good practices pada penyelenggaraan smk · pdf filepada jenjang pendidikan dasar dan...

36
Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMK Negeri 5 Surabaya dan SMK Mikael Solo) Oleh: Tri Rijanto *) , Dwi Winanto Hadi **) , dan Relisa **) Abstrak Penelitian ini bertujuan mencari praktik-praktik yang baik (good practices) melalui paradigma input, proses, output, dan outcome pendidikan. Penelitian dilakukan pada 2007 dengan latar penelitian SMK Negeri 5 Surabaya dan SMK Mikael Solo. Metode yang digunakan adalah kualitatif bersifat exploratory dan explanatory yang memfokuskan pada good practices yang dilakukan sekolah. Sebagai informan kunci adalah kepala sekolah dan informan lain adalah guru mata pelajaran normatif, adaptif, produktif, siswa, dan ketua komite sekolah. Analisis dilakukan melalui langkah-langkah reduksi data, display data, simpulan dan ferifikasi. Hasil penelitian menunjukkan, dari sisi input penerimaan siswa baru di kedua sekolah menghasilkan keketatan persaingan 1:3. Dari sisi proses, SMK Negeri 5 Surabaya menerapkan lama belajar empat tahun, proses belajar mengajar tiga tahun dilakukan di sekolah dan satu tahun kegiatan magang di industri. Sekolah menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan industri. Kerjasama tersebut diikat melalui nota kesepahaman. Layanan siswa dilakukan melalui bimbingan konseling, career path, dan bursa kerja. SMK Mikael Solo menerapkan lama belajar tiga tahun. Pembelajaran mata pelajaran produktif dilakukan terintegrasi dengan unit produksi di sekolah. Di kedua sekolah manajemen pengelolaan menggunakan standar internasional ISO 9001:2000. Output lulusan di kedua sekolah mempunyai persentase tinggi dan tingkat drop out (DO) rendah, nilai rerata UN di kedua sekolah di atas 7,0 dan rerata keterserapan lulusan tiga tahun terakhir di SMKN 5 Surabaya 90,8% dan di SMK Mikael Solo sebesar 91,25%. Penelitian ini menyimpulkan praktik-praktik yang baik (good practices) yang dilakukan sekolah adalah: (1) penerapan proses belajar selama empat tahun dengan satu tahun terakhir magang di industri, (2) penerapan proses belajar tiga tahun dengan pembelajaran mata pelajaran produktif dilakukan terintegrasi dengan unit produksi, (3) manajemen mutu penyelenggaraan sekolah standar internasional ISO 9001-2000, (4) kerja sama dengan dunia usaha dan industri, dan (5) layanan terhadap siswa berupa bimbingan konseling, career path, dan bursa kerja. Kata Kunci: good practices, career path, SBI, dan SMK. _____________ *) Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (UNESA). **) Staf pada Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov) Balitbang Depdiknas. Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Upload: doandang

Post on 06-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

GGOOOODD PPRRAACCTTIICCEESS PPAADDAA PPEENNYYEELLEENNGGGGAARRAAAANN SSMMKK BBEERRTTAARRAAFF IINNTTEERRNNAASSIIOONNAALL

((SSttuuddii KKaassuuss ddii SSMMKK NNeeggeerrii 55 SSuurraabbaayyaa ddaann SSMMKK MMiikkaaeell SSoolloo))

Oleh: Tri Rijanto*), Dwi Winanto Hadi**), dan Relisa**)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mencari praktik-praktik yang baik (good practices) melalui paradigma input, proses, output, dan outcome pendidikan. Penelitian dilakukan pada 2007 dengan latar penelitian SMK Negeri 5 Surabaya dan SMK Mikael Solo. Metode yang digunakan adalah kualitatif bersifat exploratory dan explanatory yang memfokuskan pada good practices yang dilakukan sekolah. Sebagai informan kunci adalah kepala sekolah dan informan lain adalah guru mata pelajaran normatif, adaptif, produktif, siswa, dan ketua komite sekolah. Analisis dilakukan melalui langkah-langkah reduksi data, display data, simpulan dan ferifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan, dari sisi input penerimaan siswa baru di kedua sekolah menghasilkan keketatan persaingan 1:3. Dari sisi proses, SMK Negeri 5 Surabaya menerapkan lama belajar empat tahun, proses belajar mengajar tiga tahun dilakukan di sekolah dan satu tahun kegiatan magang di industri. Sekolah menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan industri. Kerjasama tersebut diikat melalui nota kesepahaman. Layanan siswa dilakukan melalui bimbingan konseling, career path, dan bursa kerja. SMK Mikael Solo menerapkan lama belajar tiga tahun. Pembelajaran mata pelajaran produktif dilakukan terintegrasi dengan unit produksi di sekolah. Di kedua sekolah manajemen pengelolaan menggunakan standar internasional ISO 9001:2000. Output lulusan di kedua sekolah mempunyai persentase tinggi dan tingkat drop out (DO) rendah, nilai rerata UN di kedua sekolah di atas 7,0 dan rerata keterserapan lulusan tiga tahun terakhir di SMKN 5 Surabaya 90,8% dan di SMK Mikael Solo sebesar 91,25%.

Penelitian ini menyimpulkan praktik-praktik yang baik (good practices) yang dilakukan sekolah adalah: (1) penerapan proses belajar selama empat tahun dengan satu tahun terakhir magang di industri, (2) penerapan proses belajar tiga tahun dengan pembelajaran mata pelajaran produktif dilakukan terintegrasi dengan unit produksi, (3) manajemen mutu penyelenggaraan sekolah standar internasional ISO 9001-2000, (4) kerja sama dengan dunia usaha dan industri, dan (5) layanan terhadap siswa berupa bimbingan konseling, career path, dan bursa kerja. Kata Kunci: good practices, career path, SBI, dan SMK. _____________

*) Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (UNESA). **) Staf pada Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (Puslitjaknov) Balitbang Depdiknas.

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 2: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Keinginan melakukan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional (SBI)

dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu (1) kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di era

global, (2) adanya dasar hukum yang kuat, dan (3) landasan filosofi eksistensialisme dan

esensialisme (fungsionalisme) (Depdiknas, 2006:1-2). Era globalisasi menuntut kemam-

puan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan sumberdaya manusia.

Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi, meningkatkan kandungan nilai

tambah, memperluas keragaman produk, dan meningkatkan mutu produk. Keunggulan

manajemen akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Keunggulan SDM merupakan

kunci daya saing karena SDM yang akan menentukan siapa yang mampu menjaga

kelangsungan hidup, perkembangan, dan kemenangan dalam persaingan.

Penyelenggaraan SBI merupakan amanat undang-undang. Amanat tersebut

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Pasal 50 Ayat (3) undang-undang tersebut menyatakan, pemerintah dan/atau

pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada

semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf

internasional. Selain undang-undang, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan juga menegaskan kembali perlunya sekolah

bertaraf internasional. Pasal 61 Ayat (1) peraturan pemerintah tersebut menyatakan,

pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan

pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada

jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang

bertaraf internasional. Dengan demikian penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional

dijamin oleh undang-undang.

Di samping itu penyelenggaraan SBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan

esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan

harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin

melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif,

inovatif, bermakna, serta menumbuhkembangkan bakat, minat, dan kemamampuan

peserta didik. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan

relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 3: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

berbagai sektor, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan

globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumberdaya manusia Indonesia yang mampu

bersaing secara internasional.

Keberadaan sekolah bertaraf internasional yang dimaksud oleh undang-undang dan

peraturan pemerintah, di samping untuk memicu peningkatan mutu pendidikan,

bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan setingkat atau memiliki level yang sama

dengan sekolah-sekolah sejenis di negara-negara maju. Oleh karena itu mutu pendidikan

tidak hanya mempunyai keunggulan lokal tetapi juga keunggulan internasional atau

global.

Saat ini penyelenggaraan SBI dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah.

Beberapa sekolah menggunakan label sekolah internasional maupun kelas internasional

dengan pola penyelenggaraan yang berbeda. Ada pula sekolah penyelenggara SBI yang

memperlakukan siswa secara keseluruhan sebagai siswa internasional, bukan kelas

internasional, sedangkan dilihat dari segi ketenagaan, SBI juga memiliki karakteristik

yang berbeda-beda. Ada juga SBI yang menggunakan tenaga asing (expatriate) sebagai

tenaga pendidik dan ada pula yang menggunakan guru lokal secara keseluruhan.

Sementara itu, masing-masing SBI memiliki keunggulan kompetitif sendiri-sendiri.

Lulusan SMA diproyeksikan untuk mengembangkan kemampuan akademiknya di

perguruan tinggi, sedangkan lulusan SMK diproyeksikan untuk dapat memasuki dunia

kerja. Hal tersebut menuntut SBI dapat menghasilkan lulusan dengan keunggulan

kompetitif. Oleh karena itu penyelenggaraan SBI harus memiliki praktik-praktik yang

baik (good practices) untuk menghasilkan lulusan sesuai tuntutan dalam rangka

peningkatan mutu dan daya saing.

Gambaran di atas memperlihatkan bahwa good practices sangat penting bagi

masing-masing SBI khususnya SMK. Good practices menunjukkan ciri-ciri penting

karakteristik SBI yang dapat diadopsi atau diadaptasi oleh sekolah lainnya. Namun

demikian sebelum good practices dapat diadopsi dan diadaptasi di sekolah lain

diperlukan pengkajian secara empiris melalui penelitian. Salah satu sekolah yang

menyelenggarakan SBI adalah SMKN 5 Surabaya dan SMK Mikael Solo. Penyerapan

lulusan oleh dunia kerja di kedua sekolah tersebut menunjukkan kecenderungan

meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengapa lulusannya banyak

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 4: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

terserap di dunia kerja. Untuk mendapatkan informasi tersebut perlu dilakukan

penelitian secara komprehensif.

2. Masalah dan Arti Penting Hasil Penelitian

Seiring dengan tuntutan peraturan perundangan dan era global, penyelenggaraan

SBI harus memiliki keunggulan kompetitif. Penyelenggaraan SBI pada SMK diproyek-

sikan agar lulusannya dapat segera terserap di dunia kerja, baik dalam negeri maupun

luar negeri. Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi good practice untuk

menghasilkan lulusan sesuai tuntutan dunia kerja dalam rangka peningkatan mutu dan

daya saing. Artinya, good practices merupakan karakteris-tik atau ciri penting

penyelenggaraan SBI yang dapat diadopsi atau diadaptasi oleh sekolah lainnya. Dengan

demikian sebelum good practices dapat diterapkan di sekolah lain diperlukan pengkajian

secara empirik.

Penelitian ini mempunyai arti penting karena dapat memberikan informasi tentang

berbagai good practices penyelenggaraan SMK bertaraf internasional. Di samping itu

hasilnya akan digunakan sebagai bahan masukan kebijakan penyelenggaraan SMK

melalui pihak terkait dalam rangka pembinaan SMK di Indonesia. 3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi good practices yang dilakukan

sekolah bertaraf internasional dalam rangka memberikan usulan saran kebijakan. Secara

lebih khusus studi ini bertujuan untuk memperoleh informasi good practices dilihat dari

sisi input, proses, output dan outcome pendidikan.

4. Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut: (1) sekolah yang menjadi fokus

penelitian adalah SMK Negeri 5 Surabaya dan SMK Mikael Solo sebagai penyelenggara

sekolah bertaraf internasional, dan (2) good practices yang dilakukan sekolah bertaraf

internasional dilihat dari input, proses, output dan outcome pendidikan. Input meliputi

siswa, pendidik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, kerjasama,

budaya sekolah, pengelolaan, dan pembiayaan. Proses meliputi persiapan, pelaksanaan,

dan penilaian. Output meliputi prestasi akademik dan non akademik, tingkat drop out

(DO), dan persentase kelulusan. Outcome meliputi masa tunggu untuk mendapatkan

pekerjaan awal dan keterserapan lulusan di dunia kerja.

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 5: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

5. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat exploratory dan

explanatory. Cara ini digunakan untuk mengungkap gejala yang ada secara menyeluruh

namun kontektual dengan fokus penelitian, yaitu untuk mengetahui praktik-praktik yang

baik (good practices) yang dijadikan ciri keberhasilan sekolah melalui paradigma input,

proses, output dan outcome pendidikan. Latar penelitian adalah SMK Negeri 5 Surabaya

dan SMK Mikael Solo dan penelitian ini dilakukan pada 2007.

Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah kepala sekolah.

Pemilihan informan (tenaga pendidik, siswa, tenaga kependidikan, dan orangtua siswa

dan informan lain) ditunjuk oleh informan kunci yang dipandang relevan untuk

memberikan informasi. Seluruh data dan informasi, selain dikumpulkan melalui kegiatan

pengamatan pada latar, daftar isian, juga melalui wawancara sehingga memungkinkan

dapat berinteraksi secara alamiah.

Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan pengamatan (observation),

wawancara, daftar isian, dan analisis dokumen. Teknik analisis data dilakukan dengan

langkah-langlah: (1) reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan atau menyingkat data dalam bentuk uraian secara rinci dan sistematis,

yakni menonjolkan hal-hal pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan, (2)

display data, yaitu upaya menyajikan data dengan melihat gambaran keseluruhan atau

bagian tertentu dari penelitian, (3) kesimpulkan dan verifikasi, yaitu upaya untuk

mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, hubungan,

persamaan yang sering timbul dan sebagainya.

Pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui ketekunan pengamatan dan

triangulasi. Ketekunan pengamatan merupakan pemusatan diri pada hal-hal tertentu

secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol

sehubungan dengan fokus penelitian. Dengan demikian dapat ditemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan masalah. Triangulasi merupakan upaya

untuk mencari kebenaran data dengan jalan membandingkan antara satu data dan data

lainnya. Triangulasi bukan untuk mencari pemahaman tentang beberapa fenomena,

tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan

(Sugiono, 2006:270).

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 6: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

B. Kajian Teori

1. Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional

Terminologi sekolah bertaraf internasional dapat ditemui dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan Renstra

Depdiknas Tahun 2005-2010. Ayat (3) Pasal 50 Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 menyatakan bahwa, pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk

dikembangkan menjadi suatu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Kata

bertaraf internasional di sini memiliki arti bahwa sekolah setingkat atau memiliki level

yang sama dengan sekolah-sekolah sejenis di negara-negara lain, khususnya negara

maju. Kata setingkat atau level yang sama ini dapat merujuk pada input, proses, dan

output-nya dengan sekolah sejenis di negara maju.

Demikian pula halnya, Ayat (1) Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 19

mengamanatkan bahwa, pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelengga-

rakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk

dikembangkan menjadi suatu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Pengertian

sekolah bertaraf internasional ini kurang lebih memiliki arti yang sama dengan

pengertian pada Ayat (3) Pasal 50 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 di atas.

Menurut Depdiknas (2006:3) SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan

peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya

internasional, sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

Dengan pengertian ini, SBI dapat dirumuskan sebagai berikut:

SBI = SNP + X

di mana SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi: kompetensi

lulusan, isi, proses, pendidik, dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana

pengelolaan, dan penilaian. X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan,

perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik

dari dalam maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui

secara internasional.

Meskipun secara formal belum dinamakan SBI, sebenarnya di Indonesia telah ada

sejumlah sekolah yang merintis ke arah sekolah bertaraf internasional, mulai dari

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 7: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

sekolah dasar hingga sekolah menengah atas baik umum maupun kejuruan. Sekolah-

sekolah tersebut selain siswanya berasal dari dalam negeri, ada juga yang memiliki

sejumlah siswa yang berasal dari negara-negara lain. Pada umumnya lulusan dari

sekolah-sekolah tersebut dengan mudah diterima jika melanjutkan pendidikan atau

bekerja di negara-negara maju.

Lulusan SBI diharapkan, selain menguasai SNP Indonesia, juga menguasai

kemampuan-kemampuan kunci global agar setara dengan rekannya dari negara-negara

maju. Untuk itu pengakraban peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang

diunggulkan dalam era global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan

SBI. Nilai-nilai progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara

Indonesia dan negara-negara maju khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi.

Perkembangan ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan disiplin

ilmu keras (hard science) dan disiplin ilmu lunak (soft science). Disiplin ilmu keras

meliputi matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, dan terapannya yaitu teknologi

yang meliputi teknologi komunikasi, transportasi, manufaktur, konstruksi, bio, energi,

dan bahan. Disiplin ilmu lunak (soft science) meliputi, misalnya sosiologi, ekonomi,

bahasa asing (terutama bahasa Inggris) dan etika global.

Ekonomi dan teknologi keduanya memiliki hubungan yang saling menghidupi

(simbiosis). Jika ingin memajukan ekonomi, maka teknologi merupakan alat utamanya.

Sebaliknya untuk memajukan teknologi, ekonomi yang dapat menghidupinya. Oleh

karena itu, pengembangan SBI perlu bekerjasama dengan satuan-satuan pendidikan,

pelatihan, industri, lembaga sertifikasi, lembaga tes, dan sebagainya dari negara-negara

tertentu yang memiliki nilai-nilai ekonomi dan teknologi lebih maju dan mereka juga

telah teruji dalam menyiapkan sumberdaya manusianya untuk mendukung pengem-

bangan ekonomi dan teknologi.

Di samping itu mengacu pada visi pendidikan nasional dan visi Depdiknas, maka

visi SBI adalah “terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara

internasional”. Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf

internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah,

terencana, dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai,

dihormati, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 8: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

Berdasarkan visi tersebut, maka misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia

cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi

secara global. Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan

SBI yang disusun secara cermat, tepat, futuristik, dan berbasis demand-driven.

Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas

nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah

dirumuskan dalam UU No. 20/2003 dan dijabarkan dalam PP 19/2005 dan lenbih rinci

lagi dalam Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Tujuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Perlu dicatat bahwa sebagai upaya untuk mengembangkan pendidikan bertaraf

internasional, SBI harus tetap memegang teguh untuk mengembangkan jati diri, nilai-

nilai bangsa Indonesia, di samping mengembangkan daya progresif global yang

diupayakan secara eklektif inkorporatif melalui pengenalan, penghayatan dan penerapan

nilai-nilai yang diperlukan dalam era kesejagatan, yaitu religi, ilmu pengetahuan dan

teknologi, ekonomi, seni, solidaritas, kuasa, dan etika global. Untuk memperlancar

komunikasi global, SBI menggunakan bahasa komunikasi global, terutama Bahasa

Inggris dan menggunakan teknologi komunikasi informasi (information communication

technology, ICT).

2. Standar SBI

Mengingat SBI merupakan upaya sadar, intens, terarah, dan terencana untuk

mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan hidup

secara lokal, regional, nasional, dan global, maka perlu dirumuskan standard SBI yang

meliputi input, proses, dan output. Input adalah segala hal yang diperlukan untuk

berlangsungnya proses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang memadai. Input

penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang

bertaraf internasional meliputi siswa baru (intake) yang diseleksi secara ketat dan

masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendukung,

sarana dan prasarana, dana, dan lingkungan sekolah. Intake (siswa baru) diseleksi secara

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 9: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

ketat melalui saringan rapor SMP, hasil ujian nasional (UN), scholastic aptitude test

(SAT), kesehatan fisik, dan tes wawancara. Siswa baru SBI memiliki potensi kecerdasan

unggul, yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan

potensi untuk bekembang.

Kurikulum diperkaya (diperkuat, diperluas, dan diperdalam) agar memenuhi

standard isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari berbagai sekolah

dari dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memiliki reputasi internasional. Di

samping itu guru harus memiliki kompetensi professional (penguasaan matapelajaran),

pedagogik, kepribadian, dan sosial bertaraf internasional, serta kemampuan berkomu-

nikasi secara internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan salah satu bahasa asing,

misalnya bahasa Inggris. Selain itu guru memiliki kemampuan menggunakan ICT

mutakhir dan canggih. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan profesional dalam

manajemen, kepemimpinan, organisasi, adminsitrasi, dan kewirausahaan yang diperlu-

kan untuk menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuan komunikasi dalam bahasa

asing, khususnya Bahasa Inggris.

Tenaga pendukung, baik jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya memadai

untuk mendukung penyelenggaraan SBI. Tenaga pendukung yang dimaksud meliputi,

laboran, teknisi komputer, kepala TU, tenaga administrasi (keuangan, akuntansi,

kepegawaian, akademik, sarana dan prasarana, dan kesekretariatan). Sarana dan

prasarana harus lengkap dan mutakhir untuk mendukung penyelenggaraan SBI, terutama

yang terkait dlangsung dengan penyelenggaraan proses pembelajaran, baik buku teks,

referensi, modul, media pembelajaran, peralatan dan sebagainya. Organisasi,

manajemen, dan administrasi SBI memadai untuk penyelenggaraan SBI, yang

ditunjukkan oleh: (1) organisasi, kejelasan pembagian tugas dan fungsi dan koordinasi

yang baik antar tugas dan fungsi, (2) manajemen tangguh, mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi, dan (3) administrasi rapi, yang

ditunjukkan oleh pengaturan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan secara efektif

dan efisien. Lingkungan sekolah, baik fisik maupun nir-fisik (kultur), sangat kondusif

bagi penyelenggaraan SBI. Lingkungan nir-fisik sekolah mampu menggalang konfir-

misme perilaku warganya untuk menjadikan sekolahnya sebagai pusat gravitasi

keunggulan pendidikan yang bertaraf internasional.

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 10: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

Proses penyelenggaraan SBI mampu mengakrabkan, menghayatkan dan menerap-

kan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir dan canggih),

norma-norma untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut, standar-standar, dan etika global

yang menuntut kemampuan bekerjasama lintas budaya dan bangsa. Selain itu proses

pembelajaran dalam SBI harus pro-perubahan yaitu mampu menumbuhkem-bangkan

daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru (a

joy of discovery) yang tidak tertambat pada tradisi dan kebiasaan proses pembelajaran di

sekolah yang lebih mementingkan memorisasi dan recall dibandingkan daya kreasi,

nalar, dan eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru.

Proses pembelajaran SBI harus dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera

agar mampu mengaktualisasikan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional

maupun spiritualnya sekaligus. Penting diharisbawahi bahwa proses pembelajaran yang

bermatra individu-sosial-kultural perlu dikembangkan sekaligus agar sikap dan perilaku

peserta didik sebagai mahkluk individu tidak terlepas dari kaitannya dengan kehidupan

masyarakat lokal, regional, dan nasional. Bahasa pengantar yang digunakan dalam

proses pembelajaran adalah Bahasa Indonesia dan bahasa asing (khususnya Bahasa

Inggris) dan menggunakan media pendidikan yang bervariasi serta berteknologi

mutakhir dan canggih, misalnya laptop, LCD, dan VCD.

Oleh karena itu tafsir ulang terhadap praksis-praksis penyelenggaraan proses

pembelajaran yang berlangsung selama ini sangat diperlukan. Proses pembelajaran di

sekolah saat ini lebih mementingkan jawaban baku yang dianggap benar oleh guru, tidak

ada keterbukaan dan demokrasi, tidak ada toleransi pada kekeliruan akibat kreativitas

berpikir karena yang benar adalah apa yang dipersepsikan benar oleh guru. Itulah yang

disebut memorisasi dan recall. SBI harus mengembangkan proses pembelajaran yang:

(1) mendorong keingintahuan (a sense of curiosity and wonder), (2) keterbukaan pada

kemungkinan-kemungkinan baru, (3) prioritas pada fasilitas kemerdekaan dan

kreativitas dalam mencari jawaban atau pengetahuan baru (meskipun jawaban itu salah

atau pengetahuan baru dimaksud belum dapat digunakan), dan (4) pendekatan yang

diwarnai oleh eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru

(Depdiknas, 2006:8).

Output SBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional

sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 11: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

kemampuan-kemampuan kunci yang harus dimiliki dalam era global. SNP merupakan

standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang berakar

Indonesia, namun tidak berarti bahwa output satuan pendidikan tidak boleh melampaui

SNP. SNP boleh dilampaui asal memberikan nilai tambah yang positif bagi

pengaktualan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun spiritualnya.

Selain itu, nilai tambah yang dimaksud harus mendukung penyiapan manusia-manusia

Indonesia abad ke-21 yang kemampuannya berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,

beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental kuat, integritas etik dan moralnya

tinggi, dan peka terhadap tuntutan keadilan sosial. Penguasaan kemampuan-kemampuan

kunci yang diperlukan dalam era global merupakan kemampuan-kemampuan yang

diperlukan untuk bersaing dan berkolaborasi secara global dengan bangsa-bangsa lain,

yang setidaknya meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang

canggih serta kemampuan berkomunikasi secara global.

3. Pendidikan Kejuruan

Ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem

dari sistem pendidikan. Terdapat banyak definisi yang diajukan oleh para ahli tentang

pendidikan kejuruan dan definisi-definisi tersebut berkembang seirama dengan persepsi

dan harapan masyarakat tentang peran yang harus dimainkannya (Samani, 1992:14).

Evans & Edwin (1978:24) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan

bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau

kelompok pekerjaan. Harris seperti yang dikutip oleh Slamet (1990:2), menyatakan

pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis

pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya. Menurut House Committee

on Education and Labour (HCEL) pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk

pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang

mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan (Malik,

1990:94). Dari definisi tersebut terdapat satu pengertian yang bersifat universal seperti

yang dinyatakan oleh National Council for Research into Vocational Education

Amereka Serikat (NCRVE, 1981:15), yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan

subsistem pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam

mempersiapkan diri memasuki lapangan kerja. Dari batasan yang diajukan oleh Evans,

Harris, HCEL, dan NCRVE tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu ciri pendidikan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 12: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

kejuruan dan yang sekaligus membedakan dengan jenis pendidikan lain adalah

orientasinya pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.

Agak berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Evans, Harris, HCEL, dan

NCRVE, Finch & Crunkilton (1984:161) menyebutkan pendidikan kejuruan sebagai

pendidikan yang memberikan bekal kepada peserta didik untuk bekerja guna menopang

kehidupannya (education for earning a living).

Dari definisi yang diajukan oleh Evans & Edwin, Harris, HCEL, NCRVE maupun

Finch & Crunkilton dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan mempersiapkan

peserta didik untuk dapat bekerjaa pada bidang tertentu, berarti pula mempersiapkan

mereka agar dapat memperoleh kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuan masing-masing serta norma-norma yang berlaku.

Ciri pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja dapat

dimengerti karena secara historis pendidikan kejuruan merupakan perkembangan dari

latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang (apprenticeship) (Evans

& Edwin, 1978:36). Pada pola latihan dalam pekerjaan peserta didik belajar sambil

langsung bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk

sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Walaupun demikian pola latihan dalam

pekerjaan memiliki keunggulan karena peserta didik dapat langsung belajar pada

keadaan yang sebenarnya sehingga mendorong dia belajar secara inkuiri (Elliot,

1983:15).

Pada pola magang terdapat seorang karyawan senior yang secara khusus ditugasi

sebagai instruktur bagi keryawan baru (peserta didik) yang sedang belajar. Instruktur

tersebut bertanggungjawab untuk membimbing dan mengajarkan pengetahuan serta

keterampilan yang sesuai dengan tugas karyawan baru yang menjadi asuhannya. Dengan

demikian pola magang relatif lebih terprogram dan jaminan bahwa karyawan baru akan

dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu lebih besar dibanding pola

latihan dalam pekerjaan (Evans & Edwin, 1978:38).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih membawa

pengaruh terhadap pola kerja manusia. Pekerjaan menjadi kompleks dan memerlukan

bekal pengetahuan dan keterampilan yang makin tinggi, sehingga pola magang dan

latihan dalam pekerjaan kurang memadai karena tidak memberikan dasar teori dan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 13: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

keterampilan sebelum peserta didik memasuki lapangan kerja sebagai karyawan baru.

Oleh karena itu kemudian berkembang bentuk sekolah dan latihan kejuruan yang

diselenggarakan oleh sekolah kejuruan bekerja sama dengan kalangan industri dengan

tujuan memberikan bekal teori dan keterampilan sebelum peserta didik memasuki

lapangan kerja.

Perlu diingat bahwa pembagian pendidikan kejuruan menjadi beberapa model

tersebut bukanlah suatu pembagian yang bersifat ekskusif dan tumpang tindih. Semua

model tersebut tetap berjalan bahkan sering digunakan secara saling melengkapi.

Banyak sekolah atau latihan kejuruan yang pada saat tertentu menerapkan latihan dalam

pekerjaan atau magang di perusahaan yang sesuai dengan programnya.

Ditinjau dari tujuannya, menurut Thorogood (1982:328) di sebagian besar negara

Organization for Economic cooperation and Development (OECD) pendidikan kejuruan

bertujuan untuk: (1) memberikan bekal keterampilan individual dan keterampilan yang

laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang

kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan

dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan yang

diinginkannya, (3) mendorong produktivitas ekonomi secara regional maupun nasional,

(4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang perkembangan ekonomi dan

industri, (5) mendorong dan meningkatkan kualitas masyarakat.

Agak berbeda dengan Thorogood, Evans seperti yang dikutip oleh Wenrich &

Wenrich (1974:63) menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1)

menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh masyarakat, (2) meningkatkan pilihan

pekerjaan yang dapat diperoleh oleh setiap peserta didik, dan (3) memberikan motivasi

kerja kepada peserta didik untuk menerapkan berbagai pengetahuan yang diperolehnya.

Dari tujuan pendidikan kejuruan yang diajukan oleh Thorogood dan Evans tersebut

dapat disimpulkan bahwa di samping mengemban tugas pendidikan secara umum,

pendidikan kejuruan mengemban misi khusus, yaitu memberikan bekal pengetahuan dan

keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus

menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Di samping tujuan khusus yang diajukan oleh Thorogood dan Evans tersebut,

Crunkilton (1984:25) menyebutkan bahwa salah satu tujuan utama pendidikan kejuruan

adalah meningkatkan kemampuan peserta didik sehingga memperoleh kehidupan yang

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 14: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

lebih baik dari sebelumnya. Menurut Miner (1974:48-56) bekal yang dipelajari dalam

pendidikan kejuruan akan merupakan bekal untuk mengembangkan diri dalam bekerja.

Dengan bekal kemampuan mengembangkan diri tersebut diharapkan karier yang

bersangkutan dapat meningkat dan pada gilirannya kehidupan mereka akan makin baik

(Karabel & Hasley, 1977:14). Penelitian yang dilakukan Nurhadi (1988) dan Samani

(1992) ternyata memperkuat pendapat Miner serta Karabel dan Hasley tersebut.

Bagi masyarakat Indonesia misi pendidikan kejuruan, seperti diungkapkan oleh

Crunkilton tersebut, sangat penting karena pada umumnya siswa sekolah kejuruan

berasal dari masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah (Brotosiswoyo, 1991:8),

sehingga apabila sekolah kejuruan berhasil mewujudkan misinya berarti akan membantu

menaikkan status sosiala ekonomi masyarakat tingkat bawah. Dengan kata lain sekolah

kejuruan dapat membantu meningkatkan mobilitas vertikal dalam masyaarakat (Elliot,

1983:42).

Pendidikan kejuruan dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang dan menurut

struktur programnya. Pengelompokan berdasarkan jenjang dapat didasarkan atas jenjang

kecanggihan keterampilan yang dipelajari atau jenjang pendidikan formal yang berlaku

(Zulbakir & Fazil, 1988:7). Jenjang pendidikan formal yang berlaku dikenal pendidikan

kejuruan tingkat sekolah menengah (secondary) atau Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) dengan berbagai program keahlian seperti Listrik, Elektronika Manufaktur,

Elektronika Otomasi, Metals, Otomotif, Teknik Pendingin, Gambar Bangunan,

Konstruksi Baja, Tata Busana, Tata Boga, Travel and Tourism, dan sebagainya serta

tingkat di atas sekolah menengah (post secondary) misalnya politeknis (IEES,

1986:124).

Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam kaitan dengan bagaimana

sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia kerja, Evans seperti yang

dikutip oleh Hadiwiratama (1980:60-69) membagi sekolah kejuruan menjadi lima

kategori, yaitu (1) program pengarahan kerja (pre vocational guidance education), (2)

program persiapan kerja (employability preparation education), (3) program persiapan

bidang pekerjaan secara umum (occupational area preparation education), (4) program

persiapan bidang kerja spesifik (occupational specific education), dan (5) program

pendidikan kejuruan khusus (job specific education).

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 15: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

Pada program pengarahan kerja, sekolah memberikan pengetahuan dasar dan

umum tentang berbagai jenis pekerjaan di masyarakat sekaligus menumbuhkan apresiasi

terhadap berbagai pekerjaan tersebut, sedangkan pada program persiapan kerja, sekolah

memberikan dasar-dasar sikap dan keterampilan kerja, meskipun masih bersifat umum.

Dengan program ini diharapkan peserta didik mempunyai peluang yang lebih besar

untuk mendapatkan pekerjaan, meskipun tentunya masih harus melalui latihan di dalam

pekerjaan.

Untuk program persiapan bidang pekerjaan secara umum, sekolah memberikan

bekal guna meningkatkan kemampuan bekerja untuk bidang pekerjaan yang

memerlukan pengetahuan, peralatan yang sejenis. Dengan program ini diharapkan

peserta didik mempunyai pilihan lapangan pekerjaan yang lebih jelas dan lebih cepat

mengikuti latihan di dalam pekerjaan.

Program persiapan kerja yang spesifik memberikan bekal yang sudah mengarah

kepada jenis pekerjaan tertentu, meskipun belum pada suatu perusahaan tertentu. Lebih

khusus lagi adalah program pendidikan kejuruan khusus yang sudah terarah pada

pekerjaan khusus, yaitu mendidik siswa untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh

suatu perusahaan tertentu.

Penjenjangan kedekatan pendidikan kejuruan yang disebutkan oleh Evans di atas

berarti juga kesiapan lulusan dalam memasuki lapangan kerja. Makin khusus jenis

pendidikan kejuruan akan makin siap lulusannya memasuki lapanan kerja, tetapi juga

makin sempit bidang pekerjaan yang dapat dimasuki. Walaupun demikian, kecuali untuk

keperluan tertentu pendidikan kejuruan yang khusus (job specific education) sangat sulit

diterapkan di Indonesia, mengingat jenis industri di Indonesia sangat bervariasi. Di sini

mulai timbulnya dilema antara siap pakai atau siap latih dalam pendidikan kejuruan.

Dalam kaitan dengan hal tersebut, menurut Semiawan (1991:6), yang penting adalah

kesiapan mental untuk mengembangkan dirinya serta keterampilan dasar untuk setiap

kali dapat menyesuaikan diri kembali pada perubahan tertentu (retrainability). Dengan

bekal tersebut diharapkan lulusan sekolah kejuruan tidak hanya terpancang pada jenis

pekerjaan yang ada, tetapi juga terdorong untuk mewujudkan lapangan kerja baru

dengan mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya secara optimal. Sejalan dengan itu

Tilaar (1991:12) menegaskan bahwa pendidikan formal (sekolah kejuruan) seharusnya

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 16: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi siap latih yang kemudian diteruskan

dengan program pelatihan, baik di dalam industri atau lembaga pelatihan tertentu.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Input

1.1 Siswa Baru (Raw Input)

Masukan atau input berupa siswa baru sangat penting agar dapat menghasilkan

lulusan dengan kompetensi yang diinginkan. Untuk mendapatkan masukan tersebut

SMKN 5 Surabaya melakukan penjaringan siswa baru melalui penerimaan siswa baru

(PSB) secara on-line, pelaksanaannya dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu pada

bulan Juli. Persyaratan pendaftaran meliputi: (1) Nilai Ujian Nasional (UN), (2) sehat

jasmani dan rohani, dan (3) tidak buta warna. Penentuan nilai UN ditentukan

berdasarkan rangking nilai UN sesuai dengan pagu tiap-tiap program keahlian. Dari hasil

seleksi tiga tahun terakhir diperoleh nilai UN tertinggi dan terendah untuk tiga mata

pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika), yaitu pada tahun 2005

nilai tersebut 29,25 dan 27,16 pada tahun 2006 29,17 dan 26,83 sedangkan pada tahun

2007 nilai UN tertinggi adalah 29,00 dan terendah adalah 26,53. Dengan demikikan

rerata nilai UN yang diterima pada program keahlian Otomotif untuk tiga tahun terakhir

di atas 8,00 dan keketatan persaingan 1:3. Artinya, satu bangku diperebutkan oleh tiga

calon siswa baru.

Di samping persyaratan di atas SMK Mikael Solo menentukan persyaratan lain,

yaitu: (1) nilai raport SMP, (2) kerajinan, (3) latar belakang siswa, (4) tes kemampuan

akademik, (5) tes Bahasa Inggris, dan (6) wawancara. Nilai raport SMP digunakan untuk

memperoleh data tentang catatan prestasi akademik dan afektif siswa. Nilai raport

memiliki rerata 7,00 tiap semester dan mempunyai kecenderungan meningkat tiap

semesternya. Latar belakang siswa untuk memperoleh data tentang status sosial ekonomi

orangtua. Tes kemampuan akademik dan bahasa Inggris untuk memperoleh data tentang

kemampuan akademik siswa dan kemampuan bahasa Inggris siswa. Wawancara

dilakukan untuk memperoleh data tentang motivasi siswa memasuki SMK. Jumlah

perdaftar tahun pelajaran 2004/2005 sebanyak 361 orang, tahun 2005/2006 sebanyak

392 orang, tahun 2006/2007 sebanyak 322 orang, dan tahun 2007/2008 sebanyak 350

orang, sedangkan pagu sekolah sebanyak 120 orang. Dengan demikian keketatan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 17: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

persaingan masuk 1:3 atau satu bangku diperebutkan oleh tiga calon siswa baru dan

siswa yang diterima sebagian besar berasal dari SMP negeri dan swasta favorit. Dengan

demikian diperoleh siswa baru yang berkualitas dan data siswa yang lebih komprehensif.

Melalui PSB di kedua sekolah dapat dijaring input (siswa baru) dengan kualitas

baik dan keketatan persaingan 1:3. Keketatan persaingan tersebut menunjukkan bahwa

sekolah penyelenggara SBI sudah menjadi tujuan lulusan SMP untuk melanjutkan

studinya. Di samping itu dengan rerata nilai UN yang tinggi memudahkan sekolah untuk

mengembangkan potensi peserta didikya lebih lanjut sesuai dengan tujuan

penyelenggaraan SMK SBI. Dengan demikian rerata UN yang tinggi dan keketatan

persaingan merupakan ciri penting keberhasilan penyelenggaraan SMK SBI.

Persyaratan, pola menerimaan, dan ketetatan persaingan masuk di kedua sekolah

tersebut dapat disebut sebagai good practice SMK bertaraf internasional. Hal ini

didukung data output dengan kualitas yang tinggi, yaitu (rerata hasil UN yang tinggi,

tingkat kelulusan yang tinggi, dan tingkat DO yang rendah). Di samping itu didukung

pula oleh data outcome berupa keterserapan lulusan yang tinggi oleh dunia kerja.

Dengan demikian penerimaan siswa baru tersebut merupakan good practice dilihat dari

sisi input pada sekolah kejuruan bertaraf internasional.

Dilihat dari pola pikir yang dimiliki, input siswa di SMK bertaraf internasional

merupakan input yang baik. Di kedua sekolah tersebut sebagian besar siswa telah

mempunyai pola pikir cukup tinggi yang ditunjukkan oleh sikap mereka terhadap

kebutuhan sumber informasi, diskusi kelompok, diskusi dengan guru dan bahkan

berbeda pendapat, dan suka mendemonstrasikan hasil karyanya. Di samping itu

pereubahan pola pikir ditunjukkan oleh sikap siswa terhadap perbedaan pendapat,

memiliki akternatif untuk meningkatkan pengetahuannya, kesiapan melanjutkan sekolah

ke luar negeri, bahasa bukan menjadi faktor penghalang, siswa memiliki akses sumber

belajar internet sekolah, dan akses sumber belajar diperpustakaan sekolah. Ciri

perubahan pola pikir tersebut merupakan salah satu ciri penyelenggaraan SBI.

1.2 Pendidik

Dilihat dari latar belakang pendidikannya, data di SMKN 5 Surabaya

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan guru adalah sarjana (S1), bahkan terdapat guru

produktif dengan ijazah magister (S2) yang diperoleh guru setelah mereka dalam

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 18: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

jabatan. Di SMK Mikael Solo guru yang mengampu mata pelajaran produktif

mempunyai sertifikasi yang telah berstandar nasional atau internasional.

Rekruitmen tenaga pendidik di SMKN 5 Surabaya dilakukan melalui Dinas

Pendidikan, dengan persyaratannya: (1) sarjana/S1 sesuai dengan kebutuhan, (2) tes dan

wawancara. Tes dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan sekolah menerima guru sesuai

dengan penempatan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan, sehingga sekolah tidak

dapat merekrut guru sesuai dengan kebutuhan program keahlian yang ada di sekolah. Ini

merupakan salah satu kelemahan rekruitmen yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan di

mana sekolah tidak mempunyai posisi tawar untuk menentukan kualitas guru yang

diinginkan.

Di SMK Mikael Solo rekruitmen tenaga pendidik dilakukan melalui Human

Resources and Development (HRD). Persyaratannya adalah di samping persyaratan

terdahulu terdapat persyaratan lain, yaitu psikotes dan tes kemampuan mengajar. Dari

psikotes dan tes kemampuan mengajar diambil nilai tertinggi di antara peserta tes.

Dengan persyaratan tersebut diperoleh tenaga pendidik sesuai dengan kebutuhan

sekolah. SMK Mikael Solo juga menerapkan syarat lain, yaitu kemampuan berbahasa

Inggris dengan indikator skor TOEFL minimal 450 dan pengalaman industri yang untuk

guru mata pelajaran produktif. Jadi, pendidik pada SBI mempunyai standar pendidikan

minimal S1 dan mempunyai sertifikat nasional atau internasional untuk guru mata

pelajaran produktif.

1.3 Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan (laboran dan tata usaha) di kedua sekolah berijazah SMA dan

sederajat serta telah mempunyai kompetensi aplikasi perangkat lunak (soft ware)

komputer dan menguasai bahasa Inggris secara memadai. Untuk kepala tata usaha dan

pustakawan berpendidikan sarjana (S1) sesuai dengan bidang tugasnya. Seleksi

penerimaan tenaga kependidikan di SMKN 5 Surabaya dilakukan oleh dinas pendidikan

dan seleksi melalui HRD dilakukan oleh SMK Mikael Solo. Seleksi yang dilakukan

melalui HRD lebih dapat menjamin diperoleh tenaga kependidikan yang diinginkan

dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan oleh dinas pendidikan. Seleksi yang

dilakukan oleh dinas pendidikan diikuti oleh banyak peserta karena ada harapan

diangkat menjadi pegawai negeri. Dengan demikian tenaga kependidikan (laboran dan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 19: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

tata usaha) berijazah SMA dan mempunyai kompetensi aplikasi perangkat lunak (soft

ware) komputer, sedangkan kepala tata usaha dan kepala perpustakaan berijazah S1.

1.4 Kurikulum

Kedua sekolah menggunakan Kurikulum Nasional 2004 (KBK) dan KTSP

(kurikulum sekolah). Kurikulum sekolah (KTSP) untuk mata pelajaran normatif dan

adaptif diambil dari Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sedangkan

untuk mata pelajaran produktif menggunakan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia) sesuai dengan program studinya. Meskipun menggunakan SKKNI

untuk mata pelajaran produktif, kurikulum disusun dengan melibatkan pihak industri

pasangan yang telah diakui secara nasional maupun internasional, misalnya Astra

Internasional untuk SMKN 5 Surabaya dan ATMI Solo untuk SMK Mikael Solo. Model

penyusunan kurikulum tersebut dilakukan agar lulusannya terserap di dunia kerja. Hal

ini didukung oleh data keterserapan lulusan empat tahun terakhir berturut-turut 89,94%,

86,58%, 94,48%, dan 92,14% untuk SMKN 5 Surabaya. Bahkan di SMK Mikael Solo

menunjukkan sekolah belum dapat memenuhi pesanan tenaga kerja dari dunia kerja.

Model penyusunan kurikulum yang melibatkan pihak industri pasangan merupakan

salah satu good practice dalam pengelolaan SMK bertaraf internasional.

Penyusunan kurikulum disusun di kedua sekolah oleh tim khusus pengembang

kurikulum dan guru mata pelajaran serta melibatkan pihak industri pasangan.

Penyusunan kurikulum ini dilakukan terutama untuk mata pelajaran produktif. Evaluasi

kurikulum dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek yang dinilai meliputi

mencapaian standar kompetensi, sillabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta

alokasi waktunya. Evaluasi ini dilakukan tiap tahun dan hasil evaluasi digunakan untuk

perbaikan kurikulum berikutnya. Dengan demikian kurikulum yang digunakan akan

selalu mengikuti perkembangan jaman dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Jumlah jam mata pelajaran sebanyak 4 jam untuk normatif, 7 jam untuk adaptif,

dan 7 jam pelajaran untuk produktif (satu jam pelajaran @ 45 menit). Jumlah alokasi

waktu jam pelajaran per minggu 48 sampai dengan 50 jam pelajaran. Batasan jumlah

minimal jam mengajar guru sebanyak 18 jam dan maksimal sebanyak 40 jam per

minggu. SMKN 5 Surabaya menerapkan lama belajar 4 (empat) tahun dan disebut SMK

4 tahun. Satu tahun terakhir (kelas empat) proses belajar mengajar dilakukan di dunia

kerja dalam bentuk magang. Model ini dilakukan untuk mendekatkan siswa dengan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 20: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

dunia kerja sebenarnya, sehingga melalui magang dapat ditanamkan nilai-nilai kerja,

disiplin kerja, dan menumbuhkan etos kerja siswa. Dengan kata lain penerapan

kurikulum yang demikian merupakan salah satu good practice ciri penyelenggaraan

SMK bertaraf internasional.

SMK Mikael Solo dalam menyusun kurikulum relatif sama dengan SMKN 5

Surabaya, jumlah jam pelajaran rata-rata 50 jam pelajaran per minggu. Sekolah ini

mempunyai unit produksi yang dapat memproduksi barang atau jasa yang laku dijual.

Sistem pembelajaran praktik dilakukan melalui sistem production base education and

training (PBET), yaitu sistem yang memadukan antara praktik dan produksi sebagai

bentuk implementasi link and macth sehingga dapat memberikan pengalaman produksi

dan aplikasi bagi para siswa. Pelaksanaan pembelajarannya menggunakan mesin standar

internasional. Di samping itu diterapkan total block system, capasity oriented dengan

dua shift. Jadi ciri-ciri tersebut merupakan salah satu good practice penyelenggaraan

SMK bertaraf internasional.

SMKN 5 Surabaya menggunakan Kurikulum Nasional 2004 dan KTSP untuk

normatif dan adaptif sedangkan untuk produktif menggunakan Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Program Keahlian Mekanik Otomotif menggunakan

standar astra internasional dan penyusunan kurikulum melibatkan industri pasangan. Hal

ini dilakukan agar kompetensi lulusannya sesuai dengan kompetensi yang dituntut oleh

dunia kerja terutama industri pasangan. Pemilihan isi kurikulum produktif berdasarkan

standar internasional (Astra Internasional) sudah tepat. Hanya saja yang perlu diingat

adalah implementasi kurikulum harus sesuai dengan standar astra pula, baik proses

maupun evaluasi kinerja siswa. Jika semua proses dan implementasi kurikulum sesuai

dengan standar, lulusannya akan dapat bekerja di seluruh dunia sepanjang terdapat

pekerjaan yang berstandar astra.

Demikian juga di SMK Mikael Solo, kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum

Nasional 2004 dan KTSP untuk normatif dan adaptif sedangkan untuk produktif

menggunakan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Kurikulum

disusun berdasarkan kebutuhan pangsa pasar yang dilakukan sekolah bersama dengan

perusahaan dan sekolah partner (ATMI), sehingga sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Kurikulum yang digunakan di kedua sekolah di atas (khususnya untuk mata

pelajaran produktif) menggunakan pendekatan fungsional, yaitu penentuan isi kurikulum

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 21: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

dilakukan dengan cara yang lebih obyektif. Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa

peserta didik yang belajar melalui SMK SBI harus mempelajari fungsi-fungi apa yang

harus ada untuk menjamin kelangsungan kerja suatu industri atau dunia usaha tertentu

dan kemudian dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang terkait

dengan fungsi atau tugas tertentu untuk dijadikan masukan bagi perencanaan kurikulum

(Sukamto, 1988:98). Pendekatan kurikulum secara fungsional akan meningkatkan

relevansi kompetensi lulusan dengan fungsi pekerjaan di dunia kerja dan merupakan

good practice dalam pengelolaan SMK bertaraf internasional.

Untuk meningkatkan hasil yang sudah dicapai SMKN 5 Surabaya dalam rencana 4

(empat) tahunan menuangkan program-programnya ke dalam rencana kerja. Dalam

rencana tersebut terdapat 11 (sebelas) kegiatan penting, yaitu: (1) pengembangan sistem

manajemen mutu ISO 9001:2000, (2) minimal 4 (empat) pelajaran produktif meng-

gunakan bahasa Inggris, (3) advanced training workshop, (4) teaching factory, (5)

lingkungan, (6) adanya orang asing untuk pembelajaran komunikasi bahasa Inggris, (7)

mitra asing, (8) lulusan ke luar negeri, (9) skor TOEC lebih besar 400, (10) program

ICT, sistem administrasi sekolah atau SAS, (11) sertifikasi internasional. Demikian

dengan SMK Mikael Solo, terdapat 12 (dua belas) janji kinerja yang juga merupakan

program kegiatan penting, yaitu: (1) pengembangan SMM-ISO 9001-2000, (2) minimal

4 pelajaran produktif menggunakan Bahasa Inggris, (3) standard training workshop, (4)

advance training workshop, (5) teaching factory, (6) lingkungan, (7) self access study

dan komunikasi dalam bahasa asing, (8) partner asing, (9) lulusan ke luar negeri, (10)

score TOEIC lebih besar 400, (11) program ICT, dan (12) sertifikasi internasional.

Dengan demikian melalui program kerja tersebut sekolah betul-betul merencanakan

lulusannya tidak hanya dapat memenuhi lapangan kerja nasional tetapi juga internasional

atau global.

Program yang direncanakan cukup apresiatif untuk menuju sekolah berstandar

iternasional, misalnya minimal 4 (empat) pelajaran produktif menggunakan bahasa

Inggris, lulusan ke luar negeri, adanya orang asing untuk pembelajaran komunikasi

bahasa Inggris, dan lulusan ke luar negeri. Akan tetapi perlu dipikirkan untuk mencapai

harapan tersebut belum disebutkan masukan (input) siswa yang bagaimana agar dapat

dicapai tujuan tersebut. Di samping itu belum tampak adanya aspek keberlanjutannya

(sustainability) dari program tersebut. Dikhawatirkan program tersebut tidak akan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 22: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

tercapai jika tidak ada keberlanjutan dukungan dana, baik dari pemerintah pusat, daerah,

maupun orangtua dan masyarakat.

1.5 Biaya

Di SMKN 5 Surabaya sumber pembiayaan sekolah berasal dari sumbangan awal

tahun untuk siswa baru sebesar Rp 1.000.000,00 (Satu juta rupiah), SPP sebesar Rp

100.000,00 (Seratus ribu rupiah) per bulan, dan kegiatan ekstra kurikuler sebesar Rp

50.000,00 (Lima puluh ribu rupiah) per semester. Biaya masuk untuk siswa baru sebesar

Rp 1.150.000,- sedangkan besarnya SPP tetap sampai siswa tersebut lulus. Penetapan

besarnya sumbangan awal, SPP, dan kegiatan ekstra tersebut didasarkana pada petunjuk

dari Dinas Pendidikan, sekolah tidak diperbolehkan menentukan sendiri. Dengan

demikian terkait dengan penyelenggaraan SBI sekolah tidak mempunyai kewenangan

menentukan besarnya dana dari masyarakat. Hal ini berakibat sekolah tidak dapat

merencanakan biaya penyelenggaraan proses pembelajaran dari sumber dana masyarakat

dan dikhawatirkan meyelenggaraan pembelajaran terganggu.

Di SMK Mikael Solo komponen pembiayaan terdiri dari sumbangan pembinaan

pendidikan (SPP) sebesar Rp 100.000,00 (Seratus ribu rupiah) per bulan untuk kelas dua

dan tiga, sedangkan untuk kelas satu sebesar Rp 150.000,00 (Seratus lima puluh ribu

rupiah) tiap bulan. Sumbangan awal masuk tiap siswa sebesar Rp 3.750.000,00 (Tiga

juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Dengan demikian besarnya biaya masuk untuk

siswa baru sebesar Rp 3.900.000,- sedangkan besarnya SPP tetap sampai siswa lulus.

Jadi besarnya baiaya pada SBI sekolah swasta lebih mahal daripada sekolah negeri.

Di samping itu SMK Mikael Solo mempunyai unit produksi dan telah

menghasilkan keuntungan (profit). Data menunjukkan bahwa pada tahun 2007 memiliki

gross profit sebesar Rp 390.430.000,00 (Tiga ratus sembilan puluh juta empat ratus tiga

puluh ribu rupiah). Sumber keuntungan ini didapat dari unit produksi dan pendapatan

GTC (training and production) dan keuntungan tersebut masih terus dapat ditingkatkan.

Hal ini menunjukkan bahwa mengelolaan unit produksi secara profesional dan

menghasilkan keuntungan menjadi salah satu ciri penting pengelolaan SBI.

1.6 Sarana Prasarana

Luas tanah 47.565 m2, di atas tanah tersebut berdiri ruang kelas 1.529 m2, ruang

guru 280 m2, ruang rapat 80 m2, ruang laboratorium/workshop 1.032 m2, perpustakaan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 23: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

105 m2, lapangan upacara 194 m2, taman sekolah 1.800 m2, lahan dan tempat parkir 450

m2, lapangan dan tempat olah raga 1.800 m2, dan kebun sekolah 200 m2. Luas bangunan

SMKN 5 Surabaya 9.600 m2, terdiri dari ruang kelas sebanyak 41 ruang, laboratorium

bahasa dua buah, laboratorium komputer dua buah (dapat mengakses internet dengan 30

klien), dua buah kantin, dua buah ruang TU, dua buah pos jaga, dua buah bangsal

kendaraan siswa, dua unit rumah dinas penjaga, tujuh taman sekolah, empat buah

lapangan bermain, dan masing-masing satu buah yaitu ruang perpustakaan, aula,

lapangan upacara, lapangan sepak bola, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK,

ruang UKS, ruang pramuka, tempat ibadah, ruang olah raga, ruang OSIS, ruang

koperasi, ruang rapat, ruang tamu, gudang, ruang dapur, bangsal kendaraan guru, dan

pagar sekolah. Letak sekolah mudah dijangkau oleh kendaraan umum dari semua

jurusan. Melalui kelebihan luas lahan memungkinkan untuk penambahan gedung dan

sarana pendidikan yang lain.

Sarana penting bagi penyelenggaraan SMK adalah workshop. Workshop mekanik

otomotif terdiri dari dua unit, yaitu workshop sepeda motor dan mobil. Workshop sepeda

motor berstandar Ahass Astra, sedangkan workshop mobil berstandar Advance Astra

Internasional di antaranya terdiri dari Digital Scanner Tools, Digital Spooring

Balancing, mesin pengukur kadar emisi, dan berbagai tipe mesin toyota. Di samping itu

untuk proses pembelajaran guru dapat menggunakan laptop dan LCD projector. Jadi

sarana prasarana tersebut merupakan aset dan salah satu ciri sarana prasarana yang

dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan SBI.

SMK Makael Solo mempunyai luas bangunan 2.526 m2, termasuk di dalamnya

unit produksi (ruang praktik mesin) dengan luas 832 m2. Ruang teori sebanyak delapan

buah (512 m2), kamar mandi/WC sebanyak tiga buah (144 m2), masing-masing satu

buah terdiri dari: ruang administrasi (32 m2), ruang kepala sekolah (64 m2), ruang guru

(32 m2), ruang TU (32 m2), ruang BP/BK (32 m2), ruang kurikulum (32 m2), ruang

kesiswaan/pamong (32 m2), lab fisika dan kimia (32 m2), lab komputer (90 m2), lab

bahasa (64 m2), ruang perpustakaan (64 m2), ruang OSIS (32 m2), dan aula (300 m2).

Lokasi sekolah terletak di Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan, termasuk

daerah perkotaan atau dalam kota, jarak ke pusat kecamatan 2 km dan jarak ke pusat

pemerintah kota 8 km, sehingga mudah dijangkau. Lokasi sekolah yang mudah

dijangkau merupakan sarana penting untuk pengembangan SBI.

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 24: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

Merupakan sarana penting di SMK Mikael Solo adalah ruang gambar dan ruang

praktik mesin. Ruang gambar seluas 200 m2 terdiri dari meja gambar manual dan gambar

menggunakan bantuan komputer. Workshop praktik mesin disebut juga unit produksi

terdiri dari mesin bubut dari manual hingga CNC dengan berbagai jenis peralatan

pendukung lainnya. Melalui peralatan tersebut dihasilkan produk sesuai dengan standard

industri. Dengan demikian unit produksi yang dapat menghasilkan produk sesuai dengan

standard industri merupakan sarana prasarana (best practice) dalam penyelenggaraan

SBI.

2 Proses

2.1 Pengelolaan

Kedua sekolah memiliki visi, misi, dan tujuan yang disusun berdasarkan pada

tujuan pendidikan nasional, visi, misi, dan tujuan sekolah/yayasan, serta rencana

pengembangan sekolah. Rencana sekolah disusun untuk kurun waktu tahunan dan empat

tahunan. Rencana sekolah tahunan merupakan penjabaran rencana kerja sekolah empat

tahunan. Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan sekolah unsur-unsur internal dan

eksternal dikoordinasikan oleh kelompok kerja (team work). Strategi dalam mengelola

sumber daya manusia untuk mencapai tujuan sekolah dilakukan dengan jalan

memberikan kesejahteraan yang memadai, motivasi internal, kesempatan berkembang,

dan aktualisasi diri.

Dalam mengelola sekolah, kepala sekolah dikedua sekolah mensosialisasikan

visi, misi, tujuan, dan Standar Operasi Prosedur (SOP) sekolah kepada guru, siswa,

karyawan, orangtua, dan stakeholder. Di samping itu kepala sekolah juga mendorong

budaya inkuiri, misalnya mengajak guru-guru untuk melaksanakan penelitian tindakan

kelas (PTK), ikut membantu membimbing peserta didik mengikuti lomba, misalnya

Lomba Keterampilan Siswa (LKS) dan lomba matapelajaran dan lain-lain. Model

pengelolaan kepala sekolah yang demikian merupakan ciri SBI.

Hubungan dengan warga sekolah dilakukan menggunakan komunikasi positif

dan rapat-rapat staf. Hubungan dengan pihak luar dilakukan dengan melakukan

kunjungan ke dunia usaha dan dunia industri, telepon, dan surat menyurat. Sekolah

menjalin hubungan dengan dunia usaha dan dunia industri, dinas pendidikan dan

kebudayaan, perguruan tinggi, orangtua siswa, maupun lulusan. Ciri pengelolaan

manajemen komunikasi tersebut merupakan salah satu ciri komunikasi dalam SBI.

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 25: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

Manajemen bidang akademik di kedua sekolah meliputi perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, pelaporan. Strategi yang dilakukan untuk

mengorganisasikan pembelajaran dengan melihat kesuaian perencanaan pembelajaran

dengan aktivitas pembelajaran (ketuntasan materi). Untuk kelas tiga materi harus selesai

satu semester dan semester berikutnya dilakukan latihan ujian nasional (drill). Sistem

penilaian dilakukan tiap kali selesai satu kompetensi dan teknik penilaiannya

menggunakan tes tulis (paper and pencil test) dan lisan. Penilaian dilakukan oleh guru

tiap selesai satu kompetensi dan frekuensinya 2/3 kali semester. Dengan demikian hal

tersebut merupakan ciri manajemen bidang akademik dalam penyelenggaraan SBI.

Manajemen kesiswaaan berupa layanan terhadap siswa yang meliputi bimbingan

konseling, career path, dan bursa kerja. Layanan tersebut dilakukan sepanjang semester

dan sepanjang tahun (tidak terbatas). Di samping itu untuk membantu lulusan siswa

mendapatkan pekerjaan, dibentuk tim untuk menangani bursa kerja. Layanan bimbingan

dan bursa kerja tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu indikator layanan kesiswaan

pada SBI.

Manajemen bidang sarana prasarana di kedua sekolah, seperti perpustakaan

menyediakan ruang baca dan peminjaman buku atau sirkulasi. Di samping itu

laboratorium/workshop menyediakan layanan berupa peminjaman penggunaan alat dan

fasilitasnya. Laboratorium komputer dengan layanan internet meskipun dalam jumlah

terbatas sudah dapat memotivasi siswa mengakses internet jika guru memberikan tugas

pelajaran tertentu. Perbandingan guru dan siswa untuk mata pelajaran normatif dan

adaptif adalah satu guru untuk satu kelas (35 orang). Untuk mata pelajaran produktif

rasionya satu guru untuk setengah kelas dan di bantu oleh toolman. Penempatan guru

sesuai dengan matapelajaran yang diampu.

2.2 Pembelajaran

Di SMKN 5 Surabaya guru matapelajaran produktif lulusan sarjana pendidikan

yang sesuai dengan program studinya, memiliki akta mengajar IV dan memperoleh

kesempatan melanjutkan studi pascasarjana (S2) ITB Bandung Jurusan Metalurgi. Di

keedua sekolah guru pengajar mata pelajaran adaptif lulusan sarjana pendidikan sesuai

dengan mata pelajaran yang diampu. Di samping mengajar mata pelajaran adaptif juga

memiliki keterampilan yaitu komputer dan bahasa Inggris. Di SMK Mikael Solo guru

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 26: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

mata pelajaran produktif memiliki akta mengajar IV dan mempunyai pengalaman

industri.

Di kedua sekolah persiapan guru dalam proses pembelajaran dilakukan dengan

menyusun rencana pembelajaran pada awal tahun ajaran dengan melihat kalender

akademik. Perumusan tujuan pembelajaran telah dituliskan secara jelas mengandung

perilaku hasil belajar sehingga dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Materi ajar

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan tujuan pembelajaran. Di samping itu

materi ajar diorganisasikan dengan runtut, sistematis, dan sesuai dengan alokasi waktu.

Pemilihan sumber/media pembelajaran dengan tepat sesuai dengan tujuan, materi, dan

karakteristik peserta didik. Sumber materi ajar yang dikomunikasikan kepada peserta

didik berupa latihan soal dan terdapat kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan

pembelajaran. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75%. Di samping itu

evaluasi direncanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang

dikelola seperti di atas merupakan salah satu indikator SBI.

Di kedua sekolah jumlah siswa dalam satu kelas maksimal sebanyak 32 orang.

Pembelajaran didukung oleh alat pembelajaran yang lengkap terutama untuk mata

pelajaran produktif dan memberikan perhatian pada siswa dalam bentuk memberian

tugas presentasi setelah ada penjelasan dari guru secara berkelompok, tiap kelompok

terdiri dari dua sampai tiga orang siswa. Guru memelihara disiplin dalam melaksanakan

pembelajaran dengan cara memberi hukuman kepada siswa yang tidak disiplin sesuai

dengan tingkat pelanggarannya.

Di kedua sekolah strategi yang dilaksanakan dalam mengorganisasikan

pembelajaran dilakukan secara tatap muka, presentasi, dan tanya jawab. Guru merasa

senang dalam mengajar. Perilaku atau tujuan pembelajaran yang diharapkan

disampaikan terlebih dahulu kepada siswa. Siswa mengetahui di mana memperoleh

bantuan akademik melalui penjelasan guru. Guru mendorong sekolah untuk memberi

pengakuan atas perilaku positif siswa, jika ada siswa yang kurang baik perilakunya

dibicarakan dengan ketua program studi. Di samping itu guru mengembangkan

kecakapan komunikasi siswa melalui presentasi di depan kelas. Pengembangan

kemampuan literasi media dan informasi dilakukan dengan cara penugasan di

perpustakaan dan mengunduh (download) informasi melalui internet. Setiap akhir

pelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebagai feedback

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 27: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

terhadap pelaksanaan pembelajaran. Guru mendapat informasi siswa mana yang perlu

diberi bantuan dan bantuan apa yang akan diberikan. Bimbingan lebih intensif diberikan

oleh BP dan kesiswaan melalui kelompok bimbingan belajar. Siswa dapat memberikan

saran (ada Kotak Saran) dan terbuka kepada Wali Kelas apabila menemukan hambatan.

Strategi pegorganisasian yang demikian dapat dijadikan indikator pengorganisasian

pembelajaran dalam SBI.

Di SMKN 5 Surabaya untuk program keahlian otomotif, guru mengembangkan

kemampuan siswa melalui metode pembelajaran trouble shooting, baik untuk sepeda

motor maupun mobil. Metode tersebut meliputi langkah-langkah: mengidentifikasi,

merumuskan masalah, menganalisis, dan membuat alternatif penyelesaian masalah.

Strategi pembelajaran tersebut dilakukan pada pembelajaran mata pelajaran produktif,

strategi tersebut dikenal dengan keterampilan proses. Di samping itu guru memberikan

kesempatan pada siswa dalam mengembangkan keingintahuan intelektual dan kreatifitas

dengan jalan memberi kesempatan eksperimen kepada siswa. Karakteristik pengem-

bangan kemampuan siswa yang demikian dalam proses pembelajaran merupakan salah

satu ciri pembelajaran SBI.

Di SMK Mikael Solo pembelajaran mata pelajaran produktif menggunakan

pendekatan production base education training (PBET). Pembelajaran ini dilakukan di

unit produksi dan merupakan satu-satunya SMK di Indonesia yang menerapkan sistem

PBET. Sistem ini memadukan antara praktik dan produksi sebagai bentuk implementasi

link and match sehingga dapat memberikan pengalaman produksi dan aplikasi serta

nilai-nilai kerja bagi peserta didik. Sistem ini didukung oleh unit produksi dengan

menerapkan sistem blok secara penuh (total block system) dengan dua shift praktik. Di

samping itu unit produksi tersebut mulai dari pengembangan materi praktik, penilaian,

produksi, sampai pada pemasaran hasil bekerjasama dengan unit produksi Akademi

Teknik Mesin dan Industri (ATMI) Solo. Unit produksi ini telah mendapatkan

pengakuan baik nasional maupun internasional. Hal ini dibuktikan dengan telah

diterimanya produk yang dihasilkan oleh customer dari dalam dan luar negeri.

Di SMKN 5 Surabaya dan SMK Mikael Solo, guru ikut mengembangkan

kemampuan siswa tentang pilihan jurusannya. Di samping itu ia juga mengembangkan

kemampuan adaptif dan tanggungjawab dengan cara memberi pengarahan untuk

bertanggungjawab terhadap kewajiban sekolah. Tanggungjawab sosial dikembangkan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 28: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

dengan cara memberi pengarahan toleransi terhadap sesama temannya. Pengembangkan

kemampuan interpersonal pada diri siswa dikembangkan guru dengan cara memberi

penjelasan lisan dan demonstrasi. Guru juga mengembangkan kemampuan interpersonal

siswa dengan cara belajar berkomunikasi dengan sesama. Meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan kolaborasi melalui penggunaan teknologi informasi dengan cara

memberi kesempatan pada saat diskusi berkelompok. Guru menggunakan aplikasi

perangkat lunak untuk mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data. Proses

pembelajaran dilakukan guru dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk

membangun pengetahuannya sendiri. Guru juga menggunakan model pembelajaran yang

variatif, misalnya pemecahan masalah (trouble shooting) dalam pembelajaran praktik.

Pembelajaran didukung oleh ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi dengan

menggunakan warung internet (warnet).

Di SMKN 5 Surabaya dalam proses pembelajaran guru memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengungkapkan hasil temuannya, strateginya terletak pada pemberian

masalah (trouble) dan siswa mencari penyelesaiannya. Jumlah jam tatap muka pelajaran

cukup memberikan kesempatan siswa untuk memahami pelajaran produktif. Jumlah jam

sebanyak 6 jam pelajaran dengan 4 hari per minggu dan jumlah jam tersebut mendukung

peningkatan keterampilan khusus siswa. Di samping itu guru memiliki strategi dalam

meningkatkan ketuntasan belajar siswa berupa studi kasus. Metode tersebut digunakan

dengan alasan dalam implementasinya di dunia kerja siswa dihadapkan pada

penyelesaian masalah (trouble shooting). Ciri proses pembelajaran tersebut merupakan

salah satu ciri SBI.

Berkaitan dengan pembelajaran di kedua sekolah, guru memiliki karakteristik pola

pikir yang dapat menghasilkan pembelajaran yang baik. Berdasarkan data yang berhasil

dikumpulkan pola pikir guru dalam pembelajaran adalah ia memberikan layanan pada

siswa dengan memberikan berbagai macam sumber informasi pada siswa dan siap

memberikan layanan akademik pada setiap saat di sekolah. Di samping itu ia

menyediakan portofolio pembelajaran untuk siswa yang mencakup seluruh materi ajar

pada semester tersebut. Dan guru mengarahkan siswa untuk menemukan masalah dan

membimbing siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Untuk mengkaitkan informasi pembelajaran sebelumnya dilakukan dengan

memberikan penjelasan, demonstrasi, dan percobaan. Selanjutnya siswa diberi

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 29: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

penugasan dan dilihat hasilnya. Guru memberikan informasi tentang kegunaan materi

pembelajaran setelah selesai pelaksanaan pembelajaran. Untuk membangkitkan

pertanyaan kritis siswa guru memberikan permasalahan atau kasus dan siswa mencari

pemecahannya. Tugas kelompok dan cara menilai tingkat kolaborasi siswa pada

kelompok dilakukan dengan membagi kelompok-kelompok kecil pada saat praktik.

Guru memberikan ruang yang cukup pada siswa untuk mendemonstrasikan hasil

karyanya. Untuk menggali informasi yang dipelajari dari masyarakat dilakukan dengan

cara memberi tugas jika ada kendaraan dari luar milik orang rusak dan siswa yang

mengerjakan sedangkan guru memandu. Di samping itu guru memberikan pengarahan

pada siswa bagaimana membaca efektif (reading skill). Cara mencari kata kunci dalam

membaca informasi dilakukan dengan cara membuat ringkasan. Guru juga memberikan

tugas pada siswa untuk mengembangkan wacana dari sebuah artikel dan guru

mempertimbangkan berbagai aspek dalam memberikan penilaian hasil belajar siswa. Di

samping memberikan penilaian kognitif guru juga menilai sikap, tingkah laku, dan

keterampilan siswa.

Guru membuat suasana kelas menyenangkan dilakukan dengan cara memberi

kebebasan berdemokrasi tetapi terarah, dan memberi pengertian bahwa guru bukan

segala-galanya, guru juga manusia terkadang salah, hanya saja guru sudah pernah belajar

terlebih dahulu. Untuk meminta masukan tentang proses pembelajaran kepada siswa

agar dapat memberikan layanan lebih baik dilakukan dengan meminta saran dan kesan

kepada siswa setelah tatap muka. Guru juga melakukan refleksi atas tindakan yang

diberikan pada proses pembelajaran dengan membuat perbaikan terhadap siswa yang

melanggar tata tertib serta hak dan kewajiban siswa. Upaya berbaikan berkelanjutan

dilakukan dengan pendekatan terhadap siswa yang mempunyai masalah. Perubahan pola

pikir guru tersebut di atas dapat dijadikan ciri penting SBI dalam mengelola proses

pembelajaran.

2.3 Kerjasama dan Unit Produksi

SMKN 5 Surabaya menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan industri (du/di)

lebih dari 100 perusahaan besar dan menengah baik Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) maupun swasta. Perusahaan tersebut tersebar di kota Surabaya, Gresik, Tuban,

Sidoarjo, Pasuruan dan sekitarnya. Hubungan kerjasama dengan dunia usaha dan

industri tersebut dilakukan untuk mendekatkan program sekolah dengan kebutuhan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 30: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

dunia kerja. Jalinan kerjasama tersebut diikat melalui nota kesepahaman (Memorandum

of Understanding, MoU). Manfaat kerja sama di antaranya adalah siswa dapat

melakukan Praktik Kerja Industri (PSG) secara berkelanjutan dan untuk memasarkan

lulusan.

Sejak tahun 2006 SMKN 5 Surabaya telah memperoleh sertifikat Sistem

Manajemen Mutu Standar Internasional ISO 9001-2000 sejak 2006. Terkait dengan

manajemen layanan kesiswaan, SMKN 5 Surabaya melakukan layanan bimbingan

konseling, career path, dan bursa kerja. Layanan tersebut dilakukan sepanjang semester

dan sepanjang tahun (tidak terbatas). Melalui bursa kerja dapat membantu lulusan

mendapatkan pekerjaan tanpa menunggu waktu yang relatif lama. Layanan bimbingan

dan bursa kerja tersebut merupakan good practice dalam pengelolaan SMK bertaraf

internasional.

Manfaat kerjasama adalah siswa dapat melakukan Praktik Kerja Industri (PSG)

secara berkelanjutan dan sebagai sarana promosi lulusan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Glover (1984:141) bahwa latihan yang didasarkan atas jenis kegiatan yang ada di

industri, sesuai dengan perjanjian antara peserta magang dan industri, siswa akan

memperoleh latihan kerja baik teoretis maupun praktis dalam lingkup yang luas dan

terstuktur dalam jangka waktu tertentu. Praktik kerja di industri sebagai persiapan untuk

memasuki dunia kerja dapat dimengerti karena secara historis pendidikan kejuruan

merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola

magang (apprenticeship) (Evans & Edwin, 1978). Dengan pola seperti itu peserta didik

dapat langsung belajar pada keadaan yang sebenarnya sehingga mendorong dia belajar

secara inkuiri (Elliot, 1983). Dengan demikian hubungan dengan dunia usaha dan

industri menjadi good practice penyelenggaraan SMK bertaraf internasional.

SMK Mikael Solo memiliki unit produksi yang terintegrasi dengan pembelajaran

mata pelajaran produktif di sekolah. Sejak 2002 sekolah memperoleh sertifikat Sistem

Manajemen Mutu Standar Internasional ISO 9001-2000. Sekolah juga dipercaya menjadi

Sister dari Indonesian German Institute (IGI) untuk pengembangan kualitas sumber daya

manusia di Indonesia melalui Program Pendidikan SMK dan Social Grassroot Training

Center (SGTC). Di samping itu sekolah memiliki tim penjamin mutu, yaitu Akademi

Teknik Mesin Industri (ATMI). SMK yang mempunyai kerjasama dengan dunia usaha

dan industri, unit produksi, sistem manajemen mutu standar internasional ISO

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 31: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

9001:2000, dan penjaminan mutu sekolah menjadi ciri penting dari pengelolaan SBI dan

merupakan salah satu good practice penyelenggaraan SMK bertaraf internasional.

Kerjasama dan unit produksi di kedua sekolah tersebut sesuai dengan teori

kejuruan yang dikemukakan Prosser & Allen, tiga di antaranya adalah: (1) latihan

kejuruan akan efektif, jika latihan kerja dilakukan dengan cara pengoperasian alat dan

mesin yang sama dengan di tempat kerja itu sendiri, (2) penumbuhan kebiasaan kerja

kepada siswa dapat efektif apabila latihan dilaksanakan di tempat kerja sesungguhnya,

bukan pada pekerjaan semu atau latihan, (3) pendidikan kejuruan akan efektif, apabila

guru telah mempunyai pengalaman yang berhasil dalam menerapkan keterampilan dan

pengalaman mengenai operasi dan proses (Champ & Hillison, 1984:13-21). Teori

kejuruan tersebut menekankan perlunya pengalaman bagi peserta didik dan guru pada

dunia kerja sesungguhnya. Jadi, kerjasama dan unit produksi yang dilakukan oleh kedua

sekolah merupakan good practice penyelenggaraan SMK bertaraf internasional.

3. Output

Output pendidikan dapat dilihat dari angka mengulang kelas, jumlah DO, nilai UN,

dan persentase lulusan. Di SMKN 5 Surabaya selama tiga tahun terakhir di program

keahlian otomotif terdapat seorang yang drop out (DO) yang terjadi pada tahun 2007.

Penyebabnya adalah faktor sikap (afektif) siswa yang tidak baik dan tidak terdapat angka

mengulang kelas. Nilai rerata UN untuk mata pelajaran Bahasa Inggris tiga tahun

terakhir (2004/2005, 2005/2006, 2006/2007) berturut-turut 7,03; 7,91; dan 8,88. Nilai

rerata UN untuk mata pelajaran Matematika tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006,

2006/2007) berturut-turut 8,26; 9,17; dan 8,56. Persentase lulusan tiga tahun terakhir

2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007 berturut-turut adalah 97,31%, 99,70%, dan

97,62%.

Di SMK Mikael Solo tingkat angka mengulang kelas sebesar 0,8% dan terjadi pada

tahun pelajaran 2005/2006, sedangkan pada tahun pelajaran 2004/2005 dan 2006/2007

angka mengulang kelas nol persen. Nilai rerata UN Bahasa Inggris tiga tahun terakhir

(2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007) berturut-turut 6,82; 8,04; dan 8,29. Nilai rerata

UN untuk mata pelajaran Matematika tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan

2006/2007) berturut-turut 7,75; 7,68; dan 8,23. Persentase lulusan empat tahun terakhir

(2004, 2005, 2006, dan 2007) berturut-turut 95%; 97,5%; 100%; dan 100%. Dengan

demikian angka pengulang kelas, jumlah DO, nilai UN, dan jumlah lulusan yang

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 32: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

demikian di kedua sekolah tersebut menjadi salah satu good practice dan ciri

keberhasilan pengelolaan SMK bertaraf internasional.

Dari data tersebut kedua sekolah telah menghasilkan output yang sangat baik. Hal

ini merupakan salah satu ciri keberhasilan pengelolaan SMK bertaraf internasional.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari mutu input yang baik dengan rerata nilai UN cukup

tinggi di samping proses pembelajaran yang dilakukan. Meskipun demikian menurut

Sukamto (1988:54) keberhasilan lembaga pendidikan kejuruan berlainan dengan

pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan

kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda, yaitu keberhasilan siswa di sekolah

(in-school success) dan keberhasilan di luar sekolah (out-of-school success). Kriteria

yang pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler

yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja. Kriteria yang kedua diindikasikan

oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang

sebenarnya, seperti misalnya proporsi lulusan yang mendapat pekerjaan sesuai dengan

bidang studinya, jarak waktu antara kelulusan dan saat mendapatkan pekerjaan pertama,

dan keberhasilan lain dalam bentuk imbalan ekonomis, kriteria ini disebut juga outcome

pendidikan kejuruan.

4. Outcome

Salah satu indikator outcome adalah keterserapan lulusan di dunia kerja. Di SMKN

5 Surabaya menunjukkan bahwa selama empat tahun terakhir (2003/2004, 2004/2005,

2005/2006, dan 2006/2007) keterserapan lulusan ke dunia kerja berturut-turut sebesar

89,94%; 86,58%; 94,48%, dan 92,14%. Lulusan tersebut bekerja sesuai dengan program

keahliannya dan tingkat keterserapan lulusan oleh dunia kerja tersebut tergolong tinggi.

Di samping itu terdapat lulusan yang melanjutkan training ke luar negeri selama tiga

tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007) berturut-turut sebanyak 4 orang,

5 orang, dan 2 orang.

Di SMK Mikael Solo jumlah lulusan empat tahun terakhir (2004, 2005, 2006, dan

2007) yang mengisi kesempatan kerja sesuai dengan program studinya berturut-turut

sebanyak 43 orang, 57 orang, 59 orang, 60 orang. Sisanya lebih kurang 50% lulusan dari

tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007 melanjutkan ke perguruan tinggi. Mayoritas ke

Akademik Teknik Mesin dan Industri (ATMI) Solo, Universitas Sanata Dharma,

Atmajaya Yogyakarta, dan sejumlah perguruan tinggi negeri. Masa tunggu untuk

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 33: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

mendapatkan pekerjaan pertama maksimal 1-3 bulan. Di samping itu permintaan tenaga

kerja oleh industri selama empat tahun terakhir (2004, 2005, 2006, dan 2007) berturut-

turut 42 orang, 50 orang, 43 orang, dan 50 orang. Dari permintaan tersebut hanya dapat

dipenuhi sebanyak 10 orang, 16 orang, 13 orang, dan 15 orang, sehingga terdapat

surplus permintaan sebesar 32 orang, 34 orang, 30 orang, dan 35 orang tenaga kerja.

Dengan demikian banyaknya lulusan yang terserap oleh dunia kerja, surplus permintaan

tenaga kerja, dan masa tunggu yang relatif pendek untuk mendapatkan pekerjaan

pertama merupakan good practice pengelolaan SMK bertaraf internasional.

Keterserapan lulusan SMKN 5 Surabaya di dunia kerja empat tahun terakhir rata-

rata 90,8% dan tingkat keterserapan ini tergolong tinggi. Di samping itu terdapat lulusan

yang melanjutkan training ke luar negeri. Jumlah ini memang masih sedikit, akan tetapi

lulusan yang sudah mempunyai pengalaman pelatihan di luar negeri merupakan aset

bagi sekolah. Pengertian aset bermakna: (1) memotivasi siswa yang lain, (2) sebagai

pembuka jalan bagi lulusan yang lain, dan (3) dapat dimanfaatkan sebagai instruktur

tamu. Demikian pula lulusan SMK Mikael Solo, kurang lebih 50% lulusannya terserap

di dunia kerja sesuai dengan program keahliannya dan sisanya melanjutkan ke perguruan

tinggi dan masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan pertama maksimal 1-3 bulan. Di

samping itu permintaan tenaga kerja oleh industri belum dapat terpenuhi atau terdapat

surplus permintaan tenaga kerja. Artinya, outcome yang demikian di kedua sekolah

tersebut merupakan kriteria keberhasilan sekolah kejuruan (out-of-school success).

Dengan demikian banyaknya lulusan yang terserap oleh dunia kerja, surplus permintaan

tenaga kerja, dan masa tunggu yang relatif pendek untuk mendapatkan pekerjaan

pertama merupakan good practice SMK bertaraf internasional.

Keterserapan lulusan SMKN 5 Surabaya banyak dipengaruhi oleh masa studi dari

SMK tiga tahun menjadi SMK empat tahun. Di mana selama tiga tahun pertama peserta

didik belajar di sekolah dan tahun ke empat siswa melakukan praktik kerja di industri

selama satu tahun. Dengan pola ini siswa menghadapi pekerjaan secara langsung

sehingga tertanam pola pikir, pola kerja, nilai-nilai kerja, tanggungjawab, kerjasama

dalam tim, menghargai waktu, disiplin, kehati-hatian, dan sikap-sikap positif lainnya

yang tidak dapat diperoleh dalam situasi sekolah. Dengan situasi yang sama, di SMK

Mikael Solo, meskipun masa studi tiga tahun penanaman nilai-nilai kerja tersebut

dilakukan sejak kelas satu sasmpai kelas tiga melalui kegiatan praktik di unit produksi

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 34: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

yang dikelola seperti tempat kerja sesungguhnya. Sekolah dalam situasi apapun belum

mampu menanamkan nilai-nilai kerja yang diinginkan dunia kerja. Oleh karena itu hal

ini sejalan dengan teori Prosser & Allen yang telah dikemukakan terdahulu.

Di samping itu keterserapan lulusan SMKN 5 Surabaya empat tahun terakhir

menjadi fenomena menarik. Salah satunya hal ini disebabkan adanya bursa kerja sebagai

jembatan antara pencari kerja dan pemberi kerja. Bursa ini kerja ini tidak dapat berdiri

sendiri membantu menyalurkan lulusan, tetapi berkaitan dengan mutu lulusan. Pada

tahun 2006 SMK Negeri 5 Surabaya memperoleh sertifikat managemen mutu ISO 9001-

2000. Sertifikat tersebut bermakna ada komitmen meningkatkan mutu pengelolaan

pendidikan dari civitas akademika sekolah. Mulai dari kepala sekolah, guru, tenaga

kependidikan, pustakawan, laboran, tenaga kebersihan, keamanan, siswa, dan orangtua

siswa bersama-sama untuk mewujudkan terselenggaranya sekolah bermutu melalui

managemen pengelolaan yang terstandar. Pilihan ISO 9001-2001 adalah tepat karena hal

tersebut merupakan pengakuan internasional.

Wenrich & Wenrich (1974:63) berpendapat bahwa pendidikan kejuruan bertujuan

untuk: (1) menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan masyarakat, (2) meningkatkan

pilihan pekerjaan yang dapat diperoleh oleh setiap peserta didik, dan (3) memberikan

motivasi kerja kepada peserta didik untuk menerapkan berbagai pengetahuan yang

diperolehnya. Hal ini sejalan dengan kondisi lulusan di kedua sekolah yaitu ada yang

bekerja dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

D. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

Berdasarkan analisis kualitatif dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan

bahwa praktik-praktik yang baik (good practices) yang dilakukan di kedua sekolah

adalah: (1) penerapan proses belajar dari tiga tahun menjadi empat tahun, tiga tahun

pertama di sekolah dan tahun keempat magang di industri telah mendekatkan

kompetensi lulusan ke dunia kerja secara fungsional, (2) penerapan proses belajar tiga

tahun dengan pembelajaran mata pelajaran produktif dilakukan terintegrasi dengan unit

produksi di sekolah dapat membentuk kompetensi siswa sesuai dengan kebutuhan dunia

kerja, (3) di kedua sekolah telah menerapkan manajemen mutu penyelenggaraan sekolah

berstandar internasional ISO 9001-2000, ini menunjukkan kesungguhan dari civitas

sekolah untuk menjadikan sekolah unggul, (4) kerja sama dengan dunia usaha dan

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 35: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

industri yang dilakukan oleh kedua sekolah telah meningkatkan mutu pembelajaran

praktik dan mendekatkan kebutuhan dunia industri akan tenaga kerja terdidik dan

terampil, dan (5) layanan terhadap siswa berupa bimbingan konseling, career path, dan

bursa kerja dapat meningkatkan keterserapan lulusan ke dunia kerja.

2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas dikemukakan saran sebagai berikut (1) SMK lain

dapat mengadopsi atau mengadaptasi lama belajar dari tiga tahun menjadi empat tahun

dengan mempertimbangkan semua aspek secara komprehensif dengan melibatkan

komiter sekolah dan orangtua siswa. Perubahan lama belajar tersebut dilakukan untuk

mendekatkan lulusannya dengan dunia kerja baik regional, nasional, maupun

internasional, (2) lama belajar tiga tahun yang selama ini dilakukan oleh SMK lain harus

ditunjang oleh ketersediaan sarana memadai, terutama unit produksi yang dikelola

seperti keadaan dunia kerja sebenarnya, (3) pengelolaan SMK dengan manajemen

standar ISO 9001-2000 harus sudah dimulai, dengan standar tersebut pengelolaan

sekolah terstandar secara internasional, (4) kerjasama dengan dunia usaha dan industri

bagi SMK lain menjadi keharusan, kerja sama tersebut mengikat kedua belah pihak dan

saling menguntungkan, dan (5) SMK lain dapat memberikan layanan berupa bimbingan

konseling, career path, dan bursa kerja untuk meningkatkan keterserapan lulusan ke

dunia kerja.

Pustaka Pustaka Brotosiswoyo, Suprapto. (1991, Agustus). Pendidikan menengah. Makalah Pengantar

Diskusi Kelompok Rapat Kerja Nasional. Jakarta: Depdikbud. Camp, G. C. & Hillison, J. H. (1984). Prosser’s six-sixteen theorem: Time for

reconsideration. Journal of Vocational and Technical Education, 1, 13-21. Clinton, R. E. (1984). A rationale for collaboration: The view from industry.

Collaboration vocational education and the privat sector (pp.43-53). Arlington, VA: The American Vocational Association.

Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

_____. (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Elliot, Janet. (1983). The organization of productive work in secondary technical and vocational education the united Kingdom. London: Unesco.

Evans, R. N. & Edwin, L. H. (1978). Foundation of vocational education. Columbus, OH: Charles E. Merril Publishing Company.

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008

Page 36: GOOD PRACTICES PADA PENYELENGGARAAN SMK · PDF filepada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada ... Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi

Good Practices Penyelenggaraan SMK Bertaraf Internasional

Finch, Curtis R. & Crunkilton, John R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Glover, R. W. (1984). Collaboration in apprentice program: Experience with in-school apprenticeship. Collaboration vocational education and the private sector (pp.141-149). Arlington, VA: The American Vocational Association.

IEES. (1986). Indonesia Education and Human Resources Sector Review. Chapter VII-Vocational/Technical Education. Jakarta: Depdikbud and USAID.

Karabel, R. L. & Hasley, R. A. (1977). Vocational Education Outcomes: Perspective for Evaluation. Columbus: NCRVE.

Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.

Miner, Jacob. (1974). Family Insvesment in Human Capital: Earning of Woman. Journal of Political Economy 82 (2). Pp.48-56.

National Council for Research into Vocational Education (NCRVE). (1981). Towards a theory of vocational educational. Columbus, Ohio: NCRVE Publication.

Nurhadi, Mulyani A. (1988). The effects of schooling factor on personal earning within the context of internal labor market in PT. Petrokimia Gresik (Persero) Indonesia. Yogyakarta: PPS IKIP Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Samani, Muchlas. (1992). Keefektifan program pendidikan STM: Studi penelitian pelacakan terhadap lulusan STM rumpun mesin tenaga dan teknologi pengerjaan logam di Kotamadya Surabaya tahun 1986 dan 1987. Disertasi doktor IKIP Jakarta, 1992.

Semiawan, Cony R. (1991, Januari). Pengembangan kirikulum untuk SMKTA menyongsong era tinggal landas. Makalah pada seminar pengembangan kurikulum PMK. Jakarta: Balitbang Dikbud.

Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran perkuliahan. Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta.

Sugiono. (2006). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tilaar, H.A.R. (1991, September). Sistem pendidikan yang modern bagi pembangunan masyarakat industri modern berdasarkan Pancasila. Makalah pada KIPNAS V, Jakarta.

Thorogood, Ray. (1982). Current themes in voational education and training policies, Part I. Industrian and Commercial Training 9, pp. 328-331.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wenrich, Ralph C. & Wenrich, William J. (1974). Leadership in administration of vocational education. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.

Zulbakir & Fazil. (1988, Juli). Program pendidikan menengah teknologi dan perkembangan IPTEK di Indonesia. Makalah disampaikan pada KOnvensi Nasional Pendidikan 1988, Bandung.

Simposium Puslitjaknov Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas 2008