good corporate governance, pergantian chief …repository.ub.ac.id/2988/1/imam albany mohamad...

98
GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER DAN MANAJEMEN LABA (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad Gozali NIM. 135020307111057 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 07-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF EXECUTIVE

OFFICER DAN MANAJEMEN LABA

(STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR)

Disusun Oleh:

Imam Albany Mohamad Gozali

NIM. 135020307111057

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad
Page 3: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad
Page 4: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat

menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul: ”GOOD CORPORATE

GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER DAN

MANAJEMEN LABA (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI

MANUFAKTUR).” Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

dalam meraih derajat sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini, penulis

tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Nurkholis, SE., M.Bus., Ph.D., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya

2. Bapak Abdul Ghofar, SE., M.Si.,MSA, Ak, DBA selaku Pelaksana Tugas

Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya Malang

3. Ibu Grace Widijoko, MSA., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta

memberikan saran dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

4. Ibu Erwin Saraswati, SE., M.Acc., Dr., CPMA., Ak. selaku dosen penguji 1

(satu) yang sudah banyak membantu memberikan kritik dan saran terhadap

perbaikan skripsi saya.

5. Bapak Komarudin Achmad, SE., M.Si., Ak. selaku dosen penguji 2 (dua)

yang sudah juga banyak membantu memberikan masukan di dalam skripsi

saya.

Page 5: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

ii

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada

penulis.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Dodi Mohamad Gozali dan Ibu Dewi Kania

yang atas motivasi, dukungan serta pengorbanan yang telah dilakukan selama

masa perkuliahan penulis.

8. Keluarga penulis yang tidak pernah lelah memberikan semangat dan dorongan

saat proses penulisan skripsi ini.

9. Saudara Hendra Kusuma S S.E yang dengan polos selalu memberikan

bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman kontrakan 209 : Faruq, Wildan, Emrat, Afif, Rizal, Hazmi, dan

Mas Ndos yang selalu merepotkan penulis selama setahun bersama.

11. Teman-teman ”Kos” WG 36 : Ikhsan, Jandhel, Mas Bagus, Aji, Noval, Hana,

Faris, Gustra dan yang lainnya yang berhasil membuat penulis tidak betah

sehingga meninggalkan ”kosan” tersebut

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun telah

membantu penyelesaian Skripsi ini.

Malang, 8 Agustus 2017

Penulis,

Imam Albany Mohamad Gozali

NIM 135020307111057

Page 6: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

iii

ABSTRAK

GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF EXECUTIVE

OFFICER DAN MANAJEMEN LABA

(STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR)

Oleh:

Imam Albany Mohamad Gozali

Dosen Pembimbing:

Grace Widijoko, MSA., Ak.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji mengenai pengaruh antara mekanisme

pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) seperti proporsi

dewan komisaris independen, komite audit serta pergantian Chief Executive Officer

(CEO) terhadap manajemen laba. Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2015. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan

bahwa proporsi dewan komisaris independen dan berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba, yang berarti setiap bertambahnya proporsi dewan komisaris

independen akan mengakibatkan menurunnya manajemen laba. Komite audit tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan pergantian CEO berpengaruh

positif terhadap manajemen laba yang berarti terjadinya pergantian CEO akan

menyebabkan kenaikan manajemen laba.

Kata Kunci: Manajemen Laba, Good Corporate Governance, Proporsi Dewan

Komisaris Independen, Komite Audit, Pergantian CEO.

Page 7: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

iv

ABSTRACT

GOOD CORPORATE GOVERNANCE, CHIEF EXECUTIVE

OFFICER TURNOVER, AND EARNINGS MANAGEMENT

(A CASE STUDY ON MANUFACTURING COMPANIES)

By:

Imam Albany Mohamad Gozali

Advisor:

Grace Widijoko, MSA., Ak.

This research aims to find the influence of good corporate governance (GCG)

mechanism, such as proportion of independent commissioner board, audit committee,

and Chief Executive Officer (CEO) turnover on earnings management. The sample of

this research is manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange in

2015, which were selected through purposive sampling. The hypothesis of this

research was assessed using multiple regression analysis. The results of this study

show that proportion of independent commissioner affects earnings management

negatively and significantly, which means that an increase on the proportion of

independent commissioner board decreases earnings management. Furthermore, audit

committee does not affect earnings management. Finally, CEO turnover affects

earnings management positively and significantly, which means that CEO turnover

increases earnings management.

Keywords: earnings management, good corporate governance, proportion of

independent commissioner board, audit committee, CEO Turnover

Page 8: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

ABSTRACT .................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

1.4 Kontribusi Penelitian ........................................................................... 7

1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................... 8

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10

2.1 Landasan Teori .................................................................................... 10

2.1.1 Teori Keagenan ....................................................................... 10

2.1.2 Manajemen Laba ..................................................................... 14

2.1.3 Corporate Governance ........................................................... 22

2.1.3.1 Pengertian dan Konsep Dasar Corporate Governance 22

2.1.3.2 Tujuan dari diterapkannya Corporate Governance .... 24

2.1.3.3 Prinsip Utama Corporate Governance ........................ 25

2.1.4 Komite Audit .......................................................................... 28

2.1.5 Dewan Komisaris Independen ................................................. 28

Page 9: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

vi

2.1.6 Pergantian CEO ....................................................................... 29

2.2 Perumusan Hipotesis ........................................................................... 34

2.2.1 Proporsi Dewan Komisaris Independen .................................. 34

2.2.2 Komite Audit .......................................................................... 36

2.2.3 Pergantian CEO ....................................................................... 37

2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 39

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 40

BAB III: METODE PENELITIAN .............................................................. 41

3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 41

3.2 Data dan Pengumpulan Data ................................................................ 41

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 41

3.2.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 41

3.2.3 Populasi ................................................................................... 42

3.2.4 Sampel ..................................................................................... 42

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 43

3.3.1 Variabel Terikat ....................................................................... 44

3.3.2 Variabel Bebas ......................................................................... 45

3.3.2.1 Proporsi Dewan Komisaris Independen ....................... 45

3.3.2.1 Komite Audit ............................................................... 46

3.3.2.1 Pergantian CEO ........................................................... 47

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 48

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 49

3.4.1 Uji Asumsi Klasik .................................................................... 50

3.4.2.1 Uji Normalitas .............................................................. 50

3.4.2.1 Uji Multikolonieritas .................................................... 50

3.4.2.1 Uji Normalitas .............................................................. 50

3.4.2.1 Uji Heteroskedastisitas ................................................. 51

3.5. Test Goodness of Fit ............................................................................ 52

Page 10: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

vii

3.5.1 Uji R2 atau Koefisien Determinasi .......................................... 52

3.5.2 Uji F ......................................................................................... 53

3.5.3 Uji T ......................................................................................... 53

BAB IV: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................. 55

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 55

4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................. 56

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................................ 56

4.2.2 Analisis Uji Asumsi Klasik ........................................................ 58

4.2.2.1 Uji Normalitas ............................................................. 58

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas .................................................... 66

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................ 67

4.2.2.4 Uji Autokorelasi .......................................................... 69

4.3 Hasil Test Goodness of Fit ......................................................................... 70

4.4.1 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ................................... 70

4.4.2 Uji F ........................................................................................ 71

4..4.3 Uji T ........................................................................................ 72

4.4 Pembahasan ............................................................................................... 74

4.5.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap

Manajemen Laba ..................................................................... 74

4.5.2 Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba ............... 76

4.5.3 Pengaruh Pergantian CEO ...................................................... 77

BAB V: PENUTUP ....................................................................................... 79

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 79

5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 80

5.3 Saran ......................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83

LAMPIRAN .................................................................................................... 88

Page 11: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengukuran Variable Penelitian ....................................................... 48

Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sample Penelitian .............................................. 55

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ........................................................................... 56

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ................. 59

Tabel 4.5 Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Pengeluaran Outlier .................. 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Multkolinearitas ............................................................... 66

Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser .............................................................................. 68

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................... 69

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ................................. 71

Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ......................................... 72

Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Parisal (Uji t) .............................................. 73

Page 12: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 39

Gambar 4.1 Grafik Histogram .......................................................................... 60

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot ................................................................ 61

Gambar 4.3 Grafik Histogram (Setelah Pengeluaran Outlier) ......................... 64

Gambar 4.4 Grafik Normal P-Plot (Setelah Pengeluaran Data Outlier) .......... 65

Gambar 4.5 Diagram Scatterplot (Setelah Pengeluaran Data Outlier) ............ 67

Gambar 4.6 Persamaan Uji autokorelasi Durbin-Watson ................................ 70

Page 13: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 87

Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sample ............................................................ 88

Lampiran 3 Perhitungan DACC (Discretionary Accrual) ................................ 92

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 94

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov .............. 94

Lampiran 6 Grafik Histogram (Sebelum Pengeluaran Outlier) ....................... 95

Lampiran 7 Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Pengeluaran Outlier ............... 96

Lampiran 8 Grafik Histogram (Setelah Pengeluaran Outlier) ......................... 96

Lampiran 9 Grafik Normal P-Plot (Setelah Pengeluaran Data Outlier) .......... 97

Lampiran 10 Diagram Scatterplot .................................................................... 97

Lampiran 11 Hasil Uji Multkolinearitas .......................................................... 98

Lampiran 12 Hasil Uji Glejser ......................................................................... 98

Lampiran 13 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 99

Lampiran 14 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ............................. 99

Lampiran 15 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ...................................... 100

Lampiran 16 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ......................................... 100

Page 14: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi laba yang tersaji dalam laporan laba rugi merupakan informasi yang

dapat dijadikan tolak ukur oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan.

Informasi laba dalam laporan keuangan dihasilkan dengan metode akrual dan

merupakan proses akuntansi yang dalam praktiknya diberikan kebebasan bagi

penyusun untuk menentukan metode akuntansi yang digunakan. Banyaknya perhatian

yang diberikan oleh pihak stakeholders terhadap informasi laba perusahaan membuat

manajer mendapatkan tekanan untuk dapat menampilkan kinerja yang baik. Hal

tersebut dapat menimbulkan terjadinya perilaku menyimpang oleh para manajer yang

salah satunya adalah manajemen laba (Boediono, 2005). Manajemen laba merupakan

suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud

memperoleh keuntungan untuk dirinya (Wolk et al, 2001).

Adanya fleksibilitas dalam memilih kebijakan akuntansi memberikan ruang

bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba (Subramanyam, 1996 dalam

Pangaribuan, 2014). Adanya masalah keagenan seperti pemisahan peran dan

perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham disinyalir sebagai salah

satu penyebab terjadinya manajemen laba di sebuah perusahaan. Minimnya informasi

Page 15: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

2

yang dimiliki oleh pemegang saham mengenai kondisi sesungguhnya perusahaan

serta adanya potensi untuk mendapatkan bonus dapat melatarbelakangi manajer untuk

melakukan manajemen laba dan mengesampingkan tugas manajer sebenarnya yaitu

untuk mengoptimalkan laba para pemilik saham.

Corporate Governance adalah konsep yang dapat diterapkan perusahaan

sebagai pengawas dari kinerja manajemen. Konsep ini dirancang untuk dapat

mewujudkan pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna

laporan keuangan. Sistem corporate governance juga memberikan perlindungan yang

efektif bagi pemegang saham dan kreditor, sehingga kreditor yakin bahwa akan

memperoleh pengembalian atas investasinya (Nasution dan Setiawan, 2007).

Corporate Governance merupakan konsep yang didasari pada teori keagenan,

corporate governance berkaitan dengan pengelolaan yang diterapkan di perusahaan

agar pemangku kepentingan dapat memercayai manajer yang mengelola perusahaan

dan memastikan bahwa manajer mampu mencapai tujuan perusahaan yaitu

menghasilkan laba bagi perusahaan dan bukan sebaliknya. Apabila manajer

perusahaan tidak mampu menjalankan tugas dengan baik dan membuat performa

perusahaan menurun, maka investor dapat saja menarik dana mereka dari perusahaan

secara bersamaan dan dapat mengakibatkan rush yang merugikan bagi perusahaan.

Widodo (2010) mengatakan bahwa di dunia, isu mengenai corporate

governance mulai hangat dibicarakan saat adanya perusahaan-perusahaan besar

Page 16: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

3

seperti Enron dan Worldcom yang mengalami krisis pada tahun 2002, dan krisis di

Amerika Serikat pada tahun 2008 membuat manajer lebih berhati-hati lagi dalam

mengelola perusahaan dan sebisa mungkin menerapkan prinsip pengelolaan

perusahaan yang baik (good corporate governance). Corporate governance mulai

berkembang di Indonesia terutama setelah terjadi krisis keuangan di Asia, pada tahun

1997. Tercatat beberapa kasus yang melibatkan rekayasa laporan keuangan yang

dilakukan oleh PT Lippo dan PT Kimia Farma yang berawal dari terdeteksi adanya

manipulasi (Boediono, 2005).

Menurut Widowati (2009) corporate governance memiliki dampak positif

bagi pemegang saham, serta masyarakat yang dapat terwujud dalam pertumbuhan

perekonomian nasional, karena itu negara penerima dana dari lembaga keuangan

dunia seperti World Bank dan International Monetery Fund berkepentingan dalam

menerapkan corporate governance karena penerapan corporate governance termasuk

bagian penting dalam sistem pasar yang efisien.

Mekanisme serta prinsip-prinsip dari corporate governance telah banyak

diterapkan dalam perusahaan industri manufaktur di Indonesia. Penerapan corporate

governance ini dilakukan dikarenakan berbagai latar belakang, misal dengan tujuan

meningkatkan kepercayaan dari stakeholder, menyediakan akses investasi yang baik

untuk menarik investor dari dalam maupun luar negeri, dan sebagainya.

Page 17: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

4

Dalam penelitian mengenai pengaruh good corporate governance terhadap

manajemen laba yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007), mekanisme

corporate governance yang dilibatkan adalah komposisi dewan komisaris, ukuran

dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan. Penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara negatif antara

komposisi dan ukuran dewan komisaris, dan komite audit terhadap manajemen laba,

namun ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan perbankan.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Pangaribuan (2014) berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007). Penelitian yang

meneliti mengenai pengaruh dewan komisaris independen, komite audit, kualitas

audit, struktur kepemilikan, dan Risk Management Committee terhadap praktik

manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan ini menyimpulkan

bahwa komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan ukuran

perusahaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Untuk variabel komite audit, kualitas audit, kepemilikan institusional dan Risk

Management Committe tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

manajemen laba yang dilakukan perusahaan perbankan.

Dalam sebuah perusahaan, terdapat seorang pemimpin tertinggi yang

bertanggung jawab atas kinerja perusahaan tersebut, posisi tersebut dijabat oleh Chief

Executive Officer atau CEO. Seorang CEO biasanya ditunjuk oleh RUPS (Rapat

Page 18: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

5

Umum Pemegang Saham) dan diharapkan dapat menjalankan perusahaan untuk

mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan. Sebagai pimpinan tertinggi dalam struktur

manajemen perusahaan, seorang CEO berperan besar dalam menentukan arah

perusahaan kedepannya, termasuk dalam bidang keuangan. Seorang CEO dapat

menentukan kebijakan metode akuntansi seperti apa yang akan digunakan oleh

perusahaan dalam melaporkan laporan keuangannya serta menentukan waktu, jumlah

biaya dan pendapatan perusahaan agar laporan keuangan perusahaan dapat disajikan

sesuai dengan keinginan dari CEO tersebut tanpa melanggar aturan penyusunan

laporan keuagan yang berlaku (Asih dalam Sadia dan Sukartha, 2010).

Besarnya tekanan yang dipikul serta tanggung jawab atas kepemimpinannya,

seorang CEO dapat melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada perilaku

menyimpang yang dilakukan untuk memberikan citra yang baik bagi perusahaan

secara umum maupun hasil kinerja dari CEO itu sendiri, salah satu tindakan

menyimpang yang dapat dilakukan oleh seorang CEO adalah manajemen laba

(Boediono, 2005).

Penelitian ini akan melibatkan variable berupa terjadinya pergantian CEO

yang dalam penelitian sebelumnya tidak dilibatkan bersamaan dengan corporate

governance dalam memengaruhi manajemen laba. Scott (2009) dikutip dari

Pangaribuan (2014) menyatakan bahwa pergantian CEO merupakan salah satu faktor

pendorong tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba. Dinyatakan bahwa

dalam masa-masa pergantian CEO, bagi CEO yang akan lengser cenderung

Page 19: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

6

melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterima

sebelum diberhentikan dari jabatannya.

Bengtsson dan Nilsson (2007) menemukan bahwa pada periode pergantian

CEO, manajemen laba cenderung dilakukan bila pergantian CEO yang terjadi bukan

merupakan pergantian CEO yang rutin. Penyebab dilakukannya pergantian CEO

adalah performanya yang tidak memuaskan. Sedangkan jika pergantian CEO

dilakukan karena masa jabatan CEO telah habis maka kemungkinan terjadinya

manajemen laba lebih kecil.

Industri manufaktur adalah industri yang unik jika dibandingkan dengan

industri lain. Industri manufaktur mengaplikasikan perhitungan unsur-unsur yang ada

dalam laporan keuangan secara lebih kompleks dikarenakan adanya perbedaan

aktivitas dibandingkan dengan industri lainnya. Dalam industri manufaktur, terdapat

perbedaan rantai operasi dikarenakan industri manufaktur menjalankan operasi

berupa produksi yang memberikan nilai tambah dari bahan mentah menjadi barang

setengah jadi dan menghasilkan produk akhir berupa barang jadi.

Penelitian ini menguji mekanisme corporate governance dan pergantian CEO

terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah

yang dapat dituliskan adalah:

Page 20: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

7

1) Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

praktik manajemen laba?

2) Apakah komite audit berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba?

3) Apakah pergantian CEO berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penelitian ini dapat

ditujukan untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh proporsi dewan komisaris independen

terhadap praktik manajemen laba.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh komite audit terhadap praktik manajemen

laba.

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh pergantian CEO terhadap praktik

manajemen laba.

1.4. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Manfaat Teoritis

a. Dalam perkembangan ilmu akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan

pengelolaan perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sudut

pandang lain yang bermanfaat.

Page 21: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

8

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain

yang tertarik melakukan penelitian serupa.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan seperti pemegang saham, manajer, kreditor, karyawan,

stakeholder internal dan eksternal dapat lebih memahami mekanisme corporate

governance dalam mengambil suatu keputusan yang tepat.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan manufaktur

untuk lebih memerhatikan pelaksanaan dan penerapan Good Corporate

Governance (GCG).

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian serta sistematika penulisan yang menguraikan bagaimana

penelitian ini dipaparkan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka memuat landasan teori, perumusan hipotesis yang diajukan

dalam penelitian, kerangka pemikiran serta hasil penelitian terdahulu.

Page 22: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

9

BAB III: METODE PENELITIAN

Bagian ini memuat metode yang digunakan pada penelitian yang berisi definisi

operasional dan variable penelitian, populasi dan sample yang digunakan dalam

penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis

data, dan uji statistik yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

BAB IV: PEMBAHASAN

Pembahasan memuat deskripsi statistik data penelitian, analisis data dan

pembahasan hasil atas analisis yang telah dilakukan.

BAB V: PENUTUP

Penutup memuat kesimpulan penelitian serta keterbatas penelitian, saran dan

implikasi penelitian yang diperuntukan untuk peneltian selanjutnya

Page 23: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan salah satu versi dari game theory, yang berbentuk

model kontraktual antara dua atau lebih pihak dimana salah satu pihak disebut

sebagai agent, dan pihak yang lainnya disebut sebagai principal. Agent merupakan

pihak yang diberikan wewenang untuk mengelola kegiatan bisnis perusahaan,

sehingga agent mempunyai pengetahuan lebih mendalam dan menyeluruh tentang

kondisi perusahaan, sedangkan principal merupakan pihak yang memberikan

wewenang kepada agent. Principal menyerahkan kemampuan untuk menjadi

pengambil keputusan kepada agent. Kedua pihak baik agent dan principal terikat

dalam sebuah kontrak kerja yang telah disepakati kedua pihak.

Einsanhardt (1989) dalam Wahyuni (2010) menyatakan bahwa teori keagenan

dilandasi oleh beberapa asumsi mengenai sifat manusia, asumsi keorganisasian.

Asumsi sifat dasar manusia yaitu: manusia cenderung mementingkan diri sendiri,

manusia memiliki daya pikir yang terbatas mengenai masa depan, dan manusia selalu

menghindari risiko. Asumsi keorganisasian yang digunakan dalam teori keagenan

adalah akan timbulnya konflik antar anggota organisasi dan adanya asimetri

informasi antara principal dengan agent.

Page 24: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

11

Widowati (2009) dalam Aji (2012) menjelaskan bahwa corporate governance

dapat digunakan manajer sebagai alat untuk meyakinkan investor dalam memastikan

penerimaan atas dana yang telah diinvestasikan. Dikarenakan agent dan principal

memiliki kepentingan yang berbeda, maka kemungkinan akan terjadinya konflik yang

membenturkan kepentingan kedua pihak tersebut dapat terjadi,dan biaya yang muncul

akibat benturan kepentingan itu disebut dengan biaya keagenan (agency cost) Jensen

dan Meckling (1976) dalam Ujiyantho dan Bambang (2007)

Jensen dan Meckling (1976) dalam Fauziyah (2014) mengidentifikasi biaya

keagenan menjadi tiga kelompok, yaitu:

- The monitoring expenditures by principal merupakan biaya pengawasan yang

harus dikeluarkan oleh principal. Misal, untuk meminimalisir aktivitas

oportunis manajer, principal dapat meminta manajer untuk menyajikan

laporan keuangan yang diaudit. Hal ini untuk mendapatkan sudut pandang

independen atas laporan keuangan yang telah disusun manajemen dan

melakukan serta sebagai media untuk memonitor dan mengontrol kinerja

manajemen.

- The bonding expenditures by agent adalah biaya yang harus dikeluarkan akibat

pertanggungjawaban atas keterikatan yang telah disetujui. Sebagai contoh,

agen yang telah menyetujui suatu kontrak untuk mengelola perusahaan selama

Page 25: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

12

tiga tahun harus memenuhi kewajiban dalam kontrak tersebut, meskipun

terdapat perubahan dalam perusahaan seperti terakuisisinya perusahaan.

- The Residual Loss merupakan biaya yang terjadi diakibatkan oleh adanya

perbedaan minat dan keputusan antara manajer dan agen meskipun telah

dilaksanakan fungsi monitoring dan bonding.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Aji ( 2012) menyatakan bahwa dalam teori

keagenan, hubungan agensi terjadi saat ada pihak yang memekerjakan orang lain dan

mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Manajer

yang menjadi pengelola perusahaan dapat diasumsikan sebagai agen yang

dipekerjakan oleh investor perusahaan dengan tujuan utama adalah menghasilkan

laba bagi perusahaan. Dibandingkan dengan investor perusahaan, manajer memiliki

dan mengetahui lebih banyak informasi, oleh karena itu, manajer berkewajiban

memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Dengan adanya

gap mengenai informasi antara manajemen dan pemilik maka mungkin saja

manajemen melaporkan informasi yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dari

perusahaan.

Disaat perbedaan kepentingan antara agent dan principal meningkat, ketidak

seimbangan informasi pun dapat menimbulkan adanya hal yang disembunyikan oleh

agen yang tidak diberitahukan kepada principal dengan tujuan untuk memaksimalkan

keuntungan agen. Adanya kebijakan perusahaan seperti komisi yang besar untuk jika

Page 26: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

13

tercapai target tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan dapat menjadi pendorong

agen untuk memaksimalkan keunggulan informasi yang mereka miliki, dan menutupi

informasi yang mampu menghalangi agen dalam mencapai tujuannya tersebut.

Zehnder (2000) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki dewan

komisaris sebagai pengawas agen dalam menjalankan fungsinya dalam perusahaan

adalah salah satu poin penting dalam pengaplikasian Corporate Governance.

Keberadaan dewan komisaris dapat menjadi penjembatan agar tidak terjadi

perselisihan antara manajer yang memiliki kendali atas laporan keuangan dengan

pihak principal yang juga memiliki kepentingan atas laporan keuangan tersebut

namun tidak memiliki kendali yang signifikan. Dengan dibentuknya dewan komisaris

independen, maka gap asimetri informasi dapat diperkecil dan manajer dapat lebih

terawasi dalam menjalankan fungsinya sehingga laporan keuangan yang dihasilkan

oleh manajemen dapat lebih reliable dan lebih menggambarkan kondisi sebenarnya

dari perusahaan, dan bukan merupakan hasil rekayasa yang dilakukan oleh pihak

manjemen demi mendapatkan keuntungan dari kontrak. Disclosure atau

pengungkapan yang disertai dengan laporan keuangan pun diharapkan jelas dan

informatif sehingga principal dapat memperoleh informasi yang relevan dan akurat

serta menilai kinerja manajer secara objektif.

Page 27: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

14

2.1.2. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan campur tangan yang dilakukan oleh manajer

untuk merekayasa baik menaikan maupun menurunkan laba yang dilaporkan dari

perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai dengan

kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan. Manajemen laba dapat dilakukan

secara legal maupun tidak legal. Dalam praktik legal, manajer dapat melakukan

manajemen laba tanpa bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam Prinsip

Akuntansi yang berlaku Umum, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, dan

Pedoman akuntansi lainya merupakan hal yang sah dan diperbolehkan untuk

dilakukan. Dengan cara legal, manajemen laba dapat dilakukan dengan

memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Sebaliknya, manajemen

laba yang dilakukan secara tidak legal, manajer melakukan pelaporan keuangan yang

berbenturan dengan standar yang berlaku. Manajer dapat melaporkan transaksi-

transaksi pendapatan atau biaya tidak nyata (fiktif ) dengan menambah (mark up) atau

mengurangi (mark down) nilai transaksi sehingga terkesan terjadi peningkatan laba

atau nilai pada akun tertentu di laporan keuangan.

Menurut Sugiri (1998) dalam Aji (2012) membagi definisi manajemen laba

menjadi dua, yaitu:

Page 28: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

15

1. Definisi Sempit

Manajemen laba dalam hal ini dikaitkan dengan keputusan manjemen dalam

memilih metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan

sebagai cara yang dilakukan manajer untuk dapat mengatur komponen discretionary

accrual dalam sebuah laporan keuangan agar sesuai dengan yang diinginkan

manjemen. Dengan begitu laba dapat ditampilkan lebih besar ataupun lebih kecil dari

yang sebenarnya.

2. Definisi Luas

Manajemen laba dalam definisi luas adalah tindakan manajer dalam memilih

kebijakan akuntansi dan keputusan lain yang mampu menaikan ataupun menurunkan

laba yang dilaporkan atas suatu perusahaan yang menjadi tanggung jawab manajemen

tersebut tanpa mengakibatkan peningkatan maupun penurunan pada profitabilitas

perusahaan.

Scott (2015) juga memiliki pendapat mengenai manajemen laba, menurutnya,

manajemen laba dapat diartikan sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer.

Terdapat dua sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengamati perilaku

manajer dalam melakukan manajemen laba. Pertama, adalah melihat manajemen laba

yang dilakukan oleh manajer sebagai perilaku oportunistik untuk memaksimalkan

utilitas manajer yang berhasil mencapai tujuan finansial perusahaan sesuai dengan

Page 29: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

16

kontrak sehingga manajer dapat memperoleh kompensasi serta bonus atas pencapaian

target tersebut. Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif kontrak efisien,

dimana manejemen laba memberi manajer perlindungan terhadap diri mereka sendiri

maupun perusahaan untuk menghadapi kejadian- kejadian tak terduga untuk

keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Adapun faktor-faktor yang mendorong tindakan manajer dalam melakukan

manajemen laba menurut Scott (2009) dikutip dari Pangaribuan (2014) adalah:

1. Bonus Scheme (Rencana Bonus)

Dalam kontrak yang dilakukan perusahaan dengan manajer, sering kali diterapkan

penetapan bonus yang didasarkan atas penilaian prestasi manajer dalam menjalankan

perusahaan. Umumnya shareholder menilai bahwa laba perusahaan adalah indikator

yang paling baik untuk mengukur kinerja manajer, oleh karena itu, manajemen laba

rentan terjadi di perusahaan yang menerapkan kebijakan bonus kepada manajernya

yang berdasarkan kepada laba perusahaan, karena manajer dapat mengatur laba yang

dilaporakannya dengan tujuan memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterima

2. Debt Covenant (Kontrak Utang Jangka Panjang)

Disaat perusahaan semakin mendekati waktu jatuh tempo kontrak hutangnya yang

berjumlah besar, maka perusahaan akan cederung menggunakan metode akuntansi

yang dapat mengakui pendapatan yang baru akan terjadi pada periode mendatang di

periode berjalan dengan tujuan untuk mengurangi kemungkinan pelanggaran kontrak

Page 30: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

17

utang. Manajer juga biasa melakukan manajemen laba saat perusahaan yang memiliki

hutang kepada bank dan terlalu mendekati covenant yang timbul atas perjanjian kredit

tersebut. Untuk mempertahankan keuangan perusahaan agar dapat memenuhi

covenant serta tetap mendapatkan kepercayaan dari kreditur, maka seringkali manajer

melakukan manajemen laba yang memperlihatkan laba yang menjadi salah satu

indikator penilaian layak kredit lebih besar dari kondisi sebenarnya.

3. Political Motivation (Motivasi Politik)

Manajer di perusahaan-perusahaan yang berskala besar dan industri strategis

biasanya melakukan manajemen laba yang dapat menurunkan laba yang dilaporkan

terutama pada saat periode kemakmuran yang tinggi, dengan harapan dapat

memperoleh fasilitas dari pemerintah.

4. Taxation Motivations (Motivasi Perpajakan)

Manajer perusahaan dapat mengaplikasikan metode akuntansi yang dapat

menyajikan laba secara lebih kecil dengan tujuan mengurangi pengeluaran pajak yang

harus dibayar oleh perusahaan.

5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer)

Pada awal masa jabatannya banyak CEO yang melakukan manajemen laba. Hal ini

ditujukan untuk memperoleh citra baik dari para stakeholders. Selain itu, bagi CEO

yang masa jabatannya akan segera berakhir melakukan manajemen laba dengan cara

memaksimalkan jumlah laba yang diperoleh untuk meningkatkan jumlah bonus yang

akan diterima. Demikian halnya para manajer dengan kinerja yang buruk, mereka

Page 31: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

18

cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan untuk menghindarkan diri

dari pemecatan.

6. Initial Public Offering (Penawaran Saham Perdana)

Jika perusahaan mempunyai tujuan untuk melakukan Initial Public Offering atau

penawaran saham perdana kepada publik, seringkali manajer melakukan manajemen

laba dikarenakan informasi keuangan terutama profitabilitas perusahaan sangat

penting bagi calon investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Dengan

mempercantik laporan keuangan perusahaan dan melakukan manajemen laba,

manajer berharap bahwa harga saham perusahaan mampu melonjak tinggi dan

banyak modal yang masuk ke perusahaan sehingga perusahaan mampu melakukan

ekspansi di kemudian hari.

Setiawati dan Na’im (2000) dalam Pangaribuan (2014) terdapat 3 teknik

manajemen laba, yaitu:

1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Manajemen mempengaruhi laba pada laporan keuangan melalui judgement

(perkiraan) terhadap estimasi akuntansi, antara lain estimasi tingkat piutang tak

tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak

berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. Jika manajemen ingin melakukan

earning maximization, maka manajer dapat melakukan penurunan nilai estimasi

piutang tak tertagih, pemanjangan umur untuk aktiva tetap dan aktiva tak berwujud,

Page 32: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

19

menurunkan nilai estimasi biaya garansi, dan jika manajemen ingin melakukan

earning minimization, maka dapat melakukan sebaliknya.

2. Mengubah metode akuntansi

Untuk menaikkan atau menurunkan jumlah laba yang dilaporkan dapat dilakukan

dengan mengubah metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi.

Misalnya mengubah metode perhitungan depresiasi aktiva tetap yang semula

menggunakan metode depresiasi saldo menurun menjadi metode depresiasi garis

lurus, dan mengubah metode perhitungan persediaan yang semula menggunakan

metode average menjadi metode FIFO atau sebaliknya.

3. Menggeser periode biaya atau pendapatan

Jumlah laba tahun berjalan dapat dipengaruhi oleh kebijakan manajemen untuk

melakukan penggeseran periode untuk biaya maupun pendapatan. Manajemen yang

oportunis dan menginginkan jumlah laba perusahaan yang besar pada tahun berjalan

dapat melakukan penggeseran pendapatan dari tahun yang akan datang yang juga

dapat dibarengi dengan penggeseran biaya tahun berjalan ke masa yang akan datang.

Bagi manajemen yang ingin menekan laba tahun berjalan, dapat melakukan

sebaliknya, yaitu dengan mengakui biaya yang seharusnya terjadi di periode

mendatang di periode berjalan, dan menunda pendapatan yang seharusnya diakui di

periode berjalan di periode mendatang.

Scott (2015) mengemukakan bahwa terdapat tujuh pola manajemen laba yang

biasa terjadi, yaitu:

Page 33: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

20

1. Taking a Bath

Pola manajemen laba ini biasa terjadi saat manajer menghadapi beberapa kondisi

seperti buruknya kinerja finansial perusahaan pada tahun berjalan. Dikarenakan

buruknya kinerja tersebut, maka manajer harus melaporkan kerugian dalam laporan

keuangannya. Namun, banyak manajer beranggapan bahwa jikalau perusahaan harus

melaporkan kerugian, maka kerugian tersebut lebih baik diakumlasikan dengan

potensi biaya yang akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, banyak

manajer yang melakukan pengakuan beban secara akrual dan menggeser terjadinya

beban yang seharusnya diakui di masa mendatang dan dilaporkan di periode berjalan

sehingga kerugian perusahaan akan menjadi lebih besar, namun penggeseran beban

yang dilakukan mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan di masa depan

sehingga pola taking a bath masih dilakukan.

2. Income Minimazation

Pola ini dilakukan pada saat perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi,

sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan

mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income Maximization

Pola ini dilakukan pada saat laba perusahaan menurun, yang bertujuan untuk

melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Income

Maximization juga biasa dilakukan oleh perusahaan yang yang memiliki hutang

Page 34: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

21

kepada bank dan terlalu mendekati covenant yang timbul atas perjanjian kredit

tersebut. Untuk mempertahankan keuangan perusahaan agar dapat memenuhi

covenant serta tetap mendapatkan kepercayaan dari kreditur, maka seringkali manajer

melakukan manajemen laba yang memperlihatkan laba yang menjadi salah satu

indikator penilaian layak kredit lebih besar dari kondisi sebenarnya.

4. Income Smoothing

Pola ini dilakukan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan untuk mengurangi

fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor menyukai laba yang

relatif stabil. Biasanya jikalau keadaan sebenarnya laba yang dihasilkan lebih besar,

maka laba tersebut akan ditangguhkan oleh manajer dan saat menemui periode

dimana laba lebih kecil dari yang diharapkan, maka laba yang ditangguhkan tersebut

akan diakui sehingga fluktuasi laba tidak akan terlalu ekstrim meningkat maupun

menurun.

5. Offsetting extraordinary/ unusual gains

Pola ini dilakukan dengan memindahkan efek-efek laba yang tidak biasa atau

temporal yang berlawanan dengan trend laba.

6. Aggresive accounting applications

Pola yang diartikan sebagai salah saji (misstatement) dan dipakai untuk membagi

laba antar periode.

Page 35: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

22

7. Timing Revenue dan Expense Recognition

Pola ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan

timing suatu transaksi. Misalnya pengakuan prematur atas pendapatan. Pola ini

berkaitan dengan Income maximization, income minimization dan income smoothing

dimana banyak discretional akrual yang dijadikan alat bagi manajemen untuk

melakukan manajemen laba sehingga laba yang dilaporkan dapat sesuai dengan

keinginan manajer.

2.1.3. Corporate Governance

2.1.3.1.Pengertian dan Konsep Dasar Corporate Governance

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan

corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

pemegang saham, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang

kepentingan intern maupun ekstern yang lainnya yang berikatan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka. Konsep dari corporate governance diaplikasikan untuk

menciptakan pengelaolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna

laporan keuangan. Konsep ini diharapkan dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi

perusahaan dikarenakan transparansi pada perusahaan serta pengelolaan yang baik

dapat mendorong perusahaan beroperasi lebih baik. (Aji, 2012).

Page 36: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

23

Pengertian lain mengenai Corporate Governance seperti yang diungkapkan

oleh Cadbury Committee (2003) dalam Wahyuni (2010) adalah:

“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus

(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang

saham kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka.”

Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep Corporate Governance, pertama

adalah pentingnya hak pemegang saham untuk memeroleh informasi dengan benar

dan tepat pada waktunya. Kedua adalah kewajiban perusahaan untuk melakukan

pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua

informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (Sam’ani, 2008).

Setiawan dan Nasution (2007) menjelaskan manfaat dari corporate governance

sebagi entitas bisnis efisien yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan

kepercayaan publik, menjaga going concern perusahaan, mengukur kinerja target

manajemen, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi distorsi. Selain itu,

corporate governance juga dapat menguntungkan perusahaan dari segi permodalan

dimana jika sebuah perusahaan menjalankan corporate governance yang baik, maka

dapat meningkatkan arus modal, mengurangi baiaya modal, serta meningkatkan

kinerja bisnis dan ekonomi serta memberikan pengaruh positif terhadap saham (FCGI

publication, 2006).

Page 37: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

24

2.1.3.2.Tujuan dari diterapkannya Corporate Governance adalah:

1. Mengembangkan dan Meningkatkan Nilai Perusahaan

Saat perusahaan mampu mengaplikasikan Corporate Governance dengan baik,

maka akan banyak nilai-nilai yang dapat diperoleh oleh perusahaan diantarnya adalah

kepercayaan. Dengan menjalankan Good Corporate Governance perusahaan akan

lebih mudah untuk mencapai tujuan dikarenakan perusahaan akan lebih sedikit

mengalami hambatan yang timbul dari perseorangan misalnya manajer yang terlalu

oportunis dan mengejar bonus besar dengan cara melakukan manajemen laba.

Perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance akan mampu mendeteksi

hal tersebut dan melakukan tindakan preventif sehingga laba yang dilaporkan oleh

manajemen merupakan cerminan dari kinerja keuangan sebenarnya perusahaan.

2. Mengelola sumber daya perusahaan dan risiko secara lebih efektif dan efisien

Di beberapa perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance terdapat

sebuah komite yang dinamakan komite manajemen risiko dan komite pengembangan

sumber daya manusia. Pembentukan komite-komite tersebut merupakan bagian dari

penerapan mekanisme Good Corporate Governance oleh perusahaan. Dengan

dibentuknya komite-komite tersebut, perusahaan akan lebih bijak dalam mengelola

sumber daya dan risikonya karena dilakukan pengawasan dan pengendalian secara

langsung.

Page 38: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

25

3. Meningkatkan tanggung jawab dan disiplin pada setiap organ perusahaan demi

menjaga kepentingan para stakeholders dan shareholders.

Esensi dari Good Corporate Governance adalah melakukan fungsi kontrol dan

pengawasan terhadap setiap elemen dalam perusahaan. Saat berjalan dengan baik

maka setiap organ dalam perusahaan akan selalu sadar akan tanggung jawab yang

diembannya serta kesadaran mereka akan adanya kepentingan pihak eksternal seperti

stakeholders dan shareholders (Wolfensohn, 1999 dalam Wahyuni, 2010).

2.1.3.3. Prinsip Utama Corporate Governance

Wolfensohn (1999) dalam Wahyuni (2010) mengungkapkan bahwa terdapat

empat prinsip utama yang terkandung dalam mekanisme corporate governance, yaitu:

1. Fairness (Kewajaran)

Kewajaran dapat diartikan sebagai perlakuan adil dan setara dalam memenuhi hak

dan kewajiban stakeholder yang dimbulberdasarkan perjanjian serta peraturan

perundangan yang berlaku. Fairness termasuk diantaranya kejelasan hak-hak

pemodal, sistem hukum dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak penanam

modal terutama pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk kecurangan yang

mungkin terjadi seperti diantaranya adalah insider trading (transaksi yang melibatkan

orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (turunnya nilai perusahaan), korupsi,

kolusi dan nepotisme, ataupun keputusan-keputusan yang dapat merugikan kembali

Page 39: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

26

saham yag telah dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger, akuisisi atau

pengambilalihan perusahaan lain.

Dengan diterapkannya prinsip fairness diharapkan mampu membuat seluruh asset

perusahaan dikelola dengan baik dan hati-hati sehingga muncul perlindungan

kepentingan pemegang saham secara jujur dan adil. Fairness pin diharapkan dapat

memberi perlindungan terhadap perusahaan atas praktek korporasi yang merugikan.

2. Transparansi

Keterbukaan atas informasi seperti proses pengambilan keputusan, jug dalam

menggunakan informasi material yang relevan tentang perusahaan. Dalam

mewujudkan transparansi, perusahaan perlu menyediakan informasi yang cukup,

akurat dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan dengan

perusahaan tersebut. Perusahaan juga diharapkan mampu mempublikasikan informasi

keuangan dengan segala pengungkapannya yang material dan berdampak signifikan

pada kinerja perusahaan. Selain itu, ketersediaan informasi harus mudah diakses oleh

investor dengan mudah disaat investor memerlukan.

Penerapan prinsip transparansi bermanfaat bagi stakeholder untuk dapat menilai

risiko yang mungkin terjadi dalam transaksi perusahaan. Efisiensi pasar jug dapat

diperoleh dikarenakan terjaganya alur informasi yang jelas, cepat dan akurat.

Page 40: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

27

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana

secara efektif. Masalah yang sering dijumpai berkaitan dengan prinsip akuntabilitas

adalah kurang baiknya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh komisaris, atau

sebaliknya dimana komisaris utama menjalankan peran yang seharusnya

dilaksanakan oleh direksi. Penerapan prinsip akuntabilitas yang baik maka akan dapat

meminimalisasi bias pada fungsi, struktur, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, serta direksi.

4. Pertanggungjawaban

Kepatuhan dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan, baik terhadap prinsip

korporasi, terhadap peraturan perundangan yang berlaku, aturan perpajakan, maupun

hubungan industrial, merupakan cerminan terimplementasikannya good corporate

governance. Penerapan prinsip pertanggunjawaban ini, perusahaan diharapkan

mampu menyadarkan bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali menyebabkan

dampak ekstenalitas negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat sekitar, oleh

karena itu, diharapkan terdapat langkah-langkah yang dilakukan perusahaan sebagai

bentuk pertanggungjawaban atas dampak eksternalitas negatif tersebut.

Page 41: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

28

2.1.4 Komite Audit

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk

melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit

sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen

baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai

penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen

dalam menangani masalah pengendalian.

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,

mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk

audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan

manajemen laba dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan

pengawasan pada audit eksternal (Sam’ani, 2008).

2.1.5. Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris adalah dewan yang ditugaskan dan bertanggung jawab atas

pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Oleh

karena fungsinya tersebut, Dewan komisaris menjadi penting mengingat adanya

kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak

pada berkurangnya kepercayaan investor. Oleh sebab itu, dewan komisaris

diperbolehkan untuk memiliki akses kepada informasi sensitif perusahaan. Namun,

Page 42: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

29

meskipun begitu, dewan komisasris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan,

dikarenakan hal tersebut meruapakan kewenangan dari dewan direksi. Meskipun

begitu dewan komisaris juga memiliki peranan lain yaitu sebagai pihak yang

memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab sosal dan telah

mempertmbangkan kepentingan berbagai starkeholder perusahaan sebaik mungkin

serta mengevaluasi efektifitas pelaksaan dari good corporate governance perusahaan.

Dewan Komisaris Independen memerankan fungsi yang serupa dengan dewan

komisaris perusahaan, hanya saja jajaran dewan komisaris independen tidak memiliki

afiliasi dengan anggota direksi, dewan komisaris perusahaan maupun pemegang

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang

dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

seperti orang yang memata-matai demi kepentingna perusahaan, Komite Nasional

Kebijakan Governance (2004) dalam Wahyuni (2010). Dewan komisaris Independen

diukur dengan menghitung rasio antara presentase anggota dewan komisaris yang

berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris di perusahaan.

2.1.6. Pergantian CEO (Chief Executive Officer)

CEO (Chief Executive Officer) merupakan pimpinan tertinggi di sebuah

perusahaan yang memiliki tanggung jawab atas kinerja perusahaan. Bengtsson dan

Nilsson (2007) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan pergantian CEO adalah

kejadian saat CEO meninggalkan jabatannya dan digantikan oleh orang lain.

Page 43: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

30

Dewi (2013) berpendapat bahwa pemicu utama terjadinya perganitan CEO

adalah tidak tercapainya tujuan bersama antara manajer dengan pemilik perusahaan.

Semakin jauh perbedaan pencapaian kinerja perusahaan dengan harapan stakeholder

dan semakin memiliki perbedaan antara kompensasi para shareholder, maka akan

lebih besar kemungkinan terjadinya pergantian CEO. Faktor lain yang jug dapat

menjadi pemicu pergantian CEO adalah perubahan kepemilikan perusahaan, dimana

perubahan tersebut biasanya diikuti redefinisi misi, visi, dan strategi bisnis dengan

melakukan restrukturisasi organisasi yang sesuai dengan keinginan pemilik baru.

Restrukturisasi tersebut dapat berdampak pada pergantian CEO.

Jika telah terjadi pergantian CEO, kecil kemungkinan CEO yang baru bersedia

menandatangani laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab kinerja

pendahulunya. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus khusus penandatanganan

laporan tahunan perusahaan yang mengalami pergantian CEO dapat dilakukan oleh

kedua CEO, yang lama maupun yang baru, hal ini menandakan bahwa kedua CEO

bertanggung jawab atas kinerja perusahaan pada masa jabatannya masing-masing.

Oleh sebab itu, pergantian CEO baru relevan saat CEO yang baru menandatangani

laporan tahunan secara penuh karena dinilai itulah masa CEO baru bertanggung

jawab secara utuh atas perusahaan.

Bengtsson dan Nilsson (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Earnings

Management and CEO Turnovers” membagi pergantian CEO menjadi dua kategori,

Page 44: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

31

yaitu pergantian rutin dan pergantian non rutin. Pergantian rutin adalah pergantian

yang telah direncanakan sebelumnya dan terkadang CEO yang lama dan CEO yang

baru memiliki hubungan dan seringkali keduanya berasal dari internal perusahaan dan

memiliki tujuan yang sama. Dalam pergantian CEO yang rutin, seringkali CEO yang

diganti menjadi dewan direksi. Jika pergantian CEO masuk kategori pergantian rutin,

maka kemungkinan CEO baru mengeluarkan kebijakan kebijakan oportunistik demi

mendapatkan keuntungan pribadi dapat berkurang.

Pergantian CEO non rutin memiliki karakteristik yang berkebalikan dengan

pergantian CEO secara rutin. Pergantian CEO non rutin dapat diartikan sebagai

peristiwa pergantian CEO yang tidak direncanakan sebelumnya dan perusahaan tidak

memiliki waktu yang cukup untuk menentukan CEO pengganti. Berbekalikan dengan

pergantian rutin, kecil kemungkinan CEO baru bersalah dari internal perusahaan,

kecil juga kemungkinan CEO yang lama untuk tetap berada di jajaran dewan direksi.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa CEO yang baru

terpilih cenderung melakukan manajemen laba apabila pergantian CEO tersebut

masuk dalam kategori pergantian non rutin. Hal ini disebabkan perilaku oportunistik

memiliki peluang lebih besar untuk dilakukan apabila kondisi perusahaan cenderung

kacau yang mengakibatkan perusahaan tersebut memutuskan mengganti CEO nya

secara non rutin.

Page 45: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

32

Penyebab lain yang juga dapat menyebabkan pergantian CEO adalah terjadi

pergantian kepemilikan suatu perusahaan dapat menyebabkan terjadinya

restrukturisasi organisasi yang sesuai dengan formulasi misi, visi, dan strategi dari

pemilik baru tersebut dan besar kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya

pergantian pemimpin tertinggi perusahaan tersebut yaitu CEO nya. Meggison (1994)

dalam Trisnantari (2012) berpendapat bahwa pergantian eksekutif akan memengaruhi

kinerja perusahaan dan mereka melaporkan bahwa peningkatan efisiensi secara

signifikan ternyata hanya terjadi pada perusahaan yang melakukan pergantian pada

tingkatan top manajemen nya.

Pandita (2012) dalam Sadia dan Sukartha (2014) berpendapat bahwa

pergantian CEO dapat menimbulkan terjadinya manajemen laba di sebuah

perusahaan. Hal ini disebabkan CEO yang baru saja terpilih ingin dinilai bekerja

dengan baik, namun pada awal periode kepemimpinan seorang CEO di sebuah

perusahaan biasanya sulit bagi perusahaan tersebut untuk mampu berprestasi

sehingga banyak CEO yang memutuskan untuk melakukan manajemen laba berupa

taking a bath. Dengan melakukan manjemen laba ini, CEO berharap pada periode-

periode berikutnya, perusahaan akan lebih mudah dalam mencetak laba dikarenakan

banyak biaya akrual yang telah digeser periodenya dan diakui lebih cepat dari

seharusnya sehingga akan meminimalisir besar biaya akrual yang harus dimasukan

kedalam laporan laba/rugi perusahaan pada periode-periode berikutnya. Alasan lain

Page 46: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

33

yang melatarbelakangi dilakukannya manajemen laba taking a bath oleh CEO yang

baru adalah dikarenakan CEO baru tidak mau bertanggung jawab atas kinerja CEO

terdahulunya, sehingga pada periode awalnya dilakukan pembersihan dengan

melakukan manajemen laba taking a bath, Handoko (2006) dalam Sadia dan Sukartha

(2014).

Beberapa penelitan sebelumnya yang meneliti mengenai pengaruh pergatian

CEO terhadap praktik manajemen laba sudah pernah dilakukan oleh Sadia dan

Sukartha (2014) yang melakukan penelitian dengan variable dependen praktik

manajemen laba dan variable independen pergantian CEO. Penelitian tersebut

mengukur manajemen laba dengan Discretionary Accruals (DA) dan menghitungnya

dengan Modified Jones Model. Penelitian menunjukan hasil bahwa terdapat indikasi

manajemen laba yang terjadi saat perusahaan mengalami pergantian CEO, dimana

kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROE berkorelasi positif dengan praktik

manajemen laba. Penelitian lain jug pernah dilakukan oleh Bengtsson et al. (2006),

Jin et al. (2010), Feng Yu (2012), dan Wells (2002) yang membuktikan bahwa

terdapat indikasi manajemen laba yang terjadi pada periode saat digantinya CEO dan

pada periode sesudahnya. Yasa dan Novialy (2012) juga melakukan penelitian serupa

dan memperoleh hasil yang membuktikan terdapat tindakan manajemen laba yang

dilakukan oleh CEO baru. Jenis manajemen laba yang dilakukan oleh CEO pada awal

periode jabatannya adalah income decreasing yang bertujuan untuk dapat

Page 47: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

34

memaksimalkan perolehan laba tingga pada periode-periode berikutnya. Hasil

penelitian-penelitian ini menunjukan bahwa manajemen laba selalu membayangi

event pergantian CEO di perusahaan.

2.2. Perumusan Hipotesis

2.2.1. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris independen tidak memiliki afiliasi dengan anggota direksi,

dewan komisaris perusahaan maupun pemegang saham pengendali, serta bebas dari

hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya

untuk bertindak independen. Adanya dewan komisaris independen dalam struktur

organisasi perusahaan berperan penting dalam penerapan corporate governance di

sebuah perusahaan. Vafeas (2000) dalam Aji (2012) menyatakan bahwa peranan

dewan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan

membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan

keuangan.

Perusahaan yang mengkaitkan antara hasil kinerja yang diukur dengan

besarnya laba sebuah perusahaan dengan bonus yang akan diterima oleh manajemen

perusahaan akan meningkatkan kemungkinan terjadinya manajemen laba oleh

manajer dalam rangka memaksimalkan bonus yang dapat diterima. Peran dari dewan

komisaris independen sangat vital untuk perusahaan yang menerapkan kebijakan

bonus yang dikaitkan dengan laba perusahaan, dikarenakan meskipun fungsi dewan

Page 48: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

35

komisaris independen sebatas pengawas dan tidak berwenang untuk menyusun dan

melaporkan laporan keuangan, namun jika mampu menjalankan fungsinya dengan

baik, maka laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dapat diminimalisir dari

unsur rekayasa yang dapat merugikan stakeholders.

Dewan Komisaris independen harus mampu menjalankan tugasnya sebagai

pengawas kinerja manajemen perusahaan sekaligus penjaga agar manajer tidak

melakukan tindakan yang dapat merugikan pihak-pihak seperti pemegang saham,

karyawan, dan stakeholders lain baik eksternal maupun internal dengan melaporakan

laporan keuangan yang telah di rekayasa. Pihak-pihak eksternal yang berkepentingan

atas pelaporan keuangan yang disajikan oleh manjemen namun memiliki kendali serta

informasi yang minim mengenai kondisi internal sesungguhnya perusahaan sangat

bergantung terhadap kinerja dewan komisaris independen sehingga manajemen hanya

dapat menyajikan laporan yang bebas dari unsur rekayasa hasil dari pengawasan yang

baik oleh jajaran dewan komisaris independen. Besarnya komposisi dewan komisaris

yang ada diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dari corporate governance

sehingga manajemen laba juga diharapkan akan semakin menurun dikarenakan lebih

ketatnya fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen.

Page 49: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

36

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1: Proporsi Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

praktik manajemen laba.

2.3.2. Komite Audit

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk

melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit

sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen

baru dalam system pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap

sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak

manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,

mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk

audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan

manajemen laba dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan

pengawasan pada audit eksternal (Sam’ani, 2008). Komite audit adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan

perusahaan. Komite audit mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan

komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang

Page 50: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

37

berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan

sistem pelaporan keuangan.

Carcello et. al. (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di

bidang keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pendidikan komite audit di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen

laba. Adanya komite audit di perusahaan diharapkan agar pengawasan terhadap

perusahaan dapat meningkat sehingga tercipta praktik perusahaan yang transparan

guna menimalisir manajemen laba pada perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

2.3.3. Pergantian CEO (Chief Executive Officer)

CEO (Chief Executive Officer) merupakan pimpinan tertinggi di sebuah

perusahaan yang memiliki tanggung jawab atas kinerja perusahaan. Bengtsson dan

Nilsson (2007) menyatakan ada dua hal yang menyebabkan pergantian CEO, yaitu

pergantian rutin, yaitu pergantian yang telah direncanakan sebelumnya dan

pergantian non rutin, yaitu pergantian yang terjadi dikarenakan terjadi hal diluar

rencana seperti penggantian CEO yang disebabkan CEO tidak mampu mencapai

target yang ditetapkan oleh manajemen dalam kontrak.

Page 51: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

38

Jika dalam sebuah perusahaan terjadi pergantian CEO, maka pergantian

tersebut dapat meningkatkan potensi manajemen laba, terutama bila pergantian CEO

tersebut masuk dalam kategori pergantian CEO non rutin. Hal ini disebabkan CEO

yang baru terpilih ingin menunjukan performa yang baik, namun oleh karena

kegagalan CEO sebelumnya yang mengakibatkan CEO tersebut diganti, maka akan

sulit bagi CEO baru untuk dapat menunjukan performa yang baik pada awal masa

jabatannya. Situasi tersebut dapat menjadi pemicu CEO baru untuk melakukan

manajemen laba, dengan cara menerapkan kebijakan akuntansi yang mengakui

beban-beban yang harusnya baru diakui di masa datang, menjadi diakui di periode

berjalan, atau menangguhkan laba yang harusnya bisa diakui di periode berjalan,

menjadi diakui di periode masa datang. Penerapan metode akuntansi akrual tersebut

dinilai dapat membuat CEO baru menjalani tahun pertama yang buruk, namun

meningkat di tahun-tahun selanjutnya. Alhasil CEO baru dapat memperoleh bonus

yang lebih pada masa jabatan setelah periode pertama menjabat dikarenakan adanya

penggeseran kebijakan akrual yang diterapkan di perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Pergantian CEO berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Page 52: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

39

2.3.3. Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Pergantian CEO (Chief

Executive Officer)

Berdasarkan penjabaran diatas, penulis juga menguji variabel independen yaitu

dewan komisaris independen, komite audit dan pergantian CEO (Chief Executive

Officer) beserta pengaruhnya terhadap manajemen laba, maka hipotesis 4 dapat

dibentuk:

H4: Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Pergantian CEO

berpengaruh terhadap manajemen laba

2.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya serta kuat lemahnya

hubungan variable dependen berupa manajemen laba dengan variable independen

dewan komisaris dan komite audit yang dipengaruhi oleh adanya pergantian CEO.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

H1 -

H2 -

H3 +

Dewan Komisaris (X1)

Pergantian CEO (X3)

Komite Audit (X2)

Manajemen Laba

(Y)

Page 53: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

40

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut Tabel yang menyajikan ringkasan hasil penelitian-penelitian

terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini:

(Tabel Penelitian Terdahulu dalam File Terpisah, Terlampir)

Page 54: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, yaitu penelitian yang

mengungkapkan ada atau tidaknya pengaruh variabel-variabel yang diteliti.

Hubungan tersebut kemudian dinyatakan secara kuantitatif yang didasarkan pada

hasil uji statistik. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data yang

kemudian data yang bersangkutan akan dianalisis dengan menggunakan alat analisis

yang sesuai dengan variable dalam penelitian.

3.2. Data dan Pengumpulan Data

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

laporan keuangan yang diterbitkan baik langsung dari website perusahaan terkait,

maupun yang dimiliki oleh Bursa Efek Indonesia. Data sekunder adalah data yang

diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti

(Sekaran, 2000). Data-data tersebut diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id.

3.2.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi yang merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh dari

Page 55: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

42

dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa

catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya (Margono , 2007). Penelitian

ini menggunakan data laporan keuangan tahun 2015 yang bersumber dari website

IDX (Indonesia Stock Exchange). Karena merupakan data sekunder, maka teknik

pengumpulan data menggunakan cara mempelajari dan mengutip dari arsip-arsip

serta catatan-catatan perusahaan yang diperlukan yang ada dalam sumber data.

3.2.3. Populasi

Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia dari periode 2015. Sektor industri manufaktur adalah sektor industri yang

sangat erat kaitannya dengan kebutuhan manusia.

3.2.4. Sampel

Dalam penelitian ini, penyampelan yang dilakukan adalah dengan menggunakan

purposive sampling, yaitu penentuan sampel yang telah sesuai dengan kriteria dan

karakteristik tertentu. Penelitian ini menentukan sample dengan metode purposive

sampling agar dapat mempermudah peneliti dalam menyeleksi data yang memenuhi

kriteria dan yang tidak, sehingga data yang kemudian akan digunakan dalam

penelitian merupakan data yang telah memenuhi kriteria untuk diuji. Sampel dalam

Page 56: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

43

penelitian ini diambil dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari

periode 2014-2016.

Kriteria yang diperlukan untuk menentukan sampel adalah:

1. Emiten bergerak dalam sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) untuk tahun 2015.

2. Emiten menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan dinyatakan

dalam rupiah untuk tahun 2015.

3. Emiten memiliki data lengkap mengenai dewan komisaris, komite audit, pada

tahun 2015, serta data-data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba.

4. Emiten memiliki setidaknya satu dewan komisaris independen dan satu anggota

komite audit pada tahun 2015

5. Emiten memiliki data mengenai terjadi atau tidaknya pergantian CEO pada tahun

2015.

3.3.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua variable, yaitu variable

terikat dan variable bebas. Penjelasan lebih lanjut akan diuraikan pada sub bab

berikutnya.

Page 57: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

44

3.3.1. Variable Terikat (Dependent Variable)

Manajemen laba terjadi saat manajemen melakukan intervensi dalam proses

pelaporan keuangan yang mampu memengaruhi laba sehingga dapat tercermin seperti

apa yang diinginkan.. Pengukuran manajemen laba dilakukan dengan menggunakan

Discretionary Accrual (DA). Penggunaan DA sebagai indikator pengukur manajemen

laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model, Dechow et al. (1995)

dalam Wahyuni (2010). Model modified Jones merupakan perkembangan dari model

jones. Menurut Wahyuni (2010) model Modified Jones dinilai dapat mendeteksi

manajemen laba lebih baik jika dibandingkan dengan model-model lainnya, oleh

karena itu penulis menggunakan metode ini sebagai pengukur terjadinya manajemen

laba. Skala pengukuran variable manajemen laba yang penulis gunakan adalah rasio.

Berikut adalah model perhitungan Model Modified Jones:

TACCit = EBXTit – OCFit

TACCit/TAi,t-1 = 1(1/TAi,t-1) + 2((REVit-RECit)/TAi,t-1) + 3(PPEit /TAi,t-1)

Dari persamaan regresi diatas, NDACC dapat dihitung dengan memasukkan

kembali koefisien-koefisien.

NDACCit = 1(1/TAi,t-1) + 2((REVit-RECit)/TAi,t-1) + 3(PPEit/ TAi,t-1)

DACCit = (TACCit/TAi,t-1) – NDACCit

Keterangan :

TACCit = Total Accrual perusahaan i pada periode ke t.

Page 58: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

45

EBXTit = Earning Before Extraordinary Items perusahaan i pada periode ke t.

OCFit = Operating Cash Flow perusahaan i pada periode ke t.

TAi,t-1 = Total Aktiva perusahaan i pada periode t-1.

REVit = Revenue perusahaan i pada periode ke t.

RECit = Receivable perusahaan i pada periode ke t.

3.3.2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut Sekaran (2006) variabel bebas adalah variabel yang dapat

mempengaruhi variabel terikat secara positif atau negatif. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, dan Pergantian

CEO.

3.3.2.1. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris merupakan sebuah dewan yang bertugas melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur sebuah Perusahaan. Di

Indonesia, kebanyakan dewan komisaris biasanya ditunjuk oleh RUPS (Rapat Umum

Pemegang Saham). Fungsi, wewenang dan tanggung jawab dari dewan komisaris

diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Dewan Komisaris dapat terdiri dari beberapa orang, dan banyaknya orang yang

menjadi dewan komisaris menentukan besarnya dewan komisaris tersebut. Dalam

sebuah dewan komisaris biasanya terdapat komisaris independen. Komisaris

independen adalah komisaris yang tidak memiliki afiliasi dengan manajemen,

Page 59: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

46

anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari

hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya

untuk bertindak secara independen untuk kepentingan perusahaan (Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG) 2006).

Pengukuran proporsi dewan komisaris independen dapat dilakukan dengan

menjumlahkan semua anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan

lalu dibagi dengan total dewan komisaris. Jika dalah laporan keuangan tidak

dicantumkan jumlah anggota dewan komisaris independen, maka diasumsikan

anggota dewan komisaris independen di perusahaan tersebut tidak memiliki dewan

komisaris independen.

3.1.2.2. Komite Audit

Menurut Sari (2008) komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi

laporan keuangan, mengawasi audit internal, dan mengamati sistem pengendalian

internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen

yang melakukan manajemen laba (earning management) dengan cara mengawasi

laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Perusahaan tanpa

komite audit akan terdapat kecurangan pada laporan keuangan (Dechow et al, 1995)

dan komite audit yang berkualitas mampu membatasi dilakukannya manajemen laba

dalam perusahaan.

Page 60: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

47

Berdasarkan surat edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000 menyatakan bahwa

komite audit pada perusahaan publik Indonesia terdiri dari sedikitnya tiga orang

anggota dan diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang

eksternal yang independen. Variabel komite audit dalam penelitian ini diukur dengan

jumlah anggota di dalam komite audit.

3.1.2.3. Pergantian CEO

Dalam sebuah transisi kepemilikan sebuah perusahaan, biasanya diikuti juga

dengan adanya pergantian struktur dari manajemen di perusahaan tersebut. Pergantian

CEO (Chief Executive Officer) dalam perusahaan yang mengalami pergantian

kepemilikan adalah hal yang cukup sering terjadi dikarenakan peran CEO (Chief

Executive Officer) yang merupakan pimpinan tertinggi di sebuah perusahaan yang

memiliki tanggung jawab atas kinerja perusahaan. Meggison (1994) dalam

Trisnantari (2012) berpendapat bahwa pergantian eksekutif akan memengaruhi

kinerja perusahaan dan mereka melaporkan bahwa peningkatan efisiensi secara

signifikan ternyata hanya terjadi pada perusahaan yang melakukan pergantian pada

tingkatan top manajemen nya.

Pengukuran atas variable ini dilakukan dengan menganalisis apakah dalam

jangka waktu yang telah ditentukan telah terjadi pergantian CEO (Chief Executive

Officer) pada sebuah perusahaan. Dengan mengamati pergantian CEO, akan diketauhi

Page 61: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

48

apakah dengan pergantian tersebut ada tidaknya pengaruh antara pergantian CEO

terhadap manajemen laba yang dilakukan.

Variabel Variable Uji Pengukuran Skala

Dependen Manajemen Laba Discretionary Accrual Nominal

Independen

Proporsi dewan

komisari

independen

Persentase anggota dewan

komisaris yang berasal dari luar

perusahaan dari seluruh anggota

dewan komisaris perusahaan.

Rasio

Komite Audit Jumlah anggota komite audit

perusahaan Nominal

Pergantian CEO

Terjadi pergantian CEO selama

periode 2014-2016

Nominal

(dengan

variable

dummy)

Tabel 3.1

Pengukuran Variable Penelitian

3.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan ada tiga, yaitu analisis

statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda.

Page 62: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

49

3.4.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan

informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis.

Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai

dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang

bersangkutan (Nurgiyantoro, 2004). Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah mean , standar deviasi, maksimum, dan minimum.

Dalam analisis statistik deskriptif terdapat output yang dapat mempermudah

peneliti maupun pembaca hasil penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai data

yang digunakan dalam penelitian. Data-data tersebut seperti modus, yang merupakan

nilai yang paling sering muncul, mean, merupakan rata-rata data yang bersangkutan,

median, yang merupakan nilai tengah data, standar deviasi, digunakan untuk

mengukur seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata, nilai

maksimum, merupakan nilai terbesar data yang bersangkutan dan minimum yang

merupakan nilai terkecil data yang bersangkutan.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, data yang akan digunakan

dalam penelitian harus dianalisis untuk mendeteksi apakah data tersebut mengandung

penyimpangan. Pengujian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan

Page 63: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

50

tersebut adalah uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

3.4.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan

independen dalam model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Ghozali, 2006).

Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau

mendekati normal. Uji normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik

sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness untuk semua variabel

dependendan independen.

345.2.2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar

variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik

seharusnya bebas dari multikolonieritas. Deteksi terhadap ada tidaknya

multikolonieritas yaitu (a) Nilai R square (R2) yang dihasilkan oleh suatu estimasi

model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak terikat, (b).

Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variable

independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,09), maka merupakan

indikasi adanya multikolonieritas, (c) Melihat nilai tolerance dan variance

inflationfactor (VIF), suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas

Page 64: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

51

apabila mempunyai nilai toleransi kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10

(Ghozali, 2006).

3.4.2.3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan

variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model

regresi (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah jika variance dari

residualsatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda (heteroskedastisitas).

Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai prediksi variable

terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan titik-titik

menyebar secara acak (tanpa pola yang jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi. Selain menggunakan grafik scatterplots, uji

heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Jika

probabilitas signifikan > 0.05, maka model regresi tidak mengandung

heteroskedastisitas.

3.4.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetaui apakah model regresi linier

berganda yang diuji terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,

Page 65: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

52

maka dinamakan terdapat problem autokorelasi (Ghozali, 2011). Autokorelasi timbul

karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin – Watson (DW test). Jika d lebih

kecil dibandingkan dengan d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang

berarti terdapat autokolerasi. Jika dterletak diantara du dan 4-du, maka Ho diterima

yang berarti tidak ada autokolerasi.

3.5. Test Goodness of Fit

Dalam penelitian ini, Test Goodness of Fit dilakukan untuk mengukur

keterkaitan model regresi beserta variabel yang terikat didalamnya, serta melakukan

pengujian hipotesis baik secara simultan, maupun secara parsial antara variabel

independen dengan variable dependen.

3.5.1. Uji R2

atau Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adjusted R2 pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilainya berkisar

antara nol dan satu. Biasanya pada data time series mempunyai nilai koefisien

determinasi yang cukup tinggi. Adapun kelemahannya yaitu adanya bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Tiap tambahan satu

Page 66: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

53

variabel independen maka adjusted R pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel

tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.5.2 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah seluruh variable independen yang

dilibatkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan terhadap

variable dependen. Ketentuan yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut:

a. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat

signifikansi (sig < 0,05), maka model penelitian dapat digunakan atau model

tersebut sudah tepat.

b. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat

signifikansi (sig > 0,05), maka model penelitian tidak dapat digunakan atau model

tersebut tidak tepat.

3.5.3. Uji T

Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji statistik t digunakan untuk mengetahui

seberapa berpengaruh satu variable independen secara individual atau parsial

terhadap variable dependen. Setiap variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini

dilakukan uji t, sehingga dapat diketahui pengaruh variabel-variabel tersebut secara

parsial terhadap variable dependen. Pada uji t nilai t hitung akan dibandingkan

dengan nilai t tabel dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Page 67: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

54

a. Bila t hitung lebih besar t tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi

(sig < 0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak, yang menandakan variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel tersebut.

b. Bila t hitung lebih kecil t tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi

(sig > 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima, berarti variabel bebas tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat.

Page 68: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

55

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada tahun 2015 perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sejumlah 553 perusahaan dan 144 diantaranya terdaftar sebagai perusahaan yang

bergerak dalam sektor industri manufaktur. Dari 553 perusahaan tersebut ditentukan

sample dengan cara purposive sampling, yang kemudian dihasilkan sample sejumlah

75 perusahaan. Tabel 4.1 berikut menggambarkan perolehan sample berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian.

Tabel 4.1

Perhitungan Sample Perusahaan

No Kriteria Perusahaan Jumlah

Perusahaan

1

Emiten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2015 553

2

Emiten bergerak dalam industri manufaktur di Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015 144

3

Emiten tidak memenuhi kriteria yang diperlukan

untuk penelitian (69)

Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel 75

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 75 sample. Sample tersebut dipilih oleh peneliti

dikarenakan telah memenuhi kreteria yang dibutuhkan untuk melakukan analisis pada

Page 69: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

56

penelitian ini. Daftar perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini

terlampir dalam lampiran 1.

4.2. Hasil Uji Instrumen Penelitian

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode dimana semua data yang berhubungan

dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan. Data-data tersebut kemudian

dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif. Output dari analisis ini dapat

digunakan untuk menyajikan dan memperjelas keadaan atau karakteristik data yang

yang digunakan. Berikut Tabel 4.2 yang menggambarkan analisis deskriptif untuk

variable yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean

DACC 75 -.55 .35 .0000

PDKI 75 .20 1.00 .4135

KA 75 1.00 5.00 3.1067

PCEO 75 .00 1.00 .0400

Sumber: Output SPSS yang diolah

Variable dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah manajemen laba yaitu

segala bentuk kebijakan yang dilakukan oleh manajer untuk dapat menghasilkan laba

yang sesuai dengan keinginan manajer namun tidak sesuai dengan kondisi

Page 70: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

57

sebenarnya. Manajemen laba diukur dengan menggunakan proxy akrual diskrisioner.

Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa besar rata-rata dari akrual diskresioner (DACC)

sebesar 0.0000. Selain itu dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai minimum akrual

diskroner adalah sebesar -0,55 dan nilai maksismum sebesar 0,35.

Variable independen X1 yaitu komposisi dewan komisaris independen (PDKI)

dengan proksi jumlah komisaris independen dibagi dengan jumlah komisaris

keseluruhan. Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variable X1 komposisi dewan

komisaris independen memiliki nilai rata-rata sebesar 0,4135 yang berarti bahwa dari

seluruh sample yang digunakan dalam penelitian, rata-rata perusahaan memiliki

komposisi dewan komisaris independen sebesar 41,35% dari keseluruhan jumlah

dewan komisaris di perusahaan-perusahaan tersebut. Nilai lain yang dapat diketahui

dari tabel 4.2 adalah nilai minimum yaitu sebesar 0,20 yang menggambarkan adanya

dewan komisaris independen sebanyak 20% dari keseluruhan anggota dewan

komisaris dan nilai maksimum sebesar 1 atau keseluruhan anggota dewan komisaris

yang terdapat di perusahaan tersebut merupakan dewan komisaris independen.

Variable independen X2 yaitu komite audit (KA) dengan proksi jumlah komite

audit yang dimiliki oleh perusahaan. Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variable X2

komite audit memiliki nilai rata-rata sebesar 3,1067 yang berarti bahwa dari seluruh

sample yang digunakan dalam penelitian, rata-rata perusahaan memiliki komite audit

sebanyak 3,1067 anggota komite audit. Nilai lain yang dapat diketahui dari tabel 4.2

Page 71: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

58

adalah nilai minimum yaitu sebesar 1 yang menggambarkan perusahaan memiliki

satu anggota komite audit dan nilai maksimum sebesar 5 yang berarti perusahaan

memiliki 5 anggota komite audit.

Variable independen X3 yaitu pergantian Chief Executive Officer atau CEO

(PCEO) dengan proksi menggunakan variable dummy yang menguantifikasikan

terjadinya pergantian CEO dengan angka 1 (satu) dan tidak terjadinya pergantian

CEO dengan angka 0 (nol). Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mean dari variable

X3 adalah 0,0400 yang menggambarkan bahwa dari keseluruhan sampel yang

digunakan dalam penelitian kemungkinan terjadinya pergantian CEO adalah sebesar

0,0400. Nilai lain yang dapat diketahui dari tabel 4.2 adalah nilai minimum yaitu

sebesar 0 yang menggambarkan terjadinya pergantian CEO dan nilai maksimum

sebesar 1 yang berarti perusahaan mengalami pergantian CEO.

4.2.2. Analisis Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variable dependen dan

independen dalam model regresi tersebut terdistribusi secara normal. Model regresi

yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data yang normal, oleh

sebab itu, penulis melakukan uji normalitas atas data yang digunakan dalam

penelitian untuk memastikan bahwa data yang digunakan dalam penelitian memiliki

distribusi yang normal.

Page 72: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

59

Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas data, yaitu

analisis grafik, serta analisis statistik. Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji

normalitas dengan menggunakan keduanya yaitu dengan melakukan uji statistik dan

analisis grafik. Dalam uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) data yang normal digambarkan

dengan nilai residual terstandarisasi Asymp. Sig. (2-tailed) >0.05. sedangkan uji

normalitas lain yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan analisis grafik yaitu

melakukan analisis histogram dan P-P Plot. Pada grafik P-P Plot, data yang normal

adalah data yang menunjukan titik-titik yang tidak melenceng ke kiri maupun ke

kanan, melainkan menyebar di sekitar garis diagonal. Sedangkan pada grafik

instogram data yang baik dan memiliki distribusi normal adalah data yang berbentuk

lonceng (Ghozali, 2011).

1. Analisis Statistik

Table 4.3

Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DACC

N 75

Normal Parametersa,b

Mean .0000

Std. Deviation .11062

Most Extreme Differences Absolute .166

Positive .139

Negative -.166

Test Statistic .166

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

Sumber: Output SPSS yang diolah

Page 73: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

60

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang ditujukan oleh tabel 4.3 diatas

menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai tersebut dibawah

0,05 yang merupakan batas nilai Asymp. Sig. (2-tailed) agar dapat dikatakan normal.

Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa distribusi data dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov tidak normal.

2. Analisis Grafik

a. Histogram

Gambar 4.1

Grafik Histogram

Page 74: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

61

Dari grafik yang ditunjukan gambar 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa grafik

yang tergambarkan tidak membentuk pola lonceng. Berdasarkan hasil grafik 4.1

diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang digunakan merupakan data

yang tidak memiliki distribusi yang normal.

b. Normal P-P Plot

Gambar 4.2

Grafik Normal P-P Plot

Dari grafik yang ditunjukan oleh gambar 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa

titik-titik data melenceng ke atas dan ke bawah dari garis diagonal, maka dapat

disimpulkan bahwa data tidak memiliki distribusi normal.

Page 75: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

62

Melalui uji normalitas yang telah penulis lakukan, baik dengan uji statistik

maupun dengan analisis grafik, dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak

memiliki distribusi yang normal. Data yang tidak memiliki distribusi normal dapat

disebabkan oleh adanya outlier yaitu data yang memiliki karakteristik unik dan

sangat berbeda. Ghozali, (2011) menyatakan bahwa ada 4 penyebab data tidak

memiliki distribusi normal, yaitu dikarenakan salah mengentri data, gagal

menspesifikasikan adanya missing value, outlier bukan merupakan anggota popilasi

diambil sebagai sampel, distribusi dari variable dalam populasi tersebut memiliki

nilai ekstrim dan berdistribusi tidak normal.

Ghozali, (2011) menyatakan bahwa dalam menangani distribusi data yang

tidak normal, dapat dilakukan dengan mengeluarkan data outlier dari sample

penelitian. Ghozali, (2011) menyatakan untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80)

standar skor standarisasi data yang digunakan sebagai patokan adalah ≥ 2,5 dan ≤-

2,5, artinya jika terdapat nilai/skor yang melebihi atau sama dengan 2,5 atau yang

kurang dari atau sama dengan -2,5 data tersebut dianggap sebagai outlier dan

dikeluarkan.

Untuk mendapatkan nilai standarisasi data dapat dilakukan uji standarisasi Z-

Residual pada data. Setelah dilakukan uji standarisasi Z-Residual maka langkah

selanjutnya adalah mengeluarkan data yang memiliki nilai Z-Residual yang diluar

batas normal yaitu lebih kecil sama dengan -2,5 atau lebih besar sama dengan 2,5.

Page 76: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

63

Keseluruhan terdapat 13 data yang dikeluarkan sesuai dengan yang ditunjukan

oleh tabel 4.4 diatas. Dari total 75 data penelitian yang sebelumnya digunakan akan

berkurang menjadi 62 setelah dikurangi data-data outlier, dan untuk 62 data yang

bukan merupakan outlier merupakan data yang akan digunakan untuk kepentingan

pengujian statistik selanjutnya.

1. Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Pengeluaran Outlier

Tabel 4.5

Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Pengeluaran Outlier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DACC

N 62

Normal Parametersa,b

Mean .0024

Std. Deviation .05209

Most Extreme Differences Absolute .094

Positive .094

Negative -.078

Test Statistic .094

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Sumber: Output SPSS yang diolah

Sesuai dengan output pada tabel 4.5 diatas, uji Kolmogorov-Smirnov yang

dilakukan terhadap data yang telah dikeluarkan outlier nya menghasilkan nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200. Hasil ini berada di atas standar uji normalitas

dengan Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,05 sehingga kesimpulannya adalah data yang

telah dikeluarkan outliernya memiliki distribusi yang normal.

Page 77: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

64

1. Analisis Grafik

a. Histogram

Gambar 4.3

Grafik Histogram (Setelah Pengeluaran Outlier)

Sumber: Output SPSS yang diolah

Grafik histogram yang ditunjukan oleh gambar 4.3 diatas menunjukan pola

distribusi yang normal. grafik tidak melenceng ke kiri maupun ke kanan tetapi di

tengah dan membentuk pola lonceng, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

Page 78: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

65

model regresi telah memenuhi asumsi normalitas, dan data yang digunakan memiliki

distribusi yang normal.

b. Normal P-P Plot

Gambar 4.4

Grafik Normal P-Plot (Setelah Pengeluaran Data Outlier)

Sumber: Output SPSS yang diolah

Grafik Normal P-P Plot yang ditunjukan oleh gambar 4.4 menunjukan bahwa

titik-titik data tidak melenceng baik ke kiri maupun ke atas garis diagonal. Persebaran

titik-titik data masih di sekitar dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat

Page 79: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

66

disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas dengan

demikian data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki distribusi yang normal.

4.2.2.2. Uji Mulikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

yang diteliti terdapat korelasi antar variable independen, dalam model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variable independen (Ghozali, 2011).

Jika nilai Tolerance ≥0,1 dan VIF ≤10, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas atas data penelitian.

Tabel 4.6

Hasil Uji Multkolinearitas Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

PDKI .988 1.012

KA .996 1.004

PCEO .990 1.010

a. Dependent variable: DACC

Sumber: Output SPSS yang diolah

Hasil uji multikolinearitas yang ditunjukan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa

ketiga variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tolerance value >

0,1 dan VIF < 10. Hal tersebut mampu menyimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas antar variable independen dalam model regresi pada penelitian ini.

Page 80: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

67

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data yang

homoskedastisitas atau data yang memiliki kesamaan varians dalam fungsi regresi.

Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik Scatterplots

dan untuk lebih memastikan bahwa data bebas dari heteroskedastisitas, penulis

melakukan pula uji Glejser yang dilakukan dengan meregresikan antara variable

independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel

independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas.

a. Diagram Scatterplots

Sumber: Output SPSS yang diolah

Gambar 4.5

Diagram Scatterplot

Page 81: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

68

Diagram scatterplot pada gambar 4.5 menggambarkan bahwa titik-titik data

berada di atas angka nol serta dibawah angka nol, namun ada juga beberapa data yang

pula yang membentuk pola garis lurus. Adanya bentuk pola yang dibentuk dari hasil

analisis atas diagram Scatterplot ini membuat penulis berkeinginan untuk melakukan

uji selanjutnya untuk lebih menyimpulkan hasil dari uji heteroskedastisitas data di

penelitian ini. Oleh karena itu penulis akan melakukan uji heteroskedastisitas lain

yaitu uji Glejser. Berikut adalah hasil uji Glejser.

Tabel 4.7

Hasil Uji Glejser

Model

Unstandardized Coefficients

Sig. B Std. Error

1 (Constant) .042 .023 .079

PDKI .005 .032 .874

KA -.001 .006 .892

PCEO .058 .031 .061

Sumber: Output SPSS yang diolah

Hasil uji Glejser yang ditujukan oleh tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa nilai

signifikan (sig.) ketiga variable bebas yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai

lebih besar dari 0,05. Dalam uji Glejser jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

menandakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Tabel 4.7

diatas dapat menjawab keraguan atas terjadinya heteroskedastisitas pada data

penelitian ini, yang pada uji sebelumnya yaitu analisis diagram Scatterplot sempat

Page 82: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

69

terlihat bahwa titik-titik data sedikit membentuk pola garis lurus. Namun hasil nilai

signifikansi dari Uji Glejser berhasil menjelaskan kondisi data sebenarnya,yaitu tidak

terjadi heteroskedastisitas untuk ketiga variable bebas.

4.2.2.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier

berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model

regresi yang tidak terjadi autokorelasi. Dalam penelitian ini penulis melakukan uji

Durbin-Watson untuk melakukan uji autokorelasi Berikut merupakan hasil uji

autokorelasi terhadap model regresi dalam penelitian ini.

Tabel 4.8

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .486a .236 .196 .04670 2.124

a. Predictors: (Constant), PCEO, PDKI, KA

b. Dependent Variable: DACC

Sumber: Output SPSS yang diolah

Hasil uji korelasi pada tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai Durbin-Watson (dw)

sebesar 2.124. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada tabel Durbin-Watson

dengan menggunakan signifikansi 5% dan jumlah pengamatan (T) sebanyak 62,

jumah variable independen (K) sebesar 3. Hasil dari tabel Durbin-Watson diperoleh

Page 83: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

70

nilai batas bawah (dl) sebesar 1.52318 dan. nilai batas atas (du) sebesar 1.65605.

Untuk menguji apakah terdapat autokorelasi baik positif ataupun negatif diperlukan

angka Durbin-Watson yang memenuhi persamaan berikut:

DL < DW > DU dan DL < (4-DW) > DU

1.52318< 2.124> 1.65605 dan 1.52318 < (4 - 2.124) > 1.65605

Gambar 4.6

Persamaan Uji autokorelasi Durbin-Watson

Dikarenakan seluruh pernyataan diatas benar, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa data yang digunakan dalam penelitian tidak mengandung autokorelasi baik

positif maupun negatif.

4.3. Hasil Test Goodness of Fit

4.3.1. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilainya berkisar antara nol dan satu.

Nilai koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah niali koefisien

determinasi adjusted R2 dikarenakan variable independen yang digunakan dalam

penelitian ini berjumlah lebih dari dua variable. Berikut tabel yang menggambarkan

hasil pengujian koefisien determinasi R2:

Page 84: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

71

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .486a .236 .196 .04670

Sumber: Output SPSS yang diolah

Pada tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah 0,196.

Hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut menggambarkan 19,6 persen

manajemen laba dipengaruhi oleh variabel-variabel independen yang digunakan

dalam model persamaan penelitian ini yaitu PDKI, KA, dan PCEO, sedangkan

sisanya (100% - 19,6%) yaitu 80,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak

terdapat dalam persamaan regresi penelitian ini.

4.3.2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah seluruh variable independen yang

dilibatkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan terhadap

variable dependen. Dalam Uji F, kesimpulan dapat diambil dengan cara melihat nilai

signifikansi. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variable

independen dalam model regresi berpengaruh secara simultan terhadap variable

dependen. Begitu pula sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka kesimpulan

yang dapat ditarik adalah variabel independen dalam model regresi secara simultan

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Page 85: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

72

Tabel 4.11 berikut merupakan menunjukan hasil uji signifikan simultan atau

Uji F pada penelitian ini:

Tabel 4.11

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Model F Sig.

1 Regression 5.969 .001b

Sumber: Output SPSS yang diolah

Hasil uji F yang ditunjukan tabel 4.11 menunjukan bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,001. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti dapat disimpulkan bahwa

model regresi dalam penelitian ini yang melibatkan variabel-variabel independen

yaitu PDKI, KA dan PCEO, secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen

yaitu Manajemen Laba yang diproksikan dengan Akrual Diskresioner.

4.3.3. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji statistik t digunakan untuk mengetahui

seberapa berpengaruh satu variable independen secara parsial terhadap variable

dependen. Untuk menarik kesimpulan hasil uji t terhadap variable dependen dapat

dilakukan dengan melihat nilai signifikansi. Jika angka signifikansi < 0,05 maka

secara parsial variable independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Begitu

pun sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka secara parsial variabel independen

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil uji t yang

dilakukan terhadap seluruh variable independen terhadap variabel dependen pada

penelitian ini:

Page 86: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

73

Tabel 4.12

Hasil Uji Signifikansi Parisal (Uji t)

Model

Unstandardized

Coefficients

t Sig. B

1 (Constant) -.025 -.773 .443

PDKI -.056 -3.276 .002

KA .016 1.651 .104

PCEO .104 2.205 .031

Sumber: Output SPSS yang diolah

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada penelitian yang melibatkan tiga

variabel independen ini menghasilkan hasil uji signifikansi t seperti berikut:

- PDKI memiliki nilai signifikansi 0,02. Nilai ini < 0,05 yang berarti secara parsial

variable independen PDKI berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu

manajemen laba. Dengan nilai koefisien -0,056 berarti jika variable-variable

independen yaitu Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI), Komite Audit

(KA) dan Pergantian CEO (PCEO) konstan, maka tingkat akrual diskresioner

akan mengalami penurunan sebesar 0,56 satuan. Hasil uji t terhadap variable

PDKI menyimpulkan bahwa H1 yang berbunyi proporsi dewan komisaris

independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba diterima.

- KA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,104. Nilai ini > 0,05 yang berarti secara

parsial variable independen KA tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

yaitu manajemen laba. Hasil uji t terhadap variable KA menyimpulkan bahwa H2

Page 87: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

74

yang berbunyi proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba ditolak.

- PCEO memiliki nilai signifikansi sebesar 0,31. Nilai ini < 0,05 yang berarti

secara parsial variable independen PCEO berpengaruh terhadap variabel

dependen yaitu manajemen laba. Nilai koefisien variable ini sebesar 0,104

menandakan bahwa setiap terjadi satu poin kenaikan variabel pergantian CEO,

serta variable indpenden lain stagnan, maka akan menyebabkan nilai manajemen

laba meningkat sebesar 0,104 poin. Hasil uji t terhadap variable PCEO

menyimpulkan bahwa H3 yang berbunyi proporsi dewan komisaris independen

berpengaruh positif terhadap manajemen laba diterima.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen

Laba

Hasil pengujian yang telah dilakukan dengan melakukan uji parsial (uji t)

menunjukan bahwa variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI) memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,02. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang menandakan

bahwa PDKI berpengaruh terhadap manajemen laba.

Hasil uji t yang disajikan pada tabel 4.12 menunjukan bahwa variable independen

proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap variable dependen

manajemen laba dengan nilai koefisien -0,56 berarti jika variable-variable independen

Page 88: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

75

lain yaitu, Komite Audit (KA) dan Pergantian CEO (PCEO) konstan, maka tingkat

akrual diskresioner akan mengalami penurunan sebesar 0,56 satuan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Wahyuni (2010). Wahyuni

(2010) dalam penelitiannya dengan sample penelitian perusahaan perusahaan

perbankan di BEI periode 2005-2008 menemukan bahwa variabel Proporsi Dewan

Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Menurutnya,

proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba

dikarenakan rata-rata proporsi dewan komisaris independen yang relatif rendah.

Rendahnya proporsi dewan komisaris independen tersebut secara kolektif tidak

memiliki kekuatan untuk memengaruhi keputusan dewan komisaris dalam

mengambil keputusan.

Alasan lain yang dikemukakan Wahyuni (2010) yang menjadi penyebab tidak

berpengaruhnya proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba

adalah dikarenakan sebagian komisaris independen masih lemah dari sisi kompetensi

dan integritasnya. Hal tersebut dikarenakan terkadang pengangkatan komisaris

independen hanya ditujukan sebagai penghargaan, hubungan keluarga, atau kenalan

dekat.

Meskipun bertentangan dengan hasil penelitian Wahyuni (2010), hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh, Aji (2012), Nasution dan Setiawan

(2007), dan Pangaribuan (2014) yang menemukan bahwa proporsi dewan komisaris

Page 89: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

76

independen berpengaruh terhadap manajemen laba. Persentase dewan komisaris

independen dalam sebuah perusahaan memengaruhi manajemen laba.

Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa dengan semakin besar komposisi

dewan komisaris independen maka akan dapat meningkatkan pengawasan kinerja

dari manajemen dalam melakukan pekerjaannya, dan dalam kaitannya dengan

manajemen laba, manajemen akan memiliki sedikit ruang untuk melakukan

engineering terhadap kinerja keuangan perusahaan sehingga laporan keuangan yang

dihasilkan dapat lebih kredibel dan berdasarkan kondisi sebenarnya.

4.4.2. Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil penelitian, variabel independen berupa komite audit memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,104. Hasil itu menggambarkan bahwa variable komite

audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dikarenakan nilai signifikansinya

berada diatas 0,05.

Hasil ini belum mampu menjadi indikator bahwa komite audit yang ada di

perusahaan sebagai salah satu penerapan dari corporate governance dalam

menjalankan kinerjanya sebagai pengawas dari kinerja manajemen dengan baik serta

menerapkan prinsip-prinsip corporate governance, yaitu transparansi, fairness,

tanggung jawab dan akuntabilitas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan penelitian ini

tidak menilai faktor lain yang mampu memengaruhi hasil penelitian. Faktor-faktor

Page 90: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

77

seperti kapabilitas, pengalaman serta profesionalisme dari anggota komite audit tidak

dipertimbangkan sehingga peneliti tidak mampu memisahkan perusahaan yang benar-

benar menunjuk komite audit sebagai pengawas kinerja manajemen, atau menunjuk

komite audit hanya sebagai pemenuhan regulasi yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suresti

(2015), Widodo (2015), Kusumaningtyas dan Farida (2012), Nasution dan Setiawan

(2007). Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukan bahwa variable independen

komite audit berpengaruh terhadap variabel dependen manajemen laba. Namun

penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni (2010)

yang menemukan bahwa adanya ketidak berpengaruhan antara komite audit dengan

manajemen laba diakibatkan masih banyaknya perusahaan yang menunjuk komite

audit hanya sebagai pemenuhan syarat saja. Hal ini dapat mengakibatkan nilai-nilai

seperti independensi yang harus dimiliki oleh seorang anggota komite audit dapat

terabaikan.

4.4.3. Pengaruh Pergantian CEO terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil penelitian, variabel independen pergantian CEO memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,31. Hasil itu menggambarkan bahwa variable pergantian CEO

berpengaruh terhadap manajemen laba dikarenakan nilai signifikansinya berada

dibawah 0,05. Nilai koefisien variable ini sebesar 0,104 menandakan bahwa setiap

Page 91: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

78

terjadi satu poin kenaikan variabel pergantian CEO, serta variable lain stagnan, maka

akan menyebabkan nilai manajemen laba meningkat sebesar 0,104 poin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sadia dan Sukartha (2014).

Dalam penelitiannya, Sadia dan Sukartha (2014) menemukan bahwa variabel

independen pergantian CEO mampu memengaruhi variable dependen manajemen

laba. Dalam penelitian tersebut disampaikan bahwa tendensi manajemen laba yang

dilakukan saat pergantian CEO adalah dilakukannya income decreasing oleh CEO

baru. Namun, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Dewi (2013). Dalam penelitiannya, Dewi (2013) menemukan bahwa variable

independen berupa pergantian CEO berpengaruh terhadap variable dependen

manajemen laba.

Page 92: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

79

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari

mekanisme corporate govenrnace, yakni proporsi dewan komisaris independen dan

komite audit, disandingakan dengan pergantian Chief Executive Officer (CEO)

terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2015. Penelitain ini menguji 75 sampel perusahaan dan

menghasilkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini, pengukuran variable proporsi dewan komisaris

independen diukur dengan menjumlahkan seluruh anggota dewan komisaris yang

berasal dari luar perusahaan dibagi dengan jumlah keseluruhan dewan komisaris.

Hasil pengujian variable proporsi dewan komisaris independen menyatakan bahwa

terdapat pengaruh negatif signifikan terhadap variable dependen. Hasil tersebut

berarti setiap terjadi kenaikan proporsi dewan komisaris independen, maka akan

terjadi penurunan manajemen laba. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

Hipotesis H1 yang berbunyi proporsi dewan komisaris independen berpengaruh

negatif terhadap manajemen laba diterima

.

Page 93: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

80

2. Dalam penelitian ini, variable komite audit diukur dengan menghitung

keseluruhan komite audit yang berada di perusahaan. Hasil pengujian ini menunjukan

bahwa variable independen komite audit tidak berpengaruh terhadap variable

dependen yaitu manajemen laba. Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa

hipotesis H2 yang berbunyi proporsi dewan komisaris independen berpengaruh

negatif terhadap manajemen laba ditolak.

3. Hasil pengujian menunjukan bahwa variable pergantian Chief Executive

Officer (CEO) yang diukur dengan menggunakan variable dummy yaitu memberi

nilai 0 (nol) pada perusahaan yang tidak mengalami pergantian CEO dan nilai 1

(satu) berpengaruh terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis H3 yang berbunyi proporsi dewan komisaris independen berpengaruh

positif terhadap manajemen laba diterima.

5.2.Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hal yang cukup menghambat

kelancaran berjalannya penelitian. Hal-hal tersebut diantaranya:

1. Data yang tersedia di Bursa Efek Indonesia tidak lengkap

Industri manufaktur yang dijadikan populasi dalam penelitian ini cukup

memberikan kesulitan bagi penulis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Hal

tersebut dapat dilihat dari banyaknya perusahaan yang tidak dijadikan sample

penelitian dikarenakan data perusahaan tersebut tidak tersedia di Bursa Efek

Page 94: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

81

Indonesia. Masalah lain yang berkaitan dengan data adalah kesesuaian data yang ada

dengan kriteria pemilihan sampel. Terdapat beberapa perusahaan yang tidak

memenuhi kriteria yang telah peneliti tentukan sebelumnya sehingga data tersebut

tidak bisa digunakan dan dijadikan sampel penelitian.

2. Distribusi data asli yang tidak normal

Ketika penulis melakukan uji normalitas data, ditemukan bahwa data yang

diperoleh dari Bursa Efek Indonesia tidak memiliki distribusi normal. dengan adanya

masalah pada normalitas data tersebut maka penulis harus mengurangi data agar

dengan melakukan pengeluaran data outlier agar dapat dilakukan uji regresi atas data

yang memiliki distribusi normal saja.

5.3.Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat memberikan saran kepada

peneliti-peneliti selanjutnya berupa:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan agar menambah variabel yang digunakan

terutama variable berkaitan dengan corporate governance seperti ukuran dewan

direksi, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional sehingga dapat melakukan penelitian yang lebih komprehensif mengenai

pengaruh mekanisme corporate governance.

Page 95: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

82

2. Penelitian selanjutnya juga diharapkan agar mampu membedakan antara

pergantian CEO yang rutin dan tidak rutin dalam hubungannya dengan manejemen

laba.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangakn faktor-faktor seperti

karakteristik pada dewan komisaris independen atau komite audit agar hasil

penelitian yang dilakukan kedepannya menggambarkan pengaruh dari variable

independen secara berkesinambungan terhadap variable dependen.

Page 96: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

83

DAFTAR PUSTAKA

Aji, B.B. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada

Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Diponegoro.

Azka, R.M., (2016) Sektor Barang Konsumsi akan Bersinar di 2016 [Online] tersedia

di http://www.investasi.kontan.co.id. Diakses: 22 Juni 2017

Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.

Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo

Bengtsson, K., & Nilsson, M. (2007). Earnings Management and CEO Turnovers - A

Study of Swedish Corporation. Stockholm School of Economics.

Carcello, J.V., et al. (2006). Audit Committee Financial Expertise, Competing

Corporate

Governance Mechanisms, and Earnings Management. Papers.SSRN

Dewi, K.C. (2013). Pengaruh pergantian CEO (Chief Executive Office) terhadap

Kinerja Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variable Intervening.

Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fauziyah, N. (2014) Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap

Manajemen Laba melalui Manupulasi Aktivitas Riil pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012. Jurusan Akuntansi

Negeri Yogyakarta.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. (edisi kelima). Semarang : Universitas Diponegoro.

Nasution,M., & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional

Akuntansi 2007

Pangaribuan, F. (2014). Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2012. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Dipenogoro Semarang.

Page 97: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

84

Purwanti, L., et al. (2016). Buku Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi.

Malang: Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Sadia, N.P.M.D., & Sukartha, I.M. (2014). Pengaruh Pergantian CEO Pada Praktik

Manajemen Laba Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 8.1 (2014):200-210

Sam’ani, (2008). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap

Kinerja Keuangan Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Tahun 2004 – 2007. Program Studi Magister Manajemen Universitas

Dipenogoro Semarang.

Scott, W.R. (2014). Financial Accounting Theory Seventh Edition. Pearson Canada

Sekaran, U. (2014). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Setiyarini, & Purwanti, L. (2011). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen

Laba Dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di

BEI). Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya Malang.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: Alfabeta

Suresti, A. (2015). Pengaruh Workload, Auditor Spesialisasi Industri Dan Audit

Tenure Terhadap Kualitas Audit Dengan Komite Audit Sebagai Variable

Moderating. Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ujiyantho, M.A., & Pramuka, B.A. (2007). Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik Sektor

Manufaktur). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar

Wahyuni, D.D. (2010). Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

terhadap Manajemen Laba. Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Widodo, S.T. (2015). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Praktik

Earnings Management Pada Badan Usaha Sektor Perbankan Indonesia. E-Jurnal

Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wulandari, R. (2013). Analsisi Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage

terhadap Manjemen Laba. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Dipenogoro.

Page 98: GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PERGANTIAN CHIEF …repository.ub.ac.id/2988/1/Imam Albany Mohamad Gozali.pdf · (STUDI PADA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR) Disusun Oleh: Imam Albany Mohamad

85

Yasa, G.W., & Novialy. Y. (2012). Indikasi Manajemen Laba Oleh Chief Executive

Officer (CEO) Baru Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Pasar Modal

Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis 7.1

Wolk et al. 2001. Accounting Theory: A Conceptual an Institutional Approach. Fifth

Edition. South-Western College Publishing.

Zehnder, E. (2000). Corporate Governance and the Role of the Board of Directors.

Egon Zehnder International.