acara i (salinitas sbg faktor pembatas abiotik)

25
ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK I.TUJUAN 1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman. 2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda. II. TINJAUAN PUSTAKA Ilmu yang mempelajari tentang organisme dalam lingkungan hidupnya atau hubungan timbal balik antar organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan biotic maupun lingkungan abiotik disebut ekologi. Suatu kesatuan ekologi yang lengkap dan dapat dikaji merupakan ekosistem. Di dalam suatu ekosistem, komunitas, dan lingkungan saling mempengaruhi. Suatu ekosistem terdiri atas produsen, konsumen, dan pengurai. Di dalam ekosistem terdapat factor penentu suatu lingkungan, misalnya iklim, jenis tanah, salinitas air, serta kehadiran organisme lain. hal tersebut terkait dengan kondisi, yaitu keadaan factor fisik yang dapat diukur di dalam suatu lingkungan, misalnya suhu adalah factor fisik iklim, tetapi tinggi rendahnya suhu adalah kondisi lingkungan tersebut (Godman, 2004).

Upload: cristianoibey

Post on 23-Jun-2015

709 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN

1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.

2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang

berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu yang mempelajari tentang organisme dalam lingkungan hidupnya atau hubungan

timbal balik antar organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan biotic maupun lingkungan

abiotik disebut ekologi. Suatu kesatuan ekologi yang lengkap dan dapat dikaji merupakan

ekosistem. Di dalam suatu ekosistem, komunitas, dan lingkungan saling mempengaruhi. Suatu

ekosistem terdiri atas produsen, konsumen, dan pengurai. Di dalam ekosistem terdapat factor

penentu suatu lingkungan, misalnya iklim, jenis tanah, salinitas air, serta kehadiran organisme

lain. hal tersebut terkait dengan kondisi, yaitu keadaan factor fisik yang dapat diukur di dalam

suatu lingkungan, misalnya suhu adalah factor fisik iklim, tetapi tinggi rendahnya suhu adalah

kondisi lingkungan tersebut (Godman, 2004).

Di dalam ekologi dikenal istilah factor-faktor pembatas. Factor pembatas adalah factor-

faktor yang membatasi perkembangan organisme. Dalam membahas factor pembatas maka akan

terkait hukum tertentu. Hukum yang terkait dengan factor pembatas adalah Hukum Liebig dan

Hukum Tolerance (by Shelford). Hukum minimum Liebig menyatakan bahwa pada dasarnya

agar organisme itu dapat hidup dan berkembang, mereka memerlukan bahan esensial untuk

pertumbuhan dan reproduksinya. Kebutuhan-kebutuhan minimum ini merupakan kebutuhan

dasar yang jumlahnya berbeda-beda tergantung jenis organisme dan keadaannya. Hukum Liebig

hanya berlaku untuk organisme waktu “steady state” (tidak ada perubahan fisiologi pada

tanaman). Adanya factor-faktor interaksi antara factor satu dengan factor yang lain. senyawa

kimia yang merupakan pembatas bagi tanaman akan tetap merupakan senyawa yang jumlahnya

Page 2: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

sangat minim di alam. Sedangkan hukun=m toleransi Shelford menyatakan bahwa organisme

memiliki “limits of tolerance”, yaitu keadaan tertinggi atau terendah yang masih memungkinkan

organisme tumbuh dan berkembangbiak (Odum, 1984).

Salinitas alami adalah sebuah fenomena yang tersebar luas di bumi dan evolusi dari

kehidupan organisme dihasilkan pada sejumlah spesies yang menunjukkan mekanisme adaptasi

special untuk tumbuh pada lingkungan salin. Yang utama dari tumbuhan adalah sensitivitas

garam relative (Staples and Gary, 1984).

Menurut Tai (1985) cit. Kurniasih (2003). Pengaruh tidak langsung garam terhadap

pertumbuhan tanaman adalah rendahnya hasil fotosintesis, air, atau factor-faktor pertumbuhan

lainnya yang mencapai titik tumbuh dalam tanaman. Hal ini dapat terjadi karena terhambatnya

proses fotosintesis. Di samping itu, translasi fotosintesis dalam floem terhambat.

Kadar garam akan mempengaruhi proses fisiologis dan morfologis dalam hubungan

dengan keseimbangan air dalam tubuuh tanaman. Pengaruh tersebut dapat berupa pengurangan

ukuran dan jumlah daur serta penurunan jumlah stomata per unit daun yang akhirnya akan

menurunkan produksi tanaman. Secara umum tingkat salinitas tanah yang tinggi memiliki efek

fganda pada pertumbuhan, yaitu mengurangi potensi air pada jaringan karena meningkatnya

potensi osmotic pada media perakaran dan memberi efek racun secara langsung karena ion Na+

dan Cl- yang tinggi terakumulasi pada jaringan tanaman (Hidayat, 2003).

Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang mampu hidup dengan baik pada habitat dengan

tingkat salinitas tinggi dan disebut sebagai tumbuhan halofit. Tumbuah tersebut beradaptasi

terhadap konsentrasi garam yang tinggi melalui beberapa mekanisme (Masaru et al, 2002 at

Sembiring, 2006). Adaptasi tumbuhan dengan habitatnya membuat tumbuhan dapat digolongkan

menjadi hidrofit, higrofit, xerofit, mesofit, dan halofit. Tumbuhan halofit merupakan tumbuhan

yang beradaptasi dengan lingkungan berkadar garam tinggi. Mekanisme yang dilakukan

tumbuhan halofit untuk beradaptasi adalah dengan meningkatkan tekanan osmosis dalam selnya

(Anonim, 2008).

Page 3: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

III.METODOLOGI

Percobaan acara I yang berjudul salinitas sebagai factor pembatas abiotik dilakukan pada

hari rabu, tanggal 10 Maret 2010 di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya

Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Alat yang digunakan dalam percobaan acara I antara lain

timbangan analitik, gelas ukur, Erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, dan penggaris.

Bahan yang digunakan adalah 3 macam benih tanaman, yaitu padi (Oryza sativa), keldelai

(Glycine max), serta ketimun (Cucumis sativus). Selain itu diperlukan pula kertas label dan

polybag.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan polybag kemudian polybag diisi

dengan tanah kurang lebih 3 kg. bila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan kotoran harus

dihilangkan supaya tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Selanjutnya dipilih biji yang

sehat dari jenis tanaman yang akan diperlakukan, lalu ditanam lima biji ke dalam masing-

masing polybag. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan air biasa. Setelah berumur 1 minggu,

bibit dijarangkan menjadi 2 tanamn per polybag, dipilih bibit yang sehat. Lalu dibuat larutan

NaCl dengan konsentrasi 2000 ppm dan 4000 ppm. Sebagai pembanding digunakan aquadest.

Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Masing-masing konsentrasi larutan garam tersebut

dituangkan pada tiap-tiap polybag sesuai perlakuan, sampai kapasitas lapang. Volume masing-

masing larutan untuk tiap-tiap polybag harus sama. Tiap polybag harus diberi label sesuai

dengan perlakuan dan ulangannya. Label harus mudah dibaca untuk mencegah tertukarnya

dengan perlakuan lain saat pengamatan. Pemberian larutan garam dilakukan setiap dua hari

sekali sampai 7 kali pemberian. Selang hari diantaranya tetap dilakukan penyiraman dengan air

biasa dan dengan volume yang sama. Percobaan dilaksanakan sampai tanaman berumur 21 hari,

kemudian dilakukan pemanenan. Akar diusahakan jangan sampai rusak atau terpotong.

Pada akhir percobaan, dihitung rerata tiga ulangan pada tiap perlakuan. Parameter yang

digunakan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar, berat kering, dan panjang akar. Dari

tiap parameter akan dibuat data yang disajikan dalam bentuk grafik serta histogram. Grafik

terdiri dari tinggi tanaman vs hari pengamatan dan jumlah daun vs hari pengamatan. Sementara

histogram akan dibuat dari parameter berat segar, berat kering, dan panjang akar vs hari

pengamatan.

Page 4: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

IV. HASIL PENGAMATAN

Tabel Tinggi Tanaman (cm )

a. Tanaman Padi

Perlakuan

Tinggi tanaman

1 2 3 4 5 6 7 8

0 ppm11,87 15,55 17,07 19,52 20,68 21,60 22,55 22,75

2000 ppm12,15 19,9 20,3 20,45 20,75 22,3 24,15 24,15

4000 ppm12,47 16,75 18,10 18,53 19,72 20,42 20,93 21,53

b. Tanaman Kedelai

c. Tanaman Mentimun

Perlakuan

Tinggi Tanaman

1 2 3 4 5 6 7 8

0ppm8,27 9,37 9,62 9,72 10,00 11,03 11,13 14,47

2000ppm8,43 9,38 9,47 9,70 9,82 10,57 10,73 11,52

4000ppm8,88 9,85 10,13 10,27 10,43 11,10 11,43 11,78

Perlakuan

Tinggi tanaman

1 2 3 4 5 6 7 8

0 ppm16,97 22,38 24,93 28,28 30,17 34,77 38,60 40,05

2000 ppm17,42 21,42 23,73 26,75 30,47 33,92 37,73 40,63

4000 ppm16,50 21,20 25,67 29,05 32,08 36,10 38,45 40,25

Page 5: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

Tabel Jumlah Daun

a. Tanaman Padi

Perlakuan

Jumlah Daun

1 2 3 4 5 6 7 8

0ppm2 2 3 3 3 3 3 3

2000ppm2 2 3 3 3 3 3 3

4000ppm2 2 3 3 3 3 3 3

b. Tanaman Kedelai

Perlakuan

Jumlah Daun

1 2 3 4 5 6 7 8

0ppm2 3 4 4 4 6 7 7

2000ppm2 3 3 4 4 6 7 7

4000ppm2 3 4 4 4 6 8 8

c. Tanaman Mentimun

Perlakuan

Jumlah Daun

1 2 3 4 5 6 7 8

0ppm3 3 3 3 3 3 3 3

2000ppm3 3 3 3 3 3 3 3

4000ppm 3 3 3 3 3 3 3 3

Page 6: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

Tabel panjang akar

Tanaman

Perlakuan

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm

Padi 7,72 5.20 5.60

kedelai 20.30 14.23 14.10

mentimun 13.97 14.28 10.05

Tabel Berat Basah

Tanaman

Perlakuan

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm

Padi 0.25 0.25 0.28

Kedelai 2.28 2.29 2.46

Mentimun 2.55 2.57 2.75

Tabel Berat Kering

Tanaman

Perlakuan

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm

Padi 0.13 0.12 0.30

Kedelai 0.46 2.45 0.63

Mentimun 0.43 0.33 0.36

Page 7: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

V. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana tanggapan

tanaman terhadap keberadaan larutan garam dalam media tanam, dengan begitu, dapat dilihat

respon tanaman baik pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Keberadaan larutan

garam tersebut sangatlah mempengaruhi tanaman karena tanaman merupakan organisme yang

bersifat holofitik, artinya tanaman memanfaatkan cairan untuk melarutkan unsur hara agar

tanaman dapat tumbuh. Tanaman akan kesulitan dalam menyerap larutan makanan, apabila

viskositas larutan yang diserap sama atau lebih besar daripada cairan di dalam tubuh tumbuhan

tersebut. Semakin banyak unsur atau senyawa yang terlarut dalam larutan tersebut, viskositas

larutan akan semakin besar. Semakin tingginya kadar garam yang terkandung di dalam larutan,

maka tekanan osmotik larutan di dalam tanah akan meningkat, sehingga ketersediaan air bagi

tanaman juga akan berkurang. Hal tersebut menyebabkan terhambatnya perkecambahan benih,

kualitas hasil, produksi, dan merusak jaringan tanaman. Pengaruh lain yang timbul adalah

menyebabkan penurunan potensial air serta berpengaruh terhadap metabolisme tanaman

terutama dalam proses fisiologi dan morfologi dalam hubungannya dengan keseimbangan air

dalam tubuh tanaman. Pada umumnya, unsur yang terlarut dalam larutan garam adalah garam

Natrium (NaCl).

Namun, tidak semua tanaman mendapat dampak yang buruk apabila berada dalam

keadaan kadar garam yang tinggi. Maka dari itu dikenal pula 3 klasifikasi tanaman yang

dibedakan berdasarkan tanggapan terhadap salinitas. Yang pertama adalah tanaman halofit yaitu

tanaman yang toleran terhadap salinitas yang tinggi, kedua adalah tanaman glikofit yaitu tanaman

yang rentan terhadap salinitas yang tinggi, dan ketiga adalah tanaman euhalofit yang tidak

terpengaruh oleh salinitas. Dengan mengetahui klasifikasi ketiga tanaman tersebut, dapat diteliti

termasuk jenis klasifikasi yang mana tiga tanaman yang dipakai dalam percobaan kali ini.

Dengan konsentrasi 0 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm serta pengukuran dalam 8 hari diharapkan

sudah menunjukkan respon tanaman terhadap salinitas. Selanjutnya, pembahasan akan

Page 8: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

ditekankan pada pembahasan grafik dan histogram dari hasil pengamatan terhadap tanaman padi,

kedelai, dan mentimun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 90.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00Grafik Tinggi Tanaman Padi

0 ppm2000 ppm4000 ppm

Hari

Ting

gi (c

m)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.51

1.52

2.53

3.5

Grafik jumlah daun padi

0 ppm2000 ppm4000 ppm

Hari

Jum

lah

daun

Page 9: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0123456789

Histogram Panjang Akar Padi

panjang akar

Perlakuan

Ting

gi (c

m)

Dari grafik tinggi tanaman padi didapatkan bahwa padi tumbuh

dengan normal walaupun dengan tiga perlakuan berbeda. Tidak terlihat

perbedaan yang signifikan terhadap tinggi tanaman padi dengan perlakuan

pemberian kadar garam berbeda. Padi dengan perlakuan pemberian kadar

garam 0 pmm, 2000 ppm, serta 4000 ppm tidak menampakkan perbedaan

fisik dari segi tinggi tanaman.

Dari grafik jumlah daun didapatkan hal yang sama dengan

pengamatan pada tinggi tanaman. Jumlah daun padi dengan perlakuan

pemberian kadar garam 0 ppm, 2000 ppm, serta 4000 ppm memiliki jumlah

daun yang sama. Pada hari pertama dan kedua memiliki 2 daun, selanjutnya

pada hari ketiga hingga ketujuh memiliki 3 daun. Dapat disimpulkan bahwa

perlakuan pemberian kadar garam yang berbeda kurang berpengaruh pada

parameter jumlah daun. Selain itu dapat dikatakan pula bahwa pada awal

perkembangan daun padi terlihat tumbuh paling pesat, selanjutnya setelah

daun tumbuh sempurna, padi mengalami pertumbuhan primer yaitu

pemanjangan batang.

Namun pada hari ke-4 terlihat gejala klorosis pada daun padi dengan

perlakuan 4000 ppm sementara pada daun padi dengan perlakuan 2000 ppm

Page 10: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

kurang begitu terlihat gejala klorosis. Klorosis disebabkan karena padi

kekurangan unsure hara makro dan mikro esensial dari dalam tanah. Padi

mengalami kekurangan nutrient karena tingkat osmosis pada akar padi

meningkat sehingga unsure hara yang baru diserap keluar lagi bersama air ke

dalam tanah. Meningkatnya tekanan osmosis pada akar padi merupakan

mekanisme adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang memiliki salinitas

atau kadar garam yang tinggi.

Jika dilihat dari segi panjang akar, padi dengan perlakuan 0 ppm

memiliki panjang akar yang tertinggi. Sedangkan padi dengan perlakuan

2000 ppm serta 4000 ppm memiliki akar lebih pendek namun dengan selisih

yang tidak terlalu jauh. Bila ditinjau dari pertumbuhan akar maka dapat

diketahui bahwa padi dengan perlakuan 0 ppm memiliki perkembangan yang

paling baik.

Melalui peninjauan dari setiap parameter dapat diambil kesimpulan

bahwa padi merupakan tanaman yang memiliki adaptasi cukup tinggi

terhadap lingkungan berkadar garam tinggi. Hal tersebut membuktikan

bahwa padi merupakan tanaman halofit. Walaupun pada pengamatan terlihat

beberapa gejala anomaly yang terjadi pada padi dengan perlakuan 2000 ppm

dan 4000 ppm tetapi tidak memberikan perbedaan yang cukup signifikan

dibandingkan padi dengan perlakuan 0 ppm.

Page 11: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 905

1015202530354045

Grafik Tinggi Tanaman Kedelai

0 ppm2000 ppm4000 ppm

Hari

Ting

gi (c

m)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9012345678

Grafik Jumlah Daun Kedelai

0 ppm2000 ppm4000 ppm

Hari

Jum

lah

daun

Page 12: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0

5

10

15

20

25

Histogram Panjang Akar Kedelai

panjang akar

Perlakuan

Ting

gi (c

m)

Grafik tinggi tanaman kedelai menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan terhadap tinggi tanaman kedelai dengan perlakuan yang berbeda.

Dapat dilihat bahwa pada hari akhir pengamatan tidak mencapai 1 cm

perbedaan tinggi tanaman kedelai. Namun terlihat bahwa peningkatan tinggi

tanaman kedelai dengan perlakuan 0 ppm adalah yang paling teratur,

memiliki jarak peningkatan tinggi yang hampir sama setiap harinya.

Hal yang sama terjadi pada grafik jumlah daun. Tidak terlihat

perubahan yang signifikan antara jumlah daun kedelai 0 ppm, 2000 ppm,

den 4000 ppm. Kesemuanya memiliki rata-rata yang hampir sama. Namun

gejala klorosis seperti pada dau padi juga terlihat pada daun kedelai. Daun

yang diberikan perlakuan 2000 ppm serta 4000 ppm mulau menguning pada

akhir pengamatan. Hal ini juga disebabkan karena kedelai kekurangan

makro dan mikro nutrient dari dalam tanah.

Pada histogram panjang akar kedelai didapatkan bahwa kedelai

dengan perlakuan 0 ppm memiliki akar yang terpanjang sedangkan kedelai

Page 13: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

dengan perlakuan 4000 ppm memiliki akar yang terpendek. Jarak panjang

akar yang dimiliki kedelai 0 ppm dan 4000 ppm sangat jauh berbeda, hampir

mencapai 6 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedelai dengan perlakuan

0 ppm memiliki pertumbuhan yang paling baik. Sedangkan yang diberikan

perlakuan salin mengalami penghambatan dalam pertumbuhan akar.

Secara teoritis sebenarnya kedelai termasuk ke dalam kelompok

tanaman glikofit, namun gejalanya tidak terlalu jelas terlihat pada perobaan

ini. Mungkin dikarenakan factor penyiraman yang kurang teratur.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 902468

10121416

Grafik Tinggi Tanaman Mentimun

0 ppm2000 ppm4000 ppm

Hari

Ting

gi (c

m)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 92.22.32.42.52.62.72.82.9

33.1

Grafik Jumlah Daun Mentimun

0 ppm2000 ppm4000 ppm

Hari

Jum

lah

daun

Page 14: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0

2

4

6

8

10

12

14

16

Histogram Panjang Akar Mentimun

panjang akar

Perlakuan

Ting

gi (c

m)

Melalui grafik tinggi tanaman mentimun, didapatkan bahwa yang memiliki

pertumbuhan terpesat adalah mentimun dengan perlakuan 0 ppm. Sementara pada

mentimun dengan perlakuan 2000 ppm dan 4000 ppm terlihat pertumbuhan agak

mengalami hambatan namun perbedaannya tidak terlalu besar dan tidak mencapai

3 cm.

Dari grafik jumlah daun didapatkan bahwa jumlah daun pada mentimun

dengan perlakuan 0 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm stabil dari hari ke hari. Pada

akhir pengamatan pun jumlah daun menunjukkan bahwa pengaruh salin tidak

terlalu besar. Tetapi daun tetap mengalami klorosis pada akhir pengamatan untuk

perlakuan 2000 ppm serta 4000 ppm.

Bila diamati dari histogram panjang akar mentimun, hampir semua tanaman

dengan perlakuan yang berbeda memiliki pertumbuhan yang hampir sama.

Pertumbuhan yang agak terhambat terlihat pada mentimun dengan perlakuan 4000

ppm. Seperti pada tanaman padi dan kedelai, pada pengamatan akar sangat terlihat

jelas perbedaan pertumbuhan anatara yang diberi salin dengan yang tidak.

Page 15: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

Secara teori mentimun merupakan tanaman euhalofit. Gejala tersebut tidak

terlalu terlihat dengan jelas dari percobaan ini namun jumlah daun cukup

membuktikan bahwa mentimun merupakan tanaman euhalofit.

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

Histogram Berat Segar danBerat Kering Padi

berat basahberat kering

Perlakuan

Bera

t (gr

am)

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0

0.51

1.52

2.53

Histogram Berat Segar danBerat Kering Kedelai

berat basahberat kering

Perlakuan

Bera

t (gr

am)

Page 16: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Histogram Berat Segar danBerat Kering Mentimun

berat basahberat kering

Perlakuan

Bera

t 9gr

am)

Pada histogram berat basah dan berat kering padi terdapat abnormalitas,

yaitu padi dengan berat basah terbesar adalah padi dengan perlakuan 4000 ppm,

begitu pula pada berat keringnya. Seharusnya padi dengan berat terendah adalah

4000 ppm karena memiliki tekanan osmotic yang tinggi. Hal tersebut mungkin

disebabkan karena pengaruh pemberian perlakuan yang kurang sesuai dan

kesalahan saat pemanenan sehingga ada akar yang tertinggal pada padi dengan

perlakuan 0 ppm serta 2000 ppm. Namun perbedaan berat basah dan kering dari

semua perlakuan tidak terlalu jauh berbeda.

Jika dilihat dari histogram berat basah dan berat kering kedelai didapatkan

bahwa perbedaan antara berat basah dan berat kering cukup besar. Terjadi pula

abnormalitas seperti pada tanaman padi, berat basah dan berat kering terbesar

justru adalah kedelai dengan perlakuan 4000 ppm. Namun perbedaan antara

ketiganya tidak begitu jauh.

Histogram berat basah dan berat kering mentimun menunjukkan bahwa

perbedaan berat basah dan berat kering mentimun sangat besar. Hal ini terjadi pada

setiap perlakuan. Gejala tersebut memberikan penjelasan bahwa mentimun

memiliki kemampuan menyerap air yang cukup besar dan tidak terpengaruh oleh

Page 17: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

perlakuan salin yang diberikan. Terbukti bahwa mentimun adalah tanaman

euhalofit.

VI. KESIMPULAN

1. Kadar garam (salinitas) memiliki pengaruh pertumbuhan tanaman, maka terdapat

3 klasifikasi tanaman berdasarkan respon terhadap salinitas yaitu golongan

halofit, glikofit, dan euhalofit.

2. Tanaman yang mampu beradaptasi pada lingkungan salin akan tumbuh dan

berkembang dengan baik.

3. Padi (Oryza sativa) termasuk tanaman golongan halofit sebab toleran terhadap

salinitas pada media tanamnya.

4. Kedelai (Glycine max) termasuk tanaman golongan glikofit sebab rentan terhadap

salinitas pada media tanamnya.

5. Mentimun (Cucumis sativus) termasuk tanaman golongan euhalofit sebab tidak

tepengaruhi salinitas pada media tanamnya.

Page 18: ACARA I (Salinitas Sbg Faktor Pembatas Abiotik)

VII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Lingkungan Tanaman.<http://www.fp.elcom.umy.ac.id/pdf>

Godman, Arthur. 2004. Illustrated Science Dictionary. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Hidayat. 2003. Kajian cengkaman lingkungan. Agr UMY No. X (1) :37.

Kurniasih, B. 2003. Pengaruh salinitas terhadap perkecambahan. Agr UMY No. X (1)

: 14-23.

Odum, E. P. 1984. Basic Ecology. Holt-Saunders ed. Japan. Japan

Sembiring, 2006. Adaptasi Varietas Padi pada Tanah Terkena Tsunami. BPPT :4.

Staples, R. C. and G. H. Toeniesen. 1984. Salinity Tolerance in Plants Stategnes for

Crop Improvement. A Wilei-Interscience Publication. John Wiley and Sons.

New York.