hama pada tan. perkebunan

13
Tugas Agribisnis Tanaman Perkebunan HAMA PADA TANAMAN PERKEBUNAN OLEH NAMA : MUSAWIRA NIM : G111 13 521 KELAS : A PROGRAM STUDI AGROTEKNLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: musawira95

Post on 03-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • Tugas

    Agribisnis Tanaman Perkebunan

    HAMA PADA TANAMAN PERKEBUNAN

    OLEH

    NAMA : MUSAWIRA

    NIM : G111 13 521

    KELAS : A

    PROGRAM STUDI AGROTEKNLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

  • HAMA PADA TANAMAN KAKAO

    Hama yang menyerang tanaman kakao

    1. Penggerek Buah Kakao (PBK atau Pod Borer)

    Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :

    Penggerek buah kakao (PBK) umumnya menyerang buah kakao yang masih

    muda dengan panjang sekitar 8 cm. Stadium yang menimbulkan kerusakan adalah

    stadium larva. Larva PBK memakan daging buah dan saluran makanan yang

    menuju biji, tetapi tidak menyerang biji. Gejala serangan baru tampak dari luar

    saat buah ,masak berupa kulit buah berwarna pudar dan timbul belang berwarna

    kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva

    serta jika dikocok tidak berbunyi , jika dibelah, daging buahnya akan tampak

    berwarna hitam, biji-biji melekat satu sama lain dengan wana hitam, keriput, dan

    ringan. Akibat serangan hama ini kerugian yang ditimbulkannya bisa mencapai

    80% biji kakao kering.

    Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

    a. Daerah Bebas PBK

    Daerah yang masih bebas dari serangan PBK disarankan melakukan

    pencegahan dengan melaksanakan karantina dan monitoring PBK. Sebagai

    strategi penanggulangan hama PBK secara nasional, pelaksanaan karantina

    sebaiknya memenuhi standar peraturan domestik dan internasional. Tindakan

    karantina tersebut antara lain tidak memasukkan bahan tanaman kakao dari daerah

    terserang, membatasi lalu lintas manusia dan kendaraan dari dan daerah terserang

    PBK, tidak mengizinkan masuknya kendaraan atau bahan-bahan yang dapat

    dihinggapi oeh PBK dari daerah terserang PBk, serta memeriksa ada tidaknya

    PBK di kendaraan atau manusia yang memasuki kebun.

    Sementara itu, dalam penerapan konsep pengendalian hama terpadu

    dengan monitoring, terdapat tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan yaitu

    pengamatan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan pengendalian. Kegiatan

    tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan secara

    berkesinambungan.

  • Teknik pengamatan PBK dilakukan saat panen di tempat pengumpulan

    hasil (TPH). Setiap TPH diambil 100 buah contoh untuk diamati serangan PBK-

    nya, pengamatan dilakukan dengan cara membelah buah kakao dan menghitung

    jumlah buah yang menunjukkan gejala serangan PBK. Terdapat tiga katagri

    serangan yaitu : serangan rigan (jika kurang dari 10% biji tidak dapat dikeluarkan

    dari kulit buah), serangan sedang (jika 10-50 % biji tidak dapat dikeluarkan dari

    kulit buah), dan serangan berat (jika lebih dar 50% biji tidak dapat dikeluarkan

    dari kulit buah).

    Di samping itu, perlu juga dilakukan pngaturan sanitasi disekitar TPH

    dengan cara membuat lubang sanitasi di dekat TP, memesukkan kulit buah,

    plasenta buah bususk, dan semua sisa panen ke dalam lubang pada hari itu, lalu

    menutupnya dengan tanah setebal 20 cm. Tiga bulan kemudian, kompos dapat

    diangkat untuk digunakan sebagai pupuk dan lubangnya digunakan lagi.

    b. Daerah Serangan PBK

    Pemangkasan Bentuk

    Pemangkasan bentuk bertujuan membatasi tajuk tanaman kakao tidak lebih dari 4

    m. Hal ini benrtujuan untuk memudahkan pemanenan dan penyemprotan

    insektisida. Seharusnya penagturan tinggi tajuk ini dilakukan sejak awal

    pertumbuhan kakao.

    Pembatasan dilakukan dengan memotong semua cabang yang arahnya ke atas di

    luar batas 3-4 m. Pada tanaman dewasa yang sebelumnya jenis pangkasan ini

    tidak dilaksanakan, dengan terpaksa cabang-cabang yang diameternya besar harus

    dipotong. Alat potong adalah gergaji yang tajam dan luka potongan ditutup

    dengan ter (asal cair) atau obat penutup luka lain. Perlu diperhatikan, jorket

    menghindari lapuk dan pecahnya bagian ini. Karenanya, cabang-cabang kecil

    yang menutup jorket tersebut perlu dipertahankan. Pemangkaasan berat ini

    dilakukan setahun dua kali, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.

    Pemangkasan pemeliharaan dilakukan lebih sering misanya dua bulan sekali.

    Metode Panen Sering

    Panen sering saat buah masak awal yang diikuti sanitasi dapat menekan populasi

    PBK. Rotasi panen dianjurkan satu minggu dan diajurkan agar buah segera

  • dipecah pada hari itu juga untuk mencegah keluarnya ulat dari buah untuk

    berkepompong. Kulit buah, buah busuk, plasenta dan sisa-sisa panen segera

    ditanam dan ditimbun dengan tanah setebal 20 cm untuk membunuh ulat yang

    terdapat didalam kulit buah dan plasenta.

    Pegendalian Hayati

    Pengendalian hayati pBK dapat dilakukan dengan memanfaatkan jamur

    entomopatogen ( Beauveria basiana dan Phaecilomyces fumosoroseus) dan semut

    hitam (Dolichodeus thoracicus). Pemanfaatan semut hitam ini sudah banyak

    dilakukan untuk pengendalian Helopeltis spp. Populasi semut hitam yang

    berlimpah di perkebunan kakao dapat menurunkan persentase serangan PBK di

    malaysia dan Indonesia. Peningkatan populasi semut hitam dapat dilakukan

    dengan cara menyediakan sarang yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun

    kakao.

    Penyemprotan jamur Beauveria bassiana isolat Bby 725 padabuah kakao muda

    dan cabang horiontal mampu melindungibuah tersebut dari serangan PBK hingga

    54-60,5 % (juniantoda Sulityowati, 2000). Dosis yang digunakan 50-100 gram

    spora/ha menggunakan knapsack sprayer dengan volume semprot 250 ml/ph atau

    250 l/ha.

    Sanitasi

    Sanitasi bisa dilakukan seperti yang dilakukan di daerah bebas PBK.

    Penyemprotan Insektisida

    Jenis insektisida yang dianjurkan adalah dari golongan sintetik piretroid, sperti

    deltametrin (Decis 2,5 EC, Decis Tablet), Fipronil (Regent EC), sihalotrin

    (Matador 25 EC) dan Esfenvalerat (Sumialpha 25 EC) d3engan konsentrasi

    formulasi 0,06-0,12 % atau sesuai dengan anjuran. Alat semprot yang digunakan

    adalah knapsack sprayer dengan volume semprot 250 ml/pohon atau 250 l per

    hektar. Jika pohon sudah terlalu tinggi, tangkai penyemprot dimodifikasi dengan

    PVC yang panjangnya 2 m.

  • Penyarungan Buah

    Selain telah diuraikan, masih ada cara penangggulangan yang bertujuan untuk

    menyelamatkan sebagian buah dari serangan PBK. Cara tersebut adalah

    penyarungan buah dengan kantong plastik dengan metode sebagai berikut :

    a. Panjang buah yang disarungi 8-10 cm.

    b. Kantong plastik yang digunakan berukuran 30 x 15 cm dengan ketebalan 0,02

    mm dan kedua ujungnya terbuka.

    c. Cara menyarungi adalah dengan mengikat bagian atas plastik ke tangkai buah.

    d. Buah dibiarkan terselubung hingga saat panen.

    2. Kepik Penghisap Buah

    Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :

    Serangga muda (nimfa) dan imago Helopeltis dapat menimbulkan

    kerusakan terhadap tanaman kakao dengan cara menusukkan alat mulutnya

    (stylet) kedalam jaringan tanaman untuk mengisap cairan sel-sel di dalamnya.

    Bersamaan dengan tusukan stylet itu, Helopeltis akan mengeluarkan cairan yang

    bersifat racun dari dalam mulutnya yang dapat mematikan disekitar tusukan.

    Akibatnya, timbul bercak-bercak cekung berwana cokelat kehitaman dengan

    ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.

    Serangan pada buah muda dapat menyebabkan buah kering dan mati.

    Bercak pada buah yang terserang berat akan menyatuk, sehingga jika buah dapat

    berkembang terus, permukaan kulit buah menjadi retak dan terjadi perubahan

    bentuk (malformasi) yang dapat menghambat perkembangan biji di dalam buah.

    Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

    a. Pemanfaatan musuh alami berupa semut hitam.

    b. Pemanfaatan ekstrak limbah tembakau.

    c. Dengan memanfaatkan musuh alami dari kepik penghisap buah kakao ini.

    3. Penggerek Batang atau Cabang (Red Branch Borer)

    Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :

    Serangannya terutama pada cabang-cabang muda yang lembek, misalnya

    di sudut tangkai daun. Ulat hama ini akan melubangi kulit kayu kemudian ulat

    masuk ke dalamnya dan merusak xylem dan floem. Ulat di dalam kayu mampu

  • menggerek sampai sepanjang 9-30 cm dan mengeluarkan sisa gerekan berupa

    serbuk kayu bercampur lender. Cabang yang diserang mengalami kekeringan dan

    lentiselnya akan membesar sehingga akhirnya kulit kayunya retak dan pecah.

    Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

    a. Memotong cabang terserang sepanjang 30 cm dari lubang tempat masuknya.

    Cabang dikumpul lalu dibakar.

    b. Dengan mengintroduksi musuh alami dari hama ini, misalnya dengan

    menggunakan cendawan Beauveria bassiana, atau agen hayati lain.

    4. Ulat Api

    Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :

    Serangannya mengakibatkan rontoknya daun kakao. Pada awal serangan

    daging daun dimakan sehingga warna daun menjadi kuning. Sambil memakan

    daun, ulat api mengeluarkan cairan. Serangannya tidak hanya pada beberapa helai

    daun, tetapi juga meliputi seluruh daun kakao.

    Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

    a. Meningkatkan sanitasi di bawah pohon kakao.

    b. Pengendalian dengan cara hayati merupakan cara yang amat penting, dan akan

    berjalan sendiri jika musuh alami tersedia dan dilestarikan. Jika menggunakan

    lamtoro sebagai tanaman pelindung, lakukan pemangkasan ranting-ranting

    lamtoro pada waktu ulat masih kecil, kemudian dimusnahkan.

    5. Ulat Jengkal/Ulat Kilan

    Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :

    Larva mulai menyerang sejak mulai menetas, terutama pada daun yang muda.

    Daun-daun nampak berlubang-lubang dan pada serangan yang berat tanaman

    menjadi gundul. Hal ini dapat mengganggu proses fotosintesa sehingga

    pertumbuhan tanaman terhambat. Bila daun-daun muda telah habis maka hama ini

    akan meningkatkan serangannya ke daun-daun tua. Dengan demikian bila hama

    ini menyerang tanaman bibit maka tanaman tersebut akan menjadi gundul (tak

    berdaun) sama sekali.

  • Pengendalian hama :

    Pengendalian dilakukan dengan sanitasi kebun, mekanis (ulat dan

    kepompong dimusnahkan), dan menggunakan pestisida nabati (jika memang

    diperlukan). Pengendalian dengan cara hayati merupakan cara yang amat penting,

    dan akan berjalan sendiri jika musuh alami tersedia dan dilestarikan (lihat

    halaman 30-57). Jika menggunakan lamtoro sebagai tanaman pelindung, lakukan

    pemangkasan ranting ranting lamtoro pada waktu ulat masih kecil, kemudian

    dimusnahkan.

    6. Apogonia sp.

    Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :

    Serangannya berlangsung pada malam hari. Apogonia sp. merusak daun

    kakao muda sehingga kelangsungan fotosintesis terhambat. Apogonia sp.

    menggerek mulai dari bagian pinggir daun. Tingkat serangan Apogonia sp.

    tampaknya berhubungan dengan kerapatan pohon pelindung. Pada areal yang

    penanaman pohon pelindungnya sangat intensif, tingkat serangan Apogonia sp.

    tinggi. Tingkat serangan juga dipengaruhi oleh keadaan gulma di areal

    pertanaman kakao.

    Pengendalian dilakukan dengan cara mekanis dan sanitasi kebun.

    7. Tikus (Rat)

    Gejala dan kerugian yang ditimbulkan :

    Buah kakao yang terserang akan berlubang dan akan rusak atau busuk karena

    kemasukan air hujan dan serangan bakteri atau jamur.

    Pengendalian dapat dilakukan dengan cara melepas musuh alami seperti ular

    dan burung hantu untuk mengurangi jumlah hama ini.

    HAMA PADA TANAMAN TEBU

    1. Penggerek pucuk

    Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

    mematikan titik tumbuh. Usaha pemberantasannya menggunakan insektisida

    carbofulan yang dapat diberikan dengan suntikan atau taburan.

  • 2. Penggerek batang

    Hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada

    serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Usaha pengendaliannya dapat

    dilakukan secara hayati dengan menggunakan parasit karawai Trichograma spp.,

    dan parasit lalat Diatraeophaga striatalis.

    3. Kutu bulu putih

    Pada daun-daun yang mulai Nampak ada kutu bulu putih segera

    dipangkas, dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau

    dibakar. Pada serangan yang sudah luas, pemberantasannya dapat menggunakan

    parasit Encarsia flavosculetan atau menggunakan insektisida sistemik misalnya

    fornation 825 gr/ha atau dimetroat 1000 gr/ha.

    4. Uret

    Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu. Tanaman yang

    terserang menampakkan gejala kelayuan daun. Pemberantasan uret dengan

    insektisida disarankan menggunakan carbofuran 3% sebanyak 50 kg/ha.

    Penggunaan insektisida yang mengandung senyawa BHC hanya diperbolehkan

    pada lahan yang tidak ditanami tanaman pangan. Disamping secara kimiawi,

    pengendalian hama uret dapat dilakukan secara mekanis dengan cara

    mengumpulkan uret dan imagonya. Penangkapan imago harus dilakukan sebelum

    imago sempat kawin. Berdasarkan siklus kehidupan uret, penangkapan imago

    dapat dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember. Di daerah dengan

    serangan hama uret kuat, dianjurkan penggunaan insektisida yang berformulasi

    "slow release", antara lain dursban 14 S sebanyak 28 kg/ha yang diberikan di

    dasar juringan sebelum tebu ditanam. Insektisida ini dapat mengendalikan uret

    selama tiga tahun tanpa merusak perakaran tebunya.

    5. Tikus

    Serangan tikus di daerah-daerah tertentu terjadi hanpir setiap tahun,

    sehingga kemungkinan kerugian sangat besar. Pada daerah-daerah yang

    berbatasan dengan sawah perlu adanya kerjasama dengan petani padi untuk

    mengamati adanya serangan tikus pada tanaman padi. Segera setelah panen,

  • dilakukan gropyokan dan pengasapan pada lubang-lubang persembunyian maupun

    pemasangan umpan beracun.

    HAMA PADA TANAMAN KOPI

    1. Nematoda Parasit

    Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan nematoda

    endoparasit yang berpindahpindah. Daur hidup P.coffeae sekitar 45 hari dan

    R.similis sekitar 1 bulan.

    Gejala:

    Tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur.

    Pertumbuhan cabangcabang primer terhambat sehingga hanya menghasilkan

    sedikit bunga, bunga prematur dan banyak yang kosong. Bagian akar-akar serabut

    membusuk, berwarna coklat atau hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya

    mati.

    Pengendalian:

    Pengendalian di pembibitan:

    Disarankan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan fumigasi media bibit

    menggunakan fumigan pra tanam, misalnya Basamid G dan Vapam L. Untuk

    nematisida sistemik dan kontak a.l.: Curaterr 3G, Vydate 100 AS, Rhocap 10G

    dan Rugby 10G.Vydate diaplikasikan dengan cara disiramkan pada bibit dengan

    konsentrasi 1,0% dan dengan dosis 250 ml/bibit.

    Pengendalian di pertanaman:

    Penggunaan jenis kopi tahan nematoda parasit. Digunakan sebagai batang bawah

    misalnya kopi ekselsa (Coffeae exelsa), klon Bgn 121.09 dan kopi robusta klon

    BP 961. Cara kultur teknis: pembukaan lubang tanam, rotasi tanaman dan

    pembuatan parit barier.

    Pengendalian hayati:

    Untuk menekan populasi nematoda menggunakan musuh alami berupa bakteri,

    jamur dan nematoda predator.

  • Pengendalian kimiawi:

    Beberapa nematisida sistemik maupun kontak yang disarankan a.l. karbofuran

    (Curaterr 3G35 g / tanaman), oksamil (Vydate 100 AS 1,0% 1 2.5 l / tanaman)

    dan etoprofos (Rhocap 10G 25 g / tanaman). Aplikasi diulang tiap tiga bulan.

    2. Hama Penggerek Buah Kopi

    Serangga dewasa penggerek buah kopi atau bubuk buah kopi (BBK),

    Hypothenemus hampei (Coleoptera, Scolytidae) berwarna hitam kecoklatan,

    panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm. Telur diletakkan

    dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras, umur stadium telur 5 9 hari.

    Lama stadium larva 10 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium pupa 4 9 hari.

    Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 35 hari. Lama hidup serangga

    betina ratarata 156 hari dan serangga jantan maksimum 103 hari.

    Gejala:

    Serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar

    diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah

    yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubanglubang dan bermutu

    rendah.

    Pengendalian:

    Pengendalian secara kultur teknis:

    Memutus daur hidup BBK, meliputi tindakan : Petik bubuk, yaitu mengawali

    panen dengan memetik semua buak masak yang terserang bubuk 15-30 hari

    menjelang panen besar.

    Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah

    terserang maupun buah tidak terserang, selanjutnya buah juga direndam dalam air

    panas. Racutan/rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada

    akhir panen. Semua buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air

    panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu

    gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK.

    Pengendalian secara biologi:

  • Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan jamur patogen

    (Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg biakan

    padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen.

    HAMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

    1. Nematoda

    Nematoda (Rhadinaphelenchus cocophilus) adalah sejenis hewan renik atau

    bakteri.

    Ciri-ciri pohon sawit yang diserang oleh nematoda ini adalah :

    1. Daun yang terserang jadi menggulung dan tumbuh tegak, tidak membuka

    seperti umumnya.

    2. Warna daun berubah menjadi menguning dan selanjutnya mati dan mengering.

    3. Tandan buah tidak membuka lalu membusuk sehingga tidak menghasilkan

    buah

    4. Bila batang pokok dipotong, maka akan ditemukan garis melingkar seperti

    cincin berwarna merah atau kemerahan/red ring.

    Cara pengendalian:

    Pohon yang terserang dibongkar dan selanjutnya dibakar

    Tanaman dimatikan dengan racun natrium arsenit. Caranya, lubangi, dengan

    bor, batang pokok sawit sedalam 30 cm. Lubangnya miring ke atas. Lalu

    masukkan 20cc Natrium Arsenit, dan tutup mulut lubang dengan tanah liat

    yang pejal.

    2. Tungau merah (Oligonychus sp.)

    Tungau merah adalah sejenis hama pathogen yang menyerang bagian akar

    pohon kelapa sawit. Ukuran tubuh tugau ini cukup kecil, hingga bila ingin

    melihatnya, sebaiknya menggunakan loupe, atau lup atau kaca pembesar.

    Gejala serangan :

    Daun kelapa sawit yang diserang akan berubah warnanya menjadi berwarna

    perunggu mengkilat (bronz).

  • Cara pengendalian tungau merah :

    Pengaplikasian akasirida (akarisida adalah pestisida yang diaplikasikan pada hama

    atau penyakit yang menyerang akar pohon) yang mengandung bahan aktif

    tetradifon 75,2 g/l.

    3. Hama Pimelephila ghesquierei.

    Gejala serangan :

    Serangan menyebabkan lubang pada daun muda sehingga daun banyak yang

    patah.

    Cara pengendalian :

    Pada serangan ringan yang ditandai dengan pelepah yang diserang tidak lebih dari

    dua pelepah perpohon, dapat diatasi dengan memotong bagian yang terserang.

    Namun jika ada serangan berat sebaiknya dilakukan aplikasi insektisida yang

    mengandung bahan aktif parathion 0,02%.

    4. Oryctes rhinoceros (wawung/kumbang tanduk/kumbang badak).

    Adapun ciri-ciri atau gejala pohon sawit yang terserang hama ini adalah :

    Daun muda yang belum membuka (biasa disebut pupus/janur) dan pada pangkal

    daun berlubang-lubang karena dimakan oleh kumbang ini.

    Cara pengendalian biologis sebenarnya adalah cara yang paling baik untuk

    mengatasai kumbang ini, karena tidak menyebabkan pencemaran, dan tidak perlu

    dilakukan berulang kali. Misalnya dengan menggunakan parasit kumbang, seperti

    jamur Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes. Betapapun,

    penggunaan virus Baculovirus oryctes sebagai predator kumbang tanduk haruslah

    dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dengan baik. Selain itu, bisa juga dengan

    melepaskan predator kumbang, seperti tokek, ular dan burung.

    Adapun pengendalian hama kumbang dengan terapan pestisida, dalam hal

    ini insektisida, bisa dengan menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran.

    Karbofuran 1 persen ini dicampur dengan sekam padi atau serbuk gergajian

    kemudian ditaburkan ke dalam 6-8 ketiak pelepah daun yang paling atas. Interval

    penaburan dilakukan setiap dua bulan hingga gejala serangan tidak terlihat lagi.

  • 5. Ngengat Tirathaba mundella

    Tirathaba mundella awalnya berbentuk mirip kupu-kupu berwarna kelabu

    dengan empat sayap. Ia kemudian bertelur pada tandan buah yang telah terlalu

    matang atau pun buah yang telah busuk. Oleh karena itu, tidak boleh

    meninggalkan TBS busuk di lahan penanaman kelapa sawit, karena juga bisa

    menjadi media tumbuh kembang hama ngengat tirathaba ini.

    Pengendalian : Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan racun kontak

    Dipterex atau Thiodan. Thiodan sendiri juga terkenal sebagai racun tikus atau

    masuk golongan rottensida.