glukosa - copy

5
A. Tanggal Praktikum : 13 Maret 2015 B. Tujuan Praktikum : 1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan infusa glukosa 2. Mahasiswa mampu mengetahui kejernihan suatu sediaan infusa 3. Mahasiswa mampu menghitung isotonis suatu sediaan steril C. Dasar Teori Sediaan-sediaan farmasi pada proses pembuatannya kemungkinan dapat tercemar oleh mikroorganisme terutama pada bahan bakunya. Pada waktu penggunaan dapat pula terjadi kontaminasi. Sediaan obat yang telah terkontaminasi dapat menyebabkan kerusakan seperti turunnya potensi, berubahnya rasa maupun bau dan terjadinya reaksi pirogenik, sehingga akan terjadi infeksi pada pengguna. Kontaminasi akan mempercepat berkembangnya mikroorganisme dalam sediaan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sediaan obat harus steril dan berlabelkan steril. Oleh karena itu, perlu proses sterilisasi dan uji sterilitasnya. Steril berarti bebas dari jasad renik, bakteri pathogen dan non pathogen, vegetatif atau non vegetatif. Apabila pada penandaan obat diterakan kata steril, maka ini berarti bahwa batch yang sampelnya diuji sterilitasnya adalah steril. D. Peralatan dan Reagensia a. Peralatan uji

Upload: tia-riesta

Post on 18-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

glukosa

TRANSCRIPT

A. Tanggal Praktikum : 13 Maret 2015B. Tujuan Praktikum : 1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan infusa glukosa2. Mahasiswa mampu mengetahui kejernihan suatu sediaan infusa3. Mahasiswa mampu menghitung isotonis suatu sediaan sterilC. Dasar TeoriSediaan-sediaan farmasi pada proses pembuatannya kemungkinan dapat tercemar oleh mikroorganisme terutama pada bahan bakunya. Pada waktu penggunaan dapat pula terjadi kontaminasi. Sediaan obat yang telah terkontaminasi dapat menyebabkan kerusakan seperti turunnya potensi, berubahnya rasa maupun bau dan terjadinya reaksi pirogenik, sehingga akan terjadi infeksi pada pengguna. Kontaminasi akan mempercepat berkembangnya mikroorganisme dalam sediaan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sediaan obat harus steril dan berlabelkan steril. Oleh karena itu, perlu proses sterilisasi dan uji sterilitasnya. Steril berarti bebas dari jasad renik, bakteri pathogen dan non pathogen, vegetatif atau non vegetatif. Apabila pada penandaan obat diterakan kata steril, maka ini berarti bahwa batch yang sampelnya diuji sterilitasnya adalah steril.D. Peralatan dan Reagensiaa. Peralatan uji Kaca arloji Spatel logam Beaker glass Botol infusa Gelas ukur 100 ml Corong dan kertas saring Batang pengaduk Gelas ukur 10 mlb. Reagensia Aquadest pro injectionum NaCl Glukosa Karbon aktifE. Proses PengolahanNoPengolahan

1Larutkan glukosa dalam sebagian a.p.i bebas CO2 dan O2

2Larutkan NaCl dalam sebagian a.p.i

3Kedua campuran tersebut dicampur

4Larutan ditambahkan a.p.i ad 250 ml, cek pH 6

5Tambahkan karbon aktif 0,1%, dipanaskan dan diaduk (60-70C) selama 15 menit (12.25-12.40 WIB)

6Larutan disaring panas-panas dan filtrat dibuang

7Larutan kemudian diisikan ke dalam botol infus sebanyak 105 ml

9Sterilisasi dalam otoklaf 115-116C selama 30 menit

F. Hasil Pengamatan EvaluasiNoJenis EvaluasiPenilaian

1Penampilan fisik wadah

2Jumlah sediaan

3Kejernihan sediaan

4Keseragaman volume

5Brosur

6Kemasan

7Etiket

PenimbanganBahanSatuan DasarVolume Produksi

100 ml

Glukosa5 g

NaCl0,035 g/35 mg

Karbon100 mg

Tonisitas Kelengkapan ZattbC

Glukosa 0,15

Perhitungan tonisitas

W = 0,0347 % (hipotonis) jika positif artinya hipotonisUntuk membuat supaya larutan tersebut isotonis, maka ditambahkan NaCl sebanyak 0,0347 % (

G. PembahasanSterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Injeksi adalah suatu sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Hasil perhitungan tonisitas yang diperoleh adalah sebesar 0,2995% menunjukkan bahwa sediaan kami merupakan sediaan yang hipotonis. Sediaan hipotonis tidak diizinkan dalam pembuatan sediaan injeksi karena ini akan mengakibatkan sel darah merah menjadi pecah dan akan sangat berbahaya bagi penggunanya. Oleh sebab itu, diperlukan penambahan NaCl dalam pembuatan sediaan ini untuk mencapai kadar isotonis. Keadaan isotonis atau hipertonis dari sediaan harus dipenuhi yaitu agar tidak menimbulkan rasa nyeri pada saat penyuntikan. Arti isotonik adalah tekanan yang dihasilkan injeksi tersebut sama dengan tekanan dalam cairan tubuh. Tekanan dalam cairan tubuh setimbang dengan 0,9 % NaCl, sehingga perlu penambahan NaCl.

H. KesimpulanDari praktikum pembuatan sediaan steril Aneurin HCl ini dapat disimpulkan bahwa : Penambahan NaCl dalam pembuatan sediaan ini untuk mencapai kadar isotonis. Larutan memiliki pH 3 dan memasuki rentang pH stabilitas. Hasil evaluasi dari pembuatan Aneurin HCl dalam bentuk ampul ini menghasilkan buah ampul dalam keadaan baik, dengan larutan jernih dan volume di di dalam ampul adalah seragam.

I. Daftar PustakaAnief, Moh. Ilmu Meracik Obat, teori dan praktek. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000.Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV, Jakarta.Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta.Lachman, Leon. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1989.Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),1989.