documenth

19
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini.Penulisan makalah dapat diselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Namun,sepenuhnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis sendiri. Penulis 1

Upload: fitreey-annisah

Post on 04-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: Documenth

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini.Penulisan makalah dapat diselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak.

Namun,sepenuhnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis sendiri.

Penulis

1

Page 2: Documenth

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2PENDAHULUAN .................................................................................................. 3ISI ............................................................................................................................. 4PENUTUP................................................................................................................12DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................13

2

Page 3: Documenth

PENDAHULUAN

John Naisbitt dan Patricia Aburdune dalam buku Megatrends 2000 yang

diterbitkan pada tahun 1982 meramalkan : “Bahwa perempuan akan mengambil semua

peran dalam berbagai lini kehidupan”. Karenanya perbincangan tentang perempuan

menjadi menarik, mengingat ramalan itu kini menjadi nyata. Globalisasi menunjukkan

adanya peningkatan kemajuan di bidang telekomunikasi, elektronika, dan bioteknologi.

Kemajuan ini memberi dampak pula pada keterlibatan perempuan di sektor ekonomi,

politik, dan bidang sosial lainnya.

Keterlibatan perempuan yang semakin besar pada sektor publik, tentu saja

merupakan kemajuan. Hanya saja globalisas membawa konsekwensi bagi kehidupan

perempuan. Bagi mereka yang berstatus single, situasi ini memberi ruang yang selebar-

lebarnya untuk mengaktualisasikan diri. Meraih cita, mengukir prestasi adalah hal

utama yang ingin diwujudkan. Ukuran sukses ditandai dengan adanya posisi yang

mapan dan prestise. memiliki gaji yang besar, jaringan kerja internasional, jam kerja

yang semakin padat.

Namun bagi perempuan berstatus ibu rumah tangga. Kencenderungan untuk

eksis di sektor publik, menjadi semacam dilema. Terkait dengan posisi mereka sebagai

istri dan ibu dalam rumah tangga. Posisi ini mengharuskan mereka untuk berperan di

sektor domestik, sementara mereka umumnya bekerja dan berkarir di sektor publik

Menjaga keseimbangan antara sektor domestik dan publik menjadi sulit, manakala

globalisasi menggiring mereka semakin eksis di sektor publik.

Makalah ini menyoroti bagaimana perempuan bisa berperan di sektor publik,

tanpa mengabaikan sektor domestik. Apa saja tantangan yang akan dihadapi dalam

mewujudkan keseimbangan tersebut. Serta solusi apa yang bisa dilakukan dalam

menjawab tantangan tersebut.

3

Page 4: Documenth

ISI

Perempuan dan Globalisasi

Sejak Kartini memperjuangkan kedudukan perempuan setara dengan kaum

lelaki, maka sejak itu emansipasi bergulir. Emansipasi adalah satu gerakan yang

dimaksud agar perempuan memiliki kedudukan dan setara dengan kaum lelaki. Artinya

setara dalam kehidupan di sektor publik dan sektor domestik. Pada zaman Kartini yang

diperjuangkan adalah perempuan memperoleh pendidikan setara dengan laki-laki. Ia

berpendapat pendidikan perempuan merupakan hal penting untuk mengangkat derajat

bangsanya, karena ibu-ibu yang terdidik akan bisa membesarkan anak mereka dengan

lebih baik.

Berpuluh tahun kemudian emansipasi telah merasuki tatanan masyarakat, bukan

saja di bidang pendidikan tetapi di bidang politik, ekonomi, hukum dan sosial lainnya.

Dan kini di era globalisasi perempuan Indonesia sama majunya dengan perempuan di

negara lain. Banyak perempuan telah menduduki posisi penting di berbagai bidang.

Keunggulan perempuan dalam menduduki posisi penting mendapat pengakuan oleh

Marie C. Wilson : “The core what woman bring to leadership- a tendency toward

inclusiveness, emphaty, communication up and down hierarchis, focus on broader

issues and reacher bussiness” . Hal ini semakin dikuatkan pula oleh Thomas J. Reters

mengatakan : “ woman as more relational, less conscious of hierarchy, better listener

and more able to avoid the agression men can sometimes bring to management”

Tantangan Perempuan di Era Globalisasi

Meskipun perempuan memiliki keunggulan, namun eksistensi perempuan di

ranah publik menghadapi tantangan beberapa hal berikut :

Sindrom Cinderella Complex : adalah sindrom yang dikemukakan oleh Collete

Dowling yaitu suatu rasa takut yang begitu mencekam, sehingga perempuan merasa

tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi otak dan daya kreatifitasnya secara

penuh. Perempuan merasa takut menjadi terkenal, sukses, dan menempati posisi

penting, karena merasa harus berperan di sektor domestik, dengan alasan agama,

4

Page 5: Documenth

budaya, dsb. Banyak perempuan mengalami sindrom ini, dan mengambil keputusan

untuk bekerja dan berkarir seadanya, padahal ia memiliki potensi yang amat besar.

Dukungan institusi yang belum maksimal : maksud dukungan institusi disini

adalah institusi keluarga, masyarakat, perusahaan, dan pemerintahan. Meskipun pola

pikir masyarakat sudah berkembang tetapi masih di temui pola pikir belum maju, dan

berakibat pada dukungan institusi yang delum maksimal. Misalnya : institusi keluarga,

dimana ayah, ibu, suami, mertua, dsb memiliki pola pikir yang menghambat perempuan

aktif di dektor publik. Atau perusahaan yang beranggapan bahwa perempuan hanya

boleh menempati posisi tertentu saja.

Pergeseran nilai dalam kehidupan : era globalisasi memberi pengaruh

bergesernya nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai sukses diukur dari sisi materi

seperti : uang , rumah jabatan, kepopuleran. Situasi ini membuat perempuan banyak

mengejar simbol-simbol tersebut. Perempuan terjebak untuk bekerja terus menerus dan

sangat keras ( menjadi sangat maskulin ). Cenderung meninggalkan femininitasnya.

Dengan demikian, pelan dan pasti perempuan digiring mencapai ambisi, menjadi

semakin individual dan cenderung mengabaikan nilai kebersamaan.

Dalam konteks perempuan muslim , kondisi di atas sering dialami oleh

perempuan berkeluarga. Bagi perempuan yang masih sendiri, cenderung lebih aman

dan dan dapat berekspresi dengan bebas.

Solusi

Apa saja solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi tantangan tersebut.

Beberapa solusi yang ditawarkan adalah sebagai berikut :

Mewujudkan adanya persamaan dan keragaman ( equality in diversity )

dikemukakan oleh Vandana Shiva aktifis dari India : yaitu sebuah konsep dimana

perempuan tetap memerankan kualitas feminin yang baik. Bahwa kualitas pengasuhan,

pemeliharaan dan cinta adalah fitrah perempuan dimana ia berhak untuk

mengaktualisasikan dimanapun ia berada termasuk apabila ia berada di dunia publik

(maskulin) . Maka yang menjadi ukuran kehebatan perempuan dengan memakai

standar maskulin ( uang, status, kekuasaan ) adalah tidak relevan. Apabila situasi dan

kondisi mengharuskan perempuan berkiprah di dunia publik ( maskulin ) , maka

diharapkan aktualisasi kualitas femininya diharapkan dapat memberi warna tersendiri

5

Page 6: Documenth

bahwa kebersamaan, saling peduli, dan memilihara kesatuan dapat memberikan

kepuasan hakiki .

Penentuan Skala Prioritas dalam jenjang Kehidupan Perempuan : Bahwa

perempuan muslim pada masa ia masih sendiri, bebas memilih prioritasnya untuk

mengekspresikan apa yang menjadi angan dan cita-citanya. Mengerahkan semua potensi

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi untuk meraih sukses. Pada posisi ini,

perempuan memiliki posisi tawar yang besar untuk menentukan semua agenda. Oleh

sebab itu perempuan muslim diharapkan dapat memanfaatkan masa emas ini untuk

mengeksplore dirinya seluas-luasnya. Menjawab semua tantangan dan melakukan kerja

yang bermanfaat, bagi diri, keluarga, masyarakat bahkan negara. Pada masa

berkeluarga, skala prioritas itu mengalami perubahan, bukan lagi untuk diri sendiri,

melainkan untuk suami dan anak. Perempuan harus berdamai, menghantarkan anak dan

suami ke satu titik dimana mereka bisa mandiri mengelola diri tanpa bantuan

perempuan sepenuhnya.. Apabila sudah mencapai situasi ini maka perempuan boleh

mengembangkan diri secara maksimal kembali.

Membentengi diri dengan nilai mulia : menjalani kehidupan sebagai perempuan

di era globalisasi. Nilai mulia itu terdapat dalam nuansa religi, dan tradisi hidup

masyarakat Indonesia. Kita sepatutnya bersyukur dibesarkan di satu negara yang

mengagungkan nilai kesopanan, kejujuran, kebersamaan dalam agama dan tradisi yang

kita anut. Nilai ini tidak boleh hilang, harus tetap dijaga dan dikembangkan agar dapat

menjadi benteng di tengah melunturnya nilai di era gobalisasi.

Peran Ganda

Michelle et al (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep

dualisme cultural, yakni adanya konsep domestik sphere (lingkungan domestik) dan

publik sphere (lingkungan publik). Peran ganda adalah partisipasi wanita menyangkut

peran tradisi dan transisi. Peran tradisi atau domestik mencakup peran wanita sebagai

istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian

wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Pada

peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari

nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki

serta lapangan pekerjaan yang tersedia (Sukesi, 1991).

6

Page 7: Documenth

Peran ganda kaum wanita terimplikasi pada: (1) peran kerja sebagai ibu

rumahtangga (mencerminkan femininine role), meski tidak langsung menghasilkan

pendapatan, secara produktif bekerja mendukung kaum pria (kepala keluarga) untuk

mencari penghasilan (uang); dan (2) berperan sebagai pencari nafkah (tambahan

ataupun utama). Peran ganda wanita ialah peran wanita di satu pihak keluarga sebagai

pribadi yang mandiri, ibu rumahtangga, mengasuh anak- anak dan sebagai istri, serta

dipihak lain sebagai anggota masyarakat, sebagaipekerja dan sebagai warga negara yang

dilaksanakan secara seimbang. Wanita dianggap melakukan peran ganda apabila ia

bertanggung jawab terhadap tugas- tugas domestik yang berhubungan dengan

rumahtangga seperti membersihkan rumah, memasak, melayani suami, dan merawat

anak-anak, serta ketika wanita juga bertanggung jawab atas tugas publik yang berkaitan

dengan kerja di sektor publik (karier) yakni bekerja di luar rumah dan bahkan seringkali

berperan sebagai pencari nafkah utama. Wanita mempunyai dua peranan yaitu sebagai

istri atau ibu rumahtangga yang melakukan pekerjaan rumahtangga yaitu pekerjaan

produktif yang tidak langsung menghasilkan pendapatan dan sebagai pencari nafkah

yang langsung menghasilkan pendapatan (Pudjiwati, 1985)

Peran ganda wanita merupakan masalah yang sering dihadapi wanita bekerja.

Wanita seringkali harus memilih antara tidak menikah dan sukses berkarier, atau

menikah dan menjadi ibu rumahtangga yang baik. Adanya orang- orang yang membantu

pekerjaan domestik atau babysitter memberikan peluang besar bagi wanita eksekutif

untuk mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar atau untuk mendapatkan

kepuasan lebih dalam mengaktualisasikan diri. Pada hakekatnya permasalahan peran

ganda wanita bukan pada peran itu sendiri, melainkan adalah akibat atau dampak yang

ditimbulkannya pada keluarga. Sementara itu ketertinggalan wanita pada peran transisi

mereka berpangkal pada pembagian pekerjaan secara seksual di dalam masyarakat

dimana peran wanita yang utama adalah lingkungan rumahtangga (domestik sphere) dan

peran pria yang utama di luar rumah (public sphere) sebagai pencari nafkah utama.

Pembagian kerja yang tidak seimbang antara pria dan wanita dapat

menimbulkan beban kerja pada pihak yang terdominasi. Pembagian kerja secara seksual

ini jelas tidak adil bagi wanita, sebab pembagian kerja seperti ini selain mengurung

wanita, juga menempatkan wanita pada kedudukan subordinat terhadap pria, sehingga

cita-cita untuk mewujudkan wanita sebagai mitra sejajar pria, baik dalam keluarga

7

Page 8: Documenth

maupun dalam masyarakat mungkin akan sulit terlaksana. Pembagian peran yang tidak

seimbangan akan menimbulkan beban kerja yang lebih berat pada wanita. Beban kerja

berlipat atau berlebihan yaitu memaksakan dan membiarkan salah satu jenis kelamin

menanggung beban aktivitas berlebihan.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Peran Ganda

Faktor pendukung peran ganda ialah adanya dukungan dan pengertian suami atas

bekerjanya istri, kedisiplinan diri dalam mengatur waktu dan menyelesaikan pekerjaan,

serta keleluasaan mengatur jam dan jadwal kerja jika terpaksa menghadapi konflik ganda.

Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor dominan yang mendorong wanita untuk

melakukan peran ganda. Sebab keadaan ekonomi yang semakin mendesak mengakibatkan

wanita harus turut serta berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi unuk menambah

penghasilan keluarga. Selain itu kesempatan kerja juga semakin luas terbuka untuk para

wanita. Wanita turut memilih untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan relasi sosial yang

tinggi dan tempat kerja dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Dalam diri mereka tersimpan

suatu kebutuhan akan penerimaan sosial akan adanya identitas sosial yang diperoleh melalui

komunitas kerja. Bergaul dengan rekan di kantor lebih menyenangkan daripada di rumah.

Faktor berikutnya yang melatarbelakangi peran ganda ialah tingkat pendidikan.

Semakin tinggi pendidikan seorang wanita, merupakan faktor penting untuk bekerjanya

wanita. Aktualisasi diri juga merupakan salah satu faktor pemicu peran ganda kepuasan,

dan keinginan untuk meningkatkan dirinya dapat diraih dengan mejajaki dunia karier,

dimana akan diberikan reward berupa peningkatan karier apabila melakukan kinerja yang

baik. Dengan berkarya, berkreasi dan mencipta serta mengembangkan ilmu, mendapat

penghargaan, penerimaan, dan prestasi merupakan salah satu bagian dari proses penemuan

dan pencapaian kepenuhan diri. Kebutuhan akan aktualisasi banyak diambil oleh para

wanita di jaman ini terutama dengan makin terbukanya kesempatan yang sama pada wanita

untuk meraih jenjang karier yang tinggi.

Konflik Peran Ganda

Konflik peran didefinisikan oleh Brief et al dalam Nimran (1999) adalah adanya

ketidakcocokan antara harapan-harapan yang berkaitan dengan suatu peran. Secara lebih

spesifik, Leigh et al dalam Nimran (1999) menyatakan bahwa konflik peran merupakan

hasil dari ketidak konsistenan harapan-harapan berbagai pihak atau persepsi adanya

ketidakcocokan antara tuntutan peran dengan kebutuhan, nilai-nilai individu, dan

8

Page 9: Documenth

sebagainya.Menurut Goode dalam Kaltsum (2006), konflik peran ganda adalah kesulitan-

kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda

secara bersamaan. Wanita karir dituntut untuk dapat memberikan unjuk kerja (performance)

yang maksimal dalam menyelesaikan tugas-tugasnya baik didalam keluarga, maupun

dikantor.

Menurut pendapat Bimbaum dalam Hoffman et al (1974) konflik peran ganda

disebabkan kegagalan individu dalam mengkombinasikan atau memadukan secara

seimbang antara karier dan rumahtangga. Sementara kemampuan untuk mengkombinaskan

serta melakukan penyesuaian yang serasi dalam menghadapi konflik peran ganda

dipengaruhi oleh sosialisasi seseorang. Sosialisasi merupakan proses dimana seseorang

melatih diri untuk peka terhadap tuntutan-tuntutan lingkungannya dan membiasakan diri

berprilaku selaras dengan lingkungan sekitarnya.

Kerangka Pemikiran

Industrialisasi yang semakin maju membutuhkan tenaga kerja yang besar. Kebutuhan

akan tenaga kerja ini tidak hanya membutuhkan tenaga kerja pria, namun juga tenaga kerja

wanita. Sementara itu masih banyak stereotipe yang memandang bahwa pendidikan lebih

diutamakan bagi pria, sementara wanita tidak perlu membutuhkan pendidikan yang tinggi

karena pada akhirnya wanita hanya akan bekerja didapur. Anggapan ini muncul dari

anggapan masyarakat yang sudah tertanam sejak dahulu. Seiring dengan pesatnya

kebutuhan tenaga kerja akibat dari industrialisasi, saat ini wanita juga sudah banyak yang

telah mengeyam pendidikan sama dengan pria. Hal ini mengakibatkan semakin luasnya

kesempatan kerja bagi seorang wanita, serta semakin banyak pula tenaga kerja wanita yang

bekerja produktif di luar rumah.

Walaupun saat ini keberadaan wanita dalam dunia kerja sudah diperhitungkan dan

kesempatan pendidikan bagi wanita terbuka lebar, namun masih terdapat ideologi gender

yang sangat kuat dalam masyarakat. Ideologi ini memandang bahwa seorang wanita yang

bekerja juga tidak lepas dari tanggung jawab pekerjaan domestik (pekerjaan yang

berhubungan dengan anak dan rumahtangga). Ideologi ini mendikotomi kerja secara

seksual, yakni pembagiankerja berdasarkan jenis kelamin. Sementara itu stereotipe yang

terdapat di masyarakat Indonesia menuntut wanita untuk bekerja pada dua sektor yakni

sektor domestik (kerja rumahtangga) dan sektor publik (kerja luar rumah). Wanita dituntut

untuk berperan ganda yakni melakukan kerja produksi (menghasilkan sesuatu) untuk

kelangsungan hidup anggotanya dan harus ada kerja reproduksi yang menyangkut apa yang

9

Page 10: Documenth

terjadi di dalam rumahtangga, serta dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan pembagian

kerja yang tidak seimbang karena selain wanita dituntut untuk mencari nafkah, wanita juga

harus mengurus rumahtangganya.

Apabila dalam suatu rumahtangga terdapat pembagian kerja yang tidak seimbang

maka akan menimbulkan beban beban kerja ganda pada wanita. Beban ganda ini akan

menimbulkan beberapa dampak beban kerja seperti wanita tidak selalu ada pada saat-saat

yang penting keluarga, tidak semua kebutuhan anggota keluarga dapat dipenuhi, anak tidak

mendapatkan perhatian dan asuhan penuh, urusan rumahtangga terbengkalai, wanita tidak

mempunyai waktu untuk mengurus dirinya dan sebagainya. Apabila beban ganda yang

terjadi terlampau berat, maka akan menimbulkan konflik peran yakni kesulitan-kesulitan

yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara

bersamaan. Sementara wanita karir dituntut untuk dapat memberikan kerja (performance)

yang maksimal dalam menyelesaikan tugas-tugasnya baik di dalam keluarga, maupun di

kantor.

Konflik peran yang terjadi akan sangat berpengaruh pada perkembangan karier

wanita. Walaupun saat ini keberadaan wanita dalam dunia kerja sudah diperhitungkan dan

kesempatan pendidikan bagi wanita terbuka lebar, hal ini tidak dapat menjamin

perkembangan karier wanita pasti tinggi. Hal ini karena setinggi apapun tingkat pendidikan

seorang wanita tidak akan berarti apabila wanita mengalami konflik peran. Selain itu saat

ini telah banyak wanita yang menduduki posisi pemimpin. Hal ini menandakan bahwa

semakin luasnya kesempatan kerja bagi seorang wanita untuk bekerja, didukung pula oleh

berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai ketenagakerjaan wanita. Namun

berbagai kesempatan ini tidak dapat dipergunakan secara maksimal apabila wanita tersebut

mengalami konflik peran. Tingkat pendidikan dan kebijakan pemerintah mengenai

kesempatan bekerja yang telah ditempuh wanita ini akan tidak terpakai apabila terdapat

tugas-tugas rumahtangga yang terus membebani pikiran wanita pada saat bekerja dan

menghambat wanita untuk meneruskan pekerjaannya karena tugas rumahtangga yang

menantinya di rumah.

Secara tidak langsung ideologi gender dapat mempengaruhi karier seseorang.

Sementara itu terdapat dukungan dari luar yang dapat meringankan peran ganda wanita

yakni peran dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik rumahtangga dan

dukungan dari suami. Dukungan dari luar ini dapat saja meringankan beban ganda yang ada

sehingga karierpun dapat meningkat. Dukungan dari luar juga dapat tidak berpengaruh pada

peningkatan karier wanita, karena kuatnya ideologi gender yang tertanam dalam dalam diri

10

Page 11: Documenth

responden, sehingga akan tetap menimbulkan konflik peran dan karierpun menjadi

terhambat.

PENUTUP

11

Page 12: Documenth

Era globalisasi membawa perubahan dalam semua aspek kehidupan. Perempuan

sebagai elemen penting dan menentukan harus tetap mengambil peran di era ini, tanpa

meninggalkan sisi feminitasnya. Semoga perempuan dapat menjawab tantangan

globalisasi, menjadi contoh teladan, memberi manfaat bagi orang di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Documenth

Hoffman, et al. 1974. Working Mothers. San Fransisco: Jossey-Bass Publisers.Kunartinah. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier sebagai Akuntan Publik, Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Semarang: P3E STIE Stikubank.Michelle, Zimbalist Rosaldo & Louise Lamphere. 1974. Women, Culture and Society. Stanford cal.: Stanford University Press.Mudzhar, H.M. Atho, Sajida A. Alvi, Saparinah Sadli. 2001. Wanita dalam Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.Munandar, S C Utami. 2001. Wanita Karier: Tantangan dan Peluang. dalam Wanita Dalam Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.Munandar, S.C Utami. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).Safitri, Kania. 2007. Gender Dalam Pengembangan Karier Wanita (Kasus: PT. Repex Pedana Internasional, Jl. Ciputat Raya No. 99 Pondok Pinang Jakarta). Skripsi Sarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Saptari, dkk. 1997. Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.Widanti, Agnes. 2005. Hukum Berkeadilan Gender. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Widyatwati, dkk. 2003. Pengaruh Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumahtangga

Dan Pekerja Terhadap Tingkat Stres Wanita Karier (Studi Kasus Pada Pegawai Negeri

Sipil Wanita Di Kota Semarang, Jawa Tengah). Laporan Penelitian. Semarang: Universitas

Diponegoro.

13