hal wanita tampil

2
HAL WANITA TAMPIL Karena Kiai Sudrun diketahui orang terkadang melatarbelakangi penciptaan dan pementasan karya-karya seni—misalnya qasidah, seni hadrah, bahkan seni musik dan teater— maka banyak ia diserbu pertanyaan, “Apakah wanita Muslimah diperbolehkan untuk tampil di panggung?” Dari forum ke forum, ada berbagai “tahap” jawaban Sudrun. Tapi akhir-akhir ini ia menjawab—“Saya setuju sepenuhnya bahwa wanita dilarang tampil di panggung atau pokoknya di muka umum!” Para penganut “wanita dilarang tampil” tentu saja senang mendengar pernyataan Sudrun. Tapi para penganut “wanita boleh tampil” jadi belingsatan. “Apa maksud Kiai?” mereka bertanya. “Ya pokoknya tidak boleh tampil!” jawab Sudrun tegas. “Tak boleh naik panggung?” “Tak boleh!” “Main drama? Baca sajak?” “Tak boleh!” “Pidato? Baca Qur’an?” “Tak boleh!” “Lho! Bagaimana ini! Bagaimana kalau jalan-jalan keluar rumah? Itu kan namanya tampil juga di depan umum! Jalan raya kan juga bisa berfungsi seperti panggung?” “Ya! Wanita tak boleh tampil!” “Kalau begitu taruh saja kaum wanita di dalam almari atau kulkas, atau bungkus dalam karung!” “Lho, kenapa harus begitu?” surun ganti bertanya. “Katanya tidak boleh tampil…?” Sudrun tertawa. “Yang namanya wanita tampil itu adalah manusia yang menampilkan kewanitaannya,” katanya, “kalau Benazir Bhutto berpidato, yang tampil adalah seorang Perdana Menteri. Benazir menampilkan kepemimpinannya, intelektualitasnya, prestasinya, fungsi sosialnya—dan bukan kewanitaannya. Kalau Anda pacaran dengan cara silaturrahmi intelektual atau rohaniah, maka dialog yang terjadi bukanlah terutama dialog antara lelaki dengan wanita, atau apalagi antara kelelakian dengan kewanitaan; kecuali kalau Anda pacaran secara anak muda sekarang pada umumnya. Jadi maksud saya “wanita dilarang tampil” ialah dalam konteks bahwa seorang manusia yang kebetulan berjenis wanita itu tidak boleh menonjolkan benda atau unsur-unsur kewanitaannya, entah melalui glasnost aurat,

Upload: faishal-himawan

Post on 11-Aug-2015

68 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hal wanita tampil

HAL WANITA TAMPIL

Karena Kiai Sudrun diketahui orang terkadang melatarbelakangi penciptaan dan

pementasan karya-karya seni—misalnya qasidah, seni hadrah, bahkan seni musik dan teater—

maka banyak ia diserbu pertanyaan, “Apakah wanita Muslimah diperbolehkan untuk tampil di

panggung?”

Dari forum ke forum, ada berbagai “tahap” jawaban Sudrun. Tapi akhir-akhir ini ia

menjawab—“Saya setuju sepenuhnya bahwa wanita dilarang tampil di panggung atau

pokoknya di muka umum!”

Para penganut “wanita dilarang tampil” tentu saja senang mendengar pernyataan

Sudrun. Tapi para penganut “wanita boleh tampil” jadi belingsatan.

“Apa maksud Kiai?” mereka bertanya.

“Ya pokoknya tidak boleh tampil!” jawab Sudrun tegas.

“Tak boleh naik panggung?”

“Tak boleh!”

“Main drama? Baca sajak?”

“Tak boleh!”

“Pidato? Baca Qur’an?”

“Tak boleh!”

“Lho! Bagaimana ini! Bagaimana kalau jalan-jalan keluar rumah? Itu kan namanya

tampil juga di depan umum! Jalan raya kan juga bisa berfungsi seperti panggung?”

“Ya! Wanita tak boleh tampil!”

“Kalau begitu taruh saja kaum wanita di dalam almari atau kulkas, atau bungkus

dalam karung!”

“Lho, kenapa harus begitu?” surun ganti bertanya.

“Katanya tidak boleh tampil…?”

Sudrun tertawa. “Yang namanya wanita tampil itu adalah manusia yang menampilkan

kewanitaannya,” katanya, “kalau Benazir Bhutto berpidato, yang tampil adalah seorang

Perdana Menteri. Benazir menampilkan kepemimpinannya, intelektualitasnya, prestasinya,

fungsi sosialnya—dan bukan kewanitaannya. Kalau Anda pacaran dengan cara silaturrahmi

intelektual atau rohaniah, maka dialog yang terjadi bukanlah terutama dialog antara lelaki

dengan wanita, atau apalagi antara kelelakian dengan kewanitaan; kecuali kalau Anda pacaran

secara anak muda sekarang pada umumnya. Jadi maksud saya “wanita dilarang tampil” ialah

dalam konteks bahwa seorang manusia yang kebetulan berjenis wanita itu tidak boleh

menonjolkan benda atau unsur-unsur kewanitaannya, entah melalui glasnost aurat,

Page 2: Hal wanita tampil

sensualitas, lenggak-lenggok merangsang, atau bentuk ekspresi kewanitaan apa pun. Allah

melarang wanita tampil sesungguhnya dengan maksud agar kaum wanita tertantang untuk

mensosialisasikan prestasi kemanusiaannya. Kalau yang disosialisir adalah anasir seksualnya,

entah lewat pacaran liberal, lewat buka-buka paha di film atau tabloid—itu dilarang oleh

segala pertimbangan kebudayaan dan peradaban yang sehat. Soalnya, kaum lelaki pasti

senang melihat unsur kewanitaan ditonjol-tonjolkan. Tapi lelaki yang punya pikiran tentang

kesehatan rohani, kesehatan mekanisme kultur, atau kesehatan dalam arti apa pun—tentu

meletakkan kesenangannya itu pada nomer dua puluh tujuh. Lelaki yang sehat akal budinya

selalu hidup tidak terutama berdasar kesenangan, tapi kebaikan dan kesehatan…”

Emha Ainun Nadjib. Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai. Hal. 191—192.