nutan estimasi kebutuhan unsur hara

22
ESTIMASI KEBUTUHAN UNSUR HARA MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nutrisi Tanaman Dosen Pengampu:Dr.Ir. M. Dawam Maghfoer, MS. Disusun Oleh: Kelompok 4 – Kelas D Ryan Ananda S. (125040200111178) Ade Irma Safitri (125040200111193) Ariesta Yudha Setia W. (125040201111047) Sheila Rezta Kania I. (125040201111065) Muhammad Muslim (125040201111025) Febi Nila Kusuma (125040200111235) PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Upload: mbritz-si-dochi

Post on 27-Sep-2015

133 views

Category:

Documents


72 download

DESCRIPTION

koiuiu

TRANSCRIPT

ESTIMASI KEBUTUHAN UNSUR HARAMAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nutrisi Tanaman

Dosen Pengampu:Dr.Ir. M. Dawam Maghfoer, MS.

Disusun Oleh:

Kelompok 4 Kelas D

Ryan Ananda S.

(125040200111178)

Ade Irma Safitri

(125040200111193)

Ariesta Yudha Setia W.(125040201111047)

Sheila Rezta Kania I.(125040201111065)

Muhammad Muslim(125040201111025)Febi Nila Kusuma

(125040200111235)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Unsur hara ialah suatu senyawa yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan dari suatu tanaman. Kebutuhan akan unsur hara bagi tanaman adalah suatu hal yang sangat vital. Apabila suatu tanaman kekurangan unsur hara maka akan terjadi gejal-gejala defisiensi unsur hara, sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal dan akan berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman tersebut. Selain itu apabila pemberian unsur hara berupa pupuk pada tanaman dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, maka akan terjadi proses toksisitas atau keracuanan bagi tanaman. Dampak yang akan timbul apabila tanaman mengalami keracunan atau toksisitas adalah terhambatnya penyerapan unsur hara lain, tanaman menjadi sukulen, bahkan tanaman dapat juga mengalami kematian.

Telah dilakukan beberapa penelitian untuk mengetahui bagaimana memperhitungkan kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Beberapa metode yang telah berkembang diantarannya adalah, metode pendekatan sederhana dalam mengestimasi kebutuhan unsur hara, metode pendekatan dengan respon tanaman, metode Michaelis-Menten dan Mitcherlich. Selain beberapa metode dalam pendugaan kebutuhan akan unsur hara ada beberapa metode yang digunakan dalam pengaplikasian unsur hara. Metode yang biasanya digunakan adalah metode BMP atau Best Management Pratice. Metode ini membahas tentang penggunaan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan,waktu,tempat, dan jumlah yang tepat diberikan ke tanaman.1.2 Tujuan

1. Untuk mempelajari tentang estimasi kebutuhan unsur hara melalui metode pendekatan sederhana2. Untuk mempelajari tentang estimasi kebutuhan unsur hara melalui metode pendekatan model tanggapan tanaman, Michaelis-Menten dan Mitcherlich3. Untuk mempelajari tentang prinsip dasar dan pengaplikasian BMP pada tanaman melalui SIG2. Pembahasan2.1 Estimasi Kebutuhan Hara Tanaman dengan Pendekatan Sederhana

Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menopang hidup dan pertumbuhannya. Kebutuhan hara harus dapat dipenuhi baik dari segi kisaran kadar, macam dan keseimbangannya. Tumbuhan membutuhkan unsur makro dan mikro dalam jumlah tertentu yang bervariasi tergantung jenis dan tingkat kebutuhan aktivitasnya. Pemenuhan berbagai hara harus ada keseimbangan sehingga mampu menopang hidup tumbuhan. Ketersediaan nutrisi di lingkungan sangat dipengaruhi oleh pH, tekstur dan struktur tanah, kapasitas tukar ion tanah dan kandungan bahan organik tanah. Tingkat kebutuhan hara makro dan mikro pada antar jenis tanaman berbeda-beda. Penggunaan pupuk pada pertanaman jagung sangat beragam tergantung kondisi lahan, dan orientasi produksi (Suyitno dan Paidi, 2002). Estimasi terkini menyampaikan bahwa 80% areal pertanaman jagung dipupuk secara pukul rata dengan takaran sekitar 85 kg N, 25 kg P2O5 dan 8 kg K2O/ ha pertanaman (IFA, 2002). Takaran N lebih dari 150 kg/ha (300 Urea kg/ha) adalah umum diberikan pada lahan sawah irigasi; bahkan pada beberapa tempat pertanaman jagung di lahan irigasi ada yang memupuk urea lebih dari 500 kg/ha (Anonim, 2015).

Tanggapan tanaman terhadap pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat kesuburan tanah. Karena itu, takaran pupuk berbeda untuk setiap lokasi. Pemupukan didasari oleh beberapa hal seperti estimasi kebutuhan unsur hara pada tanaman. Untuk mengetahui estimasi kebutuhan unsur hara pada tanaman, dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya ialah pendekatan secara sederhana. Pendekatan secara sederhana dilakukan dengan mengetahui target produksi (produktivitas tanaman), produksi tanaman tanpa pemupukan, dan pengembalian (pemulihan) hara. Selain itu, kadar hara kritis dalam tanaman perlu diketahui sebagai dasar pemberian pupuk (Syafruddin dkk, 2007). Tanaman akan tanggap terhadap pupuk jika kadar hara berada di bawah titik kritis. Contoh, Smith (Bidwell, 1979:255) menemukan bahwa status kebutuhan nutrisi optimum tanaman jeruk (Citrus sinensis) 2,5-2,7 % (N), 0,12-0,16 % (P), 0,3 0,49 % (Mg), 50-120 ppm (Fe). Tanaman tersebut akan mengalami defisiensi bila kandungan unsur tersebut kurang dari 2,2 % (N), 0,09 % (P), 0,20 % (Mg), dan 35 ppm (Fe) (Suyitno dan Paidi, 2002).

Menurut Sitompul (2012), estimasi kebutuhan pupuk dapat dilakukan dengan perhitungan rumus yaitu sebagai berikut :

Misalkan kebutuhan unsur N pada suatu tanaman diketahui sebesar U (kg/ton), produktivitas yang ditargetkan sebesar P (ton/ha), dan kandungan N pada pupuk Urea sebesar %. Maka dapat diketahui total Urea yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Sebagai contoh diketahui pada tanaman jagung U= 23 kg/ton hasil produksi, P=8 ton/ha, dan = 0,45. Berapakah jumlah urea yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan hara N tanaman jagung.

Perhitungan :

U = 23 kg/ton hasil produksiP = 8 ton/ha

= 0,45

Maka : kebutuhan N total (N) = U * P = 23 * 8 = 184 kg/ha

total Urea = N/ = 184/0,45 = 408,9 kg/ha

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam satu hektar lahan, dibutuhkan pemberian Urea sebanyak 408,9 kg/ha lahan jagung. Namun karena ketersediaan N didalam tanah juga telah ada sebelum dilakukannya pemupukan, maka kebutuhan Urea dari hasil perhitungan dikurangi dengan ketersediaan unsur N didalam tanah sebesar 10%, sehingga total Urea yang harus diberikan ialah 368 kg/ha.

Menurut Npriani (2012) waktu pemberian atau aplikasi pupuk di lahan ditentukan oleh sifat tanaman, fase pertumbuhan, sifat tanah, sifat pupuk, iklim, mobilitas hara dan tingkat uji tanah. Seperti hanya pada tanaman jagung Tanaman jagung dalam pertumbuhan pada fase awal sampai masak fisiologis membutuhkan nitrogen sekitar 120-180 kg/ha (Halliday dan Trenkel 1992) sedangkan N yang terangkut ke tanaman jagung hingga panen sekitar 129-165 kg N/ha dengan tingkat hasil 9,5 t/ha (Barber dan Olson 1968 dalam Halliday dan Trenkel 1992) (Suwardi dan Efendi, 2009).

2.2 Pendekatan model tanggapan tanaman Pendekatan model Michaelis-Menten dan MitcherlichPersamaan yang diturunkan oleh Michaelis dan Menten, berawal dari hipotesis dasar bahwa tahap pembatas kecepatan di dalam reaksi enzimatik adalah tahap penguraian kompleks ES, menjadi produk dan enzim bebas. Persamaan Michaelis-Menten merupakan dasar bagi semua aspek kinetika kerja enzim. Jika nilai km dan vmaks diketahui, kecepatan reaksi suatu enzim pada setiap konsentrasi substrat dapat dihitung. Hampir semua reaksi enzimatik, termasuk reaksi dengan dua atau lebih substrat dapat dianalisa secara kuantitatif dengan teori Michaelis-Menten (Lehninger,1995 dalam Winarno 2002).

Dengan persamaan dasar :

V = Vmax CS

Km+ CS

Dapat diturunkan untuk menghitung serapan unsur hara seperti :

N = Nmax NS

KN+ NSKeterangan :

N= Serapan Unsur Hara (Misalnya Unsur hara N)

Nmax= Serapan Maximum

NS= Tingkat Penyediaan Unsur Hara

KN= KonstantaModel Mitcherlich :

Y=A91-B.EXP(-CX)) Y : hasil/biomassa total tanaman atau serapan unsur hara (kg/ha) A : hasil atau serapan maksimum (kg/ha) dengan penyediaan unsur hara yang tidak terbatas X : jumlah unsur hara yang diberikan (kg/ha) yang dapat berupa N,P,K dll. B & C : konstanta Parameter B menggambarkan tanggapan maksimum tanaman pada unsur hara sebagai proporsi dari hasil maksimum yang diperoleh.2.3 Pengelolaan dengan Prinsip BMP (Best Management Practice)BMP (Best Management Practice) atau bisa dikatakan juga praktek pengelolaan terbaik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan di dalam estimasi kebutuhan unsur hara pada lapangan. Manajemen praktik pengelolaan lahan sangat diperlukan untuk mengoptimalkan fungsi lahan tersebut akar menghasilkan output secara maksimal. Menurut Park et.al (1994) dalam Rahmah (2013), menyebutkan bahwa pengelolaan terbaik pada lahan dapat diketahui melalui factor aliran permukaan, erosi, dan kandungan hara tanah. Faktor-faktor tersebut akan dicerminkan oleh nilai run off, total konsentrasi padatan dan kandungan unsur hara misalkan P dan N. Selain itu berdasarkan Synder (2008), praktek pengelolaan terbaik terhadap hara tanaman, didasarkan pada konsep yang sederhana yang sesuai dengan kebutuhan unsur hara tanaman, dan meminimalkan kehilangan unsur hara dari tanah. BMP akan memenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga akan meningkatkan hasil panen. Salah satu yang akan dibahas adalah mengenai manajemen yang baik pada unsur hara tanah dan kemudian bisa dilakukan pendugaan kandungan unsur hara.

Menurut artikel dari Agriculture and Agri-Food Canada, disebutkan bahwa ada beberapa manajemen tanah yang perlu dilakukan, salah satunya adalah manajemen nutrisi di dalam tanah / soil nutrient management. Dalam artikel disebutkan bahwa tanah harus rutin diberikan pupuk kandang ataupun pupuk organik untuk menjaga kebutuhan N yang ada pada lahan. N juga bias ditambahkan dengan pemanfaatan tanaman cover crop, dan kacang-kacangan atau leguminosa. Ketiga bahan tersebut harus dihitung kandungan N dan kemudian dicocokkan dengan hasil tes kebutuhan N pada tanah agar tidak terjadi toksisitas atau kelebihan unsur N. Hal lain yang perlu diperhtikan adalah kandungan unsur hara pada pupuk harus dicocokkan dengan fase pertumbuhan tanaman agar pupuk tidak terbuang sia-sia.

Contoh diambil dari artikel ilmiah Synder (2008), tentang praktek managemen terbaik unsur N. Pada BMP unsur N, dibagi menjadi 2 fase, pertama adalah sebelum pupuk yang mengandung N diaplikasikan dan setelah aplikasi. Pada saat sebelum pupuk N diaplikasikan, harus memperhatikan beberapa hal, antara lain :

a).Menetapkan tujuan dari produksi berdasarkan jenis tanah dan kondisi iklim yang ada di lapangan. Hal ini berfungsi untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara yang diberikan dan untuk mendukung pertumbuhan serta perkembangan tanaman.

b).Membuat inventarisasi kesuburan tanah dari hasil uji laboratorium terkini ataupun dari sejarah penggunaan lahan, kemudian jenis nutrisi yang diberikan, dan total tanaman yang ditanam untuk mengetahui kebutuhan unsur yang diberikan

c).Mengidentifikasi factor lain yang mempengaruhi pemberian dan keberadaan unsur hara di dalam tanah misalnya kompetisi gulma, drianase yang tidak memadahi, dan kondisi tanaman yang rusak karena hama dan penyakit.

Lalu setelah diketahui semua hal tersebut, kemudian unsur hara diapliaksikan dan setelah aplikasi perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a).Pendugaan unsur hara melalui test jaringan tanaman di laboratorium. Pengujian jaringan ini dengan tujuan memonitor kandungan hara pada tanaman dan biasanya dilakukan pada saat tanaman masuk fase pertumbuhan cepat dan pada saat tanaman sudah menyerbuk. Selain itu, juga menghitung jumlah klorofil pada daun menggunakan klorofil meter.

b).Identifikasi factor lingkungan yang berhubungan dengan kandungan hara pada tanah dan tanaman misalnya tentang kadar air yang tinggi, NO3 yang tinggi, terdapat gulma air, ataupun permasalahan rendahnya oksigen pada lahan.

2.4 Prinsip Dasar BMP dan Teknologi Informasi (GIS dan GPS)A. Best Management Practices For Nutrient Management

Diantara semua BMP, pengelolaan hara BMP adalah salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kualitas air karena luasnya masalah hara terkait kualitas air. Manajemen unsur hara adalah salah satu yang paling umum digunakan. Manajemen nutrisi BMP tergantung pada jenis tanah, tanaman, bahan penyusun pupuk, dan praktek konservasi lainnya seperti tanaman penutup dan konservasi tanah. Karena praktik pengelolaan hara terbaik perlu disesuaikan dengan masing-masing bidang.1. Pertimbangan Operasi dan Pemeliharaan

Operasi dan pemeliharaan pengelolaan hara tergantung pada sejarah pengelolaan hara, kondisi tanah, dan jenis tanaman. Hal ini penting untuk mengevaluasi hasil jangka pendek dan jangka panjang ketika mengevaluasi dan praktek manajemen terbaru. Prinsip pengelolaan nutrisi 4R umumnya sama diseluruh dunia, tetapi penerapannya bervariasi tergantung pada karakteristik khusus seperti tanah, pola tanam, teknik manajemen dan iklim. Prinsip-prinsip ilmiah kerangka 4R meliputi:

a. Right Source : Memastikan pasokan nutrisi penting yang seimbang, mengingat kedua sumber yang tersedia secara alami dan karakteristik produk tertentu, dalam bentuk yang tersedia tanaman. Untuk nutrisi menjadi tersedia bagi tanaman, mereka harus diubah menjadi bentuk anorganik dalam tanah. Tingkat di mana hal ini terjadi sangat bervariasi. Fraksi organik tetap dalam penyimpanan di dalam tanah dan dilepaskan dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman dari waktu ke waktu. Semua pupuk organik, sangat bervariasi dalam hal kandungan nutrisi. Selain itu, ketika pupuk organik atau pupuk kandang yang diterapkan ke lapangan, hanya beberapa nutrisi yang tersedia untuk digunakan oleh tanaman berikutnya.

b. Right Rate : Menilai dan membuat keputusan pemberian jumlah pupuk berdasarkan pasokan hara tanah dan kebutuhan tanaman. Hal ini dapat dilakukan dengan pengujian tanah. Hasil tes adalah pendekatan terbaik untuk mengetahui tingkat nutrisi yang tersedia untuk tanaman sebelum pupuk ditambahkan. Jumlah pupuk yang tepat ditentukan oleh perbedaan antara kebutuhan tanaman dan nutrisi yang sudah ada di lapangan

c. Right Time : Menilai dan membuat keputusan berdasarkan dinamika serapan tanaman, pasokan tanah, risiko hilangnya nutrisi, dan analisis fase pertumbuhan tanaman. Waktu yang tepat untuk menerapkan pupuk sedekat mungkin dengan waktu tanaman membutuhkan unsur hara. Hilangnya nutrisi meningkat seiring dengan waktu. Umumnya, tanaman membutuhkan jumlah terbesar nutrisi pada masa pertumbuhan tercepat dan produksi benih. Beberapa nutrisi, jika diterapkan terlalu awal musim, dapat diangkut keluar dari zona akar dengan limpasan atau infiltrasi air sebelum waktu permintaan puncak.

d. Right Place : Ditujukan pada dinamika akar-tanah dan gerakan nutrisi, dan mengelola variabilitas spasial pada lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang spesifik dan membatasi potensi kerugian dari lapangan. Umumnya, penambahan nutrisi harus ditempatkan sedekat mungkin dengan tanaman yang tumbuh tanpa merusak tanaman. Semakin besar jarak antara tanaman dan pupuk, semakin besar potensi pupuk akan hilang akan hilang sebelum dapat diserap tanaman.

2. Manfaat Prinsip 4R dari segala aspek

Prinsip 4R dapat membantu meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara : Mengoptimalkan pengelolaan hara merupakan usaha yang baik untuk berhadapan dengan fluktuasi harga pupuk dan input lainnya, serta dalam proses tanaman yang dijual Hasil panen yang lebih tinggi diikuti dengan tanaman yang lebih baik dan pengelolaan tanah. Peningkatan efisiensi pupuk meningkatkan kuantitas yang dihasilkan per hektar untuk setiap unit penerapan unsur hara, tanpa mengorbankan potensi hasil. Manajemen nutrisi memberikan kontribusi terhadap pelestarian ekosistem alam dengan menanam lebih banyak pada lahan yang kritis

Mempertahankan nutrisi dalam batas-batas lapangan dan di zona perakaran tanaman serta dapat mengurangi jumlah yang tidak termanfaatkan oleh tanaman

Meningkatkan pendapatan bersih petani Berkontribusi terhadap peningkatan pembangunan ekonomi daerah. Meningkatkan kualitas keluarga petani Meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dengan menggunakan teknologi yang tepat serta meningkatkan efisiensi operasi lapangan dan mengurangi biaya per unit tanaman saat panen

Mempertahankan nutrisi atau mengurangi kerugian yang tidak diinginkan terhadap lingkungan.

(Stamper, Joshua. 2012)B. Teknologi Informasi

1. GIS

Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference). Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling mendasarterletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang susun(overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi.

Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan. Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi.Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG, diantaranya adalah:

1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi2. SIG dapat digunakansebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan, dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.3. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data4. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi kedalam beberapalayerataucoveragedata spasial5. SIG memiliki kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atributnya6. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif

7. SIG dengan mudah menghsilkan peta-peta tematik8. semua operasi SIG dapat di costumize dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahasa script.9. Peragkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain10. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geoinformatika.Dengan menggunakan teknologi GIS, maka dapat diketahui luasan lahan dengaan tingkat kekeringan yang beragam. Sehingga dengan mengetahui lahan-lahan mana saja yang mengalami kekeringan,maka dapat dpastikan lahan tersebut miskin unsur hara. Jadi dengan bantuan SIG, dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan unsur hara pada lahan-lahan di berbagai wilayah.(Wijaya, Yagus. 2013)2. GPS

GPS atau Global Positioning System, merupakan sebuah alat atau sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya berada (secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data dikirim dari satelit berupa sinyal radio dengan data digital. Dimanapun posisi saat ini, maka GPS bisa membantu menunjukan arah, selama masih terlihat langit. GPS adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. Komponen GPS diantaranya :

1. Lokasi, digunakan untuk menentukan dimana lokasi suatu titik dipermukaan bumi berada

2. Navigasi, membantu mencari lokasi suatu titik di bumi

3. Tracking, membantu untuk memonitoring pergerakan obyek

4. Membantu memetakan posisi tertentu, dan perhitungan jaringan terdekat

5. Timing, dapat dijadikan dasar penentuan jam seluruh dunia, karena memakai jam atom yang jauh lebih presesi di banding dengan jam biasa.

Manfaat GPS dibidang Pertanian

Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu. Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan metode pengolahan datanya. Hal yang menarik adalah pekembangan aplikasi inderaja untuk tanaman komersial dan asuransi tanaman. Di bidang komersialisasi pertanian, data inderaja digunakan untuk identifikasi, inventarisasi areal tanam, dan estimasi potensi hasil dan nilai panen. Informasi inderaja dapat juga digunakan untuk mendeteksi kondisi hara lahan.

Saat ini, negara-negara berkembang telah mulai memanfaatkan teknologi GPS dalam bidang produksi pertanian. Disebut dengan "pertanian presisi." Dengan metode ini, penggunaan GPS untuk memperoleh informasi pemosisian lahan pertanian, termasuk memantau hasil panen, mengumpulkan sampel tanah, dan sebagainya. Sistem komputer menganalisis, memroses data, dan membuat keputusan melalui pendekatan manajemen untuk lahan pertanian. Informasi status hasil panen dan tanah diintegrasikan ke dalam alat GPS yang dipasang pada alat penyiram, yang akan digunakan untuk melakukan pemupukan presisi dan penyemprotan pestisida. Melalui penerapan pertanian presisi, biaya produksi pertanian dapat berkurang, limbah material dapat dihindarkan, dan polusi lingkungan karena pupuk dan insektisida menjadi minim. Teknologi GPS memiliki banyak kegunaan untuk diaplikasikan di bidang pertanian, di antaranya untuk memonitor kondisi tanaman, estimasi produksi, deteksi hama dan penyakit tanaman, mengontrol penggunaan herbisida, pemupukan, kekurangan air, dan bahkan pendugaan sifat tanah. Diantara aplikasi GPS untuk pertanian, pemantauan kondisi tanaman adalah yang paling banyak digunakan.(Yunanto, Rio. 2010)

3. Kesimpulan

Unsur hara ialah komponen penting yang harus diperhatikan dalam setiap kegiatan budidaya. Unsur hara memiliki fungsi penting sebagai nutrisi yang sangat dibutuhkan tanaman dala kegiatan metabolisme dan pertumbuhannya. Pemenuhan kebutuhan unsur hara sangat penting agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal sehingga hasilnya juga akan baik. Pemberian unsur hara setiap tanaman dan disetiap tempat berbeda-beda tergantung dari kebutuhan tanaman dan kondisi lahan tanam. Untuk itulah diperlukan estimasi pemberian unnsur hara.

Estimasi pemberian unsur hara dimaksudkan agar pemberian dari unsur hara dapat maksimal, tidak kuran dan tidak lebih. Estimasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara muali dari cara estimasi pendekatan sederhana, estimasi kebutuhan unsur hara melalui metode pendekatan model tanggapan tanaman, Michaelis-Menten dan Mitcherlich dan pengaplikasian BMP pada tanaman melalui SIG untuk menghitung dan memprediksi kebutuhan unsur hara tanaman serta dosis pemberiannya.DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Karakteristik Kimia dan Kesuburan tanah Inceptisol (Online). Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20347/Chapter%20II.pdf;jsessionid=4136FB84266A24CB47C30597681BD4A0?sequence=4. Diakses tanggal 27 Maret 2015.

Npriani, L. S. 2012. Pupuk dalam Peningkatan Produksi Tanaman (Online). Available at http://sugeng.lecture.ub.ac.id/files/2012/10/Materi-T-3.pdf. Diakses tanggal 28 Maret 2015.Stamper, Joshua. 2012. The Agricultural BMP : Handbook for Minnesota. Minnesota Departemen of Agriculture.Amerika Serikat. September 2012.Sitompul, S.M. 2012. Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Suwardi dan Efendi, R. 2009. Efisiensi Penggunaan Pupuk N pada Jagung Komposit Menggunakan Bagan Warna Daun. Prosiding Seminar Nasional Serelia, Balai Penelitian tanaman Serelia.

Suyitno dan Paidi. 2002. Identifikasi Kandungan Mg, N, dan Fe Semai Cendana (Santalum album L.) Tanpa Inang. Makalah Seminar Nasional Hasil Penelitian MIPA dan Pend. MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Syafruddin, F., dan Akil, M. 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. (Online). http://balitsereal.litbang.pertanian. go.id/ind/images/stories/satuempat.pdf. Diakses tanggal 23 Maret 2015.

Synder,C.S. 2008. Fertilizer Nitrogen BMPs to Limit Losses that Contribute to Global Warming. IPNI. Halaman 1-8Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Wijaya, Yagus. 2013. Kajian Penggunaan Sistem Informasi Geografis (GIS) Untuk Pertanian Presisi. Fakultas Pertanian. Universitas JemberYustika, R.D., Suria.D.T, Yayat.H.,Untung.S. 2013. Penggunaan Model Skala DAS dalam Rangka Pengelolaan Lahan Menggunakan Teknologi Konservasi Penanaman Strip dan Agroforestry. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI I. Halaman 336-342.

Yunanto, Rio. 2010. Kajian Sistem Informasi Pertanian Berbasis Peta Dengan Petani Sebagai Pembangkit Informasi. Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Indonesia. J.e-Indonesia Initiative 2010 (EII2010).