handout konsep sehat sakit blok ii kh11

Upload: franciska-muthia

Post on 03-Mar-2016

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

slide kuliah

TRANSCRIPT

PAGE 17

Blok II

KONSEP SEHAT SAKITKH 10

Dosen Dr.H.Syahrul Muhammad,MARS

Ilmu kedokteran dari sudut Epistomologi

Epistomologi

Cabang Ilmu filsafat yang menerangkan segala sesuatu tentang Ilmu pengetahuan, baik asal usulnya maupun bagaimana ilmu itu mengembangkan diri serta syarat syarat yang harus di penuhi untuk bisa disebut sebuah disiplin ke ilmuan.

Kajian epitomologi yang akhirnya sangat mendalam antara lain kajian tentang hubungan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi terhadap kebahagiaan dan eksitensi kehidupan manusia.Dalam ilmu kedokteran, epistomologi berkaitan erat dengan sejarah ilmu kedokteran itu sendiri. Epistomologi ilmu kedokteran akan mudah dengan di bahas melalui pertanyaan sebagai berikut :

A. Apa itu ilmu kedokteran

B. Bagaimana ilmu kedokteran berkembang

C. Bagaimana operasionalisasi ilmu kedokteran

D. Dimana posisi ilmu kedokteran dalam sistimatika ilmu pengetahuan.

Ilmu kedokteranSuatu bidang keilmuan dapat disebut suatu disiplin ilmu (kesatuannya) ilmu apabila memenuhi tiga persyaratan, yaitu ada objek materianya, ada objek formanya, dan ada kegunaannya (aksiologinya).

Objek materia (ruang lingkup kajian).

dengan mudah di sebut bahwa ruang lingkup pengetahuan ilmun kedokteran adalah manusia.

Objek forma (sudut pandang kajian)

manusia yang menjadi perhatian ilmu kedokteran bukab keindahan gerak geriknya yang menjadi perhatian seni tari, tetapi dalam kaitannya dengan sakit atau penyakit, sehingga pada awalnya sudut pandang manusia dalam keadaan sakit, yang kemudian mengembangkan diri mempelajari manusia yang sehat seperti seperti ilmu anatomi, fisiologi, biokimia, dan lain lain. Dengan demikian objek forma ilmu kedokteran adalah manusia dipandang dari segi sehat dan sakit.

Aksiologi (kegunaan ilmu)pada mulanya ilmu kedokteran bergerak dalam hal penyembuhan penyakit atau menyembuhkan orang sakit. Jadi, ada orang yang menderita, kemudian ada orang lain yang peduli (hiba) berusaha menolong. Jadi kegunaan secara nyata adalah menolong orang sakit. Menolong orang sakit tersebut dengan sendirinya mensejahterakan atau membahagiakan manusia.

Berdasarkan uraian diatas, ilmu kedokteran dapat di defenisikan sebagai berikut :

Ilmu kedokteran adalah ilmu dan seni yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan sehat dan sakit dengan tujuan mensejahterakan atau demi kebahagiaan manusia. (daldiyono, 2006, hal 191).

Selanjutnya apa yang disebut manusia menurut pandangan ilmu kedokteran ?, jawabnya sederhana tetapi tidak mudah. Seorang manusia mulai ada, setalah pertemuan sperma dan ovum menjadi zigote yang membelah manjadi dua sel. Kedua sel tersebut dapat bersatu terus menjadi satu manusia atau membelah menjadi dua masing masing berkembang menjadi dua manusia. Dari zigot berkembang menjadi blastula, morula, lalu jadi foetus yang lahir sebagai bayi, kemudian berkembang melalui masa anak remaja dewasa, tua dan ahirnya meninggal dunia. Proses dari zigot ke meninggal lazim disebut daur hidup manusia. Bila di renungkan, ilmu kedokteran sebenarnya hanyalah menjaga proses daur hidup manusia sebaik baiknya melalui upaya upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Ilmu kedokteran tidak membuat sesuatu yang baru, semuanya sudah ada (dari Tuhan YME). Bagaimana Ilmu kedokteran berkembang

Tidak terlepas dari sejarahnya. Perkembangan ilmu dengan sendirinya tergantung dari individu individu yang secara penuh dan berdedikasi bergerak dalam keilmuannya, setapak demi setapak. Pada mulanya berkembang secara deskriptif, kemudian dipelajari secara aktif dengan melakukan percobaan (secera eksperimental).

Ilmu kedokteran berkembang pesat, setelah Versalius dikenal anatomi, setelah Harvey dikenal fisiologi, setelah Malphigi dikenal patologi, setelah Virchow dikenal patologi sel, setelah Pasteur dan Koch dikenal bakteriologi, setelah Claude Benard di kenal endokrinologi, setelah Wohler dikenal biokimia, setelah Chusing dikenal bedah otak, demikian seterusnya kemudian di pacu oleh rekomendasi Flexner yang mengharuskan pendidikan kedokteran diselenggarakan di Lembaga Pendidikan Tinggi, maka bersamaan dengan makin banyak dilaksanakannya penelitian penelitian, munculah pelbagai spesialisasi dan subspesialisasi dalam ilmu kedokteran. Tahun 1988 tercatat dalam The American Medical Dictionary, ada 33 macam, tahun 1995 jumlah spesialisasi dan subspesialisasi semakin meningkat tidak kurang dari 57 macam (Azwar, Azrul, Pengantar dokter keluarga, hal 13, Jakarta, 1995).Perkembangan ilmu kedokteran pada mula nya manusia dipelajari secara di bagi bagi menjadi bagian bagian yang terkecil kemudian digabung kembali dalam kesatuannya, dari bagian bagian tersebut dapat dilihat bagaimana ilmu kedokteran bercabang. Percabangan awalnya kearah organ menjadi neurologi, dermatologi, kardiologi, pulmonologi, sedangkan dalam bidang hal fungsinya timbul ilmu faal, biokimia, alergi, imunologi, dan sebagainya. Dari pembagian tersebut ada kelemahannya atau kekurangan pendidikan ilmu kedokteran saat ini, dimana aspek kejiwaan (psikis) sama sekali tidak diperhatikan. Aspek kejiwaan justru langsung dipelajari pada jiwa yang sakit dalam psikiatri. Psikiatri sebetulnya cabang ilmu kedokteran tentang jiwa yang sehat kemudian menjadi sakit meskipun organnya sehat. Ini kemudian menimbulkan kerancuan bahwa orang sakit jiwa sebenarnya suatru kelainan organ yang belum di ketahui (Daldiyono, hal 193, 2006).

Operasionalisasi Ilmu kedokteranOperasionalisasi suatu ilmu berarti menjawab pertanyaan bagimana ilmu itu bekerja. Ilmu kedokteran dipelajari di fakultas kedokteran aplikasinya dilaksanakan oleh dokter bila bersangkutan dengan orang sakit dan orang sehat. Dalam konteks epistemiologi cara kerja ilmu kedokteran

:Dalam operasionalisasi, dan kaitannya dengan konsep sehat sakit telah di rumuskan suatu upaya kesehatan yang komprehensip berupa :

1. Meningkatkan derajat kesehatan

2. Mencegah penyakit

3. Diagnosis dini dan mengobati

4. Mencegah kecacatan

5. Rehabilitasi

Berdasarkan upaya kesehatan yang komprehensip tersebut, kemudian bercabang pula ilmu kesehatan, yaitu ilmu kesehatan masyarakat, ilmu kesehatan komunitas, ilmu kedokteran keluarga, disamping ilmu kedokteran klinik. Ilmu kesehatan sendiri belum pernah di defenisikan (Daldiyono, 2006,) yang ada adalah ilmu ilmu yang berkaitan dengan kesehatan termasuk ilmu kedokteran. Selain itu ada ilmu ilmu penunjang ilmu kedokteran termasuk ilmu antropologi kesehatan, psikologi kesehatan, dan sebagainya.

Ilmu kedokteran klinik atau kedokteran kuratif

Awal sejarahnya kedokteran sebenarnya ilmu kedokteran klinik, ilmu ini aplikasinya pada proses penyembuhan. Karena ilmu makin dalam dan perlu tehnology dan keahlian khusus, timbul spesialisasi yang kemudian berkembang menjadi spesialis konsultan. Pada garis besar operasionalisasi ilmu kedokteran serta upaya kesehatan komprehensip, akan terlihat suatu pembagian tugas antara dokter umum atau dokter keluarga dengan dokter spesialis. Daerah kerja dokter umum terdiri atas tiga daerah promotif, preventif dan kuratif sampai batas tertentu. Daerah kerja ini cukup luas dan banyak bila dikerjakan dengan seksama. Yang ada sekarang ini dokter umum bekerja mengandalkan proses kuratif sehingga berbenturan dengan dokter spesialis. Sebaliknya dokter spesialis terlalu sibuk mengurus yang sebenarnya menjadi porsi dokter umum, akibatnya spesialis menjadi lebih dangkal sehingga kurang memenuhi harapan masyarakat Fungsi profesional spesialis sebenanya menyelesaikan segenap problem kuratif seluruhnya. Instrumen kerja sebenarnya sudah ada yaitu proses rujukan (timbal balik), sayangnya belum berjalan dengan semestinya sehingga mengecewakan masyarakat.

Pasien

Pasien adalah orang yang datang ke dokter dengan maksud meminta pertolongan medik. Orang yang datang pada dokter dengan sendirinya memiliki problema medik. Problema medik dapat bersifat psikologis, misalnya atas dasar kekhawatiran (problem psikologik) atau sekadar konsultasi ingin tahu keadaan kesehatannya, atau karena problem fungsional, dapat pula karena problem gangguan organik. Bahasan utama disini berpangkal pada pengertian bahwa pasien datang ke dokter karena merasa atau terdapat gangguan pada kesehatannya.

Gangguan kesehatan tersebut dapat dirinci menjadi tiga kemungkinan atau tiga tipe garis besar yakni gangguan kejiwaan (psikis), gangguan fungsional, dan gangguan organik. Gangguan-gangguan tersebut dirasakan oleh pasien sebagai perasaan tidak nyaman. Ada yang berpendapat atau memberi makna bahwa rasa tidak nyaman tersebut sebagai pertanda adanya gangguan kesehatan atau suatu pertanda adanya penyakit. Sebenarnya tidak demikian. Rasa tidak nyaman yang paling sederhana, misalnya rasa lapar dan rasa haus masih dalam batas rasa tidak nyaman yang fisiologis. Selanjutnya adalah rasa tidak nyaman akibat perubahan keseimbangan fisiologis ke keseimbangan fisiologis yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut Setiap individu akan berada pada suatu keseimbangan fisiologis tertentu berdasarkan pengaturan faali endogen, sebagai respon terhadap kebiasaan hidup atau penyesuaian (adaptasi) terhadap lingkungannya, balk secara fisik maupun psikis. Sebagai contoh adalah perasaan pegal linu setelah olahraga. Rasa pegal linu sehabis olahraga akan hilang atau tidak akan timbul bila individu tersebut membiasakan diri dengan berolahraga. Dalam hal ini, keseimbangan faali tanpa olahraga beralih kepada keseimbangan barn dengan membiasakan diri berolahraga. Sebaliknya, mereka yang semula berolahraga kemudian berhenti akan merasa lagi pegal linu sementara sampai tercipta keseimbangan faali tanpa olahraga. perubahan keseimbangan faali endogen tersebut yang menonjol adalah mual dan muntah (nausea dan emesis) pada hamil muda sampai situasi jet lag setelah penerbangan atau rindu kampung halaman (home sick). Konsep ini mengacu pada konsep perubahan keseimbangan milieu interrioure dan konsep homeostasis.

Uraian di atas dibuat untuk menegaskan adanya berbagai rasa tidak nyaman yaitu (rasa sakit) yang fisiologis, fungsional, dan rasa tidak nyaman (rasa sakit) oleh penyakit. Jadi, kalau digambarkan ada empat kelompok besar yang dapat dilihat pada skema sebagai berikut:

Skema sederhana menggambarkan hubungan rasa sakit dan penyakit agar tidak terjadi salah paham bahwa semua orang yang merasa sakit selalu ada penyakitnya. "The sick person does not always have a disease" Yang menjadi soal bagi dokter adalah membedakan antara rasa sakit tanpa penyakit dan rasa sakit dengan adanya penyakit. Soal ini hanya dapat diselesaikan dengan pengalaman. Ini pun dengan syarat bahwa dokter selalu berusaha memahami dan berempati dengan keluhan pasien. Berkaitan dengan pengertian rasa sakit tanpa penyakit Berkaitan rasa sakit akibat penyakit tersebut termasuk pula di sini adalah berbagai reaksi fisiologik (yang patologik) akibat kegentingan (guncangan) kejiwaan. Tentang hal ini, Prof. Dr. D. Bachtiar Lubis menunjukkan empat dalil penting (5):

1. Suatu kejadian yang mengguncangkan emosi dapat mencetuskan gangguan fungsi tubuh atau penyakit tubuh.

2. Semua respons emosional biasanya disertai hal-ihwal fisiologik tertentu (rasa jijik disertai mual, putus asa disertai hilang nafsu makan, rasa takut disertai keringat) dan gangguan psikologik seringkali merupakan penyerta fisiologik tetapi yang berlebihan.

3. Respons fisik dapat menjadi berkepanjangan dan jauh melampaui masa rangsangnya berlangsung sehingga berupa suatu penyakit dengan akibat-akibat bagi kesehatan, jiwa maupun jasmani, akibat yang kadang-kadang gawat.

4. Sikap, kelakuan, dan perkataan dokter memainkan peranan penting dalam perbaikan atau perburukan pasien.

Penderitaan

Konsep (istilah) yang perlu dijelaskan di sini adalah istilah penderitaan. Suatu penderitaan mesti bermula atau dimulai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri yang kemudian ditanggapi oleh individu dengan reaksi tidak senang atau khawatir sampai suatu kesedihan. jadi, penderitaan berarti suatu reaksi psikologis individu terhadap rasa tidak nyaman. Dengan demikian, bila dokter ingin menghilangkan penderitaan, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah memberi keterangan dan penyuluhan untuk menghilangkan kekhawatiran dengan nasihat (psikoterapi), yang kadang-kadang perlu disertai dengan obat penenang (tranquilizer), dan yang kedua dengan meng-hilangkan rasa sakit. Harap diperhatikan bahwa proses ini tidak sederhana, harap mengikuti uraian selanjutnya dengan saksama.

Konsep sehat dan sakit

Diskusi tentang makna kata atau konsep sehat dan sakit tidaklah sederhana. Sebaiknya kita menerima definisi sehat menurut WHO (World Health Organization), yaitu "Health is a state of complete physical mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity. Kesehatan adalah keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.

Suatu pengertian yang dekat dengan konsep sehat adalah pengertian tentang sembuh. Sembuh berarti pasien kembali sehat. Banyak dokter yang sering mengatakan penyakit diabetes melitus dan asma tidak dapat disembuhkan, yang sebenarnya tidak tepat. Pasien asma di luar serangan adalah orang sehat dan penderita diabetes bila gula darahnya normal kembali berarti sehat secara jasmani dan faali. Jadi, seharusnya kita mengatakan sembuh bersyarat atau sehat bersyarat. Sebaliknya, orang tua yang sudah berumur 70 tahun dengan berbagai kelainan organis namun secara faali berfungsi baik, secara mental normal (seimbang), dan secara sosial berfungsi dengan baik maka orang tua tersebut berarti orang sehat bersyarat. Hal ini diuraikan disini agar pemahaman tentang konsep sehat-sakit-sembuh menjadi lebih mendalam.

Penyakit

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah yang disebut dengan penyakit? Dalam bahasa Inggris, ada berbagai istilah yang sering menimbulkan kerancuan yaitu disease, illness, ailment, dan sickness. Untunglah, dalam bahasa Indonesia hanya ada dua istilah yaitu sakit dan penyakit. Dalam percakapan sehari-hari, kedua istilah sakit dan penyakit sering dikacaukan.

Membuat batasan (definisi) panyakit tidaklah mudah. Setiap definisi yang diajukan selalu mengandung kelemahan atau mudah terbantahkan. Akhirnya, diajukan suatu definisi yang cukup kuat yaitu suatu rasa tidak nyaman yang merugikan. Definisi tersebut cocok dengan uraian di atas yang menegaskan ada dua jenis rasa sakit yang bukan penyakit dan rasa sakit akibat adanya penyakit. Biasanya rasa sakit yang diakibatkan penyakit relatif lebih lama menetap, yang hilang setelah penyakitnya sembuh. Dengan demikian, untuk selanjutnya dapat dikatakan bahwa penyakit adalah sesuatu yang abnormal (misalnya rasa sakit) yang merugikan yang ter-dapat pada seseorang yang semula sehat. Aplikasi pengertian atau definisi penyakit di atas sangat relevan dengan pola berpikiryang bertumpu pada penyelesaian masalah (problem solving medical thinking), yang akan dibahas kemudian.

Definisi lain yang dimuat dalam. Butterworth Medical Dictionary, agaknya baik untuk dikutip di sini agar pengertian tentang istilah penyakit menjadi lebih jelas. "penyakit adalah kondisi yang berubah dari keadaan sehat atau penyakit adalah sekumpulan reaksi individu baik fisik maupun mental terhadap bibit penyakit (penyebab = agent), yaitu bakteri, jamur, protozoa, virus, dan racun, yang masuk atau mengganggu individu; trauma, kelainan metabolik, kekurangan gizi, proses degenerasi, atau kelainan sejak lahir (kongenital).

Reaksi tubuh terhadap suatu bibit penyakit (penyebab = agent) biasanya sangat spesifik meskipun terdapat variasi individual akibat proses adaptasi maupun persepsi terhadap rasa sakit yang tidak sama dari orang ke orang. Jadi, setiap penyebab mengakibatkan kerusakan tertentu pula yang kemudian oleh pasien dirasakan sebagai rasa sakit atau rasa tidak nyaman. Rasa sakit yang diderita pasien yang biasanya diceritakan penderita disebut gejala penyakit (symptom).

Kelainan organ yang diakibatkan oleh penyebab (agen) tersebut yang umumnya tidak disadari oleh pasien yang harus dideteksi atau ditemukan oleh dokter pada pemeriksaan fisik, diberi istilah tanda penyakit (sign). Jadi, setiap penyebab penyakit akan memiliki gejala dan tanda tertentu pula. Kesatuan konsep antara penyebab penyakit dengan gejala dan tanda disebut kesatuan klinik (clinical entity), yang bila diketahui penyebab (etiologi) tunggal disebut kesatuan penyakit (disease entity) seperti yang tersebut pada diagnosis, misalnya influenza dan malaria. Sedangkan bila etiologinya banyak disebut sindrom.

Teori dasar timbulnya penyakit, dalam sejarahnya terus berubah seiring dengan perkembangan budaya dan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masyarakat purba, dipercaya bahwa penyakit timbul karena kemarahan para dewa yang berwujud bencana alam dan wabah penyakit. Dalam budaya Yunani kuno, dipercaya adanya dewa yang berkaitan dengan penyakit. Ada dewa yang menyebabkan penyakit dan ada dewa penyembuh. Apollo, Askelopios, hygea dan Panacea

Apollo adalah dewa surya juga adalah dewa kesehatan, dewa ilmu serta seni medik. Asklepios adalah anak dewa Apollo, Asklepios adalah dewa penyembuhan, dia mempunyai dua putri yang pertama adalah Hygea yang melambangkan dewi kesehatan dan Panacea dewi pemulihan kesehatan, kata higiene di turunkan dari kata hygea dan Panacea mempunyai arti penawar rasa sakit. Dewa dewi ini tinggal di wilayah Epidaurus yang juga sekaligus tempat habitatnya sejenis ular tang berwarna kuing yang tidak berbisa. Binatang ular ini hidup bebas dan diberi makan oleh masyarakat disana dan jika ular ini mendekati seseorang ini merupakan pertanda baik, terutama yang menyangkut hal hal yang ada kaitannya dengan pemulihan kesehatan. Seirama dengan ajaran Asklepios ini ada upacara ritual pemujaan terhadap ular kuning tersaebut, dan sampai sekarang citra ular ini tetap melekat serta muncul secara global sebagai lambang kearifan dan kemakrifatan dokter.

Trias Epidemiologi

Selanjutnya, pada zaman Hippocrates, faktor lingkungan mulai disebutsebut. Hippocrates mempergunakan kata endemik untuk menggambarkan adanya penyakit pada lingkungan (daerah) tertentu. Istilah malaria menunjukkan adanya penyakit akibat udara (lingkungan) yang jelek. Teori dasar bahwa lingkungan berpengaruh terhadap tumbuhnya penyakit tetap dianut sampai sekarang. Teori ini mengatakan bahwa penyakit timbul oleh interaksi antara manusia, lingkungan dan penyebab (bibit penyakit), yang terkenal dengan konsep Trias Epidemiologi, yang bisa digambarkan dalam bagan berikut ini.

Konsep Trias Epidemiologi ini sangat terkenal atau sangat relevan pada era penyakit menular mendominasi problem kesehatan. Pada saat ini, penyakit menular mulai surut, khususnya di negara maju yang higienenya sudah sangat baik. Problema kesehatan bergeser kepada penyakit degeneratif, proses penuaan dan keganasan. Jadi, terdapat pergeseran yang lazim disebut transisi epidemiologik. Pada situasi ini, teori dasarnya masih berlaku, yaitu yang mempengaruhi manusia menimbulkan kerusakan gen, baik menimbulkan kerusakan kromosom yang disebut mutasi genetik maupun kerusakan pada susunan asam nukleat pada DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) maupun pada RNA (Ribo Nucleic Acid).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis tumbuhnya penyakit pada manusia, yaitu adanya agen (penyebab penyakit) dan adanya perubahan pada gen. Harap dimengerti bahwa yang disebut faktor lingkungan mencakup lingkungan lokal (sekitar tempat hidup), lingkungan regional, dan lingkungan dalam Skala global, misalnya pengaruh sinar ultra violet baik secara fisik maupun psikologik.

Penyakit pada Pasien

Di depan sudah dijelaskan tentang apa dan siapa pasien. Pada pembahasan selanjutnya, pasien tidak lain adalah orang yang mulanya sehat menjadi sakit karena ada penyakitnya. Kemudian, sudah dijelaskan apa itu penyakit dan teori dasar timbulnya penyakit. Juga sudah dijelaskan bahwa dokter untuk dapat menyembuhkan penyakit harus dapat menentukan jenis penyakit apa yang ada pada pasien yang lazim disebut menentukan diagnosis. Pokok bahasan bagaimana menentukan jenis penyakit (diagnosis) akan mudah dimengerti setelah mendalami atau merenungkan pertanyaan, bagaimana jenis penyakit yang ada pada pasien dapat dideteksi atau dikenali?

Penyakit, berawal pada penyebab penyakit yang masuk yang kemudian mengganggu tubuh manusia. Proses mulai awal penyakit sampai terjadinya kerusakan organ atau sistem tubuh atau gangguan faali lazim disebut sebagai proses patogenesis penyakit . Sedangkan urut-urutan proses penyakit yang biasa bertahap dan sedikit demi sedikit sampai timbulnya gejala lazim diberi istilah patofisiologi. Jadi, sampai disini, ada dua pengertian barn yakni proses patogeneses dan proses patofisiologis

Setiap langkah atau tahap patogenesis dan patofisiologi menimbulkan gejala tertentu dan tanda tertentu. Ada suatu hal penting yang perlu disadari bahwa penyakit pada pasien adalah proses yang dinamik, bukan stasis. Oleh karena itu penampakan klinik suatu penyakit dari waktu ke waktu tidak sama, dari awal yang ringan dan samar-samar sampai sangat jelas pada tahap akhir. Selain itu, penampakan penyakit tersebut juga sangat tergantung respons individual manusia terhadap proses penyakit, balk respons

fisik maupun respon psikis.

sebagai contoh olahragawan atau tentara atau pekerja lapangan kuli pelabuhan tidak merasa apa apa dengan suhu sekitar 38 derajat Celsius karena saat mereka aktif, mereka sudah terbiasa dengan suhu tubuh 38 derajat Celsius. Jadi, gejala demam tifoid akan lain pada olahragawan dibanding pada ibu rumahtangga. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penampakan penyakit tergantung pada waktu dan respons individual. Uraian di atas bisa disimpulkan sebagai berikut: "Gejala penyakit yang dikeluhkan pasien dan tanda penyakit yang didapatkan oleh dokter bila disusun berdasarkan kronologi dan ringan-beratnya akan menggambarkan suatu rangkaian/kesatuan (kompositas) yang sebenarnya adalah penampakan suatu jenis penyakit tertentu pada fase penyakit tertentu pula."

Bila uraian di atas masih sukar diterima, Contoh berikut mungkin dapat membantu. Apabila kita mendengarkan bunyi kotek ayam di luar rumah, secara otomatis pada pikiran kita tergambar seekor ayam. Contoh lain adalah bila kita mendengar nyanyian burung perkutut meskipun kita tidak melihat burungnya, langsung tergambar wujud burung perkutut pada pikiran kita. Jadi, dengan mendengar bunyi kotek ayam dan suara burung perkutut, timbul kesadaran atau gambaran akan sesuatu pada pikiran kita sampai pada kesadaran adanya ayam dan burung perkutut. Kesadaran atau gambaran akan sesuatu pada pikiran kita tentunya disertai syarat bahwa kita pernah tabu sebelumnya atau mengenal bahwa ada ayam yang berkotek clan ada perkutut yang bernyanyi. Kesadaran dan gambaran pada pikiran kita tidak akan tercapai bila kita barn pertama kali mendengar kotek ayam dan nyanyian burung perkutut tanpa melihat ayam dan perkutut tersebut. Contoh tersebut sekaligus merupakan penjelasan tulisan di depan bahwa dokter berpikir dengan bekal ilmu kedokteran yang sudah dipelajari sebelumnya.

Gejala dan tanda penyakit yang ingin diketahui (ditentukan) oleh dokter pada dasarnya adalah "penampakan" penyakit yang bisa ditangkap maknanya oleh dokter, seperti kotek ayam yang kita dengar, yang sebenarnya penampakan atau manifestasi adanya ayam. Jadi, dokter dapat menentukan adanya penyakit bila dapat menangkap gejala dan tanda penyakit yang ada pada pasien. Gejala dan tanda sebagai penampakan penyakit dapat sangat sederhana, dapat pula tidak sederhana dan bahkan kadang kadang sangat membingungkan untuk dokter yang dudah berpengalaman sekalipun.Contoh :

Seorang wanita Nn Nanik berumur 16 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan sakit kepala selama dua hari, meriang, badan panas, batuk, tenggorokan terasa nyeri, serta bila menelan terasa nyeri sekali, seperti ada duri ditenggorokannya. Setelah diperiksa secara seksama di temukan kelianan sebagai berikut :

Pasien dengan keadaan umum yang baik :

Kesadaran:Baik = komposmentis

Tensi:110/70

Nadi:37,8 derajat Celcius

Tonsil:Kedua tonsil membesar dan terlihat merah

Faring:Kemerahan dan bergranuler/benjol kecil kecil

Pemeriksaan yang lain normal. Dari kasus tersebut diatas, bila dirinci dalam hal gejala dan tanda akan tersusun sebagai berikut :Identifikasi pasien:Wanita, 16 tahun

Gejala penyakit:

1. Sakit kepala:4. batuk

2. Meriang:5. Tenggorokan sakit

3. Otot pegal linu:6. Menelan sakit

Berdasarkan tabel diatas, setiap perumusan diagnosis tersebut haruslah dapat menerangkan bagaimana pasien tersebut dapat sakit.Tanda penyakit :

a. Suhu 37, 8 derajat Celcius

b. Nadi 100 kali per menit

c. Tonsil membesar

d. Faring hyperemis

Apa pengertian/konsep tentang penyakit kemudian di hubungkan dengan adanya penyakit pada pasien dapat di gambarkan pada tabel di bawah ini :Kesatuan penyakitReaksi pasien terhadap penyakit

1. Ada gejalaRasa sakit/penderitaan dan dikeluhkan

2. Ada kelainan dan disfungsi organRasa sakit setempat dan kelainan organ

3. Ada proses patogenesisnyaRasa sakit yang berangsur angsur

4. Ada proses patofisiologinyaRasa tidak nyaman umum maupun setempat

5. Ada etiologinyaSetiap etiologi menimbulkan penyakit dengan gejala dan tanda spesifik.

Hal ini disebut berfikir reflektif dari tabel diatas adalah bahwa penyakit pada pasien adalah proses dinamik (bukan statis) dan sangat bervariasi berdasarkan response pasien, sedangkan yang dipelajari dari buku dan kuliah adalah gambaran penyakit bila gejala atau tanda sudah timbul lengkap.

Data Klinik

Contoh kasus Nn. Nanik di atas adalah salah satu gambaran yang jelas dari suatu infeksi (peradangan) pada tonsil dan faring yang lazim disebut kesatuan klinik (clinical entity) tonsilofaringitis akut, yang bila etiologi bakterinya dapat ditentukan disebut kesatuan penyakit (disease entity). Deretan 1 sampai 6 gejala di atas merupakan penampilan penyakit yang terdapat pada pasien Nn. Nanik yang dirasakan oleh pasien kemudian diberitahukan pada dokter dan kemudian ditulis seperti di atas. Dengan sendirinya gejala yang diceritakan bersifat subjektif. Maka, dalam proses berpikir, gejala (symptom) di atas diberi istilah data klinik subjektif. Data klinik tersebut sering juga disebut data medik yang dalam bahasan selanjutnya dipakai istilah data klinik.

Data klinik subjektif didapat dari proses wawancara dua arah antara dokter dan pasien. Proses wawancara tersebut dalam terminologi kedokteran disebut anamnese. Anamnase yang langsung dengan pasien disebut autoanamnase. Pada pasien anak-anak atau pasien tidak sadar autoanamnase tidak mungkin karena itu perlu pertolongan orang lain. Proses anamnase dengan orang selain pasien disebut alloanamnase.

Deretan tanda (a) sampai (d) yang didapatkan oleh dokter yang kemudian ditulis pada status. Karena prosesnya didapatkan pada pasien, dalam proses berpikir diberi istilah data klinik objektif. Sampai saat ini sudah dikemukakan pengertian data klinik subyektif yang tidak lain adalah gejala penyakit (keluhan pasien) dan data klinik objektif yang tidak lain adalah tanda penyakit yang tidak lain pula adalah kelainan yang diketemukan pada pasien oleh dokter. Selanjutnya, termasuk dalam pengertian data klinik objektif adalah hasil pemeriksaan lanjutan balk hasil pemeriksaan laboratorium maupun hasil pemeriksaan dengan alat misalnya rontgen (Xray), dan lain-lain, yang lazim diberi istilah pemerikksaan penunjang.

Data klinik subjektif = hasil anamnese (autoanamnese dan alloanamnase)

Data klinik objektif= hasil pemeriksaan fisik +hasil perneriksaan. laboratorium + hasil pemeriksaan penunjang

Data klinis subjektif disebut demikian karena pengungkapan rasa sakit sangat ditentukan oleh cara dan persepsi pasien, bahasa dan tutur kata, serta tergantung kepada ungkapan ungkapan serrta kebiasaan masyarakat setempat. Keluhan dan ungkapan rasa sakit yang di utarakan pasien di dengar oleh dokter kemudian diinterprestasikan atau di olah maknanya oleh dokter menjadi Gejala Penyakit dan kemudian di tuliskan menjadi data klinik subjektif, sebgai terlihat pada bagan berikut :

Yang sering muncul adalah terdapat beda makna antara yang dikeluhkan pasien dengan yang ditangkap dokter kemudian dirumuskan sebagai data klinikData klinik = nyeri epigastrium,

biasa dikeluhkan oleh pasien sebagai: rasa terbakar,

rasa tertusuk,

rasa mengisap,

rasa pedih,

rasa perih, dan

rasa panas ulu hati.

Dari uraian di atas, mudah-mudahan jelas bahwa dalam berkomunikasi dengan pasien diperlukan pemikiran khusus dan dokter justru perlu belajar dari pasien tentang ungkapan-ungkapan keluhan mereka. Setiap tempat dan setiap masyarakat mempunyai bahasa sendiri untuk mengutarakan rasa sakit mereka.

Kembali ke data klinik subjektif di atas, ada suatu pertanyaan yang jawabannya perlu dimengerti yaitu di mana letak kegunaan data klinik tersebut dalam kerangka (konteks) alur berpikir seorang dokter. Kalau kita perhatikan dengan saksama data klinik subjektif pada contoh kasus Nn. Nanik di atas yaitu:

Data klinik subjektif Nn. Nanik :

1. Sakit kepala

2. Meriang

3. Otot pegal linu

4. Panas badan

5. Batuk

6. Tenggorokan sakit

7. Menelan terasa sakit.

Perlu diketahui bahwa gejala di atas timbul akibat perubahan dalam badan. Suatu yang pasti adalah perubahan/gangguan dalam badan jarang timbul bersamaan sekaligus tetapi berturutan atau dengan kata lain gejala timbul berurutan secara kronologis berangsurangsur tergantung dari perubahan yang timbul dalam badan. Agar kita lebih mudah untuk berpikir, sebaiknya penyusunan data klinik diatas berdasarkan urutan kronologis mana yang timbul duluan. Selain timbulnya gejala klinik berurutan adalagi pengertian bahwa sebenarnya rasa sakit (gejala) yang satu dapat menimbulkan berbagai gejala ikutan. Jadi ada dua jenis gejala penyakit/data klinik subjektif yang dalam bahsan ini disebut data klinik sunjektif primer dan data klinis subjektif sekunder, sehingga harus di pahami betul mana yang primer dan mana yang sekunder. Dari contoh diatas pada awalnya timbul badan panas akibat radang di tonsil dan faring. Akibat panas, timbul reaksi badan berupa pegal linu, pusing, meriang. Penentuan data subjektif primer dan data subjektif sekunder nanti penting dalam rangkaian alur fikir perumusan masalah penentuan diagnosis kerja dan diagnosis banding.

Referensi1. Daldiyono.DR.dr.Prof. Menuju seni Ilmu kedokteran Bagaimana dokter berfikir dan bekerja, PT Gramedia Jakarta 2006.

2. Freddy Tengker,SH,CN,Drs. Hak Pasien, Penerbit PT Mandar Maju, Bandung 2007.

3. Azrul Azwar, DR.MPH, Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, Yayasan Penerbit IDI, Jakarta 1996.

Bab 1

PENDAHULUAN:TERMINOLOGI DAN KONSEP DASAR

Seorang dokter yang sedang bekerja mengobati pasien harus berpikir. Proses berpikir inilah yang kemudian mendasari keputusan yang diambil oleh dokter terhadap pasiennya, yaitu dalam hal perencanaan terapi sampai pelaksanaannya, yang kemudian akan terlihat pada proses kerja serta hasilnya. Alur berpikir yang benar akan menimbulkan keputusan yang benar. Sebaliknya, bila alur berpikirnya salah, keputusan yang diciptakannya juga salah. Jadi, dapat dikatakan bahwa proses berpikir seorang dokter akan sangat menentukan dalam proses penyembuhan pasien. Namun, alur atau proses berpikir dokter ini jarang sekali dikupas ataupun diuraikan secara mendalam balk pada kepustakaan ataupun pada institusi pendidikan kedokteran sekalipun.

AWAL BAHASAN

Pertanyaan bagaimana dokter berpikir? dapat dijawab dengan singkat, misalnya dokter berpikir dengan instrumen ilmu logika dan probabilitas, dapat pula panjang lebar dengan menguraikan langkah demi langkah berpikir. Apabila kita menguraikan langkah demi langkah proses berpikir dokter, maka yang paling mudah adalah mulai dari identifikasi tujuan berpikir. Tujuan pertama dokter berpikir (dalam kapasitas dokter terhadap pasien) adalah bagaimana menyembuhkan penyakit. Yang kemudian menjadi soal adalah apakah dokter selalu dapat menyembuhkan penyakit. Jawaban yang pasti adalah tidak selalu, buktinya banyak pasien meninggal di rumah sakit atau banyak pasien yang penyakitnya tidak sernbuh. Selain itu, kebutuhan pasien berobat, yang terpenting menurut persepsi pasien adalah agar mereka terbebas dari rasa sakit atau terbebas dari penderitaannya. jadi, selain menyembuhkan penyakit ada tujuan lain yaitu mengurangi atau menghilangkan penderitaan pasien.

Selain kedua tujuan tersebut di atas, ada amanat bahwa seorang dokter berkewajiban untuk menjaga hidup pasien. Tujuan ini sekaligus juga merupakan fungsi dokter terhadap pasiennya. Dalam perumusan tradisionil, sering dikatakan fungsi dokter adalah memperpanjang umur (prolonging life). perumusan memperpanjang umur tersebut untuk kita di Indonesia dalam budaya Pancasila agaknya tidak tepat, lebih balk kita sebut menjaga kehidupan atau untuk mempertahankan dan menjaga kualitas hidup, dengan hasil akhir pasien panjang umur juga.

Pertanyaan selanjutnya adalah, bila ternyata pasien tidak mungkin tertolong (menurut pertimbangan ilmu kedokteran), apakah dokter berhenti bekerja (give up) Sebaiknya tidak! Dalam situasi di mana menurut keilmuan kita, seorang pasien tidak mungkin disembuhkan atau dengan kata lain pasien berada pada situasi terakhir suatu penyakit (terminal stage), kita wajib mempersiapkan penderita menghadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan sendirinya menurut agamanya masing-masing, bekerja bersama dengan profesi keperawatan, ulama, Serra keluarganya. Fungsi ini harus dilaksanakan dengan hati-hati dan bijaksana khususnya dalam hal menerangkan kepada pasien dan keluarganya. Jadi, bila dokter memegang sikap pantang menyerah, masih ada tujuan yang keempat dari dokter berpikir yaitu mempersiapkan atau mengantarkan pasien menghadap Tuhan Yang Maha Esa. 4 gambar

Untuk mencapai keempat tujuan atau fungsi tersebut, proses berpikir berlangsung beriringan, tidak perlu masing-masing tujuan memiliki proses berpikir sendiri-sendiri. Apabila uraian di atas dirangkum, akan terlihat bagan berikut:

Sebenarnya, uraian dan formulasi tujuan berpikir tersebut adalah formulasi klasik atau boleh juga dikatakan kuno. Formulasi yang saat ini diusulkan adalah mengangkat tujuan ketiga menjadi tujuan utama. Ini bersangkutan dengan perubahan filosofi ilmu kedokteran, di mana menjaga kesehatan Berta mencegah penyakit lebih penting dibanding sekadar menyembuhkan penyakit. Kita dapat mengikuti jalan berpikir bidang ilmu kesehatan anak (pediatri) yang telah berganti secara filosofis. Kalau dulu pediatri identik dengan penyakit pada anak, pada masa sekarang orientasi pada penyakit menjadi lebih kecil, berubah kepada konsep kesehatan anak yang terdiri dari tumbuh kembang anak dan pencegahan penyakit, di camping mengoban penyakit.

5

Jadi, ilmu kedokteran kuratif, khususnya ilmu penyakit dalam, perlu reorientasi dalam fokus bekerjanya menjadi:

Meskipun orientasi berpikir berubah, fungsi kuratif tetaplah penting, khususnya dalam proses transaksi terapeutik. Oleh karena itu, penyusunan buku ini membatasi diri pada tujuan berpikir untuk menyembuhkan pasien atau fungsi dokter dalam bidang kuratif Cara berpikir pada tujuan menjaga kualitas hidup pasien lebih kompleks karena menyangkut banyak

6

Dalam pengertian formal, dokter adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan pada fakultas kedokteran (lulus dan berijazah), kemudian mempunyai Surat izin bekerja sebagai dokter dari pemerintah. Makna lain dari pengertian "dokter" adalah orang yang memiliki pengetahuan kedokteran (klinik) dan memiliki hak serta kewajiban untuk mengamalkan (mempraktikkan) ilmu clan keterampilannya. Mengamalkan ilmu dan keterampilan kedokteran pada pasien wring dirumuskan sebagai memberikan pertolongan medik.

Banyak dokter yang tidak bekerja dalam proses kuratif, banyak di antara mereka menjadi peneliti, eksekutif perusahaan, atau pejabat pemerintahan.

Bila kita gambarkan keterkaitan antara dokter, ilmu pengetahuan kedokteran, dan pasien akan terlihat bagan berikut:

pasien datang ke dokter karena merasa atau terdapat gangguan pada kesehatannya.

Gangguan kesehatan tersebut dapat dirinci menjadi tiga kemungkinan atau tiga tipe garis besar yakni gangguan kejiwaan (psikis), gangguan fungsional, dan gangguan organik. Gangguan-gangguan tersebut dirasakan oleh pasien sebagai perasaan tidak nyaman. Ada yang berpendapat atau memberi makna bahwa rasa tidak nyaman tersebut sebagai pertanda adanya gangguan kesehatan atau suatu pertanda adanya penyakit. Sebenarnya tidak demikian. Rasa tidak nyaman yang paling sederhana, misalnya rasa lapar dan rasa haws masih dalam batas rasa tidak nyaman yang fisiologis. Selanjutnya adalah rasa tidak nyaman akibat perubahan keseimbangan fisiologis ke keseimbangan fisiologis yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

Setiap individu akan berada pada suatu keseimbangan fisiologis tertentu berdasarkan pengaturan faali endogen, sebagai respon terhadap kebiasaan hidup atau penyesuaian (adaptasi) terhadap lingkungannya, balk secara fisik maupun psikis. Sebagai contoh adalah perasaan pegal linu setelah olahraga. Rasa pegal linu sehabis olahraga akan hilang atau tidak akan timbul bila individu tersebut membiasakan diri dengan berolahraga. Dalam hal ini, keseimbangan faali tanpa olahraga beralih kepada keseimbangan bare dengan membiasakan diri berolahraga. Sebaliknya, mereka yang semula berolahraga kemudian berhenti akan merasa lagi pegal linu sementara sampai tercipta keseimbangan faali tanpa olahraga. perubahan keseimbangan faali endogen tersebut yang menonjol adalah mual dan muntah (nausea dan emesis) pada hamil muda sampai situasi jet lag setelah penerbangan atau rindu kampung halaman (home sick). Konsep ini mengacu pada konsep perubahan keseimbangan milieu interrioure (3) dan konsep homeostasis. (4)

Uraian di atas dibuat untuk menegaskan adanya berbagai rasa tidak nyaman yaitu (rasa sakit) yang fisiologis, fungsional, dan rasa tidak nyaman (rasa sakit) oleh penyakit. Jadi, kalau digambarkan ada empat kelompok besar yang dapat dilihat pada skema sebagai berikut:

8

pasien datang ke dokter karena merasa atau terdapat gangguan pada kesehatannya.

Gangguan kesehatan tersebut dapat dirinci menjadi tiga kemungkinan atau tiga tipe garis besar yakni gangguan kejiwaan (psikis), gangguan fungsional, dan gangguan organik. Gangguan-gangguan tersebut dirasakan oleh pasien sebagai perasaan tidak nyaman. Ada yang berpendapat atau memberi makna bahwa rasa tidak nyaman tersebut sebagai pertanda adanya gangguan kesehatan atau suatu pertanda adanya penyakit. Sebenarnya tidak demikian. Rasa tidak nyaman yang paling sederhana, misalnya rasa lapar dan rasa haws masih dalam batas rasa tidak nyaman yang fisiologis. Selanjutnya adalah rasa tidak nyaman akibat perubahan keseimbangan fisiologis ke keseimbangan fisiologis yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

Setiap individu akan berada pada suatu keseimbangan fisiologis tertentu berdasarkan pengaturan faali endogen, sebagai respon terhadap kebiasaan hidup atau penyesuaian (adaptasi) terhadap lingkungannya, balk secara fisik maupun psikis. Sebagai contoh adalah perasaan pegal linu setelah olahraga. Rasa pegal linu sehabis olahraga akan hilang atau tidak akan timbul bila individu tersebut membiasakan diri dengan berolahraga. Dalam hal ini, keseimbangan faali tanpa olahraga beralih kepada keseimbangan bare dengan membiasakan diri berolahraga. Sebaliknya, mereka yang semula berolahraga kemudian berhenti akan merasa lagi pegal linu sementara sampai tercipta keseimbangan faali tanpa olahraga. perubahan keseimbangan faali endogen tersebut yang menonjol adalah mual dan muntah (nausea dan emesis) pada hamil muda sampai situasi jet lag setelah penerbangan atau rindu kampung halaman (home sick). Konsep ini mengacu pada konsep perubahan keseimbangan milieu interrioure (3) dan konsep homeostasis. (4)

Uraian di atas dibuat untuk menegaskan adanya berbagai rasa tidak nyaman yaitu (rasa sakit) yang fisiologis, fungsional, dan rasa tidak nyaman (rasa sakit) oleh penyakit. Jadi, kalau digambarkan ada empat kelompok besar yang dapat dilihat pada skema sebagai berikut:

9

Skema sederhana clan dangkal ini sengaja ditonjolkan agar tidak terjadi salah paham bahwa semua orang yang merasa sakit selalu ada penyakitnya. "The sick person does not always have a disease" Yang menjadi soal bagi dokter adalah membedakan antara rasa sakit tanpa penyakit clan rasa sakit dengan adanya penyakit. Soal ini hanya dapat diselesaikan dengan pengalaman. Ini pun dengan syarat bahwa dokter selalu berusaha memahami dan berempati dengan keluhan pasien. Berkaitan dengan pengertian rasa sakit tanpa penyakit Berta rasa sakit akibat penyakit tersebut termasuk pula di sini adalah berbagai reaksi fisiologik (yang patologik) akibat kegentingan (guncangan) kejiwaan. Tentang hal ini, Prof Dr. D. Bachtiar Lubis menunjukkan empat dalil penting (1):

Suatu kejadian yang'mengguncangkan,emosi dapat mencetuskan gangguan fungsi tubuh atau penyakit tubuh.

Semua respons emosional biasanya disertai hal-ihwal fisiologik tertentu (rasa )ijik disertai mual, putus asa disertai hilang nafsu makan, rasa takut disertai keringat) dan gangguan psikologik seringkali merupakan penyerta fisiologik tetapi yang berlebihan.

Respons fisik dapat menjadi berkepanjangan dan jauh melampaui masa rangsangnya berlangsung sehingga berupa suatu penyakit dengan akibat-akibat bagi kesehatan, jiwa maupun jasmani, akibat yang kadang-kadang gawat.

Sikap, kelakuan, dan perkataan dokter memainkan peranan penting dalam perbaikan atau perburukan pasien.

Konsep (istilah) yang perlu dijelaskan di sini adalah istilah. penderitaan. Suatu penderitaan mesti bermula atau dimulai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri yang kemudian ditanggapi oleh individu dengan reaksi tidak senang atau khawatir sampai suatu kesedihan. jadi, penderitaan berarti suatu reaksi psikologis individu terhadap rasa tidak nyaman. Dengan demikian, bila dokter ingin menghilangkan penderitaan, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah memberi keterangan dan penyuluhan untuk menghilangkan kekhawatiran dengan nasihat (psikoterapi), yang kadang-kadang perlu disertai dengan obat penenang (tranquilizer), dan yang kedua dengan meng-hilangkan rasa sakit. Harap diperhatikan bahwa proses ini tidak sederhana, harap mengikuti uraian selanjutnya dengan. saksama.

or infirmity. '~6)() Kesehatan adalah keadaan (status) sehat utuh secara, fisik, mental (rohani) dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.(')

Suatu pengertian yang dekat dengan konsep sehat adalah pengertian tentang sembuh. Sembuh berarti pasien kembali sehat. Banyak dokter yang sering mengatakan penyakit diabetes melitus dan asma tidak dapat disembuhkan, yang sebenarnya tidak tepat. Pasien asma di luar serangan adalah orang sehat dan penderita diabetes bila gula darahnya normal kembali berarti sehat secara jasmani dan faali. Jadi, seharusnya kita mengatakan sembuh bersyarat atau sehat bersyarat. Sebaliknya, orang tua yang sudah berumur 70 tahun dengan berbagai kelainan organis namun secara faali berfungsi baik, secara mental normal (seimbang), dan secara sosial berfungsi dengan baik maka orang tua tersebut berarti orang sehat bersyarat. Hal ini diuraikan disini agar pemahaman tentang konsep sehat-sakit-sembuh menjadi lebih mendalam.

Penyakit

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah yang disebut dengan penyakit? Dalam bahasa Inggris, ada berbagai istilah yang sering menimbulkan kerancuan yaitu disease, illness, ailment, dan sickness. Untunglah, dalam bahasa Indonesia hanya ada dua istilah yaitu sakit dan penyakit. Dalam percakapan sehari-hari, kedua istilah sakit dan penyakit sering dikacaukan.

Membuat batasan (definisi) panyakit tidaklah mudah. Setiap definisi yang diajukan selalu mengandung kelemahan atau mudah terbantahkan. Akhirnya, diajukan suatu definisi yang cukup kuat yaitu suatu rasa tidak nyaman yang merugikan!"") Definisi tersebut cocok dengan uraian di atas yang menegaskan ada dua jenis rasa sakit yang bukan penyakit dan rasa sakit akibat adanya penyakit. Biasanya rasa sakit yang diakibatkan penyakit relatif lebih lama menetap, yang hilang setelah penyakitnya sembuh. Dengan demikian, untuk selanjutnya dapat dikatakan bahwa penyakit adalah sesuatu yang abnormal (misalnya rasa sakit) yang merugikan yang ter-dapat pada seseorang yang semula sehat. Aplikasi pengertian atau definisi

penyakit di atas sangat relevan dengan pola berpikir yang bertumpu pada penyelesaian masalah (problem solving medical thinking), yang akan dibahas kemudian.

Definisi lain yang dimuat dalam Butterworth Medical Dictionary, agaknya baik untuk dikutip di sini agar pengertian tentang istilah penyakit menjadi lebih jelas. "penyakit adalah kondisi yang berubah dari keadaan sehat atau penyakit adalah sekumpulan reaksi individu baik fisik maupun mental terhadap bibit penyakit (penyebab = agent) yaitu bakteri, jamur, protozoa, virus, dan racun, yang masuk atau mengganggu individu; trauma, kelainan metabolik, kekurangan gizi, proses degenerasi, atau kelainan sejak lahir (kongenital)."(")

Reaksi tubuh terhadap suatu bibit penyakit (penyebab = agent) biasanya sangat spesifik meskipun terdapat variasi individual akibat proses adaptasi maupun persepsi terhadap rasa sakit yang tidak sama dari orang ke orang. Jadi, setiap penyebab mengakibatkan kerusakan tertentu pula yang kemudian oleh pasien dirasakan sebagai rasa sakit atau rasa tidak nyaman. Rasa sakit yang diderita pasien yang biasanya diceritakan penderita disebut gejala penyakit (symptom).

Kelainan organ yang diakibatkan oleh penyebab (agen) tersebut yang umumnya tidak disadari oleh pasien yang harus dideteksi atau ditemukan oleh dokter pada pemeriksaan fisik, diberi istilah tanda penyakit (sign). Jadi, setiap penyebab penyakit akan memiliki gejala dan tanda tertentu pula. Kesatuan konsep antara penyebab penyakit dengan gejala dan tanda disebut kesatuan klinik (clinical entity), yang bila diketahui penyebab (etiologi) tunggal disebut kesatuan penyakit (disease entity) seperti yang tersebut pada diagnosis, misalnya influenza dan malaria. Sedangkan bila etiologinya banyak disebut sindrom.

Bahasan selanjutnya pada buku ini berangkat dari asumsi bahwa orang sakit sebelumnya adalah orang what, dan selanjutnya pengertian pasien adalah orang sehat yang menderita penyakit yang dapat digambarkan dalam Bagan 6.:

penyakit di atas sangat relevan dengan pola berpikir yang bertumpu pada penyelesaian masalah (problem solving medical thinking), yang akan dibahas kemudian.

Definisi lain yang dimuat dalam Butterworth Medical Dictionary, agaknya baik untuk dikutip di sini agar pengertian tentang istilah penyakit menjadi lebih jelas. "penyakit adalah kondisi yang berubah dari keadaan sehat atau penyakit adalah sekumpulan reaksi individu baik fisik maupun mental terhadap bibit penyakit (penyebab = agent) yaitu bakteri, jamur, protozoa, virus, dan racun, yang masuk atau mengganggu individu; trauma, kelainan metabolik, kekurangan gizi, proses degenerasi, atau kelainan sejak lahir (kongenital)."(")

Reaksi tubuh terhadap suatu bibit penyakit (penyebab = agent) biasanya sangat spesifik meskipun terdapat variasi individual akibat proses adaptasi maupun persepsi terhadap rasa sakit yang tidak sama dari orang ke orang. Jadi, setiap penyebab mengakibatkan kerusakan tertentu pula yang kemudian oleh pasien dirasakan sebagai rasa sakit atau rasa tidak nyaman. Rasa sakit yang diderita pasien yang biasanya diceritakan penderita disebut gejala penyakit (symptom).

Kelainan organ yang diakibatkan oleh penyebab (agen) tersebut yang umumnya tidak disadari oleh pasien yang harus dideteksi atau ditemukan oleh dokter pada pemeriksaan fisik, diberi istilah tanda penyakit (sign). Jadi, setiap penyebab penyakit akan memiliki gejala dan tanda tertentu pula. Kesatuan konsep antara penyebab penyakit dengan gejala dan tanda disebut kesatuan klinik (clinical entity), yang bila diketahui penyebab (etiologi) tunggal disebut kesatuan penyakit (disease entity) seperti yang tersebut pada diagnosis, misalnya influenza dan malaria. Sedangkan bila etiologinya banyak disebut sindrom.

Bahasan selanjutnya pada buku ini berangkat dari asumsi bahwa orang sakit sebelumnya adalah orang what, dan selanjutnya pengertian pasien adalah orang sehat yang menderita penyakit yang dapat digambarkan dalam Bagan 6.:

Tujuan berpikir seorang dokter, yaitu untuk menyembuhkan penyakit artinya menghilangkan penyakit dari seorang pasien, dapat digambarkan pada Bagan 7.

Bagan di atas terlihat sangat sederhana, tetapi pada praktiknya ternyata rumit. Sebelum dokter dapat menghilangkan (menyembuhkan) penyakit, dengan sendirinya is harus menentukan penyakit apa yang perlu dihilangkan dari seorang pasien. Menentukan penyakit yang ada pada pasien dalam terminologi kedokteran disebut menentukan diagnosis. Sebelum kita sampai pada bahasan bagaimana menentukan penyakit yang ada pada tubuh pasien atau menentukan diagnosis tersebut, ada baiknya kita singgung sedikit teori dasar mengapa orang sehat dapat menjadi sakit atau teori tentang timbulnya penyakit.

Teori dasar timbulnya penyakit, dalam sejarahnya terns berubah wiring dengan perkembangan budaya dan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masyarakat purba, dipercaya bahwa penyakit timbul karena kemarahan para dewa yang berwujud bencana alam dan wabah penyakit. Dalam budaya Yunani kuno, dipercaya adanya dewa yang berkaitan dengan penyakit. Ada dewa yang menyebabkan penyakit dan ada dewa penyembuh. Selanjutnya, pada zaman Hippocrates, faktor lingkungan mulai disebutsebut. Hippocrates mempergunakan kata endemik untuk meng-

(12)

gambarkan adanya penyakit pada lingkungan (daerah) tertentu . Istilah malaria menunjukkan adanya penyakit akibat udara (lingkungan) yang jelek. Teori dasar bahwa lingkungan berpengaruh terhadap, tumbuhnya penyakit tetap dianut sampai sekarang. Teori ini mengatakan bahwa penyakit timbul oleh interaksi antara manusia, lingkungan dan penyebab (bibit penyakit), yang terkenal dengan konsep Trias Epidemiologi, yang bisa digambarkan dalam Bagan 8.

Konsep Trias Epidemiologi ini sangat terkenal atau sangat relevan pada era penyakit menular mendominasi problem kesehatan. Pada saat ini, penyakit menular mulai surut, khususnya di negara maju yang higienenya sudah sangat balk. Problema kesehatan bergeser kepada penyakit degeneratif, proses penuaan dan keganasan. jadi, terdapat pergeseran yang lazim disebut transisi epidemiologik. Pada situasi ini, teori dasarnya masih berlaku, yaitu

ang mempengaruhi manusia menimbulkan 'kerusakan gen, baik menimbulkan kerusakan kromosom yang disebut mutasi genetik maupun kerusakan pada susunan asam nukleat pada DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) maupun pada RNA (Ribo Nucleic Acid).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis tumbuhnya penyakit pada manusia, yaitu adanya agen (penyebab penyakit) dan adanya perubahan pada gen. Harap dimengerti bahwa yang disebut faktor lingkungan mencakup lingkungan lokal (sekitar tempat hidup), lingkungan regional, dan lingkungan dalam skala global, misalnya pengaruh sinar ultra violet baik secara fisik maupun psikologik.

Penyakit pada Pasien

Di depan sudah dijelaskan tentang apa dan siapa pasien. Pada pembahasan selanjutnya, pasien tidak lain adalah orang yang mulanya sehat menjadi sakit karena ada penyakitnya. Kemudian, sudah dijelaskan apa itu penyakit dan teori dasar timbulnya penyakit. Juga sudah dijelaskan bahwa dokter untuk dapat menyembuhkan penyakit harus dapat menentukan jenis penyakit apa yang ada pada pasien yang lazim disebut menentukan diagnosis. Pokok bahasan bagaimana menentukan jenis penyakit (diagnosis) akan mudah dimengerti setelah mendalami atau merenungkan pertanyaan, bagaimana jenis penyakit yang ada pada pasien dapat dideteksi atau dikenali?

Penyakit, berawal pada penyebab penyakit yang masuk yang kemudian mengganggu tubuh manusia. Proses mulai awal penyakit sampai terjadinya kerusakan organ atau sistem tubuh atau gangguan faali lazim disebut sebagai proses patogenesis penyakit . Sedangkan urut-urutan proses penyakit yang biasa bertahap dan sedikit demi sedikit sampai timbulnya gejala lazim diberi istilah patofisiologi. Jadi, sampai disini, ada dua pengertian barn yakni proses patogenesis dan proses patofisiologi.

Bagan 9 dengan metode berpikir deduktif dapat dijabarkan lebih mendalam clan lebih rind akan terbentuk Bagan 10.

Setiap langkah atau tahap patogenesis dan patofisiologi menimbulkan gejala tertentu clan tanda tertentu. Ada suatu hal penting yang perlu disadari bahwa penyakit pada pasien adalah proses yang dinamik, bukan statis. Oleh karena itu penampakan klinik suatu penyakit dari waktu ke waktu ticlak sama, dari awal yang ringan clan samar-samar sampai sangat jelas pada tahap akhir. Selain itu, penampakan penyakit tersebut juga sangat tergantung respons individual manusia terhadap proses penyakit, baik respons fisik maupun respon psikis.

ekitar 38 derajat Celsius karena saat mereka aktif, mereka sudah terbiasa dengan suhu tubuh 38 derajat Celsius. Jadi, gejala demam tifoid akan lain pada olahragawan dibanding pada ibu rumahtangga. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penampakan penyakit tergantung pada waktu dan respons individual. Uraian di atas bisa disimpulkan sebagai berikut: "Gejala penyakit yang dikeluhkan pasien dan tanda penyakit yang didapatkan oleh dokter bila disusun berdasarkan kronologi dan ringan-beratnya akan menggambarkan suatu rangkaian/kesatuan (kompositas) yang sebenarnya adalah penampakan suatu jenis penyakit tertentu pada fase penyakit tertentu pula."

Bila uraian di atas masih sukar diterima, Contoh berikut mungkin dapat membantu. Apabila kita mendengarkan bunyi kotek ayam di luar rumah, secara otomatis pada pikiran kita tergambar seekor ayam. Contoh lain adalah bila kita mendengar nyanyian burung perkutut meskipun kita tidak melihat burungnya, langsung tergambar wujud burung perkutut pada pikiran kita. Jadi, dengan mendengar bunyi kotek ayam dan suara burung perkutut, timbul kesadaran atau gambaran akan sesuatu pada pikiran kita sampai pada kesadaran adanya ayam dan burung perkutut. Kesadaran atau gambaran akan sesuatu pada pikiran kita tentunya disertai syarat bahwa kita pernah tabu sebelumnya atau mengenal bahwa ada ayam yang berkotek dan ada perkutut yang bernyanyi. Kesadaran dan gambaran pada pikiran kita tidak akan tercapai bila kita barn pertama kali mendengar kotek ayam dan nyanyian burung perkutut tanpa melihat ayam dan perkutut tersebut. Contoh tersebut sekaligus merupakan penjelasan tulisan di depan bahwa dokter berpikir dengan bekal ilmu kedokteran yang sudah dipelajari sebelumnya.

Gejala dan tanda penyakit yang ingin diketahui (ditentukan) oleh dokter pada dasarnya adalah "penampakan" penyakit yang bisa ditangkap maknanya oleh dokter, seperti kotek ayam yang kita dengar, yang sebenarnya penampakan atau manifestasi adanya ayam. Jadi, dokter dapat menentukan adanya penyakit bila dapat menangkap gejala dan tanda penyakit yang ada pada pasien._1288461155.vsd

_1288540978.vsd

_1288541030.vsd

_1288540918.vsd

_1288462735.vsd

_1288436064.vsd

_1288455281.vsd

_1288366732.vsd