hakikat pendidikan dry.pdf

Upload: hudri-abu-kayyisa

Post on 05-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    1/19

    HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM

    Makalah ini disusun guna memenuhi tugas

    Mata kuliah: Filsafat Pendidikan Islam

    Dosen Pengampu: Dr. Sumedi, M.Ag

    Oleh:

    HUDRI, S.Pd.I

     NIM. 1520420015

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

    KONSENTRASI GURU KELAS

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN PASCA SARJANA (S2)

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    2/19

    HAKIKAT PENDIDIKAN (ISLAM)

    Oleh: HUDRI, S.Pd.I

    A. Pendahuluan

    1.  Latar Belakang Masalah

    Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep

    serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-

    nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang

    melaksanakan pendidikan. Nilai yang dijunjung tinggi itu dijadikan norma untuk

    menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan.

    Sedangkan nilai-nilai ini tidaklah diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman

    mendidik, tetapi secara normatif bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat,

     pandangan hidup dan keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.

    Untuk memahami ajaran Islam tentang pendidikan, maka yang paling utama

    yang harus dipahami ialah hakikat manusia menurut Islam, sebab pendidikan itu

    adalah untuk manusia. Jika dibandingkan dengan makhluk lain, manusia adalah

    makhluk yang terlemah, sedangkan rohaninya atau akal budi dan kemauannya sangat

    kuat. Manusia memang tidak dapat terbang seperti burung, tidak dapat berenang

    selincah ikan, dan tidak punya tenaga sekuat gajah. Namun demikian, manusia

    memiliki kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta nuraninya

    memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksanana untuk dirinya

    maupun lingkungannya. Dengan demikian manusia bisa mengatasi kelemahannya

    tersebut.

    Menurut al-Syaibani manusia itu terdiri dari tiga unsur yang sama pentinggnya,

    yaitu jasmani, akal dan ruhani. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan harus

    mengembangkan jasmani, akal dan ruhani manusia secara seimbang dan

    terintegrasi.1  Bahkan menurut Ali Ashraf, pendidikan Islam tidak akan dapat

    dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang

     pengembangan individu seutuhnya.2 

    Orang Yunani, lebih kurang 600 tahun sebelum masehi telah mengingatkan

     bahwa tugas pendidikan ialah membantu manusia menjadi manusia. Tatkala kita

    1

     Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Integrasi Jasmani, Rohani, Dan Kalbu, Memanusiakan Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Hlm. 26.

    2 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Hlm. 19.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    3/19

    mendidik seseorang, seringkali yang kita didik adalah otak (akal)-nya, belum tentu

    kita mendidik manusia-nya. Karenanya pendidikan yang kita lakukan hanya

    menghasilkan kecerdasan manusia yang belum tentu berupa manusia yang cerdas;

     pendidikan yang kita lakukan hanya menghasilkan keterampilan manusia yang belum

    tentu berupa manusia yang terampil.

    Oleh karena itu, pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan

    (integrasi) antara pendidikan qalbiyah dan ‘aqliyah sehingga mampu menghasilkan

    manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Di samping

    itu, setiap manusia dibekali dengan potensi masing-masing yang dapat membentuk

    dirinya sebagai khalifah  sekaligus  Abd’   yang mampu mengembangkan potensinya

    serta menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, dan

    lingkungannya.

    2.  Rumusan Masalah

    a.  Apa Pengertian Pendidikan Islam?

     b. 

    Apa Sumber dan Dasar Pendidikan Islam?

    c.  Bagaimanakah Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam?

    d.  Bagaimanakah Kurikulum Pendidikan Islam?

    B. Hakekat Pendidikan Islam

    1.  Pengertian Pendidikan Islam

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

     belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

     potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

    kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat bangsa dan Negara.3 

    Menurut Muhammad SA Ibrahimy, Pendidikan Islam berarti sistem

     pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai

    dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai

    dengan ajaran Islam.4 A. Marimba (1989:19) mencoba mempersempit lagi definisi

     pendidikan, yaitu sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar yang dilakukan oleh

    3 UU SPN No. 20 Tahun 2003 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1.

    4 Bukhari Umar, Opcit , Hlm. 27.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    4/19

     pendidik terhadap peserta didik dalam mengembangkan jasmani dan ruhaninya,

    menuju terbentuknya kepribadian yang utama.5 

    Bukhari Umar merumuskan pendidikan Islam sebagai proses transformasi

    dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui

     pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan

    kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.6 

    Selanjutnya, Muhammad As-Said berpendapat bahwa pendidikan Islam

    adalah pendidikan Islami, pendidikan yang punya karakteristik dan sifat keislaman,

    yakni pendidikan yang didirikan dan dikembangkan di atas dasar ajaran Islam. Hal

    ini memberi arti yang signifikan, bahwa seluruh pemikiran dan aktivitas pendidikan

    Islam tidak mungkin lepas dari ketentuan bahwa semua pengembangan dan aktivitas

    kependidikan Islam haruslah benar-benar merupakan realisasi atau pengembangan

    dari ajaran Islam itu sendiri.7 

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pendidikan Islam harus

    dipahami secara menyeluruh sebagai suatu proses yang utuh tanpa dipisahkan antara

    satu dengan yang lain, karena pendidikan Islam bukanlah hanya sekedar pemindahan

     pengetahuan dari seorang guru kepada muridnya atau bimbingan dari seorang

    dewasa kepada anak, akan tetapi pendidikan Islam harus berorientasi kepada tujuan

    yaitu memproses peserta didik menjadi manusia yang matang dan dewasa dalam

    segala aspek kepribadiannya. Dalam konsep filsafat pendidikan bahwa pendidikan

    adalah usaha sadar membantu manusia menjadi manusia.8 

    Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada

    term al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut term  yang

     populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.

    Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padalah kedua

    istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.9 

    Kendatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga term  tersebut memiliki

    kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term  memiliki perbedaan, baik

    secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan

    5 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2010), 17.

    6 Bukhari Umar, Opcit , Hlm. 29.

    7 Muhammad As-Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011), Hlm. 10.

    8

     Ahmad Tafsir, Opcit , Hlm. 33.9  Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, Dan Praktis, (Jakarta:

    Ciputat Pers, 2002). Hlm. 25.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    5/19

    analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi

    tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.

    a.  Al-Tarbiyah

    Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari beberapa akar kata antara lain;

    Pertama  raba-yarbu  yang pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh,

     berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau

    eksistensinya.10 Makna ini dapat dilihat dalam firman Allah Swt,

                                                        “dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah

     pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah.

    11

     

    Kedua, rabiya-yarba dengan wazan (bentuk) khafiya-yakhfa, yang berarti

    menjadi besar. atas dasar makna inilah Ibnu al-Arabi mengatakan:

    زاءفىعئالسكیفم

     

    ى وبھا ربی تى بمكَّة من  

    “Jika orang bertanya tentang diriku, maka Mekah adalah tempat

    tinggalku dan di situlah aku dibesarkan.12 

    Ketiga rabba-yurabbiy-tarbiyatan dengan wazan  fa’ala-yufa’ilu-taf’ilan 

    yang berarti mendidik dan mengasuh. Kata ini ditemukan dalam al-Qur’an surah

    al-Isra’ [17] ayat 24,

                                                                            

           “dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

    kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

    keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".13 

    Menurut Syekh Ali, kata rabba memiliki arti yang banyak yakni merawat,

    mendidik, memimpin, mengumpulkan, menjaga, memperbaiki, mengembangkan,

    dan sebagainya. Daim menyimpulkan bahwa makna tarbiyah adalah merawat dan

    memperhatikan pertumbuhan anak, sehingga anak tersebut tumbuh dengan

    10 Samsul Nizar, Opcit , Hlm. 25

    11

     Q.S. Ar-Ruum [30]: 39).12 Bukhari Umar, Opcit , Hlm. 22.

    13 Q.S. Al-Isra’ [17] : 24.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    6/19

    sempurna sebagaimana yang lainnya, yaitu sebuah kesempurnaan dalam setiap

    dimensi dirinya, badan (kinestetik), roh, akal, kehendak, dan lain sebagainya.14 

    Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah

     bersumber pada pendidikan yang diberikan Islam yaitu pendidikan yang diberikan

    Allah sebagai “pendidik” bagi seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam

    konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-

    tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan15, yaitu:

    1) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh)

    2) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan

    3) 

    Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan

    4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

    Dari penjelasan tersebut dapat diringkas bahwa prinsip-prinsip dasar

     pengertian tarbiyah dalam Islam adalah:16 

    1)  Murabbi (pendidik) yang sebenarnya hanyalah Allah, karena Dia Pencipta

    fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan paling tahu tentang hakikat

    manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari terus menerus siapa sebenarnya

    manusia itu sesuai dengan perintah Tuhan.

    2) Penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua dimensi manusia baik

    materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati, kehendak,

    kemauan adalah tanggung jawab manusia sebagai konsekwensi menjalankan

    fungsinya sebagai hamba Tuhan dan sebagai fungsi khalifah.

    3) 

    Dalam proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan dasarnya dari Al-

    Qur’an dan Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-

     Nya.

    4) 

    Setiap aktivitas tarbiyah mengarah kepada penumbuhan, perbaikan,

    kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam diri manusia, baik

    aktivitas itu direkayasa atau secara nattural.

    5) 

    Tarbiyah yang direkayasa mengharuskan adanya rencana yang teratur,

    sistematis, bertahap, berkelanjutan dan fleksibel.

    6) Bahwa yang menjadi subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah

    manusia.

    14 Bukhari Umar, Opcit , Hlm. 22.

    15

     Samsul Nizar, Opcit, Hlm. 26.16  Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna  (Falsafah Pendidikan Islam)

    (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), Hlm. 22.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    7/19

    7) 

    Kata tarbiyah tidak terbatas pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu,

     budaya, tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan kepribadian (transformatif )

    yang dilakukan secara bertahap.

    b.  At- Ta’lim

    Istilah al-Ta’lim  telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan

     pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding

    dengan al-Tarbiyah  maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim

    sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa

    adanya batasan dan ketentuan tertentu.17 

    Jalal memberikan alasan bahwa proses ta’lim  lebih umum dibandingkan

    dengan proses tarbiyah.18 

    1) Ketika mengajarkan membaca al-Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah

    Saw tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan

    membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian,

    tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri

    (tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap

    menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya

    dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya.

    2) 

    Kata ta’lim  tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan

     prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang

    lahir dari dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta.

    3) 

    Kata ta’lim  mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang

    dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik.

    Dengan demikian kata ta’lim  menurut Jalal mencakup ranah kognitif,

    afektif, dan  psikomotorik   dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas

     pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu

    Abrasyi, menjelaskan kata ta’lim  hanya merupakan bagian dari tarbiyah  karena

    hanya menyangkut domain kognitif . Al-Attas menganggap kata ta’lim lebih dekat

    kepada pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada pembelajaran, bahkan

     jangkauan aspek kognitif tidak memberikan porsi pengenalan secara mendasar.19 

    17

     Samsul Nizar, Opcit , Hlm. 27.18 Maragustam, Opcit , Hlm. 25-26.

    19  Ibid , Hlm. 26.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    8/19

    c.  Ta’dib

    Al-Attas menawarkan satu istilah lain yang menggambarkan pendidikan

    Islam, dalam keseluruhan esensinya yang fundamental yakni kata ta’dib. Istilah

    ini mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan

     pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah ta’dib dapat mencakup beberapa aspek

    yang menjadi hakikat pendidikan yang saling berkait, seperti ‘ilm  (ilmu), ‘adl  

    (keadilan), hikmah  (kebajikan), ‘aml   (tindakan), haqq  (kebenaran), natq 

    (nalar) nafs (jiwa), qalb  (hati), ‘aql  (akal), maratib  dan derajat (tatanan hirarkis),

    ayah ( simbol ), dan adb  (adab). Dengan mengacu pada kata adb dan kaitan-

    kaitanya seperti di atas, definisi pendidikan bagi al-Attas adalah: Sebagai

     pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam

    manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan

     penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan

    dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan

    kepribadian.20 

    Makna al -ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-

    angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat

    yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.21 

    Dengan demikian, Pendidikan adalah segala upaya, latihan dan sebagainya

    untuk menumbuhkembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia baik

    secara mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia yang dewasa dan

     bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur. Sedangkan pendidikan

    Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang

    mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba

    Allah sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan manusia di dunia dan

    akhirat.

    Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia

    dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap.

    Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi

     perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui

     proses demi proses ke arah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya22.

    20

      Ibid , Hlm. 2621 Samsul Nizar, Opcit , Hlm. 30

    22 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III, Jakarta ; Bumi Aksara, 199), Hlm. 11

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    9/19

    Dalam studi pendidikan, sebutan “pendidikan Islam” pada umumnya

    dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang

    keagamaan. Dapat juga diilustrasikan bahwa pendidikan yang mampu membentuk

    “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan agung dalam

    moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam meperoyeksi diri untuk memperoleh

    “insan kamil ”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun diyakini

     baru hanya Nabi Muhammad Saw yang telah mencapai kualitasnya23. Lapangan

     pendidikan Islam diidentik dengan ruang lingkup pendidikan Islam yaitu bukan

    sekedar peroses pengajaran (face to face), tapi mencakup segala usaha penanaman

    (internalisasi) nilai-nilai Islam ke dalam diri subyek didik 24.

    2.  Sumber dan Dasar Pendidikan Islam

    Sumber pendidikan yang dimaksud di sini adalah semua acuan atau rujukan

    yang darinya memancar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinter-

    nalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber ini tentunya telah diyakini kebenaran

    dan kekuatannya dalam mengantar aktivitas pendidikan, dan telah teruji dari waktu

    ke waktu.25 

    Di dalam pendidikan Islam terdapat beberapa sumber pendidikan, para ahli

    sependapat bahwa al-Qur’an dan as-Sunnah adalah sumber pendidikan Islam

    sebagaimana mereka juga sependapat bahwa al-Qur’an adalah sumber utama yang

     pertama dan as-Sunnah sumber utama kedua.

    a.  Al-Qur’an

    Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan yang paling utama pendidikan

    Islam. al-Qur’an memiliki konsep pendidikan yang utuh, hanya saja tidak mudah

    untuk diungkap secara keseluruhannya karena luas dan mendalamnya pembahasan

    itu di dalam al-Qur’an disamping juga keterbatasan kemampuan manusia untuk

    memahami keseluruhannya dengan sempurna. Dan pendidikan al-Qur’an juga

    memiliki pengaruh yang dahsyat apabila dipahami dengan tepat dan diikuti dan

    diterapkan secara utuh dan benar. Karenanya menjadikan al-Qur’an sebagi sumber

     bagi pendidikan Islam adalah keharusan bagi umat Islam.26 

    23 Muslim Usa Dan Aden Wijdan SZ.,  Pemikiran Islam Dalam Peradaban Industrial , Yogyakarta:

    Aditya Media, 1997. Hlm., 35-3624

     Nasir Budiman.  Pendidikan Dalam Persepektif Al-Qur’an, Cet.I, Jakarta: Madani Press, 2001.

    Hlm. 1.25

     Bukhari Umar, Opcit , Hlm. 31.26  Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat , (Jakarta,

    Gema Insani,1983), Hlm. 28.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    10/19

    10 

    Islam adalah agama yang membawa misi umatnya menyelenggarakan

     pendidikan dan pengajaran. Al-Qur`an merupakan landasan paling dasar yang

    dijadikan acuan dasar hukum tentang Pendidikan Islam. Firman Allah tentang

    Pendidikan Islam dalam al-Qur`an Surat al-Alaq ayat 1-5:

                                                                           

                                                            “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia

    Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

    Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan

     perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidakdiketahuinya.”

    Dari ayat-ayat tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa seolah-

    olah Tuhan berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta

    manusia (dari segumpal darah), selanjutnya untuk memperkokoh keyakinan dan

    memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan

     pengajaran.

    b. As-Sunnah

    As-Sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari Nabi

    Muhammad Saw yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau

     budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Di

    dalam dunia pendidikan, as-Sunnah memiliki dua manfaat pokok. Manfaat

     pertama, as-Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan

    Islam sesuai dengan konsep al-Qur’an, serta lebih merinci penjelasan al-Qur’an.

    Kedua, as-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode

     pendidikan.27 

    c.  Ijtihad

    Ijtihad merupakan istilah para fuqaha, yakni berfikir dengan menggunakan

    seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan  syari’at   Islam untuk menetapkan atau

    menentukan sesuatu hukum syariat Islam. Ijtihad dalam hal ini meliputi seluruh

    aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-

    Qur’an dan Sunnah.28  Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-

     

    27 H. Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Lembaga Pendidikan Umat, 2005), Hlm. 17.

    28  Ibid , Hlm. 18.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    11/19

    11 

    Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat oleh para ahli pendidikan

    Islam.

    Sedangkan dasar dari pendidikan Islam itu sendiri terdiri dari tujuh

    landasan operasional antara lain:

    a.  Dasar religius; yaitu dasar yang diturunkan dari ajaran agama.

     b.  Dasar historis; yaitu dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa

    lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan, agar

    kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik.

    c.  Dasar sosiologis; yaitu dasar yang memberikan kerangka sosio-budaya sebagai

    acuan dalam pelaksanaan pendidikan.

    d.  Dasar ekonomi; yaitu dasar yang memberikan persepektif tentang potensi-

     potensi financial, menggali dan mengatur sumber-sumber serta bertanggung

     jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaannya.

    e.  Dasar politik dan administratif; adalah dasar yang memberikan bingkai

    ideologis yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang

    dicita-citakan dan direncanakan bersama.

    f.  Dasar psikologis; yaitu dasar yang memberikan informasi tentang bakat, minat,

    watak, karakter, motivasi, dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga

    administrasi serta sumber daya manusia yang lain.

    g.  Dasar filosofis; yaitu dasar yang memberikan kemampuan memilih yang

    terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada

    semua dasar-dasar operasional lainnya.29 

    3.  Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

    a.  Pendidik

    Di dalam ilmu pendidikan yang dimaksud dengan pendidik ialah semua

    yang mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu manusia, alam, dan

    kebudayaan. Manusia, alam dan kebudayaan inilah yang sering disebut dalam

    ilmu pendidikan sebagai lingkungan pendidikan.30 

    Dalam perspektif pendidikan Islam pendidik adalah orang yang

     bertanggung jawab terhadap upaya pertumbuhan jasmani dan perkembangan

    rohani peserta didik agar dapat menunaikan tugas-tugas kemanusiaan yang sesuai

    dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu pendidik dalam konteks ini tidak

    29 Lihat Bukhari Umar, Hlm 47-49

    30 Ahmad Tafsir, Opcit , Hlm. 170.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    12/19

    12 

    hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah saja tetapi semua orang

    yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai dari alam kandungan sampai ia

    dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.31 

    Istilah lain yang lazim digunakan untuk seorang pendidik adalah guru.

    Bedanya antara pendidik dengan guru adalah kalau seorang pendidik dipakai di

    lingkungan formal, informal, maupun non formal. Sedangkan guru seringkali

    dipakai di lingkungan formal. Orang yang pertama kali bertanggung jawab

    terhadap pendidikan adalah orang tuanya, sebab adanya pertalian darah yang

    secara langsung bertanggung jawab atas masa depan anak-anaknya. Orang tua

    disebut juga sebagai pendidik kodrat. Namun karena orang tua tidak mempunyai

    kemampuan waktu dan suatu hal yang lainnya. Oleh karena itu orang tua

    menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yang memiliki

    kompetensi untuk melaksanakan tugas mendidik.32 

    Keutamaan seorang pendidik terletak pada tugas yang mulai

    dilaksanakannya. Tugas yang dilakukan oleh seorang pendidik hampir sama

    dengan tugas seorang Rasul. yang berarti tugas pendidik sebagai warasat al-

    anbiya’  pada hakekatnya mengemban misi rahmatan lil ‘alamin. Yakni suatu misi

    yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah Swt

    supaya memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Menurut al-Ghazali tugas

     pendidik yang paling utama adalah menyempurnakan, membersihkan,

    mensucikan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt .33 

    Selanjutnya seorang pendidik memiliki beberapa tugas, antara lain:

    1) Membimbing peserta didik

    2) Mencari pengenalan terhadap peserta didik mengenai kebutuhan, kesanggupan,

     bakat, minat, dan sebagainya

    3) 

    Menciptakan situasi untuk pendidikan, situasi pendidikan yaitu suatu keadaan

    di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasil

    yang memuaskan.

    31

     Ramayulis, Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), Hlm. 138.32 Hamdani Ihsan, Dkk , Fisafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), Hlm. 93.

    33  Ibid , Hlm. 157.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    13/19

    13 

    4) 

    Memiliki pengetahuan yang diperlukan, baik itu pengetahuan keagamaan

    maupun pengetahuan yang lainnya. Pengetahuan ini tidak sekedar sebatas

    diketahui saja, akan tetapi ilmu itu juga harus diamalkan dan di yakini.34 

    5) 

    Sebagai pengajar (intruksional ) bertugas merencanakan program pengajaran

    dan melaksanakan program yang telah disusun, penilaian setelah program itu

    disusun.

    6) 

    Sebagai pemimpin (managerial ) yang memimpin dan mengendalikan diri

    sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait.35 

    b. Peserta Didik

    Ada beberapa sebutan lain bagi peserta didik dalam Bahasa Indonesia, yaitu

    istilah murid, dan peserta didik. Istilah murid dipahami sebagai orang yang sedang

     belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan. Peserta didik

    dipahami sebagai pendidik menyayangi murid sebagaimana anaknya sendiri dan

    dalam hal ini faktor kasih sayang pendidik terhadap peserta didik dianggap kunci

    keberhasilan pendidikan. Adapun istilah peserta didik adalah sebutan yang paling

    mutakhir, istilah ini menekankan pentingnya peserta didik berpartisipasi dalam

     proses pembelajaran.36  Dengan demikian, menurut Ahmad Tafsir yang dikutip

    oleh Zainuddin bahwa perubahan sebutan dari murid ke peserta didik bermaksud

    memberikan perubahan pada peran peserta didik dalam proses belajar mengajar.37 

    Defenisi lain dalam khazanah pendidikan Islam klasik, al-Subkiy

    menggunakan term thalib  (jamak: thalabat   atau thullab), mutafaqqih  (jamak:

    mutafaqqihun),  faqih  (jamak:  fuqaha) dan tilmidz   (jamak: talamidz ) untuk

    menunjukkan pada penuntut ilmu (pelajar) pada madrasah Nizhamiyah. Imam al-

    Haramain disebut-sebut pernah memakai perkataan  faqih untuk menyapa murid-

    muridnya. Mengenai hal ini, al-Subkiy melukiskan dengan indah sebuah dialog

    singkat yang terjadi antara al-Juwaini dan murid kesayangannya, al-Ghazali,

    dalam bukunya berjudul thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra.38 

    34  Ibid , Hlm. 94.

    35 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2002) hlm. 63.

    36 Ahmad Tafsir, Opcit , Hlm.165.

    37  Zainuddin dan Mohammad Nasir,  Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Cipta Pustaka Media

    Perintis, 2010), Cet. 1, Hlm. 101.38  Abd. Mukti,  Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizhamiyah Dinasti Saljut , (Bandung : Cipta

    Pustaka Media, 2007), Hlm. 211.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    14/19

    14 

    Term faqih dalam dialog dibuku tersebut menunjuk kepada al-Ghazali yang

    dimaksud dengan  faqih adalah orang yang mempelajari ilmu fiqih dan istilah ini

    identik dengan istilah mutafaqqih. Sementara istilah thalib (penuntut ilmu) biasa

    dipakai untuk orang yang belajar ilmu agama atau ilmu umum sebab kedua-

    duanya disuruh dalam agama. Bedanya kalau yang pertama hukumnya menjadi

    kewajiban bagi setiap muslim ( fardhu ‘ain), maka yang kedua hukumnya menjadi

    kewajiban kolektif ( fardhu kifayah). Sedangkan istilah tilmidz  (murid) berasal dari

    akar kata talammaza artinya belajar, bisa dua-duanya, agama maupun umum.

    Berbeda dengan al-Juwaini, al-Ghazali memakai term thalib  ketika

    menyebut murid-muridnya di madrasah Nizhamiyah Baghdad. Beliau

    menjelaskan bahwa orang yang mempelajari ilmu kalam, kebathinan, filsafat dan

    sufi disebut thalib. Dari keterangan al-Ghazali ini dapat dipahami bahwa wacana

    ilmiah dan kegiatan studi murid-murid madrasah Nizhamiyah Baghdad di bawah

    asuhannya meliputi semua ilmu tersebut.39 

    Peserta didik adalah manusia yang memilki potensi (fitrah)  yang dapat

    dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Di sini tugas pendidikan adalah

    membantu mengembangkan dan mengarahkan perkembangan tersebut sesuai

    dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa melepaskan tugas

    kemanusiannya; baik secara vertikal maupun horizontal. Ibarat sebidang sawah,

     peserta didik adalah orang yang berhak bercocok tanam dan memanfaatkan

    sawahnya (potensi). Sementara pendidik (termasuk orang tua) hanya bertugas

    menyirami dan mengontrol tanaman agar tumbuh subur sebagaimana mestinya,

    sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.40 

    4.  Kurikulum

    Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang

    harus diajarkan oleh pendidik kepada anak didik, tetapi juga segala kegiatan yang

     bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap

    anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Di samping itu,

    kurikulum juga hendaknya dapat dijadikan ukuran kualitas proses dan keluaran

     pendidikan sehingga dalam kurikulum sekolah telah tergambar berbagai

    39

      Ibid , Hlm. 21240Samsul Nizar,  Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta:

    Ciputat Pers, 2002), Hlm. 48-50.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    15/19

    15 

     pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki setiap

    lulusan sekolah.41 

    Secara harfiah, kurikulum berasal dari bahasa Latin, “Curriculum’’ , yang

     berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan berasal dari bahasa Perancis,

    “Courier ”, yang artinya berlari.42 

    Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu “curier ” yang

    artinya pelari dan “Curere” yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari.

    Istilah ini pada mulanya digunakan di dunia olah raga yang berarti a lille recesourse 

    (suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olah raga). Berdasarkan

     pengertian ini, dalam kontek dunia pendidikan, kurikulum berarti “circle of

    instruction” yaitu suatu lingkaran pembelajaran dimana guru dan peserta didik

    terlibat di dalamnya. Adapula yang mengatakan kurikulum ialah arena pertandingan,

    tempat pelajar bertanding untuk menguasai pelajaran untuk mencapai garis penamat

     berupa diploma, ijazah, atau gelar kesarjanaan.43 

    Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang menunjukkan pada

    sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan akhir, yaitu

    mencapai suatu gelar atau ijazah. Pengertian ini sejalan dengan pendapat yang

    mengatakan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang berisi sejumlah

    mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk

    menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.44 

    Dalam kosa kata bahasa Arab, istilah kurikulum dikenal dengan istilah

    manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui manusia dalam

     berbagai bidang kehidupan. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan,

    maka manhaj atau kurikulum adalah jalan terang yang dilalui pendidik atau guru

    latih dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan

    sikap mereka45 

    Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat diketahui pengertian bahwa

    kurikulum adalah landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta

    didik kearah tujuan pengetahuan, keterampilan dan sikap, mental, Ini berarti bahwa

    41  Burhan Nugiyantoro,  Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Sebuah Pengantar

    Teoritis Dan Pelaksanaan (Yogyakarta: BPFE, 1980), Hlm. 21.42

     Nasution, S., Pengembangan Kurikulum. Cet ke-4. (Bandung: Citra.Aditya Bakti,1991), Hlm. 9.43

     Syamsul Nizar, opcit , Hlm. 55-56.44

     Crow and Crow.  Pengantar Ilmu Pendidikan, Edisi ke-1 ( Yokyakarta: Rake Sirasi,1990), Hlm.

    75. 45 Al-Shaibany, Umar Muhammad al-Taumi.  Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, 

    cet. ke-2 (Jakarta, Bulan Bintang,1979), Hlm. 478.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    16/19

    16 

     proses kependidikan Islam bukanlah sustu proses yang dilakukan secara

    serampangan, tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna

    melalui transformasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang

    harus tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam. Di sinilah peran filsafat

     pendidikan Islam dalam memberikan pandangan filosofis tentang hakekat

     pengetahuan. Keterampilan, dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam

     pembentukan manusia yang paripurna.

    Berdasarkan tuntutan perkembangan yang demikian itu, para perancang

    kurikulum dewasa ini menetapkan bahwa kurikulum harus mempunyai empat unsur

    utama, yaitu: (1).Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Maksudnya

    orang yang bagaimana yang ingin kita bentuk melalui kurikulum itu; (2).

    Pengalaman (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktifitas-aktifitas, dan

     pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu, bagian ini pulalah yang

    dimasukkan di silabus; (3). Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru

    untuk mengajar dan mendorong peserta didik belajar dan membawa mereka kearah

    yang dikehendaki oleh kurikulum; (4). Metode dan cara penilaian yang digunakan

    dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang

    direncanakan dalam kurikulum, seperti ujian triwulan, ujian akhir, dan lain-lain.46 

    Berangkat dari keempat hal yang menjadi aspek pokok kurikulum, maka jika

    dikaitkan dengan filsafat pendidikan yang dikembangkan pada pendidikan Islam

    tentu semua akan menyatu dan terpadu dengan ajaran Islam itu sendiri. Pendidikan

    yang merupakan suatu proses memanusiaan manusia pada hakekatnya adalah sebuah

    upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap proses

     pendidikan akan berusaha mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai

    sebuah elemen penting untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat. Dalam

    upaya itu, setiap proses pendidikan membutuhkan seperangkat sistem yang mampu

    mentransformasi pengetahuan, pemahaman, dan perilaku peserta didik. Dan salah

    satu komponen operasional pendidikan sebagai sistem adalah kurikulum, dimana

    ketika kata itu dikatakan, maka akan mengandung pengertian bahwa materi yang

    diajarkan telah tersusun secara sistematik dengan tujuan yang hendak dicapai.

    46 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Yogyakarta, Husna Zikra, 1995), Hlm. 303-304.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    17/19

    17 

    C. Penutup

    1.  Kesimpulan

    Hakikat Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang berlatar belakang

    keagamaan yang dapat membentuk manusia yang unggul secara intelektual, kaya

    dalam amal, dan agung dalam moral menuju “ Insan Kamil ”, yaitu manusia yang

    sempurna dalam segala hal, merujuk pada dasar dan sumber yang telah diakui dan

    dibuktikan kebenarannya sepanjang masa yaitu al-Qur’an dan Hadits serta hasil

     berfikir secara mendalam (ijtihad) yang dilakukan para ulama/intelek dengan

    merujuk pada al-Qur’an dan hadits.

    Dalam upaya merealisasikan proses pendidikan Islam maka dibutuhkan suatu

    sistem pengelolaan yang mampu mentransformasikan pengetahuan, keterampilan dan

     perilaku peserta didik menjadi suatu kepribadian yang utuh dalam satu komponen

    operasional yang tidak terpisahkan. Dengan demikian, seorang pendidik harus dapat

    menciptakan suatu rancangan (kurikulum) yang tepat bagi terciptanya peserta didik

    sebagai manusia yang cerdas dan berbudi luhur.

    2.  Saran

    Setelah merumuskan makna dan hakikat pendidikan Islam, Maka kami

     berharap pendidikan Islam khususnya di Indonesia dapat terapkan berdasarkan

    syari’at dan ajaran Islam yang dapat memberikan kemampuan dan keterampailan,

    sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dalam melestarikan alam yang

    telah dianugerahkan Allah Swt kepada manusia sebagai pengganti (khalifah) Allah di

    muka bumi ini.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    18/19

    18 

    DAFTAR PUSTAKA

    A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press, 2010.

    Abd. Mukti, Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizhamiyah Dinasti Saljut , Bandung : CiptaPustaka Media, 2007.

    Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat ,

    (Jakarta, Gema Insani,1983.

    Ahmad Tafsir,  Filsafat Pendidikan Islam, Integrasi Jasmani, Rohani, Dan Kalbu,

     Memanusiakan Manusia, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

    Al-Shaibany, Umar Muhammad al-Taumi.  Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan

     Langgulung, cet. ke-2. Jakarta, Bulan Bintang,1979.

    Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2010.

    Burhan Nugiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Sebuah Pengantar

    Teoritis Dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE, 1980.

    Crow and Crow. Pengantar Ilmu Pendidikan, Edisi ke-1. Yokyakarta: Rake Sirasi,1990.

    H. Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Lembaga Pendidikan Umat, 2005.

    Hamdani Ihsan, Dkk , Fisafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

    Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Yogyakarta, Husna Zikra, 1995.

    M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III, Jakarta ; Bumi Aksara, 1999.

    Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna  (Falsafah Pendidikan

    Islam). Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.

    Muhammad As-Said, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011.

    Muslim Usa Dan Aden Wijdan SZ.,  Pemikiran Islam Dalam Peradaban Industrial ,Yogyakarta: Aditya Media, 1997.

     Nasir Budiman.  Pendidikan Dalam Persepektif Al-Qur’an, Cet.I, Jakarta: Madani Press,

    2001.

     Nasution, S., Pengembangan Kurikulum. Cet ke-4. Bandung: Citra.Aditya Bakti,1991.

    Ramayulis, Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

    Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

  • 8/16/2019 hakikat pendidikan dry.pdf

    19/19

    19 

    Samsul Nizar,  Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,

    Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

    Zainuddin dan Mohammad Nasir,  Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Cipta Pustaka

    Media Perintis, 2010.