hakikat pendidikan dan perkembangan peradaban manusia

22
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Singkawang, September 2015 Penyusun i | Pengantar Pendidikan

Upload: sekolah-tinggi-keguruan-dan-ilmu-pendidikan

Post on 14-Apr-2017

1.505 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Singkawang, September 2015

Penyusun

i | Pengantar Pendidikan

Page 2: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Pengantar Pendidikan 2

B. Hakikat Pendidikan 3

B.1 Pengertian Hakikat Pendidikan 3

B.2 Hakikat Pendidikan Menurut Islam 7

C. Tujuan Pendidikan 7

D. Makna Peradaban bangsa 9

E. Pendidikan Sebagai Penyangga Peradaban Bangsa 10

BAB III PENUTUP 13

A. Kesimpulan 13B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

ii | Pengantar Pendidikan

Page 3: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPada dasarnya Hakikat Pendidikan sangatlah luas. Hakikat Pendidikan

bukanlah hanya sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam Hakikat Pendidikan banyak hal menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam ilmu pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami mempelajari lebih dalam mengenai Hakikat Pendidikan diluar tugas yang telah ditentukan.

B. Tujuan Tujuan dari makalah Hakikat Pendidikan ini adalah untuk memberi

pemahaman pada pembaca mengenai Hakikat Pendidikan serta hal-hal yang terkandung didalamnya.

1 | Pengantar Pendidikan

Page 4: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian PendidikanMakna Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.

Sekedar memperjelas pengertiannya, berikut ini kita kutip beberapa definisi : 1. Raka Joni, Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai

oleh keseimbang antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan.

2. Langeveld, Pendidikan itu sebagai suatu ilmu pengetahuan praktis, karena ilmu itu membicarakan perbuatan atau perilaku manusia secara khusus, yaitu perbuatan mendidik, meskipun didalamnya terdapat banyak pembahasan mengenai hal-hal yang bersifat teoritis.

3. Garis Besar Haluan Negara, Usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dengan kemampuan didalam dan diluar sekolah, dan belangsung seumur hidup serta dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Terlepas dari berbagai macam definisi pendidikan yang diutarakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. UsahaPendidikan mengandung unsur usaha. Hal ini dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan yang telah direncanakan.

2. TujuanPendidikan harus memiliki sebuah tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk terfokusnya sistem pendidikan yang berlangsung.

3. LingkunganPendidikan harus memiliki suatu lingkungan tertentu. Tanpa adanya lingkungan tersebut, maka pendidikan yang berlangsung akan berjalan dengan tidak teratur.

4. KesengajaanPendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar.

2 | Pengantar Pendidikan

Page 5: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

B. Hakikat PendidikanB.1 Pengertian Hakikat Pendidikan

Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya dapat melahirkan jawaban yang berbeda-beda mengenai apakah hakikat pendidikan itu.

Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.

Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua kelompok besar yaitu :1. Pendekatan Redaksional

Teori-teori / pendekatan redaksional sangat banyak dikemukakan di dalam khazanah ilmu pendidikan. Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan reduksionaisme sebagai berikut :1. Pendekatan Pedagogis/Pedagogisme.

Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan menjadi manusia dewasa. Pandangan ini apakah berupa pandangan nativisme schopenhouer serta menganut penganutnya yang beranggapan bahwa anak telah mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan dan tinggal di kembangkan saja.

2. Pendekatan Filosofis.Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berada

dengan hakikat orang dewasa. Oleh sebab itu, proses pendewasaan anak bertitik-tolak dari anak sebagai anak manusia yang mempunyai tingkat-tingkat perkembangan sendiri.

3. Pendekatan Religius/Religionisme.Pendekatan religius / religionisme dianut oleh pemikir-

pemikir yang melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang religius. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral.

3 | Pengantar Pendidikan

Page 6: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

4. Pendekatan Psikologis/Psikologisme.Pandangan-pandangan pedagogisme seperti yang telah

diuraikan telah lebih memacu masuknya psikologi ke dalam bidang ilmu pendidikan hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik seakan-akan ilmu pendidikan terbatas kepada ilmu mengajar saja.

5. Pendekatan Negativis/Negativism.Pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Dengan

demikian pandangan negativisme ini melihat bahwa segala sesuatu seakan-akan telah tersedia di dalam diri anak yang bertumbuh dengan baik apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan pertumbuhan tersebut.

6. Pendekatan Sosiologis.Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah

dengan pedagogisme. Titik-tolak dari pandangan ini ialah prioritas kepada kebutuhan masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu.

Peserta didik adalah anggota masyarakat. Dalam sejarah perkembangan manusia kita lihat bahwa tuntutan masyarakat tidak selalu etis. Versi yang lain dari pandangan ini ialah develop mentalisme. Proses pendidikan diarahkan kepada pencapaian target-target tersebut dan tidak jarang nilai-nilai kemanusiaan disubordinasikan untuk mencapai target pembangunan. Pengalaman pembangunan Indonesia selama Orde Baru telah mengarah kepada paham developmentalisme yang menekan kepada pencapaian pertumbuhan yang tinggi, target pemberantasan buta huruf, target pelaksanaan wajib belajar 9 dan 12 tahun.

Salah satu pandangan sosiologisme yang sangat populer adalah konsiensialisme yang dikumandangkan oleh ahli pikir pendidikan Ferkenal Paulo Freire.

Pendidikan yang dikumandangkan oleh Freire ini yang juga dikenal sebagai pendidikan pembebasan pendidikan adalah proses pembebasan. Konsiensialisme yang dikumandangkan Freire merupakan suatu pandangan pendidikan yang sangat mempunyai kadar politis karena dihubungkan dengan situasi kehidupan politik terutama di negara-negara Amerika Latin. Paulo Freire di dalam pendidikan pembebasan melihat fungsi atau hakikat pendidikan sebagai pembebasan manusia dari berbagai penindasan. Sekolah adalah lembaga sosial yang pada umumnya mempresentasi kekuatan-

4 | Pengantar Pendidikan

Page 7: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

kekuatan sosial politik yang ada agar menjaga status quo hukum membebaskan manusia dari tirani kekuasaan. Qua atau di dalam istilah Polo Freire “kapitalisme yang licik”. Sekolah harus berfungsi membangkitkan kesadaran bahwa manusia adalah bebas.

2. Pendekatan Holistik Integratif.Pendekatan-pendekatan reduksionisme melihat proses

pendidikan peserta didik dan keseluruhan termasuk lembaga-lembaga pendidikan, menampilkan pandangan ontologis maupun metafisis tertentu mengenai hakikat pendidikan.

Teori-teori tersebut satu persatu sifatnya mungkin mendalam secara Vertikal namun tidak melebar secara horizontal.Peserta didik, anak manusia, tidak hidup secara terisolasi tetapi dia hidup dan berkembang di dalam suatu masyarakat tertentu, yang berbudaya, yang mempunyai visi terhadap kehidupan di masa depan, termasuk kehidupan pasca kehidupan.Pendekatan reduksionisme terhadap hakikat pendidikan, maka dirumuskan suatu pengertian operasional mengenai hakikat pendidikan. Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.

Rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan tersebut di atas mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :1. Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan.

Proses berkesinambungan yang terus menerus dalam arti adanya interaksi dalam lingkungannya. Lingkungan tersebut berupa lingkungan manusia, lingkungan sosial, lingkungan budayanya dan ekologinya. Proses pendidikan adalah proses penyelamatan kehidupan sosial dan penyelamatan lingkungan yang memberikan jaminan hidup yang berkesinambungan. Proses pendidikan yang berkesinambungan berarti bahwa manusia tidak pernah akan selesai.

2. Proses pendidikan berarti menumbuh kembangkan eksistensi manusia.

Eksistensi atau keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif. Eksistensi manusia selalu berarti dengan hubungan sesama manusia baik yang dekat maupun dalam ruang lingkup yang semakin luas dengan sesama manusia di dalam planet bumi ini. Proses pendidikan bukan hanya

5 | Pengantar Pendidikan

Page 8: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.

3. Eksistensi manusia yang memasyarakat. Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi

manusia yang memasyarakat. Jauh Dewey mengatakan bahwa tujuan pendidikan tidak berada di luar proses pendidikan itu tetapi di dalam pendidikan sendiri karena sekolah adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Apabila pendidikan di letakkan di dalam tempatnya yang sebenarnya ialah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya adalah kehidupan bermoral.

4. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya. Inti dari kehidupan bermasyarakat adalah nilai-nilai. Nilai-

nilai tersebut perlu dihayati, dilestarikan, dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai yang hidup, keteraturan dan disiplin para anggotanya. Tanpa keteraturan dan disiplin maka suatu kesatuan hidup akan bubar dengan sendirinya dan berarti pula matinya suatu kebudayaan.

5. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu dan ruang.

Dengan dimensi waktu, proses tersebut mempunyai aspek-aspek historisitas, kekinian dan visi masa depan. Aspek historisitas berarti bahwa suatu masyarakat telah berkembang di dalam proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah menumpuk dan berasimilasi di dalam suatu proses kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan. Dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan.

Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia.

6 | Pengantar Pendidikan

Page 9: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

B.2 Hakikat Pendidikan Menurut IslamPendidikan secara semantik menunjukkan pada suatu kegiatan

atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut belum menunjukkan adanya program, sistem, metoda yang lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan ataau pengajaran. Ada 3 pengerian hakikat pendidikan di dalam islam yaitu :1. Ta’lim : Pembinaan/Pengarahan (Ilmu Pengetahuan)2. Tarbiyah : Pengajaran3. Ta’dib : Pembinaan/Pengarahan (moral dan esetika)

Pendidikan menurut islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung didalam ketiga istilah tersebut. Namun demikian, ketiga istilah tersebut sebenarnya memberi kesan bahwa antara satu dan yang lainnya berbeda. Beda istilah ta’lim mengesankan memberikan proses pemberian bekal pengetahuan. Sedangkan istilah tarbiyah, proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental. Sementara istilah ta’dib proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental, sedangkan sitilah ta’dib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral dan estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat manusia.

C. Tujuan PendidikanPada dasarnya, pendidikan di semua institusi dan tingkat pendidikan

mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan anak manusia menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, tujuan pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan undang-undang tersebut.

Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan tersebut kemudian diperinci dalam PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan berdasarkan jenjang

7 | Pengantar Pendidikan

Page 10: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

pendidikan. Tujuan pendidikan di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan kejuruan relatif sama hanya mempunyai penekanan yang berbeda-beda. Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Di tingkat pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP, tujuan pendidikan lebih dititikberatkan pada upaya untuk mendasari hidupnya atau sebagai peletak dasar nilai-nilai yang diharapkan. Di SMA tujuan tersebut diorientasikan untuk melanjutkan atau meningkatkan apa yang telah dicapai di tingkat dasar. Tujuan pendidikan di SMK sudah memperhatikan vokasi-vokasi atau jenis-jenis keterampilan yang diharapkan. Hal itu tampak pada tujuan pendidikan yang berbunyi mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Tujuan di perguruan tinggi sudah komprehensif karena sudah mencakup ranah afeksi, psikomotor, dan kognitif serta dilengkapi dengan kemampuan mandiri menjadi ilmuwan.

Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencakup tiga ranah perkembangan manusia, yaitu perkembangan afektif, psikomotor, dan kognitif. Tiga ranah ini harus dikembangkan secara seimbang, optimal, dan integratif. Berimbang artinya ketiga ranah tersebut dikembangkan dengan intensitas yang sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal maksudnya dikembangkan secara maksimal sesuai dengan potensinya. Integratif artinya pengembangan ketiga ranah tersebut dilakukan secara terpadu.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa serta sejalan dengan visi pendidikan nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.

8 | Pengantar Pendidikan

Page 11: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

D. Makna Peradaban BangsaPeradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok

masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk-makhluk lainnya. Salah satu upaya untuk membangun peradaban Bangsa Indonesia adalah melalui pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik memenuhi kebutuhannya, baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan peserta didik ini merupakan atribut-atribut yang menjadi dasar standar mutu pendidikan. Atribut kebutuhan peserta didik ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Atribut kebutuhan peserta didik itu dipertegas lagi dalam fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekaitan dengan atribut mutu pendidikan Daulat P. Tampubolon (2001: 122) menjelaskan bahwa atribut-atribut pokok mutu pendidikan adalah sebagai berikut ini.1. Relevansi yaitu kesesuaian dengan kebutuhan.2. Efesiensi yaitu kehematan dalam penggunaan sumber daya (dana,

tenaga, waktu) untuk menghasilkan dan menyajikan jasa-jasa dari lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

3. Efetivitas yaitu kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan atau proses/prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jasa yang direncanakan.

4. Akuntabilitas yaitu dapat tidaknya kinerja dan produk lembaga pendidikan, termasuk perilaku para pengelola, dipertanggung jawabkan secara agama, hukum, etika akademik, dan nilai budaya.

5. Kreativitas yaitu kemampuan lembaga pendidikan untuk mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri.

9 | Pengantar Pendidikan

Page 12: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

6. Situasi menang-menang, suasana yang menyenangkan dan memotivasi dalam lembaga pendidikan sehingga semua orang melaksanakan tugasnya dengan senang hati, tulus, dan penuh semangat.

7. Penampilan, kerapian, kebersihan, keindahan, dan keharmonisan fisik lembaga pendidikan, terutama para pengelola (pimpinan, pendidik, pegawai administrasi), yang membuat situasi dan pelayanan semakin menarik.

8. Empati, kemampuan lembaga pendidikan, khususnya para pengelola, memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua pelanggannya.

9. Ketanggapan, kemampuan lembaga pendidikan, khususnya para pengelola, dalam memperhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan pelanggan dengan cepat dan tepat.

10. Produktivitas, kemampuan lembaga pendidikan dan seluruh staf pengelola untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan menurut rencana yang telah ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

11. Kemampuan Akademik, penguasaan peserta didik atas bidang studi yang diambilnya.

E. Pendidikan Sebagai Penyangga Peradaban BangsaPendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya pewarisan nilai,

yang akan menjadi penolong dan menuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan perdaban umat manusia. Tanpa pendidikan maka diyakini manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi masa lampau yang dibanding dengan manusia masa sekarang jelas sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-proses merancang masa depannya. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, maju mundurnya baik buruknya beradaban suatu bangsa atau masyarakat akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tertentu. Dalam kontek ini, maka kemajuan peradaban yang dicapai umat manusia dewasa ini sudah barang tentu tidak terlepas dari peran-peran pendidikannya. Dengan demikian pendidikan merupakan tumpuan setiap bangsa dan meraih masa depannya.

Untuk membangun peradaban bangsa yang berdampak kepada kehidupan bangsa yang cerdas, diperlukan manusia yang memiliki kemampuan (intelektual, dan vokasional/professional) dan berkarakter (berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab, dan demokratis). Untuk itulah diperlukan suatu proses pendidikan yang bermakna proses pembudayaan kemampuan, nilai, dan sikap. Membangun

10 | Pengantar Pendidikan

Page 13: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan.

Fungsi pendidikan menurut UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3, adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggungjawab.Adapun kriterianya adalah:1. Pendidikan hendaknya ditekankan untuk membangun manusia dan

masyarakat Indonesia yang beradab, yang mempunyain indentitas, berdasarkan budaya bangsa.

Untuk mencapai perlu didasarkan pada paradigma-paradigama baru yang bertujuan untuk membentuk suatu masyarakat madani yang dekokratis. Pendidikan harus bertolah dari pengembangan manusia yang berbudaya dan berperadaban, merdeka bertaqwa, bermoral dan berakhlak, berpengatahuan dan berketrampilan, inovatif dan kompotitif sehingga dapat berkarya secara profesional dalam kehidupan global.

2. Pendidikan diarahkan kepada kemandirianHakikat kemandirian adalah kemampuan peserta didik membuat

keputusan bagi diri sendiri. Kemandirian berarti memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam menentukan arah tindakanyang terbaik bagi semua yang berkepentingan, tidak ada ukuran baik buruk kalau orang hanya memertimbangkan pandangan sendiri.

3. Pendidikan diarahkan untuk membentuk watak peradaban sebuah bangsa yang beradab dan bermartabat.

Yusuf al-Qardlawi mengatakan peradaban adalah akumulasi fenomena kemajuan materi, keilmuan, seni, sastra, dan sosial pada suatu kelompok masyarakat, atau pada beberapa masyarakat yang mempunyai kesamaan. Masyarakat Indonensia adalah masyarakat yang majemuk namun mempunyai kesamaan yaitu bangsa dan Negara yang berKetuhanan Yang Maha Esa. Falsafah peradaban bangsa Indonesia mengandung unsur-unsur transendensi sebagai nilai-nilai bangsa yang berbudaya dan beradab, bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dan untuk membangun peradaban bangsa yang

11 | Pengantar Pendidikan

Page 14: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

beradab diperlukan entitas social yang terdidik sebagai subyek perubahannya. Manusia yang terdidik adalah mereka yang berilmu pengetahuan, bertanggung jawab, penyayang dan tidak kasar.

4. Meningkatkan Profesionalisme GuruDalam konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan

pemegang peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Karena itu, upaya meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya. Sehingga, setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan baik.

5. Sifat pendidikan harus bersifat fungsional Yaitu berfungsi untuk kepentingan kelembagaan masyarakat

menuju perkembangan kehidupan bangsa yang menyangkut pengembangan pribadi dan watak bangsa.

Secara mendasar pengembangan bangsa tersebut dapat dilihat dan difahami melalui proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia sedangkan pancasila dan pembukaan UUD 1945 merupakan pandangan hidup, keperibadian dan tujuan hidup nasional. Sedangkan penjabaran secara konstitusionalnya dapat dilihat UUD 1945 dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional. Dari keseluruhan tersebut hanya dapat diwujudkan secara konkrit dengan usaha pembangunan nasional baik lahir maupun batin. Itulah semua yang menjadikan amanat bangsa Indonesia untuk mengembangkan bangsanya, terutama melalui pendidikan nasional. Pengembangan sumberdaya manusia adalah yang paling penting dan utama jika dibandingkan dengan pengembangan sumber daya alam demi pembangunan bangsa, meskipun keduanya saling berkaitan. Maka pengembangan sumber daya manusia pada hakekatnya adalah proses kebudayaan.

Oleh karena itu pembangunan manusia seutuhnya perlu diwujudkan dengan sebaik-baiknya sehingga diperlukan pendektan-pendekatan yang baik. Untuk itu pendekatan yang dipakai dalam pendidikan nasional guna pengembangan kebudayaan adalah pendekatan kultural. Pendidikan kultural ini harus memperhatikan perkembangan sejarah dan kemajuan bangsa, dengan memperhatikan ruang lingkup, baik secara nasional maupun internasional.

12 | Pengantar Pendidikan

Page 15: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

BAB IIIPENUTUPAN

A. Kesimpulan1. Hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan manusia muda

untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang berlangsung seumur hidup atau sepanjang hayat.

2. Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak manusia menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan lingkungannya.

B. SaranPengelola pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia sebagai

subjek pendidikan. Kesalahan dalam memilih pendekatan pendidikan yang tidak sesuai dengan hakikat manusia akan membawa kerusakan dan kesia-siaan.

13 | Pengantar Pendidikan

Page 16: Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia

DAFTAR PUSTAKA

http://www.mediapustaka.com/2014/10/makalah-hakikat-pendidikan.html

http://rifkiadhazain.blogspot.co.id/2011/07/hakekat-sosial-dari-pendidikan.html

Din Wahyudi, Ishak Abduhak, Supriadi. 2001. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta: Universitas Terbuka.

14 | Pengantar Pendidikan