glaukoma
DESCRIPTION
glaukomaTRANSCRIPT
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
STATUS PASIENDokter Muda
Nama Dokter muda Meli Ardianti Muchtaridi Tanda tanganNIM 406138039Tanggal 9 September 2015Rumah Sakit Bhayangkara SemarangGelombang Periode 31 Agustus – 3 Oktober 2015
Nama Pasien Ny.AWUmur 31 tahun
Alamat Klipang, Semarang
Jenis Kelamin Perempuan
Pekerjaan PNS
Agama Islam
Pendidikan Sarjana
Status Pernikahan Sudah Menikah
No. RM 10-08-065194
Diagnosis
Hordeulum OSPseudoptosis ODKelainan refraksi ods
ANAMNESIS (Autoanamnesa dari pasien pada 16 Oktober 2015 pukul 10:20 WIB)
Keluhan Utama Benjolan pada kelopak atas mata kanan
Keluhan Tambahan
Penglihatan silau apabila melihat sinar secara langsung
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RS Bhayangkara dengan keluhan terdapat benjolan pada kelopak mata sebelah kaann sejak 3 bulan yang lalu. Benjolan mengganjal, terkadang terasa sakit dan gatal. Awalnya benjolan terasa kecil dan lama-kelamaan membesar. Untuk keluhan ini pasien baru satu kali kontrol ke dokter spesialis Mata dan diberikan terapi berupa salep mata. Sekarang pasien mengatakan benjolan terasa semakin mengecil.Pasien juga mengatakan matanya terasa silauapa bila melihat melihat cahaya yang cukup terang. 25 tahun yang lalu, awalnya pasien mengeluh penglihatannya kabur baik saat melihat dekat maupun jauh dan semakin lama semakin memburuk. Pasien juga merasa sangat silau saat melihat cahaya, kemudian setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis mata, pasien didiagnosis menderita
katarak senilis pada kedua matanya. Lalu pada tahun 1994 pasien menjalani operasi katarak pada mata kirinya dan dipasang lensa tanam, dan pada tahun 1996, pasien menjalani operasi katarak pada mata kanannya yang juga dipasang lensa tanam.Setelah menjalani operasi katarak, awalnya pasien merasa lebih jelas ketika melihat dekat maupun jauh, namun tidak lama setelah itu, pandangan pasien menjadi agak kabur lagi. Pasien mengaku kesulitan saat ingin membaca surat kabar maupun saat melihat tulisan di tempat yang jauh. Sebelumnya pasien belum pernah menggunakan kacamata. Pasien juga mengatakan bahwa pasien pernah menyerempet saat mengendarai kendaraan, karena penglihatan kanan dan kirinya menjadi lebih sempit. Pasien juga mengatakan 10 tahun terakhir ini, pasien harus menoleh untuk melihat sekelilingnya. Setelah diperiksa lebih lanjut oleh dokter spesialis mata, pasien didiagnosa menderita glaukoma oleh dokter.Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri pada matanya, sakit kepala, mata merah, dan melihat pelangi di sekitar lampu.Sebelumnya, pasien adalah PNS dan mengaku penglihatannya bagus saat masih muda. Hanya ketika pasien berusia 64 tahun, pasien menggunakan kacamata baca spheris +3,00 di kedua matanya.Pada tahun 2014, pasien baru saja menjalani operasi glaukoma pada mata kanannya. Pasien mengatakan bahwa lapang pandang sebelah kanan lebih baik daripada mata sebelah kiri setelah operasi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah operasi katarak dan dipasang IOL pada mata kanan dan mata kirinya. Pada mata kiri dioperasi pada tahun 1994, dan pada mata kanan dioperasi pada tahun 1996.
Pasien mengaku sudah pernah dioperasi glaukomanya yaitu pada mata sebelah kanan pada tahun 2014.
Riwayat trauma (-), kencing manis (-), darah tinggi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa pasien mempunyai 2 orang sepupu yang mengalami hal serupa, dan satu sepupunya sudah kehilangan penglihatannya.
Riwayat kencing manis (-), darah tinggi (-) Beberapa anggota keluarganya menggunakan kacamata minus
Kebiasaan / Lingkungan
Pasien jarang membaca sambal tiduran ataupun di tempat yang gelap
Pasien selalu memakai kacamata saat membaca Pasien tidak pernah menggunakan kacamata anti UV atau
pelindung mata saat beraktivitas di luar rumah.
Anamnesis Sistem
1. Cerebrospinal Dalam batas normal
2. Cor Dalam batas normal
3. Respirasi / Pulmo
Dalam batas normal
4. Abdomen Operasi batu empedu 3 bulan yang lalu
5. Urogenital Operasi batu kandung kemih tahun 1977
6. Extremitas / Musculoskeletal
Dalam batas normal
Kesimpulan Anamnesis
- ODS penglihatan kabur sejak kurang lebih 25 tahun yang lalu- ODS riwayat operasi katarak dan sudah dipasang IOL- Lapangan pandang pasien menyenpit pada mata kanan dan kiri, terutama pada mata
kiri- Riwayat operasi glaukoma pada mata kanan- Riwayat glaukoma pada keluarga (+), yaitu pada 2 sepupunya- riwayat trauma (-), kencing manis (-), darah tinggi (-)
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (Dilakukan pada tanggal 9 September 2015, pukul 09:50 WIB)
Pemeriksaan OD OS PenilaianDikerjakan Tidak
Visus Jauh 0,3 F1 ph 0,3 1/60 ph 1/60 √Refraksi - - √Koreksi - - √Visus Dekat +3,00 +3,00 √Proyeksi sinar √Persepsi Warna (Merah, Hijau) √
PEMERIKSAAN OBYEKTIF (Dilakukan pada tanggal 9 September 2015, pukul 10:50 WIB)
Pemeriksaan OD OS PenilaianDikerjakan Tidak
1. Posisi mataOrtoforia Ortoforia √
2. Gerakan bola mata √
3. Lapang pandang Ada penyempitan Tunnel vision √4. Kelopak mata(Superior et Inferior)
S I S I
Benjolan - - - - √ Edema - - - - √ Hiperemis - - - - √ Ptosis - - - - √ Lagophthalmos - - - - √ Ectropion - - - - √
Entropion - - - - √5. Bulu mata
Trikiasis - - √ Madarosis - - √ Krusta - - √
6. Aparatus Lakrimalis
Sakus lakrimal Hiperemis - - √ Edem - - √ Fistel - - √
Punctum lakrimal Eversi - - √ Discharge - - √
7. KonjungtivaK. Bulbi
Warna Transparan Transparan √ Vaskularisasi - - √ Nodul - - √ Edema - - √
K. Tarsal superior Hiperemis - - √ Folikel - - √ Papillae - - √ Korpus alineum - - √
K. Tarsal inferior
Hiperemis - - √
Folikel - - √
Papillae - - √
Korpus alineum - - √
8. Sklera
Warna Putih Putih √
Inflamasi - - √
9. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih √
Ukuran 10-12 mm 10-12 mm √
Permukaan Rata Rata √
Limbus Jernih Jernih √
Infiltrat - - √
Defek - - √
Edema - - √
10. Camera oculi anterior Kedalaman Dalam Dalam √
Hifema - - √
Hipopion - - √
11. Iris Nekrosis
Warna Hitam kecokelatan
Hitam kecokelatan
√
Sinekia - - √
Iridodenesis - - √
Neovaskularisasi - - √
12. Pupil
Ukuran 2 mm 2 mm √
Bentuk Bulat Bulat √
Tepi Rata Rata √
Simetris Simetris Simetris √
Reflekks direk + + √
Refleks indirek + + √
13. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih √
Luksasio - - √
Afakia - - √
IOL + + √
14. Reflek fundus (+) agak suram (+) agak suram √15. Shadow test + + √16. Korpus vitreum √
17. Tekanan intra okuler dengan palpasi
17,3 12,2 √
KESIMPULAN PEMERIKSAANOD OS
VOD = 0,3F1 ph 0,3ADD +3,00
Camera Oculi Anterior : kedalamannya dalamTerpasang IOLRefleks Fundus : (+) agak suramShadow Test (+)C/D ratio : 0,8Nekrosis (+) pada irisLapang pandang OD menyempit
VOS = 1/60 ph 1/60ADD +3,00
Camera Oculi Anterior : kedalamannya dalamTerpasang IOLRefleks Fundus : (+) agak suramShadow Test (+)C/D ratio : 0,9Nekrosis (+) pada irisLapang pandang OS tunnel vision
Resume Total:
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki-laki berusia 72 tahun datang untuk kontrol glaukomanya. 25 tahun yang lalu, awal keluhan pasien adalah penglihatan kabur baik saat melihat jauh maupun dekat, sangat silau saat melihat cahaya, saat diperiksakan ke dokter, pasien didiagnosa katarak senilis pada kedua matanya. Pada tahun 1994 pasien menjalani operasi katarak pada mata kiri dan dipasang IOL, tahun 1996 pasien menjalani operasi katarak pada mata kanan dan dipasang IOL. Setelah dioperasi pandangan pasien menjadi lebih jelas, tapi tidak lama setelah itu, pandangannya menjadi kabur lagi saat melihat jauh maupun dekat. Lapangan pandang pasien juga mmenyempit pada mata kanan dan mata kirinya. Kemuadian pasien didiagnosa menderita glaukoma 10 tahun yang lalu. Pada tahun 2014 pasien sudah menjalani operasi glaukoma pada mata kanannya. Lapang pandang kanan mejadi lebih baik daripada kiri setelah operasi.
Keluhan nyeri pada mata (-), riwayat trauma (-), kencing manis (-), darah tinggi (-).
Riwayat keluarga mengalami penyakit serupa (+), ada 2 sepupunya terkena glaukoma, salah satu di antaranya sudah kehilangan penglihatannya.
Pada pemeriksaan didapatkan :
VOD = 0,3F1 pH 0,3
VOS = 1/60 pH 1/60ODS ADD +3,00Camera Oculi Anterior ODS : kedalamannya dalamTerpasang IOL ODSRefleks Fundus ODS : (+) agak suramShadow Test ODS : (+)C/D ratio OD : 0,8C/D ratio OS : 0,9Nekrosis (+) pada iris ODSLapang pandang OD menyempitLapang pandang OS tunnel vision
Diagnosis kerja:
ODS Glaukoma sudut terbuka
Diagnosis Tambahan:
ODS katarak senilis post op
Diagnosis banding:
Glaukoma sudut tertutup kronik Kelainan refraksi mata
Terapi:
Farmakologi : o Β bloker (timolol) 2x1 tetes per hari (ODS)
o Obat parasimpatomimetik (pilokarpin) 3x1 tetes per hari (ODS)
Non farmako :o Edukasi :
Melakukan edukasi pada pasien untuk rajin kontrol untuk memantau TIO, lapangan pandang, diskus optikus
Edukasi pasien untuk rajin menggunakan obat yang sudah diberikan dan memberitahukan pasien bahwa obat digunakan seumur hidup
Jangan minum air terlalu banyak sekaligus Harus lebih berhati-hati saat berjalan maupun saat mengendarai
kendaraan Menghindari penggunaan kortikosteroid Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi yang mungkin muncul
o Operatif : trabekulektomi laser/ pembedahan trabekulektomi
Prognosis:
Ad visam : Dubia ad malam
Ad vitam : Dubia ad bonam Ad sanationam : Malam Ad fungtionam : Dubia ad malam Ad kosmetikam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Glaukoma Sudut Terbuka
1. Anatomi Bilik Mata Depan (COA)
Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan pengaturan
tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan aquos harus melalui bilik
mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal Schlemm.1 Bilik mata depan dibentuk
oleh persambungan antara kornea perifer dan iris.
Bagian mata yang penting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini
berada dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang
menghubungkan akhir dari membran descement dan membran bowman, lalu ke posterior
0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanal schlem dan trabekula sampai ke COA.
Limbus terdiri dari dua lapisan epitel dan stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel kornea. Di
dalam stroma terdapat serat – serat saraf dan cabang akhir dari a. Siliaris anterior.1,2,6,7
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera dan kornea, di sini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas
belakang sudut filtrasi, serta tempat insersi otot siliar logitudinal. Pada sudut filtrasi terdapat
garis schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement dan kanal
schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya. 7
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari:1,2,6,7
a. Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea dan
menuju ke belakang, mengelilingi kanal schlemm untuk berinsersi pada sklera.
b. Scleralspur (insersidari m. Ciliaris) dan sebagian ke m. Ciliaris meridional.
c. Serabut berasal dari akhir membran descement (garis schwalbe) menuju ke jaringan
pengikat m. Siliaris radialis dan sirkularis.
d. Ligamentum pektinatum rudimenter,berasal dari dataran depan iris menuju ke depan
trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis dan
seluruhnya diliputi endotel.
Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodufikasi yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam terdapat lubang – lubang
sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal shlemn. Dari
kanal schlemn, keluar salura kolektor, 20 – 30 buah, yang menuju ke pleksus vena di dalam
jaringan sklera dan episkelera dan vena siliaris anterior di badan siliar.2,7
sumber : http://duniamata.blogspot.com/search/label/humor%20aquous
2. Fisiologi Aquos Humor
2.1 Produksi Cairan Aquos
Cairan aquos diproduksi epitel non pigmen dari korpus siliaris, tepatnya dari plasma
darah di jaringan kapiler proccesus siliaris. Fungsi Cairan aquos adalah : Sebagai cairan yang
mengisi bilik mata depan, cairan aquos berfungsi untuk menjaga tekanan intraokuler,
memberi nutrisi ke kornea dan lensa dan juga memberi bentuk ke bola mata anterior.
Volumenya sekitar 250 µL dengan jumlah yang diproduksi dan dikeluarkan setiap
harinya berjumlah 5 mL/hari.8 Cairan ini bersifat asam dengan tekanan osmotik yang lebih
tinggi dibandingkan plasma.
Tiga Proses Produksi Humor Aquous oleh proc. Ciliar (epitel ciliar) :
a. Transpor aktif (sekresi)
Transpor aktif menggunakan energi untuk memindahkan substansi
melawan gradien elektrokimia dan tidak bergantung pada tekanan. Ciri-ciri
tepatnya ion atau ion-ion yang ditranspor tidak diketahui, akan tetapi sodium,
klorida, potasium, asam askorbat, asam amino dan bikarbonat ikut terlibat.
Transpor aktif diperhitungkan untuk sebagian besar produksi aquos dan
melibatkan, setidaknya sebagian, aktivitas enzim carbonic anhydrase II dan
Na+K+ pump diaktivasi ATPase. 8
b. Ultrafiltrasi
Ultrafiltasi berkenaan dengan pergerakan yang bergantung pada
tekanan sepanjang gradien tekanan. Pada prosesus siliaris, tekanan hidrostatik
dibedakan antara tekanan kapiler dan tekanan intraokular yang menyokong
pergerakan cairan kedalam mata, sedangkan gradien onkotik diantara
keduanya menghambat pergerakan cairan. Hubungan antara sekresi dan
ultrafiltrasi tidak diketahui. 8
c. Difusi
Difusi adalah pergerakan pasif ion-ion melewati membran yang
berhubungan dengan pengisian. Sodium sangat bertanggungjawab untuk
pergerakan cairan kedalam camera oculi posterior. 8
Supresi Pembentukan Aquos
Mekanisme aksi dari beberapa kelas obat-obatan yang menekan pembentukan aquos –
penghambat karbonik anhidrase, β-adrenergik antagonis (β-bloker) dan α2-agonis – tidak
sepenuhnya dipahami. Peranan enzim karbonik anhidrase sangat diperdebatkan. Fakta
memberi kesan bahwa ion bikarbonat secara aktif disekresi didalam mata; jadi fungsi enzim
tersebut mungkin untuk menyediakan ion ini. Karbonik anhidrase mungkin juga
menyediakan ion bikarbonat ataupun ion hidrogen untuk sistem penyangga intrasel. 8
Fakta terkini mengindikasikan bahwa β2-reseptor merupakan reseptor adrenergik
yang paling lazim berada dalam epitel silier. Namun arti dari temuan ini tidak jelas, tapi
antagonis β-adrenergik dapat mempengaruh transpor aktif dengan menyebabkan penurunan
baik efisiensi pompa Na+K+ maupun jumlah kedudukan pompa. 8
Humor aquos diproduksi oleh korpus siliare. Ultrafiltrasi plasma yang dihasilkan di
stroma prosesus siliaris dimodofikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel
siliaris. Setelah masuk ke bilik mata belakang, humor aquos mengalir melalui pupil ke bilik
mata depan Lalu ke jalinan trabekular di sudut bilik mata depan. Selama periode ini, terjadi
pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris. 8
Kecepatan produksi cairan aquos diukur dalam satuan mikroliter per menit
(µL/menit). Para peneliti di Amerika Serikat melakukan penelitian terhadap 300 orang
dengan tekanan intraokuler normal yang berusia antara 3 sampai 38 tahun dengan
menggunakan teknik penyaringan (scan) fluorofotometri. Dalam penelitian tersebut didapat
bahwa kecepatan rata-rata aliran cairan aquos pada jam 8.00 – 16.00 berkisar antara 2,75 ±
0.63 µL/menit sehingga didapat batas normal produksi cairan aquos sekitar 1,8–4,3 µL/menit.
Kecepatan ini dalam sehari dapat bervariasi yang disebut dengan variasi diurnal yaitu
kecepatan selama tidur ±1,5 kali lebih cepat dari pada pagi hari.4
Sumber : http://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7
2.2 Komposisi Cairan Aquos
Humor aquos adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan bilik mata
belakang. Humor aquos dibentuk dari plasma didalam jalinan kapiler prosesus siliaris.
Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisinya serupa dengan
plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih
tinggi; dan protein, urea dan glukosa yang lebih rendah. Unsur pokok dari humor aquos
normal adalah air (99,9%), protein (0,04%) dan lainnya dalam milimol/kg adalah Na+ (144),
K+ (4,5), Cl- (110), glukosa (6,0), asam laktat (7,4), asam amino (0,5) dan inositol (0,1).
Normal produksi rata-rata adalah 2,3 µl/menit.2,8
2.3 Mekanisme Pengaliran Cairan Aquos
Humor akuous diproduksi oleh epitel non pigmen dari korpus siliaris dan mengalir ke
dalam bilik posterior, kemudian masuk diantara permukaan posterior iris menilai sudut pupil.
Selanjutnya masuk ke bilik anterior. Humor akuous keluar dari bilik anterior melalui dua
jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur uveosklera (jalur non trabekula).
a. Jalur trabekulum (konvensional) 2,8
Kebanyakan humor aquos keluar dari mata melalui jalur jalinan trabekula-
kanal Schlemm-sistem vena. Jalinan trabekula dapat dibagi kedalam tiga bagian : 8
Uveal
Korneoskleral
Jukstakanalikular
Tahanan utama aliran keluar terdapat pada jaringan juksta kanalikular. Fungsi
jalinan trabekula adalah sebagai katup satu jalan yang membolehkan aquos
meninggalkan mata melalui aliran terbesar pada arah lain yang tidak bergantung
pada energi. Aquos bergerak melewati dan diantara sel endotelial yang membatasi
dinding dalam kanal Schlemm. Sekali berada dalam kanal Schlemm, aquos
memasuki saluran kolektor menuju pleksus vena episklera melalui kumpulan
kanal sklera. 1,2,8
b. Jalur uveosklera (nonkonvensional)
Pada mata normal setiap aliran non-trabekular disebut dengan aliran
uveoskleral. Mekanisme yang beragam terlibat, didahului lewatnya aquos dari
camera oculi anterior kedalam otot muskularis dan kemudian kedalam ruang
suprasiliar dan suprakoroid. Cairan kemudian keluar dari mata melalui sklera yang
utuh ataupun sepanjang nervus dan pembuluh darah yang memasukinya. Aliran
uveoskleral tidak bergantung pada tekanan. Aliran uveoskleral ditingkatkan oleh
agen sikloplegik, adrenergik, dan prostaglandin dan beberapa bentuk pembedahan
(misal siklodialisis) dan diturunkan oleh miotikum. 8
Sumber : http://archive.kaskus.us/thread/2625261
Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk
organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping
itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ
tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan
menimbulkan tekanan dalam bola mata (tekanan intra okuler). Untuk
mempertahankan keseimbangan tekanan di dalam bola mata cairan aquos diproduksi
secara konstan serta dialirkan keluar melalui sistem drainase mikroskopik.
Sumber dari : http://medicastore.com/index.php?mod=obat_search
Kecepatan pembentukan cairan aquos dan hambatan pada mekanisme
pengaliran keluarnya menentukan besarnya tekanan intraokuler. Normalnya tekanan
di dalam bola mata berkisar antara 10-20 mmHg.8
Peningkatan tekanan intraokuler dapat terjadi akibat produksi cairan aquos
yang meningkat misalnya pada reaksi peradangan dan tumor intraokuler atau karena
aliran keluarnya yang terganggu akibat adanya hambatan pada pratrabekular,
trabekular atau post trabekular.7
Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquous dari COA adalah
lapisan endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekula di dekatnya,
bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera
menentukan besar minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.
3. Definisi Glaukoma
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memiliki satu gambaran
berupa kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang disebabkan karena peningkatan
tekanan intraokular. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan lapang pandang dan
kebutaan.1,4
Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada lapang pandang perifer pada tahap
awal dan kemudian akan mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini dapat tidak
bergejala karena kerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma dapat diobati jika dapat
terdeteksi secara dini.4,5
Berdasarkan gangguan aliran humor akuos, glaukoma diklasifikasikan menjadi
glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan berdasarkan adanya
keadaan lain yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO), glaukoma
dibedakan menjadi glaukoma primer dan sekunder.3
Sumber : http://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7
4. Epidemiologi Glaukoma
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua
mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini. Banyaknya
Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta
pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000 kasus glaukoma yang baru dan kira-kira
5400 orang-orang menderita kebutaan.
Diketahui bahwa angka kebutaan di Indonesia menduduki peringkat pertama untuk
kawasan Asia Tenggara. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5% atau sekitar 3 juta orang. Persentase itu melampaui negara Asia
lainnya seperti Bangladesh dengan 1%, India 0,7% dan Thailand 0,3%.5 Menurut Survei
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996, kebutaan tersebut
disebabkan oleh katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan penyakit
lain yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%).
5. Glaukoma Sudut terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada orang normal
jalan keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma sudut terbuka terjadi
pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun sehingga tekanan bola mata
akan meningkat.9
Pada glaukoma sudut terbuka, cairan mata setelah melalui pupil masuk ke dalam bilik
mata depan dan tidak dapat melalui anyaman trabekulum. Keadaan ini mengakibatkan
tekanan bola mata naik yang akan merusak saraf optik.10
Patofisiologi peningkatan tekanan intraokular yang disebabkan oleh mekanisme sudut
terbuka adalah proses degeneratif di jalinan trabekula, termasuk pengendapan bahan ekstrasel
di dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dengan
proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor aquos yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular mendahului
kelainan-kelainan diskus optikus dan lapangan pandang. Terdapat hubungan yang jelas antara
besarnya tekanan intraokular dengan keparahan penurunan penglihatan.10
Mata glukoma tampak depan (sumber: www.mdconsult.com)
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka dan hubungannya dengan
tingginya tekanan intraokular masih diperdebatkan. Teori utama memperkirakan adanya
perubahan-perubahan elemen penunjang struktural akibat tekanan intraokular di saraf optikus
setinggi lamina kribrosa atau di pembuluh yang memperdarahi ujung saraf optikus.8
Glaukoma sudut terbuka dapat dalam bentuk primer dan sekunder. Pada glaukoma
sekunder maka penyebabnya dapat diketahui, seperti trauma dan penyakit mata lainnya. Pada
glaukoma sudut terbuka terjadi perubahan di dalam jaringan mata akibat tekanan yang tinggi
merusak serabut penglihatan halus dalam mata yang berguna untuk penglihatan. Sering
glaukoma ini tidak memberikan gejala. Biasanya penderita tidak menyadari menderita
glaukoma sudut terbuka karena pada permulaannya tidak memberikan keluhan. Pada akhir
darn penyakitnya biasanya baru disadari pasien yang mengeluh pada dokternya bahwa
penglihatannya mulai kabur.10
Biasanya glaukoma sudut terbuka mulai timbul keluhan pada usia 40 tahun, walaupun
bisa saja terjadi pada usia berapa saja. Penglihatan biasanya baik dan tidak terdapat rasa sakit
pada mata. Akan tetapi bila proses berjalan lanjut maka pasien akan merasakan
penglihatannya menurun. Benda yang terletak di bagian sentral masih terlihat jelas akan
tetapi yang terletak di perifer tidak terlihat sama sekali. Pada keadaan ini lapang penglihatan
secara perlahan-lahan menyempit. Bila keadaan ini berlanjut penglihatan akan terus
berkurang sehingga dapat menjadi buta sama sekali.9
Tekanan bola mata biasanya lebih dari 25 mmHg dan terus-menerus merusak saraf
optik sehingga disebut sebagai maling penglihatan. Glaukoma sudut terbuka tidak
memberikan keluhan dengan tekanan bola mata yang tinggi perlahan-lahan merusak serabut
saraf optik, walaupun tekanan bola mata sudah teratasi penglihatan yang telah hilang tidak
dapat diperbaiki lagi.11
Pada pemeriksaan gonioskopi pemeriksaan sudut bilik mata dengan goniolens dapat
dilihat sudut bilik mata depan tempat mengalirnya cairan mata keluar terbuka lebar. Bila
sudut ini terbuka lebar sedangkan tekanan bola mata tinggi maka dapat diduga
pembendungan cairan mata keluar berada jauh di dalam atau di belakang sudut pengeluaran
ini. Daerah penyaringan keluar cairan mata ini disebut anyaman trabekulum.12
Glaukoma sudut terbuka primer (sumber: www.berwickeye.com)
Pada glaukoma sudut terbuka primer tidak terlihat kelainan pada anyaman trabekula
akan tetapi mungkin terdapat kerusakan fungsi sel trabekula atau jumlahnya kurang akibat
bertambahnya usia. Pendapat lain adanya gangguan dari enzim pada trabekula. 8
Bila telah dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf optik maka
sebaiknya dilakukan pemeriksaan gonioskopi. Pemeriksaan ini perlu untuk mengetahui
apakah glaukoma adalah glaukoma primer sudut terbuka atau sekunder. Gambaran
gonioskopi pada glaukoma sudut terbuka primer memberikan susunan anatomi yang normal.8
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel saraf maka akan
berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai penurunan fungsi penglihatan dan lapang
pandangan. Bila telah terjadi gangguan penglihatan maka keadaan ini bersifat menetap.
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan penyakit kronis yang tidak dapat diobati. Hanya
dapat diperlambat dengan pengobatan. Biasanya pengobatan tidak dimengerti pasien karena
pasien tidak merasa adanya kelainan pada matanya, apalagi bila harus memakai bermacam
obat seumur hidup dengan efek sampingnya.7
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang efektif maka pengobatan harus dilakukan
dini sesuai dengan yang diperlukan.
Diduga pembendungan cairan mata keluar berada jauh di dalam atau di belakang
sudut pengeluaran ini. Daerah penyaringan keluar cairan mata ini disebut anyaman
trabekulum.
Pada glaukoma sudut terbuka primer tidak terlihat kelainan pada anyaman trabekula
akan tetapi mungkin terdapat kerusakan fungsi sel trabekula atau jumlahnya kurang akibat
bertambahnya usia. Pendapat lain adanya gangguan dari enzim pada trabekula.1,2,3
Bila telah dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf optik maka
sebaiknya dilakukan pemeriksaan gonioskopi. Pemeriksaan ini perlu untuk mengetahui
apakah glaukoma adalah glaukoma primer sudut terbuka atau sekunder. Gambaran
gonioskopi pada glaukoma sudut terbuka primer memberikan susunan anatomi yang
normal.5,6
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel saraf maka akan
berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai penurunan fungsi penglihatan dan lapang
pandangan. Bila telah terjadi gangguan penglihatan maka keadaan ini bersifat menetap.
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan penyakit kronis yang tidak dapat diobati. Hanya
dapat diperlambat dengan pengobatan. Biasanya pengobatan tidak dimengerti pasien karena
pasien tidak merasa adanya kelainan pada matanya, apalagi bila harus memakai bermacam
obat seumur hidup dengan efek sampingnya. 10
6. Etiologi Glaukoma
Menurut etiologinya glaukoma sudut terbuka primer adalah salah satu bentuk
glaukoma primer, yang ditandai oleh terganggunya atau terjadinya hambatan outflow cairan
akuos melewati trabecular meshwork. Hambatan ini terjadi akibat hilang atau berkurangnya
jumlah sel endotel trabecular meshwork, namun mekanisme kejadiannya masih belum
diketahui secara jelas dan sampai saat ini masih menjadi obyek penelitian.1,2,3
Lutjen-Drecoll dan Rohen (1994) menemukan bahwa pada glaukoma sudut terbuka
primer terjadi pengurangan atau menghilangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork,
disertai penebalan lamela daerah uvea dan korneo-skeral. Penebalan tersebut akan
menimbulkan penyempitan ruang antar-trabekulum yang berakhir dengan penutupan,
sehingga terjadi hambatan outflow aquous humour. Akan tetapi peneliti tersebut tidak atau
belum menjelaskan mekanisme kejadian berkurang atau menghilangnya sel endotel
trabeculer meshwork pada glaukoma sudut terbuka primer.
Vaughan (1995) menyatakan bahwa kondisi berkurang atau hilangnya sel endotel
trabecular meshwork tersebut terjadi akibat degenerasi, tetapi bukan akibat degenerasi seperti
pada proses penuaan (ageing process). Hogan dan Zimmerman (1962) mengatakan bahwa
kondisi tersebut merupakan akibat pembengkakan dan sklerosis sel endotel trabecular-
meshwork. Sedangkan Cotran (1999) menerangkan bahwa penyebabnya belum diketahui
dengan jelas.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dimunculkan dugaan kuat
bahwa penyebab berkurangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork, adalah akibat
kematian sel itu sendiri oleh karena berbagai sebab. Menurut Lutjen-Drecoll (1994),
berkurangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork, disertai dengan akumulasi matriks
ekstra-seluler dan penebalan lamela daerah uvea dan korneo-sklera akan menimbulkan
hambatan outflow cairan akuos pada glaukoma sudut terbuka primer. 5,6
7. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus humor
oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui
sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan
trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena episklera. Tekanan
intraokuler dianggap normal bila kurang daripada 20 mmHg pada pemeriksaan dengan
tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut hipertensi
oculi dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita
glaukoma (tonometer Schiotz).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion
difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus
siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga
disebabkan oleh; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas
serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-
Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan
intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat
dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih
kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik.1,2,6
8. Manifestasi Klinis
Glukoma Primer sudut terbuka dianggap penting, karena sukarnya membuat diagnosa
pada stadium dini, berhubung sifatnya tenang, tidak memberi keluhan, sehingga banyak yang
datang tetapi dalam keadaan sudah lanjut, dimana lapang pandangnya telah sangat sempit
atau berakhir dengan kebutaan. Pada keadaan ini glukoma tersebut berakhir dengan glaukoma
absolut. Kadang – kadang disertai sakit kepala yang hilang – timbul, melihat gambaran
pelangi disekitar lampu (halo), mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang –
kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas. Agaknya proses ketuaan memegang
peranan dalam proses sklerose ini, yang dipercepat bila mata tersebut mempunyai bakat
glaukoma.7
Kita harus waspada terhadap glukoma sudut terbuka pada orang – orang berumur 40
tahun atau lebih (walaupun penyakit ini kadang – kadang ditemukan pada usia muda),
pengobatan kortikosterid lokal maupun sistemik yang lama, dalam keluarga ada penderita
Glukoma, Diabetes Melitus, Hipertensi, Miopia tinggi, kulit berwarna. Karena itu pada
penderita yang berumur 40 tahun atau lebih didapatkan keluhan semacam ini, sebaiknya
dilakukan pengukuran tekanan intraokuler. Pada glukoma simpleks tekanan bola mata sehari
– hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang
mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tampa disadari penderita.
Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil disertai dengan ekskavasio glukomatosa.
Gangguan saraf optik akan terlihat sebagai gangguan fungsinya berupa penciutan lapang
pandang. Pada waktu pengukuran bila didapatkan tekanan bola mata normal sedang terlihat
gejala gangguan fungsi saraf optik seperti glukoma mungkin akibat adanya variasi diurnal. 2,3
9. Diagnosa
Diagnosis glukoma sudut terbuka primer ditegakan apabila ditemukan kelainan –
kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang pandang disertai peningkatan tekaan
intraokular, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal, dan tidak terdapat sebab lain
yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Sekitar 50 % pasien glaukoma sudut
terbuka primer memperlihatkan tekanan intraokular yang normal sewaktu pertama kali
diperiksa, sehingga untuk menegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan Tonometri
berulang.5,6
10. Pemeriksaan Glaukoma
Untuk menentukan seseorang menderita glaukoma maka dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan. Berbagai alat diagnostik tambahan untuk menentukan ada atau tidak
adanya glaukoma pada seseorang dan berat atau ringannya glaukoma yang diderita, serta dini
atau lanjut glaukoma yang sedang diderita seseorang. 5
a. Pemeriksaan tekanan bola mata
Tonometri merupakan pemeriksaan untuk menentukan tekanan bola mata
seseorang berdasarkan fungsinya dimana tekanan bola mata merupakan keadaan
mempertahankan mata bulat sehingga tekanan bola mata yang normal tidak akan
memberikan kerusakan saraf optik atau yang terlihat sebagai kerusakan dalam
bentuk kerusakan glaukoma pada papil saraf optik. Batas tekanan bola mata tidak
sama pada setiap individu, karena dapat saja tekanan ukuran tertentu memberikan
kerusakan pada papil saraf optik pada orang tertentu. Untuk hal demikian yang
dapat kita temukan kemungkinan tekanan tertentu memberikan kerusakan.
Dengan tonometer Schiotz tekanan bola mata penderita diukur.
Dikenal 4 bentuk cara pengukuran tekanan bola mata:
Palpasi, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif.
Identasi tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea.
Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea.
Tonometri udara (air tonometri), kurang tepat karena dipergunakan di ruang
terbuka.1,4
Pada keadaan normal tekanan bola mata tidak akan mengakibatkan kerusakan
pada papil saraf optik. Reaksi mata tidak sama pada setiap orang, sehingga
tidaklah sama tekanan normal pada setiap orang. Tujuan pemeriksaan dengan
tonometer atau tonometri untuk mengetahui tekanan bola mata seseorang.
Tonometer yang ditaruh pada permukaan mata atau kornea akan menekan bola
mata ke dalam. Tekanan ke dalam ini akan mendapatkan perlawanan tekanan dari
dalam bola mata melalui kornea. 8
b. Pemeriksaan kelainan papil saraf optik
Oftalmoskopi adalah pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang
dinamakan oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat diiihat saraf optik didalam
mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf
optik. Saraf optik dapat dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok
saraf optik pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat
glaukoma. 8
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat terlihat :
Kelainan papil saraf optik
Saraf optik pucat atau atrofi
Saraf optik bergaung
Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarria hijau
Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar 8
c. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata
Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut
bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti
benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita
apakah glaukoma sudut terbuka atau glaukoma sudut tertutup, dan malahan dapat
menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder. Pada gonioskopi dipergunakan
goniolens dengan suatu sistem prisma dan penyinaran yang dapat menunjukkan
keadaan sudut bilik mata.1,2
Dapat dinilai besar atan terbukanya sudut:
Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan
iris, disebut sudut tertutup
Derajat 1, bila tidak terlihat 1/2 bagian trabekulum sebelah belakang, dan garis
Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat sempit sangat
mungkin menjadi sudut tertutup
Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang
kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup
Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk skleral
spur, disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup.
Derajat 4. bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka. 10
d. Pemeriksaan Lapangan Pandang
Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur penting untuk diagnosis dan
tindak lanjut glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma itu sendiri
tidak spesifik, karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang
dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus, tetapi pola kelainan lapangan
pandang, sifat progresivitasnya, dan hubungannya dengan kelainan-kelainan
diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini. Gangguan lapangan pandang akibat
glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah. 1,2
Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Berbagai cara
untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah layar singgung,
perimeter Goldmann,Friedmann field analyzer, dan perimeter otomatis.1,2
e. Tes Provokasi
Tes provokasi : dilakukan pada keadaan yang meragukan.
1. Tes minum air : penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam.
Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokuler
diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih,
dianggap mengidap glaukoma.
2. Pressure congestion test : Pasang tensimeter pada ketinggian 50 - 60 mmHg,
selama l menit. Kemudian ukur tensi intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg atau
lebih mencurigakan, sedang bila lebih dari 11 mm Hg pasti patologis.
3. Kombinasi tes air minum dengan pressure congestion test : Setengah jam
setelah tes minum air dilakukan pressure congestion test. Kenaikan 11 mmHg
mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau lebih pasti patologis.
4. Tes Steroid : diteteskan larutan dexamethasone 3 - 4 dd gt 1, selama 2 minggu.
5. Kenaikan tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.4,5,6
11. Penatalaksanaan Glaukoma
1. Pengobatan medikamentosa
Supresi pembentukan humor aquos
Penghambat adrenergik beta adalah obat yang sekarang paling luas digunakan
untuk terapi glaukoma. Obat-obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi
dengan obat lain. Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%,
levobunolol 0,25% dan 0,5% dan metipranolol 0,3% merupakan preparat-preparat
yang sekarang tersedia. Kontraindikasi utama pemakaian obt-obat ini adalah penyakit
obstruksi jalan napas menahun-terutama asma-dan defek hantaran jantung. Untuk
betaksolol, selektivitas relatif reseptor β1-dan afinitas keseluruhan terhadap semua
reseptor β yang rendah-menurunkan walaupun tidak menghilangkan risiko efek
samping sistemik ini. Depresi, kacau pikir dan rasa lelah dapat timbul pada pemakaian
obat penghambat beta topikal. 7
Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik α2 baru yang menurunkan
pembentukan humor aquos tanpa efek pada aliran keluar.Epinefrin dan dipivefrin
memiliki efek pada pembentukan aqueus humor.1
Inhibitor karbonat anhidrase sistemik-asetazolamid adalah yang paling banyak
digunakan, tetapi terdapat alternatif yaitu diklorfenamid dan metazolamid digunakan
untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan
pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang sangat tinggi perlu segera
dikontrol. Obat-obat ini mampu menekan pembentukan humor aquos sebesar 40-60%.
Asetazolamid dapat diberikan per oral dalam dosis 125-250 mg sampai tiga kali sehari
atau sebagai Diamox Sequels 500 mg sekali atau dua kali, atau dapat diberikan secara
intravena (500 mg). Inhibitor karbonat anhidrase menimbulkan efek samping sistemik
yang membatasi penggunaan obat-obat ini untuk terapi jangka panjang.8
Obat-obat hiperosmotik mempengaruhi pembentukan humor aquos serta
menyebabkan dehidrasi korpus vitreum.
Fasilitasi aliran keluar humor aquos
Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor aquos dengan
bekerja pada jalinan trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah
pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari atau gel 4% yang
diteteskan sebelum tidur. Karbakol 0,75-3% adalah obat kolinergik alternatif. Obat-
obat antikolinesterase ireversibel merupakan obat parasimpato-mimetik yang bekerja
paling lama. Obat-obat ini adalah demekarium bromide 0,125 dan 0,25% dan
ekotiopat iodide 0,03-0,25% yang umumnya dibatasi untuk pasien afakik atau
pseudofakik karena mempunyai potensi kataraktogenik. Perhatian: obat-obat
antikolinesterase ireversibel akan memperkuat efek suksinilkolin yang diberikan
selama anastesia dan ahli anestesi harus diberitahu sebelum tindakan bedah. Obat-
obat ini juga menimbulkan miosis kuat yang dapat menyebabkan penutupan sudut
pada pasien dengan sudut sempit. Pasien juga harus diberitahu kemungkinan ablasio
retina.9
Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai meredupnya
penglihatan terutama pada pasien katarak dan spasme akomodatif yang mungkin
mengganggu pada pasien muda.
Epinefrin 0,25-2% diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan aliran
keluar humor aquos dan disertai sedikit penurunan pembentukan humor aquos.
Terdapat sejumlah efek samping okular eksternal, termasuk vasodilatasi konjungtiva
reflek, endapan adrenokrom, konjungtivitis folikularis dan reaksi alergi. Efek samping
intraokular yang dapat tejadi adalah edema makula sistoid pada afakik dan
vasokonstriksi ujung saraf optikus.Dipivefrin adalah suatu prodrug epinefrin yang
dimetabolisasi secara intraokular menjadi bentuk aktifnya. Epinefrin dan dipivefrin
jangan digunakan untuk mata dengan sudut kamera anterior sempit. 10
2. Pengobatan non medikamentosa
Laser Trabeculoplasty (LTP)
Laser Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang biasanya digunakan
untuk menangani glaucoma sudut terbuka.1
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar melalui
suatu goniolensa ke jaringan trabekular dapat mempermudah aliran ke luar humor
aquos karena efek luka bakar tersebut pada jaringan trabekular dan kanalis Schlemm
serta terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan fungsi jaringan trabekular.
Teknik ini dapat diterapkan untuk berbagai macam bentuk glaukoma sudut terbuka
dan hasilnya bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasari. Penurunan
tekanan biasanya memungkinkan pengurangan terapi medis dan penundaan tindakan
bedah glaukoma. Pengobatan dapat diulang. Penelitian-penelitian terakhir
memperlihatkan peran trabekuloplasti laser untuk terapi awal glaukoma sudut terbuka
primer.
Ada kalanya Anda tetap perlu melanjutkan penggunaan obat tetes mata
glaukoma sesudah Laser Trabeculoplasty.2
12. Prognosa
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini 1. Bila tidak
mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam waktu yang
pendek sekali. Pengawasan dan pengamatan mata yang tidak mendapat serangan diperlukan
karma dapat memberikan keadaan yang sama seperti mata yang dalam serangan. 2
KATARAK SENILIS
1. Anatomi
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, dan transparan. Tebalnya sekitar
4 mm dan diameternya 9 mm. Dibagian posterior dari iris, lensa ditahan ditempatnya oleh
zonula zinni, yang melekat pada ekuator lensa menghubungkannya dengan korpus siliaris.
Zonula zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliaris. Zonula
zinni melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan 1,25
pada bagian posterior. Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuos sedangkan di
sebelah posteriornya, vitreus. Lensa dan vitreus dipisahkan oleh membrana hyaloidea. 15,16
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung dari pada permukaan
anterior. Pada saat baru lahir jarak ekuator lensa sekitar 6,4 mm dan jarak anterioposterior
3,5 mm dan beratnya sekitar 90 mg. Pada lensa dewasa jarak ekuator sekitar 9 mm dan
jarak anteroposterior 5 mm dan beratnya sekitar 255 mg. 16,17,18
Lensa tidak mempunyai persarafan dan pembuluh darah. Selama embriogenesis
mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah hyaloids dan setelah itu secara total
suplainya tergantung pada humor akuous dan vitreus. Lensa terdiri dari tiga bagian yaitu
kapsul elastis, epitelium lensa, korteks dan nucleus.15,17
a. Kapsul Lensa
Kapsul lensa merupakan membrana basalis elastis yang dihasilkan oleh
epithelium lensa yang membungkus sekeliling lensa. Pada bagian anterior
dibentuk oleh sel-sel epitel dan di posterior oleh serabut kortikal. Sintesa kapsul
anterior berlangsung sepanjang kehidupan sehingga ketebalannya meningkat,
sedangkan kapsul posterior relative konstan. Ketebalan kapsul anterior 15,5
mikrometer dan kapsul posterior 2,8 mikrometer. 16,17
b. Epitel Lensa
Epitel lensa hanya ditemukan pada permukaan anterior lensa, pada daerah
ekuator sel ini memanjang dan berbentuk kolumner yang tersusun secara
meridional. Epitel ini mempunyai kapasitas metabolik untuk membawa keluar
semua aktivitas sel normal, termasuk DNA, RNA, protein dan biosintesa lemak,
dan untuk menghasilkan ATP yang berguna untuk menghasilkan energi yang
diperlukan lensa.17
c. Nukleus dan Korteks
Nukleus lensa lebih keras dari korteks. Serabut-serabut lamellar
subepitelial terus berproduksi sesuai dengan usia, sehingga lensa secara gradual
menjadi lebih besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbuat dari lamellar
konsentris memanjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di
bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel subkapsuler.
Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior. Garis sutura dibentuk oleh
gabungan ujung ke ujung serabut lamellar ini dan bila dilihat dengan lampu celah
berbentuk “Y”. Bentuk “Y” ini tegak di anterior dan terbalik di posterior huruf Y
yang terbalik. 16,17
Gambar 1. Lapisan Lensa
2. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. 15
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga
terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan
sinar ke bintik kuning, lensa berkontribusi 15-20 Dioptri. 15
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk menerima objek sinar dan
memfokuskan ke retina. Derajat akomodasi tergantung kapasitas lensa untuk merubah
bentuknya dari bentuk bulat panjang (penglihatan jauh) menjadi bentuk bulat
(penglihatan dekat). Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
mengalami relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya terkecil sehingga berkas cahaya paralel akan
terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang, sehingga lensa yang lentur ini berubah bentuknya
menjadi lebih bulat. Kemampuan lensa untuk berakomodasi lebih kuat pada usia muda.
Kapasitas ini tergantung pada hubungan kortek dengan inti. Pada usia muda, intinya kecil
dan korteknya tebal dan lembut yang memungkinkan perubahan bentuk secara leluasa,
sehingga bentuk lensa hampir bulat. Pada usia lanjut intinya besar dan korteknya tipis
sehingga perubahan bentuk lensa hanya sedikit.16,17
3. Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar
Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K
dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap
dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob
(95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis
asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.
Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.15,17
4. Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana
penglihatan seperti tertutup air tejun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak
yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senilis.
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui
penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 40 tahun.16
Pada mata yang alami terdapat lensa kristal bening yang memiliki nukleus lensa,
ditutupi oleh serat lensa yang menyelubungi korteks dengan membran luar yang lentur
dan kapsul yang bertindak sebagai pembungkus. Perubahan metabolisme pada lensa
menyebabkan lensa menjadi keras dan kehilangan sifat lenturnya. Katarak secara
berangsur-angsur akan memperkeruh lensa sampai akhirnya menjadi buram. Daerah
buram tampak sebagai bintik abu-abu atau putih, seperti lensa kamera yang kabur dan
akan menghasilkan gambar yang buram, katarak juga menyebabkan penurunan kualitas
gambar yang dihasilkan retina.16
Gambar 3. Lensa yang keruh akibat katarak
Gambar 4. Perbandingan penglihatan mata normal dan mata katarak
5. Epidemiologi
Katarak merupakan kelainan pada mata yang paling banyak menyebabkan
kebutaan di dunia. Dikatakan bahwa ada sekitar 30-45 juta orang di dunia yang
mengalami kebutaan dan katarak menjadi penyebab terbesar yaitu lebih kurang 45%
sebagai penyebab kebutaan ini. Penelitian The NHANES( National Health and Nutrition
Examination Survey) menunjukkan progresifitas kekeruhan lensa meningkat sesuai
dengan usia. Presentasi kejadian kekeruhan lensa sesuai dengan peningkatan usia; 12%
terjadi pada usia 45-54 tahun, 27% pada usia 55-64 tahun, dan 58% pada usia 65-74
tahun dimana 28.5% nya disertai dengan penurunan visus 15
Katarak lebih sering ditemukan pada daerah yang lebih sering terpapar sinar
matahari. Katarak juvenile dimana katarak yang terlihat pada usia diatas 1 tahun dan
dibawah 40 tahun.15 Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan usia dan lebih tinggi
pada wanita.
Etiologi dan Faktor Resiko
Katarak senilis pada dasarnya merupakan proses penuaan, namun ada beberapa faktor
yang mempengaruhinya seperti
a. keturunan
b. radiasi ultraviolet, semakin banyak paparan terhadap sinar uv dihubungkan
munculan awal dan maturasi katarak senilis
c. faktor diet. Diet yang berhubungan progresifitas katarak senilis yaitu protein, asam
amino dan vitamin (ribovlavin, vitamin E dan vitamin C)
d. merokok menyebabkan akumulasi pigmen molekul 3-hydroxykynurinine dan
chromophors cyanates dalam rokok mengakibatkan karbamilasi dan denaturasi
protein
6. Patologi
Penuaan bisa menyebabkan peningkatan ketebalan lensa dan berkurangnya daya
akomodasi, terbentuk lapisan baru di lapisan korteks secara konsentris sehingga inti lensa
tertekan dan mengeras, terjadi sklerosis inti lensa . Terjadi perubahan kimia pada protein
lensa sehingga terbentuk agregat-agregat protein bermolekul besar. Agregat ini
mengakibatkan terjadi penghaburan cahaya dan berkurangnya transparansi lensa. Selain
itu, perubahan kimia pada lensa juga bisa mengakibatkan peningkatan pigmentasi
sehingga lensa semakin menguning atau sampai kecoklatan.
Selain itu proses menua juga menyebabkan penurunan konsentrasi glutation dan
potassium serta peningkatan konsentrasi sodium dan kalsium pada sitoplasma lensa
1. Katarak nuclear
Terjadi sklerosis inti, dan lensa terlihat semakin menguning.
Biasanya terjadi bilateral, namun kadang bisa asimetris. Pada stadium awal
pengerasan inti lensa menyebabkan peningkatan indeks refraksi lensa sehingga
refraksi bergeser ke miopi. Perubahan ini pada mata yang hiperopia menyebabkan
pasien lebih mudah membaca tanpa kacamata (second sight).
Pada kasus yang parah inti lensa berubah jadi opak dan coklat atau disebut juga
dengan katarak brunesen
Gambar katarak nuclear
2. Katarak kortikal
Terjadi kekeruhan pada korteks lensa. Rusaknya integritas membrane akan
menyebabkan metabolit esensial keluar dari lensa sehingga terjadi oksidasi dan
pengendapan protein.
mata yang terkena biasanya bilateral, kadang asimetris. Gangguan fungsi penglihatan
yang disebabkannya bervariasi tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan
sumbu penglihatan. Tanda awal dapat dilihat dengan pemeriksaan slitlamp berupa
vakuol dan celah-celah di anterior dan posterior korteks , lamella korteks terpisahkan
oleh cairan. Kekeruhannya berbentuk seperti baji (cortical spokes/ cuneiform
opacities).
Gambar katarak kortikal
3. Katarak subkapsular posterior
Terletak pada lapisan korteks posterior. Pada tahap awal akan terlihat sedikit
perubahan warna pada slitlamp, tahap lanjut akan terbentuk granul yang keruh.
biasanya pasien akan mengeluhkan silau dan penglihatannya kabur saat melihat
cahaya terang, ini disebabkan karena katarak subkapsular posterior mengaburkan
sebagian besar celah pupil saat terjadi miosis (diinduksi oleh cahaya terang,
akomodasi, ataupun oleh miotik). ketajaman penglihatan dekat biasanya berkurang.
Selain karena penuaan, kekeruhan juga dapat ditimbulkan akibat trauma,
penggunaan kortikosteroid (topical/intraokuler, ataupun sistemik) peradangan, radiasi
dan alcohol.
Gambar katarak subkapsular posterior
Stadium maturasi katarak
1. Stadium pemisahan lamellar
fenomena ini hanya bisa dibuktikan melalui pemeriksaan slitlamp, pada tahap ini
perubahan masih bersifat reversibel
2. Stadium katarak insipient
terjadi kekeruhan lensa tahap awal dengan daerah yang masih terlihat jelas
diantaranya. Terdapat 2 tipe katarak pada stadium ini
- catarak cuneiform ditandai dengan kekeruhan yang berbentuk seperti baji
dengan daerah yang masih jelas diantaranya. Kekeruhan Ini meluas dari
ekuator ke arah pusat dan pada tahap awal hanya dapat ditunjukkan setelah
pupil dilebarkan. Kekeruhan pertama kali terlihat di kuadran nasal bagian
bawah. Kekeruhan pada ini terlihat baik dalam korteks anterior maupun
posterior dan puncaknya perlahan maju menuju pupil. Pada pencahayaan oblik
terlihat gambaran khas berupa pola radial kekeruhan berwarna putih keabu-
abuan pada oftalmoskopi langsung, kekeruhan ini muncul sebagai garis gelap
yang berlawanan dengan reflex fundus. Karena katarak kuneiform dimulai di
perifer dan meluas ke pusat, gangguan penglihatan biasanya terjadi pada tahap
lanjut.
- Katarak cupuliform kekeruhan berbentuk seperti cawan (saucer Berikut
cawan berkembang tepat di bawah kapsul dan biasanya di bagian tengah dari
korteks posterior (posterior subcapsular katarak), yang secara bertahap meluas
perifer. Biasanya ada pembatasan yang jelas antara katarak dan korteks yang
jelas sekitarnya. Katarak kupuliform terletak tepat di jalur axis visual sehingga
menyebabkan gangguan awal ketajaman penglihatan.
3. katarak immature
Pada tahap ini, kekeruhan berlangsung lebih lanjut. Pola cupuliform dapat terlihat
sampai stadium lanjut katarak imatur saat kekeruhan menjadi lebih menyebar dan
tidak teratur. Lensa muncul putih keabu-abuan tapi korteks masih ada dan iris
shadow terlihat. Pada beberapa pasien, di tahap ini lensa bisa membengkak akibat
hidrasi yang berkelanjutan ('katarak intumescent'). Karena pembengkakan lensa
COA bisa semakin dangkal.
4. katarak matur
Dalam tahap ini, kekeruhan menjadi difus, yaitu, seluruh korteks yang terlibat.
lensa terlihat berwarna seperti mutiara putih
5. katarak hipermatur
terbentuk jika katarak matur bersifat insitu, ada 2 bentuk yaitu
katarak hipermatur morgagni, kortek mencair dan lensa jatuh ke bawah
katarak hipermatur tipe sklerotik, disintegrasi korteks dan lensa menjadi
tenggelam karena kebocoran cairan, kapsul anterior menjadi tebal karena
proliferasi sel anterior. Karena lensa tenggelam COA menjadi dalam dan dan
terbentuk iridodonesis
Gambar katarak matur
Gambar katarak hipermatur Gambar katarak morgagni
7. Manifestasi Klinis
Sebagian besar katarak tidak terlihat pada pengamatan sepintas sampai
lensanya menjadi cukup keruh untuk menyebabkan gangguan penglihatan yang berat.
Dengan semakin keruhnya lensa, fundus okuli akan semakin sulit untuk dilihat,
sampai akhirnya reflex fundus menjadi hilang sama sekali. Pada stadium ini, katarak
biasanya telah matur, dan pupil menjadi putih. Keluhan-keluhan yang umumnya
dialami penderita antara lain:
Pandangan kabur
Semakin kesulitan melihat pada malam hari atau cahaya redup
Terlalu silau saat melihat cahaya
Melihat halo disekitar cahaya
Warna terlihat pudar
Sering berganti kacamata atau lensa kontak
Penglihatan ganda pada satu mata
Pada kasus yang lebih lanjut, pupil yang normalnya terlihat hitam akan terlihat
seperti susu. Pandangan pasien menurun hingga hanya bisa membedakan
cahaya dari gelap
8. Tatalaksana
a. Non-bedah
Tatalaksana non bedah pada katarak meliputi konseling terhadap pasien
mengenai katarak itu sendiri. Saat ini, belum ada cukup bukti ilmiah untuk
memperbaiki gangguan penglihatan karena katarak melalui obat-obatan ataupun
nutrisi sehingga tatalaksana utama katarak adalah melalui operasi. Dalam hal ini,
dokter harus bisa menjelaskan kepada pasien dan keluarganya dengan baik.
Namun, pasien bisa memperlambat progesifitas kataraknya dengan
mengontrol factor-faktor risiko yang mungkin dimiliki misalnya dengan berhenti
merokok atau control gula darah teratur. Bagi pasien pengguna obat-obatan
steroid bisa dikonsulkan untuk terapi penggantinya.
b. Bedah
Indikasi utama untuk bedah adalah gangguan penglihatan yang sudah
mengganggu aktivitas pasien. Jika katarak mengenai kedua mata, operasi dilakukan
terhadap mata yang lebih dahulu sakit.
Kontraindikasi bedah yaitu:
- Koreksi refraktif masih bisa memenuhi kebutuhan pasien
- Tindakan pembedahan tidak bisa diharapkan untuk meningkatkan fungsi
penglihatan dan tidak ada indikasi lain untuk pengangkatan lensa
- Pasien tidak bisa melewati operasi dengan baik karena ada penyakit lain
- Pasien atau keluarganya tidak bisa memberikan informed consent
Sebelum operasi katarak, ada beberapa hal yang harus dievaluasi, yaitu:
a. Keadaan umum pasien
b. Riwayat penyakit mata
c. Riwayat social
d. Fungsi penglihatan meliputi visus, kelainan refraksi, serta pemeriksaan
lapangan pandang.
Metode operasi katarak antara lain:
a. Intracapsular cataract extraction (ICCE)
Surgical steps of intracapsular cataract extraction with anterior chamber intraocular lens implantation:
A, passing of superior rectus suture; B, fornix based conjunctival flap; C, partial thickness groove;D, completion of corneo-scleral section; E, peripheral iridectomy; F, cryolens extraction; G&H, insertion of Kelman
multiflex intraocular lens in anterior chamber; I, corneo-scleral suturing.
b. Extracapsular cataract extraction (ECCE)
Surgical steps of conventional extracapsular cataract extraction with posterior chamber intraocular
lens implantation: A, anterior capsulotomy can-opener's technique; B, removal of anterior capsule; C, completion of corneo-scleral section; D, removal of nucleus (pressure and counter-pressure method); E, aspiration of cortex; F, insertion of inferior haptic of posterior chamber IOL; G, insertion of superior haptic of PCIOL; H, dialing of
the IOL; I, corneo-scleral suturing
c. Fakoemulsi
Surgical steps of phacoemulsification : A, Continuous curvilinear capsulorrhexis; B, Hydrodissection;C, Hydrodelineation; D&E; Nucleus emulsification by divide and conquer technique (four quadrant cracking); F,
Aspiration of cortex.
yang lebih disarankan adalah extracapsular extraction dengan fakoemulsifikasi.
Keuntungannya adalah komplikasi bedah lebih minimal, katajaman penglihatan lebih
baik, dan insiden posterior capsular opacification (PCO) lebih rendah.
Selanjutnya, operasi katarak diikuti dengan pemasangan intraoculas lens (IOL).
IOL adalah metode pilihan untuk mengkoreksi afakia. Jenis dan material IOL sangat
banyak dan bervariasi, pilihannya tergantung pada dokter mata.
Modalitas penatalaksanaan katarak terbaru adalah femtosecond laser. Namun,
studi lebih lanjut masih dibutuhkan untuk melihat keuntungan dan kerugian dari terapi
ini.
9. Prognosis
Dari berbagai studi, operasi katarak memperlihatkan hasil yang bagus.
PEMBAHASAN
Telah diperiksa seorang pasien lai-laki berusia 72 tahun dengan keluhan 25 tahun
yang lalu, awalnya pasien mengeluh penglihatannya kabur baik saat melihat dekat maupun
jauh dan semakin lama semakin memburuk. Pasien juga merasa sangat silau saat melihat
cahaya, kemudian setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis mata,
pasien didiagnosis menderita katarak senilis pada kedua matanya. Lalu pada tahun 1994
pasien menjalani operasi katarak pada mata kirinya dan dipasang IOL, dan pada tahun 1996,
pasien menjalani operasi katarak pada mata kanannya yang juga dipasang IOL.
Setelah menjalani operasi katarak, awalnya pasien merasa lebih jelas ketika melihat
dekat maupun jauh, namun tidak lama setelah itu, pandangan pasien menjadi agak kabur lagi.
Pasien mengaku kesulitan saat ingin membaca surat kabar maupun saat melihat tulisan di
tempat yang jauh. Sebelumnya pasien belum pernah menggunakan kacamata. Pasien juga
mengatakan bahwa pasien pernah menyerempet saat mengendarai kendaraan, karena
penglihatan kanan dan kirinya menjadi lebih sempit. Pasien juga mengatakan 10 tahun
terakhir, pasien harus menoleh untuk melihat sekelilingnya. Setelah diperiksa lebih lanjut
oleh dokter spesialis mata, pasien didiagnosa menderita glaukoma oleh dokter, karena
tekanan bola mata pasien yang tinggi, visus pasien yang menurun, dan C/D ratio pasien yang
besar pada saat pemeriksaan.
Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri pada matanya, sakit kepala, mata merah, dan
melihat pelangi di sekitar lampu.
Sebelumnya, pasien adalah PNS dan mengaku penglihatannya bagus saat masih
muda. Hanya ketika pasien berusia 64 tahun, pasien menggunakan kacamata baca spheris
+3,00 di kedua matanya.
Pada tahun 2014, pasien baru saja menjalani operasi glaukoma pada mata kanannya.
Pasien mengatakan bahwa lapang pandang sebelah kanan lebih baik daripada mata sebelah
kiri setelah operasi.
Pada pemeriksaan didapatkan :
VOD = 0,3F1 pH 0,3
VOS = 1/60 pH 1/60
ODS ADD +3,00
Camera Oculi Anterior ODS : kedalamannya dalam
Terpasang IOL ODS
Refleks Fundus ODS : (+) agak suram
Shadow Test ODS : (+)
C/D ratio OD : 0,8
C/D ratio OS : 0,9
Nekrosis (+) pada iris ODS
Lapang pandang OD menyempit
Lapang pandang OS tunnel vision
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan pasien didiagnosis dengan
diagnosis utama ODS glaukoma sudut terbuka. Diagnosis utama diambil dari keluhan pasien
dan dari pemeriksaan yang dilakukan.
Diagnosa glaukoma pertama kali ditegakkan pada pasien karena didapatkan keluhan
berupa pandangan kabur pada mata kanan dan kiri saat melihat jauh maupun melihat dekat,
dan keluhan dirasakan makin lama makin memburuk secara perlahan. Pasien juga
mengatakan bahwa pasien pernah menyerempet saat mengendarai kendaraan dan pasien
harus menoleh untuk dapat melihat sekelilingnya. Kemudian saat dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut pada pasien, didapatkan TIO pasien yang tinggi saat pemeriksaan awal,C/D ratio
pasien yang besar, penurunan visus secara perlahan.
Diagnosa ODS glaukoma sudut terbuka ditegakkan pada pasien saat pasien datang
untuk kontrol kembali, karena didapatkan lapang pandang pasien yang menyempit pada mata
kanan dan kiri, terutama pada mata kiri pasien (tunnel vision). Lapang pandang mata kanan
lebih baik mungkin karena pasien sudah pernah melakukan operasi dengan pembuatan
saluran pada mata kanannya. Saat pemeriksaan visus, visus dasar dengan visus setelah
dipinhole tidak mengalami kemjuan yang berarti. Saat pengukuran TIO didapatkan TIO
dalam batas normal, bisa saja terjadi karena pasien teratur menggunakan obat yang telah
diberikan, atau sudah ada kerusakan saraf. Pada pemeriksaan objektif, didapatkan nekrosis
pada iris kanan dan kiri, COA yang dalam pada mata kanan dan mata kiri.
Pada diagnosa tambahan, dituliskan katarak senilis ODS karena sebelum glaukoma,
pasien mengalami gejala menyerupai katarak yaitu pandangan kabur saat melihat jauh dan
dekat dan terjadi secara perlahan. Pasien juga merasakan sangat silau saat melihat cahaya.
Kemudian saat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter mendiagnosa pasien menderita
katarak senilis ODS. pasien juga sudah menjalani operasi katarak dan pemasangan IOL pada
mata kirinya pada tahun 1994 dan pada mata kanannya pada tahun 1996.
Pasien diberikan terapi timolol untuk menurunkan produksi akuos humor dan
pilokarpin supaya aliran outflow trabecular bertambah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari anamnesa pasien, pemeriksaan subyektif, pemeriksaan objektif,
serta dasar teori yang saya peroleh dari tinjauan pustaka didapatkan kesimpulan bahwa pasien
mengalami ODS glaukoma sudut terbuka. Didapatkan juga diagnosis tambahan berupa ODS
katarak senilis (post op dan pemasangan IOL). Pasien saat ini diterapi dengan pemberian
timolol dan pilokarpin. Serta dilakukan pemberian edukasi pada pasien. Pasien memerlukan
follow up terkait dengan kemungkinan progresifitas yang harus selalu dikontrol pada semua
pasien dengan glaukoma, yaitu pemeriksaan TIO, pemeriksaan diskus optikus, dan
pemeriksaan lapang pandang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17thed. Lange
Mc Graw Hill; 2007.
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
3. American Optometric Association. Optometric Clinical Practice Guideline: Care of
the Patient with Open Angle Glaucoma. 2011. Available from:
http://www.aoa.org/documents/optometrists/CPG-9.pdf.
4. Glaucoma Research Foundation. Glaucoma Facts and Stats. 2013. Available from:
http://www.glaucoma.org/glaucoma/glaucoma-facts-and-stats.php.
5. Lam DSC, Mingguang H, Ying LX. An Evolving Epidemiological Landscape: An
Update on the Diagnoses and Interventions for Glaucoma in China. Glaucoma Today
2013; 35-36.The Ophthalmic News and Education Network American Academy of
Ophthalmology. Primary Open-Angle Glaucoma-Asia Pacific. 2013. Available from:
http://one.aao.org/topic-detail/primary-openangle-glaucoma--asia-
pacific#GlobalInformation.
6. Quigley HA. Glaucoma. Lancet 2011; 377(9774):1367-1377.
7. The Ophthalmic News and Education Network American Academy of
Ophthalmology. Primary Open-Angle Glaucoma-Asia Pacific. 2013. Available from:
http://one.aao.org/topic-detail/primary-openangle-glaucoma--asia-
pacific#GlobalInformation.
8. Departemen Kesehatan. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Available
from: http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Tentang Glaukoma. 2010. Available
from:http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=1.
10. Kooner KS. Primary Open Angle Glaucoma. In : Clinical Pathway of Glaucoma.
NewYork : Thieme; 2000.
11. Diestelhorst JS, Hughes GM. Open Angle Glaucoma. American Academy of Family
Physician 2003;67:1937-44, 1950.
12. Wijana N. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta; 1993.
13. Filippopoulos T. Argon Laser Trabeculoplasty. 2012. [cited 05 March 14] Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1844064-overview#a15
14. Guzman MH. Trabeculectomy. 2014. [cited 05 March 14] Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1844332-overview#a15
15. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta:
2005.
16. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
2002.
17. J.P Shock. Lensa dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 1996: 175-183
18. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11. American
Academy of Ophthalmology. 2002.