gubernur sulawesi selatan peraturan · pdf filepsikotropika dan zat adiktif di indonesia dan...

30
GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI SERTA RENCANA AKSI PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang :a. bahwadalam rangka menindaklanjuti Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika Tahun 2011- 2015 di Provinsi Sulawesi Selatan, maka perlu ditetapkan Peraturan Gubernur; b. bahwamemperhatikan lingkup urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Provinsi, maka perlu menetapkan kebijakan dan strategi serta rencana aksi dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika; c. bahwaberdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan tentang Kebijakan dan Strategi serta Rencana Aksi Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika Tahun 2011-2015; Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 3. Undang-UndangNomor35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 4. Undang-UndangNomor36Tahun 2009tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Upload: duonghanh

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN

NOMOR 33 TAHUN 2012

TENTANG

KEBIJAKAN DAN STRATEGI SERTA RENCANA AKSI

PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA

TAHUN 2011-2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

Menimbang :a. bahwadalam rangka menindaklanjuti Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika Tahun 2011-2015 di Provinsi Sulawesi Selatan, maka perlu ditetapkan Peraturan Gubernur;

b. bahwamemperhatikan lingkup urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Provinsi, maka perlu menetapkan kebijakan dan strategi serta rencana aksi dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika;

c. bahwaberdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan tentang Kebijakan dan Strategi serta Rencana Aksi Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika Tahun 2011-2015;

Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

3. Undang-UndangNomor35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);

4. Undang-UndangNomor36Tahun 2009tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Page 2: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

2

5. Undang-UndangNomor 8 Tahun 2010 tentang PencegahandanPemberantasanTindakPidanaPencucianUang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi

Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3373);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4593);

9. PeraturanPemerintahNomor38Tahun2007tentangPembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10. PeraturanPemerintahNomor19Tahun2010tentangTata Cara

Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan

Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah

Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang

Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika (Lembaran

NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 46 Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5211);

12. Peraturan PresidenRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010

tentangBadanNarkotikaNasional;

13. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pelaksanaan Kebijakan Dan Strategi Nasional

Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan

Peredaran Gelap Narkotika Tahun 2011-2015;

14. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun

2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 2,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor

235);

15. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Page 3: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

3

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2028 (Lembaran Daerah

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 243);

16. PeraturanDaerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 12 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2013 (Lembaran

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 12,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor

244);

17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun

2010 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Provinsi

Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 251);

18. PeraturanDaerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 251);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI SERTA RENCANA AKSI PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA TAHUN 2011-2015

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

DalamPeraturanGubernurini yang dimaksuddengan :

1. Provinsi adalah Provinsi Sulawesi Selatan.

2. PemerintahProvinsiadalahPemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

3. GubernuradalahGubernur Sulawesi Selatan.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

5. Biro adalah Unit Kerja pada Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

6. Badan Narkotika Nasional Provinsi selanjutnya disingkat BNNP adalah Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan.

7. Instansi Vertikal adalah Perangkat Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang mempunyai lingkungan kerja dan kedudukannya di daerah.

8. Kabupaten dan Kota adalah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Selatan.

Page 4: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

4

BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROVINSI

Pasal 2

Kebijakan dan Strategi Provinsi Dalam Pencegahan Dan

Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika

Tahun 2011-2015, tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal3

Kebijakan dan Strategi Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal

2, dilakukan secara terpadu dan terintegrasi.

BAB III

RENCANA AKSI PROVINSI

Pasal4

Rencana Aksi Provinsi dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika Tahun 2011-2015, tercantum dalam Lampiran II sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal5

Rencana Aksi untuk Tahun 2011 sebagaimana antara lain dimaksud dalam pasal 4, sesungguhnya telah dilaksanakan secara terkoordinasi sesuai agenda aksi masing-masing SKPD/Biro, BNNP, dan Instansi vertikal terkait.

BAB IV

KOORDINASI DAN EVALUASI

Pasal6

(1) Gubernur mengkoordinasikan penyelenggaraan Kebijakan dan strategi Provinsi serta Rencana Aksi Provinsi dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika.

(2) Pengkoordinasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika di Kabupaten dan Kota.

(3) Teknis pengkoordinasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilaksanakan oleh Biro Bina Napza dan HIV-AIDS bersama BNNP.

Pasal7

(1) Gubernur melakukan evaluasi terkait realisasi Rencana Aksi tahunan Provinsi dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

(2) Teknis pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan bersama oleh Biro Bina Napza dan HIV-AIDS dengan BNNP.

Page 5: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

5

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dimaksudkan untuk mendorong realisasi Rencana Aksi Provinsi secara optimal.

BAB V

PEMBIAYAAN

Pasal8

Pelaksanaan Rencana Aksi Provinsi sesuai agenda masing-masing didukung pembiayaan/anggaran dari SKPD/Biro, BNNP, dan / atau Instansi Vertikal bersangkutan.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

Agar setiap orangmengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 6: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR : 33 TAHUN 2012 TANGGAL : 20 JULI 2012 TENTANG : KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROVINSI SULAWESI

SELATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA TAHUN 2011-2015

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROVINSI DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP

NARKOTIKA TAHUN 2011-2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) di

Indonesia merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada

remaja-remaja saat ini yang makin dekat dengan narkoba. Karena posisi Indonesia

sekarang ini tidak hanya sebagai daerah transit dan pemasaran Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif, melainkan sudah menjadi daerah produsen Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif.

Hal ini dibuktikan dengan terungkapnya pabrik-pabrik pembuatan Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau

bahan pembuat Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif dalam bentuk besar dari luar

negeri ke Indonesia. Karena saat ini letak Indonesia yang sangat strategis dan tidak

jauh dari daerah segi tiga emas (Laos, Thailand, dan Myanmar) dan daerah Bulan

Sabit (Iran, Afganistan, dan Pakistan) yang merupakan daerah penghasil opium

terbesar di dunia, menjadikan Indonesia sebagai lalu lintas gelap Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif.

Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat

Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2008, angka prevalensi

penyalahguna narkoba nasional sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia (3,6 juta

orang) dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta

orang). Sedangkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan

pada tahun 2008 sebesar 1,80% dan meningkat menjadi 2,04% pada tahun 2010.

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang di Indonesia maupun

Sulawesi Selatan terus naik. Sebuah angka mengejutkan dirilis Badan Narkotika

Nasional (BNN), yaitu penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2008

sebanyak 3.362.527 orang dan meningkat menjadi 3.826.974 penyalahguna pada

tahun 2010.

1

Page 7: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 2-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

Sedangkan penyalahguna narkoba di Sulawesi Selatan pada tahun 2008

sebanyak 103.849 orang, meningkat sebesar 14,72% pada tahun 2010 (121.773)

penyalahguna. Angka ini melebihi dari rata-rata penyalahgunaan narkoba tingkat

nasional. Peningkatan ini di luar perkiraan karena pada tahun 2008, hanya

diestimasikan mencapai 30.000-50.000 saja.

Peningkatan angka penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan karena

kecenderungan dari masyarakat untuk mencoba-coba dan belum tahu bahayanya.

Penyalahguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) di Sulawesi Selatan

meningkat dari tahun ke tahun. Kasus penyalahgunaan narkoba mengalami

pertumbuhan jumlah penyalahguna rata-rata 6% pertahun, yaitu tahun 2008

(103.849 penyalahguna), 2009 (110.999 penyalahguna), dan 2010 (121.773

penyalahguna), dan menjadi 125.730 penyalahguna (November 2011). Jika tidak

tertangani dengan baik, maka akan meningkat menjadi 168.255 penyalahguna

pada tahun 2015.

Oleh karena itu perlu komitmen bersama bagi seluruh komponen masyarakat

Sulawesi Selatan baik unsur pemerintah, keamanan, satuan kerja perangkat

daerah, lembaga sosial, keagamaan, pendidik, siswa dan mahasiswa untuk

bersatu melakukan Rencana Aksi (action plan) mendukung Program Pencegahan,

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba ( P4GN).

Kebijakan dan Strategi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

menginstruksikan kepada seluruh unsur yang terkait untuk melaksanakan Program

Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

dalam rangka mewujudkan wilayah Sulawesi Selatan Bebas Narkoba.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164);

Page 8: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 3-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal Di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 46 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5211);

12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

13. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan Dan Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika Tahun 2011-2015;

14. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 235);

15. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2028 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 243);

16. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan Nomor 244);

17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun 2010 tentang

Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun

2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

Nomor 251);

Page 9: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 4-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 251);

C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Kebijakan dan Strategi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ini

dimaksudkan sebagai pedoman seluruh komponen masyarakat Sulawesi

Selatan dalam mendukung Program Pencegahan, Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba menuju Sulawesi Selatan

Bebas Narkoba Tahun 2015, sesuai Program Nasional Indonesia Bebas

Narkoba Tahap 2011-2015.

2. Tujuan

Tujuan penyusunan Kebijakan dan Strategi Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan ini untuk menyatukan pola pikir, sikap dan tindak seluruh komponen

masyarakat menuju Tahap 2011-2015 menjadi “Sulawesi Selatan Bebas

Narkoba”

D. Sistematika Penyusunan

BAB I Pendahuluan

BAB II Perkembangan Lingkungan Strategis

BAB III Analisis Ancaman Narkoba

BAB IV Kebijakan dan Strategi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

Di Bidang P4GN

BAB V Koordinasi dan Kerjasama

BAB VI Evaluasi dan Pelaporan

BAB VII Penutup

Dengan rincian dan uraian lebih lanjut pada bab – bab berikutnya

Page 10: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 5-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

BAB II

PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

A. Kondisi Regional

Sulawesi Selatan rawan menjadi sasaran pengiriman dan peredaran

narkotika oleh sindikat internasional karena merupakan wilayah strategis jalur

internasional serta merupakan pintu gerbang di kawasan timur Indonesia.

Kerawanan Sulawesi Selatan menjadi wilayah tujuan pengiriman narkoba oleh

bandar internasional terbukti ditemukannya tiga paket sabu-sabu seberat 6

kilogram asal Kuala Lumpur di Bandara Internasional Hasanuddin. Begitupun

peluang yang harus diwaspadai melalui pelabuhan laut Sukarno Hatta.

Dengan masuknya narkoba dari negara luar itu membuktikan bahwa

Sulawesi Selatan sudah menjadi kota tujuan narkoba internasional. Apalagi

dengan dibukanya penerbangan langsung Makassar-Malaysia dan Singapura,

membuka peluang masuknya peredaran gelap masuk ke Sulawesi Selatan.

B. Kondisi Nasional dan Daerah

Untuk menggambarkan situasi penyalagunaan narkoba di Provinsi Sulawesi

Selatan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba

Angka prevalensi penyalahguna narkoba nasional berdasarkan umur 10-59

tahun sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia (3,6 juta orang) dan pada

tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta orang).

Sedangkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan

pada tahun 2008 sebesar 1,80% (103.849 orang) dan meningkat menjadi

2,04% (121.773 orang) pada tahun 2010, dan meningkat menjadi 2,08%

(125.730 orang) pada akhir tahun 2011.

Tabel. 1

Prevalensi Penyalahguna Narkoba Berdasarkan Umur 10-59 Tahun di Sulawesi Selatan Tahun 2008-2010

NO URAIAN

SULSEL NAS % SULSEL NAS % SULSEL NAS %

1 Jumlah penduduk usia 10-59 Th 5,756,501 169,251,600 3.40 5,968,421 173,452,500 3.44 6,055,602 175,468,200 3.45

2 Prevalensi 1.80 1.99 2.04 2.21 2.08

3 Penyalahguna 103,849 3,362,527 3.09 121,773 3,826,974 3.18 125,730 4,071,015 3.09

2008 20112010

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Page 11: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 6-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

Penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 3.362.527

orang dan meningkat menjadi 3.826.974 penyalahguna pada tahun 2010,

bahkan diperkirakan menjadi 175.468.200 penyalahguna ada akhir tahun

2011. Sedangkan penyalahguna narkoba di Sulawesi Selatan pada tahun

2008 terdiri dari 3,09% dari angka nasional, meningkat menjadi sebesar

3,18% pada tahun 2010, serta diperkirakan 3,9% pada tahun 2011.

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Jika dilihat dari trend perkembangannya, maka setiap tahunnya di Sulawesi

Selatan mengalami peningkatan penyalahguna narkoba sebesar 6%,

sehingga pada tahun 2015 dapat diperkirakan menjadi 168.255

penyalahguna jika tidak mendapat penanganan yang tepat.

2. Penyalahgunaan Narkoba yang Dirawat Ditempat Terapi dan Rehabilitasi

Penyalahguna narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi

di seluruh Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 3.477 orang yang teriri dari

3.127 laki-laki (89,9%) dan 350 perempuan (10,10%).

Tabel. 2 Penyalahguna Narkoba Yang Dirawat Di Tempat Terapi dan Rehabilitasi

Berdasarkan Jenis Kelamin di Sulawesi Selatan Tahun 2010

No JENIS KELAMIN PENYALAHGUNA

% SULSEL NAS

1 Laki-laki 55 3.127 1,76

2 Perempuan 3 350 0,86

JUMLAH 58 3.477 1,67 Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Page 12: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 7-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

Sedangkan di Sulawesi Selatan, penyalahguna narkoba yang dilayani

di tempat terapi dan rehabilitasi 58 orang yang terdiri dari 55 laki-laki

(94,82%) dan 3 perempuan (5,17%).

3. Tersangka Pengedar dan Penyalahguna Narkotika dan Psikotropika

Tersangka pengedar dan penyalahguna narkotika dan psikotropika di

Indonesia cukup memprihatinkan. Sebanyak 26.201 tersangka, 43,01%

diantaranya sebagai pengedar, dan pada tahun 2010 sebanyak 25.414

tersangka, 49,91% diantaranya sebagai pengedar.

Tabel. 3 Tersangka Pengedar dan Penyalahguna Narkotika dan Psikotropika

di Sulawesi Selatan Tahun 2008-2010

No URAIAN

SULSEL NAS % SULSEL NAS % SULSEL NAS %

1 Pengedar 90 11,283 0.80 91 13,050 0.70 78 12,685 0.61

2 Penyalahguna 344 14,918 2.31 247 13,739 1.80 541 12,729 4.25

JUMLAH 434 26,201 1.66 338 26,789 1.26 619 25,414 2.44

2008 2009 2010

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Sedangkan di Sulawesi Selatan, tersangka pengedar dan penyalahguna

narkotika pada tahun 2008 sebanyak 434 tersangka, 20,74% diantaranya

sebagai pengedar, dan pada tahun 2010 sebanyak 619 tersangka, 12,60%

diantaranya sebagai pengedar. Perbandingannya dapat dilihat pada gbr 2.

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Page 13: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 8-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

4. Kasus dan Tersangka Narkotika yang Ditangkap POLRI

Kasus dan tersangka narkotika yang ditangkap POLRI dan BNN di

Indonesia tidak terlalu mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2008

(18.621 kasus dan 25.049 tersangka), tahun 2009 (18.579 kasus dan 25.032

tersangka), dan tahun 2010 (17.877 kasus dan 23.958 tersangka).

Sedangkan kasus narkotika di Sulawesi Selatan, mengalami

peningkatan yang berarti dari tahun 2007-2011. Secara rinci dapat dilihat

pada gambar 3.

Gambar.3

Data Kasus Narkotika yang Ditangkap POLDA di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

Sumber : Data POLDA Sulselbar

Tersangka penyalahguna narkoba yang ditangani POLDA Sulselbar

dari tahun 2007-2011 menunjukkan angka rata-rata 90% tersangka

penyalahguna tersebut berjenis kelamin laki-laki, dan 10% lainnya dari jenis

kelamin perempuan, dapat dilihat pada gambar 4 berikut.

Gambar.4 Data Tersangka Penyalahguna Narkoba yang Ditangkap POLDA

di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

Sumber : Dit Narkoba POLDA Sulselbar

Page 14: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 9-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

Tersangka penyalahguna narkoba di Sulawesi Selatan berdasarkan

latar belakang pendidikan, dapat dilihat pada gambar 5 yaitu dari tahun

2007-2009 dijadikan tersangka paling banyak berlatar belakang pendidikan

SD, kemudian SLTA, SLTP dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pada tahun

2010-2011, terjadi perubahan yaitu paling banyak tersangka ditemukan

berlatar belakang pendidikan SLTA, kemudian SD, SLTP dan perguruan

tinggi.

Gambar.5 Data Tersangka Penyalahguna Narkoba yang Ditangkap POLDA

Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

Sumber : Dit Narkoba Polda Sulselbar

Tersangka penyalahgunaan narkoba yang ditangani oleh POLDA di

Sulawesi Selatan paling banyak dari kalangan pekerja swasta, kemudian

pengangguran, buruh, pelajar dan seterusnya dari kalangan POLRI, PNS,

serta mahasiswa.

Gambar.6 Data Tersangka Penyalahguna Narkoba yang Ditangkap POLDA Berdasarkan Pekerjaan di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

Sumber : Dit Narkoba Polda Sulselbar

5. Barang Bukti Narkotika yang Disita POLRI dan BNN

Pola penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan melihat

barang bukti yang disita. Jenis barang bukti yang dominan disita pleh POLRI

dan BNN dari tahun 2008-2010 di Indonesia yaitu daun ganja di atas 96,8%,

menyusul ekstasi 1,56%, shabu 1,54% dan heroin/putaw 0,06%.

Page 15: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 10-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

Secara angka, sitaan daun ganja pada tahun 2008 (40.496.253,20 gr),

2009 (110.764.253,90 gr), dan tahun 2010 (22.692.283,73 gr), secara rinci

dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel. 4 Jumlah dan Rangking Barang Bukti Narkotika yang Disita POLRI dan BNN

di Sulawesi Selatan Tahun 2008-2010

Sulsel (gr) Nas (gr) Sulsel (gr) Nas (gr) Sulsel (gr) Nas (gr)

1 Barang bukti daun ganja 9,337.80 40,496,253.20 0.02 21 280.50 110,764,253.90 0.0003 24 474.85 22,692,283.73 0.0021 25

2 Barang bukti heroin/ putaw 14.72 20,553.30 0.07 8 10.88 15,473.73 0.0703 8 - 33,111.34 0

3 Barang bukti ekstasi 1,050 1,091,204 0.10 15 4,683 318,934.50 1.4683 9 1,191 434,660.25 0.274 8

4 Barang bukti shabu 1,189 709,854 0.17 6 2,465 239,449.60 1.0294 7 1,616 649,119.30 0.249 17

JUMLAH 11,592 42,317,865 0.03 7,439 111,338,112 0.0067 3,282 23,809,175 0.0138

No URAIAN BARANG BUKTI2008 2009 2010

% % %Peringk

at

Peringk

at

Pering

kat

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Sedangkan barang bukti sitaan narkotika di Sulawesi Selatan sangat

bervariasi setiap tahunnya, pada tahun 2008 barang sitaan terbanyak yaitu

daun ganja ( 80,56%), disusul sabhu (10,26%),ekstasi (9,06%) dan

Heroin/putaw (0,12%). Tahun 2009 justru ekstasi yang terbanyak (62,96%),

kemudian menyusul shabu (33,14%), daun ganja (3,76%) dan heroin/putaw

(0,13%). Sedangkan pada tahun 2010 barang sitaan yang terbanyak yaitu

shabu (49,25%), menyusul ekstasi (36,30%), dan daun ganja (14,45%).

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

6. Kerawanan Daerah Tempat Penyebaran dan Penyalahgunaan Narkoba

Berdasarkan pengungkapan kasus penyalahguna narkoba di Sulawesi

Selatan oleh POLDA Sulselbar sudah hampir semua kabupaten/ kota dapat

ditemukan.

Page 16: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 11-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

Berkaitan dengan data pengungkapan kasus tersebut, dapat

ditentukan kerawanan daerah penyebaran dan penyalahgunaan narkoba.

Kabupaten/kota yang paling rawan yaitu Kota Makassar, kemudian Kota

Pare-pare, Kab. Maros, Kab. Sidrap, Kab. Bone, Kab. Pinrang dan

selengkapnya dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar.8 Data Kerawanan Daerah Berdasarkan Peredaran dan Penyalahgunaan

Narkoba di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

Sumber : Dit Narkoba POLDA Sulselbar

Page 17: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 12-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

BAB III

ANALISIS ANCAMAN NARKOBA

A. Penyalahgunaan Narkoba

1. Hasil penelitian terhadap prevalensi penyalahgunaan maupun

peredaran gelap narkoba di Sulawesi Selatan, terjadi peningkatan

setiap tahunnya. Jika dilihat dari trend perkembangannya, maka

setiap tahunnya di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan

penyalahguna narkoba sebesar 6%, sehingga pada tahun 2015 dapat

diperkirakan menjadi 168.255 penyalahguna jika tidak mendapat

penanganan yang tepat.

2. Penyalahgunaan Narkoba yang sementara direhabilitasi di Unit Terapi

dan Rehabilitasi yang berasal dari wilayah Sulawesi Selatan 2010

sebanyak 58 orang. Menjadi kehawatiran setelah selesai menjalani

terapi dan rehabilitasi, mereka bergabung ulang dengan teman

pecandu lainnya. Maka “After Care Korban Narkoba”, merupakan

salah satu upaya yang harus dilakukan.

3. Meningkatnya Penyalahguna Narkoba coba pakai yang mencapai

38,26% di atas rata-rata Nasional akan timbul pelanggan baru, dan

setelah meningkat maka akan menjadi teratur pakai dan kemudian

akan menjadi pelanggan tetap. Hal ini menjadi kerawanan bagi orang

yang “imun” terhadap Narkoba.

4. Pusat Rehabilitasi narkoba untuk wilayah timur Indonesia, berlokasi di

Baddoka Kec. Biringkanaya Kota Makassar Provinsi Sulawesi

Selatan, sehingga memungkinkan untuk merujuk pecandu narkoba

untuk direhabilitasi sebanyak-banyaknya.

B. Peredaran Gelap Narkoba

1. Pengungkapan kasus narkoba tiga tahun terakhir, bervariasi setiap

tahunnya. Tahun 2008 terbanyak yaitu ganja (80,56%), 2009

terbanyak yaitu ekstasi (62,96%), dan tahun 2010 terbanyak yaitu

shabu (49,25%). Hal ini menunjukkan bahwa bervariasinya barang

bukti narkoba yang beredar di Sulawesi Selatan kemungkinan

diperuntukkan untuk pengguna coba pakai.

Page 18: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 13-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

2. Pengedar dan penyalahguna narkotika pada tahun 2008 sebanyak

434 tersangka, 20,74% diantaranya sebagai pengedar, dan pada

tahun 2010 sebanyak 619 tersangka, 12,60% diantaranya sebagai

pengedar.

3. Tersangka penyalahguna narkoba di Sulawesi Selatan berdasarkan

latar belakang pendidikan, yaitu dari tahun 2007-2009 dijadikan

tersangka paling banyak berlatar belakang pendidikan SD, kemudian

SLTA, SLTP dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pada tahun 2010-

2011, terjadi perubahan yaitu paling banyak tersangka ditemukan

berlatar belakang pendidikan SLTA, kemudian SD, SLTP dan

perguruan tinggi.

4. Tersangka penyalahgunaan narkoba yang ditangani oleh POLDA di

Sulawesi Selatan paling banyak dari kalangan pekerja swasta,

kemudian pengangguran, buruh, pelajar dan seterusnya dari kalangan

POLRI, PNS, serta mahasiswa.

Page 19: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 14-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

BAB IV

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROVINSI SULAWESI SELATAN DI BIDANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN

DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

A. Visi

Bersama mewujudkan “Sulawesi Selatan Bebas Narkoba Tahap 2011–2015”.

B. Misi

Melakukan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap secara komprehensif dan sinergis.

C. Tujuan

Terwujudnya Sulawesi Selatan Bebas Narkoba Tahun 2015

D. Sasaran

Sasaran strategis Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan tujuan

dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba, antara lain :

1. Meningkatnya jumlah masyarakat Sulawesi Selatan yang imun terhadap

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2. Menurunnya angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di bawah 2,04% dari

jumlah penduduk Sulawesi Selatan usia 10-59 tahun.

3. Meningkatnya pengungkapan jaringan peredaran gelap narkoba.

E. Arah Kebijakan Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

Berkenaan dengan sasaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, maka

diputuskan arah kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba di Sulawesi Selatan pada periode 2011-2015, antara lain :

1. Menjadikan 97,96 % penduduk Sulawesi Selatan imun terhadap PPGN

melalui partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat, pemerintah dan

swasta dengan menumbuhkan sikap menolak narkoba dan menciptakan

lingkungan bebas narkoba.

2. Menjadikan 2,04 % penduduk Sulawesi Selatan (penyalahguna narkoba)

secara bertahap mendapat layanan rehabilitasi melalui rawat inap/rawat

jalan.

Page 20: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 15-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

3. Menumpas jaringan sindikat narkoba hingga ke akar-akarnya melalui

pemutusan jaringan sindikat narkoba dalam negeri dan Provinsi Sulawesi

Selatan dan penghancuran kekuatan ekonomi jaringan sindikat narkoba

dalam negeri dengan cara penyitaan aset melalui penegakan hukum yang

tegas dan keras.

F. Strategi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

Strategi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang ditetapkan untuk

mencapai tujuan dan sasaran tersebut antara lain:

1. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pencegahan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkoba dengan cara membangun dan meningkatkan

pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pemberdayaan masyarakat

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba dengan cara mendorong peran serta masyarakat dalam menciptakan

lingkungan bebas narkoba.

3. Memfasilitasi penyediaan sarana terapi dan rehabilitasi bagi

penyalahguna dan/atau pecandu narkoba dengan cara meningkatkan

kemampuan pelayanan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau

pecandu narkoba.

4. Memberantas sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba dengan cara memetakan dan mengungkap sindikat jaringan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta menyita aset pelaku

tindak kejahatan narkoba.

Page 21: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 16-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

BAB V

KOORDINASI DAN KERJASAMA

A. Koordinasi

1. Setiap pimpinan Daerah Kabupaten – Kota, Instansi Vertikal, dan SKPD

serta Unit Kerja terkait di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

agar menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi

guna mencegah terjadinya tumpang tindih sasaran kegiatan.

2. Setiap pimpinan Daerah Kabupaten – Kota, Instansi Vertikal, dan SKPD

serta Unit Kerja terkait di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

bertanggung jawab atas pencapaian target Rencana Aksi Nasional sesuai

tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.

3. Pelaksanaan koordinasi dilaksanakan oleh pelaksana program/kegiatan

dengan mengutamakan asas transparansi.

B. Kerjasama

1. Setiap pimpinan Daerah Kabupaten – Kota, Instansi Vertikal, dan SKPD

serta Unit Kerja terkait di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

melakukan…secara terpadu dalam pelaksanaan program/kegiatan, dapat

melakukan kerja sama yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman

dan/atau perjanjian kerjasama.

2. Kerjasama tersebut dilaksanakan untuk optimalisasi pencapaian target

Rencana Aksi Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 22: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 17-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

BAB VI

EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Evaluasi

1. Evaluasi pencapaian target Rencana Aksi Daerah dilaksanakan setiap 6

(enam) bulan sekali.

2. Pelaksanaan evaluasi dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi

Sulawesi Selatan melalui Asisten III Bidang Kesejahteraan Rakyat.

3. Masing-masing pimpinan Daerah Kabupaten – Kota, Instansi Vertikal,

dan SKPD serta Unit Kerja terkait di Lingkungan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan menugaskan pejabat yang membidangi perencanaan

sebagai penghubung.

4. Penyusunan laporan evaluasi menggunakan format yang telah

ditentukan.

5. Review Kebijakan dan Strategi Daerah di Bidang Pencegahan,

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)

dilaksanakan setiap setahun sekali sesuai dengan perkembangan

ancaman narkoba.

B. Pelaporan

1. Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Asisten III Bidang

Kesejahteraan Rakyat mengkoordinasikan pengkompilasian laporan

masing-masing Kabupaten – Kota, Instansi Vertikal dan SKPD/Unit Kerja

terkait Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan untuk disampaikan

kepada Gubernur dan selanjutnya akan diteruskan kepada Badan

Narkotika Nasional Republik Indonesia.

2. Pejabat yang telah ditugaskan oleh pimpinan Daerah Kabupaten – Kota,

Instansi Vertikal, dan SKPD serta Unit Kerja terkait sebagai penghubung

mengirimkan laporan pencapaian target Rencana Aksi Daerah kepada

Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Asisten III Bidang

Kesejahteraan Rakyat dengan menggunakan format yang telah

ditentukan.

Page 23: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

- 18-

Kebijakan & Strategi Provinsi Sulsel 2011-2015 tentang P4GN

BAB VII

P E N U T U P

Penyusunan Kebijakan dan Strategi di Bidang Pencegahan, Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Tahun 2011-2015 ini,

merupakan komitmen bersama seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan beserta segenap instansi terkait, untuk

melakukan upaya terkait secara terpadu dan berkesinambungan dalam

mewujudkan “Sulawesi Selatan Bebas Narkoba”.

Page 24: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

LAMPIRAN II : PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN

NOMOR : 33 TAHUN 2012

TANGGAL : 20 JULI 2012

TENTANG : KEBIJAKAN DAN STRATEGI SERTA RENCANA AKSI PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PENCEGAHAN

: DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA TAHUN 2011-2015

: RENCANA AKSI PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA TAHUN 2011-2015

2011 2012 2013 2014 2015

BIDANG PENCEGAHAN

Memberikan penyuluhan dan

penerangan kepada para

Siswa/Pelajar menengah yang

rentan dan beresiko tinggi dari

penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba.

300 4770 10354 17573 27713

Dinas Pendidikan,

Kantor Agama, KPA,

Biro Napza & HIV-

AIDS, Dinkes.,

BNNP/BNNK

Meningkatnya jumlah

Siswa/Pelajar

pendidikan menengah

menolak narkoba.

APBN/APBD

Membentuk dan meningkatkan

keterampilan kader anti narkoba di

kalangan para Siswa/Pelajar

pendidikan menengah yang

lingkungannya rentan dan beresiko

0 1050 1608 2090 2734

Dinas Pendidikan,

Kantor Agama, KPA,

Biro Napza & HIV-

AIDS, Dinkes,

BNNP/BNNK

Meningkatnya jumlah

Kader Anti Narkoba di

kalangan para

Siswa/Pelajar

pendidikan menengah.

APBN/APBD

Memberikan penyuluhan dan

penerangan kepada para Mahasiswa

yang rentan dan beresiko tinggi dari

penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba.

0 4700 9730 16386 25668

Dinas Pendidikan,

Kantor Agama, KPA,

Biro Napza & HIV-

AIDS, Dinkes,

BNNP/BNNK

Meningkatnya jumlah

Mahasiswa menolak

narkoba

APBN/APBD

Membentuk dan meningkatkan

keterampilan kader anti narkoba di

kalangan Mahasiswa yang

lingkungannya rentan dan beresiko

tinggi dari penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba.

0 1120 1368 1783 2516

Dinas Pendidikan,

Kantor Agama, KPA,

Biro Napza & HIV-

AIDS, Dinkes,

BNNP/BNNK

Meningkatnya jumlah

Kader Anti Narkoba di

kalangan para

Mahasiswa.

APBN/APBD

2

Para Mahasiswa

tidak

menyalahgunakan

narkoba dan terlibat

peredaran gelap

narkoba

INDIKATOR BIAYA

1

Para Siswa/Pelajar

pendidikan

menengah tidak

menyalahgunakan

narkoba dan terlibat

peredaran gelap

narkoba.

No TUJUAN RENCANA AKSITARGET/ TAHUN

PELAKSANA

Page 25: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

2011 2012 2013 2014 2015INDIKATOR BIAYANo TUJUAN RENCANA AKSI

TARGET/ TAHUNPELAKSANA

Memberikan penyuluhan dan

penerangan kepada para pekerja di

perusahaan atau instansi swasta

yang rentan dan beresiko tinggi dari

penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba.

0 1600 2160 2808 3907

Disnakertrans, Biro

Napza dan HIV-AIDS,

Hyperkes, BKKM,

BNNP/BNNK

Meningkatnya jumlah

Pekerja di perusahaan

atau instansi swasta

menolak narkoba

APBN/APBD

Membentuk dan meningkatkan

keterampilan kader anti narkoba di

instansi swasta/wiraswasta yang

lingkungannya rentan dan beresiko

tinggi dari penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba.

0 1015 1226 1593 2230

Disnakertrans, Biro

Napza dan HIV-AIDS,

Hyperkes, BKKM,

BNNP/BNNK

Meningkatnya jumlah

Kader Anti Narkoba di

lingkungan

perusahaan atau

instansi swasta.

APBN/APBD

Memberikan penyuluhan dan

penerangan kepada pegawai negeri

yang rentan dan beresiko tinggi dari

penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba.

0 7400 8880 11544 16172Seluruh lembaga

pemerintah

Meningkatnya jumlah

Pegawai Negeri

menolak narkoba

APBN/APBD

Membentuk dan meningkatkan

keterampilan kader anti narkoba di

instansi pemerintah yang

lingkungannya rentan dan beresiko

tinggi dari penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba.

0 2520 3032 3941 5517Seluruh lembaga

pemerintah

Meningkatnya jumlah

Kader Anti Narkoba di

lingkungan Instansi

Pemerintah.

APBN/APBD

Memberikan penyuluhan dan

penerangan kepada masyarakat

yang rentan dan beresiko tinggi dari

penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba.

0 2800 3360 4368 6126BNNP, Biro Napza &

HIV

Meningkatnya jumlah

Pegawai Negeri

menolak narkoba

APBN/APBD

Membentuk dan meningkatkan

keterampilan kader anti narkoba

pada msyarakat yang lingkungannya

rentan dan beresiko tinggi dari

penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba.

0 910 1100 1430 2001BNNP, Biro Napza &

HIV

Meningkatnya jumlah

Kader Anti Narkoba di

lingkungan Instansi

Pemerintah.

APBN/APBD

BIDANG PEBERDAYAAN MASYARAKAT

Para pekerja swasta

/wiraswasta/buruh

tidak

menyalahgunakan

narkoba dan terlibat

peredaran gelap

narkoba

3

Para pegawai di

lembaga

Negara/pemerintah

tidak

menyalahgunakan

narkoba dan terlibat

peredaran gelap

narkoba

4

5

Masyarakat di

lingkungan keluarga

tidak

menyalahgunakan

narkoba dan terlibat

peredaran gelap

narkoba

Page 26: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

2011 2012 2013 2014 2015INDIKATOR BIAYANo TUJUAN RENCANA AKSI

TARGET/ TAHUNPELAKSANA

Melakukan test narkoba dimulai dari

pendidikan menengah yang rentan

dan beresiko tinggi terhadap

penyalahgunan dan peredaran gelap

narkoba.

0 2 6 6 6 Dinkes, BNNP APBN/APBD

Memberikan pelayanan rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial bagi

pelajar pendidikan menengah yang

terlibat sebagai penyalahguna,

korban penyalahgunaan, dan

pecandu narkoba

0 3 8 8 8 Dinkes, Dinsos, BNNP APBN/APBD

Mengungkap jaringan sindikat

narkoba yang mengakibatkan

pelajar pendidikan menengah terlibat

sebagai penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu

narkoba.

0 10% 20% 30% 40% Polda, BNNP/BNNK APBN/APBD

Melakukan test narkoba dimulai dari

kampus yang rentan dan beresiko

tinggi terhadap penyalahgunan dan

peredaran gelap narkoba.

0 6 8 8 8 Dinkes, BNNP APBN

Memberikan pelayanan rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial bagi

Mahasiswa yang terlibat sebagai

penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu

narkoba

0 6 8 10 12 Dinkes, Dinsos, BNNP APBN/APBD

Mengungkap jaringan sindikat

narkoba yang mengakibatkan

Mahasiswa terlibat sebagai

penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu

narkoba.

0 10% 20% 30% 40% Polda, BNNP APBN/APBD

Melakukan test narkoba dimulai dari

lingkungan kerja yang rentan dan

beresiko tinggi terhadap

penyalahgunan dan peredaran gelap

narkoba.

0 5 6 6 6 Dinkes, BNNP APBN/APBD

1

Lingkungan

pendidikan

menengah bebas

dari

penyalahgunaan

dan peredaran gelap

narkoba terutama

Ganja, Shabu,

Ekstasi, dan Heroin

Meningkatnya jumlah

pendidikan menengah

bebas narkoba

2

Lingkungan

kampus bebas dari

penyalahgunaan

dan peredaran gelap

narkoba terutama

Ganja, Shabu,

Ekstasi, Heroin.

Meningkatnya jumlah

kampus bebas

narkoba

3

Lingkungan kerja

bebas dari

penyalahgunaan

dan peredaran gelap

narkoba terutama

Ganja, Shabu,

Ekstasi, dan Heroin

Meningkatnya

jumlahlingkungan kerja

bebas narkoba

Page 27: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

2011 2012 2013 2014 2015INDIKATOR BIAYANo TUJUAN RENCANA AKSI

TARGET/ TAHUNPELAKSANA

Memberikan pelayanan rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial bagi

pekerja/ pegawai yang terlibat

sebagai penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu

0 4 4 4 4 Dinkes, Dinsos, BNNP APBN/APBD

Mengungkap jaringan sindikat

narkoba yang mengakibatkan

pekerja/ pegawai terlibat sebagai

penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu

narkoba.

0 0 10% 20% 40% Polda, BNNP APBN

4

Para pencandu

narkoba yang sudah

cukup umur atau

keluarganya dan

orang tua atau wali

pecandu Narkotika

yang belum cukup

umur melaporkan

diri kepada

institusi penerima

wajib lapor

Melakukan pendataan Wajib Lapor

secara terpadu 0 20 orang 100 orang200 orang 250 orang

Dinkes, Dinsos, BNNP,

Polda

Meningkatnya jumlah

pecandu narkotika

yang melaporkan diri

dan menerima

perawatan

APBN/APBD

5

Secara bertahap

para penyalahguna,

korban

penyalahgunaa, dan

pencandu narkoba

dapat menerima

pelayanan

rehabilitasi medis

dan rehabilitasi

sosial

Melakukan pendataan kondisi

lembaga rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial instansi

pemerintah dan komponen

masyarakat

0

4

Kab/Kot

a

10

Kab/Kot

a

18

Kab/Kota

24

Kab/KotaDinkes, Dinsos, BNNP

Meningkatnya jumlah

penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan

pecandu narkoba yang

mengikuti program

rehabilitasi

APBN/APBD

Meningkatkan penguatan lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial terutama lembaga yang

hendak berhenti beroperasi

0 4 KM 4 KM 4 KM 4 KM BNNP APBN/APBD

Secara bertahap

tersedianya lembaga

rehabilitasi medis

dan rehabilitasi

sosial didaerah

rawan

penyalahgunaan

narkoba

6

3

Lingkungan kerja

bebas dari

penyalahgunaan

dan peredaran gelap

narkoba terutama

Ganja, Shabu,

Ekstasi, dan Heroin

Meningkatnya

jumlahlingkungan kerja

bebas narkoba

Page 28: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

2011 2012 2013 2014 2015INDIKATOR BIAYANo TUJUAN RENCANA AKSI

TARGET/ TAHUNPELAKSANA

Melakukan penataan kembali

lembaga rehabilitasi sesuai dengan

status penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu yang

0 10% 20% 30% 40% Dinkes, Dinsos, BNNP APBN/APBD

Melakukan pendataan kembali

terhadap tersedianya lembaga

rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial terutama Kabupaten/Kota

yang benar-benar belum tersedia

lembaga rehabilitasi

0

LUT,

WAJ,

BUK

SEL,

SID,

BON

BAN,

PIN, LUT

LUW,

JEN,

PAN

Dinkes, Dinsos, BNNP

Meningkatnya lembaga

rehabilitasi di daerah

rawan penyalahgunaan

narkoba

APBN/APBD

Memberikan pelayanan mantan

penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu

narkoba dengan program after care

0 +10% +10% +10% +10% Dinkes, Dinsos, BNNP APBN/APBD

Melakukan penataan sIstem

manajemen informasi yang terpadu

bagi para mantan penyalahguna,

korban penyalahgunaan, dan

pecandu narkoba

0 12 12 12 12 Dinkes, Dinsos, BNNP APBN/APBD

2011 2012 2013 2014 2015

BIDANG PEMBERANTASAN

7

No TUJUAN

Para penyalahguna,

korban

penyalahgunaan,

dan pencandu

narkoba yang telah

lengkap

menyelesaikan

program rehabilitasi

secara berlanjut

mengikuti program

after care untuk

mencegah terjadinya

kekambuhan

kembali (relapse)

Meningkatnya mantan

penyalahguna, korban

penyalahgunaan,

pecandu narkoba yang

mengikuti program

after care

INDIKATOR BIAYARENCANA AKSITARGET/ TAHUN

PELAKSANA

Secara bertahap

tersedianya lembaga

rehabilitasi medis

dan rehabilitasi

sosial didaerah

rawan

penyalahgunaan

narkoba

6

Page 29: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

2011 2012 2013 2014 2015INDIKATOR BIAYANo TUJUAN RENCANA AKSI

TARGET/ TAHUNPELAKSANA

Meningkatkan koordinasi instansi

terkait yang bertanggung jawab

melakukan pengawasan bahan kimia

prekursor

0 12 12 12 12

Dinkes, Dinsos,

Disperindag, Bea

Cukai, Polda, BNNP,

BPOM

APBN/APBD

Melakukan penegakan hukum yang

tegas dan keras terhadap setiap

terjadinya penyimpangan bahan

kimia prekursor :

0 0 1 kasus 1 kasus 1 kasus

- Prekursor yang disita 0 0 25% 25% 25%- Produksi kimia Prekursor yang

diungkap 00 10% 10% 10%

- Tersangka yang terlibat produksi

kimia prekursor yang ditangkap 00 10% 10% 10%

2

Tersitanya seluruh

aset jaringan

sindikat narkoba

yang terkait tindak

pidana narkotika

Melakukan penyelidikan dan

penyidikan, penuntutan, dan

peradilan tindak pidana pencucian

uang sampai dengan penyitaan aset

yang berkaitan dengan tindak pidana

narkotika

0 0 150 Jt 10% 20%Polda, Kejati, BNNP,

Kanwil Kumham

Meningkatnya nilai

aset yang disitaAPBN/APBD

3

Terlaksananya

penyelidikan dan

penyidikan,

penuntutan, dan

peradilan jaringan

sindikat narkoba

provinsi secara

sinergi

meningkatkan koordinasi, integrasi,

dan sinkronisasi antar aparat

penegak hukum provinsi sulsel

dalam upaya melakukan tindakan

tegas dan keras terhadap master

mind jaringan sindikat yang berada

di luar sulsel dengan memanfaatkan

UU Pencucian Uang dengan

menyelenggarakan peradilan in –

abstentia

0

1

Laporan/

Kasus

1 kasus 2 kasus 2 kasus

Bea Cukai, Imigrasi,

Polda, BNNP, Kejati,

Lapas, Kanwil Kumham

Meningkatnya

penyelesaian jumlah

kasus TP Narkotika

APBN/APBD

Melibatkan seluruh komponen

masyarakat dalam melakukan

pengawasan terhadap kinerja aparat

penegak hukum

0 12 12 12 12

LSM, TOMA, Tokoh

pemuda, Tokoh

Agama, Pengacara,

Keluarga

APBN/APBD

1

Terungkapnya

penyelewengan

bahan kimia

prekursor dan

penindakan jaringan

tersangka

berdasarkan hukum

yang berlaku

4

Terciptanya aparat

pemerintah yang

bersih dan

berwibawa

Berkurangnya aparat

penegak hukum yang

terlibat jaringan

sindikat narkoba

Meningkatnya hasil

pengungkapan

penyelewengan bahan

kimia prekursorPolda dan BNNP APBN/APBD

Page 30: GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN  · PDF filePsikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika,

2011 2012 2013 2014 2015INDIKATOR BIAYANo TUJUAN RENCANA AKSI

TARGET/ TAHUNPELAKSANA

Melakukan penindakan tanpa

pandang bulu terhadap para aparat

penegak hukum dan aparat

pemerintah lainnya yang terlibat

jaringan sindikat narkoba melalui

proses peradilan

0 12 12 12 12Polda, BNNP, Kanwil

Kumham, KejatiAPBN/APBD

5

Terselenggaranya

penegakan hukum

yang sinergi

Meningkatkan koordinasi antar

aparat penegak hukum di lapangan

demi terungkapnya jaringan sindikat

yang lebih besar

0 12 12 12 12 Bea cukai, Polda, BNNP

Berkurangnya

permasalahan penegak

hukum di lapangan

APBN/APBD

Membangun komunikasi dengan

sesama aparat penegak hukum dan

saling tukar informasi tentang

perkembangan jaringan sindikat

yang menjadi target nasional

0 0 1 jar 2 jar 3 jarBea Cukai, Polda,

Imigrasi, BNNPAPBN/APBD

Mengevaluasi dan mengintensifkan

kerjasama yang telah terjalin selama

ini

0 12 12 12 12Bea Cukai, Polda,

Imigrasi, BNNPAPBN/APBD

4

Terciptanya aparat

pemerintah yang

bersih dan

berwibawa

Berkurangnya aparat

penegak hukum yang

terlibat jaringan

sindikat narkoba

6

Terungkapnya

jaringan sindikat

narkoba nasional

Meningkatnya hasil

pengungkapan

jaringan sindikat

nasional