handout oksidasi biologi
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
OKSIDASI BIOLOGI
DAN
SENYAWA BERENERGI TINGGI
Disusun oleh : drg. Rochmad Koesbiantoro, M.Kes.
PENDAHULUAN
Pembahasan materi perkuliahan oksidasi biologi dan senyawa berenergi ini
meliputi : Proses oksidasi; Peranan enzim, koenzim, serta logam dalam oksidasi
biologi; Hubungan rantai pernafasan dengan pembentukan senyawa fosfat
berenergi tinggi; Cara-cara bagaimana H yang dihasilkan dalam sitoplasma dapat
masuk dan dioksidasi dalam mitokondria; Struktur dan fungsi mitokondria; Proses
transfer elektron di mikosom; dan proses oksidasi reduksi dalam sel darah
merah.
Sebelum membahas lebih dalam materi perkuliahan ini, mahasiswa
diharapkan telah memiliki pengetahuan tentang : Biologi molekuler sel; Proses
oksidasi dan reduksi; Enzim dan koenzim. Sehingga nantinya akan
mempermudah dalam pemahaman materi oksidasi biologi dan senyawa
berenergi tinggi. Pengetahuan tentang oksidasi biologi dan senyawa berenergi
tinggi berguna bagi mahasiswa kelak jika mereka telah terjun dimasyarakat atau
bekerja, khususnya dalam menyelamatkan jiwa penderita yang mengalami
kegagalan respirasi atau sirkulasi dengan pemberian oksigen. Banyak obat,
polutan dan karsinogen kimia (xenobiotik) dimetabolisisr oleh enzim-enzim
kelompok oksidoreduktase atau yang dikenal sebagai sistem sitokrom P-450.
Tujuan instruksional khusus (TIK) setelah mengikuti materi perkuliahan ini,
diharapkan mahasiswa mampu :
Menjelaskan pembentukan energi untuk kelangsungan hidup sel.
Menyebutkan 4 macam enzim oksidoreduktase yang terlibat dalam proses
oksidasi biologi
Menyebutkan koenzim, logam yang terdapat dalam kelompok enzim
oksidoreduktase dan peranannya.
Menggambarkan skema proses rantai pernafasan.
Menjelaskan konsep senyawa berenergi tinggi disertai contohnya.
Menunjukkan cara pembentukan ATP serta peranannya sebagai sumber
energi.
Menunjukkan peranan rantai pernafasan dalam pembentukan ATP.
Menggambarkan bagian mitokondria, sifat dan fungsinya yang khas serta
enzim-enzimnya.
Menjelaskan transfer elektron dan fungsi mikrosom.
Mengenal berbagai koenzim, vitamin yang diperlukan untuk transfer elektron
dalam mikrosom.
Menjelaskan proses oksidasi dan akibatnya pada haemoglobin.
Menjelaskan daya rusak oksigen terhadap eritrosit.
Menjelaskan mekanisme transfer elektron yang melindungi sel darah merah
akibat autooksidasi.
PENYAJIAN
I. Proses oksidasi reduksi
Secara kimiawi oksidasi didefinisikan sebagai pelepasan elektron dari
suatu substansi, sedangkan reduksi sebagai penambahan elektron.
Oxidation
Gambar 1. Oksidasi dan reduksi suatu zat. Zat A mengalami oksidasi dengan melepaskan electron, zat B mengalami reduksi dengan menerima electron yang berasal dari zat A.
Oksidasi selalu disertai reduksi akseptor elektron. Prinsip oksidasi reduksi ini
berlaku pula pada berbagai sistem biokimiawi dan merupakan konsep penting
yang melandasi pemahaman tentang sifat oksidasi biologi. Dalam biokimia,
oksidasi reduksi sering melibatkan perpindahan tidak hanya suatu elektron tetapi
atom hidrogen utuh.
H2 (teroksidasi) 2e- + 2H+ (donor elektron)
½ O2 (tereduksi) + 2e- + 2H+ H2O
O2 adalah aseptor elektron
Bakteri aerob memerlukan adanya oksigen untuk kelangsungan hidupnya.
Penggunaan utama oksigen adalah untuk proses respirasi, yaitu proses
pengambilan energi dalam bentuk ATP dari reaksi terkendali hidrogen dan
oksigen yang membentuk air. Energi juga dibutuhkan untuk proses kehidupan sel
seperti : biosintesis, transport aktif, pergerakan, dan sebagai mesin untuk
menghasilkan energi dalam sel adalah mitokondria. Semua energi bermanfaat
yang dibebaskan selama oksidasi asam lemak, asam amino, dan karbohidrat
akan tersedia di dalam mitokondria sebagai unsur ekuivalen pereduksi (-H atau
elektron). Mitokondria berisi sejumlah rangkaian katalisator rantai respirasi yang
mengumpulkan, mengangkut, dan dan mengarahkan unsur ekuivalen pereduksi
pada reaksi akhir dengan oksigen untuk membentuk air, juga mampu
menangkap energi bebas yang dilepas sebagai fosfat energi tinggi. Mitokondria
juga mengandung berbagai sistem enzim yang bertanggung jawab untuk
memproduksi sebagian besar unsur ekuivalen pereduksi, yaitu enzim-enzim pada
oksidasi- dan siklus asam sitrat. Siklus asam sitrat merupakan lintasan
metabolisme terakhir untuk oksidasi semua bahan makanan.
Gambar 2. Skema yang menjelaskan bahwa Siklus asam sitrat merupakan lintasan metabolisme terakhir untuk oksidasi semua bahan makanan, kemudian NADH dan FADH2
yang terbentuk akan memasuki rantai transport elektron dan fosforilasi oksidatif.
II. Peranan enzim, koenzim, serta logam dalam oksidasi biologi
Proses oksidasi biologi didalam sel memerlukan adanya enzim. Enzim yang
terlibat dalam proses oksidasi dan reduksi (oksidasi biologi) diberi nama
oksidoreduktase. Enzim oksidoreduktase ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu:
a. Kelompok enzim oksidase
Enzim oksidase mengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dengan
menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen. Enzim-enzim oksidase
membentuk air atau hidrogen peroksida sebagai produk reaksi.
AH2 1/2 O2 AH2 O2
(Reduksi)
A H2O A H2O2
Oksidase Oksidase
(Oksidasi)
A B
Gambar 3. Oksidasi dari suatu metabolit yang dikatalisis oleh oksidase (A) membentuk H2O,(B) membentuk H2O2.
Contoh kelompok enzim oksidase :
1. Sitokrom oksidase (sitokrom a3)
Tersebar luas dalam banyak jaringan
Komponen terakhir rantai respirasi dalam mitokondria
Merupakan hemoprotein dengan gugus prostetik heme yang berikatan
dengan Fe.
2. Oksidase asam L-amino
Mengandung flavoprotein FMN
Banyak ditemukan pada ginjal
Fungsi deaminasi oksidatif asam L-amino
3. Xantin oksidase
Terdapat dalam susu, usus halus, ginjal, dan hati
Mengandung molybdenum
Penting dalam konversi basa purin menjadi asam urat
4. Glukosa oksidase
Enzim spesifik flavoprotein FAD yang dibuat dari jamur
b. Kelompok enzim dehidrogenase
Enzim-enzim ini mempunyai fungsi utama :
Pemindahan hydrogen dari substrat yang satu kepada substrat yang
lainnya dalam reaksi oksidasi reduksi yang terangkai
AH2 Carrier BH2
(Reduksi) (Oksidasi) (Reduksi)
A Carrier – H2 B
(Oksidasi) (Reduksi) (Oksidasi)
Gambar 4. Oksidasi metabolit yang dikatalisis oleh pasangan dehidrogenase
Komponen dalam rantai respirasi pengangkutan electron dari substrat ke
oksigen
Carrier Carrier-H2 Carrier
AH2 1 2 3 H2O
(Reduksi) (Oksidasi) (Reduksi) (Oksidasi)
Carrier-H2 Carrier Carrier-H3
A 1 2 3 ½ O2
(Oksidasi) (Reduksi) (Oksidasi) (Reduksi)
Gambar 5. Oksidasi metabolit oleh dehidrogenase dan akhirnya oleh oksidase dalam rantai respirasi
Kelompok enzim dehidrogenase meliputi :
1. Enzim dehidrogenase yang spesifik dengan koenzim NAD+, NADP+.
NAD+ dan NADP+ terbentuk dari vitamin niasin.
Enzim dehidrogenase berikatan NAD+ mengkatalisis reaksi
oksidoreduksi dalam lintasan metabolisme oksidatif, khususnya
glikolisis, siklus asam sitrat, dan rantai respiratorik mitokondria.
Enzim dehidrogenase berikatan NADP+ ditemukan dalam sintesis
reduktif, seperti dalam lintasan ekstra mitokondria pada sintesis asam
lemak serta steroid.
Sebagian Enzim dehidrogenase yang bergantung koenzim nikotinamid,
mengandung zeng.
Contoh: Alkohol sdehidrogenase (hati), gliseraldehid-3-fosfat
dehidrogenase (otot kerangka).
2. Enzim dehidrogenase yang spesifik dengan koenzim FMN, FAD (riboflavin)
Gugus flavin yang berikatan dengan enzim dehidrogenase serupa
dengan FMN dan FAD yang terdapat dalam enzim oksidase.
Berhubungan dengan pengangkutan electron dalam rantai respirasi.
Peranan lain dalam proses dehidrogenasi lipoat tereduksi.
Dehidrogenase spesifik untuk A
Dehidrogenase spesifik untuk B
Dehidrogenase Dehidrogenase Dehidrogenase Oksidase
Contoh: suksinat dehidrogenase, asil koA dehidrogenase.
3. Sitokrom
Semua sitokrom diklasifikasikan sebagai enzim dehidrogenase, kecuali
sitokrom oksidase.
Dalam rantai respirasi, terlibat sebagai karier electron dari flavoprotein
menuju sitokrom oksidase.
Sitokrom merupakan hemoprotein yang mengandung besi.
c. Kelompok enzim hidroperoksidase
Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa
peroksida yang berbahaya. Ada 2 tipe enzim dalam kelompok ini :
1. Peroksidase
Ditemukan dalam air susu, leukosit, trombosit serta jaringan lain yang
terlibat dalam metabolisme eikosanoid.
Gugus prostetik enzim ini adalah protoheme.
Enzim glutation peroksidase, mengandung selenium sebagai gugus
prostetik, mengkatalisis penghancuran H2O2 serta senyawa
hidroperoksida lipid dengan glutation tereduksi, dan melindungi lipid
membrane serta haemoglobin terhadap oksidasi senyawa peroksida.
2. Katalase
Merupakan suatu hemoprotein dengan 4 gugus heme.
Ditemukan dalam darah, sumsum tulang, membrane mukosa, ginjal,
dan hati.
Berfungsi untuk penghancuran hydrogen peroksida yang terbentuk oleh
kerja enzim oksidase.
d. Kelompok enzim oksigenase
Enzim oksigenase mengkatalisis penggabungan oksigen kedalam molekul
substrat, yang berlangsung dalam 2 tahap : 1) Pengikatan oksigen dengan
enzim pada tempat aktif, 2) oksigen yang terikat, direduksi atau dialihkan
kepada substrat. Enzim oksigenase dibagi menjadi 2 sub kelompok :
1. Enzim dioksigenase, terdiri dari :
Enzim mengandung zat besi : homogentisat dioksigenase, 3-
hidroksiantranilat dioksigenase.
Enzim yang menggunakan heme : L-triptofan dioksigenase.
2. Enzim monooksigenase
Ditemukan dalam mikrosom sel-sel hati bersama enzim sitokrom P450
dan sitokrom b5.
Sistem monooksigenase sitokrom P450 mitokondria memetabolisir
obat-obatan, seperti : benzapiren, aminopirin, aniline, morfin, dan
benzfetamin.
Sistem monooksigenase sitokrom P450 mitokondria juga mengkatalisis
reaksi hidroksilasi steroid.
III. Rantai pernafasan dan pembentukan senyawa fosfat berenergi
tinggi
Konsep fosforilasi oksidatif sangat sederhana, tetapi rumit jika ditinjau dari
mekanisme kerjanya. Aliran elektron dari NADH atau FADH2 ke O2 melalui protein
kompleks, yang terdapat pada membran dalam mitokondria akan menyebabkan
proton terpompa keluar dari matriks mitokondria. Akibatnya terbentuk kekuatan
daya gerak proton yang terdiri dari gradien pH dan potensial listrik
transmembran. Sintesis ATP terjadi jika proton mengalir kembali kedalam matriks
mitokondria melalui suatu kompleks enzim. Jadi oksidasi dan fosforilasi terangkai
melaui gradien proton melintasi membrane dalam mitokondria.
Dalam fosforilasi oksidatif, daya gerak elektron diubah menjadi daya gerak
proton, kemudian menjadi potensial fosforilasi. Fase pertama, dilaksanakan oleh
tiga pompa proton yang digerakkan electron, yaitu NADH-Q reduktase, sitokrom
reduktase, dan sitokrom oksidase. Kompleks-kompleks transmembran yang
besar ini mengandung banyak pusat oksidasi reduksi, seperti flavin, kuinon,
gugus besi-belerang, hem, dan ion tembaga. Fase kedua, dilaksanakan oleh ATP
sintase, suatu susunan pembentuk ATP yang digerakkan melalui aliran balik
proton kedalam matriks mitokondria.
A. Mitokondria
Mitokondria merupakan organel berbentuk lonjong, dengan panjang
sekitar 2 mikrometer dan diameter 0.5 mikrometer. Mitokondria mengandung
susunan pernafasan, enzim-enzim daur asam sitrat dan enzim-enzim oksidasi
asam lemak. Mitokondria mempunyai dua sistem membran, yaitu membran
luar (outer membrane) dan membran dalam (inert membrane) yang luas.
Membran dalam membentuk lipatan-lipatan yang disebut krista. Terdapat dua
kompartemen dalam mitokondria: ruang intermembran (intermembrane
space) yaitu antara membran luar dan membran dalam; dan matriks yang
dibatasi oleh membrane dalam. Fosforilasi oksidatif berlangsung di membran
dalam mitokondria, sedangkan sebagian besar reaksi daur asam sitrat dan
oksidasi asam lemak berlangsung di dalam matriks.
Membran luar permeabel terhadap sebagian besar molekul kecil dan ion,
karena mengandung banyak porin, protein transmembran dengan pori besar.
Hampir tidak ada ion atau molekul polar yang dapat menembus membran.
Segolongan besar protein transport mengangkut metabolit seperti ATP dan
sitrat melalui membran dalam mitokondria kedalam matriks dan sebaliknya.
Gambar 3. Gambaran mitokondria dan bagian-bagiannya.
B. Rantai transport elektron
Elektron ditransfer dari NADH ke Q2 melalui suatu rantai yang terdiri dari
tiga kompleks protein besar : NADH-Q reduktase, sitokrom reduktase, dan
sitokrom oksidase. Aliran elektron melalui kompleks transmembran ini
menyebabkan terpompanya proton melintasi membran dalam mitokondria.
Pertama elektron dibawa dari NADH-Q reduktase ke sitokrom reduktase,
kompleks kedua rantai pernafasan oleh ubiquinon tereduksi (Q), suatu kinon
hidrofobik yang berdifusi cepat di membrane dalam mitokondria. Ubiquinon
juga mengangkut elektron dari FADH2 (misalnya, terbentuk pada oksidasi
suksinat dalam siklus asam sitrat) ke sitokrom reduktase. Sitokrom c, suatu
protein kecil, mengangkut elektron dari sitokrom reduktase ke sitokrom
oksidase, komponen terakhir rantai pernafasan. NADH-Q reduktase, suksinat-
Q reduktase, sitokrom reduktase, dan sitokrom oksidase disebut juga
kompleks I, II, III, dan IV. Suksinat-Q reduktase (kompleks II) berbeda dengan
kompleks yang lain, tidak memompa proton.
Tabel 1. Komponen rantai transport elektron mitokondria
Kompleks enzim
Massa (kD)
Sub unit
Gugus prostetik
Oksidan atau reduktan
Sisi matriks Inti hidrokarbon
Sisi sitosol
NADH-Q reduktase
Suksinat-Q reduktase
Sitokrom reduktase
Sitokrom oksidase
880
140
250
160
≥34
4
10
10
FMNFe-S
FADFe-S
Hem b-562Hem b-566Hem c1
Fe-S
Hem aHem a3
CuA dan CuB
NADH
suksinat
Q
Q
Q Sit c
Sit c
Langkah-langkah rantai transport elektron secara lebih detail sebagai berikut:
1. Elektron dari NADH masuk rantai respirasi pada NADH-Q reduktase
(kompleks I). Langkah awal adalah pengikatan NADH dan transfer dua
elektron ke FMN, gugus prostetik kompleks ini menjadi bentuk tereduksi
(FMNH2).
NADH + H+ + FMN FMNH2 + NAD+
Elektron kemudian ditransfer dari FMNH2 ke gugus Fe-S, gugus prostetik
kedua dalam NADH-Q reduktase. Electron dalam gugus Fe-S kemudian
diangkut ke koenzim Q/ ubiqinon (Q). Ubiqinon mengalami reduksi menjadi
radikal bebas anion semikinon setelah pengambilan satu elektronnya.
Reduksi senyawa antara yang terikat enzim ini kemudian terjadi melalui
pengambilan elektron yang kedua, membentuk ubiqinol (QH2). Aliran dua
elektron dari NADH ke QH, melalui NADH-Q reduktase menyebabkan
terpompanya empat H+ dari matriks ke sisi sitosol membran dalam
mitokondria. Mekanisme konversi potensial elektron menjadi daya gerak
proton belum diketahui.
2. Ubiqinol (QH2) juga merupakan tempat masuknya elektron dari FADH2
yang terbentuk pada daur asam sitrat pada oksidasi suksinat menjadi
fumarat oleh suksinat dehidrogenase. Enzim ini merupakan bagian dari
kompleks suksinat-Q reduktase (kompleks II), suatu protein integral
membran dari membran dalam mitokondria. FADH2 tidak meninggalkan
kompleks. Elektronnya ditransfer kepusat Fe-S, kemudian ke Q untuk
masuk dalam rantai pernafasan. FADH2 dari gliserol fosfat dehidrogenase
dan asil KoA dehidrogenase pada oksidasi asam lemak mentransfer
elektron potensial tinggi ke Q membentuk QH2. Berbeda dengan NADH-Q
reduktase, kompleks suksinat-Q reduktase dan enzim lain yang
mentransfer elektron dari FADH2 ke Q tidak memompa proton, karena
perubahan energi bebas dari reaksi yang dikatalisisnya terlalu kecil,
akibatnya lebih sedikit ATP yang terbentuk pada oksidasi FADH2 daripada
melalui NADH.
3. Pompa proton kedua rantai pernafasan adalah sitokrom reduktase
(kompleks III) yang mengkatalisis transfer electron dari QH2 ke sitokrom C,
dan secara bersamaan memompa proton melewati membran dalam
mitokondria. Aliran sepasang elektron melalui kompleks ini menyebabkan
transport bersih efektif 2H+ ke sisi sitosol, setengah hasil yang diperoleh
dari NADH-Q reduktase, karena daya gerak termodinamiknya lebih kecil.
Ubiqinol mentransfer satu dari dua elektron tinggi potensialnya ke gugus
Fe-S dalam reduktase. Elektron kemudian diangkut ke sitokrom c1 dan
sitokrom c yang membawanya keluar dari komplek. Transfer satu elektron
mengubah ubiqinol (QH2) menjadi anion semiqinon (Q-), tempat dimana
sitokrom b dengan dua gugus hemnya memulai kerjanya. Dua gugus hem
dari sitokrom b yaitu : hem bL (b-566), terdapat dekat sisi sitosol
membrane, afinitasnya terhadap elektron rendah; hem bH (b-560), terdapat
pada dekat sisi matriks, afinitasnya terhadap elektron lebih tinggi daripada
hem bL. Q- dengan cepat mentransfer elektronnya ke bL dan kemudian
menjadi Q yang bebas berdifusi di dalam membrane. Hem bL kemudian
mereduksi bH yang akan mereduksi Q yang terikat sitosol membentuk Q-.
sampai tahap ini, tugas kompleks baru setengah sempurna karena hanya
satu dari dua elektron dari QH2 yang ditransfer ke sitokrom c. Elektron
lainnya masih dalam bentuk Q- terikat. Molekul QH2 yang kedua kemudian
bereaksi dengan kompleks dengan cara yang sama seperti yang pertama.
4. Sitokrom oksidase, komponen terakhir dari tiga susunan pompa proton
dalam rantai pernafasan, mengkatalisis transfer elektron dari ferositokrom
c (bentuk tereduksi) ke molekul oksigen, akseptor terakhir.
4 sit c (+2) + 4H+ + O2 4 sit c (+3) + 2H2O
Sitokrom oksidase mengandung dua gugus hem A, terdiri dari hem a dan
hem a3, dan dua ion tembaga (Cu), terdiri dari CuA dan CuB. Hem a dekat
dengan CuA dalam subunit II, dan hem a3 disamping CuB dalam subunit I.
Ferositokrom c memberikan elektronnya ke gugus hem a-CuA. satu
elektron kemudian ditransfer ke gugus hem a3-CuB, tempat O2 direduksi
melalui serangkaian langkah menjadi molekul H2O.
C. Pembentukan ATP
Aliran elektron dari NADH (FADH2) ke O2 merupakan suatu proses
eksergonik.
NADH + ½ O2 + H+ H2O + NAD- Go = -52,6 kkal/mol
Energi bebas oksidasi ini digunakan untuk sintesis ATP, suatu proses
endergonik.
ADP + Pi + H+ ATP + H2O Go = + 7,3 kkal/mol
Sintesis ATP dilakukan oleh suatu susunan molekuler dalam dinding
membrane dalam mitokondria, yang disebut ATPase mitokondria / H+ ATPase /
ATP sintase. Bagaimana cara oksidasi NADH (FADH2) terangkai dengan
fosforilasi ADP ? Mula-mula diduga bahwa transfer elektron menyebabkan
terbentuknya senyawa antara kovalen tinggi energi yang berperan sebagai
prekursor ATP. Hipotesis terangkai kimia ini didasarkan pada mekanisme
pembentukan ATP dalam glikolisis (pembentukan 1,3-bifosfogliserat sebagai
senyawa antara tinggi energi. Hipotesis lain adalah energi bebas oksidasi
yang terperangkap dalam konformasi protein yang telah diaktifkan, kemudian
menyebabkan sintesis ATP. Mekanisme lain yang sangat berbeda, dikenal
sebagai hipotesis kemiosmotik, dikemukakan oleh Peter Mitchell (1961), yaitu
bahwa transport elektron dan sintesis ATP terangkai melalui suatu gradien
proton melewati membran dalam mitokondria. Pada model ini, transfer
elektron melalui rantai pernafasan menyebabkan terpompanya proton dari
matriks kesisi lain dari membran dalam mitokondria . kadar H+ menjadi lebih
tinggi pada sisi sitosol dan terbentuk potensial listrik, sehingga sisi sitosol
menjadi positif.
ATP disintesis oleh kompleks enzim ATP sintase yang terdiri dari unit
penghantar proton F0 dan unit katalitik F1. Peran unit F1 pada keadaan normal
adalah menkatalisis sintesis ATP. F1 ini terdiri dari lima jenis rantai polipeptida
33, dengan berat molekul 378 kD. Unit utama ATP sintase lainnya adalah
F0, suatu segmen hidrofobik yang membentang selebar membran dalam
mitokondria. F0 merupakan saluran proton kompleks ini, terdiri dari empat
jenis rantai polipeptida, masing-masing terdapat enam per F1, membentuk
pori transmembran untuk proton. Aliran proton melalui ATP sintase ini
menyebabkan pelepasan ATP yang terikat erat, caranya adalah proton yang
mengalir melalui F0 disalurkan ke bagian katalitik yang terdapat pada F1 dan
mengeluarkan oksigen dari Pi, sehingga keseimbangan reaksi bergeser
kearah sintesis ATP.
Gambar 4. Skema yang menggambarkan rantai transport elektron dan pembentukan ATP
D. Shuttle substrat
Berbagai macam nukleotida yang terlibat di dalam reaksi oksidasi-
reduksi seluler (misalnya : NAD+, NADH, NADP+, NADPH, FAD, dan FADH2) dan
CoA serta derivatnya tidak permiabel terhadap membran dalam mitokondria.
Sehingga, untuk transport ekuivalen pereduksi (misal : proton dan elektron)
dari sitosol ke matriks mitokondria atau sebaliknya, mekanisme shuttle
substrat yang melibatkan perpindahan timbal balik reduksi dan oksidasi
berbagai pasangan oksidasi-reduksi digunakan untuk memenuhi transfer
ekuivalent pereduksi melintasi membran. Dua contoh transfer ekuivalen
pereduksi dari sitosol kedalam matriks mitokindria adalah :
1. Gliserol-fosfat shuttle
Sistem ini menggunakan gliserol 3-fosfat dehidrogenase sitosol untuk
menghasilkan gliserol 3-fosfat dari dihidroksiaseton fosfat dan NADH sitosolik.
Produk gliserol 3-fosfat kemudian dapat berdifusi kedalam matriks
mitokondria. Pada permukaan luar dari membran dalam mitokondria, terdapat
enzim gliserol 3-fosfat dehidrogenase mitokondria yang mengandung gugus
prostetik FAD, yang meregenerasi dihidroksiaseton fosfat dari gliserol 3-fosfat.
Elektron yang ditransfer ke FAD menimbulkan produksi ATP melalui fosforilasi
oksidatif. Shuttle ini diselesaikan dengan difusi dihidroksiaseton fosfat
kedalam sitosol, dimana mampu lagi untuk reduksi enzimatik. Shuttle ini
penting bagi serangga untuk terbang lama yang mengandalkan gula sebagai
sumber energinya. Penelitian pada lalat buah Drosophila melanogaster,
karena tidak mempunyai enzim gliserol 3-fosfat dehidrogenase sitosolik,
sehingga tidak dapat mempertahankan terbang yang lama.
Gambar 5. Mekanisme gliserol-fosfat shuttle
2. Malat-aspartat shuttle
Shuttle ini predominan pada hati dan jantung mamalia. Shuttle melibatkan
enzim malat dehidrogenase dan aspartat aminotransferase sitosol dan
mitokondria. Dalam shuttle ini, ekuivalen pereduksi dari NADH sitosolik
ditransfer ke oksaloasetat untuk menghasilkan L-malat. Kemudian malat
diangkut ke mitokondria, dimana malat direoksidasi menjadi oksaloasetat,
dan NADH yang ditimbulkan dalam reaksi menyebabkan produksi ATP. Untuk
menetapkan kembali fase sitosolik dari shuttle ini, oksaloasetat yang tidak
dapat melintasi membran dikonversi menjadi aspartat oleh enzim aspartat
aminotransferase mitokondria, kemudian diangkut keluar dari mitokondria.
Jika sudah dalam sitosol, terjadi kebalikan dari reaksi transaminase (aspartat
aminotransferase sitosol), dan terjadi regenerasi oksaloasetat. Glutamat dan
-ketoglutarat dalam reaksi transaminasi ini, masing-masing bertindak
sebagai donor- dan akseptor-NH2.
Gambar 6. Mekanisme malat-aspartat shuttle
E. Inhibitor rantai transport elektron
Inhibitor transport elektron tidak ternilai peranannya dalam
mengungkapkan urutan pembawa elektron dalam rantai pernafasan. Contoh
daripada inhibitor transport elektron, rotenon dan amital menghambat rantai
transfer elektron dalam NADH-Q reduktase, sehingga menghambat
penggunaan NADH sebagai substrat, tetapi aliran elektron yang berasal dari
oksidasi suksinat tidak terganggu karena elektronnya masuk melalui QH2
dibelakang penghambat. Suksinat-Q reduktase sendiri dihambat oleh
malonat. Antimisin A mengganggu aliran elektron dari sitokrom bH dalam
sitokrom reduktase. Selanjutnya, aliran elektron dalam sitokrom oksidase
dapat dihambat oleh CN-, N3-, dan CO. Sianida dan azide bereaksi dengan
bentuk feri dari hem a3, sedangkan karbon monoksida menghambat bentuk
fero. Antibiotik oligomisin menghambat sintesis ATP dengan mengganggu
penggunaan gradien proton.
Tabel 2. Inhibitor rantai transport elektron mitokondria
INHIBITOR MITOCHONDRIAL RESPIRATORY CHAIN
Complex I II III IV V
EnzymeNADH-CoQReductase
Succinate-CoQ
Reductase
CoQ-Cytochrome C
Reductase
Cytochrome COxidase
ATP Synthase
Inhibitor RotenoneAmytal
TTFA malonate
Antimycin A
CyanideCarbon
MonoxideAzide
Oligomycin
F. ATP yang dihasilkan dari oksidasi glukosa
Sekarang dapat dihitung berapa banyak ATP yang terbentuk bila glukosa
dioksidasi sempurna menjadi CO2. Jumlah ATP (atau GTP) yang terbentuk
pada glikolisis dan daur asam sitrat dapat diketahui dengan pasti karena
ditetapkan melalui stokiometri reaksi kimia. Sedangkan ATP yang dihasilkan
dari dari fosforilasi oksifatif tidak begitu pasti karena stokiometri pompa
proton, sintesis ATP dan proses transport metabolic tidak harus dalam jumlah
bulat atau nilai yang tetap. Menurut perkiraan, jumlah H+ yang dipompa dari
matriks ke sisi sitosol membrane oleh NADH-Q reduktase, sitokrom reduktase,
dan sitokrom oksidase per pasangan electron masing-masing adalah 4, 2, dan
4. Sintesis ATP digerakkan oleh aliran kira-kira tiga H+ melalui ATP sintase.
Digunakan satu H+ tambahan dalam pengangkutan ATP dari matriks ke
sitosol, dengan demikian terbentuk kira-kira 2,5 ATP sitosol akibat aliran
sepasang elektron dari NADH ke O2. Elektron yang masuk pada tahap
sitokrom reduktase, misalnya yang berasal darioksidasi suksinat atau NADH
sitosol, hasilnya adalah kira-kira 1,5 ATP perpasangan elektron. Dengan
demikian terbentuk kira-kira 30 ATP bila glukosa dioksidasi sempurna menjadi
CO2, nilai ini menggantikan perhitungan yang dipakai selama ini yaitu 36 ATP.
Sebagian besar ATP, 26 dari 30 ATP, dibentuk melalui fosforilasi oksidatif.
Tabel 3. ATP yang dihasilkan pada oksidasi sempurna glukosa
Urutan reaksi Jumlah ATP per glukosa
Glikolisis : glukosa menjadi piruvat (di
sitosol)
Fosforilasi glukosa.
Fosforilasi fruktosa 6-fosfat.
Defosforilasi 2 molekul 1,3-BPG.
Defosforilasi 2 molekul fosfoenol piruvat.
Terbentuknya 2 NADH pada oksidasi 2 molekul
gliseraldehida 3-fosfat.
Konversi piruvat menjadi asetil KoA (dalam
mitokondria)
Terbentuknya 2 NADH.
Daur asam sitrat (dalam mitokondria)
Terbentuknya 2 molekul GTP dari 2 molekul
suksinil KoA.
Terbentuknya 6 NADH pada oksidasi masing-
masing 2 molekul isositrat, -ketoglutarat, dan
malat.
Terbentuknya 2 FADH2 pada oksidasi 2 molekul
suksinat.
Fosforilasi oksidatif (dalam mitokondria)
Terbentuknya 2 NADH pada glikolisis; masing-
masing menghasilkan 1,5 ATP (dianggap
transport NADH melalui system angkut
gliserofosfat).
Terbentuknya 2 NADH pada dekarboksilasi
oksidatif piruvat; masing-masing menghasilkan
2,5 ATP.
Terbentuknya 2 FADH2 dalam daur asam sitrat;
masing-masing menghasilkan 1,5 ATP.
Terbentuknya 6 NADH dalam daur asam sitrat;
masing-masing menghasilkan 2,5 ATP.
HASIL TOTAL PER GLUKOSA
-1
-1
+2
+2
+2
+3
+5
+3
+15___
+30
G. Penyakit-penyakit mitokondria
Beberapa macam mutasi NADH-Q reduktase menyebabkan kelainan
neuropati optik herediter leber, kebutaan yang diturunkan melalui ibu dan
biasanya menyerang di usia pertengahan. Sebagian mutasi menyebabkan
gangguan penggunaan NADH, sedangkan yang lain menghambat transfer
electron ke Q. Keadaan yang disebut disfungsi renal dan miopati mitokondria
infantilis fatal melibatkan tidak adanya atau berkurangnya sebagian besar
enzim reduktase dalam rantai respirasi. MELAS (mithochondrial myopathy,
encephalopathy, lactic acidosis dan stroke) merupakan kelainan bawaan yang
disebabkan oleh NADH, yaitu defisiensi ubiqinon oksidoreduktase (kompleks
I) atau sitokrom oksidase.
Penutup
I. Ringkasan
1. Dalam berbagai system biologi, seperti halnya system kimiawi, peristiwa
oksidasi selalu disertai reduksi akseptor elektron.
2. Enzim oksidoreduktase diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok, yaitu :
oksidase, dehidrogenase, hidroperoksidase, dan oksigenase.
3. Enzim oksidase dan dehidrogenase memiliki berbagai peranan dalam
metabolisme, tetapi peranan utama kedua kelompok enzim ini terletak
dalam pernafasan.
4. Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap kerusakan radikal
bebas, dan enzim oksigenase sebagai perantara reaksi hidroksilasi obat
serta steroid.
5. Pada hakekatnya semua energi yang dilepaskan dari oksidasi karbohidrat,
lemak, dan protein akan tersedia dalam mitokondria sebagai unsure
ekuivalen pereduksi (-H atau e-), yang akan dibawa kerantai respirasi yang
kemudian dialirkan di bawah gradien redoks ke reaksi yang terakhir
dengan oksigen untuk membentuk air.
6. Karier redoks dikelompokkan ke dalam kompleks rantai respirasi didalam
membran dalam mitokondria. Kelompok karier ini menggunakan energi
yang dilepas dalam gradien redoks untuk memompa proton kesebelah luar
membran mitokondria dengan menghasilkan potensial elektrokimia
melewati membran tersebut.
7. Kompleks ATP sintase menggunakan potensial energi gradien proton untuk
mensintesis ATP dari ADP dan Pi, sehingga oksidasi akan terangkai erat
dengan fosforilasi untuk memenuhi kebutuhan energi pada sel.
8. Banyak racun yang sudah dikenal baik (misalnya sianida, karbon
monooksida) mengganggu pernafasan dengan menghambat rantai
respirasi.
II. Soal-soal latihan
1. Berapa ATP yang dihasilkan bila masing-masing substrat berikut dioksidasi
sempurna menjadi CO2, dimana proses-proses glikolisis, daur asam sitrat
dan fosforilasi oksidatif dalam keadaan sangat aktif ?
a. Piruvat
b. Laktat
c. Fruktosa 1,6-bifosfat
d. Fosfoenolpiruvat
e. Galaktosa
f. Dihidroksiaseton fosfat
2. Bagaimana pengaruh masing-masing inhibitor berikut ini pada transport
elektron dan pembentukan ATP melalui rantai pernafasan ?
a. Azida
b. Atraktilosida
c. Rotenon
d. DNP
e. Karbon monoksida
f. Antimisin A
3. Pemberian nitrit dengan segera merupakan terapi yang sangat efektif
untuk keracunan sianida. Jelaskan dasar kerja antidotum ini ?
4. Mengapa digunakan FAD dan bukan NAD+ sebagai akseptor elektron dalam
reaksi yang dikatalisis oleh suksinat dehidrogenase ?
Referensi
1. Murray, RK., Granner, DK., Mayes, PA., Rodwell, VW. 2003. Harper’s
Illustrated Biochemestry. 26thEd. A Lange Medical Book.
2. Stryer, L. 2001. Biochemestry. 2ndEd. Stanford University. New York.
3. Lehninger, AL. Principles of Biochemistry, Worth Publishers, Inc, 1999.
4. Suttie J.W., Introduction to Biochmestry Holt, Rinchart and wiston, New
York N.Y., 2000.
5. Murray R. K., Granner D. K., Mayes P. A., and Rodwell V. W., Biokimia
Harper (Terjemahan), Edisi 24, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta,
1999.