gnss latihan soal_enggar budhi sh_37078
DESCRIPTION
GNSS Latihan Soal_Enggar Budhi SH_37078TRANSCRIPT
1
TUGAS SURVEY GNSS
LATIHAN SOAL SURVEY GNSS
Disusun Oleh:
Enggar Budhi Suryo Hutomo (10/301628/TK/37078)
JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2015
2
TUGAS SURVEY GNSS
LATIHAN SOAL SURVEY GNSS
LATIHAN SOAL DAN JAWABAN
1. Pada GNSS (Global Navigation Satellite System), sebutkan perbedaan antara
satelit GPS dan satelit GLONASS!
Jawab:
G P S ( G lo b al P ositio n i n g S yst em ) adalah satelit navigasi milik Amerika
Serikat dan memiliki 24 satelit yang berada d luar angkasa dengan memiliki 6
lintasan orbit yang nantinya memancarkan gelombang radio sehingga diterima
oleh pengguna di bumi. Orbit dari satelit GPS memiliki jarak antar aorbit sebesar
600 dengan inklinasi sebesar 550 relatif terhadap ekuator. Prinsip GPS secara
umum memancarkan sinyal yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang
posisi satelit yang diamat, jarak dari satelit ke receiver dan waktu, serta kesehatan
satelit yang diamat.
G LONASS ( Global n a y a Na v iga t sio nn a y a S p u t n ikova y a S is t e m a)
adalah sistem navigasi satelit milik Rusia dan dioperasikan oleh Coordination
Scientific Information Center (KNITs) Pemerintah Rusia untuk Russian Space
Forces (angkatan ruang angkasa Rusia). Satelit GLONASS merupakan alternatif
atau pelengkap dari satelit GPS, COMPASS dan GALILEO yang terintegrasi
pada sistem GNSS. GLONASS dirancang untuk keperluan militer dan sipil.
Berikut merupakan perbedaan GPS dan GLONASS berdasar parameter –
parameternya.
3
4
2. Sebutkan persamaan GPS dan GLONASS yang signifikan (min. 5 butir)!
Jawab:
Karakteristik Dari GPS dan GLONASS sudah dijabarkan seperti pada jawaban
pertanyaan nomor satu. Beberapa hal yang menjadi persamaan antara GPS dan
GLONASS adalah mengenai sistem yang meliputi orbit satelit, sinyal satelit dan
sebagainya serta juga dilihat dari misi keduanya. GPS dikeluarkan oleh negara
Amerika Serikat dan GLONASS dikeluarkan oleh Rusia (Uni Soviet waktu
peluncuran satelit). Kedua satelit tersebut dibuat dan dibangun oleh Badan
Antariksa masing-masing negara periode 70-80an. Hal itu dilaksanakan sebagai
salah satu bentuk pertahanan dan keamanan kedua negara karena kedua negara
sedang melakukan perang dingin setelah Perang Dunia II selesai.
Persamaan antara GPS dan GLONASS:
No Karakteristik Persamaan
1. Sistem Kerja Menggunakan ECEF-
referenced satellite positions
dimana dihitung dari data
yang diterima berdasarkan
pada konfigurasi orbit satelit
dan bagaimana data-data
orbital direpresentasikan
melalui pesan tersebut.
2. Karakteristik gelombang
penerima
Prosedur pengukur range
receiver pada GPS dan
GLONASS didasarkan pada
struktur dari sinyal gelombang
microwave yang
ditransmisikan oleh satelit
tersebut.
3. Kenampakan Satelit Meskipun memiliki
konfigurasi orbit yang
berbeda, kedua sistem satelit
tersebut menyedakan
kenampakan yang hampir
sama (coverage) terhadap
permukaan bumi ketika
mengitari orbitnya.
Setidaknya terdapat 6-11
satelit yang akan nampak di
segala tempat di penjuru
dunia. Geometri satelit
tersebut diekspresikan dengan
position dilution of precision
(PDOP).
4. Sinyal satelit Baik GPS dan GLONASS
adalah one-way ranging
system yang memiliki tujuan
yang sama yaitu untuk
positioning. Memiliki struktur
sinyal radio yang hampir
sama, yaitu L1 dan L1 band.
5. Akurasi dan Presisi Sinyal
C/A
Pada kedua sistem satelit,
meskipun menggunakan
sinyal L dengan C/A code
frequency keduanya memiliki
kelemahan dalam
memodulasinya sehingga
sinyal C/A lebih lambat 10
kali daripada P-code
frequency. Maka, kedua satelit
tersebut mempunyai mode
yang lebih presisi terhadap P-
code frequency dan memiliki
keakurasian yang lebih rendah
jika menggunakan C/A code
frequency.
6. Waktu perambatan sinyal Kedua satelit memiliki waktu
5
untuk mentransmisikan
sinyalnya pada rentang 50 bits
per detik, arus data yang mana
terdapat berjuta informasi
mengenai status broadcast
satelit individual dan seluruh
konfigurasi satelit yang ada.
7. Misi Satelit Baik GPS dan GLONASS
memang didesain untuk
menjadi sistem navigasi
militer yang mandiri (self-
sufficient).
8. Pengukuran ranging Pengukuran ranging sinyal
(range measurements) antara
satelit GPS dan GLONASS
dikombinasikan dengan
informasi broadcast efemeris
satelit untuk menentukan
posisi dari receiver dan waktu
receiver dengan menggunakan
waktu satelit.
9. Manfaat Informasi Satelit Setelah diimplementasikan
secara penuh, GPS dan
GLONASS digunakan untuk
kebutuhan global, semua
musim, berkelanjutan, real-
time positioning dan
digunakan sebagai navigasi
air, udara, laut dan darat.
10. Jumlah Satelit Setelah implementasi penuh,
kedua sistem baik GPS dan
GLONASS akan terdiri dari
24 satelit meskipun orbit
6
mereka secara teknis berbeda,
GPS memiliki orbit di atas
GLONASS.
3. Jelaskan perbedaan ranging satelit GPS dan GLONASS (min. 5 butir)!
Jawab:
Pada kedua jawaban pertanyaan baik pertanyaan jawaban nomor 1 dan nomor 2
sudah cukup menjelaskan mengenai bagaimana perbedaan dan persamaan
mendasar mengenai satelit GPS dan satelit GLONASS. Berbicara mengenai sinyal
satelit, kembali mereview jawaban nomor 2, karena baik sinyal GPS maupun
GLONAA merupakan sistem dengan sinyal one-way ranging yang bertujuan
sama, mereka mengeluarkan struktur sinyal radio yang hampir sama. Kedua satelit
menghasilkan dua sinyal pembawa (carriers signals), yaitu L1 dan L2, pada L-and
yang terdapat pada spektrum sinyal radio. Sinyal-sinyal tersebut memodulasikan
oleh dua bilangan biner sebagai kode, yaitu: C/A codes dan P-codes, sebagai
pesan yang disampaikan.
No GPS GLONASS
1. Semua satelit GPS
mentransmisikan dua sinyal
pembawa (carrier signals)
pada band L yang sama
frekuensinya dan
memodulasikan sinyal
tersebut dengan satelit
spesifik C/A codes dan P-
codes. Peralatan GPS user
menerima sejumlah sinyal
broadcast dari seluruh satelit
yang nampak (visible
satellites). Sinyal tertentu
dapat disusuri menggunakan
saluran frekuensi radio pada
receiver GPS dengan hanya
Satelit GLONASS
mentransmisikan sinyal
pembawa (carrier signals) pada
saluran L-band yang berbeda,
yaitu pada frekuensi yang
berbeda. Receiver GLONASS
memisahkan sinyal-sinyal yang
datangdari semua satelit tampak
dengan menggabungkan
frekuensi-frekuensi yang
berbeda ke dalam saluran-
saluran penyusurannya (tracking
channels). Prosedur ini dinamai
dengan FDMA (Frequency
Division Multiple Access).
Karena FDMA tidak harus
7
melihat dari modulasi kode
satelit yang unik, kemudian
memapu menolak semua
sinyal yang kodenya berbeda.
mengetahui suatu satelit dengan
modulasi sinyal dengan kode
yang unik, karena semua satelit
GLONASS melakukan
broadcast dengan kode yang
sama.
2. Data clock GPS
ditransmisikan meliputi clock
offset, clock frequency offset
dan clock frequency rate.
Satelit GPS menggunakan
sistem waktu UTC (USNO).
Broadcast data clock GLONASS
dan clock frequency offset
menyatakan perbedaan antara
waktu sebuah satelit GLONASS
dan sistem waktu GLONASS.
Menggunakan sistem waktu
UTC (SU).
3. Broadcast efemeris satelit
GPS mengandung parameter-
parameter dari orbit satelit
seperti variasi linear elips dan
koreksi mengenai
ketidakteraturan (irregularity)
pada orbit, data efemeris
dilakukan updating selama
satu jam. Direferensikan
dalam WGS84.
GLONASS mempunyai cara
yang berbeda dalam
mentransmisikan informasi orbit
satelit. Setiap setengah jam
epoch, setiap satelit langsung
melakukan broadcast posisi
ECEF secara tiga dimensional,
percepatan dan kecepatan.
Koordinat ECEF yang
didapatkan terkait posisi
direferensikan terhadap Soviet
Geocentric System 1985
(sgs85).
4. Data orbital ranging yang
didapatkan merupakan
elemen orbit Keplerian setiap
jamnya.
Data orbital ranging yang
didapatkan yaitu posisi satelit,
kecepatan dan percepatan setiap
setengah jam epoch waktu.
5. Clock data meliputi: clock
offset, frequency offset dan
frequency rate.
Clock data meliputi clock dan
frequency offset.
8
9
4. Jelaskan konsep ranging pengukuran EDM dengan satelit!
Jawab:
Pada EDM menggunakan single frekuensi karena jarak yang diukur relative
sempit sedangkan pengaruh atmosfer relative lebih kecil. Metode pengukuran
jarak (ranging) pada EDM ada dua menggunakan beda fase .
Model matematis metode beda fase :𝐷 = ��𝜆 +
∆𝜆Sedangkan pada satellite GNSS ranging menggunakan gelombang
elektromagnetik denganfrekuensi ganda. Metode frekuensi ganda memanfaatkan
sifat dispersive ionosfer dan diperlukan satelit GNSS frekeunsi ganda untuk
mengeliminer pengaruh ionosfer. Jika data pengamatan frekuensi ganda sinyal
satellite GNSS diperoleh, maka data tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan
estimasi bias ionosfer orde pertama pada sinyal satellite frekuensi tunggal yang
kemudian dapat digunakan untuk menghilangkan pengaruh ionosfer.
Pengukuran jarak (ranging) dari satellite GNSS menggunakan metode beda fase
dan beda waktu, berikut merupakan persamaan matematis ranging :
Keterangan :
ρ adalah jarak geometri sebenarnyaantara satelit dan receiver (m),
c adalah kecepatancahaya (m/s), dt adalah kesalahan jam satelit terhadap waktu
GPS (s),
dT adalah kesalahan jam penerima terhadap waktu GPS (s),
λi adalah panjang gelombang sinyal GPS pada frekuensi Li (m) ,
Ni adalah ambiguitas integer fase gelombang pembawa L (siklus), dtropi adalah
waktu tunda troposfer (m),
Ii adalah parameter waktu tunda ionosfer pada frekuensi Li (m), dorb adalah
10
kesalahan orbit satelit (m),
11
dm adalah efek multipath (m) ,
b adalahwaktu tunda hardware satelit (m),
B adalahwaktu tunda hardware penerima (m),
ε adalah noise pengukuran (m).
5. Buktikan bahwa satelit GNSS adalah satelit orbital (min. 5 butir) berupa
gambar, konsep dan matematis!
Jawab:
Satelit orbital adalah satelit yang diorbitkan pada ketinggian kurang dari 36000
km, biasanya sekitar 500 km diatas permukaan laut. Satelit ini mengandalkan
pada gaya gravitasi bumi dan gaya sentrifugal untuk mengorbit.
Satelit GNSS disebut sebagai satelit orbital karena satelit selalu bergerak sesuai
dengan lintasan orbitnya. Ini terbukti dari Hukum Keppler I yang berbunyi, “Setiap
planet bergerak dalam lintasan elips dan matahari berada di salah satu fokusnya”.
Dalam hal ini, satelit mengorbit dengan lintasan berbentuk ellips dengan bumi sebagai
satu fokusnya, walaupun secara realita orbit satelit tidak berbentuk ellips yang utuh
karena pengaruh pertubasi.
6. Apa fungsi Hukum Newton dan Hukum Kepler pada Survey GNSS?
Jawab:
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika y ang menjadi dasar
mek a nika klasi k . Hukum ini menggambarkan hubungan antara g a y a y ang
bekerja pada suatu benda dan g e r a k y ang disebabkannya. Hukum ini telah
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan
dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki k ece p a tan y ang konstan kecuali
ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut. Berarti jika
r e sul t a n g a y a nol, maka pusat massa d ari suatu benda tetap diam, atau
12
bergerak dengan k e ce p a tan konst an (tidak mengalami percepatan). Hal ini
berlaku jika dilihat dari k e r a n g ka ac u a n ine r sia l .
b. Hukum Kedua: sebuah benda dengan mas s a M mengalami gaya resultan
sebesar F akan mengalami p e r c e p a t a n a yang a rah n y a s ama dengan arah gaya,
dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M.
atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda
sama dengan turu n a n dari mo m e ntum l i n ea r benda tersebut terhadap w a k t u.
c. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang
sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang
memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya
sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun
arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan
F disebut sebagai a ksi d an –F adalah re a ksi n y a .
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh I s a a c N e wton d alam
karyanya Philosophiæ Natural i s Principia M athe m at i c a , pertama kali
diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk
menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun
sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan
bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum g ra vi t a si
umu m , ia dapat menjelaskan hukum pe r g e r a kan p l a n e t m ilik K e ple r .
Hukum Kepler. Hukum gravitasi universal yang dirumuskan oleh Newton,
diawali dengan beberapa pemahaman dan pengamatan empiris yang telah
dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copernicus
memberikan landasan pola berfikir yang tepat tentang pergerakan planet-
planet, yang semula dikira planet-planet tersebut bergerak mengelilingi bumi,
seperti pada konsep Ptolemeus. Copernicus meletakkan matahari sebagai pusat
pergerakan planetplanet, termasuk bumi, dalam gerak melingkarnya.
Kemudian dari data hasil pengamatan yang teliti tentang pergerakan planet,
yang telah dilakukan Tycho Brahe, Kepler merumuskan tiga hukum empiris
yang dikenal sebagai hukum Kepler mengenai gerak planet:
a. Hukum Kepler I. Semua planet bergerak dalam lintasan berbentuk elips
dengan matahari pada salah satu titik fokusnya.
13
b. Hukum Kepler II. Garis yang menghubungkan planet dengan matahari
akan menyapu daerah luasan yang sama dalam waktu yang sama.
c. Hukum Kepler III. Kuadrat perioda planet mengelilingi matahari
sebanding dengan pangkat tiga jarak rerata planet ke matahari. Hukum-
hukum Kepler ini adalah hukum empiris. Keplet tidak mempunyai
penjelasan tentang apa yang mendasari hukum-hukumnya ini. Kelebihan
Newton, adalah dia tidak hanya dapat menjelaskan apa yang mendasari
hukum-hukum Kepler ini, tetapi juga menunjukkan bahwa hukum yang
sama juga berlaku secara universal untuk semua benda-benda bermassa.
Fungsi Hukum Newton pada Survey GNSS:
Hukum Newton terkait pada Survey GNSS utamanya pada cara kerja, konsep
dan metode pengorbitan satelit dan keberlangsungan serta kehandalan dari
satelit tersebut. Hukum Newton yang digunakan pada prinsip substansial
satelit tersebut adalah Hukum Newton I dan Hukum Newton II. Hukum
Newton I yang berbunyi mengenai “hukum kelembaman” memiliki pengaruh
terhadap kinerja dari satelit. Satelit yang akan diedarkan ke lintasan orbit
tersebut dikenai gaya sebesar F yang bekerja mengenai benda, kemudian gaya
tersebut akan membuat benda dalam hal ini satelit tersebut bergerak
14
menembus atmosfer dan melakukan fungsinya dalam mengorbit pada lintasan
orbit satelit. Selain pada saat peluncuran dan pengorbitan, hukum ini juga
berpengaruh terhadap proses ranging dari sinyal elektromagnetik yang ada.
Hukum ini menyatakan bahwa jika r e sul t a n g a y a ( ju m lah v e ktor d ari semua
gaya yang bekerja pada benda) bernilai nol, maka k e c e p a tan b enda tersebut
konstan. Dirumuskan secara matematis menjadi:
Artinya :
Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali ada resultan
gaya yang tidak nol bekerja padanya.
Sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah kecepatannya
kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.
Selain hukun Newton I, prinsip kerja dari satelit juga dapat ditemui pada
Hukum Newton II, dimana hukum II Newton berkaitan dengan kecepatan
danpercepatan atau biasa disebut dengan relativitas. Konsep relativitas yaitu
sebuah konsep dimana segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidak hanya
terdiri atau meliputi sistem sumbu X, Y dan Z saja (3D) tetapi juga terdapat
komponen waktu yang menyusunnya (4D). Dalam salah satu parameter fungsi
dari Survey GNSS utamanya dalam prinsip kerja satelit (satellite vehicle),
didapatkan fungsi persamaan matematis:
f(4D) = F(X, Y, Z, UTC)
Hukum II Newton menjelaskan mengenai konsep sistem orbital pada satelit
yang mana kecepatan dari satelit yang mengorbit akan dipengaruhi oleh massa
satelit tersebut, gaya yang mengenai benda dan arah berupa vektor.
Fungsi Hukum Kepler pada Survey GNSS
Hukum Kepler digunakan untuk aproksimasi orbit satelit dan benda-benda
yang mengorbit matahari. Prinsip Hukum Kepler baik Hukum I, II dan III
memiliki kaitan dengan GNSS dalam hal sistem orbital dari satelit itu sendiri
karena satelit buatan yang digunakan dalam Suvey GNSS utamanya pada
satelit GPS dan satelit GLONASS memiliki sistem orbit tertentu, satelit-satelit
tersebut mengorbit terhadap bumi untuk melaksanakan misinya dan bersama
15
bumi serta benda-benda lain yang mengorbit bumi ikut melakukan perputaran
untuk mengorbit kepada matahari. Sebuah sistem orbital tersebut harus
direncanakan, dirancang dan dibuat sedemikian rupa agar satelit GNSS
mampu melaksanakan misinya dengan maksimal.
Hukum Kepler I mengatakan bahwa “semua planet bergerak dalam lintasan
berbentuk elips dengan matahari pada salah satu titik fokusnya”. Hal itu juga
berlaku pada lintasan orbit satelit. Lintasan orbit satelit juga berbentuk elips
dan pepat pada ekuator langit. Memiliki satu titik fokus pada pusat massa bumi
(asumsi). Seperti pada Broadcast Ephemeris (BE) dan Precise Ephemeris (PE)
yaitu seperangkat/sejumlah koefisien yang digunakan untuk menentukan posisi
satelit pada orbit, dilakukan baik sebelum dan sesudah peluncuran.
Hukum Kepler II mengatakan bahwa “garis yang menghubungkan planet
dengan matahari akan menyapu daerah luasan yang sama dalam waktu yang
sama”, begitu juga pada sistem orbit satelit. Satelit mengorbit mengelilingi
bumi yang mana memiliki titik terdekat (perihelion) dan terjauh (aphelion).
Yang mana hal ini juga berpengaruh sebab gravitasi bumi dan matahari. Pada
lintasan orbit satelit ada yang dinamakan Elemen Keplerian. Elemen Keplerian
tersebut terdiri dari enam komponen yang menjadi penyusun serta salah sekian
dari parameter orbit satelit, seperti inklinasi, ascending node, dan sebagainya.
Hukum Kepler III lebih menjelaskan kepada massa planet dan tata surya. Akan
tetapi, hukum ini juga memberikan gambaran mengenai prinsip kerja dari
16
satelit itu sendiri yang luasan dari orbit terhadap bumi memiliki hitungan
matematis tertentu.
7. Jelaskan tentang World Trade Organization terhadap GPS dan GLONASS!
Jawab:
World Trade Organization adalah sebuah badan internasional resmi yang
mengurusi masalah perdagangan dan hubungan antar negara serta bangsa terkait
dengan peraturan serta hukum (rules and laws) yang mengatur perdagangan
tersebut, mengenai tata cara dan prosedur (procedural reports) melakukan
perdagangan serta urusan dalam hak paten (copyright) [WTO, 2014].
Satelit-satelit di dunia yang telah dibuat oleh beberapa negara seperti GPS,
GLONASS, GALILEO, BEIDO dan sebagainya tidak hanya diluncurkan dalam
rangka misi keilmuan saja, tetapi juga terlibat dalam misi praktis yangdalam hal
ini komersialisasi sangat mungkin dilakukan dan memang harus dilakukan. Hal itu
untuk menghindari adanya pencurian intelektual dan pembajakan terhadap hak
paten dari satelit tersbut. Baik masing-masing satelit tersebut satu sama lain
memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan mungkin tujuan yang berbeda pula
tergantung pada pihak yang mengeluarkan atau negara yang memiliki otorita
spenuh terhadap kepemilikan satelit tersebut.
Setelah mengetahui dan memahami peran serta fungsi WTO dalam perdagangan
dunia. Hal ini erat kaitannya dengan komersialisasi satelit-satelit tersebut.WTO
juga memiliki hak dan ijin untuk mengeluarkan perijinan apakah satelit tersebut
diluncurkan secara legal dan sesuai prosedur. Selain itu, WTO juga memberikan
penanganan mengenai penjualan produk dari satelit tersebut secara legal dan
sesuai prosedur. Hal ini membuat WTO sebagai “polisi perdagangan” yang akan
„mengamankan‟, memberikan kenyamanan bagi pihak produsen maupun pemilik
otoritas penuh dari satelit yang diluncurkan serta konsumen yang akan merasakan
manfaatnya.
Seperti yang sudah dijelaskan, masing-masing satelit memiliki karakteristik yang
berbeda. Contohnya dua satelit positioning terbesar dan paling banyak digunakan
adalah GPS dan GLONASS.
K a r a k te r istik G P S : Satelit GPS menggunakan energi surya. Mereka
dilengkapi cadangan baterai untuk menjaga mereka tetap beroperasi ketika tidak
17
ada tenaga surya, yaitu pada saat terjadi gerhana matahari. Pendorong roket kecil
di setiap satelit menjaga mereka terbang di jalur yang benar.
Berikut adalah beberapa fakta menarik lainnya tentang satelit GPS (disebut juga
NAVSTAR, nama resmi untuk GPS dari Departemen Pertahanan Amerika
Serikat:
Satelit GPS pertama diluncurkan pada tahun 1978.
Konstelasi penuh dari 24 satelit dicapai pada tahun 1994.
Setiap satelit dibangun untuk bertahan sekitar 10 tahun. Penggantian satelit
secara kontinu terus dibangun dan diluncurkan ke orbit.
Sebuah satelit GPS memiliki berat sekitar 2.000 kilogram.
Kekuatan pemancar hanya 50 watt atau kurang dari itu.
Satelit GPS mengirimkan dua sinyal radio berdaya rendah, ditetapkan L1 dan L2.
GPS sipil menggunakan frekuensi L1 yaitu 1575,42 MHz pada pita UHF.
Perjalan sinyal secara line of sight, berarti sinyal tersebut melewati awan, kaca,
plastik, tapi sinyal tidak akan melalui benda-benda padat seperti gedung dan
pegunungan. Sebuah sinyal GPS mengandung tiga bit informasi yang berbeda,
yaiut kode pseudorandom, data ephemeris, dan data almanak. Kode
pseudorandom hanya sebuah kode I.D. yang mengidentifikasi satelit mana yang
mengirimkan informasi. Data ephemeris, yang secara konstan dikirimkan oleh
masing-masing satelit, berisi informasi penting tentang status satelit (sehat atau
tidak sehat), tanggal, dan waktu. Ini bagian dari sinyal yang sangat penting untuk
menentukan posisi. Sedangkan data almanak memberitahu receiver GPS di mana
posisi seharusnya dari setiap satelit GPS sepanjang hari. Setiap satelit
mengirimkan data almanak yang menampilkan informasi orbit untuk satelit
tersebut dan satelit lainnya yang ada dalam sistem.
K a r a k te r istik G LON A S S : GLONASS adalah singkatan untuk Global Sistem
Navigasi Satelit, sistem GNSS saat ini dioperasikan oleh Departemen Pertahanan
Rusia. Program ini pertama kali dimulai oleh Uni Soviet, dan saat ini di bawah
naungan Commonwealth of Independent States (CIS). Uji-satelit diluncurkan ke
orbit pada tanggal 12 Oktober 1982. Konstelasi GLONASS selesai pada 1995
(FOC). Namun, setelah completition, system terdegradasi dengan runtuhnya
perekonomian Russia. Awal 2001, Rusia berkomitmen untuk mengembalikan
18
sistem.
GLONASS Constellation 21 satelit (+3 cadangan aktif) pada ketinggian 19.100
km, satelit mendistribusikan lebih dari 3 orbital pesawat (8 satelit per pesawat)
yang letak kemiringan terhadap ekuator adalah 64,8°. satelit pada ketinggian
19.100 km, periode revolusi dari satelit adalah 11h 16. Pelengkap Sistem
GLONASS memerlukan 24 satelit fungsional. Pada tahun 2009, 17 satelit yang
telah beroperasi dan 10 satelit tambahan yang harus diluncurkan. SIGNAL
GLONASS Serupa dengan GPS, setiap satelit GLONASS mentransmisikan dua
kode (C / A dan P) pada dua frekuensi (L1 dan L2) yang memungkinkan untuk
menghilangkan kesalahan signal dari ionosfer. Namun, untuk GPS, setiap satelit
mentransmisikan kode yang sama, sedangkan untuk GLONASS. Satelit
GLONASS emmit masing-masing signal ditranmisikan pada frekuensi yang
berbeda. Frekuensi rata-rata untuk L1 adalah di sekitar 1602MHz (antara 1597
dan 1617MHz) dan untuk L2 adalah 1246 MHz (antara 1240 dan 1260MHz).
8. Mengapa sinyal GNSS hanya mampu menembus atmosfer?
Jawab:
Sinyal GNSS merupakan sinyal yang menggunakan gelombang elektromagnettik
untuk merambat di atmosfer.
K a r a k te r istik g e l o m b a n g e lekt r o m ag n e ti k : Gelombang Elektromagnetik adalah
gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium. Energi
elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa
diukur, yaitu: panjang gelombang/wavelength, frekuensi, amplitude/amplitude,
kecepatan. Amplitudo adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang
adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui
suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan
merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah
konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding
terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan
semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya. Energi
elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di alam semesta
pada level yang berbedabeda. Semakin tinggi level energi dalam suatu sumber
energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang dihasilkan, dan
19
semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi gelombang digunakan
untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.
a. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang
bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan minimum
pada saat yang sama dan pada tempat yang sama.
b. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya tegak
lurus terhadap arah rambat gelombang.
c. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal.
d. Gelombang elektromagnetik mengalami peristiwa pemantulan, pembiasan,
interferensi, dan difraksi. Juga mengalami peristiwa polarisasi karena
termasuk gelombang transversal.
e. Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifat-sifat
listrik dan magnetik medium yang ditempuhnya.
K a r a k te r istik a t m os f e r : Atmosfer adalah campuran gas yang menyelubungi
permukaan bumi. Campuran gas ini mengitari bumi karena ditarik oleh gaya
gravitasi yang ada pada bumi, campuran gas ini disebut dengan udara. Lapisan gas
tersebut mengelilingi bumi dengan ketebalan yang sulit untuk ditentukan secara
teliti, namun ketebalan rata-rata dari atmosfer ini ditentukan kira-kira sebesar 500
km [Spiegel & Grubber, 1983].
Udara bercampur secara baik di atmosfer. Meskipun bercampur, atmosfer
mempunyai perbedaan-perbedaan yang signifikan dalam temperatur dan tekanan
dalam setiap perbedaan ketinggiannya. Perbedaan ini didefinisikan ke dalam
sejumlah lapisan atmosfer. Atmosfer ini biasanya dibagi menjadi daerah-daerah
atau lapisan-lapisan tertentu menurut suhu atau temperatur, muatan listriknya,
ionisasinya, medan magnetnya, perambatannya dan lainnya sesuai dengan
keperluan yang berbeda-beda. [Seeber, 1993].
Lapisan atmosfer yang akan sangat berpengaruh terhadap perambatan gelombang
utamanya gelombang elektromagnetik sebagai gelombang utama untuk sinyal
GPS yaitu: lapisan troposfer dan lapisan ionosfer. Pada lapisan troposfer terdapat
banyak kandungan uap air dan akan mengalami penurunan secara drastis apabila
mengalami perubahan ketinggian (semakin tinggi, uap air semakin berkurang).
Sedangkan lapisan ionosfer merupakan lapisa yang banyak terkandung dengan
elektron.
20
Karakteristik GPS dan Sinyal: GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan
posisi menggunakan satelit. Sistem GPS dibangun oleh tiga segmen utama yaitu:
segmen ruang angkasa, segmen sistem kontrol dan segmen penerima [Abidin,
2007]. Satelit GPS memancarkan sinyal-sinyal untuk menginformasikan tentang
posisi satelit, jarak dari receiver beserta informasi waktunya, informasi
kelayakgunaan satelit serta informasi pendukung lainnya seperti parameter untuk
perhitungan koreksi jam satelit, parameter model ionosfer satu frekuensi (model
Klobuchar), transformasi waktu GPS ke UTC (Universal Time Coordinate) dan
status konstelasi satelit. Pada dasarnya sinyal GPS dibagi menjadi 3 komponen:
a. Penginformasian jarak (kode) yang berupa kode-P(Y) dan kode-C/A.
b. Penginformasi posisi satelit (navigation message)
c. Gelombang pembawa (carrier wave) L1 dan L2
Dalam perambatannya dari satelit hingga ke pengamat di permukaan bumi, sinyal
GPS harus melalui media ionosfer dan troposfer, dimana dalam kedua lapisan
tersebut, sinyal akan mengalami refraksi serta perlambatan atau percepatan
(atmospheric attenuation) dalam lapisan troposfer. Di samping itu, sinyal GPS
juga dapat dipantulkan oleh benda-benda dis ekitar pengamat sehingga dapat
mengakibatkan multipath, yaitu fenomena dimana sinyal GPS yang diterima oleh
antena melalui dua atau lebih jalur yang berbeda baik langsung maupun tidak
langsung [Abidin, 2007].
Oleh karena itulah kenapa sinyal GNSS dalam hal ini GPS dan GLONASS tentu
saja hanya bisa merambat melalui atmosfer karena sinyal yang digunakan adalah
berupa gelombang elektromagnetik dan gelombang elektromagnetik memiliki
karakteristik fisika dimana dia bisa merambat pada media yang tanpa medium.
Selama densitas dari medium yang digunakan (atmosfer) tidak besar nilainya
maka gelombang elektromagnetik mampu menembusnya. Lapisan troposfer dan
ionosfer pada atmosfer juga turut memberikan perubahan berupa distorsi terhadap
perambatan gelombang elektromagnetik tersebut. Dan itulah mengapa pemetaan
dan penentuan posisi dasar laut (batimetri) tidak menggunakan gelombang
21
elektromagnetik melainkan gelombang sonar karena kemampuan dari
elektromagnetik untuk menembus medium dengan densitas massa besar sangat
kecil kemungkinannya.
9. Jelaskan tentang cara/metodologi inisialisasi orbit satelit GPS/GLONASS!
Jawab:
Jika unit penerima GPS dihidupkan dan telah menentukan suatu posisi untuk
pertama kalinya, di waktu berikutnya dihidupkan lagi, unit penerima GPS tersebut
akan menggunakan data orbit satelit yang telah disimpan sebelumnya dan juga
posisi pematian terakhir kali dari unit penerima untuk menerima dan menghitung
dengan cepat koordinat lokasi saat ini tanpa memerlukan waktu yang lama untuk
menunggu informasi satelit.
I n is i al i s a si G P S dengan pengamatan minimal 4 satelit digunakan untuk
menghitung parameter posisi (XYZtime) dan hasil DOP (Dilution of Precision)
yang relatif stabil. Setelah parameter T (time) GPS telah didapatkan dari inisialisasi
awal, data ini diinjeksikan ke IMU sehingga waktu IMU sama dengan waktu GPS,
sebagai catatan waktu akurat menjadi patokan integrasi GPS/INS. Time pada IMU
digunakan untuk menyesuaikan sumbu-sumbu orientasinya dan secara iterative
mencari arah utara pendekatan.
10. Buktikan bahwa kesalahan blunder dan sistematik akan memberikan
dampak yang luar biasa terhadap positioning yang menggunakan metode
ekstraterestrial!
Jawab:
22
Sumber-sumber kesalahan ada tiga :
a. Kesalahan Blunder
Kesalahan ini tidak selalu terjadi pada setiap survei, bisa dikarenakan:
- Manusia (kemampuan)
- Instrumen
Kesalahan ini harus dihilangkan dengan cara mengganti alat maupun surveyornya,
karena kesalahan ini berpengaruh pada kegiatan akuisisi data, processing dan
preparation. Pada kesalahan ini, harus mengikuri prosedur penggunaan alat,
maupun prosedur pengkuran yang di butuhkan.
b. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik juga tidak selalu terjadi pada setiap survei yang dilakukan.
Kesalahan ini dapat terjadi dikarenakan:
- Ketidak sempuranaan alat
- Lingkungan yang harus diperhitungkan
- Ketidak sempurnaan indra manusia
Kesalahan ini tidak dapat dihilangkan dan hanya dapat diminimalisir dengan cara
memperbanyak jumlah data yang di dapat dengan merekam sebanyak mungkin
sinyal (ranging). Hal ini dapat dilakukan dengan:
- Menambah window observation
- Menambah jumlah receiver
- Menambah sinyal satelit yang terekam
c. Kesalahan Random
Kesalahan ini pasti terjadi pada setiap pengukuran dan tidak dapat dihindari
namun berhubungan dengan akurasi dan presisi. Dimana presisi adalah data yang
konsisten dan menempati pada suatu nilai tertentu sedangkan akurasi adalah nilai
sebenarnya dari suatu pengukuran.
Pada metode ekstra terestrial seperti positioning menggunakan satelit GPS
maupun Glonass kesalahan blunder dan sistematik dari satelit sendiri sudah pasti
dihilangkan, dan hanya tinggal kesalahan random. Namun, dalam proses akuisisi
survei GNSS di lapangan bisa saja terjadi kesalahan blunder,sistematik maupun
23
random dengan sebab sebab seperti yang sudah di jelaskan diatas.
24
Kesalahan blunder maupun sistematik akan berdampak pada
positioning
metode ekstra terestrial dengan dibuktikan dengan elips kesalahan. Dimana jika
elips kesalahan semakin besar, maka semakin kecil kepresisian dari data yang
dihasilkan. Begitu pula sebaliknya. Bentuk, ukuran serta orientasi dari suatu
ellips kesalahan relatif umumnya direpresentasikan dengan parameter-
parameter setengah sumbu panjang (a), setengah sumbu pendek (b) serta sudut
jurusan dari sumbu panjang ellips kesalahan (t). Ketiga parameter tersebut dapat
dihitung berdasarkan pada matriks kovarians dan standar deviasi(S0) dari hasil
proses perataan.
11. Jelaskan tentang konsep linearisasi ranging! Mengapa dibutuhkan
linearisasi?
Jawab:
K o n s e p d a r i r a n gi n g sat e l i t G NSS adalah ketika pada epok waktu tertentu satelit
menyampaikan sinyal gelombang kepada receiver yang ada di permukaan
topografi bumi. Receiver tersebut kemudian menangkap sinyal yang didapatkan
pada saat broadcast ephemeris satelit. Jadi, receiver mampu menangkap sinyal dari
satelit lewat medium atmosfer. Sinyal yang ditangkap berupa sinyal radio berupa
gelombang elektromagnetik. Ketika menembus atmosfer terdapat koreksi-koreksi
berupa koreksi troposfer dan ionosfer. Ketika informasi Broadcast Ephemeris
satelit diperoleh receiver. Maka receiver akan merekam data tersebut ke dalam
storage yang ada.
Data hasil dari ranging sinyal tersebut berupa data waktu seperti clock offset,
frequency offset dan frequency rate. Data waktu yang didapatkan dari sebuah
sinyal satelit akan dirumuskan dalam persamaan matematis. Pada satelit GPS, data
sinyal berupa clock data tersebut membentuk persamaan kuadrat atau yang disebut
dengan persamaan pseudorange. Kesalahan pseudorange tersebut harus
dilinearisasikan sebagai bentuk koreksi terhadap clock data tersebut. GPS
beroperasi pada prinsip bahwa semua satelit harus disinkronisasikan terhadap GPS
master time. Maka dari itu, pengukuran pseudorange harus memberikan basis
waktu umum atau solusi posisi akan sangat tak akurat. Satellite clock,
bagaimanapun tidak saling bersinkronisasi satu sama lain. Maka dari itu, US Air
Force selaku pemilik otoritas resmi GPS memonitor setiap satelit dan secara
25
teratur melakukan uploading koreksi waktu terhadap parameter yang ada dan
dapat digunakan oleh pengguna umum GPS.
Persamaan matematis pseudorange:
Koreksi clock secara single line:
Koreksi clock yang sudah dilakukan hitungan matematis (dual line):
Parameter hasil linearisasi (dalam matriks):
12. Kapan Anda wajib mendiskusikan tentang “random error” untuk positioning
menggunakan linearisasi?
Jawab:
Ran d om E r r or atau kesalahan acak merupakan salah satu kesalahan dan bias
yang terdapat dalam pengukuran. Macam-macam kesalahan dan bias dalam
26
pengukuran sendiri ada beberapa macam yaitu: kesalahan blunder, kesalahan
sistematis dan juga kesalahan acak. Kesalahan acak merupakan salah satu jenis
kesalahan yang pasti dan jelas akan terjadi dalam suatu pengukuran. Sumber dari
kesalahan acak atau random error ini biasanya “unknown” atau tidak diketahui
bisa saja terjadi dan benar-benar terjadi hanya padaa saat pebgukuran dilakukan
dan selebihnya tidak terjadi bisa dari internal maupun eksternal.
Ketika berbicara tentang pengukuran Survey GNSS yang berhadapan dengan
kodisi ekstraterestrial yang tidak menentu ukuran cuaca, keadaan dan sebagainya
tentu saja akan terjadi kesalahan error seperti dalam proses ranging sinyal. Hasil
dari ranging sinyal antara satelit GNSS menuju ke receiver tidak selalu berjalan
mulus. Pasti akan ada hasil ukuran pada suatu epoch tertentu akan mengalami
banyak obstruksi atau noise. Distorsi tersebut sebagai salah satu wujud random
error. Pada ranging sinyal ambil contoh dalam satelit GPS, yang menggunakan
perambatan informasi berupa clock data maka akan didapatkan persamaan
matematis pseudorange. Persamaan pseudorange tersebut harus dikoreksikan agar
bisa menjadi linear.
K e n a p a l in e a r isa si ? Hal itu dilakukan agar kesalahan bisa diminimalisir sekecil
mungkin. Pada proses linearisasi dilakukan proses iterasi hingga data kesalahan
bisa nilainya sangat kecil.
Random error bisa didiskusikan dalam tahap pengolahan data dan pengolahan
hasil. Jika data yang didapatkan akurat atau setidaknya presisi, maka kesalahan
random bisa saja kecil. Tetapi ketika ada data atau beberapa data yang sangat jauh
berbeda dari data lain yang didapatkan perlu diwaspadai adanya random error.
Oleh karena itu diperlukan linearisasi pada proses tersebut.
Kesalahan random memang tak dapat dihindari dalam pengukuran. Akan tetapi,
ada yang namanya TOR (Term of References) sebagai acuan maksimal serta
standar minimal suatu pengukuran diijinkan begitu juga dengan pengukuran
ekstraterestrial.
13. Buktikan bahwa konsep metode absolut dan relatif statik berbeda secara
signifikan!
Jawab:
27
Dalam penentuan posisi menggunakan GNSS, dikenal dua metode
penentuanposisi secara umum, antara lain metode penentuan posisi secara absolute
dan metode relative.
Metode penentuan posisi secara absolute atau yang lebih dikenal dengan point
positioning merupakan penentuan posisi suatu titik secara mandiri dimanasuatu
posisi suatu titik direferensikan terhadap pusat dari system koordinat. Metode ini
merupakan desain awal dari penentuan posisi dengan teknologi GNSS. Dalam
penentuannya, posisi titik yang ditentukan tidak bergantung pada titik lainnya,
maka receiver yang digunakan hanya satu buah.
Metode Absolute Static & Kinematic
Sedangkan metode penenntuan posisi secara relative pada dasarnya adalah
pengamatan posisi satelit GNSS dalam konstelasi yang sama secara bersamaan
dengan rentang waktu yang sama danbertujuan untuk menentukan posisi relatif dua
atau lebih stasiun pengamatan serta menentukan jarak antara dua stasiun atau lebih
yang dikenal dengan jarak basis (baseline). Dalam metode ini posisi suatu titik
ditentukan relatif terhadap titik lainyang sudah diketahui koordinatnya. Titik – titik
yang akan ditentukan posisinya tidak bergerak. Bisa menggunakan data
pseudorange dan/atau data fase. Ukuran lebih pada suatu epok pengamatan
biasanya banyak. Keandalan dan ketelitian posisi yang diperoleh umumnya tinggi.
Aplikasinya untuk penentuan titik –titik kontrol untuk survey pemetaan maupaun
survey geodetic.
26
Metode Relatif Statik
karakteristik Metode
absolute
Metode
relative static
Jumlah antenna tunggal ≥ 2
Status antenna tidak ada sama
Jenis antenna pasif pasif/aktif
Infrastruktur
tambahan
tidak ada tidak ada
27
TI tidak ada tidak ada
Luaran
koordinat
sesaat Pasca
pengukuran
14. Buktikan bahwa relatif kinematik berbasis radio dan NTRIP berbeda secara
signifikan!
Jawab:
Positioning dengan metode relatif berbasis radio adalah penentuan posisi
berbasiskan pada carier phase (beda fase). Prinsip penentuan posisi ini
menggunakan satu stasiun penerima sinyal dan beberapa rover yang dapar
bergerak. Statiun referensi penerima sinyal carrier phase dan unit rover yang
bergerak membandingkan pengukuran fase itu sendiri dengan membandingkan
pengukuran fase yang diterima dari stasiun referensi (base stasion) sehingga
nantinya didapat data koreksi yang dibutuhkan untuk pengukurannya secara Real
Time.
RTK NTRIP adalah sebuah metode pengukuran dengan menggunakan GNSS
Geodetik dengan cara mengirimkan koreksi data GNSS dalam format RTCM
melalui internet sehingga dapat ditentukan koordinat posisi secara real time.
NTRIP dikembangkan untuk aplikasi yang menggunakan transmisi protocol yang
berbasis HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) yang nantinya digunakan sebagai
transfer data. Pengukuran NTRIP dibutuhkan sebuah sim card yang nantinya
digunakan untuk koneksi ke internet.
28
karakteristik Metode
Radio
Metode
relative
NTRIP
Jumlah antenna tunggal ≥ 2
Status antenna tidak ada sama
Jenis antenna pasif pasif/aktif
Infrastruktur
tambahan
tidak ada tidak ada
TI tidak ada tidak ada
Luaran
koordinat
sesaat Pasca
pengukuran
15. Ketika melakukan pengolahan data untuk metode relatif statik berupa jaring
Anda dihadapkan pada permasalahan titik ikat (free network adjustment)
minimal constraint dan full constraint. Buktikan bahwa hal tersebut berbeda
secara signifikan!
Jawab: Perataan jaringan (network adjustment) untuk menentukan koordinat
akhir dari titik-titik kerangka dalam jaringan, baik dengan metode perataan jaring
bebas (free network adjustment) maupun perataan jaring terikat (constrained
29
network adjustment). Pada perataan jaringan, vektor-vektor baseline yang telah
dihitung sebelumnya secara sendiri-sendiri, dikumpulkan dan diproses dalam
suatu hitung perataan jaringan (network adjustment) untuk menghitung koordinat
final dari titik-titik dalam jaringan GPS yang bersangkutan. Hitung perataan
jaringan ini menggunakan metode perataan kuadrat terkecil (least squares
adjustment). Perataan jaringan GPS umumnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu
perataan jaring bebas (free network adjustment) dan perataan jaring terikat
(constrained network adjustment).
Perataan jaring bebas dilakukan dengan hanya menggunakan satu titik tetap dan
dimaksudkan untuk mengecek konsistensi data vektor baseline, satu terhadap
lainnya. Setelah melalui tahapan perataan jaring bebas dan kontrol kualitasnya,
selanjutnya vektor-vektor baseline yang „diterima‟ diproses kembali dalam
perataan jaring terikat. Pada perataan ini semua titik tetap digunakan, dan
koordinat titik-titik yang diperoleh dan sukses melalui proses kontrol kualitas akan
dianggap sebagai koordinat yang final. Perataan jaring terikat diklasifikasikan
menjadi kalsifikasi jaring titik kontrol horizontal. Kasifikasi suatu jaring kontrol
didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari jaring yang bersangkutan,
yang tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan kelas, dan tingkat akurasi
diklasifikasikan berdasarkan orde.
Kelas suatu jaring titik kontrol horizontal ditentukan berdasarkan panjang sumbu-
panjang (semi-major axis) dari setiap elips kesalahan relatif (antar titik) dengan
tingkat kepercayaan (confidence level) 95% yang dihitung berdasarkan statistik
yang diberikan oleh hasil hitung perataan jaringan kuadrat terkecil terkendala
minimal (minimal constrained ). Dalam hal ini panjang maksimum dari sumbu-
panjang elips kesalahan relatif 95% yang digunakan untuk menentukan kelas
jaringan adalah :
r = c ( d + 0.2 )
dengan pengertian :
r = panjang maksimum dari sumbu-panjang yang diperbolehkan, dalam mm;
c = faktor empirik yang menggambarkan tingkat presisi survei;
d = jarak antar titik , dalam km.
30
Orde suatu jaring titik kontrol horizontal ditentukan berdasarkan panjang
sumbu-panjang ( semi-major axis ) dari setiap elips kesalahan relatif (antar titik)
dengan tingkat kepercayaan ( confidence level ) 95% yang dihitung berdasarkan
statistik yang diberikan oleh hasil hitung perataan jaringan kuadrat terkecil. Dalam
penentuan Orde, hitung perataan jaringannya adalah hitung perataan berkendala
penuh (full constrained). Dalam hal ini panjang maksimum dari sumbu-panjang elips
kesalahan relatif (satu deviasi standar) yang digunakan juga dihitung berdasarkan
persamaan di atas.
Berdasarkan nilai faktor c tersebut, dapat dibuat kategorisasi orde jaring titik
kontrol horizontal yang diperoleh dari suatu survei geodetik, seperti yang diberikan
pada Tabel 2.
Dalam klasifikasi jaring titik kontrol perlu diingat bahwa orde yang ditetapkan untuk
suatu jaring titik kontrol :
31
tidak boleh lebih tinggi orde jaring titik kontrol yang sudah ada
yang
digunakan sebagai jaring referensi (jaring pengikat);
tidak lebih tinggi dari kelasnya.
Pada prinsipnya hitung perataan jaringan ini akan berguna untuk beberapa hal,
yaitu :
untuk menciptakan konsistensi pada data-data ukuran vektor baseline ,
untuk mendistribusikan kesalahan dengan cara yang merefleksikan
ketelitian
pengukuran,
untuk menganalisa kualitas dari baseline-baseline, serta
untuk mengidentifikasi baseline-baseline serta titik-titik kontrol yang perlu
„dicurigai‟.
Secara ilustratif, kegunaan dari perataan jaringan ditunjukkan pada Gambar 6.35.
Pada gambar ini ditunjukkan bahwa sebelum perataan jaringan dilakukan, baseline-
baseline belum terintegrasi secara benar dan konsisten, dan koordinat titik-titik
juga belum unik. Setelah hitung perataan, baseline-baseline akan terintegrasi secara
benar dan konsisten, titik-titik akan mempunyai koordinat yang unik. Perlu dicatat
di sini bahwa perangkat lunak untuk perhitungan jaringan dapat merupakan bagian
(modul) dari perangkat lunak komersil pengolahan data GPS, maupun perangkat
lunak perataan jaringan yang khusus, seperti perangkat lunak
GEOLAB
Untuk mengecek kualitas dari koordinat yang diperoleh dari hitung perataan
jaringan, ada beberapa indikator kualitas yang dapat dipantau, yaitu antara lain :
32
rms (root mean squares), harga minimum dan maksimum, serta standar
deviasi dari residual,
faktor variansi a posteriori,
matriks variansi kovariansi dari koordinat,
dimensi dari ellips kesalahan relatif dan absolut,
hasil dari test statistik terhadap residual maupun koordinat,
jumlah vektor baseline yang ditolak (outliers ), dan
perbedaan harga-harga statistik antara yang diperoleh dari hitung perataan
jaring bebas dan dari hitung perataan jaring terikat.
16. Ketika akuisisi data menggunakan metode relatif kinematik berbasis radio,
Anda membutuhkan base station. Mengapa? Buktikan konsep
matematiknya!
Jawab:
Karena base digunakan untuk merekam gelombang satelit GNSS
dan memberikan koreksi differensial terhadap rover.
Model Matematis Metode Penentuan Relatif Kinematik
Dimana p dan q adalah satelit GNSS, sedangkan k adalah receiever yang diam atau
33
base sedangkan k adalah receiver yang bergerak adalah rover . C/A dan P/Y adalah
codes.
17. Ketika Anda melakukan akuisisi data metode relatif kinematik berbasis
NTRIP, Anda membutuhkan berbagai macam koreksi (salah satunya koreksi
differensial). Mengapa? Buktikan secara konseptual!
Jawab:
Me toda N e t w o r k R T K yaitu penentuan posisi suatu titik di lapangan dengan
memberikan koreksi kepada hasil koordinat absolute pada ttik tersebut, dimana
koreksi tersebut didapatkan dari hasil pengolahan data efemeris dari semua
Stasiun referensi diwilayah yang bersangkutan yang di hitung dengan
software applikasi pada server stasiun pengendali. Pengiriman Data efemeris
dari stasiun referensi ke server stasiun pengendali dapat
menggunakan jaringan internet dan menghasilkan koreksi (koreksi besaran
absolute ke besaran differensial antara rover dan stasiun referensi).
Pengiriman posisi absolute suatu Rover ke stasiun pengendali dan pengiriman
koreksi dari Server stasiun pengendali ke rover biasanya mengunakan mobile
phone yang memiliki fasilitas GPRS (General Package Radio Service).
K o r e k si d if f ere n sial (d i ff ere n c i n g t e c hn i qu e s) merupakan salah satu cara untuk
melakukan koreksi terhadap ambiguitas data. Differencing technique adalah
teknik untuk mengeliminasi dan mereduksi dari berbagai kesalahan dan bias
pada data fase dengan cara menyelisihkan dua besaran pengamatan fase.
Beberapa teknik differencing, yaitu single difference, double difference, triple
difference.
Single difference adalah teknik yang dilakukan antar receiver. Jika ada dua
titik dan satu satelit yang terlibat, missal titik A dan titik b dengan satelit J.
Persamaan fase untuk kedua titik tersebut seperti persamaan I.5 dan I.6.
34
Double difference adalah teknik differencing yang dilakukan antar satelit.
Jika ada dua titik dan dua satelit yang terlibat, misal titik A dan titik B dengan
satelit J dan satelit K. Double difference merupakan gabungan dari dua
persamaan single difference, dapat dimodelkan seperti persamaan I.9 dan
persamaan I.10.
Pada teknik double differencing, maka bias jam receiver dapat dieliminasi
namum menyisakan efek troposfer, efek ionosfer, multipath dan ambiguitas fase.
Pada penelitian ini efek troposfer yang masih ada tersebut di eliminir dengan
menerapkan model koreksi Saastamoinen seperti pada persamaan I.3 dan I.4.
35
Triple difference adalah teknik differencing yang dilakukan dari dua data
pengamatan double difference dengan epok yang berbeda. Apabila adalah
epok pertama dan adalah epok kedua maka dapat dibuat persamaan I.13 dan
I.14:
K e s i m pu la n . Perlunya dilakukan koreksi differensial adalah untuk mendapatkan
hasil pengukuran yang bebas dari kesalahan ambiguitas psedorange.
A m b ig u itas f ase adalah jumlah gelombang penuh yang tidak terukur oleh
receiver GPS pada saat pengukuran. Semakin panjang baseline maka kesalahan
ambiguitas fase akan semakin besar. Ambiguitas fase sulit dipisahkan dari
efek kesalahan jam receiver dan jam satelit. Penentukan harga ambiguitas
fase dapat dilakukan dengan pengamatan double difference (Sunantyo, 2003).
Pada RTK NTRIP selain dari koreksi terhadap ambiguitas fase juga terdapat
beberapa kesalahan yang harus dikoreksikan yaitu:
K e tida kp astian e ph emer i s . Ketidakpastian ephemeris adalah kesalahan
dimana posisi satelit yang dilaporkan oleh satelit berbeda dengan posisi
satelit yang 9 sebenarnya. Pada dasarnya terdapat tiga faktor yang
menyebabkan hal tersebut yaitu kurang teleti pada proses perhitungan orbit
satelit, kesalahan dalam prediksi orbit untuk periode waktu setelah uploading,
penerapan Selective Availability. Kesalahan ephemerismempengaruhi ketelitian
dari koordinat yang ditentukan. Efek kesalahan ephemeris akan semakin besar
jika semakin panjang baseline yang diamati. Terdapat beberapa cara untuk
mereduksi efek dari kesalahan ephemeris yaitu menerapakan meteode
differential positioning, memperpendek panjang baseline, memperpanjang
interval waktu pengamatan, menentukan parameter kesalahan ephemeris
dalam proses estimasi hitungan, gunakan precise ephemeris atau rapid ephemeris
(Abidin, 1995).
K e tida kpa stian jam r ece iv e r . Ketidakpastian jam receiver adalah kesalahan
dimana terdapat ketidaksesuaian antara jam receiver dengan jam satelit. Hal
ini disebabkan oleh osilator pada kebanyakan receiver GPS terbuat dari
36
quartz crystal. Osilator tersebut memiliki kelemahan yaitu sangat sensitif
terhadap perubahan temperatur, getaran, dan goncangan (Sunantyo, 2003).
K e tida kp astian j a m s a te l i t . Sistem waktu pada satelit GPS didefinisikan
menggunakan jam atom. Walupun begitu dikarenakan perubahan waktu jam
tersebut akan mengalami penyimpangan (offset, drift dan drift-rate).
Penyimpangan tersebut akan menyebabkan ketidakpastian jam satelit (Abidin,
1995).
E f e k i o n o s f e r . Lapisan ionosfer terdapat pada ketinggian 50 km saampai 1000
km di atas permukaan bumi. Pada lapisan ionofer terdapat elektron bebas.
Elektron bebas tersebut mempengaruhi propagasi sinyal satelit. Efek dari
ionosfer terbesar terdapat pada kecepatan sinyal yang nantinya akan
mempengaruhi hasil ukuran jarak. Ionosfer memperlambat pseudorange dan
mempercepat fase dari sinyal satelit. Besar dan kecilnya efek ionosfer
tergantung pada konsentrasi elektron sepanjang lintasan sinyal serta dari
sinyal yang bersangkutan. Besarnya efek ionosfer dapat direduksi dengan
beberapa cara seperti menggunakan data GPS dua frekuensi, melakukan
differencing hasil pengamatan, memperpendek panjang baseline, melakukan
pengamatan pagi atau malam hari, menggunakan model prediksi global
ionosfer, menggunakan parameter koreksi yang dikirimkan oleh sistem Wide
Area DifferentialGPS (Abidin, 1995).
M u lti p a t h . Multipath adalah fenomena dimana sinyal satelit GPS tiba di
antena melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda (Sunantyo, 2003). Tidak ada
model umum untuk menentukan besarnya efek multipath. Besarnya efek
multipath bergantung pada beberapa faktor seperti jenis dan posisi reflektor,
posisi relatif satelit, jarak reflektor ke antenna, panjang gelombang sinyal,
kekuatan sinyal dan lain-lain. Kombinasi data pseudorange dan fase pada dua
frekuensi (L1 dan L2) dapat mereduksi efek multipath.
Untuk itulah diperlukan adanya Differencing GPS atau koreksi differensial pada
GNSS utamanya pada GPS RTK NTRIP.
18. Ketika Anda melakukan positioning berbasis NTRIP, bisa dilakukan dengan
single-base dan network base. Buktikan bahwa kedua hal tersebut berbeda
secara signifikan!
Jawab:
37
Sistem RTK (Real Time Kinematik) adalah suatu sistem penentuan posisi real
time secara differensial menggunakan data fase. Dalam hubungannya untuk
memberikan data real time, stasiun referensi harus mengirimkan data fase dan
pseudorange kepada pengguna secara real time menggunakan sistem pemancar
dan penerima data yang dapat berfungsi dengan baik sehingga komunikasi data
dapat berjalan dengan baik. Sistem RTK dapat digunakan untuk penentuan posisi
obyek-obyek yang diam atau obyek yang bergerak, sehingga sistem RTK tidak
hanya dapat melaksanakan survey GPS real time tetapi juga dapat melakukan
navigasi dengan ketelitian yang tinggi.
Pada RTK terdapat dua macam tipe yaitu Single Base RTK dan Network RTK.
Berikut adalah penjelasan masing-masing dan keduanya memiliki perbedaan yang
signifikan.
a. Single Base RTK
Merupakan suatu pengamatan differensial dengan menggunakan dua receiver
GNSS yang bekerja secara simultan dengan menggunakan data fase. Koreksi
yang diberikan dikirimkan satu arah dari base station melalui transmisi radio.
Salah satu hal yang membatasi metode ini adalah baseline yang panjang antara
receiver dengan stasiun referensi akan mengurangi ketelitian posisi yang
diberikan karena semakin jauh jarak baseline, proses pemecahan resolusi
ambiguitas antara stasiun referensi dengan receiver sulit untuk dilakukan.
b. Network RTK
Metode ini biasa disebut NRTK adalah suatu metode penentuan posisi secara
differensial yang merupakan pengembangan dari single base RTK. Prinsip
kerja NRTK adalah dengan perekaman data yang dilakukan oleh stasiun-
stasiun referensi dari satelit GNSS secara kontinyu yang kemudian disimpan
dan dikirim ke server NRTK melalui jaringan internet. Data yang dikirimkan
dalam format data mentah yang oleh server digunakan sebagai bahan untuk
melakukan koreksi data yang dapat digunakan oleh pengguna. Data tersebut
diolah dan disimpan dalam bentuk RINEX yang dapat digunakan untuk post
processing ataupun dalam bentuk RTCM yang dikirimkan kepada receiver
yang membutuhkan koreksi data dari stasiun referensi.
NRTK dianggap lebih memberikan keuntungan dalam penentuan posisi
dengan menggunakan GNSS dibandingkan dengan metode single base RTK.
Hal ini dikarenakan pada single base RTK hanya terdapat satu stasiun
38
referensi sehingga kendala jarak antara receiver dan stasiun referensi menjadi
masalah utama. Faktor jarak yang jauh ini juga menjadi penghambat dalam
komunikasi radio, sehingga memungkinkan terjadinya data loss dalam
penyampaian informasi data dari stasiun referensi ke receiver.
VRS (Virtual Reference Station) adalah metode yang biasa digunakan saat ini
untuk penentuan posisi dengan metode NRTK dan telah digunakan selama
hampir satu dekade. Nama dari metode ini didapatkan dari kemampuan user
untuk mendownload data pada sebuah stasiun referensi virtual yang ditentukan
oleh user itu sendiri.
19. MENGAPA ANDA PERLU BELAJAR SURVEY GNSS?
Jawab:
Kegiatan survey untuk tujuan pemetaan berawal dari survey secara terestris. Pada
survey terestris, diperlukan “Kerangka Kontrol” sebagai Kerangka Dasar
Pemetaan. Dengan prinsip mengukur jarak menggunakan alat yang bernama EDM
(Electronic Distance Meter) dan mengukur sudut dengan alat yang bernama
kompas, dan mengukur beda tinggi antara 2 titik kontrol menggunakan alat yang
bernama sipat datar, maka kerangka kontrol dapat diselesaikan, baik itu kerangka
kontrol horizontal (Posisi X dan Y) maupun kerangka kontrol vertical (posisi Z).
Kegiatan survey pengadaan kerangka dasar pemetaan yang dipaparkan diatas
dilakukan secara terestris (seluruh peralatan survey terletak tepat di permukaan
bumi). Kerangka survei yang diadakan menggunakan peralatan-peralatan terestris
39
pun hanya meliputi wilayah yang terbatas, dengan jarak antara titik kontrolnya
maksimal 100 meter. Dengan kemampuan tersebut, bagaimana cara membuat
jaring kontrol yang teliti untuk kerangka dasar pemetaan wilayah yang lebih luas.
Mengingat pada SNI - Kerangka Kontrol Horizontal terdapat ketetapan pengadaan
jarring kontrol sebagaiberikut:
Sumber: SNI 19-6724-2002.pdf
Apabila menggunakan teknologi EDM yang terdapat pada Total Station, maka
tepatnya kita hanya dapat melakukan pengadaan jarring kontrol orde4.
Bagaimana dengan kerangka kontrol orde-orde lainnya untuk pemetaan dengan
wilayah lingkup yang lebih luas? Ya, jawabannya adalah dengan menggunakan
metode Ekstra Terrestrial, adalah metode survey menggunakan alat yang tidak
seluruh alatnya diletakkan di permukaan bumi, melainkan ada alat yang
diletakkan di ruang angkasa. Prinsip penentuan posisi suatu titik dengan metode
ekstra terrestrial dapat direalisasikan dengan Global Navigation Satellite System
(GNSS). GNSS melibatkan peralatan yang bernama “Satelit Pengamat” yang
terletak di ruang angkasa dan “Receiver” yang terletak di permukaan bumi.
Akuisisi data survei GNSS dapat diilustrasikan dengan gambar berikut:
Satelit Pengamat di ruang angkasa berperan memancarkan
40
Gelombang Elektromagnetik kearah receiver yang terletak di permukaan bumi.
Sedangkan receiver berperan menerima sinyal Gelombang Elektomagnetik yang
dipancarkan oleh Satelit Pengamat. Prinsip ranging yang digunakan oleh Satelit
dan Receiver GNSS sama dengan prinsip ranging EDM yang memancarkan
Gelombang Infrared ke Prisma, kemudian dipantulkan kembali oleh prisma dan
diterima kembali oleh EDM untuk memulai penghitungan jarak yang didapat
melalui metode “beda fase” dan “beda waktu”. Alhasil, positioning dengan
menggunakan survei GNSS mampu untuk mengadakan jarring kontrol dengan
jarak antar titik kontrol yang saling berjauhan dengan ketelitian yang tinggi. Hal
tersebut tentunya tidak dapat dilakukan hanya dengan metode terestris
menggunakan Total Station. Untuk itulah diperlukan pengetahuan tentang Survei
GNSS. Karena survei GNSS sendiri sudah diandalkan untuk mengadakan jaring
kontrol orde tinggi seperti pada tabel berikut ini:
41
Sumber: SNI 19-6724-2002.pdf
Perlunya belajar Survey GNSS tidak hanya dari segi keilmuan (kognitif maupun
psikomotorik) saja tetapi juga dari segi afektif. Selain mendapatkan ilmu dasar
dan substansial, kita juga mendapat ilmu lain seperti bagaimana berkomunikasi
dan bagaimana bekerja di dalam sebuah tim. Karena dua kekuatan itulah yang
juga membuat output mahasiswa menjadi lebih handal. Kemampuan dalam
berkomunikasi dan bekerjasama dalam tim, bagaimana memotivasi diri dan
berkembang untuk selalu belajr juga kita dapatkan selama menjalani perkuliahan
Survey GNSS.
20. Ketika Anda melakukan akuisisi data terhadap satelit GNSS, luarannya
akan menyangkut tentang transformasi datum. Mengapa?
Jawab:
Pada poin-poin soal dan jawaban di atas sudah panjang, lebar dan jelas dijabarkan
maupun dijelaskan mengenai apa itu GNSS, konsep GNSS, macam-macam
perlengkapan seperti satelit dan prinsip kerjanya, macam-macam mengenai
konsep GNSS. Pada survey GNSS tentu tak lepas dari beberapa proses atau
tahapan prosedur yang harus dilakukan. Prosedur itu meliputi:
a. Persiapan
b. Akuisisi data
c. Processing
d. Visualisasi hasil
e. Visualisasi analisis
f. Membuat reporting
g. Membuat kesimpulan
42
Dari proses tersebut, akuisisi data adalah sebuah tahapan dalam pengukuran yang
bertujuan untuk mendapatkan data-data hasil pengukuran seperti dalam Survey
GNSS data hasil pengukuran dapat berupa Broadcast Ephemeris, waktu,
koordinat, elevasi dan sebagainya. Ketika berbicara tentang GNSS maka yang
akan dibicarakan adalah metode pengukuran ekstraterestrial menggunakan satelit
buatan manusia yang utamanya untuk navigasi dan penentuan posisi (positioning)
permukaan bumi. Oleh karena itu, akan berkaitan dengan konsep spasial pada
ranah geodesi. Salah satu misi praktis geodesi adalah melakukan pemetaan
(mapping) dan melakukan analisis spasial (geoanalysis) terhadap data ukuran. Jika
berbicara tentang ukuran menurut ranah geodesi, kita akan mengetahui tentang
referensi yang dijadikan acuan. Referensi ini yang dinamakan dengan datum.
Datum tersebut secara geometri disimbolkan dengan elipsoid sebagai acuan dalam
model bentuk bumi.Untuk pekerjaan geodesi, selain ellipsoid referensi, diperlukan
juga suatu datum yang mendefinisikan system koordinat. Datum secara umum
merupakan besaran-besaran atau konstanta yang dapat bertindak sebagai referensi
atau dasar untuk hitungan besaran yang lain.
Da t u m g e o d e si merupakan sekumpulan konstanta yang digunakan untuk
mendefinisikan system koordinat yang digunakan untuk control geodesi. Untuk
mendefinisikan datum geodesi yang lengkap diperlukan 8 besaran:
a. tiga konstanta (X0, Y0, Z0) untuk mendefinisikan titik awal sistem koordinat,
b. tiga besaran untuk menentukan arah sistem koordinat, dan
c. dua besaran lainnya ( setengah sumbu a, dan pegepengan f) untuk
mendefinisikan ellpsoid.
Pada survey GNSS, elipsoid referensi yang digunakan tidak hanya mengacu pada
sebuah negara melainkan sebuah elipsoid referensi global atau datum global.
Da t u m glo b al adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang
dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk seluruh permukaan bumi –
datumnya menggunakan ellipsoid global. Contohnya, 1984 departemen
pertahanan amerika (DoD) mempublikasikan datum WGS84. Datum ini
dikembangkan oleh DMA (Defense Mapping Agency) merepresentasikan
pemodelan bumi daristandpoint gravitasional, geodetik, dan geometrik dengan
menggunakan data teknik, dan teknologi yang sudah ada.
Karena setiap negara memiliki datumnya masing-masing sedangkan GNSS
utamanya GPS menggunakan datum global sebagai elips acuan dan GLONASS
43
Rusia menggunakan datum SGS85 (datum UniSoviet), maka tentu saja negara
yang akan menggunakan data hasil akuisis dari GNSS harus melakukan apa yang
dinamakan TRANSFORMASI DATUM.
Prinsip transformasi Datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama.
Selanjutnya, titiktitik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai
datum. Dari koordinat-koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara
datum-datum yang bersangkutan. Hubungan matematis antara datum ini dapat
dinyatakan dengan 7 parameter transformasi sbb: Translasi titik asal (origin) dx,
dy, dz; rotasi sumbu koordinat rx, ry, rz; dan skala S.
Macam-macam transformasi yaitu: transformasi Affine, transformasi konformal,
dan sebagainya.
Oleh karena itu, agar data hasil akuisisi bisa memperoleh tujuan yang jelas untuk
keperluan posisi navigasi suatu negara harus ditransformasikan dan disesuaikan
sedemikian rupa dengan sistem yang dipakai oleh suatu negara. Misal, Indonesia
menggunakan referensi SRGI 2013 sekarang ini. Sedangkan data hasil GPS
tereferensi ke datum global WGS 84. Oleh karena itu, agar hasil data GPS tersebut
dapat digunakan dan sesuai akurasi presisi dengan real world harus dilakukan
transformasi datum terlebih dahulu dengan mengubah dari WGS84 ke SRGI13.
Transformas juga dapat dilakukan pada sistem koordinat yang digunakan pada
datum. Biasanya hasil akuisisi data GNSS akan mendapatkan hasil koordinat
pendekatan menggunakan sistem lintang bujur. Oleh karena itu jika ingin
mengubah dari sistem geodetis (lintang-bujur) ke sistem koordinat kartesian harus
juga dilakukan transfomasi koordinat.