vagococcus. Staphylococcus merupakan bakteri yang sering

34

ditemukan pada spesimen klinik hewan. Beberapa spesies Staphylococcus yang

penting di dunia kedokteran hewan adalah S. aureus, S. epidermidis, S. warneri, S.

saprophyticus, S. kloosii, S. intermedius, S. hycus dan lain – lain (Songer & Post

2005).

S. epidermidis tidak bersifat patogen pada ikan patin. Namun menurut

Baehaki (2005) ada strain S. epidermidis yang menghasilkan protease yang

bersifat toxic tetapi belum diketahui dapat menginfeksi ikan patin atau tidak.

Selain itu Sutrisno dan Purwandari (2004) menginjeksikan Staphylococcus sp.

secara intraperitoneal pada ikan nila menunjukkan gejala klinis berupa abdomen

membesar, berisi cairan, insang pucat, ekor nekrosis, dorsal erosi, lesu, berenang

di permukaan dan pada posisi lateral tubuh. Injeksi buatan dari Staphylococcus sp.

ini menyebabkan kematian pada 80% sampel.

Cacing Parasitik pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin

Dactylogyrus sp.

Gambar 24 Cacing Dactylogyrus sp

Keterangan gambar : 1. Kepala; 2. Badan; 3. Ekor; a. Organ Kepala; b.

Mata; c. Pharynx; d. Ovarium; e. Dorsal Anchor; f. Dorsal Bar; g.

Marginal Hook

35

Dactylogyrus sp. memiliki panjang tubuh 0.7 mm, lebar tubuh 0.18 mm

dan 2 buah spot mata yang terlihat. Menurut Noga (1996) Dactylogyrus sp

memiliki panjang tubuh rata – rata 0.3 – 2 mm. Menurut Bychowsky (1961)

Dactylogyrus sp. dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 2-5 mm untuk spesies

yang berukuran sedang dan >5 mm untuk spesies yang berukuran besar.

Dactylogyrus sp. memiliki 2 pasang kait besar pada bagian posteriodorsal (dorsal

anchor) yang dihubungkan oleh dorsal bar. Pada bagian pinggir dari dorsal anchor

terdapat 14 kait kecil (marginal hook) yang memilki ukuran yang bervariasi.

Selanjutnya Bychowsky (1961) menjelaskan bahwa Dactylogyrus sp. merupakan

parasit yang bersifat hermaprodit yang memiliki ovarium dan testis sekaligus.

Sesuai dengan Gambar 24 terlihat bentuk organ ovarium namun organ testis tidak

terlalu jelas.

Dari sepuluh sampel yang digunakan, semuanya menunjukkan hasil positif

terhadap keberadaan Dactylogyrus sp. pada organ insang. Dactylogyrus sp.

termasuk ke dalam jenis ektoparasit yang hidup di insang ikan. Parasit ini bersifat

patogen bagi ikan–ikan air tawar (Abdullah 2009).

Dactylogyrus sp. dewasa melepaskan telur ke lingkungan. Telur akan

berkembang menjadi oncomirasidia yang dilengkapi dengan kait–kait halus

sehingga oncomirasidia dapat melekat pada bagian tubuh ikan terutama insang.

Oncomirasidia tumbuh dewasa di tubuh inang dan kembali menghasilkan telur

(Noga 1996).

Infeksi Dactylogyrus sp. pada ikan menyebabkan meningkatnya sekresi

mucus, warna kulit menjadi gelap, epitel insang hiperplasia, insang pucat dan

hemoragi pada kulit. Keberadaan Dactylogyrus sp. dapat menyebabkan luka pada

kulit dan insang sehingga dapat mengundang datangnya bakteri dan menyebabkan

infeksi sekunder. Tingkat mortalitas akibat infeksi Dactylogyrus sp. bergantung

pada jumlah populasi dan imunitas dari inang. Semakin banyak jumlah populasi

dan semakin rendah imunitas maka tingkat mortalitas akan semakin meningkat,

begitu pula sebaliknya (Woo et al. 2002).

Tindakan utama yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi oleh

Dactylogyrus sp. adalah dengan perbaikan pakan dan kualitas lingkungan

sehingga tingkat stres menurun dan imunitas meningkat. Jika terjadi infeksi pada

36

ikan oleh Dactylogyrus sp. dapat diatasi dengan pemberian anthelmintik seperti

mebendazole dan praziquantel selain itu dapat juga menggunakan formalin atau

organophospat dan potasium permanganat (Woo 2006).

Pseudodactylogyrus sp.

Gambar 25 Cacing Pseudodactylogyrus sp.

Keterangan gambar : 1. Ventral Anchor; 2. Ventral Bar; 3. Mata; 4. Pharynx; 5.

Saluran Pencernaan; 6. Ovarium.

37

Pseudodactylogyrus sp. masih termasuk ke dalam famili Dactylogyrydae.

Parasit ini memiliki bentuk tubuh yang sangat mirip dengan Dactylogyrus sp.

tetapi Pseudodactylogyrus sp. memiliki haptor atau kait pada bagian

posterioventral tubuh yang terdiri dari 2 pasang ventral anchor yang dihubungkan

oleh ventral bar (Hoffman). Pseudodactylogyrus sp. memiliki marginal hook atau

kait kecil yang letaknya tidak beraturan. Parasit ini memiliki panjang tubuh

bervariasi sekitar 0.45-0.99 mm. Pseudodactylogyrus sp. merupakan parasit yang

bersifat hermaprodit sehingga memilki ovarium dan testis sekaligus di dalam

tubuhnya. Sesuai dengan Gambar 25, organ ovarium terlihat jelas namun organ

testis tidak terlalu jelas.

Pseudodactylogyrus bini dan P. angillae merupakan spesies yang sering

menyebabkan infeksi pada ikan air tawar. Infeksi menunjukkan gejala klinis

berupa hyperemi pada kulit dan insang, peningkatan sekresi mukus, dekstruksi

dari struktur insang, terkadang muncul hemoragi dan hyperplasia epitel insang

(Buchmann 1987).

Infeksi Pseudodactylogyrus sp. dapat dicegah dengan perbaikan

manajemen peternakan dan perbaikan kualitas pakan sehingga ternak terhindar

dari stres yang berimbas pada penurunan imunitas tubuh. Jika infeksi terjadi dapat

diobati dengan menggunakan potassium permanganate, sodium chloride, amonia

dan formaldehide. Pengobatan ini hanya berfungsi untuk menurunkan aktifitas

infeksi namun tidak dapat menghilangkan parasit secara total ((Buchmann 1987).