mohamad sugiono, nim.0905610 - laporan individu mm

Upload: mohamad-sugiono

Post on 07-Jul-2015

393 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGKAYAAN MATERI MANAJEMEN MUTUDitulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memeroleh penilaian dari hasil pencarian informasi manajemen mutu

oleh MOHAMAD SUGIONO 0905610

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA MEI 2011

PENGERTIAN MUTU

A. Pengertian Mutu1. Pengertian Mutu Secara Umum

a. Arti konvensional mutu adalah: gambaran karakteristik langsung dari suatu produk (dari segi performa, reabilitas, mudah digunakan, estetis,dll). b. Arti stratejik : segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.2. Persepsi Salah Tentang Mutu

a. Bermutu adalah standar tinggi yang sulit dicapai b. Mutu hanya dapat dilihat dari hasil kerja c. Mutu hanya menjadi tanggungjawab bagian tertentu d. Mutu terbatas pada produk barang atau produk fisik e. Bermutu berarti mahal 3. Pengertian Mutu (ISO 9000:2000) Derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan a. Derajat : Kategori / peringkat yang diberikan pada persyaratan mutu, yang dapat berbeda pada suatu produk / proses / sistem yang memiliki kegunaan fungsional yang sama. b. Karakteristik : bisa diberikan pada produk/ proses / sistem dalam wujud kualitatif atau kuantitatif. c. Inheren : sesuatu yang diberikan atau ditambahkan sesuai persyaratan. d. Persyaratan : kebutuhan atau harapan yang dinyatakan. 4. Manajemen Mutu Pengertian Manajemen Mutu menurut konsep ISO 9001:2000 adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu. Manajemen Mutu 2

5. Sistem Manajemen Mutu juga berarti: a. Suatu tatanan yang menjamin tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran mutu yang direncanakan.b. Sistem manajemen mutu, tatanan yang menjamin kualitas output dan proses

pelayanan/produksi. 6. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan standar yang digunakan untuk mengakses kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang sesuai Fokus ada pada proses, bukan produk Berdasar pola Plan-Do-Check-Action (PDCA)a. Pendekatan proses b. Fokus pada pelanggan c. Peningkatan berkesinambungan

7. Pendapat Tokoh Manajemena. Filsafat Mutu W. Edwards Deming

Masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Pendekatan mencegah lebih baik daripada mengobati, merupakan kontribusi unik dalam memahami bagaimana cara menjamin pengembangan mutu. Ada lima penyakit yang signifikan dan yang akan muncul dalam konteks pendidikan. Kelima faktor tersebut nanti akan dapat digunakan untuk mencegah munculnya pemikiran baru. Penyakit pertama adalah kurang konstannya tujuan. penyakit kedua adalah pola pikir jangka pendek, penyakit ketiga berkaitan dengan evaluasi prestasi individu, penyakit keempat adalah rotasi kerja yang terlalu tinggi, dan penyakit kelima adalah manajemen yang menggunakan prinsif angka yang

Manajemen Mutu

3

tampak. Menurut W. Edwards Deming organisasi yang mengukur kesuksesan melalui indikator prestasi itu kurang baik tetapi untuk mengukur kesuksesan adalah kepuasan pelanggan. Ada 14 point W. Edwards Deming yang termashur yang merupakan filsafat baru tentang mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya .b. Manajemen Tahap Joseph Juran

Joseph Juran menyatakan bahwa 85 persen masalah-masalah mutu dalam sebuah organisasi adalah hasil dari desain proses yang kurang baik. Sehingga peranan sistem yang benar akan menhasilkan mutu yang benar. Dengan demikian menurut Juran 85 persen masalah merupakan tanggung jawab manajemen, karena mereka memiliki 85 persen kontrol terhadap organisasi. Manajemen mutu strategis ( Strategic Quality Management ) adalah sebuah proses tiga bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu. Manajer senior memiliki pandangan strategis tentang organisasi, manajer menengah memiliki pandangan oprasional tentang mutu, dan para karyawan memiliki tanggung jawab terhadap kontrol mutu. Ini sebuah ide yang cocok diterapkan dalam konteks pendidikan dan mirip dengan gagasan yang telah dikembangkan oleh Consultant at Work dalam upaya meningkatkan mutu dalam pendidikan. Joseph Juran menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi tahap untuk menyelesaikan masalah dalam peningkatan mutu. Peningkatan mutu hanya akan berarti ketika diaplikasikan secara praktis, dan aplikasi tersebut merupakan variasi dari tahap itu sendiri. Juran pernah mengatakan bahwa semua bentuk peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi tahap dan tidak dengan cara lain.c. Langkah Philip Crosby untuk Meraih Mutu

Dua ide Philip Crosby yang sangat menarik dan kuat dalam mutu. Yang pertama adalah bahwa mutu adalah gratis. Terlalu banyak pemborosan dalam sistem saat Manajemen Mutu 4

mengupayakan mutu. Yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan itu. Ini adalah gagasan tanpa cacat yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia pendidikan. Gagasan bahwa peningkatan mutu dapat membantu organisasi menghilangkan kegagalan, khususnya kegagalan pelajar yang seringkali diabaikan oleh sebagian besar institusi. Philip Crosby berperdapat bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang lebih baik. Penghematan sebuah institusi akan datang dengan sendirinya ketika institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan benar. Pemikiran lain Philip Crosby yang utama dan kontroversial tentang mutu adalah tanpa cacat dalam konteks bisnis akan meningkatkan keuntungan dan dengan penghematan biaya.

B. Dimensi Mutu1. Delapan Dimensi Mutu

a. Penampilan (performance), suatu karakter utama hasil produk b. Gambaran atau keistimewaan (features) c. Ketahanan (reliability) d. Kesesuaian (conformance) e. Lama bertahan (durability) f. Kemampuan pelayanan (serviceability) g. Estetika (Asthetics) h. Mutu yang dirasakan (perceived quality)2. Dimensi kualitas Produk a. Produk berupa barang

Manajemen Mutu

5

Menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz, untuk menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi seperti yang dipaparkan berikut ini:1) Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan

merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.2) Features , yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi

dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.3) Realibility, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu

barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.4) Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi

yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara karakteritik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.5) Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau

masa pakai barang.6) Serviceability,

yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan,

kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.7) Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-

nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadidan refleksi dari preferensi individual.8) Fit and finish, sifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelangganmengenai

keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.

Manajemen Mutu

6

b. Produk berupa jasa/service

Zeithaml et. al. mengemukakan lima dimensi dalam menentukan kualitas jasa, yaitu: Realibility, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Responsivenss, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan/ pasien. Assurance,meliputi kemampuan karyawan, pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan, kertampilan dalam memberi informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan didalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan. Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi :1) Kompetensi ( Competence ), artinya ketrampilan dan pengetahuan yang

dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan.2) Kesopanan ( Courtesy ) meliputi keramahan, perhatian dan sikap para

karyawan.3) Kredibilitas ( Credibility ), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi Emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi :

Manajemen Mutu

7

1) Akses (Access), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang

ditawarkan.2) Komunikasi

(

Comunication

),

merupakan

kemampuan

melakukan

komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan. Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan Front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.

PENTINGNYA MUTU

A. Definisi dan Arti Pentingnya Kualitas Dari segi linguistik kualitas berasal dari bahasa latin qualis yang berarti sebagaimana kenyataannya. Definisi kualitas secara internasional (BS EN ISO 9000:2000) adalah tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu (Dale, 2003:4). Sedangkan menurut American Society for quality Control kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi (Render dan Herizer, 1997:92). Sedangkan Render dan Herizer (2004:93-96) berpendapat bahwa kualitas terutama mempengaruhi perusahaan dalam empat hal, yaitu:

Manajemen Mutu

8

1. Biaya dan pangsa pasar: kualitas yang ditingkatkan dapat mengarah kepada peningkatan pangsa pasar dan penghematan biaya, keduanya juga dapat mempengaruhi profitabilitas. 2. Reputasi perusahaan: reputasi perusahaan mengikuti reputasi kualitas yang dihasilkan. Kualitas akan muncul bersamaan dengan persepsi mengenai produk baru perusahaan, praktek-praktek penanganan pegawai, dan hubungannya dengan pemasok. 3. Pertanggungjawaban produk: organisasi memiliki tanggung jawab yang besar atas segala akibat pemakaian barang maupun jasa. 4. Implikasi internasional: dalam era teknologi, kualitas merupakan perhatian operasional dan internasional. Agar perusahaan dan negara dapat bersaing secara efektif dalam perekonomian global, produknya harus memenuhi kualitas dan harga yang diinginkan.B. Permasalahan Mutu

1. Kendala-Kendala Perusahaan Perusahaan sering dihadapkan pada permasalahan yang berulang sehingga akhirnya menyebabkan tingginya biaya dan ketidakpuasan pelanggan. Kalau digolongkan permasalahan itu diakibatkan beberapa faktor , yaitu : a. KARYAWAN

Manajemen Mutu

9

1) Keluar masuknya karyawan begitu tinggi 2) Tidak jelasnya pembagian tugas dan wewenang 3) Tingkat produktivitas karyawan yang begitu rendah b. MATERIAL DAN PRODUK JADI 1) Tingginya tingkat kerusakan pada produk jadi (reject) dan tidak dipenuhinya spesifikasi pelanggan. 2) Tingginya produk yang rusak dalam proses sehingga harus dikerjakan kembali (rework) 3) Bahan baku yang tidak memenuhi standard 4) Sisa bahan produksi (scrap) yang begitu tinggi c. MESIN DAN PERALATAN 1) Kerusakan pada mesin dan peralatan yang begitu sering 2) Tidak tersedianya sparepart sewaktu mesin rusak sehingga terganggunya kegiatan produksi 3) Tidak adanya program perawatan (maintenance) untuk mesin dan peralatan sehingga umur mesin menjadi semakin singkat d. METODE KERJA 1) Tidak jelasnya urutan proses kerja sehingga banyak proses yang tidak efektif 2) Standard dan parameter yang digunakan kurang tepat dan tidak memenuhi keinginan pelanggan 3) Metode kerja yang diterapkan kurang memadai untuk menunjang proses poduksi sehingga dihasilkan produk

Manajemen Mutu

10

yang tidak bermutu dan tidak tercapainya target produksi yang diinginkan. e. MARKETING 1) Tingginya tingkat komplain dari pelanggan dan lamanya respon terhadap komplain tersebut. 2) Waktu penyerahan dan pengiriman barang yang tidak tepat waktu 3) Kurang percayanya calon pelanggan terhadap kualitas produk dan kualitas manajemen di perusahaan. Dengan melihat kendala kendala tersebut banyak perusahaan mulai mencari alternatif apa yang perlu dilakukan agar perusahaan dapat meningkatkan performancenya. Untuk ini salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan ISO 9001:2008C. Biaya Mutu

1.

Jenis Biaya Mutu Biaya Mutu adalah Biaya yang terjadi / akan terjadi karena mutu yang buruk (biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan) Biaya mutu digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu : a. Biaya Pencegahan 1) Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kerusakan produk yang akan diproduksi, missal : biaya yang berhubungan dengan perancangan, pengimplementasian, pemeliharaan system mutu.

Manajemen Mutu

11

2) Biaya yang dikeluarkan dalam rangka menurunkan jumlah unit produk yang alami ketidaksesuaian, misal : menaikan biaya pencegahan dengan maksud bisa menurunkan biaya kegagalan. Contoh : biaya perekayasaan mutu, program pelatihan mutu, pelaporan mutu, audit mutu, evaluasi para pemasok dll. b. Biaya Penilaian1) Biaya yang terjadi untuk tentuin apakah produk sesuai dengan persyaratan-

pernyataan mutu 2) Biaya yang berfungsi untuk mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai persyaratan ke para pelanggan. Contoh : Biaya inspeksi dan pengujian bahan, inspeksi pengepakan, penerimaan produk, verifikasi pemasok, penerimaan proses dll.1) Penerimaan produk: pen-sample-an dari batch/produk jadi untuk tentuin

apakah produk tersebut memenuhi tingkat mutu yang dapat diterima2) Penerimaan proses: pen-sample-an barang-barang yang diproses untuk

melihat apakah proses tersebut dalam kendali dan dapat menghasilkan produk yang tidak rusak. Jika tidak maka proses harus dihentikan. c. Biaya Kegagalan Internal 1) Biaya yang terjadi karena produk tidak sesuai persyaratan dan terditeksi sebelum barang/jasa tersebut dikirim ke pelanggan 2) Biaya ini tidak timbul jika tidak ada kesurakan Contoh : sisa produk, rework, reinspeksi, pengujian kembali dll d. Biaya Kegagalan Eksternal

Manajemen Mutu

12

1) Biaya yang terjadi karena produk gagal menyesuaikan persyaratanpersyaratan yang diketahui setelah produk dikirim ke pelanggan. 2) Biaya yang paling membahayakan dari semua biaya mutu Contoh : penjualan yang hilang karena produk rusak, pengembalian, jaminan, reparasi, penggantian dll Contoh Kasus : Tahun 1977 perusahaan USA keluarkan $135 juta untuk menarik 7.5 juta ban radial bersabuk baja.D. Manfaat Manajemen Mutu

Oleh Karen MacKenzie SQMC Associate Manfaat dari sistem manajemen mutu meliputi peningkatan semangat kerja dan motivasi terhadap melakukan pekerjaan dengan baik. Memasukkan kebanggaan dalam pelayanan, kepemilikan dalam pekerjaan, dan kualitas ke pekerjaan proses memberikan nilai tambah tanpa biaya tenaga kerja tambahan. Hasilnya proyekproyek berkualitas selesai tepat waktu dan sesuai anggaran - dan sangat klien puas. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu (SMM) telah memberikan banyak pemikiran dengan proses mereka dan bagaimana untuk memaksimalkan kualitas dan efisiensi. Setelah dipetakan efisiensi dan efektivitas, proses ditetapkan dan pedoman di tempat bagi siapa saja untuk mengikuti dengan mudah, membuat pelatihan, transisi, dan pemecahan masalah lebih mudah. 1. Peningkatan penjualan akan hasil dari: Kemampuan karyawan untuk bertindak dengan integritas dalam interaksi pelanggan sebagai hasil dari komitmen eksplisit Manajemen dan mendukung nilai-nilai kualitas mereka didefinisikan dalam Kebijakan Mutu dan ditunjukkan melalui tanggung jawab

Manajemen Mutu

13

Manajemen dalam meninjau sistem (Kebijakan Mutu, Kualitas dan Manajemen Komitmen Tujuan dan Review) Karyawan: Kemampuan untuk merujuk pada kebijakan yang baik dan prosedur untuk memandu interaksi mereka dengan pelanggan (Quality System) karyawan: kemampuan untuk menyediakan pelanggan dengan akurat, up-to-date, informasi tentang spesifikasi dan data teknis (Dokumen dan kontrol data) karyawan: tidak menjanjikan lebih dari organisasi mampu memberikan, melalui pendekatan disiplin untuk mendapatkan kebutuhan pelanggan tepat di tingkat pertama (Kontrak review) a. meningkatkan kepuasan pelanggan sebagai akibat ketergantungan yang lebih baik dari produk dan layanan (Desain kontrol: Pembelian: Process control: Penanganan & penyimpanan: Servicing) b. meningkatkan kepuasan pelanggan sebagai hasil dari masalah yang lebih sedikit dengan produk dan jasa (Inspeksi & pengujian: Inspeksi & alat uji: Pengendalian non-conforming produk) c. meningkatkan kepuasan pelanggan sebagai hasil dari kemampuan karyawan untuk merespon dengan cepat dan andal untuk masalah pelanggan (tindakan korektif dan pencegahan: Identifikasi dan mampu telusur) d. ketersediaan kualitas sertifikasi pihak ketiga sistem dimana pelanggan membutuhkan atau mendukung itu (Reward dan Recognition)

2. Mengurangi biaya akan hasil dari: a. lebih sedikit, dan (inspeksi Menerima, In-proses, dan Final & pengujian; perbaikan berkesinambungan) pernah mengurangi masalah dan cacat untuk Manajemen Mutu 14

memperbaiki setelah pengiriman ke pelanggan, oleh masalah identifikasi pada tahap sedini mungkin b. mengurangi limbah melalui cacat sedikit, sebagai akibat dari resolusi sistematis dan analisis masalah kualitas yang terkait (tindakan korektif dan preventif) c. secara signifikan lebih sedikit waktu yang dihabiskan oleh karyawan mendapatkan akses ke informasi penting (Dokumen dan kontrol data) d. secara signifikan lebih sedikit waktu yang dihabiskan oleh karyawan 'reinventing roda sebagai akibat dari tersedianya metode standar dan informasi panduan (sistem Mutu: Dokumen dan data kontrol)

3. Peningkatan efisiensi operasi akan hasil dari: a. yang lebih baik kontrol input pemasok ke produksi / proses pelayanan (Pembelian: Identifikasi dan mampu telusur) b. terus-menerus meninjau dan penyempurnaan sistem dan metode sebagai hasil dari identifikasi masalah disiplin dan resolusi (tindakan korektif dan pencegahan: catatan Kualitas: Metode statistik) ketersediaan statistik yang akurat, handal, dan dapat diakses untuk analisis (Quality catatan) c. terus-menerus meninjau dan penyempurnaan sistem dan metode sebagai hasil dari program sistematis tinjauan proses (Audit Mutu Internal) d. pemahaman antar-departemen yang lebih baik dan komunikasi sebagai hasil dari program sistematis tinjauan proses, hal ini mengasumsikan peer-to-peer meninjau (Audit Mutu Internal)

Manajemen Mutu

15

e. Manfaat komersial / keuangan potensial dari SMM sering jelas hanya dengan melihat sumber peningkatan (yang tercantum di atas) dan membuat penilaian subjektif tentang seberapa baik terlibat masalah yang saat ini ditangani oleh organisasi. f. ketersediaan statistik yang akurat, handal, dan dapat diakses untuk analisis (Quality catatan) g. terus-menerus meninjau dan penyempurnaan sistem dan metode sebagai hasil dari program sistematis tinjauan proses (Audit Mutu Internal) h. pemahaman antar-departemen yang lebih baik dan komunikasi sebagai hasil dari program sistematis tinjauan proses, hal ini mengasumsikan peer-to-peer meninjau (Audit Mutu Internal) Semua mengakibatkan perbaikan berkesinambungan dari sistem, proses, prosedur dan metode kerja dan terus-menerus menghasilkan efisiensi dan efektivitas yang semakin meningkat, mengurangi limbah, memperbaiki komunikasi internal dan klarifikasi peran dan standar kinerja dan menghasilkan uang - bukan masalah buruk.

Manajemen Mutu

16

PERKEMBANGAN MANAJEMEN MUTU

A. Sejarah Mutu Pada mulanya sistem untuk memonitor dan memanage kualitas hanya berupa pengukuran (inspection), yang akhirnya banyak mengalami perkembangan sehingga dikenal dengan adanya sistem pengendalian kualitas (Quality Control) serta jaminan kualitas (Quality Assurance). Sejak tahun 1970, sistem-sistem tersebut diatas yaitu Inspection, Quality Control dan Quality Assurance dikembangkan dan disempurnakan menjadi Total Quality Management (TQM). Dimana TQM ini mengintegrasikan semua level di atas menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Dari dulu sampai sekarang, pandangan organisasi terhadap kualitas produk telah mengalami evolusi, yang semula kualitas produk tidak diperhatikan kini menjadi hal yang utama. Secara rinci, konsep kualitas dibagi atas lima tahap, yaitu: 1. Era Tanpa Kualitas

Manajemen Mutu

17

Era ini dimulai sebelum abad ke-18, dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan kualitasnya. Kondisi ini mungkin terjadi jika organisasi tidak mendapat pesaing (monopoli).2.

Inspection Era

Pada zaman ini, kualitas hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain, masalah kualitas berkaitan dengan produk rusak atau cacat. Zaman ini berlangsung di negara Barat sekitar tahun 1800-an. Pada zaman ini, produsen mulai mendapatkan pesaing dan produksi yang digunakan adalah produksi massal. Pemilahan terhadap produk akhir dilakukan dengan melakukan inspeksi. Perhatian produsen terhadap kualitas sangat terbatas. Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap kualitas produk, dan tanggung jawab terhadap kualitas produk didelegasikan ke departemen inspeksi dengan titik berat penanganan terletak pada produk akhir sebelum dilepas ke konsumen. Pemeriksaan (Inspection) merupakan suatu aktivitas mengukur, menguji, pengetesan terhadap satu atau lebih karakteristik dari suatu produk atau pelayanan dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam suatu sistem manufaktur, Inspection dilakukan dari mulai pembuatan suatu komponen, perakitan komponen yang satu dengan yang lainnya sampai menjadi suatu produk jadi sebelum produk tersebut dimasukkan ke gudang. 3. Statistical Quality Control Era

Jika pada zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari atribut standar, departemen inspeksi tidak dapat mendeteksi apakah penyimpangan tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau hanya karena kebetulan. Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap produksi untuk mencegah terjadinya hal serupa. Tetapi pada statistical quality control era, departemen inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode statistik dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk

Manajemen Mutu

18

yang dihasilkan pada proses produksi. Data penyimpangan tersebut dapat diberitahukan kepada departemen produksi sebagai dasar diadakannya perbaikan terhadap proses dan sistem yang digunakan untuk mengolah produk. Pada era ini, deteksi penyimpangan signifikan secara statistik sudah mulai dilakukan oleh departemen produksi. Dengan demikian, kualitas produk sudah mulai dikendalikan melalui departemen produksi, tidak sekadar diinspeksi oleh departemen inspeksi pada akhir proses produksi. Akan tetapi, pada tahap ini, konsep kualitas masih terbatas pada atribut yang melekat pada produk yang sedang dan telah diproduksi. Era ini mulai berkembang pada tahun 1930 yang diperkenalkan oleh Walter A. Shewart.

Pengendalian kualitas merupakan suatu teknik operasional yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Dimana sistem pengendalian kualitas adalah suatu alat dan teknik dalam manajemen kualitas yang merupakan perkembangan dari kegiatan pemeriksaan (inspection). Dalam sistem pengendalian kualitas terdapat tujuh alat yang digunakan yaitu: Histogram, Checksheet, Pareto analysis, Cause and Effect Diagram, Graphs, Control Chart dan Scatter Diagram. 4. Quality Assurance Era

Dalam era ini, konsep kualitas mengalami perluasan, dari konsep yang sempit (hanya terbatas pada tahap produksi) ke tahap desain dan koordinasi dengan departemen jasa (seperti bengkel, energi, perencanaan dan pengendalian produksi, serta pergudangan). Keterlibatan manajemen dalam penangan kualitas produk mulai disadari pentingnya karena pelibatan pemasok dalam penentuan kualitas produk memerlukan koordinasi dan kebijakan manajemen. Pada zaman ini mulai diperkenalkan konsep tentang biaya kualitas. Berdasarkan konsep biaya kualitas ini, pengeluaran akan dapat dikurangi jika manajemen

Manajemen Mutu

19

meningkatkan aktivitas pencegahan yang merupakan suatu hal yang penting daripada upaya perbaikan kualitas atas penyimpangan yang sudah terlanjur terjadi. Titik berat penanganan kualitas pada zaman ini bergeser ke arah desain produk, yang mulai berkembang pada tahun 1950-an. Contoh dari era ini adalah penggunaan ISO 9000:1994 pada organisasi. Suatu ketidaksesuaian dalam suatu proses produksi merupakan suatu masalah dimana harus dilakukan suatu perbaikan kualitas secara kontinyu. Dimana suatu perusahaan harus dapat melakukan suatu tindakan yang sistematis untuk menjamin produk agar berkualitas. Dimana sistem ini dinamakan dengan jaminan kualitas (Quality Assurance). Sehingga Quality Assurance merupakan suatu rencana dan tindakan yang sistematis yang dilakukan untuk menjamin produk akan dapat memenuhi syarat. Secara garis besar Quality Assurance bertujuan agar:a.

Mempunyai tanggung jawab terhadap kualitas mulai dari incoming

material sampai delivery, membuat analisa, memberikan feedback dan melakukan tindakan perbaikan.b.

Membangun kualitas produk mulai dari design sampai manufacturing

dengan bantuan digunakan tujuh alat pengendalian kualitas (Histogram, Checksheet, Pareto analysis, Cause and Effect Diagram, Graphs, Control Chart dan Scatter Diagram) 5. Total Quality Management

Dalam era ini, keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan menetukan dalam menjadikan kualitas untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif. Sistem ini dapat didefenisikan sebagai sistem manajemen strategic dan integratif yang melibatkan semua manajer dan karyawan, serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan.

Manajemen Mutu

20

TQM merupakan suatu philosopy manajemen yang meliputi semua aktivitas yang dibutuhkan oleh konsumen dan masyarakat, serta mempunyai tujuan untuk memberikan kepuasan dengan melakukan banyak efisiensi dan ongkos yang efektif yang dilakukan dengan jalan memaksimalkan potensi semua tenaga kerja secara kontinyu yang akhirnya mengarah kepada tindakan perbaikan. Pada TQM organisasi dituntut untuk dapat membutktikan kepada konsumen bahwa kita mempunyai sistem dan prosedur untuk menjamin agar produk selalu berasal dari proses yang terkendali yang sesuai dengan Quality System standar. TQM mempunyai delapan elemen kunci yaitu: komitmen dan sikap kepemimpinan, perencanaan dan pengorganisasian, penggunaan suatu alat dan teknik, pengajaran dan pelatihan, involvement, kerja sama, pengukuran dan feedback serta perubahan budaya.

B. Perkembangan Mutu Aliran Manajemen Kualitas juga diwakili oleh Joseph M. Juran lewat karyanya Jurans Quality Handbook yang terbit tahun 1951 dan Juran on Planning for Quality yang terbit tahun 1989. Aliran ini juga ditunjukkan oleh Philip Crosby yang menulis buku Quality is Free. Secara kronologis, perkembangan Manajemen Kualitas diringkas sebagai berikut : 1. 1931: Walther A. Shewhart dari Bell Laboratories menerbitkan Economic Control of Quality of Manufactured Products yang memperkenalkan kontrol kualitas menggunakan statistik. 2. 1950: W. Edwards Deming bicara pada ilmuwan, insinyur, dan eksekutif perusahaan Jepang seputar Manajemen Kualitas. 3. 1951: Penghargaan diberikan Union of Japanese Scientists and Engineers kepada Deming. 4. 1952: Joseph M. Juran menerbitkan Quality Control Handbook. 5. 1970: Philip Crosby memperkenalkan konsep Zero Defects.

Manajemen Mutu

21

6. 1979 : Philip Crosby menerbitkan Quality is Free. 7. 1980: Ford Motor Company mengundang Deming selaku pembicara pada para eksekutifnya. 8. 1981: Bob Galvin, pemimpin Motorola menerapkan peningkatan kualitas berujung pada Six Sigma. 9. 1982: Deming menerbitkan Quality, Productivity, and Competitive Position. 10. 1984: Crosby menerbitkan Quality without Tears: The Art of Hassle-Free Management. 11. 1987: Kongres Amerika Serikat membuat penghargaan Malcolm Baldridge National Quality Award. 12. 1992: Eropa juga membuat penghargaan yang sama disponsori oleh Foundation for Quality Management dengan dukungan European Organization for Quality dan European Commission. Perkembangan Manajemen Kualitas dapat dirangkum sebagai berikut : 1. Quality Control (kendali kualitas) muncul pertama kali dengan fokus perancangan spesifikasi produk dan pengecekan produk sebelum meninggalkan pabrik. 2. Quality Assurance muncul kemudian, fokus pada identifikasi ciri dan prosedur yang bisa dievaluasi dan dikendalikan secara kuantitatif. 3. Total Quality Control (TQC) muncul berikutnya diperkenalkan Feingenbaum tahun 1983 fokus pada Quality Control menjadi tanggung jawab seluruh elemen organisasi. Ia berefek pada produksi, profit, interaksi manusia, dan kepuasan pelanggan. 4. Total Quality Management (TQM) fokus pada pelanggan selaku pusat perhatian dan kualitas merupakan tanggung jawab organisasi secara keseluruhan. [sb]

Manajemen Mutu

22

STANDAR SISTEM MANAJEMEN MUTU

A. Standar Sistem Mutu1. SMM ISO 9001:2000 (sistem manajemen kualitas atau mutu (Quality

Management System, QMS) 2. SML ISO14001 (Sistem Manajemen Lingkungan) 3. OHSAS 18001 (Sertifikasi manajemen kesehatan dan keselamatan kerja) 4. QS-9000 (Quality System Requirement 9000, standar yang berisikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pemasok kepada pihak ketiga OEM (Original Equipment Manufacturer) untuk perusahaan industri otomotif atau elektonik.Keunggulan Komparatif Keunggulan Kompetitif

Manajemen MutuHak & Kedaulatan Nasional

Diskriminatif

STANDARISASI

Non-Diskriminatif

23

Hak & Kedaulatan Internasional

ISO 9001: 2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang dikontrak itu bertanggung Jawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi. ISO 9001: 2000 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang hams dipenuhi oleh produk (barang dan atau jasa). Tidak ada kriteria penerimaan produk dalam ISO 9001: 2000, sehingga kita tidak dapat menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk. ISO 9001: 2000 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. Dengan demikian apabila ada perusahaan yang mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi standar internasional, itu merupakan hal yang salah dan keliru, karena seyogianya manajemen perusahaan hanya boleh menyatakan bahwa sistem manajemen kualitasnya yang telah memenuhi standar internasional, bukan produk berstandar internasional, karena tidak ada kriteria pengujian produk dalam ISO 9001: 2000. Bagaimanapun diharapkan, biasanya tidak selalu bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kualitas internasional akan berkualitas baik (standar).

Manajemen Mutu

24

Persyaratan-persyaratan dan rekomendasi dalam ISO 9001:2000 diterapkan pada manajemen organisasi yang memasok produk, sehingga akan mempengaruhi bagaimana produk itu didesain, diproduksi, dirakit, ditawarkan, dan lain-lain. The International Organization for Standardization (ISO) Technical Committee (TC) 176 bertanggung jawab untuk standar-standar sistem manajemen kualitas ISO 9000 (lihat www.iso.ch). Sejak penama kali dikeluarkan srandar-standar ISO 9000 pada tahun 1987, ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000. Dengan demikian standar ISO 9000 yang terbaru (edisi terakhir) ketika buku ini ditulis adalah ISO 9000 versi tahun 2000. ISO 9000 Versi Tahun 2000 mencakup beberapa seri berikut:1. ISO 9000: 2000 QMS - Fundamentals and vocabulary replacing ISO 8402

and ISO 9000-12. ISO 9001: 2000 QMS - Requirements replacing the 1994 versions of ISO

9001, 9002, and 90033. ISO 9004: 2000 QMS - Guidance for performance improvement replacing

ISO 9004 with most parts4. ISO 19011 Guidance for auditing management systems replacing ISO

10011 and 14011 Perubahan yang signifikan dalam ISO 9001 versi tahun 2000 (ISO 9001: 2000) dibandingkan dengan ISO 9001 versi tahun 1994 (ISO 9001: 1994) adalah penggantian 20 elemen standar menjadi suatu model proses. Model proses dari ISO 9001: 2000 terdiri dari lima bagian utama yang menjabarkan sistem manajemen organisasi, sebagai berikut: 1. 2. Sistem manajemen kualitas (Bagian 4 dari ISO 9001: 2000) Tanggung jawab manajemen (Bagian 5 dari ISO 9001:2000) 25

Manajemen Mutu

3. 4. 5.

Manajemen sumber daya (Bagian 6 dari ISO 9001: 2000) Realisasi produk (Bagian 7 dari ISO 9001: 2000) Analisis, pengukuran dan peningkatan (Bagian 8 dari ISO 9001: 2000)

B. Langkah-langkah Membangun dan Mengembangkan Sistem Manajemen

Kualitas Definisi dari Standar ISO 9000 untuk sistem manajemen kualitas (Quality Management System, QMS) adalah: struktur organisasi, tanggung jawab, prosedurprosedur, proses-proses, dan sumber daya - summer daya untuk penerapan manajemen kualitas. Suatu sistem manajemen kualitas (QMS) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyararan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Sistem manajemen kualitas mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen kualitas secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Terdapat beberapa karakterisrik umum dari sistem manajemen kualitas: Sistem manajemen kualitas mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Kualitas dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama:1. transcendent quality, yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan, 2. product-based quality-, yaitu suatu atribut produk yang memenuhi kualitas, 3. user-based quality, yaitu kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk

(barang dan/atau jasa),4. manufacturing-based

quality,

yaitu

kesesuaian

terhadap

persyaratan-

persyaratan standar, dan

Manajemen Mutu

26

5. value-based quality, yaitu derajat keunggulan pada tingkat harga yang

kompetitif. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem manajemen kualitas berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula bahwa banyak sistem manajemen kualitas tidak akan efektif 100% pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen kualitas juga harus berlandaskan pada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan. Dalam kaitan dengan hal ini, sistem manajernen kualitas merupakan suatu closed loop system yang mencakup deteksi, umpan balik, dan koreksi. Bagaimanapun proporsi terbesar (lebih dari 85%) harus diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak tahap awal. Sistem manajemen kualitas mencakup elemen-elemen: tujuan (objectives), pelanggan (customers), hasil-hasil (outputs), proses-proses (processes), masukan-masukan (inputs), pemasok (suppliers), dan pengukuran untuk umpan-balik dan umpan-maju (measurements for feedback and feedforward). Dalam akronim bahasa Inggris dapat disingkat menjadi: SIPO-COM Suppliers, Inputs, Processes, Outputs, Customers, Objectives, and Measurements. Setiap lingkungan, pelaksanaan proses yang konsisten merupakan kunci untuk peningkatan terus-menerus yang efektif agar selalu memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar global. Terdapat beberapa langkah untuk menerapkan suatu sistem manajemen kualitas (QMS). Uruturutan yang diberikan di sini hanya merupakan suatu petunjuk, yang dapat saja dilakukan bersamaan atau dalam susunan yang tidak harus berurutan, tergantung pada kultur dan kematangan organisasi, tetapi semua langkah ini harus diperhatikan secara serius dan konsisten. Manajemen Mutu 27

C. ELEMEN ISO 9001: 2008 Dalam penerapannya perusahaan akan mengikuti persyaratan yang tertuang dalam Standard International ISO 9001:2008 yang terdiri dari 5 Elemen Besar, yaitu : ELEMEN : 4. SISTEM MANAJEMEN MUTU 4.1. Persyaratan Umum 4.2. Persyaratan Dokumentasi 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 5.1. Komitmen Manajemen 5.2. Fokus terhadap Pelanggan 5.3. Kebijakan Mutu 5.4. Perencanaan 5.5. Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi 5.6. Tinjauan Manajemen 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 6.1. Penyediaan Sumber Daya 6.2. Sumber Daya Manusia 6.3. Prasarana 6.4. Lingkungan Kerja 7. REALISASI PRODUK 7.1. Perencanaan Realisasi Produk 7.2. Proses Berkaitan dengan Pelanggan 7.3. Design dan Pengembangan 7.4. Pembelian 7.5. Produksi dan Penyediaan Jasa 7.6. Pengendalian Alat Pemantauan dan Pengukuran 8. PENGUKURAN, ANALISA DAN PERBAIKAN 8.1. Umum Manajemen Mutu 28

8.2. Pemantauan dan Pengukuran 8.3. Pengendalian Produk Tidak Sesuai 8.4. Analisa Data 8.5. Perbaikan NOTES: PENJELASAN ELEMEN (PERSYARATAN) INI DAPAT DILIHAT DI STANDARD ISO 9001:2008

PRINSIP MANAJEMEN MUTU

A. Standar ISO 9000:2000 1. Prinsip ini berasal dari para ahli Internasional di dalam Technical Committee 176 Quality Management and Quality Assuransce 2. Sebagai dasar dalam merevisi standar ISO 9000:2000 3. Dapat digunakan sebagai kerangka kerja (framework untuk Pedoman Peningkatan Organisasi) Delapan Prinsip tersebut yaitu : 1. Customer Focused Organisation 2. Leadership Manajemen Mutu 29

3. Involvement of People 4. Process Aproach 5. System Approach to Management 6. Continual Improvement 7. Factual Approach to Decision Making 8. Mutually Beneficial Supplier-Relationship B. Standar ISO 9001 Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake Imae ( 1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari sepuluh prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sbb :1. Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan

Pengendalian dan perbaikan mutu merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN, DO, CHECK and ACTION (Urutan Prioritas) dari setiap karakteristik. Setelah memahami ekspektasi pelanggan terhadap karakteristik mutu produk, kita dapat melanjutkan pertanyaan ketiga tentang bagaimana kepentingan relatif ( urutan prioritas ) dari setiap karakteristik itu. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa ini, yaitu: Penyebaran Fungsi Mutu ( Quality Function Deployment = QFD ). Dalam kenyataan , karakteristik mutu yang diinginkan oleh pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggan dan kepentingan relatif dari setiap kreteria dapat saling bertentangan, sebagai misal :a. Mobil dengan akselerasi cepat dan hemat dalam penggunaan bahan bakar

merupakan karakteristik yang diinginkan pelanggan, namun memiliki trade off di antara kedua karakteristik itu.

Manajemen Mutu

30

b. Restoran dengan pelayanan prima, makanan yang enak, dan harga yang

rendah, merupakan karakteristik mutu yang dinginkan oleh pelanggan, namun saling bertentangan dengan satu dan lainnya.c. Sistem komputer dengan keamaman tinggi dan akses yang mudah, merupakan

karakteristik mutu yangdiinginkan pelanggan, namun saling bertentangan antara satu dengan yanglkainnyad. engineering design yang aman, andal, efesien, dan tidak mahal merupakan

karakteristik mutu yang dinginkan pelanggan, namun).

2. Kendalikan Kegiatan Sejak Awal

Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi penerobosan yang tidak perlu yang sebenarnya dicegah.3. Jangan Menyalahkan Orang Lain

Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Bila ditemukan masalah, jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi pikirkanlah penyebab terjadinya masalah dan temukan langkahlangkah perbaikannya.4. Bertindak Berdasarkan Prinsip Prioritas

Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam pemecahan

Manajemen Mutu

31

suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20% penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%.5. Proses Berikutnya Adalah Pelanggan

Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya. Konsep hubungan pelanggan-pemasok ini bisa diaplikasikan secara internal maupun secara eksternal. Secara internal, setiap proses adalah pelanggan saat menerima hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk, mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai langsung suatu produk atau jasa adalah termasuk dalam pengertian hubungan pelanggan-pemasok. Setiap proses berikutnya memiliki empat hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyratan, harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus pelanggan.

6. Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan

Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan. Kondisi yang tidak diinginkan adalah masalah. Misalnya terjadi penyimpangan berat produk. Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling dalam. Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah terulangnya masalah yang sama.Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu maslah.Contoh tindakan pencegahan pada contoh kasus di atas

Manajemen Mutu

32

misalnya melakukan kalibrasi secara berkala terhadap mesin pengantongan dan menyediakan prosedur untuk pemeliharaan preventif. Apa yang dikatakan standar ISO 9001 tentang perbaikan? Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mengeliminasi penyebab terjadinya ketidak sesuaian agar masalah yang sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan dampak yang ditimbulkan. Apa yang dikatakan standar tentang pencegahan? Perusahaan harus memastikan langkah-langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak potensi yang ditimbulkan. Fokus sistem manajemen mutu pada hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan mulai input,proses sampai outpru akhir dengan pendekatan sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif.7. Berbicara Berdasarkan Data

Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan. Dalam penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan yang diambil tepat dan benar. Agar pemanfaatan data dapat tepat dan benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem manajemen mutu industri otomotif ISO / TS 16949 penerapan statistik merupakan keharusan.8. Perbaikan Diawali Dengan Penetapan Sasaran

Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif. Sistem manajemen mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan. Dikatakan : sasaran-sasaran muttu, termasuk sasaran lainnya yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu dibuat spesifik dan sejalan dengan kebijakan mutu.

Manajemen Mutu

33

Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn setelah perbaikan. Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip SMART. S =Spesific : sasaran harus jelas dan spesifik M =Measurable : sasaran harus dapat diukur A =Attainable : sasaran harus realistis dan mungkin dicapai R =Reasonable : harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran. T =Time : sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan.9. Market In Concept

Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan pada kebutuhan pasar. Sebelum memproduksi secara massal sebaiknya prusahaan meliti kebutuhan pasar.Secara lebih fokus kebutuhan pasar berarti melihat kebutuhan,persyratan, harapan, calon pelanggan pad segmen yang menjadi terget.

10.

Biasakan

Mencatat,

Membuat

Prosedur

dan

Menetapkan

Standar. Menyediakan prosedur tertuilis dan penetapan standar mutu/hasil kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga tidakan pengendalian dan penungkatan mutu dapat lebih konsisten dan mudah dilakukan.

Manajemen Mutu

34

ALAT dan TEKNIK PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian Pengendalian Mutu Pengendalian kualitas adalah suatu sistem yang terdiri dari pengujian, analisis dan tindakan-tindakan yang harus diambil dengan menggunakan kombinasi seluruh peralatan dan teknik-teknik yang berguna untuk mengendalikan kualitas suatu produk dengan ongkos minimal, sesuai dengan keinginan konsumen. Manajemen Mutu 35

Pengendalian mutu didefinisikan sebagai keseluruhan cara yang kita gunakan untuk menentukan dan mencapai standar mutu. Dengan kata lain, pengendalian mutu adalah merencanakan dan melaksanakan cara yang paling ekonomis untuk membuat sebuah barang yang akan bermanfaat dan memuaskan tuntutan konsumen secara maksimal. Adapun tahap-tahap yang terdapat dalam proses perencanaan dan pengendalian kualitas, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menentukan atribut kualitas Menentukan cara pengukuran setiap atribut Menentukan standar kualitas produk Menentukan program pemeriksaan Menentukan dan memperbaiki penyebab dari rendahnya mutu produk Menentukan usaha perbaikan B. Alat Pengendalian Mutu Alat bantu yang dikembangkan ialah tujuh alat pengendalian kualitas (The Seven Tools), yaitu : 1. Lembar Periksa (Check Sheet) 2. Histogram 3. Diagram Pareto 4. Diagram Tulang Ikan/ Diagram Sebab-Akibat (Fish Bone Chart) 5. Stratifikasi Masalah 6. Diagram pencar (Scatter Diagram) 7. Peta Kendali Untuk lebih jelasnya ke tujuh alat bantu (The Seven Tools) tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:1.

Lembar Periksa (Check Sheet)

Manajemen Mutu

36

Alat ini berupa lembar pencatatan data secara mudah dan sederhana, sehingga menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, dalam pengumpulan data tersebut. Umumnya Check Sheet ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga pencatat cukup memberikan tanda kolom yang telah tersedia, dan/atau memberikan keterangan seperlunya. Check Sheet mempunyai kegunaan yang cukup banyak di dalam pengumpulan data, sehingga data yang dikumpulkan akan sangat mudah digunakan dan diolah lebih lanjut. Oleh karena itu, Check Sheet sering digunakan di dalam pengendalian kualitas. Ada beberapa jenis Check Sheet yang biasa digunakan, yaitu: a. Check Sheet untuk distribusi proses produksi Data-data yang dikumpulkan adalah ukuran, berat dan diameter yang dihasilkan dari suatu proses. Namun hal ini dilakukan terhadap populasi hasil proses, sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Untuk itu sering dilakukan random dalam pengambilan sampelnya. b. Check Sheet untuk Defective Item Check Sheet ini digunakan untuk mencatat data tentang jumlah defect (cacat), prosentase defect. Dan bila diperlukan, dapat digunakan untuk setiap macam Cause Defective.

c. Check Sheet untuk Defective Location Check Sheet ini digunakan untuk mencatat lokasi defect yang terjadi, pencatatan lokasi defect ini biasanya dilakukan dengan membuat gambar dari produk yang dibuat dan tanda-tanda tertentu diberikan pada lokasi defect. d. Check Sheet untuk Defective Cause

Manajemen Mutu

37

Check Sheet ini digunakan untuk meneliti faktor-faktor penyebab defect untuk masalahmasalah yang lebih komplek, lebih baik digunakan analisa yang lebih mendalam tentang sebab-sebab dan akibat-akibat dengan menggunakan Scatter Diagram. Check Sheet mempunyai banyak tujuan, tetapi yang terutama adalah mempermudah proses pengumpulan data dan dalam bentuk yang dapat dengan mudah digunakan dan dianalisis secara otomatis. Fungsi lembar periksa adalah sebagai berikut: 1) Pemeriksaan distribusi proses produksi. 2) Pemeriksaan item cacat. 3) Pemeriksaan lokasi cacat. 4) Pemeriksaan penyebab cacat. 5) Pemeriksaan konfirmasi pemeriksaan. 6) Lain-lain. 2. Histogram Histogram merupakan diagram batang yang berfungsi untuk menggambarkan bentuk distribusi sekumpulan data yang biasanya berupa karakteristik mutu. Histogram ini dapat dibuat dengan cara membentuk terlebih dahulu Tabel Frekuensinya, kemudian diikuti dengan perhitungan Statistis, baru kemudian mem-plot data ke dalam Histogram. Hasil plot data akan memudahkan dalam menganalisis kecenderungan sekelompok data. Kendala lain, yang kemudian timbul, adalah tentang alat bantu yang dapat dipergunakan secara tepat untuk menganalisis masalah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diciptakan alat-alat bantu yang dapat dipergunakan secara mudah namun tepat untuk membantu pelaksanaan dalam melakukan langkah pemecahan masalah. Berikut ini contoh Diagram Histogram:

Manajemen Mutu

38

Gambar xx Contoh Histogram 3. Diagram Pareto

Suatu diagram atau grafik yang menjelaskan hirarkhi dari masalah-masalah yang timbul sehingga berfungsi untuk menentukan prioritas penyelesaian masalah. Urut-urutan prioritas perbaikan untuk mengatasi permasalahan dapat dilakukan dengan memulai pada masalah dominan yang diperlukan yang diperoleh dari diagram pareto ini. Setelah diadakannya perbaikan dapat dibuat diagram pareto baru untuk membandingkan dengan kondisi sebelumnya. Jadi kegunaan diagram pareto antara lain : a. Menunjukkan masalah utama dengan menunjukkan urutan prioritas dari beberapa masalah. b. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan. c. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah terbatas. d. Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan sesudah perbaikan. Terdapat banyak aspek dalam produksi yang harus diperbaiki, yaitu : cacat, alokasi waktu, peghematan biaya dan seterusnya. Dalam fakta, setiap permasalahan terdiri dari terlalu banyak masalah kecilkecil sehingga menjadi sulit hanya untuk mengetahui bagaimana melangkah ke pemecahannya. Sebuah diagram pareto menunjukkan masalah apa yang pertama harus kita pecahkan untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki operasi. Item cacat yang paling sering muncul ditangani terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan item cacat tertinggi kedua dan seterusnya. Walaupun diagram ini sangat sederhana, grafik balok ini sangat berguna

Manajemen Mutu

39

dalam pengendalian mutu pabrik, kita dapat lebih mudah melihat kerusakan mana yang paling penting dengan grafik balok daripada dengan menggunakan sebuah tabel bilangan saja. Pada sistem pengendalian kualitas, setelah dilakukan langkah-langkah pengendalian proses, maka langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan perbaikan pada faktorfaktor yang masih mempunyai kekurangan walaupun proses telah dikendalikan. Akan tetapi tindakan perbaikan pada faktor-faktor tersebut tidak dapat dilakukan pada saat yang bersamaan karena tidak efisien dari segi ekonomis.

4. Diagram Tulang Ikan/ Diagram Sebab-Akibat (Fish Bone Chart)

Diagram ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari unsur penyebab yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut. Diagram ini sering disebut dengan diagram tulang ikan karena menyerupai bentuk susunan tulang ikan. Bagian kanan dari diagram biasanya menggambarkan akibat atau permasalahan sedangkan cabang-cabang tulang ikannya menggambarkan penyebabnya. Pada umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan dengan masalah kualitas. Sedangkan unsur-unsur penyebab biasanya terdiri dari faktor-faktor manusia, material, mesin, metode, dan lingkungan. Komposisi bahan mentah dapat sedikit berbeda dengan sumber pasokan dan mungkin terdapat perbedaan ukuran dalam batas yang di ijinkan. Mesin kelihatannya berfungsi dengan cara yang sama, tetapi dispersi dapat muncul dari sebuah mesin bila beroperasi optimal hanya sebagian dari sebagian waktu kerja. Metode kerja yang samapun dapat menunjukkan perbedaan dalam hasil prosesnya. Kegunaan dari diagram ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang merupakan sebab pada suatu masalah . Untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh, ada lima faktor utama yang harus diperhatikan yaitu manusia, bahan, metode, mesin dan lingkungan, diagram ini berfungsi : a. Menemukan faktor yang berpengaruh pada karakteristik kualitas

Manajemen Mutu

40

b. c. d.

Prinsip bebas, penyebab yang berdiri sendiri Untuk pengisian digunakan metode sumbang saran Menggunakan metode 4 M + 1 L (manusia, mesin, material, metode, dan lingkungan).

Bila terdapat sedikit perbedaan dalam bahan mentah, peralatan dan metoda kerja, dispersi produk dalam histogram akan bertambah besar. Faktor penyebab sebaran adalah bahan mentah, peralatan, metode kerja dan sebagainya, perbedaan ini menghasilkan dispersi mutu produk. Mutu yang ingin kita perbaiki dan kendalikan disebut karakteristik mutu. Yang dapat menyebabkan penyebaran disebut faktor. Untuk mengilustrasikan pada sebuah diagram hubungan antara sebab dan akibat kita ingin mengetahui sebab dan akibat dalam bentuk yang nyata. Oleh karenanya, akibat = karakteristik mutu, dan sebab = faktor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Lingkungan

Material

Manusia

Masalah

Mesin

Metoda

Gambar 2.3. Contoh Bentuk Diagram Sebab-Akibat Dalam diagram sebab akibat, faktor merupakan penyebab terjadinya cacat, sementara karakteristik mutu merupakan akibat. Pada umumnya, faktor harus ditulis lebih rinci untuk membuat diagram menjadi bermanfaat. 5. Stratifikasi Masalah 41

Manajemen Mutu

Merupakan suatu usaha untuk mengelompokkan usaha (data kerusakan, fenomena, sebab akibat) kedalam kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Dasar pengelompokkan stratifikasi sangat bergantung pada tujuan pengelompokkan sehingga dasar pengelompokkan dapat berbeda-beda tergantung pada permasalahan : a. Sumber daya. b. Hasil. Didalam pengendalian kualitas, stratifikasi terutama ditujukan untuk : a. b. c. d. Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah. Membantu pembuatan diagram tebar . Mempermudah pengambilan kesimpulan didalam penggunaan peta kontrol Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi6.

Diagram Pencar (Scatter Diagram)

Suatu diagram yang menggambarkan hubungan antara dua faktor dengan memplot data dari kedua faktor tersebut dari suatu grafik. Dengan diagram ini kita dapat menentukan korelasi antara suatu sebab dengan akibatnya. Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan regresi atau dengan menggunakan metode nilai tengah. Ada beberapa jenis korelasi yang dapat terlihat dari diagram tebar ini, yaitu :

y

a.x

Korelasi positif y akan naik bila

x naik. Bila x dikendalikan maka y juga akan terkendali.

Manajemen Mutu

42

y

b.

Ada

kecenderungan

korelasi

positif. Bila x naik, y cenderung naik,x y

tapi mungkin ada faktor lain yang berpengaruh. c. Tidak nampak adanya suatu korelasi.

x y x

d.

Ada

kecenderungan

korelasi

negatif. Bila x naik, y cenderung turun.

y

e.

Korelasi negatif, y akan turun

bila x naik.x

Keterangan : a. Pertambahan dalam y tergantung pada pertambahan dalam x. Bila x dikendalikan, y terkendali pula. b. Bila x bertambah, y akan bertambah beberapa, tetapi y seolaholah mempunyai penyebab selain dari x. c. Tidak terdapat korelasi. d. Pertambahan dalam x menyebabkan kecenderungan untuk penurunan y.

Pertambahan dalam x akan menyebabkan penurunan y. Oleh sebab itu, seperti dalam item 1 diatas, x dapat dikendalikan sebagai pengganti y. Manajemen Mutu 43

y

Berikut ini diberikan contoh diagram tebar :

Gambar 2.4. Contoh Bentuk Diagram Tebar

7.

Peta Kendali

Grafik adalah suatu bentuk penyajian data yang terdiri dari garis-garis yang menghubungkan dua besaran tertentu. Grafik terdiri dari tiga jenis yaitu : a. Garis b. Batang c. Lingkaran Cara menggunakan dan membaca grafik akan diuraikan dibawah ini : a. Kedua tabel dan grafik (kecuali grafik lingkaran) dikomposisikan dari sumbu vertikal dan horisontal. b. Grafik balok menunjukkan kualitas yang sangat jelas dan berkaitan antaranya. c. Grafik garis adalah baik untuk menemukan bermacammacam nilai numerik dalam hubungannya dengan ukuran, perubahan dan sebagainya. Peta kendali adalah merupakan grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan batas minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Tujuan menggambarkan peta kendali adalah untuk menetapkan apakah setiap titik pada grafik normal atau tidak normal, dan dapat mengetahui perubahan dalam proses dari mana data dikumpulkan, sehingga setiap titik pada grafik harus mengindikasikan dengan cepat Manajemen Mutu 44

dari proses mana data diambil. Peta ini menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan, meskipun adanya penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali tersebut. Peta kendali dapat digunakan untuk : a. Membedakan variasi yang bersifat acak (random) terhapat variasi yang timbul akibat sebab-sebab tertentu. b. Memonitor terjadinya perubahan proses. c. Membantu menentukan sebab-sebab terjadinya suatu variasi. Bentuk peta kendali bermacam-macam sesuai dengan datanya. Beberapa data didasarkan pada pengukuran seperti pengukuran unit komponen (dalam mm), atau hasil sebuah proses kimia (dalam g). Ini dikenal dengan nilai indiskrit atau data kontinu. Data yang lain didasarkan pada perhitungan, seperti jumlah artikel jumlah cacat atau rusak. Mereka dikenal dengan nilai diskrit atau data yang dihitung. Peta kendali yang didasarkan pada dua katagori data ini akan berbeda. Tabel 2.2 menunjukkan macam data kendali yang digunakan dalam setiap kasus tergantung pada dasar nilai isi indiskrit atau nilai diskrit. Peta kendali juga dapat dibagi kedalam dua tipe sesuai penggunaannya. Seperti dijelaskan diatas, peta kendali yang kita gunakan memberikan banyak informasi daripada data yang digambarkan dalam urutan kronologi : mereka menunjukkan bagaimana pengaruh berbagai faktor (seperti bahan, orang , metoda, dan seterusnya) berubah selama satu periode waktu. Bila dua atau lebih faktor berbeda mengeluarkan sebuah pengaruh, kita harus menstratifikasikan data dan menggambarkan peta terpisahm sehingga setiap pengaruh dapat dipelajari. Sebagai contoh, bila dua macam bahan digunakan perbedaan karakteristiknya dapat dilihat dengan jelas dengan mempunyai peta.

Manajemen Mutu

45

Peta Kendali 12 10 8 6 4 2 0 1 3 5 7 9 Dimensi 11 13

k a W u t

BKA

Gambar 2.5. Contoh Bentuk Peta Kendali Bagan pengendali yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta kendali P. Peta P merupakan peta control proses yang berhubungan dengan karakteristik kualitas yang hanya didapat dan diperoleh sebagai atribut atau karakteristik kualitas yang dianggap sebagai atribut. Peta P digunakan untuk fraksi tolak produk karena tidak memenuhi spesifikasi atau dapat juga dikatakan cacat. Fraksi tolak (P) dedefinisikan sebagai angka rasio antara jumlah produk yang tidak memenuhi spesifikasi pada suatu pemeriksaan dengan jumlah total produk yang diperiksa. Persentase tolak atau 100 P merupakan kelipatan 100 dari fraksi tolak. Untuk perhitungan batas kontrol aktual perlu digunakan fraksi tolak untuk pemetaan dan persentasi umum tentang hasil kepada operator dan manajemen, fraksi tolak biasanya dikonversikan kepersentase tolak. Pemakaian peta P, didasarkan pada konsep yang menyatakan bahwa distribusi nilai P akan mengikuti distribusi binomial. Peta P dapat digunakan pada pemeriksaan 100 % maupun pada sample lot perlot. Batas control yang digunakan pada peta P biasanya adalah 3 , karena pertimbangan ekonomis dan juga mampu memberikan indikasi terjadinya variasi etnik pada proses melalui peta. Hal tersebut didasarkan atas pemikiran bahwa peluang jatuhnya nilai P diluar batas kontrol adalah 0.27 % yang sangat kecil kemungkinannya apabila proses tidak berubah.

Manajemen Mutu

46

C. Teknik Pengendalian Mutu Manajemen Kualitas seringkali disebut sebagai the problem solving, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan metodologi dalam problem solving tersebut untuk meengadakan perbaikan (Ridman dan Zachary, 1993). Ada berbagai teknik perbaikan kualitas yang dapat digunakan dalam organisasi, antara lain:

Masing-masing teknik tersebut mempunyai kegunaan yang dapat berdiri sendiri maupun saling membantu antar satu teknik dengan teknik yang lain. 1. Penyusunan Diagram Pareto Penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah, yaitu: a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristikkarakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya. c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang terkecil. e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian. 2. Penyusunan Histogram Manajemen Mutu 47

Menurut Mitra (1993), langkah penyusunan histogram adalah: a. terkecil. b. c. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Pedoman: banyaknya kelas = n, dengan n = banyaknya data, Biasanya, semua kelas mempunyai lebar yang sama. Lebar kelas = range / banyak kelas. d. e. Menentukan batas-batas kelas. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya. Kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih. Menentukan batas-batas observasi: perbedaan antara nilai terbesar dan

3. Langkahlangkah Membuat Diagram Sebab Akibat Langkahlangkah Membuat Diagram Sebab Akibat Pembuatan diagram sebab akibat diuraikan sebagai berikut: Langkah 1. Tentukan karakteristik mutu. Seperti telah diuraikan diatas karakteristik mutu adalah suatu akibat yang terjadi yang perlu diperbaiki dan dikendalikan. Untuk melakukan hal tersebut, maka perlu diketahui penyebabnya. Langkah 2. Tulislah karakteristik mutu pada sisi kanan. Gambarlah panah besar

dari sisi kiri ke sisi kanan. Langkah 3. Tulislah faktor utama yang mungkin menyebabkan cacat, dengan

mengarahkan panah cabang ke panah utama. Faktor penyebab yang mempunyai kemungkinan besar terhadap dispersi sebaiknya dikelompokkan kedalam itemitem seperti bahan, peralatan (mesin), metode kerja dan metode pengukuran. Setiap grup individu akan membentuk sebuah cabang.

Manajemen Mutu

48

Langkah 4.

Selanjutnya pada setiap cabang, tulislah kedalamnya faktor rinci yang

dapat dianggap sebagai penyebab, yang menyerupai ranting. Dan pada setiap ranting tulislah faktor yang lebih rinci, membuat cabang yang lebih kecil. Langkah 5. Akhirnya, periksalah apakah semua item yng menjadi penyebab

dispersi telah masuk kedalam diagram. Bila semuanya telah tercantum dan hubungan sebab akibat telah digambarkan dengan tepat, maka diagram tersebut telah lengkap. 4. Pengendalian dengan PDCA a. Delapan Langkah Pengendalian Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu, GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8 langkah dan 7 alat secara berkesinambungan yaitu : Delapan Langkah yang digunakan meliputi : P berarti Planning (perencanaan) meliputi 4 langkah yaitu : L1 : Menentukan pokok masalah L2 : Membahas penyebab L3 : Menguji Penyebab L4 : Menyusun rencana penanggulangan D berarti Do (pelaksanaan) meliputi 1 langkah yaitu : L5 : Pelaksanaan penanggulangan C berarti Check (meneliti hasil) meliputi 1 langkah yaitu : L6 : Meneliti hasil A berarti Action (tindakan) meliputi 2 langkah yaitu : L7 : Standarisasi L8 : Langkah berikutnya

Manajemen Mutu

49

Manajemen Mutu

50

b. Penggunaan Delapan Langkah dan Tujuh Alat

Manajemen Mutu

51

c. Keterkaitan Delapan Langkah dengan Tujuah Alat Terhadap Konsep PDCA

Manajemen Mutu

52

D. Tujuh Alat Baru Untuk Peningkatan Mutu Sekitar tahun 1960-an jepang mulai dengan menjalankan isu-isu mengenai strategi kualitas. Selam perjalanan ini, mereka mulai membangun dan mencoba berbgai ideide dan konsep-konseep, beberapa diantaranya dipinjam dari area-area yang lain dalam perencanaan dan analisa strategi bisnis. Akhirnya di tahun 1970-an dan diawal tahun 1980-an jepang dapat menghasilkan tujuh alat pengendali kualitas baru. Ketujuh alat tersebut dikembangkan yang berarti juga untuk mengeksploitasi pernyataan Mizono dan Akao di area baru dari kualitas. Tujuh alat baru ini tidak dikenal dan dipelajari sebagai alat-alat yang fundamental, tetapi bagaimanapun juga ke tujuh lata Bantu baru ini menawarkan hasil yang lebih baik dan menjanjikan dalam pengaruhnya dalam perencanaan strategi kualitas dari alat-alat fundamental. Tujuh alat baru ini lebih kualitatif, terbuka dan sulit untuk ditiru atau dipalsukan dari pada ketujuh alat Bantu lama. Agar implementasi manajemen kualitas berhasil, perusahaan harus melakukan perencanaan dan pengendalian kualitas dengan baik. Untuk melakukan perencanaan dan pengendalian kualitas, diperlukan alat-alat atau metode yang berbasis dat kuantitatif maupun kualitatif. Pemilihan dan penggunaan alat atau metode didasarkan pada kebutuhan yang harus diidentifikasi dengan akurat. Tujuh alat yang digunakan dalam perencanaan dan pengendalian kualitas diantaranya:1. Afinity Diagram (Kwakito Jiro Method)

Afinity Diagram digunakan untuk mengorganisir sejumlah isu ke dalam hubungan yang alami, Adanya kerusakan, tim memiliki sejumlah ide besar, memerelukan solusi pemecahan, isu-isu yang meluas harus diidentifikasi. Afinity Diagram dikembangkan oleh Kwakito Jiro, seorang ahli antropologi jepang pada tahun 1960-an. Kawakito Jiro merupakan trade mark yang terdaftar pada Kawayoshida Research Center. Teknik ini di gunakan untuk pengumpulan dan pengorganisasian sejumlah ide, opini, dan fakta yang berhubungan dengan masalah atau area subyek yang luas. Teknik ini

Manajemen Mutu

53

memberikan peluang bagi pengambil keputusan untuk menyelidiki banyak informasi secara lebih efisien dan mengidentifikasi gejala alami atau pengelompokan informasi. Implementasi teknik ini memerlukan 6-8 orang untuk membahas isu-isu yang sedang berkembang. Misalnya identifikasi komponen-komponen biaya kualitsa yang tidak sesuai. Teknik ini membantu manajer memfokuskan pada isu dan komponen kunci. Sebagai contoh dalam gambar dibawah dalam penentuan komponen biaya kualitas, kelompok-kelompok membuat daftar berbagai elemen dalam model acak. Setelah banyak ide dihasilkan, ide-ide tersebut dikelompokan menurut keterkaitan (affinity) satu sama lain.

2. Relations Diagram (Diagram Hubungan)

Relations Diagram digunakan untuk menunjukan hubungan sebab akibat dan membantu menganalisis dasar keterkaitan antar aspek yang berbeda dalam situasi yang kompleks. Tujuan relations diagram adalah untuk mendapatkan ide sentral dan merencanakan keterkaitan yang logis antar beberapa kategori. Teknik ini sering digunakan setelah affinity diagram memperoleh isu dan masalah dengan fokus yang lebih jelas. Gambar berikut memberikan contoh bagaimana biaya kegagalan kualitas disebabkan oleh beberapa fakto

Manajemen Mutu

54

3. Tree Diagram Tree Diagram (diagram pohon) digunakan untuk mendistribusikan permasalahan dan penyebabnya ke dalam sub masalah dan sub penyebab, tugas yang spesifikasi terpusat tetapi bukan pengerjaan yang ditentukan dengan sederhana, dicurigai bahwa implementasi akan kompleks, adanya akibat-akibat yang kuat untuk hilangnya tugastugas kunci misalnya keamanan atau surat ijin yang legal, seluruh prilaku untuk implementasi harus diselidiki, pemikiran-pemikiran yang meluas harus digagalkan untuk dijadikan rincian implementasi yang spesifik, tugaas dapat ditentukan harus dibuat. Diagram pohon membantu manajer untuk mengubah pemikiran tahap demi tahap dari pemikiran umum ke pemikiran yang lebih spesifik. Diagram pohon digunakan jika ada permasalahan yang rumusnya belum jelas. Diagram pohon biasanya digunakan untuk menterjemahkan hasil dari affinity diagram dan cause effect diagram.

Manajemen Mutu

55

4. Prioritizion Matricsx Digunkan ketika : a. Isu-isu kunci teridentifikasi dan pilihan-pilihan baru dipersempit b. Tidak setuju atas kepentingan relative dari criteria pembuatan keputusan c. Sumber-sumber implementasi yang terbatas mencegah pengerjaan semua pilihan d. Membentuk pilihan yang berhubungan dengan sangat kuat Pilihan-pilihan bertingkat, tidak sederhana dengan tidak membagi tugas-tugas agar selesai 5. Matrix Diaagram Matrix diagram menunjukan hubungan antara dua, tiga atau empat kelompok informasi dan bisa memberi informasi tentang hubungan tersebut, seperti kekuatan hubunga, peran yang dimainkan oleh berbagai individu atau pengukuran. Contoh matrix diagram adalah house of quality, yang digunakan untuk perencanaan dan perbaikan kualitas

Manajemen Mutu

56

6. Matrix Data Analisys Matrix Data Analisys merupakan proses pengambilan adapt dari matrix diagram yang bertujuan untuk menata data secara vkuantitatif untuk menunjukan kekuatan hubungan antara variable yang bisa dilihat dan dipahami dengan mudah. Matrix data analisys merupakan proses yang teliti dan secara statistic didasarkan pada analisys faktor. 7. Process Decision Program Char Metode ini digunakan untuk merencanakan kegiatan dan situasi yang mungkin terjadi. Hal ini bisa terjadi ketika ada perubahan dari pernyataan adanya masalah menjadi kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan kata lain metode ini digunakan untuk merencanakan scenario, jika pada situasi tertentu terjadi masalah, maka maka telah kemungkinan penyelesaian masalahnya telah direncanakan. Misalnya jika pada situasi dan kegiatann ABC terjadi masalah DEF, maka kemungkinan penyelesaian masalahnya adalah GHI atau JKL, atau kemungkinan yang lain. PDPC mengambil setiap cabang dari diagram pohon, mengantisipasi kemungkinan masalah yang terjadi, dan menyediakan tindakan penyelesaian yang bisa mencegah berkembangnya masalah yang lebih luas.

E. Six-Sigma Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy. Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000).

Manajemen Mutu

57

Six sigma mempunyai 2 arti penting, yaitu:1.

Six sigma sebagai filosofi manajemen

Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi proses bisnis dan memuaskan keiginan pelanggan, sehingga meningkatkan nilai perusahaan.2.

Six sigma sebagai sistem pengukuran

Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six sigma diterapkan untuk memperkecil variasi (sigma). Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per Million

Oppurtunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran. DPMO merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang. Dengan menggunakan tabel konversi ppm dan sigma pada lampiran, akan dapat diketahui tingkat sigma. 1. Keunggulan Six-Sigma Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk pemecahan masalah. Six sigma menekankan aplikasi tool ini secara metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan terobosan dalam peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik sehingga dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan pencegahan cacat (defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada di dalam setiap proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara umum. Manajemen Mutu 58

Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya. Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini (Pande, Peter. 2000): a. Pengurangan biaya b. Perbaikan produktivitas c. Pertumbuhan pangsa pasar d. Retensi pelanggan e. Pengurangan waktu siklus f. Pengurangan cacat g. Pengembangan produk / jasa Ditinjau dari alat yang digunakan, Six Sigma cukup luas. Gambar berikut menunjukkan metode-metode yang biasa digunakan dalam Six Sigma.

Metode dan Alat (Tools) Penting dalam Six Sigma

Manajemen Mutu

59

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain adalah: a. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha. b. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan sebagainya. c. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor dan direspon balik dengan cepat. d. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja sigma akan berubah. Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan khususnya Black Belt yang dilatih, juga alat-alat yang digunakan dapat memberikan kekuatan pada proses usaha perbaikan dan usaha pembelajaran. Metode atau alat-alat tersebut antara lain:a. SPC (Statistical Process Control) atau pengendalian proses secara statistik,

berguna untuk mengidentifikasi permasalahan.b. Pengujian tingkat signifikan statistik (Chi-Square, T-Test dan ANOVA), untuk

mendefinisikan masalah dan analisa akar penyebab permasalahan, c. Korelasi dan Regresi, berguna untuk menganalisa akar penyebab masalah dan memprediksi hasilnya. d. Desain Eksperimen, untuk menganalisa solusi optimal dan validasi hasil.e. FMEA (Failure Modes and Effect Analysis), berguna untuk mencari prioritas

masalah dan pencegahannya.f. Mistake - Proofing, berguna untuk pencegahan cacat dan perbaikan proses. g. QFD (Quality Function Deployment), untuk mendesain produk, proses dan

jasa. Manajemen Mutu 60

Terminologi yang menjadi kunci utama konsep six sigma adalah sebagai berikut: a. CTQ (Critical to Quality) = atribut utama dari kebutuhan konsumen. CTQ dapat diartikan sebagai elemen dari proses/ kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap pencapaian kualitas yang diinginkan b. Defect = kegagalan untuk memuaskan pelanggan c. Process Capability = kemampuan proses untuk bekerja dan menghasilkan produk yang berkualitas d. Variation = sesuatu yang dirasakan dan dilihat oleh pelanggan. Six sigma berfoku untuk mengetahui apa penyebab variasi dan mencegah terjadinya variasi itu, sehingga dapat meningkatkan kapabilitas dari proses. e. Stable Operation = menjaga konsistensi dari proses yang telah diprediksi sehingga dapat meningkatkan kapabilitas proses. f. Design For Six Sigma (DFSS) = suatu desain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kemampuan proses. g. DPMO (Defect Per Million Opportunity) = ukuran kegagalan dalam six sigma yang menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan. h. DMAIC = merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju six sigma. 2. Metorologi Six-Sigma Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy. Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000). Proyek six sigma mempunyai impact besar terhadap kepuasan konsumen dan impact yang signifikan pada bottom-line terpilih. Manajemen puncak mempunyai peranan penting selama seleksi proyek dan sebagai leader. Proyek didefinisikan secara jelas dalam hal expected key deliverables, yaitu DPMO level atau sigma quality levels, Manajemen Mutu 61

RTY, Quality Cost dsb. Dalam pendekatan keseluruhan, masalah nyata dibalik kedalam masalah satistik. Hal ini dilakukan dengan mapping proses, yaitu mendefinisikan variable-variabel kunci input proses (key process input variables KPIVs or x's) dan variable-variabel kunci output proses (key process output variables KPOVs or y's). kekuatan statistical tools digunakan untuk menentukan statistical solution. Ada lima tahap atau langkah dasar dalam menerapkan strategi Six Sigma ini yaitu Define-Measure-Analyze-Improve-Control (DMAIC), dimana tahapannya merupakan tahapan yang berulang atau membentuk siklus peningkatan kualitas dengan Six Sigma. Siklus DMAIC dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber : Pande, Peter. 2000

Manajemen Mutu

62

F. Lima S 1. Pengertian 5S 5S adalah huruf awal dari lima kata dalam bahasa Jepang antara lain Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuire yang secara keseluruhan mempunyai tujuan untuk mengurangi limbah atau waste pada semua areal kerja yang ada di perusahaan. Jika dialihbahasakan dalam bahasa inggris maka 5S menjadi Sort, Straigthen, Shine, Standardize, dan Sustain. Sementara dalam bahasa Indonesia 5S lebih dikenal dengan 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Secara prinsip 5S adaah suatu proses perubahan sikap atau budaya kerja dengan menerapkan penataan dari kebersihan tempat kerja, (Hirano, 1995) Program 5S merupakan salah satu metode yang digunakan dalarn Total Quality Management untuk meningkatkan kualitas lingkungan kerja, dimana ha ini adalah tindakan harian yang dianggap penting dan mendasar dalam membuat kondisi kerja yang baik, sehat, bersih, aman, dan bertujuan agar dapat menghasilkan produk dengan biaya rendah dan berkualitas tinggi. Di samping itu 5S juga merupakan sebuah konsep yang dirancang untuk menghilangkan atau mengurangi pemborosan sehingga segala sesuatu yang ada dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini merupakan aktivitas dari 5S :

Manajemen Mutu

63

Sedangkan menurut paparan Takashi Osada dalam buku "Sikap Kerja 5S" (2004) yang diterjemahkan oleh Mariani Gandamihardja, menyampaikan pengertian dari 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) sebagai berikut: "5S adalah bentuk gerakan yang berasal dari kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan di tempat kerja, mengadakan penataan, pembersihan, memelihara kondisi yang mantap dan memelihara kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan balk". Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan awal bahwa: "5S merupakan metode pendekatan secara sistematik guna mengorganisir area kerja, sesuai dengan peraturan dan standar serta mempertahankan kedisiplinan untuk melakukan pekerjaan dengan baik yang disesuaikan dengan keadaan perusahaan dengan tujuan akhir memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya dari tempat kerja". 5S yang pada awalnya dikembangkan di Jepang, akhir-akhir ini telah diadopsi oleh berbagai negara industri maju untuk melakukan perubahan atau revitalisasi industry mereka. Di Inggris dan Amerika, 5S disebut juga sebagai 5C (Clear-out, Configure, Clean, Conform, Custom) kemudian di Jerman mereka menyebutnya 5A Manajemen Mutu 64

(Aussortieren unnotiger Dinge, Aufraumen, Arbeitsplatz sauber halten, Anordnungen zur regel machen, Alle Pungkte einhalten and standig verbessern). Sementara di Indonesia mengenalnya dengan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Sebagai suatu rangkaian kegiatan, 5S terdiri dari lima langkah kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap. Oleh sebab itu tiap-tiap langkah tersebut harus diperjelas dan dipertegas agar konsep 5S dapat dipahami lebih mudah oleh semua elemen di perusahaan dan dapat dilaksanakan.

2. Keunggulan 5S 55 dianggap paling efektif dalam penyempurnaan manajemen setiap perusahaan, terdapat beberapa aktivitas lain yang dianjurkan untuk membentuk tim kerja sama yang lebih baik dan menyempurnakan kondisi kerja. Bila organisasi akan menerapkan 55, juga dapat dilengkapi dengan sistem lain tanpa menemui masalah dan tetap memperoleh hasil yang baik. Ini karena 5S, hanya memerlukan sedikit staf pengambil keputusan yang tangguh dan cermat, 5S akan sangat tergantung pada setiap personel untuk pelaksanakannya dan untuk peningkatkan potensi diri untuk mendukung tujuan perusahaan dan kompetensi setiap personel. Keberhasilan 5S tidak akan tercapai kecuali jika setiap personal tidak ikut terlibat dan berkonsentrasi pada perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya. 5S adalah metode yang paling mudah dipahami tetapi sulit untuk dilaksanakan. Metode ini memungkinkan untuk mendapatkan peran serta secara menyeluruh. 5S adalah prototype atau percontohan dari metode partisipasi secara menyeluruh. 5S adalah implementasi dari bentuk kesenangan dan pengetahuan teknis partisipasi personel perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain dapat dikatakan 5S merupakan alat ukur yang dapat menunjukkan bagaimana suatu perusahaan atau organisasi dikelola dan merupakan suatu tolok ukur keberhasilan bagaimana partisipasi para karyawan disetiap level, apakah sudah baik atau banyak kekurangan. Manajemen Mutu 65

3. Tujuan 5S Tujuan yang diharapkan dengan menerapkan 5S di perusahaan adalah sebagai berikut (Osada, 2004) : a. Keamanan Hampir selama puluhan tahun, kedua kata pemilahan dan penataan menjadi ciri khas pada poster-poster dan surat kabar bahkan di perusahaan-perusahaan kecil. Karena pemilahan dan penataan sangat berperan besar di dalam masalah keamanan.

b. Tempat Kerja yang Rapi Tempat kerja yang menerapkan 5S dengan teliti tidak perlu terus-menerus membicarakan keamanan, dan kecelakaan industri yang dialaminya akan lebih sedikit ketimbang pabrik yang hanya mengutamakan peralatan dan prosedur yang sedemikian aman sehingga tidak mungkin gagal. c. Efisiensi Para ahli diberbagai bidang seperti, juru masak, pelukis, tukang kayu, akan menggunakan peralatan yang baik dan memeliharanya. Mereka tahu bahwa waktu yang dipergunakan untuk memelihara peralatan tidak terbuang percuma, bahkan hal itu menghemat lebih banyak waktu. d. Mutu Elektronika dan mesin-mesin modern memerlukan tingkat presisi dan kebersihan yang sangat tinggi, untuk menghasilkan output yang baik. Berbagai gangguan yang kecil dapat berakibat terhadap penurunan mutu dari output yang dihasilkan. e. Kemacetan Pabrik yang tidak menerapkan 5S akan menghadapi berbagai masalah kemacetan mulai dari mesin yang disebabkan kotoran yang mengendap ataupun kemacetan dalam ingatan karyawan, harus disadari bahwa ingatan seseorang bisa saja salah,

Manajemen Mutu

66

maka daripada itu diperlukan berbagai petunjuk yang melengkapi keterbatasan seorang manusia dalam menjalankan tugasnya.

PENGHARGAAN MUTU

Menurut Eddy Herjanto, dalam bukunya Manajemen Operasi, penghargaan mutu/ kualitas adalah penghargaan yang diberikan kepada individual atau organisasi yang bertujuan untuk mendorong penerapan manajemen mutu. Manajemen mutu disini merupakan suatu filosofi yang mengintegra-sikan beberapa fokus utama, yaitu fokus pelanggan, proses kerja, keuntungan, dan proses belajar yang berkelanjutan. Seperti yang diungkapkan oleh Deming, dalam teorinya tentang 14 butir untuk manajemen, dapat kita pahami bahwa kualitas/mutu suatu produk atau jasa yang jelek bukanlah kesalahan dari pekerja, akan tetapi berasal dari sistem manajemen yang buruk. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan, kita harus memperbaiki sistem manajemen. Salah satu caranya adalah melalui program penghargaan kualitas. Penghargaan kualitas (quality award) diberikan oleh pemerintah terhadap seseorang (individual) ataupun orga-nisasi (misal perusahaan baik perusahaan kecil, menengah, ataupun besar) yang telah berjasa /melakukan tindakan perbaikan/pengembang-an terhadap kualitas, baik dari sistem manaje-men maupun untuk output yang dihasilkan. Sedangkan penghargaan kualitas

Manajemen Mutu

67

nasional me-rupakan suatu bentuk penghargaan kualitas yang diberikan pada masingmasing negara. Penghargaan kualitas dimulai sejak 1950-an, dan kemudian terus berkembang hingga saat ini. Berikut ini adalah beberapa penghargaan mengenai mutu: A. Deming Prize Penghargaan Deming adalah penghar-gaan nasional bagi perusahaan atau individu yang mencapai prestasi di bidang pengendalian mutu. Penghargaan ini di-mulai tahun 1951, yang diselenggarakan dan diuji, serta pemberian penghargaan oleh JUSE (Japanese Union of Scientist and Engineers) Deming Award Comitee. Deming Prize dibagi dalam 4 kategori: (a) Deming Prize for Individual Person, yang diberikan kepada individual yang memberikan kontribusi istimewa dalam me-nyebarluaskan statistical quality control; (b) Deming Application Prize for Division, yang diberikan kepada perusahaan atau divisi yang mencapai peningkatan kinerja luar biasa melalui penerapan company wide quality control berdasarkan statistical quality control; (c) Deming Application Prize for Small Business, hampir sama dengan kategori kedua, tetapi diberikan kepada usaha berskala kecil atau menengah; (d) Quality Control Award, diberikan kepada perusahaan yang telah menunjukkan komitmen yang terus menerus terhadap total quality control paling tidak 5 tahun setelah memperoleh Deming Prize. Kategori yang dinilai dalam mencakup: (1)kebijakan, (2) organisasi dan operasi, (3)pencarian dan penggunaan informasi, (4)analisis, (5) perencanaan ke depan, (6)pen-didikan dan pelatihan, (7) jaminan mutu, (8)dampak mutu, (9) standardisasi, dan (10) pengendalian. (Eddy H, Manajemen Operasi) Deming Prize pada awalnya diberikan hanya untuk individu dan organisasi Jepang saja, akan tetapi sejak tahun 1984 sampai sekarang sudah terbuka untuk umum (individu atau organisasi non-Jepang). Peng-hargaan ini dibuat untuk menghargai jasa Deming yang telah mengenalkan konsep pengendalian dan perbaikan mutu, sehingga Manajemen Mutu 68

industri Jepang berkembang pesat dan menguasai pasar dunia. Penghargaan ini memicu penghargaan-penghargaan lain muncul dan bersaing dalam pasar dunia. B. Malcolm Baldrige National Quality Award Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) dicanangkan pada 20 Agustus 1987 oleh Presiden Reagan yang bertujuan untuk mempromosikan kesadaran mutu, pengakuan terhadap pencapaian mutu oleh perusahaan Amerika, dan mempublikasikan strategi mutu yang berhasil. MBNQA dikelola oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) USDC dengan duku-ngan American Society for Quality (ASQ). (Eddy H, Manaje