halaman judul - web viewgolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ......

90
PANDUAN UKAI FORMATIF 2016 MENUJU UKAI, MENUJU MASA DEPAN APOTEKER MUDA REPUBLIK INDONESIA 2016

Upload: hoangthien

Post on 30-Jan-2018

252 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

PANDUAN UKAI FORMATIF 2016

MENUJU UKAI, MENUJU MASA DEPAN

APOTEKER MUDA

REPUBLIK INDONESIA

2016

HALAMAN JUDUL

Page 2: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penyusun dapat menyelesaikan Panduan UKAI Formatif tahun 2016. Panduan UKAI ini dibuat sebagai gambaran hasil try out UKAI Desember 2015 yang memudahkan mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker diseluruh Indonesia untuk mempelajari materi yang diujikan pada UKAI Formatif 2016.

Penulis membagi menjadi 5 Bab berdasarkan rumpun keilmuan farmasi, yaitu Farmakologi-Farmakoterapi, Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Farmakognosi, Kimia Farmasi, serta Farmasi Sosial dan Administratif. Penyusun memperoleh berbagai ilmu, pengalaman, pengetahuan, motivasi, suka dan duka selama penyusunan Panduan UKAI Formatif 2016.

Dalam penyusunan Panduan UKAI Formatif 2016 tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :1. Rekan-rekan PKPA RS Bethesda Periode Agustus – September 2015 atas

dukungan dan kepercayaan kepada penulis dalam penyusunan Panduan UKAI Formatif 2016.

2. Rekan-rekan dari Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UGM atas dukungannya dalam penyusunan Panduan UKAI Formatif 2016.

3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dan dukungan yang diberikan, sehingga penyusunan Panduan UKAI Formatif 2016 dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam Panduan UKAI Formatif 2016 ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun demi perbaikan Panduan UKAI. Semoga Panduan UKAI Formatif 2016 ini dapat bermanfaat dan membantu rekan-rekan calon Program Studi Profesi Apoteker diseluruh Indonesia.

Yogyakarta, Januari 2016

Penulis

2

Page 3: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL................................................................................................1KATA PENGANTAR.............................................................................................2DAFTAR ISI............................................................................................................3BAGIAN 1 FARMAKOLOGI DAN TERAPI........................................................4BAGIAN 2 FARMASETIKA DAN TEKNOLOGI FARMASI...........................32BAGIAN 3 FARMAKOGNOSI............................................................................39BAGIAN 4 KIMIA FARMASI.............................................................................45BAGIAN 5 FARMASI SOSIAL DAN ADMINISTRATIF..................................53DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55

3

Page 4: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

BAGIAN 1 FARMAKOLOGI DAN TERAPI

1.1. Penggolongan Obat

Golongan Obat Logo Keterangan

Obat BebasDapat digunakan

untuk swamedikasi.

Obat Bebas Terbatas

Dapat digunakan

untuk swamedikasi,

harus diberikan

informasi lebih karena

mengandung obat

keras.

Obat KerasHarus dengan resep

dokter.

Jamu

Khasiat yang

dicantumkan

merupakan khasiat

empiris di masyarakat,

belum sepenuhnya

terstandar, dan belum

dilakukan uji praklinik

dan klinik.

Obat Herbal Terstandar Khasiat yang

dicantumkan sudah

dibuktikan dengan uji

praklinik, sudah

terstandar, dan sudah

dilakukan uji praklinik

dan/atau uji klinik

4

Page 5: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

belum lengkap.

Fitofarmaka

Khasiat yang

dicantumkan sudah

dibuktikan dengan uji

praklinik dan klinik,

sudah terstandar, dan

sudah dilakukan uji

klinik dengan lengkap

(fase 1, fase 2, dan

fase 3).

Narkotika

Harus dengan resep

dokter dan

mengakibatkan

ketergantungan yang

kuat. Distribusinya

dikendalikan oleh

pemerintah.

Psikotropika

Harus dengan resep

dokter dan kadang

mengakibatkan

ketergantungan.

Obat Wajib Apotek

Obat keras yang dapat

diserahkan oleh

apoteker dengan

syarat dan ketentuan

yang berlaku menurut

undang-undang, dapat

digunakan untuk

swamedikasi atau

pengobatan rutin.

5

Page 6: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

1.2. Farmakologi

Golongan

FarmakologiMekanisme Aksi Contoh Obat

Anastesi Amida Blokade reversibel pada

kanal natrium pada akson

Lidokain, bupivikain

Anastesi Ester Benzokain, prokain

Antikolinesterase

Inhibisi hidrolisis

asetilkolin pada enzim

kolinesterase

Piridostigmin,

neostigmin

Agonis

muskarinik

Memacu reseptor

muskarinikPilokarpin

Agonis nikotinikMemacu reseptor

nikotinikNikotin

Antagonis

muskarinik

Menghambat reseptor

muskarinik dan

mengakibatkan efek

excitatory

Atropin, hiosin,

ipatropium

Alfa blocker

Menghambat reseptor

alfa adrenergik, sehingga

terjadi dilatasi vena.

Prazosin

Beta blockerMenghambat reseptor

beta adrenergik.

- Beta-1 selektif :

bisoprolol (low

dose), atenolol,

metoprolol

- Beta blocker

nonselektif :

propanolol

Beta-2 agonis

Meningkatkan kerja

reseptor beta adrenergik

2, sehinga terjadi

relaksasi otot polos

bronkus.

Salbutamol,

formoterol, salmeterol

6

Page 7: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

ACE Inhibitor

Menghambat perubahan

angiotensin I menjadi

angiotensin II pada ginjal

Kaptopril, lisinopril,

enalapril

Angiotensin

Receptor Blocker

Menghambat pada

reseptor angiotensin

Valsartan, losartan,

candesartan

Calcium Channel

Blocker

Menghambat masuk

kalsium pada sel otot

jantung

- DHP : Amlodipin,

nifedipin

- NonDHP :

Diltiazem,

verapamil

Diuretik thiazide Menghambat reabsorbsi

natrium di tubulus distal,

sehingga meningkatkan

eksresi air, natrium, dan

ion hidrogen.

Hidroklortiazid

Diuretik sulfon

Menghambat reabsorbsi

natrium dan klorida di

tubulus proksimal,

tubulus distal, dan

lengkung Henle,

sehingga meningkatkan

eksresi air, natrium,

klorida, magnesium, dan

kalsium.

Furosemid

Antagonis

aldosteron

Mengikat reseptor

aldosteron di tubulus

distal, sehingga

meningkatkan sekresi

natrium dan klorida dan

menahan kalium dan ion

hidrogen.

Spironolakton

7

Page 8: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Kortikosteroid

Modulasi metabolisme

lipid, karbohidrat, dan

protein serta

mempertahankan

keseimbangan cairan.

Mengontrol sintesis

protein, menekan migrasi

PMN dan fibroblas,

mengubah kapilaritas

membran, dan

menstabilkan lisosom.

Metilprednisolon,

hidrokortison

Biguanid

Menurunkan produksi

glukosa hepatik,

menurunkan absorbsi

glukosa di saluran cerna,

dan meningkatkan

sensitivitas reseptor

insulin.

Metformin

Sulfonilurea

Meningkatkan sekresi

insulin, Menurunkan

produksi glukosa hepatik,

dan meningkatkan

sensitivitas reseptor

insulin.

Glibenklamid,

glimepirid

HMG-CoA

Reductase

Inhibitor

Menghambat enzim

pengubah substrat

kolesterol (HMG-CoA

Reductase)

Simvastatin,

atorvastatin,

rosuvastatin

Asam Fibrat Menghambat lipolisis

perifer dan menurunkan

pengambilan asam lemak

Gemfibrozil

8

Page 9: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

bebas oleh hati.

Resin Asam

Empedu

Mengikat asam empedu

pada saluran cerna.

Kolestipol,

Koleselvam,

Kolestiramin

Bifosfonat

Mengikat kristal

hidroksiapatit pada

tulang dan menghambat

osteoklast serta

menghambat pelepasan

mineral dan kolagen dari

tulang.

Asam alendronat,

asam risendronat

Proton Pump

Inhibitor

Menghambat pompa

proton dalam sekresi ion

hidrogen pada lambung.

Omeprazol,

pantoprazol

H-2 Antagonis

Menghambat reseptor H-

2 pada sel parietal

lambung, sehingga

menghambat sekresi

asam lambung.

Famotidin, ranitidin,

simetidin

H-1 Antagonis

Menghambat reseptor H-

1, sehingga tidak tejadi

aktivasi oleh histamin.

- Generasi lama :

klorfeniramin

maleat.

- Generasi baru :

loratadin, cetirizin,

fexofenadin.

Antibiotika

Penisilin

Menghambat sintesis

dinding bakteri

(golongan beta laktam).

Amoksisilin, ampisilin

Antibiotika

Sefalosporin

- Generasi 1 :

Cefradoksil

- Generasi 2 :

Cefuroksim

9

Page 10: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

- Generasi 3 :

Ceftriakson,

cefotaksim,

ceftazidim

Antibiotika

Tetrasiklin

Menghambat sintesis

protein dengan mengikat

subunit ribosom 30S dan

50S dan mengikat logam

untuk metabolisme

bakteri.

Tetrasklin,

oksitetrasiklin,

doksisiklin

Antibiotika

Quinolon

Menghambat DNA

girase, sehingga merusak

struktur double helix

DNA.

Ciprofloksasin,

levofloksasin

Antibiotika

Makrolida

Menghambat sintesis

protein dengan mengikat

subunit ribosom 30S dan

50S.

Azitromisin,

klaritomisin,

eritromisin

Antibiotika

Fenikol

Menghambat sintesis

protein dengan mengikat

subunit ribosom 50S.

Kloramfenikol,

tiamfenikol

1.3. Keamanan Obat dan Toksikologi

1.3.1. Keamanan Obat

a. Indeks Kehamilan

Masa kehamilan merupakan masa kritis pertumbuhan

janin. Namun, tidak jarang ditemui ibu hamil yang

menderita penyakit tertentu saat hami. Berikut adalah

indeks kehamilan dan keterangan mengenai indeks

kehamilan :

Indeks Keterangan Penggunaan Klinis

10

Page 11: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Kehamilan

A Studi terkontrol pada

wanita hamil tidak

memperlihatkan adanya

resiko terhadap janin pda

kehamilan trimester 1

dan trimester berikutnya.

Dapat digunakan

secara aman bagi

wanita hamil.

B Studi terhadap

reproduksi binatang

memperlihatkan tidak

ada resiko terhadap janin,

tetap belum ada studi

terkontrol terhadap

manusia.

Dapat digunakan

relatif aman bagi

wanita hamil.

C Studi pada binatang

percobaan

memperlihatkan adanya

efek terhadap janin dan

studi terkontrol pada

wanita dan binatang tidak

tersedia atau tidak dapat

dilakukan.

Penggunaan obat

harus

mempertimbangkan

manfaat klinis dan

resiko terhadap

janin.

D Terdapat bukti adanya

resiko pada janin pada

binatang percobaan atau

studi pada manusia.

Penggunaan obat

dapat digunakan

dalam kasus life-

threatening atau

apabila ada alternatif

lebih baik harus

diutamakan.

X Studi pada manusia dan

binatang memperlihatkan

Tidak dianjurkan

penggunaannya

11

Page 12: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

adanya abnormaltas pada

janin.

selama masa

kehamilan.

b. Efek Samping Beberapa Obat

Obat Efek Samping Khas

Amlodipin Edema dan edema paru

Kaptopril Batuk

Pirazinamid Nyeri tulang, hepatotoksik

INH Kesemutan, hepatotoksik

Rifampisin Mengubah warna urin

menjadi merah, induksi

sitokrom

Streptomisin Ototoksis, nefrotoksis

Asetosal Perdarahan, iritasi saluran

cerna, tinitus

Hidroklortiazid Hipokalemia, kenaikan

asam urat

Kortikosteroid Inhalasi Candidasis

Kortikosteroid Oral Iritasi saluran cerna, moon

face karena retensi Na dan

Air, keropos tulang

Etambutol Buta warna, kebutaan

Fenitoin Gingival hyperplasia,

induser sitokrom

Karbamazepin Hepatotoksik dari

metabolitnya, induser

sitokrom

Orlistat Feses berlemak

Antibiotika Kuinolon Menghambat

pertumbuhan anak

Antibiotika Tetrasiklin Kolorasi gigi menjadi

12

Page 13: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

kuning

Antibiotika

Aminoglikosida

Nefrotoksis

Bifosfonat Iritasi saluran cerna

Semua OAT Mual dan muntah

Codein Konstipasi

1.3.2. Toksikologi

Kasus keracunan selalu ditemukan terkait dengan

penggunaan bahan kimia sebagai obat atau kecelakaan.

Berikut adalah daftar senyawa yang dapat bersifat racun

dan penawar yang dapat diberikan :

Substrat Racun Penawar

Parasetamol Asetilsistein

Logam berat (As, Pb, Hg,

Cu)BAL (dimecaprol)

Logam berat (Pb) EDTA

Ferrum Deferoksamin

Opioid Nalokson

Pestisida organofosfat Atropin, Pralidoksim

Sianida Nitrit, Nitrat

Metanol, etilen glikol Etanol

Beta blocker Glukagon

Benzodiazepin Flumazenil

Karbonmonoksida Oksigen, hiperbarik oksigen

Kumarin Vitamin K

Digoksin Digoksin FAB

Heparin Protamin

INH Piridoksin

Nitrit Metilen Blue

13

Page 14: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

1.4. Cara Pemakaian Obat

Pemakaian obat yang tepat memiliki beberapa pertimbangan, salah

satunya adalah sifat fisika kimia obat, mengikuti ritme biologis tubuh

dan/atau mengikuti t1/2 obat yang digunakan. Sebagai contoh

penggunaan atorvastatin dan simvastatin memiliki perbedaan.

Atorvastatin dapat diberikan pada sore hari, sedangkan simvastatin

harus diberikan malam hari. Hal ini terjadi karena t1/2 atorvastatin

adalah 14 jam, sedangkan simvastatin 2 jam, sehingga simvastatin

harus segera digunakan pada waktu biologis tubuh untuk sintesis

kolesterol, yaitu pada waktu malam hari. Golongan bifosfonat harus

diberikan dengan cara pasien harus duduk dikarenakan sifat kimia obat

yang iritatif, sehingga dengan duduk diharapkan berinteraksi singkat

dengan saluran cerna atas dan segera memasuki lambung.

1.5. Farmakokinetika

1.5.1. Kecepatan Infus

R = S x Dosis

Dimana :

R = kecepatan infus

S = fraksi aktif

ᶵ = interval pemberian

Pasien ATS menerima infus teofilin dengan dosis 40 mg

tiap jam. Berapakah kecepatan infus yang harus diatur?

Diketahui teofilin memiliki fraksi aktif sebesar 80 %.

R = S x Dosis

R = 0,8 x40

1

R = 32 mg/jam

14

Page 15: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

1.5.2. Perubahan Dosis Intravena ke Dosis Peroral

Umumnya diberikan pada keadaan tunak rerata (Cav),

dengan rumus :

D = Cav xk xVd x ᶵ

F x S

Dimana :

D = dosis peroral

Cav = konsentrasi tunak rerata

k = konstanta eliminasi

Vd = volume distribusi

F = fraksi bioavaibilitas

S = fraksi aktif

ᶵ = interval pemberian

Pasien RA 28 tahun, 78 kg diresepkan Tetrasiklin HCl

untuk keluhan Gonorrhae. Tetrasiklin HCl memiliki

bioavabilitas oral 77 % dengan semua fraksi aktif. Volume

distribusi sebesar 0,2 L/kgBB, waktu paro eliminasi adalah

10,6 jam. Kadar tunak rerata yang digunakan dalam

pengobatan RA di rumah sakit adalah 35 mg/mL. Apabila

RA diizinkan pulang oleh dokter dan meneruskan terapi

tetrasiklin HCl peroral dengan interval tiap 6 jam,

berapakah dosis yang Anda sarankan?

Diketahui :

Vd = 0,2 L/kgBB x 78 kg = 15,6 L

K = 0,693/t1/2 = 0,693/10,6 = 0,065 /jam

D = Cav xk xVd x ᶵ

F x S

D = 35 mg

mLx0,065 x15,6 x 6

0,77 x1

D = 276,54 mg ~ 300 mg

15

Page 16: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

1.6. Kapita Selekta Farmakoterapi

1.6.1. Hipertensi

Hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut :

Menurut JNC 7, target terapi dan obat yang dipilih adalah

sebagai berikut :

Kondisi Target Tekanan

Darah

Obat Pilihan

Normal <140/90 mmHg - Tunggal :

ACE Inhibitor

ARB, CCB,

atau diuretik

thiazid

- ACE Inhibitor

atau ARB +

diureik tiazid;

atau ACE

Inhibitor atau

ARB + CCB

Geriatrik < 140/90 mmHg ACE Inhibitor,

ARB, atau

diuretik tiazid

Gagal ginjal

kronis dengan

albuminuria (> 30

mg albumin/24

jam)

< 130/80 mmHg ACE Inhbitor

atau ARB

16

Page 17: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Diabetes mellitus < 130/80 mmHg - First line :

ACE Inhbitor

atau ARB

- Second line :

CCB

- Third line :

diuretik tiazid

atau beta-

blocker

Gagal jantung

dengan

pengurangan

volume

< 130/80 mmHg - First line :

ACE Inhbitor

atau ARB +

beta-blocker

- Second line :

antagonis

aldosteron

Post-myocardial

infark

< 130/80 mmHg Beta blocker +

ACE Inhibitor

atau ARB

Coronary artery

disease

< 130/80 mmHg - First line :

beta-blocker +

ACE Inhbitor

atau ARB

- Second line :

CCB

- Third line :

diuretik tiazid

Pencegahan

kekambuhan

stroke

< 130/80 mmHg Diuretika tiazid

atau diuretika

tiazid + ACE

Inhibitor

17

Page 18: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Target penurunan tekanan darah dapat JNC 7 dan JNC 8

sangat berbeda. Pada JNC 8, penurunan tekanan darah tidak

agresif seperti JNC 7. Berikut adalah target menurut JNC

8 :

18

Page 19: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

1.6.2. Dislipidemi dan Berat Badan Berlebih

Menurut ATP III, dalam tata laksana penurunan LDL dan

manajemen resiko penyakit degeneratif ada faktor resiko

yang harus diketahui, berikut adalah faktor resiko menurut

ATP III.

Faktor Resiko Nilai

Lingkar Pinggang Wanita >88 cm (>35 inch)

Lingkar Pinggang Pria >120 cm (> 40 inch)

Trigliserida ≥150 mg/dL

HDL Pria < 40 mg/dL

HDL Wanita < 50 mg/dL

Tekanan darah ≥ 130/85 mmHg

Glukosa puasa ≥ 110 mg/dL

Dengan mengetahui faktor resiko, target penurunan LDL

dan memulai terapi dapat diketahui. Berikut adalah target

dan nilai LDL memulai terapi :

Faktor

Resiko

Target

Penurunan

LDL

Nilai LDL

mulai terapi

nonfarmakologi

Nilai LDL

mulai

terapi obat

Ada riwayat

coronary

heart

disease atau

dengan

faktor

< 100 mg/dL ≥ 100 mg/dL ≥ 130

mg/dL

19

Page 20: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

resiko setara

≥ 2 faktor

resiko

< 130 mg/dL ≥ 130 mg/dL Pantauan

selama 10

tahun

dengan 10

– 20 %

resiko

≥ 130

mg/dL

Pantauan

selama 10

tahun

dengan

resiko <

10 %

≥ 160

mg/dL

0 – 1 faktor

resiko

< 160 mg/dL ≥ 160 mg/dL ≥ 190

mg/dL

Berikut adalah pilihan obat yang dapat diberikan :

Golongan Contoh Obat Efek Terapi Efek Samping Kontraindikasi

HMG CoA

Reductase

Inhibitor

Simvastatin

lovastatin,

pitavastatin,

rosuvastatin

Menurunkan

LDL dan

trigliserida,

menaikkan

HDL

Miopati,

meningkatkan

enzim hati

Penyakit liver aktif dan

kronis

Resin asam

empedu

Colestipol

Coleselvam

Colestiramin

Menurunkan

LDL,

menaikkan

HDL

GI Upset

Konstipasi

Menurunkan

absorbsi obat

Trigliserida > 400 mg/dL

20

Page 21: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Asam

nikotinat

Asam

nikotinat

Menurunkan

LDL dan

trigliserida,

menaikkan

HDL

Muka merah

Hipoglikemi

Hiperurisemia

Hepatotoksis

GI Upset

Penyakit liver kronis

Gout parah

Asam fibrat Gemfibrozil

Fenofibrat

Menurunkan

LDL dan

trigliserida,

menaikkan

HDL

Dispepsia

Batu empedu

Miopati

Gangguan ginjal dan hati

parah

Penurunan berat badan dapat digunakan orlistat, apabila

target dengan terapi nonfarmakologi tidak mencapai

penurunan 10 % berat badan. Orlistat memiliki efek

samping feses berlemak dan dapat menggangu absorbsi

vitamin, siklosporin, dan levotiroksin.

1.6.3. Metabolisme dan Darah

Kondisi Tanda dan Gejala Obat Pilihan

Polycystic

Ovarian

Syndrome

Hirsutisme

(tumbuh rambut),

glukosa tinggi,

menstruasi tidak

teratur.

Klomifen sitrat,

metformin

(glukosa tinggi)

Hipertiroid Gugup, cemas,

takikardi, tremor

(gejala

tirotoksikosis),

kelemahan otot,

turun berat badan

Beta-blocker

(atenolol atau

propanolol)

untuk gejala

tremor, takikardi,

dan cemas (gejala

21

Page 22: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

tirotoksikosis);

agen antitiroid

(propilthiourasil,

methimazol, KI)

Hipotiroid Kelemahan,

bradikardi, mudah

mengantuk, goiter

Levotiroksin,

liothironin

Anemia

Megaloblastik

Nilai MCV besar,

nilai kadar B-12

rendah, atau nilai

kadar asam folat

rendah.

Sianokobalamin,

asam folat

Anemia Aplastik Kelemahan,

perdarahan gusi,

bengkak pada

kaki, serta nilai

rendah pada

retikulosit dan

WBC.

- Agen

imunosupresan

:

metilprednisolo

n, siklosporin

- Hemapoetic

Growth Factor :

filgastrim

- Agen

antineoplastik :

fludarabin

- Kelator :

Deferoxamin

Anemia

defisiensi besi

Nilai MCV

rendah dan serum

feritrin rendah.

Fe Sulfat, Fe

Fumarat

Osteoporosis Sakit pada tulang

tertentu,

penurunan tinggi

Suplementasi

kalsium (kalsium

karbonat, kalsium

22

Page 23: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

badan, perubahan

struktur tubuh,

nilai T score di

bawah – 2,5.

sitrat), first line

(asam alendronat,

asam risendronat),

alternatif

(raloksifen, asam

ibandronat)

1.6.4. Diabetes

Diabetes ditanda dengan gejala : polivagi (banyak makan),

poliuria (banyak buang air kecil), dan polidipsi (banyak

minum). Diabetes digolongkan menjadi dua tipe utama,

yaitu tipe I dan tipe II.

Pada tipe I, pasien lebih cenderung memiliki berat badan

rendah dan mengalami ketoasidosis, sedangkan pada tipe II

cenderung obesitas.

Berikut adalah target terapi dari diabetes mellitus :

Dalam tatalaksana terapi, diabetes mellitus tipe 1 dan 2

memiliki perbedaan. Berikut adalah tatalaksana terapi

menurut ADA 2015 :

Obat Keterangan

Metformin Digunakan apabila terapi

23

Page 24: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

nonfarmakologi belum mengontrol

kadar glukosa pasien

Insulin + antidiabetika oral atau

insulin tunggal

Pasien baru terdiagnosa gejala DM

tipe 2 atau terjadi kenaikan kadar

glukosa atau HbA1C

Penambahan antidiabetika oral

kedua atau insulin

Apabila antidiabetika oral tidak

menunjukkan perbaikan setelah 3

bulan pada nilai HbA1C

Dalam terapi DM tipe 1 harus menggunakan insulin.

Berikut adalah jenis insulin yang dapat digunakan :

Kerja Insulin Contoh Penggunaan

Rapid Acting Humalog (insulin

lispro), NovoLog

(insulin aspart),

Apidra (insulin

glulisine)

5 – 15 menit sebelum

makan

Short Acting Humulin R,

Novolin R

30 menit sebelum makan

Intermediat Humulin N,

Novolin N

Umumnya 1 x sehari

Long Acting Lantus (insulin

glargine), Levemir

(insulin detemir)

Umumnya 1 x sehari di

waktu yang sama

1.6.5. Asam Urat

Gout merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar asam

urat serum lebih besar dari 6,8 atau 7,0 mg/dl. Pada

manajemen terapi gout dan hiperurisemia, tujuan terapinya

adalah :

1. Mengurangi serangan akut.

24

Page 25: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

2. Menghindari terjadinya serangan.

3. Menghindari komplikasi yang disebabkan oleh

penumpukan kronis kristal asam urat di jaringan.

Penggunaan obat pada terapi gout adalah untuk mendukung

tercapainya tujuan terapi. Kondisi inflamasi dapat di atasi

dengan pemberian NSAID, kortikosteroid, atau kolkisin,

sedangkan untuk mencegah serangan gout dengan mengatur

kadar asam urat dalam darah agar tidak lebih dari 6,8 atau

7,0 mg/dl dapat digunakan allopurinol, febuxostat, atau

probenesid.

Kondisi Keterangan

Hiperurisemia First line yang digunakan

adalah allopurinol atau

febuxosat. Apabila alergi

terhadap xanthine oxidase

inhibitor (XOI) bisa

digunakan probenesid.

Kombinasi XOI (allopurinol

atau febuxosat) dan agen

urikosurik (probenesid)

terkadang dibutuhkan.

Penderita gagal ginjal harus

25

Page 26: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

mengatur dosis allopurinol.

Inflamasi Harus di-assesment tingkat

inflamasi dan tingkat nyeri

(nyeri digunakan visual

analog scale (VAS)). Dapat

digunakan terapi tunggal

atau kombinasi. Obat pilihan

adalah : NSAID,

kortikosteroid, dan kolkisin.

1.6.6. Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri secara umum menggunakan WHO Pain

Ladder. Berikut adalah pembagian pain ladder dan terapi

yang digunakan :

Tingkat Nyeri Terapi

Ringan (0 – 3) Parasetamol 650 mg, aspirin

500 mg, ibuprofen 400 mg,

atau NSAID bisa ditambah

NSAID lain, antidepresan

trisiklik, dan obat kejang

Menengah (4 – 6) Parasetamol 325 mg + opioid

(kodein)

Parah (7 – 10) Morfin atau fentanil bisa

26

Page 27: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

ditambah NSAID lain,

antidepresan trisiklik, dan

obat kejang

1.6.7. Epilepsi

Jenis Epilepsi First Line

menurut UK

Guideline

Alternatif

menurut UK

Guideline

Partial Seizure

(Diagnosis Baru)

Karbamazepin,

lamotrigin

Levetiracetam,

oxkarbazepin,

asam valproat

Partial Seizure

(refractory

monotherapy)

Lamotrigin,

oxcarbazepin,

topiramat

-

Partial Seizure

(refractory

adjunct)

Karbamazepin,

klobazam,

gabapentin,

lamotrigin,

levetiracetam,

oxcarbazepin,

asam valproat,

topiramat

Lacosamid,

fenobarbital,

fenitoin,

pregabalin,

tiagabin,

vigabatrin,

zonisamid

Generalized

Seizure absence

Etoksusimid,

lamotrigin, asam

valproat

Klobazam,

klonazepam,

levetiracetam,

topiramat,

zonisamid

Primary general

(tonic-clonic)

Asam valproat,

lamotrigin,

karbamazepin,

Klobazam,

levetiracetam,

topiramat

27

Page 28: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

oxkarbazepin

Juvenile

myoclonic

epilepsy

Etoksusimid,

lamotrigin, asam

valproat

Klobazam,

klonazepam,

levetiracetam,

topiramat,

zonisamid

1.6.8. Asma

Pada kondisi asma, pasien harus sering dikontrol. Kontrol

dapat menggunakan spirometri dan memantau frekuensi

serangan asma. Berikut adalah tahapan dalam terapi asma

dan rekomendasi yang diberikan :

Obat yang digunakan dalam terapi asma adalah sebagai

berikut :

Obat Keterangan

LABA (Long Acting Beta-2 Digunakan rutin dalam

28

Page 29: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Agonis) : salmeterol pengobatan asma

SABA (Short Acting Beta-2

Agonis) : salbutamol

(albuterol) dan formoterol

Digunakan apabila merasa

akan sesak (PRN)

Kortikosteroid Harus ada mekanisme

tapping. Apabila digunakan

secara inhalasi harus kumur

untuk menghindari jamur di

mulut

Teofilin Sebaiknya digunakan di jam

yang sama dan waspada

terhadap obat induser

maupun inhibitor.

1.6.9. Infeksi dan Penggunaan Antibiotika

Dalam memilih antibiotika, harus mempertimbangkan

spektrum antibiotika (luas atau sempit) dan tipe mikrobia

(aerob atau anaerob). Berikut adalah kasus pilihan dalam

penggunaan antibiotika :

Infeksi Pilihan antibiotika

Saluran Nafas Atas Golongan penisilin,

golongan kuinolon, golongan

makrolida, golongan

tetrasiklin.

Saluran Nafas Bawah Golongan penisilin,

golongan kuinolon, golongan

makrolida, golongan

tetrasiklin.

Saluran Kemih - Peroral : Cotrimoxazol

960 mg, fosfomisin,

amoksisilin-klavulanat,

29

Page 30: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

siprofloksasin,

levofloksasin

- Injeksi : gentamisin,

tobramisin, ampisilin-

sulbaktam, ceftriaxon,

ceftazidim,

siprofloksasin,

levofloksasin.

H.pylori First line : klaritomisin +

amoksisilin atau

metronidazol

Tuberkulosis Untuk memudahkan

kombinasi terapi TBC

digunakan singkatan. H =

INH, R = Rifampisin, Z =

Pirazinamid, E = Etambutol,

S = Streptomisin.

- Fase intensif : digunakan

setiap hari selama dua

bulan. Minimal 3

gabungan obat umumnya

digunakan 2HRZE atau

2HRZ.

- Fase lanjutan : setelah dua

bulan dinyatakan BTA (-),

dilanjutkan 4 bulan dengan

dosis 2 – 3 x seminggu

(4H3R3).

- Fase sisipan : apabila

diakhir fase intensif

dinyatakan BTA (+)

30

Page 31: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

digunakan 1 bulan

gabungan HRZE

(1HRZE).

- Relaps, gagal, atau

kambuh : digunakan

2HRZES dilanjut HRZE

dilanjut 5H3R3E3.

31

Page 32: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

BAGIAN 2 FARMASETIKA DAN TEKNOLOGI FARMASI

2.

2.1. Sediaan Farmasi

2.1.1. Biofarmasetika

Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas

penggolangan obat menurut BSC. Berikut adalah kelas

pembagian obat berdasarkan BSC :

Kelas BSC Rate Limiting Step Solusi

I (kelarutan besar,

permeabilitas tinggi)

Kecepatan disolusi Menambahkan

bahan untuk

mempercepat

disolusi

II (kelarutan kecil,

pemeabilitas tinggi)

Kelarutan senyawa Menambahkan

bahan yang dapat

meningkatkan

kelarutan senyawa

III (kelarutan tinggi,

permeabilitas rendah)

Permeabilitas senyawa Menambahkan

permeability

enhancer pada

formulasi

IV (kelarutan rendah,

permeabilitas rendah)

Tidak diketahui (tidak

ada hubungan antara

invitro dan invivo)

-

2.1.2. Padat

Sediaan padat contohnya adalah serbuk, granul, tablet, dan

kapsul. Pada sediaan padat apabila ingin dibuat tablet harus

memperhatikan bentuk partikel, ukuran partikel, dan sifat

kimia, sehingga dapat ditentukan cara pembuatan tablet.

32

Page 33: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Metode Keterangan

Granulasi Basah Senyawa aktif tahan air dan

panas, sifat alir jelek,

dilakukan pembuatan massa

dengan pengikat,

dikeringkan lalu diayak.

Granulasi Kering Senyawa aktif tidak tahan

panas dan air, sifat alir jelek,

dilakukan kempa dengan

bahan pengisi lalu

dihancurkan dan diayak.

Kempa Langsung Senyawa aktif tidak tahan

panas dan air, sifat alir baik.

Pada pembuatan kapsul, harus diperhatikan sifat alir

campuran karena berpengaruh pada keseragaman bobot saat

pengisian kapsul. Analisis bahan sediaan padat dapat

berupa penetapan bulk density dan sudut diam. Dalam

kontrol kualitas sediaan padat dapat dilakukan keseragaman

bobot, keseragaman kadar, dan uji disolusi. Untuk uji

stabilitas dapat dilakukan menurut ICH.

2.1.3. Semipadat

Sediaan semipadat contohnya adalah salep, krim, dan gel.

Pada pembuatan sediaan semipadat, harus memperhatikan

sifat hidrofilisitas dan stabilitas senyawa aktif, sehingga

dapat ditentukan cara pembuatan sediaan semipadat.

Apabila dalam pencampuran krim dengan salep harus

digunakan surfaktan agar tidak terjadi pemisahan fase.

Pemilihan emulgator dalam pembuatan krim sangat

diperlukan dengan menghitung nilai HLB yang diperlukan.

33

Page 34: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Umumnya senyawa yang hidrofob dibuat sediaan salep dan

krim emulsi o/w serta senyawa hidrofil dibuat sediaan gel

atau krim emulsi w/o. Dalam kontrol kualitas sediaan

semipadat dapat dilakukan keseragaman bobot,

keseragaman kadar, uji pelepasan obat, uji daya lekat, dan

uji penyebaran. Untuk uji stabilitas dapat dilakukan

menurut ICH.

2.1.4. Cair

Sediaan cair contohnya adalah larutan, suspensi, dan

emulsi. Pada pembuatan sediaan cair, harus memperhatikan

polaritas, stabilitas, dan kelarutan senyawa aktif, sehingga

dapat ditentukan cara pembuatan sediaan cair. Sediaan cair

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu steril dan nonsteril.

Pada pembuatan sediaan steril, stabilitas senyawa aktif

harus diperhatikan karena akan memilih metode sterilisasi

atau pembuatan sediaan steril. Pada larutan, senyawa aktif

harus melarut pada medium dispersi. Pada suspensi,

senyawa aktif harus terdispersi pada medium dispersi. Pada

sediaan emulsi, senyawa aktif harus dapat berpartisi pada

medium dispersi. Dalam pembuatan sediaan cair, metode

peningkatan kelarutan senyawa (solubilisasi) dapat

dilakukan dengan pengubahan pH larutan, penambahan

surfaktan, atau menambahkan kosolven agar mudah

melarut. Dalam pembuatan suspensi, bahan tambahan dapat

berupa agen flokulasi (pencegah penempelan partikel

dengan tolakan muatan listrik) dan thickening agent

(menambah kekentalan medium dispersi agar partikel tidak

mudah mengendap). Dalam pembuatan emulsi, harus

diperhatikan emulgator yang digunakan serta nilai HLB

yang akan digunakan. Sediaan emulsi dan suspensi harus

34

Page 35: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

dikocok dahulu dalam penggunaan agar penyebaran

senyawa aktif merata. Sediaan emulsi dan suspensi

disarankan tidak disimpan dalam lemari es karena dapat

mengubah penyebaran partikel dan pemisahan fase emulsi.

Dalam kontrol kualitas sediaan semipadat dapat dilakukan

keseragaman volume dan keseragaman kadar. Untuk uji

stabilitas dapat dilakukan menurut ICH.

2.1.5. Gas

Sediaan gas contohnya adalah aerosol dan spray. Pada

pembuatan sediaan gas, harus memperhatikan volatilitas

senyawa aktif, jenis propelan, dan kompatibilitas senyawa

aktif dengan propelan, sehingga dapat ditentukan cara

pembuatan sediaan gas. Sediaan gas harus disimpan jauh

dari api agar tidak meledak.

2.1.6. Produk Biologis

Produk biologis contohnya adalah protein rekombinan,

vaksin, serum, dan toksoid. Pada pembuatan produk

biologis harus diperhatikan tujuan penggunaan, stabilitas

senyawa aktif, dan metode pembuatan. Hal ini dikarenakan

beberapa produk biologis sangat sensitif, sehingga dapat

rusak oleh lingkungan yang tidak sesuai (suhu, oksigen, dan

pH). Beberapa vaksin dan toksoid ditambahkan pengawet,

sehingga harus digunakan pengawet yang tidak merusak

senyawa aktifnya. Umumnya produk biologis harus

disimpan disuhu 2 – 8 oC agar tidak rusak.

35

Page 36: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

2.2. Farmasi Industri

2.2.1. Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi merupakan proses pembuktian secara tertulis

berdasarkan data yang menunjukkan kelayakan suatu

peralatan, fasilitas, sistem penunjuang sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditetapkan. Tahapan kualifikasi ada

empat, yaitu :

- Kualifikasi Desain

- Kualifikasi Instalasi

- Kualifikasi Operasional

- Kualifikasi Performa

Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang

sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem,

perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam

produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil

yang diharapkan. Validasi yang dikenal adalah validasi

metode analisis, validasi proses, dan validasi pembersihan.

Kualifikasi dilakukan sebelum validasi.

2.2.2. Klasifikasi Ruang

Jenis Ruang Persyaratan

Partikel

Fungsi

I Dalam 1ft3 terdapat

maksimum 100

partikel berukuran

0,5 µm

Produksi sediaan

steril secara aseptis

II Dalam 1ft3 terdapat

maksimum 10000

partikel berukuran

0,5 µm

Produksi sediaan

steril secara non-

aseptis

III Dalam 1ft3 terdapat Produksi sediaan

36

Page 37: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

maksimum 100000

partikel berukuran

0,5 µm

non-steril

IV Dalam 1ft3 terdapat

maksimum lebih

dari 100000

partikel berukuran

0,5 µm

Area nonproduksi

seperti kantor,

ruang, gudang,

kamar mandi

2.3. Ekstraksi Tanaman Obat

2.3.1. Maserasi

Merupakan metode pembuatan ekstrak dengan cara

merendam simplisia dalam larutan penyari. Digunakan

pada bahan yang lunak seperti daun, bunga, rimpang, dan

beberapa buah. Pada maserasi tidak menggunakan panas,

sehingga cocok untuk senyawa aktif yang tidak tahan panas

dan oksidasi.

2.3.2. Perkolasi

Merupakan metode pembuatan ekstrak dengan cara

merendam simplisia dalam larutan penyari dan diesktraksi

dengan mengalirkan larutan dalam periode tertentu.

Digunakan pada bahan yang keras seperti kulit batang,

akar, batang, biji, dan beberapa buah. Pada perkolasi tidak

menggunakan panas, sehingga cocok untuk senyawa aktif

yang tidak tahan panas dan oksidasi.

2.3.3. Infudasi dan Dekoksi

Merupakan metode pembuatan ekstrak dengan cara

merebus simplisia dalam air. Apabila dilakukan selama 15

menit disebut infundasi. Apabila dilakukan selama 30 menit

37

Page 38: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

disebut dekoksi. Digunakan pada senyawa aktif yang tahan

panas dan oksidasi. Apabila senyawa aktif mudah menguap

dan tidak mengendap harus disaring pada saat dingin,

sedangkan apabila senyawa aktif tidak mudah menguap dan

mudah mengendap harus disaring pada saat panas.

2.3.4. Sokhletasi

Merupakan metode pembuatan ekstrak dengan cara

mengalirkan solven panas yang menguap selama beberapa

periode. Digunakan pada senyawa aktif yang tahan panas

dan oksidasi.

2.3.5. Maserasi Termodifikasi

Merupakan metode pembuatan ekstrak dengan cara

merendam simplisia dalam larutan penyari dengan

pemanasan suhu rendah dan/atau pengadukan kinetik.

Digunakan untuk senyawa aktif yang tahan panas dan

oksidasi, serta untuk meningkatkan jumlah senyawa yang

terekstraksi.

2.3.6. Destilasi

Merupakan metode pembuatan minyak atsiri dengan

memanfaatkan volatilitas senyawa. Ada tiga jenis destilasi,

yaitu uap, air, dan uap-air. Destilasi uap dilakukan untuk

senyawa yang tahan panas dan oksidasi. Destilasi air

digunakan untuk senyawa yang tidak terhidrolisis.

38

Page 39: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

BAGIAN 3 FARMAKOGNOSI

3.

3.1. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat,

kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah yang dikeringkan. Simplisia

terdiri dari nabati, hewan, dan mineral. Nama simplisa terdiri dari dua kata kata

pertama mengacu pada nama tanaman dalam bahasa latin dan kata kedua mengacu

pada bagian tanaman dengan nama latin.

Berikut adalah tatanama baku simplisia :

Nama Bagian Tumbuhan Nama Latin Contoh

Kayu LignumCaesalpiniae lignum

(Kayu secang)

Batang CaulisTinospora caulis

(Batang brotowali)

Buah FructusPiperi fructus

(Cabe Jawa/Buah cabe)

Bunga FlosJasminum flos

(Bunga melati)

Kulit Kayu CortexCinchonae cortex

(Kulit kayu kina)

Biji SemenMyristae semenis

(Biji pala)

Umbi TuberSolanum tuber

(Umbi kentang)

Akar RadixRhei radix

(Akar kelembak)

Akar tinggal Rhizome

Curcuma xanthorrhizae

rhizome

(Temulawak)

Umbi lapis Bulbus Alii sativum Bulbus

39

Page 40: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

(Bawang putih)

Kulit buah PericarpiumGranati pericarpii

(Kulit buah delima)

Daun FoliumOrthosiphonis folium

(Daun kumis kucing)

Bagian di atas tanaman HerbaCentellae herba

(Herba pegagan)

Minyak OleumOleum cocos

(Minyak kelapa)

3.2. Metabolit Tanaman

Pada tanaman, terkandung senyawa yang tergolong metabolit primer dan

sekunder. Metabolit primer merupakan senyawa yang terkandung dalam tanaman

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Contoh metabolit primer adalah :

karbohidrat, protein, asam amino, dan asam lemak. Metabolit sekunder adalah

senyawa yang dibutuhkan tanaman sebagai perlindungan diri atau hasil dari

metabolisme utama. Contoh metabolit sekunder adalah : fenolik, flavonoid,

alkaloid, glikosida, antrakuinon, triterpenoid, iridoid, senyawa pahit, senyawa

pedas, dan senyawa sulfur.

Golongan Senyawa Sifat Fisika-Kimia Contoh Senyawa

Karbohidrat

Polar, relatif mudah larut

dalam air (monosakarida

dan disakarida,

polisakarida relatif sukar

larut), banyak

mengandung gugus

hidroksi (-OH),

umumnya senyawa

nonaromatis.

Sorbitol, dekstrosa,

laktosa, sukrosa,

amilum.

Protein Relatif polar, Enzim fenol oksidase.

40

Page 41: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

mengandung gugus

amida (-COONH-),

terdenaturasi bila terkena

suhu tinggi dan pH

ekstrim, terdenaturasi

dengan logam berat lalu

mengendap.

Asam Amino

Relatif polar,

mengandung gugus

karboksilat (-COOH) dan

amina (-NH-),

mengendap dengan

logam berat.

Lisin, arginin,

aspartat.

Asam Lemak

Nonpolar, mengandung

gugus karboksilat (-

COOH), dapat

tersabunkan dengan basa.

Asam linoleat, asam

laurat.

Fenolik

Relatif polar,

mengandung gugus

hidroksi (-OH), senyawa

aromatis (ada benzena

dengan gugus hidroksi),

membentuk kompleks

berwarna bila bertemu

logam tertentu.

Asam galat, EGCG,

asam sinamat,

kumarin,

kurkuminoid.

Flavonoid Relatif polar,

mengandung gugus

hidroksi (-OH), senyawa

aromatis (ada benzena

dengan gugus hidroksi),

membentuk kompleks

Apigenin, narigenin,

antosianin.

41

Page 42: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

berwarna bila bertemu

logam tertentu,

merupakan bagian dari

senyawa fenolik (semua

flavonoid adalah fenolik,

tetapi fenolik belum tentu

flavonoid)

Alkaloid

Dapat polar atau

nonpolar, mengandung

atom N, mengendap

dengan logam berat,

memiliki aktivitas

farmakologi.

Kuinin, nikotin.

Glikosida

Polar, mengandung

bagian gula (glikon) dan

nongula (aglikon)

Apiin, amigdalin,

aloin.

Antrakuinon

Relatif polar,

mengandung gugus

hidroksi (-OH) dan keton

(-CO-), senyawa

aromatis (ada benzena

dengan gugus hidroksi),

membentuk kompleks

berwarna merah bila

bertemu basa, merupakan

bagian dari senyawa

fenolik (semua

antrakuinon adalah

fenolik, tetapi fenolik

belum tentu

antrakuinon).

Aloin, rhein, senosida

42

Page 43: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Triterpenoid

Nonpolar, mudah

menguap (mono, seskui,

dan diterpenoid; tri dan

politerpenoid sulit

menguap), politerpenoid

umumnya berwarna,

tidak bisa tersabunkan.

Limonen, karvon,

timol (mudah

menguap); asam

glisirizat,

andrografolid (tidak

mudah menguap);

beta karoten,

zeaxanthin

(politerpenoid).

Senyawa pahit

Nonpolar, umumnya

senyawa alkaloid dan

triterpenoid.

Andrografolid, kuinin.

Senyawa pedas

Nonpolar, umumnya

resin dari senyawa

fenolik.

Gingerol, shogaol.

Iridoid

Nonpolar, merupakan

kerangka modifikasi dari

triterpenoid.

Valetriproat.

3.3. Obat Asli Indonesia

Berikut adalah beberapa nama simplisia yang umum digunakan di Indonesia.

Kebanyakan berasal dari tanaman.

Nama bahan KhasiatKandungan yang

berkhasiat

Golongan

senyawa

kandungan

Centellae herba

(Herba pegagan)Penghilang luka

Madekosida,

asiatikosidaTriterpenoid

Rhei radix

(Akar kelembak)Pencahar Rhein Antrakuinon

Curcuma

xanthorrhiza

Hepatoprotektor Kurkuminoid Fenolik

43

Page 44: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

rhizome

(Temulawak)

Tinospora caulis

(Batang

brotowali)

Penurun gula

darahTinosporin

Triterpenoid,

Senyawa pahit

Psidii folium

(Daun jambu biji)

Diare

nonspesifikTanin Fenolik

Murrayae

paniculata folium

(Daun kemuning)

Penurun berat

badanPolisakarida Karbohidrat

Andrographis

herba

(Herba sambiloto)

Penurun gula

darahAndrografolid Triterpenoid

Phyllanti herba

(Herba meniran)Imunomodulator Filantin Triterpenoid

Orthosiphonis

folium

(Daun kumis

kucing)

Diuretika Orthosiphonin Triterpenoid

Sonchi folium

(Daun

tempuyung)

Diuretika SonchosidaGlikosida

flavonoid

44

Page 45: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

BAGIAN 4 KIMIA FARMASI

4.

4.1. Konsep kimia dasar

4.1.1. Kesetaraan mol

Kesetaraan mol sering digunakan dalam penggantian bahan

baku dari suatu bahan yang setara. Misalnya dalam

membuat tablet atorvastatin, tetapi kita mendapat bahan

baku atorvastatin kalsium dari supplier. Apabila BM

atorvastatin adalah 559 dan atorvastatin kalsium adalah

599. Hitung berapa mg setara atorvastatin kalsium terhadap

10 mg atorvastatin.

Konsep mol :

mol = BobotBM

karena senyawanya mirip bisa digunakan konsep mol. Jadi :

mol atorvastatin = mol atorvastatin kalsium

Bobot 1BM 1 = Bobot 2

BM 2

10559 = X

599

X = 599569 x 10

X = 10,53 mg

Jadi, 10 mg atorvastatin setara dengan 10,53 mg

atorvastatin kalsium.

4.1.2. Pengenceran

Praktek pengenceran sering ditemukan pada praktek sehari-

hari pada pelayanan kefarmasian, misalnya dalam

pembuatan alkohol cuci atau mengencerkan bahan obat

45

Page 46: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

tertentu. Prinsip pengenceran adalah kesetaraan jumlah

molekul atau jumlah bobot senyawa dalam larutan.

Bagaimana cara pembuatan alkohol 70 % dengan volume

1,5 liter dari alkohol 95 %?

Konsep pengenceran :

volume awal x konsentrasi awal = volume akhir x

konsentrasi akhir

Atau,

V1 x C1 = V2 x C2

95 % x X = 70 % x 1,5 L

X = (70/95) x 1,5 L

X = 1,1 L

Jadi, ambil 1,1 liter alkohol 95 % lalu ditambahkan akuades

sampai 1,5 liter.

4.1.3. Asam Basa

Konsep asam basa dalam farmasi penting dalam

meramalkan jumlah obat yang terion dan terserap pada

bagian tubuh tertentu. Konsep asam basa juga berguna

dalam meramalkan kompatibilitas pencampuran obat

suntik.

Rumus yang biasa digunakan adalah :

pH asam pH = pKa + log (Garam)(Asam)

pH basa pH = pKa + log (Basa)(Garam)

Dalam menentukan persentase terionisasi dapat digunakan

dua cara :

- Rumus

Rumus untuk asam lemah :

% terionisasi = 100

1+10( pKa− pH )

46

Page 47: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Rumus untuk basa lemah :

% terionisasi = 100

1+10( pH− pka)

- Rule of Thumb

Untuk senyawa asam lemah :

pH = pKa Umumnya 50 % fraksi terionisasi

pH = pKa + 1 Umumnya 90 % fraksi terionisasi

pH = pKa + 2 Umumnya 99 % fraksi terionisasi

pH = pKa + 3 Umumnya 99,9 % fraksi terionisasi

pH = pKa + 4 Umumnya 99,99 % fraksi terionisasi

Untuk senyawa basa lemah :

pH = pKa Umumnya 50 % fraksi terionisasi

pH = pKa - 1 Umumnya 90 % fraksi terionisasi

pH = pKa - 2 Umumnya 99 % fraksi terionisasi

pH = pKa - 3 Umumnya 99,9 % fraksi terionisasi

pH = pKa - 4 Umumnya 99,99 % fraksi terionisasi

Contoh :

1. Metrotreksat merupakan obat golongan inhibitor

asam folat yang memiliki pKa 5,4 dan bersifat asam

lemah. Dalam terapi, pasien harus mempertahankan

pH urin pada nilai sekitar 7 agar metrotreksat tidak

mengendap di ginjal. Berapa % fraksi terionisasi

metrotreksat pada pH urin di nilai sekitar 7?

Jawab :

Dengan rule of thumb dapat diramalkan bahwa pH

= 7 memiliki selisih 1 – 2 nilai dengan pKa,

47

Page 48: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

sehingga bisa dikatakan 90 – 99 % senyawa

metrotreksat dalam bentuk terion.

Dengan perhitungan :

% terionisasi = 100

1+10( pKa−pH )

% terionisasi = 100

1+10(5,4−7 )

% terionisasi = 100

1+0,025

% terionisasi = 97,5 %

2. Efedrin memiliki pKa 9,4 dan bersifat basa lemah.

Apabila efedrin ditambahkan ke dalam larutan

dengan pH 7,4. Berapa % efedrin yang tidak

terionisasi?

Jawab :

Dengan rule of thumb dapat diramalkan bahwa pH

= 7,4 memiliki selisih 2 nilai dengan pKa, sehingga

bisa dikatakan 99 % efedrin dalam bentuk terion

dan 1 % dalam bentuk tidak terion.

Dengan perhitungan :

% terionisasi = 100

1+10( pH−pKa)

% terionisasi = 100

1+10(7,4−9,4 )

% terionisasi = 100

1+0,01

% terionisasi = 99 %

% tidak terionisasi = 100 – 99 = 1 %

48

Page 49: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

4.1.4. Polaritas

Dalam praktek kefarmasian, polaritas merupakan suatu

acuan untuk menentukan partisi obat berdasarkan sifat

kimianya. Misalnya senyawa hormon cenderung lebih

bercampur dengan minyak dibandingkan dengan air.

Semakin banyak gugus polar (misalnya : -OH, -COOH, -

NH2), senyawa tersebut memiliki kecendrungan menetap

pada fase berair dan polaritasnya akan meningkat.

Dalam menentukan polaritas, digunakan pendekatan

koefisien partisi dengan rumus sebagai berikut :

P = (Konsentrasi Senyawa Dalam Fase Organik )(Konsentrasi Senyawa Dalam Fase Berair)

Koefisien partisi yang sering digunakan dalam farmasi

adalah koefisien partisi apparent (Papp). Dengan rumus

sebagai berikut :

Papp = P x fraksi tak terion

atau

Papp = (Konsentrasi Senyawa Dalam Fase Organik )(Konsentrasi Senyawa Dalam FaseBerair)

Contoh :

Senyawa x merupakan basa lemah yang diberikan secara

intravena. Senyawa x memiliki pKa = 9,4 dengan P = 65.

Senyawa x kemudian dianalisis dengan cara mengambil 5

mL sampel darah dan diekstraksi dengan 10 mL oktanol.

Berapakah konsentrasi senyawa x dalam plasma.

Diasumsikan pH plasma pasien adalah 7,4 dan dari hasil

analisis senyawa x memiliki konsentrasi sebesar 34 ng/mL

dalam oktanol.

49

Page 50: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Jawab:

Gunakan rumus :

% terionisasi = 100

1+10( pH−pKa)

% terionisasi = 100

1+10(7,4−9,4 )

% terionisasi = 100

1+0,01

% terionisasi = 99 %

% tidak terionisasi = 100 – 99 = 1 %

Atau fraksi tak terion = 0,01

Papp = P x fraksi tak terion

Papp = 65 x 0,01 = 0,65

Papp = (Konsentrasi Senyawa Dalam FaseOrganik )(Konsentrasi Senyawa Dalam FaseBerair)

Papp = 34 ng/mL

(Konsentrasi Senyawa Dalam Fase Berair)

Konsentrasi dalam Plasma = 34 ng /mL

0,65

Konsentrasi dalam Plasma = 52,31 ng/mL

4.2. Kimia Analisis Konvensional

Analisis kimia konvensional menggunakan alat analisis sederhana

seperti volumetri dan gravimetri. Berikut adalah beberapa metode yang

sering digunakan :

Metode Prinsip Keterangan

Gravimetri Perbedaan bobot

tetap saat ditimbang

Umumnya pada analisis

kadar abu dan susut

pengeringan

Titrasi Bebas Air Reaksi asam basa

yang dapat diganggu

oleh adanya air

Analisis asam dan basa

lemah

50

Page 51: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Nitrimetri Reaksi diazotasi

menimbulkan

perubahan warna

Analisis nitrit dan

senyawa turunan

sulfanilamid

Kompleksometri Reaksi kompleks

antara EDTA

sehingga

menimbulkan warna

Analisis logam valensi

2 dan 3

Titrasi Redoks Reaksi redoks dalam

larutan

Analisis serimetri (Ce),

permanganometri, iodo-

iodimetri

Titrasi Pengendapan Kelarutan senyawa

hasil reaksi yang

mudah mengendap

Analisis argentometri

untuk kadar NaCl

Asidi-alkalimetri Reaksi asam basa

yang tidak diganggu

air

Analisis basa dan asam

kuat

4.3. Kimia Analisis Instrumental

Analisis kimia instrumental menggunakan alat analisis berupa

instrumen seperti spektrofotometri, kromatografi, dan elektroforesis.

Berikut adalah beberapa metode yang sering digunakan :

Metode Prinsip Keterangan

Spektrofotometri Penyerapan

spektrum gelombang

cahaya oleh senyawa

dalam larutan

Spektrofotometri UV-

Visibel,

Spektrofotometri

Infrared

Kromatografi Lapis Tipis Pemisahan

berdasarkan polaritas

senyawa dan ikatan

pada fase gerak

Dapat digunakan fase

normal (fase gerak

nonpolar dan fase diam

polar) atau fase terbalik

(fase gerak polar dan

51

Page 52: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

fase diam nonpolar)

Kromatografi Gas Pemisahan

berdasarkan

perbedaan titik didih

dan volatilitas

senyawa

Apabila senyawa yang

akan dianalisis susah

menguap dilakukan

derivatisasi

menggunakan senyawa

tertentu agar mudah

menguap

KCKT (HPLC) Pemisahan

berdasarkan polaritas

senyawa dan ikatan

pada fase gerak

Dapat digunakan fase

normal (fase gerak

nonpolar dan fase diam

polar) atau fase terbalik

(fase gerak polar dan

fase diam nonpolar)

Elektroforesis Pemisahan

berdasarkan muatan

listrik senyawa dan

ukuran molekul

Biasanya digunakan

pada analisis asam

amino dan protein

52

Page 53: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

BAGIAN 5 FARMASI SOSIAL DAN ADMINISTRATIF

5.

5.1. Memulai Praktek Apoteker

Setelah menyelesaikan pendidikan Apoteker, apoteker baru akan

mendapatkan STRA, sumpah Apoteker, sertifikat kompetensi

Apoteker, dan ijazah. Apabila apoteker baru akan praktek di luar kota

kelulusan harus mengurus surat lolos butuh. Apoteker yang akan

berpraktek di pelayanan harus mengurus SIPA dan Apoteker yang

akan bekerja di fasilitas produksi dan distribusi harus mengurus

SIKA. Apoteker mengajukan pembuatan SIPA dan SIKA kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas

Kesehatan Provinsi. Syarat pembuatan SIPA adalah melampirkan

legalisir STRA dan rekomendasi Organisasi Profesi setempat.

5.2. Pricing

Penetapan harga merupakan hal yang penting di dalam praktek

keseharian farmasis. Mulai dari pembuatan obat sampai menjual obat.

Berikut adalah contoh penentuan harga pada praktek farmasis.

a. Pembuatan obat

Industri farmasi Y ingin membuat sirup parasetamol dengan dosis

250 mg/5 mL. Setiap kali produksi membutuhkan biaya total Rp

10.000.000 untuk 2000 botol. Berapakah harga satu botol sirup

parasetamol dosis 250 mg/5 mL?

Pada kasus di atas, dalam menentukan harga per botol dapat

ditentukan sebagai berikut :

Harga per botol = Biaya Produksi Total

Jumlah Produksi + pajak pertambahan nilai

Harga per botol = Rp 10.000 .000

2000 + (10 % x Rp 10.000 .000

2000 )

Harga per botol = Rp 5.000 + Rp 500 = Rp 5.500

53

Page 54: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

b. Penjualan obat di Apotek

Pada penjualan obat di Apotek, umumnya menggunakan HJA

dengan rumus :

HJA = Harga jual + (% kenaikan x Harga jual)

Berapakah harga Allopurinol 100 mg apabila satu tablet berharga

Rp 500 dan persen kenaikan allopurinol 100 mg adalah 25 %?

HJA = Rp 500 + (0,25 x Rp 500)

HJA = 1,25 x Rp 500

HJA = Rp 625

5.3. Manajemen Farmasi

Manajemen farmasi berfokus pada Drug Management Cycle seperti

pada gambar di bawah ini :

Pada Drug Management Cycle, peran manajerial harus diterapkan.

Peran manajerial tersebut adalah perencanaan, penyusunan,

pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan.

6.

54

Page 55: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

55

Page 56: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam : Seri Farmasi Industri 2, Edisi Revisi, ITB, Bandung, Indonesia.

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Anonim, 1994, Kodifikasi Peraturan Perundang-Undangan Obat Tradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Anonim, 2012, Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia.

Anonim, 2013, MIMS Petunjuk Konsultasi 2013/2014, Gramedia, Jakarta, Indonesia.

Anonim, 2014, 2014 Evidence Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults : Report from the Panel Member Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8), American Medical Association, Amerika.

Anonim, 2015, 2015 American Diabetes Association Diabetes Guideline, American Diabetes Association, Amerika.

Ansel, H C., 2010, Pharmaceutical Calculation, 13th Edition, Lippincott Wiliam & Wilkins, Philadephia.

Ansel, H C., Allen, L V., Popovich, N G., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery Systems, 9th Edition, Lippincott Wiliam & Wilkins, Philadephia.

Cairns, Donald, 2008, Essential of Pharmaceutical Chemistry, Third Edition, Pharmaceutical Press, London, Inggris.

DiPiro, J T., Wells, B G., Schwinghammer, T L., DiPiro, C V., 2015, Pharmacotherapy Handbook 9th Edition, McGraw-Hill Education, New York, Amerika.Djunarko, I., Hendrawati, Y D., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, Citra

Aji Pratama, Yogyakarta.Gandjar, I G., Rohman, A., 2010, Kimia Farmasi Analisis, Cetakan IV, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.Hartini, Y S., Sulasmono., 2007, Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan

Perundang-undangan terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan Permenkes tentang Apotek Rakyat, USD Press, Yogyakarta.

Hendriati, L, 2013, Compounding dan Dispensing, Graha Ilmu, Yogyakarta.Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2009,

Peraturan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

56

Page 57: HALAMAN JUDUL - Web viewGolongan penisilin, golongan kuinolon, golongan makrolida, ... Biofarmasetika. Pada pembuatan obat, harus diperhatikan kelas penggolangan obat menurut BSC

Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Lachman, L., Lieberman, H A., Kanig, J L., 1986, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea & Febiger, Philadephia.

Neal, M J, 2012, Medical Pharmacology at A Glance, Seventh Edition, Wiley-Blackwell, Inggris.

Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, Leskonfi, Jakarta.Priyanto, 2009, Toksikologi : Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian

Resiko, Leskonfi, Jakarta.Seto, S., Nita, Y., Triana, L., 2012, Manajemen Farmasi : Apotek, Rumah Sakit,

Pedagang Besar Apotek, dan Industri Farmasi Edisi Ketiga, Airlangga University Press, Surabaya.

Swarbrick, J, 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd Edition, Informa Helathcare, Amerika.

Waller, G D., Sampson, A P., Renwick, A., Hillier, K., 2014, Medical Pharmacology and Therapeutics, Fourth Edition, Elsevier, Inggris.

Winter, M E., 2014, Basic Clinical Pharmacokinetics, Fifth Edition, Lippincott William and Wilkins, Amerika.

World Health Organization, 2003, Drug and Therapeutic Commites : A practical Guide, Department Of Essential Drug And Medicine Policy Geneva, Switzerland.

World Health Organization, 2009, WHO Pain Relief Ladder, WHO, Geneva, Switzerland.

57