harian rakyat kalbar i halaman 16, sabtu, 30 agustus 2014 aksi...

1
GALERIA Harian Rakyat Kalbar I Halaman 16, Sabtu, 30 Agustus 2014 AGP Siap Biayai Produksi Alat Pengukur Biomassa Karbon Buatan Untan Aksi Nyata Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca ndonesia siap menurunkan emisi gas rumah kaca 26 persen tahun 2020. Sementara Provinsi Kalbar siap menurunkan 5,84 persen dari target nasional itu. Upaya sudah dimulai. Sebagai bukti nyata, segera diproduksi alat pengukur biomassa karbon meter pada pohon buatan Universitas Tanjungpura (Untan). PT Pasifik Agro Sentosa (PAS) yang membawahi PT Cipta Usaha Sejati (CUS) dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR) menggandeng yayasan Arga Graha Peduli (AGP) adalah perusahaan yang akan membiayai roduksi alat buatan asli putra Kalbar itu. Ini ditandai dengan telah ditekennya Memorantum of Understanding (MoU) antara Artha Graha Peduli dengan Fakultas Kehutanan Untan di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Kalbar, Kamis, 28 Agustus 2014. MoU diteken oleh Chief Operation Officer Artha Graha Peduli Foundation, Indra SB MBA M Si dan Dekan Fahutan Untan Dr Ir H Gusti Hardiansyah M Sc QAM. Penandatangan nota kesepahaman bersejarah itu disaksikan Gubernur Kalbar, Drs Cornelis MH dan President Director PT PAS Hasjim Oemar, serta perwakilan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalbar, Ir H Adi Yani, MH. Istri Cornelis, Ny Frederika SPd juga ikut menyaksikan. “Kita patut bangga, ada putra Kalbar yang mampu menciptakan alat pengukur biomassa karbon meter. Alat ini sudah kita pamerkan di pertemuan tahunan Governors Climate and Forests di Brazil, tanggal 11 sampai 14 Agustus lalu. Banyak negara mengacungkan jempol dan mau beli. Sejumlah provinsi di Indonesia banyak mau beli. Makanya, kita berikan apresiasi tinggi buat AGP yang akan membiayai produksi alat ini,” kata Cornelis usai menyaksikan penandatangan MoU tersebut. Menurut orang nomor satu di Bumi Khatulistiwa itu, sekarang Kalbar tidak hanya memiliki hutan, melainkan juga memiliki alat pengukur biomassa karbon meter dari hutan tersebut. Dalam implementasi dari program Reducing Emision Deforestation and Degradation Plus (REDD+), alat pengukur biomassa menjadi elemen penting. Dengan adanya alat pengukur itu, Kalbar bisa minta konvensasi kepada negara pendonor program REDD+. “Ini bagian dari kepedulian kita untuk menurunkan emisi. Hal ini sejalan dengan komitmen presiden kita untuk menurunkan emisi 26 persen sampai tahun 2020. Juga bentuk kepedulian kita untuk menjaga hutan agar tetap lestari,” tambah Hasjim Oemar. Dalam MoU itu, pihak pertama diwakili Fahutan akan mendaſtarkan paten alat ukur Untan Biomassa Karbon Meter itu ke Kementerian Hukum dan HAM. Sementara pihak kedua, AGP menyiapkan pembiayaan untuk memproduksinya. Logo AGP, Untan, dan Akcaya Pemprov Kalbar dilabelkan di alat tersebut. Dengan alat itu, untuk mengukur biomassa karbon menjadi mudah. Tidak perlu melukai, apalagi menebang pohon untuk mengukur secara keseluruhan biomassa. Di ujung alat itu ada roda bergerigi. Cukup dengan melingkarkannya pada batang pohon, hanya sekian detik, sudah bisa diketahui biomassa karbonnya. Contoh, diperoleh angka pada jarum meternya 2.000 kg. Diketahui pohon itu mempunyai densitas kayu 0,5 kg/cm2. Jadi biomassa pohon tersebut adalah 2.000 x 5 (faktor pengali konversi allometrik 0,5) = 10.000 kg atau 10 ton biomassa pohon. Lalu dikali 50% (metode brown) = 5 ton karbon. Berarti pohon itu telah mengabsorbsi menyerap 5 ton x 3,67 Co2 = 18,35 ton Co2. Alat tersebut mempunyai terapan rumus Allometrik penduga kandungan biomassa atau karbon yang telah diuji secara statistik. Tingkat ketelitiannya mencapai 70%. Alat itu mudah digunakan oleh masyarakat awam. Murah dan ekonomis. Sangat membantu dalam Monitoring Reporting dan Verifikasi (MRV) karbon pohon yang tumbuh di alam atau ditanam oleh komunitas adat, petani kayu, maupun perusahaan perkebunan. Usai MoU tersebut, Hasjim Oemar didampingi Indra SB dan Kent Dixon serta Gusti Hardiansyah menyambangi Rektorat Untan. Rupanya sudah menunggu Rektor Untan Prof Dr H amrin Usman DEA. Di ruang kerja rektor, kembali dilakukan penandatangan MoU antara AGP dan Untan. Dalam nota kesepahaman itu, Fakultas Kehutanan akan mengirimkan mahasiswa magang ke areal Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) di Lampung selama 30 hari. Di sana para mahasiswa akan mengukur cadangan karbon, belajar pengelolaan satwa liar dan konservasi. Harapannya, ketika kembali ke Kalbar bisa menerapkannya.* Narasi dan Foto: Rosadi Jamani I (Dari kiri) Adi Yani, Gusti Hardiansyah, Ny Fredirika, Cornelis, Hasjim Oemar, Indra SB, dan Kent Dixon diabadikan usai penandatangan MoU antara Artha Graha Peduli dan Untan di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Kalbar, 28 Agustus 2014 Cornelis sebagai saksi ikut menandatangani nota kesepahaman antara Artha Graha Peduli dengan Untan Rektor Untan, Prof Dr H Thamrin Usman dan Hasjim Oemar memperlihatkan nota kesepahaman yang telah diteken oleh Dekan Fahutan, Dr Ir H Gusti Hardiansyah dan Indra SB MBA M Si di ruang kerja Rektor Untan, 28 Agustus 2014 Gubernur Kalbar Drs Cornelis dan Presiden Director PT PAS, Hasjim Oemar memperkenalkan Untan Biomassa Karbon Meter yang siap untuk diproduksi bagi mengukur jumlah korban yang dihasilkan oleh hutan Kalbar. Gusti Hardiansyah dan Indra sedang menandatangani MoU disaksikan Thamrin Usman dan Hasjim Oemar Indra SB bersama Cornelis memperlihatkan Untan Biomassa Meter yang akan dibiayai lembaganya untuk diproduksi Gusti Hardiansyah dan Indra SB bersalaman usai penan- datanganan MoU Gusti Hardiansyah didampingi Adi Yani (BLHD), Kent Dix- on (PT PAS), dan panitia saat memamerkan Untan Bio- massa Karbon Meter di pertemuan GCF di Rio Branco Brazil 11-15 Agustus 2014 Cornelis meneken Deklarasi Rio Branco mengenai upa- ya penurunan emisi karbon bersama 22 gubernur negara bagian dan provinsi di pertemuan GCF di Rio Branco Bra- zil 11-15 Agustus 2014 Suasana hangat dalam pertemuan Hasjim Oemar, Kent Dixon, Indra SB dengan Cornelis Suasana hangat dalam pertemuan Hasjim Oemar, Kent Dixon, Indra SB dengan Thamrin Usman

Upload: lenhan

Post on 10-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Harian Rakyat Kalbar I Halaman 16, Sabtu, 30 Agustus 2014 Aksi …fahutan.untan.ac.id/source/gambar/files/Galeria Artha... · 2014-08-30 · GALERIA Harian Rakyat Kalbar I Halaman

GALERIAHarian Rakyat Kalbar I Halaman 16, Sabtu, 30 Agustus 2014

AGP Siap Biayai Produksi Alat Pengukur Biomassa Karbon Buatan Untan

Aksi Nyata Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

ndonesia siap menurunkan emisi gas rumah kaca 26 persen tahun 2020. Sementara Provinsi Kalbar siap menurunkan 5,84

persen dari target nasional itu. Upaya sudah dimulai. Sebagai bukti nyata, segera diproduksi alat pengukur biomassa karbon meter pada pohon buatan Universitas Tanjungpura (Untan).PT Pasifik Agro Sentosa (PAS) yang membawahi PT Cipta Usaha Sejati (CUS) dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR) menggandeng yayasan Arga Graha Peduli (AGP) adalah perusahaan yang akan membiayai roduksi alat buatan asli putra Kalbar itu. Ini ditandai dengan telah ditekennya Memorantum of Understanding (MoU) antara Artha Graha Peduli dengan Fakultas Kehutanan Untan di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Kalbar, Kamis, 28 Agustus 2014. MoU diteken oleh Chief Operation Officer Artha Graha Peduli Foundation, Indra SB MBA M Si dan Dekan Fahutan Untan Dr Ir H Gusti Hardiansyah M Sc QAM. Penandatangan nota kesepahaman bersejarah itu disaksikan Gubernur Kalbar, Drs Cornelis MH dan President Director PT PAS Hasjim Oemar, serta perwakilan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalbar, Ir H Adi Yani, MH. Istri Cornelis, Ny Frederika SPd juga ikut menyaksikan. “Kita patut bangga, ada putra Kalbar yang mampu menciptakan alat pengukur biomassa karbon meter. Alat ini sudah kita pamerkan di pertemuan tahunan Governors Climate and Forests di Brazil, tanggal 11 sampai 14 Agustus lalu. Banyak negara mengacungkan jempol dan mau beli. Sejumlah provinsi di Indonesia banyak mau beli. Makanya, kita berikan apresiasi tinggi buat AGP yang akan membiayai produksi alat ini,” kata Cornelis usai menyaksikan penandatangan MoU tersebut. Menurut orang nomor satu di Bumi

Khatulistiwa itu, sekarang Kalbar tidak hanya memiliki hutan, melainkan juga memiliki alat pengukur biomassa karbon meter dari hutan tersebut. Dalam implementasi dari program Reducing Emision Deforestation and Degradation Plus (REDD+), alat pengukur biomassa menjadi elemen penting. Dengan adanya alat pengukur itu, Kalbar bisa minta konvensasi kepada negara pendonor program REDD+.“Ini bagian dari kepedulian kita untuk menurunkan emisi. Hal ini sejalan dengan komitmen presiden kita untuk menurunkan emisi 26 persen sampai tahun 2020. Juga bentuk kepedulian kita untuk menjaga hutan agar tetap lestari,” tambah Hasjim Oemar.Dalam MoU itu, pihak pertama diwakili Fahutan akan mendaftarkan paten alat ukur Untan Biomassa Karbon Meter itu ke Kementerian Hukum dan HAM. Sementara pihak kedua, AGP menyiapkan pembiayaan untuk memproduksinya. Logo AGP, Untan, dan Akcaya Pemprov Kalbar dilabelkan di alat tersebut.Dengan alat itu, untuk mengukur biomassa karbon menjadi mudah. Tidak perlu melukai, apalagi menebang pohon untuk mengukur secara keseluruhan biomassa. Di ujung alat itu ada roda bergerigi. Cukup dengan melingkarkannya pada batang pohon, hanya sekian detik, sudah bisa diketahui biomassa karbonnya.Contoh, diperoleh angka pada jarum meternya 2.000 kg. Diketahui pohon itu mempunyai

densitas kayu 0,5 kg/cm2. Jadi biomassa pohon tersebut adalah 2.000 x 5 (faktor pengali konversi allometrik 0,5) = 10.000 kg atau 10 ton biomassa pohon. Lalu dikali 50% (metode brown) = 5 ton karbon. Berarti pohon itu telah mengabsorbsi menyerap 5 ton x 3,67 Co2 = 18,35 ton Co2. Alat tersebut mempunyai terapan rumus Allometrik penduga kandungan biomassa atau karbon yang telah diuji secara statistik. Tingkat ketelitiannya mencapai 70%. Alat itu mudah digunakan oleh masyarakat awam. Murah dan ekonomis. Sangat membantu dalam Monitoring Reporting dan Verifikasi (MRV) karbon pohon yang tumbuh di alam atau ditanam oleh komunitas adat, petani kayu, maupun perusahaan perkebunan. Usai MoU tersebut, Hasjim Oemar didampingi Indra SB dan Kent Dixon serta Gusti Hardiansyah menyambangi Rektorat Untan. Rupanya sudah menunggu Rektor Untan Prof Dr H Thamrin Usman DEA. Di ruang kerja rektor, kembali dilakukan penandatangan MoU antara AGP dan Untan. Dalam nota kesepahaman itu, Fakultas Kehutanan akan mengirimkan mahasiswa magang ke areal Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) di Lampung selama 30 hari. Di sana para mahasiswa akan mengukur cadangan karbon, belajar pengelolaan satwa liar dan konservasi. Harapannya, ketika kembali ke Kalbar bisa menerapkannya.*Narasi dan Foto: Rosadi Jamani

I

(Dari kiri) Adi Yani, Gusti Hardiansyah, Ny Fredirika, Cornelis, Hasjim Oemar, Indra SB, dan Kent Dixon diabadikan usai penandatangan MoU antara Artha Graha Peduli dan Untan di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Kalbar, 28 Agustus 2014

Cornelis sebagai saksi ikut menandatangani nota kesepahaman antara Artha Graha Peduli dengan Untan

Rektor Untan, Prof Dr H Thamrin Usman dan Hasjim Oemar memperlihatkan nota kesepahaman yang telah diteken oleh Dekan Fahutan, Dr Ir H Gusti Hardiansyah dan Indra SB MBA M Si di ruang kerja Rektor Untan, 28 Agustus 2014

Gubernur Kalbar Drs Cornelis dan Presiden Director PT PAS, Hasjim Oemar memperkenalkan Untan Biomassa Karbon Meter yang siap untuk diproduksi bagi mengukur jumlah korban yang dihasilkan oleh hutan Kalbar.

Gusti Hardiansyah dan Indra sedang menandatangani MoU disaksikan Thamrin Usman dan Hasjim Oemar

Indra SB bersama Cornelis memperlihatkan Untan Biomassa Meter yang akan dibiayai lembaganya untuk diproduksi

Gusti Hardiansyah dan Indra SB bersalaman usai penan-datanganan MoU

Gusti Hardiansyah didampingi Adi Yani (BLHD), Kent Dix-on (PT PAS), dan panitia saat memamerkan Untan Bio-massa Karbon Meter di pertemuan GCF di Rio Branco Brazil 11-15 Agustus 2014

Cornelis meneken Deklarasi Rio Branco mengenai upa-ya penurunan emisi karbon bersama 22 gubernur negara bagian dan provinsi di pertemuan GCF di Rio Branco Bra-zil 11-15 Agustus 2014

Suasana hangat dalam pertemuan Hasjim Oemar, Kent Dixon, Indra SB dengan Cornelis

Suasana hangat dalam pertemuan Hasjim Oemar, Kent Dixon, Indra SB dengan Thamrin Usman