growthfactortipusrev2.doc
TRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Growth factor adalah kelompok besar molekul polipeptida yang meregulasi
divisi sel pada berbagai jaringan. Growth factor berkemampuan untuk menstimulasi
perkembangan selular, proliferasi selular dan diferensiasi selular.1,2
Retina memiliki perkembangan vaskuler yang kompleks. Pada awal
perkembangan mata, retina diperdarahi oleh koroid dan pembuluh hyaloid. Karena
regresi alami dari pembuluh hyaloid dan penebalan permukaan retina karena pada
saat perkembangan tahap akhir, retina akan berada pada kondisi hipoksia dan harus
membentuk sistem vaskuler tersendiri.1,2
Pembentukan sistem vaskuler pada awal perkembangan retina melibatkan
vaskulogenesis dan angiogenesis. Proses ini melibatkan growth factor yang
diproduksi oleh retina. Pada retina didapatkan beberapa macam growth factor antara
lain adalah PDGF, FGF, VEGF, HGF, angiopoietin. Beberpa penelitian yang
dilakukan belakangan ini menyatakan bahwa growth factor yang paling berperan
dalam sistem vaskuler retina terfokus pada VEGF.1
2. Tujuan
Dalam sari pustaka ini akan dibahas peranan growth factor dalam sistem
vaskuler pada retina.
BAB II
1
Anatomi dan Sistem Vaskuler Pada Retina
1. Anatomi Retina
Retina adalah bagian mata yang transparan, melapisi ¾ bagian posterior
dalam bola mata. Retina berkembang mulai dari makula pada posterior bola mata
sampai kira-kira 5 mm anterior dari ekuator, ora serrata, dimana akan bergabung
dengan epithelium dari pars plana siliaris. Bagian retina yang paling kuat
perlekatannya adalah pada bagian pinggir dari diskus optikus dan pada ora serrata.
Retina juga berlekatan dengan vitreus pada retina perifer, disebut juga dengan
vitreus base. Bagian perlekatan yang lain antara vitreus dan retina didapatkan di
sekitar daerah diskus optikus dan makula.3,4
Retina memiliki beberapa lapisan. Urutan lapisan-lapisan tersebut (dari luar ke
dalam) adalah:3,4
1. Epitel pigmen retina (RPE)
2. Lapisan sel foto reseptor.(sel batang dan sel kerucut)
3. Lapisan limitans eksterna - Lapisan yang membatasi bagian dalam
fotoreseptor dari inti selnya
4. Lapisan nuclear luar
5. Lapisan pleksiform luar - Pada bagian makular, ini dikenal sebagi "Lapisan
serat Henle" (Fiber layer of Henle).
2
6. Lapisan nuklear dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion - Lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan
merupakan asal dari serat saraf optik.
9. Lapisan seranut saraf - Yang mengandung akson - akson sel ganglion yang
berjalan menuju ke nervus optikus.
10.Membran limitans interna
Gambar 1. Lapisan retina (di unduh dari http://instruct.uwo.ca/anatomy/530/retina.jpg )
3
1.1. Epitel Pigmen Retina
Epitel Pigmen Retina (RPE) terdiri dari satu lapisan sel berpigmen. Ada
4000.000-6000.000 sel RPE, dan setiap sel beriteraksi dengan 30 sampai 40
reseptor. RPE adalah daerah aktif dengan beberapa fungsi. Pertama, daerah
perhubungan zonula zinii dengan RPE merupakan daerah yang penting dalam sawar
darah retina, yang selektif mengkontrol zat dari kapiler koroid ke dalam retina. Kedua,
lisosom seluler dalam sel memungkinkan sel untuk memfagosit fragmen dari
pelepasan yang terus menerus dari segmen luar diskus. Ketiga, RPE memetabolisasi
dan menyimpan vitamin A yang digunakan dalam pembentukan formasi molekul
fotopigmen, dan merupakan daerah dimana beberapa proses kimia yang penting
dalam pembaharuan molekul ini. Keempat, sel-sel memiliki peranan pada
pembentukan kompleks antara lapisan RPE dan fotoreseptor.3,4
1.2. Lapisan sel fotoreseptor
Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.3,4
1.3. Lapisan Limitans Eksterna
Membran limitans eksterna sebenarnya bukanlah sebuah membran tetapi
merupakan perhubungan intraseluler antara sel fotoreseptor dan sel Muller pada
lapisan dalam lapisan foto reseptor. Lapisan ini memiliki fungsi sebagai barier
metabolik yang menghalangi jalan dari beberapa molekul besar.3,4
4
1.4. Lapisan nuklear luar
Lapisan nuklear luar terdiri dari badan sel batang dan sel kerucut.. Serabut
saraf sel kerucut memiliki ukuran yang pendek, karena itu inti sel kerucut terletak
pada satu lapisan yang berdekatan dengan membran limitans eksterna.3,4
1.5. Lapisan Plexiform Luar
Lapisan plexiform luar memiliki lapisan yang lebar yang terdiri dari serabut sel
batang dan sel kerucut, dan lapisan dalam yang sempit yang terdiri dari sinaps antara
sel fotoreseptor dan sel dari lapisan inti sel fotoreseptor dalam. Beberapa sinaps ini
terdiri dari invaginasi dari terminal fotoreseptor. Sinaps yang berinvaginasi dalam sel
batang dapat memiliki elemen post sinaptik yang banyak. Sinaps yang berinvaginasi
pada sel kerucut terdiri dari dua proses post sinaptik horizontal yang mengepung
dendrit bipolar. Hubungan sinaptik juga terjadi diluar sinaps yang berinvaginasi pada
lapisan pleksiform luar. Sel horizontal akan membentuk hubungan sinaptik dengan
dendrit bipolar dan menghubungkan sel horizontal lainnya. Dendrit bipolar akan
bersinaps dengan ujung sel fotoreseptor. Satu sel fotoreseptor bisa berhubungan
dengan lebih dari satu dendrit bipolar. Axon yang panjang dari sel saraf
interpleksiformis akan membuat hubungan sinaptik yang banyak. Perkelatan mirip
desmosom yang disebut synaptic densities terletak pada susunan dari percabangan
dendrit bipolar dan prosesus sel horizontal pada lapisan pleksiform luar. Lapisan ini
membatasi vaskulerisasi retina dan bisa menghalangi penyebaran eksudat dan
perdarahan ke lapisan luar retina.3,4
1.6. Lapisan Nuklear Dalam
5
Lapisan nuklear dalam terdiri dari badan sel horizontal, sel bipolar, sel
amakrin, sel saraf interpleksiformis, sel Muller dan beberapa sel ganglion Inti sel
horizontal terletak pada lapisan pleksiform luar. Inti dari sel amakrin terletak didekat
lapisan pleksiform dalam. Dendrit sel bipolar terletak pada lapisan pleksiform luar dan
axonnya terletak pada lapisan pleksiform dalam. Perdarahan retina pada jaringan
kapiler dalam terletak pada lapisan nuklear dalam.3,4
1.7. Lapisan Pleksiform Dalam
Lapisan pleksiform dalam terdiri atas koneksi sinaptik atara akson dari sel
bipolar dan dendrit dari sel ganglion. Secara umum, akson dari sel bipolar yang
berinvaginasi berujung pada separuh dari lapisan pleksiform dalam, dan akson dari
sel bipolar datar berujung pada separuh luar lapisan pleksiform luar. Sinaps juga
terjadi antara prosesus sel amakrin dan akson sel bipolar, prosesus sel amakrin dan
badan dan dendrit sel ganglion, sel amakrin dan sel amakrin dan sel saraf
interpleksiform.3,4
1.8. Lapisan Sel Ganglion
Lapisan sel ganglion pada umumnya terdiri dari 1 lapisan sel kecuali di dekat
makula, dimana mungkin didapatkan 8 sampai 10 lapis sel, dam daerah temporal
diskus optikus dimana terdiri dari 2 lapis sel. Jumlah sel ganglion semakin berkurang
pada bagian ora serata dan lapisan serabut saraf menipis.3,4
1.9. Lapisan Serabut Saraf
6
Lapisan serabut saraf terdiri dari akson sel ganglion. Jalur mereka berjalan
sejajar permukaan retina. Serat serat dilanjutkan ke diskus optikus, berputar ke arah
kanan dan keluar memalui lamina kribosa pada nervus optikus. Serabut- serabut ini
pada umumnya tidak memiliki selaput myelin di dalam retina. Bagian lapisan serabut
saraf yang paling tebal terdapat pada tepi diskus optikus, dimana seluruh serabut
berkumpul. Kumpulan serabut yang menyebar dari diskus optikus ke daerah makula
disebut dengan papilomakular bundle. Kumpulan serabut saraf ini berperanan
penting dalam melanjutkan informasi ke otak yang menentukan ketajaman
penglihatan. 3,4
1.10. Lapisan Limitans Interna
Lapisan limitans interna membentuk pembatas paling dalam pada retina.
Permukaan luar lapisan ini tidak merata dan terdiri dari perluasan terminasi dari sel
Muller (disebut juga footplates) dan dilapisi oleh membrana basalis.3,4
2. Sistem Vaskuler Pada Retina
2.1. Embriologi Vaskuler Retina
Sampai bulan ke empat kehamilan, retina akan diberi nutrisi oleh pembuluh
hyaloid. Pada bulan ke empat kehamilan pembuluh hyaloid akan regresi secara alami
yang menandai awal pertumbuhan posterior sirkulasi retina. Pada bulan ke empat
kehamilan, pembuluh darah retina pertama terbentuk saat benang padat endotel
tumbuh pada kepala saraf optik yang akan membentuk sistem arteri retina sentral.
Pada bulan ke enam kehamilan, pembuluh ini akan membentuk lumen yang
mengandung sedikit sel darah merah. Pada saat ini, pembuluh akan berkembang 1-
7
2mm dari diskus optikus dan terus tumbuh kearah luar menuju ora serata di arah
nasal. Pada bulan ke tujuh sampai delapan pembuluh ini akan berkembang menuju
arah ekuator. Pembuluh darah retina akan mencapai tahap matang pada bulan ke
lima setelah kelahiran.
2.2. Anatomi Vaskuler Retina
Retina memerima pasokan darah dari 2 sumber. Sepertiga lapisan luar retina
yaitu lapisan pleksiform luar, lapisam nuklear luar, lapisan fotoreseptor, dan lapisan
epitel pigmen retina menerima pasokan nutrisi dari arah koroid melalui RPE oleh
arteri siliaris posterior dan arteri siliaris anterior dan vena vorteks. Sedangkan 2/3
dalam retina yang terdiri dari lapisan nuklear dalam, lapisan pleksiform dalam
menerima pasokan nutrisi dari arteri retina sentralis dan vena retina sentralis. Arteri
retina sentralis merupakan cabang dari arteri oftalmika yang merupakan cabang dari
arteri karotis interna. Arteri karotis interna memasuki bagian ventromedial nervus
optikus pada 1,2 cm di belakang bola mata. Arteri retina sentralis keluar dari nervus
optikus melalui diskus optikus dan membentuk 4 percabangan yaitu cabang superior
temporal dan nasal, dan cabang inferior temporal dan nasal yang memperdarahi
seluruh kuadran dari retina. Arteri dan vena retina sentral akan membentuk arteriol
dan venule dengan diameter yang lebih kecil yang menjalar sampai ke bagian dalam
retina pada lapisan sel ganglion yaitu pleksus kapiler superfisial dan pada lapisan
nuklear dalam yaitu pleksus kapiler dalam.3,4
8
Gambar 2. Arteri dan Vena Retina Sentralis (diunduh dari http://www.elsevierdirect.com/brochures/eye/PDFs/Developmental-Anatomy-Retinoid-Choroidal-Vasculature.pdf)
2.3. Fisiologi Sistem Vaskuler Retina
Sistem vaskuler retina memiliki penghalang metabolik yang mengatur
pertukaran ion, protein dan air dari pembuluh darah ke jaringan retina. Penghalang
fisiologis ini disebut juga dengan sawar darah retina. Ada 2 macam sawar darah
retina yaitu sawar darah retina luar dan dalam.5,6,7
Sawar darah retina dalam didapatkan pada pembuluh darah retina. Kapiler
pembuluh darah retina terbentuk oleh endotel dengan ketebalan 1 sel, perhubungan
antar sel ini halangi oleh suatu protein yang disebut dengan tight junction yang
berfungsi untuk mencegah molekul seperti plasma protein, dan air untuk keluar
masuk endotel melalui celah-celah antara endotel (transpor paraseluler). Molekul-
molekul yang menuju retina harus menembus endotel melalui proses yang disebut
transpor transeluler.5,6,7
9
Sawar darah retina luar didapatkan pada koroid yang dibatasi oleh tight
junctions diantara sel RPE yang membatasi masuknya makromolekul yang beredar
pada kapiler koroid masuk ke bagian fotoreseptor retina.5,6,7
BAB III
Growth factor
10
1. Growth factor
Growth factor adalah zat yang memiliki kemampuan untuk menstimulasi
pertumbuhan, proliferasi dan diferensiasi selular. Biasanya growth factor merupakan
suatu protein. Growth factor berperanan penting dalam meregulasi berbagai proses
selular dan dalam diferensiasi sel dan maturasi sel yang berbeda-beda.1
Sitokin merupakan sekelompok protein yang awalnya dideskripsikan memiliki
fungsi utama dalam memediasi respon system imun. sitokin yang diproduksi oleh
fagosit mononuklear atau makrofag yang mempengaruhi sistem imun1 .
Dahulu sitokin dibedakan dengan growth factor berdasarkan fungsinya, di
mana sitokin lebih cenderung berperan dalam proses inflamasi. Namun pada saat ini
ditemukan bahwa beberapa sitokin inflamasi memiliki peran dalam proliferasi sel
seperti angiogenesis, sedangkan growth factor seperti VEGF, PDGF dan TGF
memiliki peran dalam proses inflamasi.1
2. Growth factor pada retina
Pembuluh darah terdiri dari endotel yang membentuk dinding pembuluh darah.
Pembuluh darah retina terbentuk melalui proses vaskulogenesis dan angiogenesis.
Growth factor yang berperanan dalam proses tersebut merupakan growth factor
yang memiliki aktivitas spesifik terhadap endotel. 1,2
Pengetahuan tentang growth factor vaskulogenik atau angiogenik pada
mulanya didapat dari penelitian-penelitian terhadap tumor. Tumor, seperti organ-
organ tubuh lain membutuhkan nutrient untuk tumbuh yang disediakan oleh
pembuluh darah yang terbentuk sebagai neovaskuler. Ide at al (1939)
11
mempostulasikan bahwa ada factor penstimulasi pertumbuhan pembuluh darah yang
dihasilkan tumor. Tidak hanya pada tumor, Michaelson pada tahun 1948
mengusulkan bahwa terdapat suatu factor angiogenik yang merangsang
neovaskularisasi retina dan iris yang dihasilkan oleh retina pada penyakit retinopati
diabetic dan berbagai penyakit retina lainnya seperti oklusi vena sentral retina. Pada
tahun-tahun selanjutnya ditemukan efek angiogenik dari berbagai factor, di
antaranya epidermal growth factor, TGF-alfa, TGF-beta, TNF-alfa dan angiogenin,
namun tidak ada dari factor-faktor tersebut yang merupakan penstimulasi mitosis
(mitogen) endotel yang poten dan bekerja secara langung tanpa melalui proses-
proses yang melibatkan inflamasi. Saat ini berbagai growth factor endotel ditemukan
berperan penting dalam proses pembentukan pembuluh darah, di antaranya VEGF,
PDGF, FGF, angiopoetin dan berbagai sitokin inflamasi. Di antara berbagai growth
factor tersebut, VEGF merupakan suatu molekul yang kerjanya spesifik menstimulasi
proliferasi endotel, diduga berperan penting dalam proses perkembangan dan
fisiologis pembuluh darah, namun juga merupakan growth factor utama dalam
angiogenesis patologis (neovaskularisasi) pada retina dan tumor.1,2
2.1. Growth factor yang diproduksi oleh sel retina.
Beberapa growth factor yang diproduksi oleh retina antara lain adalah:
a. Vascular Endothelial Growth factor (VEGF)
Vascular Endothelial Growth factor (VEGF) disebut juga dengan Vascular
Permeability Factor (VPF), adalah suatu growth factor yang mengikat
heparin yang memiliki kerja spesifik pada sel sendotel pembuluh darah
dan memiliki peranan penting dalam angiogenesis.1,2
12
b. Platelet- Derived Growth factor (PDGF)
Platelet-derived growth factor adalah growth factor yang diproduksi oleh
beberapa tipe sel, termasuk makrofag, sel endotel, sel epitel pigmen retina
dan platelet. Respon proliferatif terhadap kerja PDGF hanya terjadi pada
sel-sel mesenkim.1,2
c. Fibroblast Growth factor (FGF)
Fibroblast Growth factor (FGF disekresikan beberapa jenis sel termasuk
sel endotel, sel epitel pigmen retina, fibroblast dan makrofag. Pada
jaringan normal, fibroblas growth factor (FGF) didapatkan pada membran
basal dan pada matriks ekstraseluler sub endotel pada pembuluh darah.1,2
d. Hepatocyte growth factor (HGF)
Hepatocyte growth factor (HGF) atau disebut juga scatter factor (SF)
adalah faktor seluler parakrin pertumbuhan, motilitas dan morfogenik.
Pada retina HGF disekresi oleh epitel pigmen retina.HGF merupakan
faktor mitogenik dari RPE dan menstimulasi kemotaksis RPE.1,2
e. Angiopoietin
Angiopoietin adalah growth factor yang diduga juga berperan dalam
angiogenesis. Angiopoetin yang telah teridentifikasi adalah Ang1, Ang2,
Ang2, Ang4. Ang1 dan Ang 2 diperlukan dalam pembentukan pembuluh
darah yang matang.1,2
Dari beberapa growth factor yang diproduksi retina, hanya VEGF yang telah
banyak dibuktikan berperan dalam sistem vaskuler retina. 1,2
13
2.2. Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)
Pada tahun 1989, Ferrara dan Henzel melaporkan isolasi mitogen yang
spesifik aktifitasnya terhadap endotel, yang mereka namakan “vascular endothelial
growth factor” (VEFG) karena spesifisitas tersebut. VEGF ini poten, dapat larut
dalam sirkulasi dan ditambah dengan spesifisitasnya terhadap sel endotel vaskuler
menimbulkan hipotesis bahwa molekul ini memegang peranan penting dalam regulasi
pertumbuhan pembuluh darah, baik fisiologis dan patologis. Inhibisi terhadap VEGF
saat ini banyak diteliti untuk mendapatkan strategi melawan kanker dan penyakit
neovaskuler mata.1,2
Selain menstimulasi proliferasi endotel, VEGF memiliki efek meningkatkan
pembuluh darah mikro sehingga dapat dilalui molekul-molekul besar serta memiliki
efek pro koagulasi. VEGF diproduksi berbagai macam sel seperti astrosit, neuron,
fibroblast, berbagai epitel termasuk epitel pigmen retina, otot polos serta endotel
sendiri.1,2.
VEGF memiliki beberapa isoform dan diklasifikasikan berdasarkan fungsi yang
diketahui dan berdasarkan hasil penyilangan gen VEGF tunggal 8-exon. Berdasarkan
fungsi yang diketahui VEGF dibagi menjadi beberapa tipe yaitu VEGF-A, VEGF-B,
VEGF-C, dan VEGF-D. Beberapa protein lain yang menyangkut VEGF juga telah
ditemukan dan dinamakan VEGF-E yang didapatkan dari virus dan VEGF-F yang
ditemukan pada racun ular. VEGF-A memiliki fungsi sebagai mitogen dari sel endotel,
berperan dalam pembentukan lumen pembuluh darah, mengatur permeabilitas
endotel. VEGF-B diduga berperan dalam angiogenesis pada fase embrional. VEG- C
berperan dalam lymfangiogenesis. VEGF-D berperanan dalam pembentukan saluran
14
limfe pada paru-paru. Dari beberapa jenis VEGF, yang paling berperan dalam sistem
vaskuler retina adalah VEGF-A. 1,2,8
Berdasarkan penyilangan gen, VEGF dibagi menjadi empat isoform, yaitu
VEGF121, VEGF 165, VEGF189 dan VEGF206. VEGF189 dan VEGF206 bersifat
basa dan lebih mudah berikatan dengan heparin. VEGF121 dan VEGF165 bersifat
larut, namun VEGF165 yang dapat berikatan kuat dengan reseptor VEGF NRP1
untuk mencetuskan aktifitasnya sehingga VEGF165 merupakan isoform yang
memiliki potensi biologis yang paling kuat.1,2,9,10
Produksi VEGF sangat dipengaruhi oleh tekanan oksigen. Pada kondisi
hipoksia, terjadi peningkatan ekspresi mRNA VEGF, melalui proses transkripsi gen
yang sama seperti eritropoetin. Sehingga berbagai kondisi hipoksia patologis dapat
meningkatkan kadar VEGF seperti pada berbagai penyakit neovaskuler. Growth
factor lain seperti epidermal growth factor, TGF-alfa, TGF-beta, keratinocyte growth
factor, IGF-1, FGF dan PDGF juga dapat meningkatkan ekspresi mRNA
VEGFKarena penelitian hanya difokuskan ke VEGF-A, maka banyak peneliti hanya
menggunakan istilah VEGF untuk menyebutkan VEGF-A.1,2,9,10
BAB IV
Peranan Growth factor Pada Vaskuler Retina
15
1. Peranan Growth factor Pada Embryologi Vaskuler Retina
Sistem sirkulasi berkembang agar nutrisi dan zat kimia yang dibutuhkan pada
fungsi seluler bisa didistribusikan dari organ sentral ke seluruh ekstrimitas tubuh.
Sistem sirkulasi terbentuk pada awal perkembangan embrio, dan perkembangan
yang baik sangatlah mutlak untuk kelangsungan hidup embrio. Perkembangan
pembuluh darah retina terjadi dalam tiga proses yaitu perkembangan awal yolk sac
pada awal embryogenesis, proses vaskulogenesis dan angiogenesis.11
Yolk sac adalah kluster angiogenik yang mengandung sel hematopoetik
(prekusor darah) pada tengahnya dan angioblast pada tepinya. Sel-sel ini pada
mulanya berdiferensiasi dari sel mesoderm dan membentuk pembuluh darah yang
paling awal dapat diidentifikasi. Vaskulogenesis adalah pembentukan pembuluh
darah dari sel-sel prekusor endotel (angioblast) yang kemudian akan berkembang
menjadi sel endotel dewasa. Angiogenesis adalah pembentukan pembuluh darah
baru dari pembuluh kapiler yang sudah ada. Sel endotel yang berdiferensiasi
dirangsang untuk berproliferasi, sehingga akan membentuk pembuluh darah baru
dari pembuluh darah yang sudah ada. Vaskulogenesis hanya terjadi pada masa
embrional, sedangkan angiogenesis terjadi pada masa embrional, pada masa
perkembangan, dan pada masa dewasa sebagai proses hemostasis bahkan
patologis (neovaskularisasi).11,12
Pada manusia, pembentukan vaskulerisasi mata terjadi pada trimester ke dua
dan ke tiga. Pada awal perkembangan mata, retina diberi diberi nutrisi oleh koroid
dan pembuluh hyaloid. Tetapi karena regresi pembuluh hyaloid secara alami, dan
juga penebalan retina oleh karena tahap perkembangan akhir dan diferensiasi
16
lapisan saraf, retina berada dalam keadaan hipoksia dan harus membentuk sistem
vaskuler tersendiri. 11,12
Keadaan hipoksia akan merangsang sel glia retina yang mengandung astrosit
pada lapisan sel ganglion untuk merespon keadaan tersebut dengan cara
mensekresikan VEGF. yang memulai proliferasi endotel dan vaskulerisasi pada
retina. Interaksi astrosit/VEGF pembuluh darah menentukan pola vaskulerisasi retina,
sebagai contoh, makula yang tetap avaskuler sampai perkembangan selesai tidak
mengandung astrosit.11,13,14,15
Pada saat perkembangan, pembuluh darah retina akam membentuk 3 pleksus
vaskuler, yang kemudian akan membentuk susunan daerah vaskuler dan avaskuler.
Pleksus superfisial pada lapisan ganglion merupakan yang pertama terbentuk pada
umur gestasi 14 sampai 16 minggu. Pleksus ini berkembang secara radial dari saraf
optik menuju retina perifer. Seiring dengan perkembangan retina ke tahap akhir
perkembangan dan diferensiasi sel saraf pada lapisan nuklear dalam, pembuluh
superfisial akan bercabang dan akan membentuk pleksus vaskuler dalam dan
intermedia. Cabang pembuluh darah ini akan tumbuh secara tegak lurus terhadap
pleksus superfisial dan akan turun dari tepi luar lapisan nuklear dalam dimana
mereka akan beranastomosis pada bagian lateral. Pleksus vaskuler intermedia akan
terbentuk pada tepi dalam dari lapisan nuklear dalam dari percabangan antara
pleksus vaskuler dalam dan superfisial.11,12
Setelah seluruh pleksus retina terbentuk, mereka harus menjalani pematangan
sebelum perkembangan pembuluh darah retina selesai. Proses ini melibatkan sel
mural, dan remodeling dari pleksus vaskuler. Pengikatan sel mural terjadi seiring
17
dengan formasi neovaskuler. Saat pembuluh darah baru tumbuh, sel endotel akan
mensekresi kan platelet derived growth factor (PDGF). Sel mural akan merespon
rangsangan ini melalui reseptor pada permukaan sel dan akan terikat pada
permukaan pembuluh darah baru. Kurangnya PDGF fungsional berbahaya pada
tahap embrional karena aneurisma mirkovaskuler yang disebabkan kurangnya perisit
pada pembuluh darah yang berkembang. Proses pematangan selanjutnya yaitu untuk
melepaskan bagian pembuluh darah yang tidak diperlukan atau pruning. Pruning
terjadi karena pengikatan dak aktivitas leukosit yang teraktivasi. Keadaan hiperoksia
sementara terjadi karena jaringan pembuluh darah yang terlalu padat. Keadaan ini
menyebabkan pembentukan intracellular cell adhesion molecule 1 (ICAM-1) pada
permukaan lumen sel endotel. Molekul CD18 pada leukosit yang bersirkulasi
menempel pada ICAM-1 yang akan menyebabkan ekstravasasi dan aktivasi sel-sel
ini. Melalui apoptosis yang dimediasi oleh Fas-L, sel-sel ini akan meregulasi kematian
sel dari beberapa sel endotel yang akan membentuk vaskulerisasi retina yang
matang yang didapatkan pada manusia dewasa yang sehat.11,12
2. Peranan Growth factor Pada Fisiologi Vaskuler Retina
VEGF adalah mitogen pada sel endotel yang berasal dari arteri, vena dan
pembuluh limfe. VEGF juga memunculkan respon angiogenik pada berbagai model in
vivo. Ada bukti yang kuat bahwa VEGF adalah factor pertahanan hidup sel endotel
pada penelitian in vivo dan in vitro. Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa
pengurangan kadar VEGF dapat menyebabkan regresi pembuluh darah yang sudah
18
ada pada keadaan fisologis maupun patologis. VEGF juga menginduksi ekspresi
protein antiapoptosis Bcl-2 dan A1 pada sel endotel manusia.9,13,16
VEGF disebut juga sebagai Vascular Permeability Factor (VPF) yang memiliki
kemampuan untuk menginduksi kebocoran pembuluh darah pada kulit binatang
percobaan. Bates dan Curry (1996) menunjukkan bahwa VEGF juga menginduksi
peningkatan konduktivitas hidrolik pada pembuluh mikro yang terisolasi dan proses
ini dimediasi oleh peningkatan pemasukan kalsium. Dvorak (1986) menyatakan
bahwa peningkatan permeabilitas mikrovaskuler terhadap protein sangat penting
dalam angiogenesis. Menurut hipotesis ini, kebocoran protein plasma dan
pembentukan gel fibrin ekstravaskuler akan cukup untuk pertumbuhan sel endotel,
growth factor mitogenik seperti VEGF sangat berperan dalam proses ini. 13,17
3. Peranan Growth factor Pada Patologi Vaskuler Retina
Selain berperan dalam proses perkembangan pembuluh darah retina,
berbagai faktor pertumbuhan ternyata berperan dalam mekanisme berbagai patologi
vaskuler retina, terutama yang berhubungan dengan neovaskularisasi. Berbagai
penelitian klinis atau eksperimental menunjukkan bahwa iskemia atau hipoksia
merupakan factor utama yang menyebabkan neovaskularisasi retina seperti pada
retinopati diabetic, retinopati of prematurity, dan oklusi vena sentralis retina.9,14
VEGF diduga kuat merupakan salah satu factor penstimulasi utama dalam
timbulnya neovaskularisasi retina. Plate et al (1992) dan Shweiki et al (1992)
menemukan kadar VEGF meningkat pada hipoksia, dan Adamis et al (1994) dan
Aiello et al menemukan peningkatan kadar VEGF pada penderita dengan penyakit-
penyakit pada retina. Sedangkan pada eksperimen binatang ditemukan bahwa
19
pemberian antagonis VEGF dapat menginhibisi sebagian proses neovaskularisasi
retina.13,17
3.1. VEGF dan Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik adalah gangguan pada retina yang merupakan komplikasi
dari penyakit diabetes melitus. Retinopati diabetik akan membentuk komplikasi
proliferasi (sekunder terhadap neovaskularisasi) dan edema makula ( sekunder
terhadap peningkatan permeabilitas vaskuler). Beberapa penelitian terbaru telah
menunjukkan bahwa VEGF terlibat pada kedua kondisi tersebut. Kadar VEGF okuler
sangat berkorelasi pada pertumbuhan dan permeabilitas pembuluh darah baru. Pada
beberapa penelitian, pemberian VEGF pada mata binatang percobaan mamalia
menunjukkan proses yang sama seperti pada retinopati diabetik.17,18,19
Pada pasien retinopati diabetik, didapatkan hipoksia jaringan yang akan
menyebabkan terjadinya kadar VEGF meningkat sehingga terjadi neovaskularisasi
pada retina. Kadar VEGF yang meningkat ini akan menurun pada pengobatan
menggunakan laser fotokoagulasi yang menyebabkan regresi neovaskularisasi.
Dengan memperhatikan kejadian ini, VEGF diperkirakan sebagai target terapi pada
neovaskularisasi dan edema makula pada retinopati diabetik.17,18,19
3.2. VEGF dan Oklusi Vena Retina
Pasien dengan oklusi vena sentralis (CRVO) dan oklusi vena cabang (BRVO)
memiliki resiko neovaskularisasi retina sama seperti pada retinopati diabetik. Seperti
pada retinopati diabetik, keadaan iskemik pada retina akan menyebabkan keadaan
20
hipoksia yang akan menginduksi sekresi VEGF dan akan membentuk
neovaskularisasi. Pada studi klinis yang meneliti konstentrasi VEGF pada humor
aquous telah menunjukkan adanya hubungan antara kadar VEGF pada aquous
humor dan luasnya daerah non-perfusi pada pasien dengan CRVO atau BRVO.
Peningkatan kadar VEGF juga berhubungan dengan onset neovaskularisasi iris pada
pasien dengan CRVO iskemik dan peningkatan permeabilitas vaskuler dan
keparahan edema makula pada BRVO. Beberapa penelitian menunjukkan anti-VEGF
intravitreal seperti bevacizumab efektif dalam mengobati pasien dengan CRVO
terutama dalam mengurangi edema makula dan memperbaiki ketajaman
penglihatan.17,18
3.3. VEGF dan Retinopathy of Prematurity.
Retinopathy of prematurity adalah penyakit dengan vaskulogenesis abnormal
pada bayi prematur dan berat badan lahir sangat rendah. ROP terjadi saat insult
(hiperoksia, sepsis dll) yang bisa menyebabkan tidak berlangsungnya
vaskulogenesis. Pada ROP terjadi 2 fase yaitu perkembangan vaskuler terhambat
karena hiperoksia (fase 1)dan pertumbuhan vaskuler karena hipoksia(fase 2). Pada
fase 1 terjadi penurunan kadar faktor angiogenik seperti VEGF dan peningkatan
kadar faktor anti-angiogenik seperti PEDF. Pada fase 2 ROP dikarakteristikkan oleh
proliferasi pembuluh darah retina oleh karena hipoksia. Hipoksia yang menyebabkan
tingginya kadar VEFG akan menyebabkan neovaskularisasi dan invasi pada vitreus
yang merupakan gejala klinis khas ROP. Ekspresi VEGF pada lapisan retina paling
dalam menurun pada saat retina pada keadaan hiperoksia dan meningkat saat udara
21
kembali normal. Regresi kapiler retina pada bayi tikus yang terekspos oksigen tinggi
terjadi karena berhentinya produksi VEGF oleh sel neuroglia. Injeksi VEGF pada
onset hiperoksia eksperimental mencegah onset apoptosis dari sel endotel dan
memperbaiki vaskulerisasi retina.18,20
BAB V
Anti-VEGF
1. Peranan Anti-VEGF
VEGF memiliki peranan dalam patologi sistem vaskuler melalui permeabilitas
berlebihan ataupun neovaskularisasi abnormal. Keberhasilan dalam menghambat
kerja abnormal VEGF dapat mencegah kerusakan retina dan memperbaiki
22
penglihatan. Anti-VEGF atau penghambat VEGF adalah zat yang diproduksi diluar
tubuh yang kerjanya spesifik menginhibisi kerja abnormal VEGF.21
2. Cara Kerja Anti-VEGF
Anti-VEGF bekerja dalam 3 cara, yaitu penghambatan intra seluler,
penghambatan ekstra seluler dan penghambatan sinyal sel target VEGF.21
2.1. Penghambatan Intra Seluler
Penghambatan intra seluler bekerja dengan cara menghambat VEGF
menggunakan zat yang berupa molekul RNA (si RNA) yang secara langsung
mengikat mRNA VEGF dan akan mengganggu kerja abnormal VEGF. Obat yang
digunakan adalah Cand5 yang disetujui oleh FDA bulan Agustus 2004 dan Alnylam
yang dikeluarkan pada 25 Februari 2005.21
2.2. Penghambatan Ekstra Seluler
Penghambatan ekstrta seluler bekerja menghambat VEGF dengan cara
mengikat VEGF dan menginhibisi VEGF menempel pada reseptornya di permukaan
endotel.21,22
23
Gambar 3. Cara kerja penghambatan ekstra seluler.(Di unduh dari: http://www.ijo.in/viewimage.asp?img=IndianJOphthalmol_2007_55_6_413_36473_1.jpg)
Obat-obat anti-VEGF yang bekerja dengan cara penghambatan ekstra seluler
antara lain adalah:
a. Pengaptanib sodium (Macugen®)
Pengaptanib merupakan anti-VEGF pertama yang disetujui oleh FDA untuk
terapi penyakit mata. Pengaptanib berikatan dengan VEGF seperti antibodi
mengikat antigen.21,22
b. Bevacizumab (Avastin®)
Bevacizumab merupakan antibodi monoklonal manusia yang mengenali dan
menginhibisi VEGF untuk melekan pada reseptornya.21,22
c. Ranibizumab (Lucentis®)
Ranibizumab merupakan fragmen antibodi anti-VEGF yang bekerja pada
VEGF dengan cara mengikat VEGF dan menginhibisinya untuk melekat pada
reseptornya.21,22
2.3. Penghambat Sinyal Sel Target VEGF
24
Proses penghambatan VEGF ini bekerja dengan cara menghambat sinyal dari
sel target (endotel) VEGF yang telah aktif setelah VEGF berikatan dengan
reseptornya sehingga akan menghambat kerja abnormal VEGF. Obat yang
digunakan adalah ruboxitaurin.21,22
BAB VI
Kesimpulan
Growth factor adalah zat yang memiliki kemampuan untuk menstimulasi
perkembangan, proliferasi dan diferensiasi selular termasuk pada perkembangan
pembuluh darah.
Pembuluh darah retina terdiri dari endotel yang membentuk dinding pembuluh
darah dan terbentuk melalui proses vaskulogenesis dan angiogenesis. Growth factor
25
yang berperanan dalam proses tersebut merupakan growth factor yang memiliki
aktivitas spesifik terhadap endotel. Salah satu growth factor yang paling banyak
berperan dalam embriologi, fisiologi dan patologi sistem vaskuler retina adalah VEGF
Pada masa embrional VEGF memiliki peranan dalam vaskulogenesis. Pada
masa dewasa VEGF berfungsi sebagai faktor pertahanan hidup pembuluh darah
dimana pada beberapa penelitian, pengurangan kadar VEGF pada binatang
percobaan akan berakibat pada regresi pembuluh darah pada retina. VEGF juga
berperan pada keadaan patologis dimana terjadi produksi berlebih VEGF akibat
keadaan hipoksia seperti pada retinopati diabetik, CRVO dan BRVO, dan juga pada
saat terjadi produksi VEGF yang kurang seperti pada ROP.
Keadaan patologis yang diakibatkan oleh kerja abnormal VEGF dapat
ditanggulangi oleh obat Anti-VEGF yang bekerja dengan cara menghambat VEGF
bereaksi dengan reseptornya di permukaan endotel sehingga akan mencegah
terjadinya fungsi abnormal dari VEGF terhadap sistem vaskuler.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hofman FM, Hinton DR. Chapter 4: Cytokines and Growth Factors in the Retina. Dalam: Ryan JS, Ogden TF, Hinton DR (penyunting). Retina. Edisi Ketiga Vol Satu . Mosby Philadelphia. 2001: hal 54 -67
2. King MW. Growth Factors and Cytokines. The Medical Biochemistry Page 23 Agustus 2010 Diunduh dari: http://themedicalbiochemistrypage.org/ growth-factors.html#intro [1 frame].
3. Remington AL. Clinical Anatomy of The Visual System. Edisi Kedua. Elsevier. St. Louis. 2005; hal 55-102.
4.5. Vaughan DG. Ashbury T. Riordan-Eva P. Anatomi dan embriologi mata, dalam
Daniel V. Oftalmologi Umum, edisi 14, Jakarta,Widya Medika 2000:1-29
26
6. Thumann G, Hinton D. Cell Biology of the Retina Pigmen Ephitelium Dalam: Ryan JS, Ogden TF, Hinton DR (penyunting). Retina. Edisi Ketiga Vol Satu . Mosby Philadelphia. 2001: hal 104-115
7. Schmetterrer L, Garhofer G.Retinal Blood Flow Dalam : Joussen AM, Gardner TW, Kirchhof B, Ryan SJ (penyunting). Retinal Vascular Disease. Edisi Pertama. Springer Verlag. Berlin Heidelberg 2007; hal 167-173
8. Harris A, Bingaman PD, Ciulla AT et al. Chapter 5: Retinal and Choroidal Blood Flow in Health and Disease. Dalam: Ryan JS, Ogden TF, Hinton DR (penyunting). Retina. Edisi Ketiga Vol Satu . Mosby Philadelphia. 2001: hal 68-87
9. Champociaro AP. The Role of VEGF-A in The Eye. Di unduh dari http://cme.medscape.com/viewarticle/510373
10. Ferrara N, Davis-Smyth T. The Biology of Vascular Endothelial Growth Factor. Endocr Rev 1997; 18(1): 4-25.
11. VEGF Classification. Diunduh dari http://www.news-medical.net/health/VEGF-Classification.aspx
12. Dorrell MI, Friedlander M, Smith LEH. Retinal Vascular Development. Dalam : Joussen AM, Gardner TW, Kirchhof B, Ryan SJ (penyunting). Retinal Vascular Disease. Edisi Pertama. Springer Verlag. Berlin Heidelberg 2007; hal 24-36.
13. Chan-ling T, Mcleod SD, Hughes S, et al. Vascularization of the Human Fetal Retina: Roles of Vasculogenesis and Angiogenesis. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2004;41:1217-1228
14. Bhisitkul BR. Vascular Endothelial Growth Factor Biology: Clinical Implications for Ocular Treatments. Br J Ophthalmol 2006 90: 1542-1547 doi:10.1136/bjo.2006;098426
15. Chan-ling T, Mcleod SD, Hughes S, et al. Astrocyte-Endothelial Cell Relationship during Human Retinal Vascular Development. Invest Ophthalmol vis Sci. 2004;45:2020-2032
16. Stone J, Itin A, Alon T, et al. Development of Retinal Vasculature Is Mediated by Hypoxia-Induced Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Expression by Neuroglia. J Neurosci. 1995; 15(7): 4738-47
17. Ferrara N. Role of Vascular Endothelial Growth Factor in Regulation of Vascular Angiogenesis. Am J Physiol Cell Physiol 2001; 280: C1358-66.
18. King GL. Suzuma K. Sun KJ. Vascular Endothelial Growth Factor in RetinalVascular Disease. Dalam : Joussen AM, Gardner TW, Kirchhof B, Ryan SJ (penyunting). Retinal Vascular Disease. Edisi Pertama. Springer Verlag. Berlin Heidelberg 2007; hal 66-71
19. American Academy of Opthalmology. Retina and Vitreus. Section 12. The Eye M.D. Association. 2010; hal 107-88
20. Cunha gj. Pathophysiology of diabetic retipopathy. British Journal of Ophthalmology, 1978; 62: 351-355
21. Poulaki V. Hypoxia in the Pathogenesis of Retinal Disease. Dalam : Joussen AM, Gardner TW, Kirchhof B, Ryan SJ (penyunting). Retinal Vascular Disease. Edisi Pertama. Springer Verlag. Berlin Heidelberg 2007; hal 121-34
22. Setyaadmadja E, Iskandar E, Kartasasmita A, Et al. Overview Penghambat VEGF. Majalah Retina 2008; 3(7): 7- 29
27
23. VEGF Classification. Diunduh dari http://www.news-medical.net/health/VEGF-Classification.aspx
28