hamstring strain

Upload: mohammad-adriansyah

Post on 10-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

harmstring

TRANSCRIPT

6

Keterbatasan Fungsional

Kebanyakan pasien penderita cedera hamstring tidak memiliki sisa kelemahan dan kembali ke tingkat fungsi sebelumnya. Namun, yang lainnya bisa saja mengalami kesulitan berjalan atau berlari, kehilangan waktu bekerja, dan penundaan untuk kembali berolahraga. Cedera hamstring sembuh perlahan dan berada pada risiko tinggi berulang jika kembali beraktivitas terlalu cepat. Pada cedera berat, penderita kurang lebih dapat beraktivitas setelah satu tahun pasca cedera, pada beberapa kasus ruptur penuh, pasien tidak pernah kembali ke tingkat fungsi sebelumnya.1,3Studi DiagnostikCederah hamstring pada umumnya tidak memerlukan uji tambahan karena diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan pemeriksaan klinis. Namun, dalam keadaan berat bisa diperlukan diagnostik pencitraan. Jika cedera terlokalisasi dekat dengan asal hamstring, radiografi polos dapat membantu mengidentifikasi penyimpangan dari tuberositas iskia, seperti avulsi tulang dari tuberositas iskia (terutama pada remaja). Temuan radiografik lain mungkin termasuk kalsifikasi ektopik konsisten dengan osifikasi miositis kronis.1,8 Magnetic Imaging Resonance (MRI) sangat sering digunakan untuk menentukan derajat cedera dan untuk mengidentifikasi cedera total avulsi proksimal.Diagnosis Banding S1 radikulopati Piriformis sindrom Nyeri alih dari sendi sakroiliaka atau vertebrae lumbalis Avulsi tulang atau apoptisis tuberositas iskia Ischial bursitis (weavers bottom) Fraktur stress pada pelvis, leher femoral atau batang femoral Cedera aduktor magnus

TatalaksanaTatalaksana AwalTatalaksana awal cedera hamstring terdiri dari prinsip PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, dan Elevation). Istirahat dan perlindungan relatif dapat melibatkan beban berat sebagai tahanan atau, dengan tingkat cedera yang lebih tinggi (cedera tingkat II atau tingkat III), tongkat atau penopang jalan. Bantuan rawat jalan membantu mencegah iritasi jaringan dan menghasilkan inflamasi, keduanya yang memperpanjang penyembuhan. Alat bantu harus digunakan hingga pasien dapat berjalan tanpa pincang dengan cara berjalan normal. Penerapan es sesering setiap 2 atau 3 jam selama 20 menit beberapa hari pertama diindikasikan untuk membatasi nyeri dan bengkak. Es memberikan efek anti inflamasi dan membantu mengurangi bengkak. Penggunaan es secara terus menerus selama penyembuhan untuk mencegah inflamasi dan penyembuhan otot. Kompresi dengan dengan menekan atau pembungkus elastik paha dikombinasikan dengan elevasi mengurangi perdarahan, dengan demikian dapat membantu mengontrol edema dan nyeri. Obat anti inflamasi non-steroid dan analgesik lain paling sering digunakan untuk membatasi reaksi inflamasi dan mengendalikan nyeri pada beberapa hari pertama. Mobilisasi jaringan lunak ke lokasi nyeri harus dihindari paling tidak lima hari terakhir karena dapat mengeksaserbasi respon inflamasi.RehabilitasiElemen dari program rehabilitasi hamstring melibatkan perkembangan dari peregangan bebas nyeri, penguatan, dan aktivitas olah raga spesifik. Dalam fase akut, jarak gerakan bebas nyeri harus dapat dicapai secepat mungkin untuk mencegah perlekatan dan jaringan parut di jaringan otot. Pasien harus mulai dengan tingkatan gerakan bebas nyeri aktif yang berkembang ke tingkatan gerakan bebas nyeri pasif dan peregangan secara halus. Untuk mencapai peregangan penuh otot hamstring, pinggul harus difleksikan 90 derajat dan lutut harus diregangkan penuh. Peregangan dapat tercapai dengan baik pada posisi supinasi, handul dapat memfasilitasi pemanjangan otot hamstring. Ini juga penting untuk meningkatkan fleksibilitas tulang belakan dan ekstremitas bawah. Penguatan dapat dimulai ketika pasien mencapai ekstensi aktif penuh tanpa rasa nyeri. Ini saat terbaik untuk memulai dengan kontraksi statik, seperti latihan beberapa sudut isometrik submaksimal.14 Sekali dilakukan pada usaha 100% tanpa nyeri, pasien dapat maju pada latihan isotonik, seperti penguatan hamstring pronasi dan latihan isokinetik. Latihan kekuatan konsentrik ini diikuti dengan latihan kekuatan eksentrik dan aktivitas olah raga spesifik sebagai tahanan. Olahraga kembali diperbolehkan ketika gerakan penuh sudah pulih, kekuatan setidaknya 90% pada sisi yang tidak cedera, dan rasio kekuatan hamstring-quadrisep simetris.6 Fleksibilitas hamstring harus di pertahankan selama proses rehabilitasi untuk mencegah cedera berulang. Kondisi aerobik harus diteruskan selama proses rehabilitasi. Direkomendasikan untuk bersepeda tanpa penjepit kaki (penjepit kaki meningkatkan penggunaan hamstring), berenang atau jogging di kolam renang, dan egometri tubuh bagian atas. Program rehabilitasi menggabungkan kelincahan progresif dan latihan kestabilan tubuh telah terbukti menurunkan tingkat cedera berulang.15Sangat penting untuk mendidik pasien mengenai cara mencegah berulangnya cedera hamstring. Termasuk periode pemanasan yang baik sebelum berolahraga. Untuk kembali bermain secara penuh harus bertahap karena risiko berulangnya cedera cukup tinggi. Sebagai tambahan, kesalahan pelatihan, seperti tiba-tiba memutar ke permukaan yang keras atau meningkatkan intensitas latihan, harus dihindari.ProsedurProsedur tidak biasanya dilakukan pada cedera hamstring.OperasiCedera hamstring biasanya tidak memerlukan intervensi operasi dan reponnya baik terhadap program rehabilitasi konservatif. Namun, pada kasus avulsi hamstring penuh dari tuberositas iskia, direkomendasikan operasi perbaikan karena hilangnya sisa kekuatan dan fungsi terjadi pada penyembuhan pasien nonoperatif.3,4,16 Operasi neurolisis juga direkomendasikan untuk komplikasi yang jarang dari jaringan parut simptomatis disekeliling saraf siatika.9,10Potensial Penyakit KomplikasiKomplikasi tersering dari cedera hamstring adalah cedera berulang. Hilangnya fleksibilitas dan kekuatan hamstring serta koordinasi neuromuskular menempatkan pasien pada risiko cedera berulang, terutama jika kembali beraktivitas sebelum sembuh sepenuhnya.Dua kasus sindrom kompartemen paha posterior telah dilaporkan dengan robekan hamstring penuh, satu dihasilkan dari cedera itu sendiri dan satunya merupakan komplikasi terapi antikoagulan.17,18 Robekan hamstring penuh dapat menghasilkan pembentukan luka substansial disekitar saraf siatika di paha posterior. Gejala yang timbul pada pasien dapat berupa gejala tipe radikular mulai dari paresthesia sensorik sampai footdrop.Tatalaksana Komplikasi PotensialObat anti-inflamasi nonsteroid diketahui memberikan efek samping pada pencernaan, ginjal, dan hati. Terapi ultrasound harus dihindari dalam tatalaksana akut pada cedera tingkat tinggi, terutama jika diduga terdapat pembentukan hematom, karena dapat memperluas hematom.18

Daftar Pustaka1. Morris AF. Sports Medicine: Prevention of Athletic Injuries. Dubuque, William C. Brown Publishers, 1984: 162-163.2. Kujala UM, Otawa S, Jarvinen M, Hamstring injuries: current trends in treatment and prevention. Sports Med 1997; 23:397-404.3. Brewer BJ. Athletic Injuries; musculotendinous unit. Clin Orthop 1962; 23:30-38.4. Blasier RB, Morawa LG. Complete rupture of the hamstring origin from a water skiing injuriy. Am J Sports Med 1990; 18 : 435-437.5. Burkett LN. Investigation into hamstring strains: the case of the hybrid muscle. J. Sports Med 1976; 3:228-231.6. Young JL, Laskoski ER, Rock M. Thigh injures in athletes. Mayo Clin Proc 1993;68:1099-1106.7. Agre JC. Hamstring injuries: proposed aetiological factors, prevention, and treatment. Sports Med 1985; 2:21-33.8. Zarins B, Ciullo JV. Acute muscle and tendon injuries in athletes. Clin Spors Med 1983; 2:167-182.9. Street CC, Burks RT, Chronic complete hamstring avulsion causing foot drop. Am J Sprots Med 2000; 28:1-3.10. Hernesman SC, Hoch AZ, Vetter CS, Ypung CC, Foot drop in a marathon runner from chronic complete hamstring tear. Clin J Sports Med 2003; 13:365-368.11. Brockett CL, Morgan DL, Proske U. Predicting hamstring strain injury in elite athletes. Med Sci Sports Exerc 2004; 36:379-387.12. Best TM. Soft-tissue injuries and muscle tears. Clin Sports Med 1997;16:419-434.13. Salley PI, Friedman RL, Coogan PG, et al. Hamstring muscle injuries among water skiers: functional outcome and prevention. Am J Sports Med 1996; 24:130-136.14. Worrel TW. Factors associated with hamstring injuries: an approach to treatment of acute hamstring strains. J Orthop Sports Phys Ther 2004; 34:116-125.15. Sherry MA, Best TM. A comparison of 2 rehabilitation programs in the treatment of acute hamstring strains. J Orthop Sports Phys Ther 2004; 34:116-125.16. Cross MG, Vandersluis R, Wood D, Banff M. Surgical repair of chronic complete hamstring tendon rupture in the adult patient. Am J Sports Med 1998; 26:785-788.17. Osteo MC, Edwards JC, Acus RW. Posterior thigh compartement syndrome associated with hamstring avulsion and chronic anti-coagulation therapy. Orthopedics 2004; 27:299-230.18. Kwong Y, Patel J. Spontanous complete hamstring avulsion causing posterior thigh compartement syndrome. Br J Sports Med 2006; 40:723-724.