hari tb sedunia-1

Click here to load reader

Upload: muhammad-ridlo

Post on 07-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah tb

TRANSCRIPT

Tuberculosis

Tuberculosis Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebabkan benjolan-benjolan pada paru-paru dan ditularkan melalui organ pernapasan. Tuberculosis pertama kali ditemukan oleh dr.Robert Koch pada tahun 1882. Selain itu, bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak hanya menyerang paru-paru tetapi dapat terjadi pada tulang, ginjal, kulit dan otak. Menurut world health organization ( WHO ) pada tahun 2012 terdapat pasien tuberculosis sebanyak 8.6 juta orang dan 1.3 juta orang meninggal dunia.Gejala yang terjadi pada orang yang mengidap bakteri tuberculosis aktif dapat mengalami beberapa gejala atau semua gejala seperti :a. Batuk yang sudah lama (> 2 minggu)b. Sering mengalami kelelahanc. Berat badan menurun drastisd. Nafsu makan berkurange. Demamf. Batuk disertai darahDi Indonesia, Penyakit tuberculosis merupakan penyakit rakyat. Hal ini disebabkan oleh :a. Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehatb. Perumahan yang tidak memenuhi standar c. Kebersihand. Kurang giziPenularan TB dapat dihindari dengan cara menggunakan desinfektan pada sapu tangan atau barang-barang yang digunakan, dan diusahakan agar ruangan pasien memiliki ventilasi yang baik karena bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat berkembang baik pada kondisi ruangan yang lembab.Cara pencegahan Tuberkulosis dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi BCG (Basil Calmette Guerin) sedini mungkin pada bayi yang baru lahir. Untuk mengetahui seseorang terinfeksi oleh basil tuberculosis atau tidak dapat dilakukan Tes Mantoux yaitu dengan penyuntikan dilengan atas dengan tuberculin (filtrat dari pembiakan Basil TB), apabila ditempat penyuntikan tidak ada timbul bengkak berwarna merah berarti orang tersebut tidak terinfeksi TB.

Pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien yang terkena infeksi TB sebagai berikut :1. Obat anti tuberkuosis pilihan pertama :a. RifampisinRifampisin merupakan turunan semisintetis dari rifamisin-B yang merupakan kelompok antibiotic makrosiklik yang dihasilkan dari Streptomyces mediterranei . Diindikasikan untuk terapi pengobatan tuberculosis, lepra, dan meningitis. Mekanisme kerja dari rifampisin adalah dengan menghambat DNA-depanden RNA polymerase dari mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya rantai dalam sintesis RNA. Rifampisin digunakan sehari satu kali satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan. Dosis untuk orang dewasa dengan berat badan kurang dari 50 kg yaitu 450 mg/hari dan untuk berat yang lebih dari 50 kg yaitu 600 mg/hari. Untuk anak-anak dosisnya 10-20 mg/kgBB per hari dengan dosis maksimum 600 mg/hari. Sebagai seorang farmasis dapat memberikan konseling bagi pasien tuberculosis pada penggunaan Rifampisin yang dapat menunjukkan reaksi warna merah pada urin, feses, liur, dahak, keringat dan air mata. b. EthambutolDiindikasikan untuk pengobatan tuberculosis dengan kombinasi obat lain yang bersifat tuberculostatik aktif. Ethambutol tidak boleh diberikan pada anak dibawah 6 tahun, pasien dengan gangguan penglihatan. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain neuritis optic, buta warna hijau/ merah dan neuritis perifer. Dosis harian sebesar 15 mg/kgBB akan meminimalkan efek samping yang ada. Penggunaan ethambutol pada saat lambung terisi. Sediaan ethambutol yaitu tablet 250 mg dan 500 mgc. IsoniazidMerupakan obat tuberkulostatik yang paling kuat dibanding yang lain. Namun dapat memberikan efek samping berupa gangguan neuropati perifer ( gangguan saraf yang disertai dengan kejang-kejang ) pada dosis 5 mg/kgBB per hari . namun dapat dicegah dengan pemberian pyridoxine ( vitamin B6 ) dengan dosis 10 mg/hari. Penggunaan isoniazid harus dalam kombinasi dengan obat yang lain karena isoniazid merupakan obat yang paling cepat menimbulkan resistensi. isoniazid diberikan pada saat lambung kosong dengan sediaan tablet 50 mg, 100 mg, 300 mg dan 400 mg.d. PirazinamidMerupakan obat yang apabila dikombinasikan dengan isoniazid akan memberikan efek farmakologis yang lebih kuat. Pyrazinamide dapat memberikan efek samping hepatotoksik terutama pada dosis lebih dari 3 gram/hari. Sediaan pyrazinamide berupa tablet 250 mg dan 500 mg. dosis oral yaitu 20-35 mg/kgBB sehari. cara penyimpanannya pada wadah kedap udara yang terlindung dari sinar.e. StreptomisinMempunyai aktivitas bakteriostatik dengan cara mengikat subunit ribosom 30S yang mempengaruhi sintesis polipeptida, yang dapat menghambat proses translasi. Dosis nya 20 mg/kgBB secara intramuscular, maksimum 1 gram/hari selama 2 sampai 3 minggu. Kemudian frekuensi pemebriannya dikurangi menjadi 2-3 kali seminggu.2. Obat anti-tuberculosis pilihan kedua : a. Ethionamide Memiliki aktivitas bakteriostatik dengan cara menghambat sintesis asam mikolat melalui ikatan pada ACP reductase InhA. Ethionamide terdapat dalam bentuk sediaan tablet 250 mg. dosis awal yang diberikan ialah 2 kali 250 mg dalam sehari, kemudian dosisnya dinaikkan setiap 5 hari dengan 125 mg/hari sampai dosis maksimal per hari 1 gram.b. KanamycinMemiliki aktivitas bakterisida dengan cara mengikat subunit 30S ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein RNA-dependen.c. CycloserinMemiliki aktivitas bakteriostatik dengan cara mengganggu sintesis peptidoglikan melalui hambatan enzim d-alanine racemase (AlrA). Dosis 2 gram per hari dapat menimbulkan konvulsi sehingga perlu adanya penurunan dosis menjadi 500 mg per hari. Resio konvulsi juga bertambah apabila diberikan bersamaan dengan etil alcohol. Oleh sebab itu, maka pada pasien yang memiliki epilepsi tidak dianjurkan menggunakan cycloserin karena efeknya pada system saraf pusat.d. CapreomycinAktivitas bakterisida dengan cara menghambat sintesis protein melalui modifikasi struktur ribosom pada posisi 16S RNAr. e. Para-aminosalycilis acidMemiliki aktivitas Bakteriostatik dengan cara menghambat biosintesis asam folat dan pengembalian besi. PAS terdapat dalam tablet 500 mg yang diberikan per oral 8-12 gram/hari dibagi dalam berbagai dosis.

Abdullah Alsultan, Charles A. Peloquin. 2014. Therapeutic Drug Monitoring in the Treatment of Tuberculosis: An Update. DOI 10.1007/s40265-014-0222-8 volume 74(8)Randall Reves and Neil W. Schluger. Update in Tuberculosis and Nontuberculous MycobacterialInfections 2013. Am J Respir Crit Care Med Vol 189,(8, pp 894898, Apr 15, 2014

Giovanni Sotgiu, Rosella Centis, Lia Dambrosio, and Giovanni Battista Migliori. Tuberculosis Treatment and Drug Regimens. Cold Spring Harb Perspect Meddoi: 10.1101/cshperspect.a017822

Dinh-Duy Pham, Elias Fattal, Nicolas Tsapis. Pulmonary drug delivery systems for tuberculosis treatment. International Journal of Pharmaceutics 478 (2015) 517529

2