gula cinta manis1
TRANSCRIPT
Maria Lindawati (2.08.003)Ivana Fidelia (2.08.024)
Pabrik gula Cinta Manis adalah salah satu pabrik gula yang dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara VII (Persero).
Pabrik gula Cinta Manis memiliki areal seluas 20.304 Ha dengan alokasi penggunaan areal untuk kebun tebu giling dan kebun bibit tebu seluas 14.483,3 Ha.
Untuk kantor, pabrik, perumahan seluas 236,6 Ha, jalan produksi seluas 763,5 Ha dan areal rawa serta rendahan seluas 4.856,6 Ha.
Selain itu dukungan pabrik yang terdiri dari dua stasiun utama yaitu stasiun pengolahan dan stasiun pendukung dengan kapasitas giling saat ini adalah 5.913 Ton Cane Daily (TDC)
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari; penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kristalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, pendidihan, pengolahan sisa dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen
Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai “abu”.
Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.
Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier).
Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah
sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar
merupakan jus yang jernih.
Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung
sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan
dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu
diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum
dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan
cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.
Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya
pembersihan lagi
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung
15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu
cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi)
memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi
dalam ‘evaporator majemuk’ (multiple effect
evaporator) yang dipanaskan dengan steam
merupakan cara yang terbaik untuk bisa
mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah
yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air
diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula
tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan
sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar
di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa
diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan
menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut
kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan
Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih
mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi
diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula
yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal
ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain
seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan
sukrosa. Oleh karena itu, tahapan-tahapan berikutnya
menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu
tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.
Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat
diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping
(byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya
diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri
penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini
molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif
dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%.
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah
pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang
melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan
dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur dengan sirup kental
(konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi
dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan
kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat).
Campuran hasil (‘magma’) di-sentrifugasi untuk
memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat
dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap
untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi.
Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang
telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-
partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan
gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari
proses.
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya
bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan
yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa
komponen warna juga akan ikut hilang.
Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan
dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan
menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke
dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida
ke dalam campuran tersebut.
Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk
partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang
menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan.
Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan
pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi.
Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan
sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan
menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat
juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap
untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna.
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup
gula. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi
granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu
menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara
modern setingkat “bone char”, sebuah granula karbon yang
terbuat dari tulang-tulang hewan.
Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang
diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak
hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam
sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari
karbon
Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin
penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna
daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa
garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang
meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan.
Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya
siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat
sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di
dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut
diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan
yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk
gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu
pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran
dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar
dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya.
Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan
pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal
tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum
dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.
Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari
pembersihan pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah
gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang
pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti
pengolahan gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan
mutu yang setara dengan gula kasar hasil pembersihan setelah
afinasi.
Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang ada tidak
dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah menjadi
produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih
lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi
seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol.
Sekian & Terima Kasih