ham

24
BAB I PENDAHULUAN Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan berarti dengan hak-haknya itu dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya “Hak Asasi Manusia” terdiri atas dua hak dasar yang paling fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit akan ditegakkan. Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi Manusia bagi setiap orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu pendekatan historis mulai dari dikenalnya Hak Asasi 1

Upload: mauliansyah-syachzero

Post on 27-Jun-2015

474 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ham

BAB I

PENDAHULUAN

Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh

Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak

ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian

bukan berarti dengan hak-haknya itu dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila

seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar hak asasi orang

lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya “Hak Asasi Manusia” terdiri atas dua hak dasar yang

paling fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak

dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi

manusia lainnya sulit akan ditegakkan.

Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi

Manusia bagi setiap orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu

pendekatan historis mulai dari dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan

perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang untuk lebih menegaskan

keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.

Wacana hak asasi manusia bukanlah wacana yang asing dalam diskursus

politik dan ketatanegaraan di Indonesia. Kita bisa menemuinya dengan gamblang

dalam perjalanan sejarah pembentukkan bangsa ini, di mana perbincangan

mengenai hak asasi manusia menjadi bagian daripadanya. Jauh sebelum

kemerdekaan, para perintis bangsa ini telah memercikkan pikiran-pikiran untuk

memperjuangkan harkat dan martabat manusia yang lebih baik. Pecikan pikiran

tersebut dapat dibaca dalam surat-surat R.A. Kartini yang berjudul “Habis Gelap

Terbitlah Terang”, karangan-karangan politik yang ditulis oleh H.O.S.

1

Page 2: Ham

Cokroaminoto, Agus Salim, Douwes Dekker, Soewardi Soeryaningrat, petisi yang

dibuat oleh Sutardjo di Volksraad atau pledoi Soekarno yang berjudul ”Indonesia

Menggugat” dan Hatta dengan judul ”Indonesia Merdeka” yang dibacakan di

depan pengadilan Hindia Belanda. Percikan-percikan pemikiran pada masa

pergerakan kemerdekaan itu, yang terkristalisasi dengan kemerdekaan Indonesia,

menjadi sumber inspirasi ketika konstitusi mulai diperdebatkan di Badan

Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di sinilah

terlihat bahwa para pendiri bangsa ini sudah menyadari pentingnya hak asasi

manusia sebagai fondasi bagi negara.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu HAM

dan bagaimana perkembangan HAM di Indonesia dari sebelum merdeka sampai

saat ini. Tujuan pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia adalah untuk

mempertahankan hak-hak warga negara Indonesia, tindakan sewenang-wenang

dari aparat negara dan mendorong tumbuh/berkembangnya pribadi manusia yang

dimensional.

2

Page 3: Ham

BAB II

PERKEMBANGAN HAM

Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang

hidup di masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup

lama. Secara garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan

Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia ( 2001 ), membagi perkembangan

HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum

Kemerdekaan ( 1908 – 1945 ), periode setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang ).

2.1. Pengertian

Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh

Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak

ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian

bukan berarti dengan hak-haknya itu dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila

seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar hak asasi orang

lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Pada hakikatnya “Hak Asasi Manusia” terdiri atas dua hak dasar yang

paling fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak

dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi

manusia lainnya sulit akan ditegakkan.

Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi

Manusia bagi setiap orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu

pendekatan historis mulai dari dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan

perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang untuk lebih menegaskan

keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.

3

Page 4: Ham

Selain itu pengertian HAM menurut beberapa sumber adalah sebagai

berikut :

1. Menurut Tilaar (2001)

Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hal-

hal itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hal tersebut diperoleh

bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya didalam kehidupan

bermasyarakat.

2. Undang-undang No: 39 Tahun 1999

Hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hak-hak

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara

hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia

3. Musthafa Kemal Pasha (2002)

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir

yang melekat pada esentialnya sebagai anugerah Allah SWT.

4. Gazalli (2004)

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa sejak lahir dan

melekat dengan potensinya sebagai makhluk dan wakil tuhan.

2.2 Sejarah Singkat Hak Asasi Manusia

Sebelum membahas perkembangan HAM terlebih dahulu kita harus

mengetahui sejarah singkat Hak asasi manusia itu sendiri. Adapun sejarah HAM

itu sendiri dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : sejarah internasional HAM dan

sejarah nasional HAM :

4

Page 5: Ham

2.2.1. Sejarah Internasional Hak Asasi Manusia

Umumnya para pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai

dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta

antara lain mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolut

(raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat pada hukum),

menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai pertanggungjawaban di

muka umum. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi dan mulai

bertanggungjawab kepada hukum. Sejak itu mulai dipraktekkan kalau raja

melanggar hukum harus diadili dan harus mempertanggungjawabkan

kebijakasanaannya kepada parlemen. Jadi, sudah mulai dinyatakan dalam bahwa

raja terikat kepada hukum dan bertanggungjawab kepada rakyat, walaupun

kekuasaan membuat Undang-undang pada masa itu lebih banyak berada di tangan

raja. Dengan demikian, kekuasaan raja mulai dibatasi sebagai embrio lahirnya

monarkhi konstitusional yang berintikan kekuasaan raja sebagai simbol belaka.

Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih

konkret, dengan lahirnya “Bill of Rights” di Inggris pada tahun 1689. Pada masa

itu mulai timbul adagium yang intinya adalah bahwa manusia sama di muka

hukum (equality before the law). Adagium ini memperkuat dorongan timbulnya

negara hukum dan demokrasi. Bill of rights melahirkan asas persamaan. Para

pejuang HAM dahulu sudah berketatapan bahwa hak persamaan harus

diwujudkan betapapun beratnya resiko yang dihadapi karena hak kebebasan baru

dapat diwujudkan kalau ada hak persamaan. Untuk mewujudkan semua itu, maka

lahirlah teori Roesseau (tentang contract social/perjanjian masyarakat),

Motesquieu dengan Trias Politikanya yang mengajarkan pemisahan kekuasaan

guna mencegah tirani, John Locke di Inggris dan Thomas Jefferson di Amerika

dengan hak-hak dasar kebebasan dan persamaan yang dicanangkannya.

Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The

American Declaration of Independence yang lahir dari paham Roesseau dan

Montesqueu. Jadi, walaupun di Perancis sendiri belum dirinci apa HAM itu, tetapi

di Amerika Serikat lebih dahulu mencanangkan secara lebih rinci. Mulailah

5

Page 6: Ham

dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam oerut ibunya, sehingga

tidaklah logis bila sesudah lahir, ia harus dibelenggu.

Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana

hak-hak yang lebih rinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law. Antara lain

dinyatakah tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang semena-mena,

termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa surat perintah yang

dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dinyatakan pula presumption of innocence,

artinya orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan dan dituduh, berhak

dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan

hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. Dipertegas juga dengan freedom of

expression (bebas mengelaurkan pendapat), freedom of religion (bebas menganut

keyakinan/agama yang dikehendaki), the right of property (perlindungan terhadap

hak milik) dan hak-hak dasar lainnya. Jadi, dalam French Declaration sudah

tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnyademokrasi

maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya.

Perlu juga diketahui The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt yang

dicanangkan pada tanggal 6 Januari 1941, dikutip dari Encyclopedia Americana,

p.654 tersebut di bawah ini :

“The first is freedom of speech and expression everywhere in the world. The

second is freedom of every person to worship God in his own way-every where in

the world. The third is freedom from want which, translated into world terms,

means economic understandings which will secure to every nation a healthy

peacetime life for its inhabitants-every where in the world. The fourth is freedom

from fear-which, translated into world terms, means a worldwide reduction of

armaments to such a point and in such a through fashion that no nation will be in a

position to commit an act of physical agression against any neighbor-anywhere in

the world.”

Semua hak-hak ini setelah Perang Dunia II (sesudah Hitler memusnahkan

berjuta-juta manusia) dijadikan dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM

6

Page 7: Ham

yang bersifat universal, yang kemudian dikenal dengan The Universal Declaration

of Human Rights yang diciptakan oleh PBB pada tahun 1948.

2.2.2. Sejarah Nasional Hak Asasi Manusia

Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada

tanggal 10 Desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak

peradaban umat manusia setelah dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman

dan keaiban yang dilakukan negara-negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang

Dunia II.

Deklarasi HAM sedunia itu mengandung makana ganda, baik ke luar

(antar negara-negara) maupun ke dalam (antar negara-bangsa), berlaku bagi

semua bangsa dan pemerintahan di negara-negaranya masing-masing. Makna ke

luar adalah berupa komitmen untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi

harkat dan martabat kemanusiaan antar negara-bangsa, agar terhindar dan tidak

terjerumus lagi dalam malapetaka peperangan yang dapat menghancurkan nilai-

nilai kemanusiaan. Sedangkan makna ke dalam, mengandung pengertian bahwa

Deklarasi HAM seduania itu harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat

dari masing-masing negara dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan oleh

pemerintahnya.

Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya mengikat. Dengan

demikian setiap pelanggaran atau penyimpangan dari Deklarasi HAM sedunia si

suatu negara anggota PBB bukan semata-mata menjadi masalah intern rakyat dari

negara yang bersangkutan, melainkan juga merupakan masalah bagi rakyat dan

pemerintahan negara-negara anggota PBB lainnya. Mereka absah mempersoalkan

dan mengadukan pemerintah pelanggar HAM di suatu negara ke Komisi Tinggi

HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM internasional lainnya unuk

mengutuk bahkan menjatuhkan sanksi internasional terhadap pemerintah yang

bersangkutan.

Adapun hakikat universalitas HAM yang sesungguhnya, bahwa ke-30

pasal yang termaktub dalam Deklarasi HAM sedunia itu adalah standar nilai

7

Page 8: Ham

kemanusiaan yang berlaku bagi siapapun, dari kelas sosial dan latar belakang

primordial apa pun serta bertempat tinggal di mana pun di muka bumi ini. Semua

manusia adalah sama. Semua kandungan nilai-nilainya berlaku untuk semua.

Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di

Sulawesi Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-buku

adat (Lontarak). Antara lain dinyatakan dalam buku Lontarak (Tomatindo di

Lagana) bahwa apabila raja berselisih faham dengan Dewan Adat, maka Raja

harus mengalah. Tetapi apabila para Dewam Adat sendiri berselisih, maka

rakyatlah yang memustuskan. Jadi asas-asas HAM yang telah disorot sekarang,

semuanya sudah diterpkan oleh Raja-Raja dahulu, namun hal ini kurang

diperhatikan karena sebagian ahli hukum Indonesia sendiri agaknya lebih suka

mempelajari teori hukum Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

HAM sudah lama lahir di Indonesia, namun dalam perkembangannya tidak

menonjol karena kurang dipublikasikan.

Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Ada

yang bertanya mengapa tidak disebut hak dan kewajban asasi. Juga ada yang

bertanya mengapa bukan Social Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan

masyarakat yang menjadi tujuan ? Sesungguhnya dalam Human Rights sudah

implisit adanya kewajiban yang harus memperhatikan kepentingan masyarakat.

Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa kewajiban.

Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati hak orang lain.

Jadi saling hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang. Jadi jelaslah

kalau ada hak berarti ada kewajiban.

Contoh : seseorang yang berhak menuntut perbaikan upah, haruslah

terlebih dahulu memenuhi kewajibannya meningkatkan hasil kerjanya. Dengan

demikian tidak perlu dipergunakan istilah Social Rights karena kalau kita

menghormati hak-hak perseorangan (anggota masyarakat), kiranya sudah

termasuk pengertian bahwa dalam memanfaatkan haknya tersebut tidak boleh

mengganggu kepentingan masyarakat. Yang perlu dijaga ialah keseimbangan

antara hak dan kewajiban serta antara kepentingan perseorangan dengan

8

Page 9: Ham

kepentingan umum (kepentingan masyarakat). Selain itu, perlu dijaga juga

keseimbangan antara kebebasan dan tanggungjawab. Artinya, seseorang memiliki

kebebasan bertindak semaunya, tetapi tidak memperkosa hak-hak orang lain.

2.3. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang

hidup di masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup

lama. Secara garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan

Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia ( 2001 ), membagi perkembangan

HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum

Kemerdekaan ( 1908 – 1945 ), periode setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang ).

2.3.1. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 )

• Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi

Oetomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan

mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi yang dilakukan kepada

pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe

desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan

berserikat dan mengeluarkan pendapat.

• Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk

menentukan nasib sendiri.

• Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh

penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi

rasial.

• Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham

Marxisme lebih condong pada hak – hak yang bersifat sosial dan

menyentuh isu – isu yang berkenan dengan alat produksi.

9

Page 10: Ham

• Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk

mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan

hak kemerdekaan.

• Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh

kemerdekaan.

• Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik

yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib

sendiri, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka hukum

serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara.

Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam

sidang BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan

Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan

pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan

masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan,

hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran

dengan tulisan dan lisan.

2.3.2. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang )

a) Periode 1945 – 1950

Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk

merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan

serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.

Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena telah

memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar Negara ( konstitusi )

yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana

ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945.

Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan

10

Page 11: Ham

partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3

November 1945.

b) Periode 1950 – 1959

Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan

sebutan periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini

menapatkan momentum yang sangat membanggakan, karena suasana kebebasan

yang menjadi semangat demokrasi liberal atau demokrasi parlementer

mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh Prof.

Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “

pasang” dan menikmati “ bulan madu “ kebebasan. Indikatornya menurut ahli

hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai –

partai politik dengan beragam ideologinya masing – masing. Kedua, Kebebasan

pers sebagai pilar demokrasi betul – betul menikmati kebebasannya. Ketiga,

pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana

kebebasan, fair ( adil ) dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan

perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan

kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif

terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan

iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan

ruang kebebasan.

c) Periode 1959 – 1966

Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem

demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi

Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi terpimpin ) kekuasan berpusat pada dan

berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi terpimpin Presiden

melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur politik

maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM, telah

terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.

11

Page 12: Ham

d) Periode 1966 – 1998

Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada

semangat untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan

berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan

pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan

Pengadilan HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah

Asia. Selanjutnya pada pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II

yang merekomendasikan perlunya hak uji materil ( judical review ) untuk

dilakukan guna melindungi HAM. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP

MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan

rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak – hak Asasi Manusia

dan Hak – hak serta Kewajiban Warganegara.

Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir

1980-an persoalan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi

dihormati, dilindungi dan ditegakkan. Pemerintah pada periode ini bersifat

defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang umumnya

restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin dalam ungkapan

bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai –nilai

luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila serta bangsa Indonesia

sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan

UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan deklarasi Universal HAM.

Selain itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu

HAM seringkali digunakan oleh Negara – Negara Barat untuk memojokkan

Negara yang sedang berkembang seperti Inonesia.

Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan

kemunduran, pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama

dikalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

dan masyarakat akademisi yang concern terhaap penegakan HAM. Upaya yang

dilakukan oleh masyarakat melalui pembentukan jaringan dan lobi internasional

terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi seprti kasus Tanjung Priok, kasus

12

Page 13: Ham

Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan sebagainya.

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak

memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi

pemerintah dari represif dan defensif menjadi ke strategi akomodatif terhadap

tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif

pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM adalah dibentuknya Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM ) berdasarkan KEPRES No. 50

Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993.

Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyelidiki pelaksanaan

HAM, serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah

perihal pelaksanaan HAM.

e) Periode 1998 – sekarang

Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak

yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat

ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru

yang beralwanan dengan pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan

penyusunan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan

pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di

Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan

ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM

diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang HAM.

Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap

yaitu tahap status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada

tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan perundang – undangan

tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara ( Undang – undang Dasar

1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang – undang (UU), peraturan

pemerintah dan ketentuan perundang – undangam lainnya.

13

Page 14: Ham

BAB III

PENUTUP

Dalam bab ini penulis akan membahas kesimpulan dan saran yang

berkaitan dengan isi penulisan makalah ini :

3.1 Kesimpulan

1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi, HAM adalah

bagian dari manusia secara tematis.

2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,

agama, pendidikan, politik atau asal usul sosial budaya.

3. HAM tidak bisa di langgar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk

membatasi atau melanggar Hak orang lain. Orang tetap mempunyai

HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi

atau melanggar HAM.

4. Perkembangan HAM yang merupakan hak dasar manusia mengalami

perubahan menurut keadaan suatu zaman.

3.2. Saran

1. Sebaiknya penegakan HAM di Indonesia sesuai dengan hukum yang

berlaku dan tidak pandang bulu.

14

Page 15: Ham

2. Sebaiknya para sejarahwan mulai meninjau perkembangan HAM di

Indonesia pada saat dipimpin raja-raja, jangan hanya condong ke

sejarah lahirnya HAM di Eropa maupun Amerika.

15

Page 16: Ham

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.membuatblog.web.id/2010/06/sejarah-hak-asasi-

manusia-di-indonesia.html

2. http://ivantoebi.wordpress.com/2009/03/29/perkembangan-ham-di-

indonesia/

3. www.wikipedia.com

4. sekitarkita.com/wp-content/uploads/.../ham_historis_sosiologis.pdf

5. herlambangperdana.files.wordpress.com/.../herlambang-sejarah-

dan-perkembangan-ham.pdf

16