hara

16
HARA Oleh : Andriani Diah Irianti : B1J012011 Venthyana Lestari : B1J012133 Agum Gumelar : B1J012134 Kelompok : 2 Rombongan : II Asisten : Siti Nur Hidayah LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2014

Upload: andriani-diah-irianti

Post on 28-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Fisiologi Tumbuhan II

TRANSCRIPT

Page 1: HARA

HARA

Oleh :

Andriani Diah Irianti : B1J012011

Venthyana Lestari : B1J012133

Agum Gumelar : B1J012134

Kelompok : 2

Rombongan : II

Asisten : Siti Nur Hidayah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2014

Page 2: HARA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan padi (Oryza sativa) termasuk golongan tumbuhan Gramineae,

tanaman ini ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan

padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. Bibit yang

hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat dekat, dimana terdapat

20-30 atau lebih anakan/tunas tunas baru. Menurut Marlina et al., (2012),

Tanaman padi sudah ditanam di Zhenjiang (Cina) sejak 3000 tahun sebelum

masehi. Tanaman ini menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah

Indonesia. Hal ini disebabkan karena kesesuaian lahan dan kultur masyarakat

dalam mengembangkan tanaman tersebut.

Upaya peningkatan produksi tanaman, baik melalui intensifikasi maupun

ekstensifikasi selalu diiringi oleh penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik,

untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pemupukan dilakukan secara

berimbang, sesuai kebutuhan tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan

tanah menyediakan hara secara alami, keberlanjutan sistem produksi dan

keuntungan yang memadai bagi petani. Pemupukan berimbang adalah

pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada lingkungan setempat, terutama

tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan

tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan hara yang sebelumnya

dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi (Dobermann and Fairhurst 2000; Witt and

Dobermann 2002). Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara

bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya,

dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman dan kapasitas lahan dalam

menyediakan hara bagi tanaman (Makarim, et al., 2003).

Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar,

mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik,

disamping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan

pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat

menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati

tanah (Syafruddin dan Akil, 2007).

Page 3: HARA

Tanaman membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui

tanah. Hara N, P dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering

kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg dan S diperlukan dalam

jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut

hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl diperlukan tanaman dalam

jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H dan O diperoleh dari air dan udara.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat

diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan

aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini

berlaku umum untuk setiap unsur hara (Olson and Sander 1988).

Usur hara dalam bentuk tersedia dapat diserap oleh akar tanaman. Suplai

hara yang tersedia dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisika, kimia dan

biologi tanah. Ketiga unsur tadi saling berinteraksi dalam mengkondisikan tanah,

apakah subur atau tidak. Unsur hara essensial dibutuhkan tanaman terdiri dari

unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan unsur hara mikro (Zn, Cu, Mn,

Mo, B, Fe, dan Cl). Unsur hara non-esensial terdiri dari unsur logam Pb, dan Cd.

Unsur hara logam disebut sebagai unsur hara non esensial sebab belum diketahui

unsur tersebut dalam tubuh tanaman. Kadar yang berlebihan dari unsur tanaman

dapat meracuni bakteri-bakteri yang bermanfaat bagi tanaman (Lahuddin, 2007)

B. Tujuan

1. Mengetahui macam-macam hara.

2. Mengetahui pengaruh hara terhadap pertumbuhan tanaman.

Page 4: HARA

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah 10 botol gelap, dan

erlemeyer.

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah semai padi (Oryza

sativa), hara lengkap Fe EDTA, Fe Cl3, -Ca, -S, -Mg, -K, -N, P, Fe– hara mikro,

kapas, alumunium foil dan label.

B. Metode

1. Cara Kerja

Botol gelap dicuci dengan akuades hingga bersih, kemudian dibilas

dua kali dengan akuades

Botol tersebut ditandai dengan kertas label, masing-masing untuk

larutan hara lengkap dengan Fe EDTA atau hara lengkap dengan

FeCl3, -Ca, -S, -Mg, -K, -N, -P, -Fe, -hara mikro

Larutan hara disiapkan berturut-turut dari hara lengkap Fe EDTA

atau FeCl3, kemudian hara –Ca, -S, -Mg, -K, -N, -P, -Fe, -hara

mikro.

Botol gelap diisi kurang lebih 3/4 volume dengan larutan-larutan

hara tersebut sesuai dengan labelnya masing-masing.

Semai padi (Oryza sativa) diambil, dipilih yang sehat, akarnya

dibersihkan dari tanah dan kotiledonnya dibuang.

Panjang akar terpanjang dan batang diukur, jumlah akarnya

dihitung. Semai padi dimasukkan ke dalam masing-masing botol

gelap yang berisi larutan hara, sampai akarnya terendam dan

disekeliling batang semai padi disumbat dengan melilitkan kapas.

Pengamatan dilakukan selama 2 minggu.

Page 5: HARA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Jumlah Akar

a. Tabel 1. Jumlah Akar Padi (Oryza sativa)

Perlakuan Ulangan

Total

Rataan 1 2 3

Fe-EDTA 11 10 10 31.000

10.333

FeCl3 12 13,3 8 20.000

10.000

Tanpa Ca 15 15 15 45.000

15.000

Tanpa S 12,5 12,5 12 12.000

12.000

Tanpa Mg 12 12 8 32.000

10.667

Tanpa K 10 10 8 28.000

9.333

Tanpa N 10,5 11 12 23.000

11.500

Tanpa P 11 11,5 6,5 11.000

11.000

Tanpa Fe 12,6 12 12 24.000

12.000

Tanpa

Hara

Mikro

3 3,4 3 6.000

3.000

Total 232.0000

b. Tabel RGR

SR dB JK KT Fhitung F Table

0.05 0.01

Perlakuan 6 -363.047619 -60.5079 -1.8577 ns 2.39 3.46

Galat 14 456.000000 32.57143

Total 20 92.952381

F hitung < F tabel, maka tidak signifikan sehingga tidak memerlukan tabel BNJ

2. Panjang Akar Terpanjang

a. Tabel 2. Panjang Akar Terpanjang Tanaman Padi (Oryza sativa)

Perlakuan Ulangan

Total

Rataan 1 2 3

Fe-EDTA 7 8 8 23.000 7.667

FeCl3 6 7 6 19.000 6.333

Tanpa Ca 5 8 6 19.000 6.333

Tanpa S 7 7 7 21.000 7.000

Tanpa 5 9 12 26.000 8.667

Page 6: HARA

Mg

Tanpa K 9 11 10 30.000 10.000

Tanpa N 9 9 9 27.000 9.000

Tanpa P 6 8 7 21.000 7.000

Tanpa Fe 11 11 8 30.000 10.000

Tanpa

Hara

Mikro

5 8 5 18.000 6.000

Total 234.0000

b. Tabel RGR

SR dB JK KT Fhitung F Table

0.05 0.01

Perlakuan 9 62.133333 6.903704 2.958730159 * 2.39 3.46

Galat 20 46.666667 2.333333

Total 29 108.800000

F hitung > F tabel, maka signifikan sehingga memerlukan tabel BNJ

c. Tabel BNJ

Fe-EDTA FeCl3

Tanpa Ca

Tanpa S

Tanpa Mg

Rataan 7.6667 6.3333 6.3333 7.0000 8.6667

Fe-EDTA

7.6667 0.000

FeCl3 6.3333 1.333 ns 0.000

Tanpa Ca

6.3333 1.333 ns 0.000 ns 0.000

Tanpa S

7.0000 0.667 ns 0.667 ns 0.667 ns 0.000

Tanpa Mg

8.6667 1.000 ns 2.333 ns 2.333 ns 1.667 ns 0.000

Tanpa K

10.0000 2.333 ns 3.667 ns 3.667 ns 3.000 ns 1.333

Tanpa N

9.0000 1.333 ns 2.667 ns 2.667 ns 2.000 ns 0.333

Page 7: HARA

Tanpa P

7.0000 0.667 ns 0.667 ns 0.667 ns 0.000 ns 1.667

Tanpa Fe

10.0000 2.333 ns 3.667 ns 3.667 ns 3.000 ns 1.333

Tanpa Hara Mikro

6.0000 3.34 ns 1.24722 ns 4.16571 ns 1.000 ns 2.667

Gambar 1. Padi 0 Minggu Gambar 2. Padi 1 Minggu

Gambar 3. Padi 2 Minggu

Page 8: HARA

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan parameter jumlah akar didapatkan hasil

Fhit < Ftab yang berarti non signifikan atau tidak berpengaruh secara nyata

terhadap jumlah akar tanaman padi (Oryza sativa). Hal ini tidak sesuai dengan

pernyataan Howler (1981), yang menyatakan bahwa unsur hara khususnya fosfor

sangat mempengaruhi dalam pembentukan dan perkembangan akar. Pengamatan

panjang akar terpanjang tanaman padi (Oryza sativa), diperoleh hasil bahwa Fhit

> Ftab yang berarti signifikan atau berpengaruh nyata terhadap panjang akar

terpanjang tanaman padi (Oryza sativa). Menurut Ruhnayat (2007), ada beberapa

faktor yang menunjang tanaman tumbuh dengan baik, diantaranya komposisi

larutan yang tidak sesuai dan bisa juga pengaruh dari lingkungannya. Salah satu

faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal

adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika

tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka

pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Setiap

jenis tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang berbeda.

Ketidaktepatan pemberian unsur hara atau pupuk selain akan menyebabkan

tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal juga merupakan

pemborosan tenaga dan biaya tidak efisien.

Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal),

namun juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal

tersebut adalah unsur hara essensial. Unsur hara adalah senyawa organik dan

anorganik yang ada di dalam tanah atau dengan kata lain nutrisi yang terkandung

dalam tanah. Unsur hara essensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi

pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka

tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan

tanaman akan terhambat. Berdasarkan jumlah yang diperlukan kita mengenal

adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan

oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar (0,5-3% berat tubuh tanaman).

Sedangkan unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif

kecil, beberapa ppm (part per million) dari berat keringnya (Dwidjoseputro,

1989).

Page 9: HARA

Unsur hara yang tidak lengkap dapat menyebabkan tanaman mengalami

defisiensi unsur hara sehingga tanaman mengalami nekrosis, klorosis, batang layu

dan akar tidak berkembang dengan baik. Menurut Lakitan (2004) bahwa gejala

defisiensi hara dapat berupa klorosis, nekrosis dan terhambatnya pertumbuhan

akar, batang, atau daun yang mengakibatkan kekerdilan. N sebagai penyusun

protein dan Mg sebagai penyusun klorofil, sehingga defisiensinya dapat

menyebabkan hambatan pertumbuhan dan klorosis. Tjitrosomo (1985)

menyatakan defisiensi salah satu unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman akan

menyebabkan terganggunya metabolisme sehingga menghambat pertumbuhan.

Tanaman yang kekurangan unsur K menunjukan gejala klorosis dan tepi daun

mengering akibat rendahnya kandungan air dalam daun. Fungsi K dalam

metabolisme tumbuhan adalah sebagai katalisator dan memegang peranan penting

dalam sintesis protein dari asam-asam amino dan metabolisme hidrat arang

(Prawiranata, 1989). Tjitrosomo (1985) menambahkan bahwa defisiensi kalium

menyebabkan nekrosis pada ujung batang dan menimbulkan daerah kuning pada

daun yang kemudian menyebabkan warna coklat disertai kematian pada tanaman.

Kekurangan unsur kalsium (Ca) pada tanaman akan menampakan gejala

klorosis ditandai daun yang menguning dan akhirnya mati. Menurut Prawiranata

(1989), Ca diperlukan untuk pertumbuhan meristem dan menjamin pertumbuhan

serta berfungsinya ujung-ujung akar yang wajar. Unsur Ca sebagian besar

ditemukan pada daun terutama daun-daun tua. Kekurangan Ca akan

mempengaruhi kekuatan tumbuhan. Apabila kebutuhan unsur Ca tidak terpenuhi

dengan baik maka akan mengakibatkan tumbuhan menjadi cenderung lemah serta

pertumbuhan akarnya kurang baik (tidak subur). Menurut Junior et al., (2012),

suatu tanaman yang mengalami defisiensi B ditandai dengan menebalnya dinding

sel dan lamella tengah, kloroplas terdistorsi dan butir pati tidak ada. Defisiensi Zn

dan Cu menyebabkan gangguan kloroplas, disintegrasi tilakoid dan amyloplas

tidak ada

Defisiensi sulfur (S) akan menimbulkan klorosis pada daun muda dan

menghambat pertumbuhan tanaman (Tjitrosomo, 1985). Unsur S (sulfur)

digunakan sebagai penyusun asam amino, vitamin dan koenzim A yang berperan

dalam respirasi. Kekurangan unsur nitrogen (N) menyebabkan tajuk daun

Page 10: HARA

berwarna hijau terang, daun tua menguning, kering dan berwarna coklat muda.

Tanaman yang kekurangan N daunnya akan layu dan tampak kuning. Nitrogen

merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman karena merupakan

penyusun dari semua protein dan asam nukleat (Lakitan, 2004).

Unsur besi (Fe) sangat penting dalam sintesis klorofil karena merupakan

unsur penting bagi tanaman. Salah satu senyawa yang mengandung Fe adalah

sitokinin, senyawa ini memiliki peran penting dalam transfer hidrogen dari

penerima ke molekul oksigen (Lakitan, 2004). Kekurangan unsur Fe

menyebabkan klorosis pada daun, lembaran daun menjadi kuning tetapi tulang

daun tetap hijau. Kekurangan unsur magnesium (Mg) akan mengakibatkan daun

berwarna kekuningan atau klorosis. Hal ini terjadi karena Mg menyebabkan

tanaman tidak mampu berfotosintesis dengan baik. Fungsi Mg adalah sebagai

penyusun klorofil dan dapat bergabung dengan ATP dalam berbagai reaksi. Mg

juga merupakan aktivator dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis, respirasi

dan pembentuk DNA dan RNA (Tjitrosomo, 1985).

Peranan phospor (P) dalam tanaman penting untuk pembentukan pholipid

dan nukleoprotein. Kekurangan phospor mengakibatkan pertumbuhan terhambat,

daun berwarna hijau tua, akumulasi hidrat arang, dan ikatan hidrogen.

Kekurangan P pada tanaman adalah pada lembaran daun tampak bagian yang mati

dan akhirnya rontok serta tanaman menjadi kerdil dan akar yang sedikit

(Prawinata, 1989). Unsur mikro diperlukan dalam jumlah sedikit, namun

ketiadaan unsur mikro dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan akhirnya

mati. Sehingga, unsur makro merupakan kebutuhan dari tanaman untuk

melangsungkan hidupnya dalam konsentrasi tertentu dan relatif sedikit

(Poerwowidodo, 1992).

Bonner dan Vanner (1965) menjelaskan peranan unsur hara mikro yakni

mangan (Mn) terlibat luas dalam proses katalitik tumbuhan, yaitu sebagai

aktivator beberapa enzim respirasi dalam reaksi metabolisme nitrogen dan

fotosintesis. Mangan diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase, sehingga

tumbuhan yang mengalami kekurangan Mn memerlukan sumber N dalam bentuk

NH4. Fungsi boron (Bo) pada metabolisme tanaman belum jelas meskipun dari

hasil percobaan menunjukkan bahwa boron penting untuk pertumbuhan.

Page 11: HARA

Tumbuhan yang kekurangan boron, translokasi dan penyerapan gula banyak

berkurang, sehingga diduga gula diangkut dalam bentuk kompleks borat.

Tembaga (Cu) berperan katalitik khusus pada tumbuhan, merupakan bagian dari

enzim-enzim penting seperti politenol oksidase dan asam askorbat oksidase.

Defisiensi Cu menyababkan nekrosis pada ujung daun, daun layu dan berwarna

gelap. Seng (Zn) terlibat dalam sintesis hormon IAA dan jika kekurangan dapat

menyebabkan perubahan bentuk yang lebih pendek dan kerdil. Molibdenum (Mo)

berperan dalam reduksi nitrat dan fiksasi nitrogen. Kekurangan Mo, daun menjadi

layu pada daerah tepi. Klor (Cl) berperan dalam fotolisis air. Defisiensi klor

menyebabkan tanaman layu dan akar pendek, pembentukan buah berkurang. Ion

Cl mutlak diperlukan dalam fotosintesis.

Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau daun. Unsur C dan

O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melalui stomata daun dalam proses

fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar tanaman. Air juga

dapat diserap oleh daun dalam jumlah sedikit. Unsur H yang digunakan air

merupakan unsur radioaktif, sedangkan oksigen dalam air tersebut dibebaskan

sebagai gas (Donahue et al., 1977). Unsur-unsur hara lain dapat diserap akar

tanaman dari tanah. Unsur hara dapat diserap tanaman oleh daun, jika

disemprotkan dalam bentuk larutan. Unsur P diambil dalam bentuk ion orthofosfat

primer dan sekunder (H2PO- atau HPO4

2-). Unsur Sulfur merupakan unsur hara

makro esensial yang diserap tanaman dalam bentuk SO42-

dan sedikit dalam

bentuk gas belerang (SO) diserap melalui daun dari atmosfer. Kalsium dapat

diambil tanaman dalam bentuk Ca2+

, berperan sebagai komponen dinding sel,

dalam pembentukan struktur dan permeabilitas membrane. Magnesium (Mg)

dapat diambil tanaman dalam bentuk ion Mg2+

, yang berperan sebagai

penyusunan klorofil (Dwidjoseputro, 1989).

Air dan unsur hara diserap tanaman lewat akar, penyerapan unsur hara

terbagi atas tiga cara, yaitu difusi, mass flow (aliran massa), dan intersepsi akar.

Air beserta nutrient yang terlarut di dalamnya disebut larutan tanah, bergerak

melalui tanah hingga mencapai akar tanaman. Selanjutnya dari kejadian tersebut

terjadi penyerapan air dan nutrien oleh sel-sel tanaman dengan mekanisme yang

Page 12: HARA

berbeda (Soebiham, 1996). Berikut merupakan mekanisme hara pada tanaman,

yaitu :

1. Aliran massa (mass flow) merupakan penyerapan unsur hara melalui

pergerakan nutrien atau hara yang ada di dalam tanah dalam massa air yang

bergerak.

2. Intersepsi akar terjadi pada waktu akar tanaman tumbuh memasuki ruangan

yang ditempati oleh unsur hara dan terjadi kontak yang sangat dekat sehingga

terjadi pertukaran ion pada permukaan akar dan permukaan kompleks

adsorpsi.

3. Difusi merupakan penyerapan hara oleh akar dari larutan tanah, hara yang

terlarut lainnya bergerak menuju akar tanpa aliran masa. Prinsip difusi yaitu

pergerakan area berkonsentrasi setiap elemen tinggi menuju area yang

berkonsentrasi setiap elemen lebih rendah (Soebiham, 1996).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara, antara lain:

a) faktor air untuk melarutkan unsur hara atau zat mineral sehingga mudah

menyerap air

b) daya serap akar, tekanan setiap tumbuhan berbeda-beda. Besarnya tekanan

akar dipengaruhi oleh besar kecilnya atau tinggi rendahnya tumbuhan. Bukti

adanya tekanan atau daya dari serap yang terjadi pada akar ini adalah pada

batang yang dipotong maka air tampak tergenang dipermukaan tunggaknya

c) daya isap daun disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang

besarnya berbanding lurus dengan luas bidang penguapan (intensitas

penguapan) (Lakitan, 2004).

Menurut Rosmarkam dan Nasih (2002), Penyerapan hara tanaman

dipengaruhi oleh faktor konsentrasi larutan, valensi unsur, temperatur, dan

tingkat metabolisme. Unsur hara yang diperlukan tanaman, pada umumnya

dikelompokkan menjadi 2 yaitu unsur hara makro dan mikro. Setiap unsur hara

memiliki fungsi sangat penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup

tanaman. Unsur N berfungsi merangsang pertumbuhan vegetatif sepeti daun,

cabang dan ranting. Unsur P berfungsi membantu dalam pertumbuhan batang dan

akar yang kuat dan pada tanaman yang sudah besar, membantu pembentukan

bunga yang normal dan sehat. Unsur K berfungsi menguatkan dan memperkokoh

Page 13: HARA

tubuh tanaman, serta merangsang pertumbuhan daun. Unsur Ca berfungsi untuk

merangsang pertumbuhan batang, serta membantu dalam penyerapan kalsium

(Sudarmono, 1997). Unsur Mg berfungsi dalam penyusunan klorofil, tanpa

klorofil fotosintesis tanaman tidak akan berlangsung, dan berfungsi sebagai

aktivator enzim. Unsur S berfungsi membantu kelancaran aktivitas unsur P.

Unsur Mn berfungsi membantu kelancaran fotosintesis, pembentukan klorofil dan

penyerapan unsur P. Unsur Fe berfungsi dalam memperkuat tanaman dan

mempertahankan vigor tanaman. Unsur B berperan dalam penyerapan unsur N,

merangsang perkembangan akar dan buah. Unsur Zn berfungsi membantu

pertumbuhan daun dan pembentukan klorofil. Unsur Mo berfungsi dalam

merangsang pertumbuhan tanaman dan membantu proses reduksi unsur N. Unsur

Cl berfungsi dalam membantu dalam proses fotosintesis (Dwidjoseputro, 1989).

Page 14: HARA

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahsan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Setiap unsur hara memiliki peran dan fungsi masing-masing terhadap

pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa), kekurangan salah satu unsur hara

akan menghambat proses metabolisme yang pada akhirnya akan menghambat

pertumbuhan tanaman.

2. Hasil pengamatan pengaruh hara terhadap jumlah akar tanaman padi (Oryza

sativa) menunjukan hasil non-signifikan karena Fhit < Ftab sedangkan

panjang akar terpanjang, menunjukkan hasil yang signifikan karena Fhit >

Ftab atau berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman.

B. Saran

Seharusnya dalam menyediakan alat-alat praktikum yang akan digunakan

seperti botol memiliki ukuran yang sama serta materi untuk kuis jangan diberikan

pada waktu praktikum, melainkan sudah ada di diktat, sehingga praktikan bias

membaca terlebih dahulu sebelum praktikum.

Page 15: HARA

DAFTAR REFERENSI

Bonner., J dan Vanner., J. E. 1965. Plant biochemistry. Academic Press, New

York.

Dobermann, A. and T. Fairthurts. 2000. Rice nutrient disorders and nutrient

management. Internasional Rice Research Institute (IRRI). Los Banos.

192p.

Donahue R. L., R. W. Miller, and J. C. Sickluna. 1997. Soils An Introduction to

Soils and Plant Growth. Pratice Hall Inc. New Jersey. USA

Dwidjoseputro, D. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Howler R.H. 1981. Mineral Nutrition and Fertilization of Cassava. CIAT.

Columbia. 50p.

Lakitan, Bennyamin. 2004. Dasar dasar fisiologi tumbuhan cetakan kelima. PT

Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Junior, J. L., Clausa P. C., Monica L. R., Thiago A. R. N., Neusa de L. N., and

Euripedes M. 2012. Deficiency, Symtoms and Uptake of Mikronutriens by

Castor Bean Grown in Nutrient Solution. R. Bras. Ci. Solo, 36 : 233-242

Lahuddin. 2007. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. Ilmu Kesuburan

Tanah Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S. Hendarsih, dan S. Abdurachman. 2003.

Panduan teknis pengelolaan hara dan pengendalian hama penyakit

tanaman padi secara terpadu. Puslitbangtan. 37 p.

Marlina, N., Eko Adi S., dan Nurbati A. 2012. Respon Tanaman Padi (Oryza

sativa L.) terhadap Takaran Pupuk Organik Plus dan Jenis Plastisida

Organik dengan System of Rice Intensification (SRI) di Lahan Pasang

Surut. Jurnal Lahan Suboptimal 1(2) : 138-148.

Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograph Agronomy

Corn and Corn Improvement. Wisconsin. p.639-686.

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Bandung.

Prawiranata, W. 1989. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan II. IPB, Bandung.

Rosmarkam, A. dan Nasih W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyaakarta.

Page 16: HARA

Ruhnayat, Agus. 2007. Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N, P, K untuk

Pertumbuhan Tanaman Panili (Vanilla planifolia andrews). Buletin Littro,

18 (1 ): 49-59.

Soebiham. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Uji Tanah. IPB. Bogor

Sudarmono, AS. 1997. Tanaman Hias Ruangan: Mengenal dan Merawat.

Kanisius: Yogyakarta

Syafruddin, Faesal, dan M. Akil. 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung.

p.205-218

Tjitrosomo, S. S. 1985. Botani Umum 2. Angkasa: Bandung.

Witt, C. and A. Dobermann. 2002. A site-specific nutrient management approach

for irrigated lowland rice in Asia. Better Crops Int. 16:20-24.