gkgk

33
UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II Kami memilih pasien Asma untuk dijadikan keluarga binaan. Kami memilih penyakit ini karena asma merupakan penyakit yang sangat dipengaruhi oleh factor keturunan, hygiene perorangan dan lingkungan, cenderung berulang dan dapat menimbulkan hambatan dalam aktivitas sehari-hari jika tidak diobati secara teratur. Definisi yang disepakati bersama dalam suatu konsensus internasional para ahli asma menyatakan bahwa asma adalah suatu kelainan inflamasi kronik saluran nafas. Sedangkan definisi yang banyak dianut saat ini adalah yang dikemukakan oleh The American Thoracic Society (1962) yaitu "Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan". Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hipereaktivitas bronkus). Banyak faktor yang turut menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut. Faktor genetik, biokimia, saraf otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis, dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam proses terjadinya manifestasi asma. Karena itu asma disebut penyakit yang multifaktorial.

Upload: rahmi-mutia-erdizon

Post on 14-Apr-2017

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GKGK

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

Kami memilih pasien Asma untuk dijadikan keluarga binaan. Kami memilih penyakit

ini karena asma merupakan penyakit yang sangat dipengaruhi oleh factor keturunan, hygiene

perorangan dan lingkungan, cenderung berulang dan dapat menimbulkan hambatan dalam

aktivitas sehari-hari jika tidak diobati secara teratur.

Definisi yang disepakati bersama dalam suatu konsensus internasional para ahli asma

menyatakan bahwa asma adalah suatu kelainan inflamasi kronik saluran nafas. Sedangkan

definisi yang banyak dianut saat ini adalah yang dikemukakan oleh The American Thoracic

Society (1962) yaitu "Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea

dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan

nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai

hasil pengobatan".

Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama ialah

reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hipereaktivitas bronkus). Banyak faktor yang turut

menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut. Faktor genetik, biokimia, saraf

otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis, dan lingkungan lainnya, dapat turut serta

dalam proses terjadinya manifestasi asma. Karena itu asma disebut penyakit yang

multifaktorial.

Prevalensi asma di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, umur, status

atopi, keturunan dan lingkungan. Umumnya prevalensi anak lebih tinggi tinggi daripada

dewasa.

Page 2: GKGK

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Definisi yang disepakati bersama dalam suatu konsensus internasional para ahli asma

menyatakan bahwa asma adalah suatu kelainan inflamasi kronik saluran nafas. Sedangkan

definisi yang banyak dianut saat ini adalah yang dikemukakan oleh The American Thoracic

Society (1962) yaitu "Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea

dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan

nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai

hasil pengobatan".

Bila ditelaah lebih lanjut, definisi tadi dapat diuraikan menjadi:

1. Ada peningkatan respons trakea dan bronkus. Hal ini berarti bahwa jalan nafas

penderita asma mempunyai respon yang lebih hebat terhadap berbagai rangsangan

dibanding dengan orang normal.

2. Serangan asma jarang sekali hanya dicetuskan oleh satu macam rangsangan, tetapi

oleh berbagai rangsangan.

3. Kelainan tersebar luas pada kedua paru dan tidak hanya satu paru atau satu lobus

paru.

4. Derajat serangan asma dapat berubah-ubah, misalnya obstruksi lebih berat pada

malam hari dibanding dengan siang hari.

II. Prevalensi

Prevalensi asma di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, umur, status

atopi, keturunan dan lingkungan. Umumnya prevalensi anak lebih tinggi tinggi daripada

dewasa tapi ada juga yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi.

III.Klasifikasi

Asma menurut Konsensus Internasional diklasifikasikan berdasarkan etiologi,

beratnya penyakit, dan pola waktu terjadinya obstruksi saluran nafas.

a. Klasifikasi berdasarkan etiologi

Termasuk klasifikasi ini adalah:

Asma Ekstrinsik (alergik)

Page 3: GKGK

Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa, dan disebabkan oleh alergen

yang diketahui.

Bentuk ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dengan riwayat keluarga

yang mempunyai penyakit atopik seperti demam jerami, ekzema, dermatitis,

dan asma sendiri.

Disebabkan karena kepekaan individu terhadap alergen, biasanya protein,

dalam bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, kain pembalut,

atau yang lebih jarang, terhadap makanan seperti susu atau coklat.

Paparan terhadap alergen, meskipun hanya dalam jumlah yang sangat kecil,

dapat mengakibatkan serangan asma.

Asma Intrinsik (idiopatik)

Sering tidak ditemukan faktor-faktor pencetus yang jelas.

Faktor-faktor yang nonspesifik seperti flu biasa, latihan fisik, atau emosi dapat

memicu serangan asma.

Asma jenis ini lebih sering timbul sesudah usia 40 tahun, dengan serangan

yang timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada percabangan

trakeobronkial.

b. Klasifikasi berdasarkan berat penyakit

Beratnya penyakit ditentukan oleh berbagai faktor yaitu:

Gambaran klinik sebelum pengobatan, dilihat dari gejala, eksaserbasi, gejala

malam hari, pemberian obat inhalasi β-2 agonis, dan uji faal paru.

Obat-obat yang digunakan untuk mengontrol penyakit.

Dari gabungan tersebut asma diklasifikasikan menjadi intermiten, ringan, sedang, berat.

c. Klasifikasi berdasarkan pola waktu serangan

Menurut GINA ( Global Initiatif for Astma ) yang disusun oleh National Heart Lung and

blood Institude Amerika bekerjasama dengan WHO, Klasifikasi asma dapat dibagi menjadi 4

golongan:

Berat / ringannya Asma

Gejala Klinik Fungsi Paru

Asma Intermitent

-Kambuhan < 1x/mgg-Gejala asma malam hari < 2x/bln-Eksaserbasi hanya sebentar

-APE > 80% prediksi-Variabilitas APE <20%

Page 4: GKGK

-Tidak ada gejala dan fungsi paru normal diantara kambuhan

Asam Persisten Ringan

-Kambuhan 1-2x/mgg tapi < 1x/hr-Gejala asma malam hari > 2x/bln-Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas

-APE > 80% prediksi-Variabilitas APE 20%-30%

Asam Persisten Sedang

-Kambuhan / sesak nafas tiap hari-Gejala asma malam hari > 1x/mgg-Eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur

-APE 60%-80% prediksi

-Variabilitas APE >30%

Asam Persisten Berat

-Kambuhan sering-Gejala sesak terus menerus-Gejala asma malam hari sering-Aktivitas fisik terbatas karena asma

-APE <60% prediksi-Variabilitas APE >30%

Sumber: Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia

Klasifikasi diatas ditujukan untuk pengelolaan asma jangka panjang

d. Klasifikasi dapat pula berdasarkan berat atau ringannya serangan:

Ringan Sedang Berat

AktivitasDapat berjalanDapat berbaring

Jalan terbatasLebih suka duduk

Sukar berjalanDuduk membungkuk ke depan

Bicara Beberapa kalimat

Kalimat terbatas Kata demi kata

Kesadaran Mungkin terganggu

Biasanya terganggu Biasanya terganggu

Frekuensi nafas Meningkat Meningkat Sering > 30 menitRetraksi otot-otot bantu nafas

Umumnya tidak ada

Kadang ada Ada

Mengi Lemah sampai sedang

Keras Keras

Frekuensi nadi < 100 100-120 > 120

Pulsus paradoksus Tidak ada(< 10 mmHg)

Mungkin ada( 10-25 mmHg)

Sering ada( 25 mmHg)

APE sesudahbronkodilator

> 80 % 60-80% < 60 %

PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHgSaO2 > 95 % 91-95 % < 90 %

Page 5: GKGK

IV. Etiologi

Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama ialah

reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hipereaktivitas bronkus). Banyak faktor yang turut

menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut. Faktor genetik, biokimia, saraf

otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis, dan lingkungan lainnya, dapat turut serta

dalam proses terjadinya manifestasi asma. Karena itu asma disebut penyakit yang

multifaktorial.

Faktor-faktor pencetus asma :

Infeksi virus saluran nafas : influenza

Pemajanan terhadap allergen tungau, debu rumah, bulu binatang.

Pemajanan terhadap iritan asap rokok, minyak wangi

Kegiatan jasmani

Ekspresi emosional takut, marah, frustasi.

Obat-obat aspirin, penyekat beta, anti inflamasi non-steroid.

Lingkungan kerja : uap zat kimia.

Polusi udara : asap rokok.

Pengawet makanan : sulfit.

Lain-lain misalnya haid, kehamilan, sinusitis.

V. Patogenesa

Asma ditandai dengan 3 kelainan utama pada bronkus yaitu bronkokonstriksi otot

bronkus, inflamasi mukosa, dan bertambahnya sekret yang berada di jalan nafas.(Ilmu

Kesehatan Anak)

Pada asma ekstrinsik, alergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus

yang mengakibatkan konstriksi otot polos, hiperemia, serta sekresi lendir yang tebal.

Mekanisme terjadinya reaksi ini telah diketahui dengan baik, walaupun sangat rumit.

Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang spesifik, akan membuat

antibodi terhadap alergen yang dihirup itu. Antibodi ini merupakan imunoglobulin jenis IgE.

Antibodi ini melekat pada permukaan sel mast pada mukosa bronkus. Bila satu molekul IgE

yang terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut

akan memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan konstriksi

bronkus. Salah satu contohnya yaitu histamin dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast

Page 6: GKGK

juga terdapat reseptor β-2 adrenergik, yang bila dirangsang dengan obat anti asma salbutamol

β-2 mimetik akan menghambat pelepasan histamin. Aminofilin juga dapat menghalangi

pembebasan histamin. Pada mukosa bronkus, darah tepi, dan sputum terdapat sangat banyak

eosinofil. Dulu fungsi eosinofil dalam sputum tidak diketahui, tapi baru-baru ini diketahui

bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang menghancurkan histamin dan

prostaglandin. Jadi eosinofil memberikan perlindungan terhadap asma. Dengan demikian

jelaslah bahwa kadar IgE akan meninggi dalam darah tepi.

Asma intrinsik memiliki patogenesa yang berbeda dengan asma ekstrinsik. Mungkin

diawali oleh kepekaan yang berlebihan (hipersensitivitas) dari serabut-serabut nervus vagus

yang akan merangsang bahan-bahan iritan dalam bronkus sehingga timbul refleks batuk dan

sekresi lendir. Serabut nervus vagus ini demikian sensitifnya hingga langsung menimbulkan

refleks konstriksi bronkus. Selain itu, lendir yang sangat lengket akan disekresi sehingga pada

kasus-kasus berat dapat menimbulkan sumbatan saluran nafas yang hampir total, sehingga

menimbulkan status asmatikus, gagal nafas, dan kematian. Rangsangan yang paling penting

untuk refleks ini ialah infeksi saluran pernafasan oleh flu (common cold), adenovirus, dan

juga oleh bakteri seperti Haemophilus influenzae. Selain itu, polusi udara oleh gas iritatif asal

industri, asap, dan udara dingin juga dapat berperanan. Faktor emosi juga memiliki peran

penting pada semua jenis asma.

VI. Diagnosis

Diagnosis asma ditegakkan berdasarkan urutan pemeriksaan berikut:

1. Anamnesis

Secara klinis asma diduga bila ada gejala mengi, batuk, sesak nafas, dan riwayat

pneumonia atau bronkitis yang berulang. Batuk yang menetap dan berulang terutama

sesudah pajanan berbagai zat tertentu, aktivitas, gangguan emosi, dan infeksi virus. Batuk

pada asma menjadi lebih berat pada malam hari. Namun kadang-kadang gejala asma

hanya berupa batuk-batuk kronik. Penting juga diketahui dalam anamnesis adalah gejala-

gejala yang membaik secara spontan atau dengan bronkodilator dan anti inflamasi, dan

faktor-faktor yang dapat mencetuskan asma dan atopi dalam keluarga.

2. Pemeriksaan fisik

Hasil yang didapat tergantung stadium serangan, lamanya serangan serta jenis

asmanya. Pada asma yang ringan dan sedang, tidak ditemukan kelainan fisik di luar

Page 7: GKGK

serangan. Kadang-kadang dapat ditemukan penyakit lain sebagai penyakit penyerta

berupa otitis media, konjungtivitis, rinitis, polip hidung, sinusitis atau hiperplasia tonsil.

Pada inspeksi terlihat pernafasan yang cepat dan sukar, disertai batuk-batuk

paroksismal, dan ekspirium memanjang. Saat inspirasi terlihat retraksi daerah supra

klavikular, suprasternal, epigastrium, dan sela iga. Pada asma kronik, terlihat bentuk

toraks emfisematus, bongkok ke depan, sela iga melebar, dan diameter anteroposterior

toraks bertambah. Saat serangan berat terlihat tanda-tanda kegelisahan sampai penurunan

kesadaran, kesukaran berbicara, takikardi, penggunaan otot bantu nafas, sianosis,

hiperinflasi, dan pulsus paradoksus. Pada perkusi terdengar hipersonor di seluruh toraks,

terutama bagian bawah posterior. Daerah pekak jantung dan hati mengecil.

Pada auskultasi, awalnya terdengar bunyi nafas kasar/mengeras. Bila penyakit makin

berat, mengi dapat terdengar baik saat ekspirasi maupun inspirasi. Dalam keadaan

normal, fase ekspirasi 1/3-1/2 dari fase inspirasi. Saat serangan, fase ekspirasi

memanjang. Terdengar juga ronki kering dan ronki basah serta suara lendir bila banyak

sekresi bronkus.

Tanda-tanda yang berhubungan dengan tingkat obstruksi jalan nafas pada saat

pemeriksaan umumnya sangat tergantung pada kemampuan pengamat. Hal yang lebih

baik adalah mencari tanda-tanda yang berhubungan dengan hiperinflasi dada, seperti

hiperresonansi, retraksi subkostal, tarikan trakea dan tegangnya otot-otot skalenus.

3. Uji faal paru

Uji faal paru yang paling sederhana adalah pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE)

dengan alat Mini Wright Peak Flow Meter. Pemeriksaan ini memiliki arti bila dilakukan

secara serial. Variabilitas nilai APE sebesar 20% atau lebih antara pagi dan sore

merupakan diagnostik asma. Pemeriksaan paru yang lebih akurat adalah dengan

spirometri, yaitu menentukan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1/Volume

Ekspirasi Paksa detik pertama) dan rasio VEP1 terhadap kapasitas vital paksa (KVP).

Reversibilitas asma dapat dilihat dengan pengukuran faal paru (APE atau VEP1) sebelum

dan sesudah pemberian bronkodilator, misalnya inhalasi agonis β-2. Peningkatan APE

atau VEP1 sebesar 15% atau lebih sesudah inhalasi bronkodilator menunjukkan adanya

reversibilitas penyakit.

4. Pemeriksaan laboratorium

Page 8: GKGK

Pada penderita asma sering ditemukan eosinofilia. Uji kulit dengan alergen

merupakan pemeriksaan diagnostik pada asma alergi. Pemeriksaan IgE spesifik dalam

serum juga berguna dalam diagnostik asma alergi.

5. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan foto toraks tidak begitu penting untuk diagnosis asma. Pemeriksaan ini

berguna untuk menyingkirkan penyakit lain yang mempunyai gejala mirip asma atau

untuk melihat komplikasi penyakit seperti atelektasis, pneumotoraks, pneumonia, dan

fraktur iga.

6. Uji provokasi bronkus

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperlihatkan dan mengukur derajat

hipereaktivitas bronkus yang terdapat pada penderita asma. Selain itu juga dilakukan bila

ada kecurigaan asma namun tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik dan faal

paru. Uji provokasi ini dapat dilakukan dengan beban kerja, hiperventilasi isokapnik,

udara dingin, maupun dengan inhalasi spesifik atau nonspesifik.

7. Analisa gas darah

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat.

VII. Diagnosis Banding

Bronkitis kronis

Emfisema paru

Gagal jantung kiri akut (asma kardial)

VIII. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan asma:(10)

Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma

Mencegah eksaserbasi / serangan akut

Meningkatkan fungsi paru mendekati normal dan mempertahankan keadaan

tersebut

Mengupayakan tercapainya tingkat aktivitas normal termasuk exercise

Menghindari efek samping karena obat

Mencegah terjadinya aliran udara yang irreversibel

Mencegah kematian karena asma

Page 9: GKGK

Pada prinsipnya obat anti asma untuk mengontrol penyakit terdiri dari pengobatan

pencegahan yang bersifat jangka panjang terutama antiinflamasi, serta pengobatan yang

bersifat mengatasi serangan, efeknya segera dan waktu bekerjanya singkat dikenal sebagai

bronkodilator.

Pengobatan asma jangka panjang didasarkan pada beratnya penyakit dan modifikasi dapat

dilakukan sesuai kondisi. Beberapa hal perlu diperhatikan yaitu:

1. Untuk mencapai kondisi terkontrol, pengobatan dapat dimulai dari level maksimal sesuai

berat penyakit, dan bila tercapai kondisi terkontrol diturunkan secara bertahap. Atau

sebaliknya dimulai dengan pengobatan sesuai berat penyakit dan dinaikkan bila

dibutuhkan.

2. Naikkan level pengobatan, bila tidak tercapai kondisi terkontrol atau keadaan asma

menetap atau tidak ada perbaikan.

3. Turunkan level pengobatan bila tercapai kondisi terkontrol yang stabil paling tidak 3

bulan, secara bertahap diturunkan sampai tercapai pengobatan level serendah mungkin

yang menghasilkan kondisi terkontrol seoptimal mungkin.

4. Setelah asma terkontrol tetap evaluasi pengobatan berkala (3-6 bulan sekali)

5. Pada kasus asma berat dengan penyakit penyerta atau dengan komplikasi maka

selayaknya dirujuk kepada ahli paru.

Pengobatan yang tepat sesuai berat penyakit disusun pula oleh NHLBI, GINA dan

WHO dengan maksud tercapainya pengamanan yang adekuat , hal ini berdasarkan data yang

menunjukkan kekerapan serangan atau eksaserbasi asma yang membutuhkan perawatan

rumah sakit atau pertolongan gawat darurat, walaupun telah terjadi perkembangan dalam

pengetahuan patogenesis, diagnosis dan berbagai jenis pengobatan asma.

Berikut ini telah disusun tuntunan (guideline) pengobatan yang relatif dipakai diseluruh negara menurut NHLBI, GINA dan WHO 1998:

Berat Penyakit Pencegahan jangka panjang Pengobatan mengatasi serangan

Asma Persisten berat

Pengobatan setiap hariInhalasi steroid

Inhalasi bronkodilator kerja singkat

Page 10: GKGK

MDI+spacer >1mg/hr atauSteroid nebulasi>1mg, 2x/hrBila perlu steroid oral, dosis

kecil, selang sehari,pagi hari

Agonis beta-2 atau ipratropium bromida atao oral agonis beta-2 3-4x/hr

Asma Persisten Sedang

Pengobatan setiap hariInhalasi steroid

MDI+spacer 400-800mcg/hr atao Steroid nebulisasi <1mg/hr

Inhalasi bronkodilator kerja singkat

Agonis beta-2 atau ipratropium bromida

Agonis beta-2 atau ipratropium bromida oral

agonis beta-2, 3-4x/hrAsma persisten

RinganPengobatan setiap hari

Inhalasi steroidMDI+spacer 200-400mcg/hr

Kromoglikat (gunakan MDI+spacer atau secara

nebulisasi

Inhalasi bronkodilator kerja singkat

Agonis beta-2 atau ipratropium bromida

Agonis beta-2 atau ipratropium bromida oral

agonis beta-2, 3-4x/hrAsma

IntermittenTidak dibutuhkan Inhalasi bronkodilator

kerja singkat.Agonis B2 atau

ipratropium bromid bila dibutuhkan.

Dirasakan tuntunan pengobatan tersebut tidak sepenuhnya dapat dilakukan di

Indonesia, mengingat bervariasinya tingkat kemampuan penderita, baik kemampuan

pengetahuan/ pendidikan maupun kemampuan ekonomi, serta kemampuan pemberi jasa

dalam hal ini fasilitas layanan kesehatan Maka dipikirkan modifikasi dari tuntunan tersebut

dengan mengindahkan kondisi di Indonesia.

Terjadinya eksaserbasi pada asma disebabkan oleh faktor pencetus yang bervariasi

dari satu penderita dengan penderita lainnya, dengan kata lain faktor pencetus bersifat

individual. Faktor pencetus dapat dibagi atas dua bagian yaitu inciter, yang dapat

mengakibatkan terjadinya bronkospasme tanpa meningkatkan hipereaktivitas bronkus (HBR),

contohnya asap rokok, bau-bauan merangsang, exercise dan inducer, yang dapat

menimbulkan inflamasi sehingga meningkatkan HBR, contohnya alergen, infeksi pernafasan,

bahan kimia.

Identifikasi faktor pencetus dapat dilakukan oleh penderita, keluarga penderita dengan

bantuan dokter. Untuk pencetus berupa alergen dapat dilakukan uji kulit (prick test).

Page 11: GKGK

Identifikasi pencetus mutlak dilakukan dengan tujuan untuk mencegah serangan dan

mengurangi pemakaian obat-obatan.

IX. Prognosa

Asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi asma dapat dikontrol dan penatalaksanaan

asma bermaksud untuk memperbaiki kualitas hidup penderita seoptimal mungkin sehingga

penderita dapat hidup normal dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.

Page 12: GKGK

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Hamdan/Laki-laki/10 tahun

b. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar/kelas 4 SD

c. Alamat : Perum Harmonis blok D no 4, Tunggul Hitam

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum menikah

b. Jumlah Saudara : 3 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : menengah, penghasilan Rp 3.000.000,-

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen

- Ventilasi dan sirkulasi udara kurang

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Sampah ditimbun

- Jumlah kamar tidur 2 buah, pasien menggunakan kasur kapuk, alas kasur,

sarung bantal dan selimut dicuci tiap 1 bulan sekali.

- Ruang tamu tidak menggunakan karpet. Rumah disapu 1 kali sehari pada pagi

hari. Gorden ruang tamu dan kamar biasa diganti 2 x setahun saat lebaran.

- Pasien tinggal di komplek perumahan dan disekitar rumah pasien sedang

dibangun beberapa rumah.

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.

- Ibu pasien memasak dengan menggunakan kompor gas.

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Hubungan dengan keluarga baik

- Faktor stress dalam keluarga tidak ada.

- Pasien anak ke 2 dari 4 bersaudara.

- Hubungan dengan tetangga sekitar baik.

Page 13: GKGK

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Riwayat menderita penyakit yang sama sejak berusia 3 tahun ,tetapi tidak

terlalu menggangu aktivitas harian.

- Tidak ada anggota keluarga yang lain menderita penyakit yang sama dengan

pasien.

- Riwayat alergi makanan pada keluarga tidak ada.

- Ibu pasien alergi terhadap debu dan udara dingin, jika berkontak maka akan

bersin-bersin, hidung berair dan tersumbat.

5. Keluhan Utama

Sesak nafas meningkat sejak 2 hari yang lalu.

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak nafas meningkat sejak 2 hari yang lalu. Sesak nafas berbunyi menciut,

sesak nafas dipengaruhi oleh cuaca dingin, tidak dipengaruhi aktivitas dan

makanan. Sesak dirasakan terutama pada malam/ dini hari, bertambah sesak

jika batuk, sesak tidak berkurang dengan perubahan posisi.

Batuk ada sejak 2 hari yang lalu, berdahak warna putih.

Demam tidak ada.

Riwayat bersin-bersin saat udara dingin/ pagi hari tidak ada.

Riwayat mata merah dan berair jika terkena debu/ udara dingin tidak ada.

Riwayat biring susu disangkal.

Riwayat galigato ada yang muncul ketika udara dingin

Riwayat penggunaan obat-obatan yang dibeli sendiri tidak ada.

Pasien suka jajan es krim dan makanan ringan, serta aktif bermain bola setiap

hari.

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : CMC

Nadi : 82 x/ menit

Nafas : 26x/menit

TD : 100/70 mmHg

Page 14: GKGK

Suhu : 36,7 0C

BB : 25 kg

TB : 135 cm

IMT : 13,74

Status Internus

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Kulit : Turgor kulit normal

Dada :

Paru

Inspeksi : simetris kiri = kanan, retraksi dinding dada (-)

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Punggung

Inspeksi : simetris kiri = kanan

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), ronkhi (-/-)

Page 15: GKGK

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

8. Pemeriksaan Anjuran :

- skin prick test

- Pemeriksaan faal paru/ spirometri

9. Diagnosis Kerja

Asma Persisten Ringan

10. Diagnosis Banding : -

11. Manajemen

a. Preventif :

- Cuci sarung bantal, sprei dan selimut minimal 2 minggu sekali.

- Usahakan menggunakan kasur dan bantal dari bahan busa.

- Gorden dicuci minimal 1 x sebulan.

- Bersihkan tempat duduk tamu dengan cara dipukul menggunakan sapu lidi dan

dijemur 2 minggu sekali.

- Buka jendela rumah setiap pagi.

- Jika memasak, buka pintu / jendela di dapur, agar asap kompor langsung

keluar.

- Hindari aktivitas fisik yang berat dan hindari berktivitas pada keadaan udara

dingin.

b. Promotif :

- Menjelaskan tentang asma dan factor pencetusnya (faktor pejamu dan faktor

lingkungan).

- Menjelaskan pentingnya pemeriksaan lebih lengkap, seperti : skin prick tes,

atau pemeriksaan faal paru agar serangan asma pasien bisa berkurang dan

mencapai asma yang terkontrol.

- Meningkatkan kebugaran fisik dan istirahat cukup. Olahraga yang dianjurkan

adalah Senam Asma Indonesia (SAI) yang membutuhkan waktu 15-20 menit,

minimal 3x seminggu.

- Mengkonsumsi makanan bergizi dan seimbang.

Page 16: GKGK

c. Kuratif :

- Salbutamol tablet 2 mg (3 x ½ tab/hari)

- Ambroxol syr 15mg (3 x ½ sendok makan/hari)

- CTM tab 4 mg (3 x ½ tab/ hari)

d. Rehabilitatif :

- Jika serangan asma semakin bertambah berat, maka segera konsulkan ke

puskesmas atau RS terdekat.

A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Nanggalo

Dokter : Nanggalo

Tanggal : 17 April 2014

R/ CTM tab 4 mg No. V

S 3 d d tab I/2 £

R/ Salbutamol tab 2 mg No. V

S 3 dd tab I/2 £

R/ Ambroxol syr 15 mg /5 ml fls No.I

S 3 dd cth I/2 £

Pro : Hamdan

Umur : 10 tahun

Alamat : Tunggul hitam

Page 17: GKGK

Faktor risiko

Yang tidak bisa dimodifikasi Yang bisa dimodifikasi

Riwayat atopi dalam keluarga Paparan asap

Debu rumah dari karpet, kasur

kapuk, sprei, gorden.

Aktifitas fisik, kebiasaan jajan

B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan

komprehensif dan holistik

Preventif :

- Cuci sarung bantal, sprei dan selimut minimal 2 minggu sekali.

- Usahakan menggunakan kasur dan bantal dari bahan busa.

- Gorden dicuci minimal 1 x sebulan.

- Bersihkan tempat duduk tamu dengan cara dipukul menggunakan sapu lidi dan

dijemur 2 minggu sekali.

- Buka jendela rumah setiap pagi.

- Jika memasak, buka pintu / jendela di dapur, agar asap kompor langsung

keluar.

- Hindari menggunakan obat nyamuk yang menimbulkan asap atau spray dan

mengandung bahan polutan, sebaiknya menggunakan kelambu saat tidur.

- Hindari aktivitas fisik pada keadaan udara dingin.

Promotif :

- Menjelaskan tentang asma dan factor pencetusnya (faktor pejamu dan faktor

lingkungan).

- Menjelaskan pentingnya pemeriksaan lebih lengkap, seperti : skin prick tes, ,

atau pemeriksaan faal paru agar serangan asma pasien bisa berkurang dan

mencapai asma yang terkontrol.

- Meningkatkan kebugaran fisik dan istirahat cukup. Olahraga yang dianjurkan

adalah Senam Asma Indonesia (SAI) yang membutuhkan waktu 15-20 menit,

minimal 3x seminggu.

- Mengkonsumsi makanan bergizi dan seimbang.

Page 18: GKGK

Kuratif :

- CTM tablet 4 mg (3 x ½ tab/hari)

- Salbutamol tablet 2 mg (3 x ½ tab/hari)

- Ambroxol syrup 15mg/5ml (3 x ½ tab/hari)

Rehabilitatif :

- Jika serangan asma semakin bertambah berat, maka segera konsulkan ke

puskesmas atau RS terdekat.

Page 19: GKGK

Home Visite Tanggal 18 April 2014 pukul 15.00WIB

Riwayat penyakit sekarang ;

- Keluhan sesak berkurang.

- Batuk berkurang, dahak ada.

- Demam tidak ada.

Pemeriksaan Fisik Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 88 x / menit

Nafas : 21 x / menit

TD : 110/70 mm Hg

Suhu : afebris

Diagnosis Kerja : Asma persisten ringan

Pemeriksaan Anjuran :

Skin prick test

Faal paru

Rencana : Memberikan leaflet mengenai Asma, diskusi bersama pasien dan ibu

pasien mengenai penyakit asma, dan memberikan buku tentang Senam asma

Indonesia.

Penatalaksanaan :

- CTM tablet 4 mg (3 x ½ tab/hari)

- Salbutamol tablet 2 mg (3 x ½ tab/hari)

- Ambroxol syrup 15mg/5ml (3 x ½ tab/hari)

Page 20: GKGK

Pemeriksaan Fisik ayah Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 89 x / menit

Nafas : 20 x / menit

TD : 110/80 mm Hg

Suhu : afebris

Diagnosis Kerja : -

Anjuran : Makan makanan bergizi dan olah raga teratur

Pemeriksaan Fisik ibu Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 82 x / menit

Nafas : 18 x / menit

TD : 120/70 mm Hg

Suhu : afebris

Diagnosis Kerja : -

Anjuran : Makan makanan bergizi dan olah raga teratur,

kurangi paparan debu dan kurangi beraktifitas

pada pagi hari

Pemeriksaan Fisik kakak Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 88 x / menit

Nafas : 22 x / menit

TD : 110/60 mm Hg

Suhu : 37,00 C

BB : 40 kg

Page 21: GKGK

Anjuran : Makan makanan bergizi dan olahraga teratur

Pemeriksaan Fisik adik Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 78 x / menit

Nafas : 18 x / menit

TD : 100/60 mm Hg

Suhu : 36,70 C

BB : 20 kg

Anjuran : Makan makanan bergizi dan olahraga teratur

Pemeriksaan Fisik adik Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 90 x / menit

Nafas :24 x / menit

TD : 100/70 mm Hg

Suhu : 36,80 C

BB : 12 kg

Anjuran : Makan makanan bergizi dan olahraga teratur

Tanggal 23 April 2014 pukul 15.00

Riwayat penyakit sekarang ;

- Keluhan sesak berkurang.

Page 22: GKGK

- Batuk ada tidak berdahak

- Demam tidak ada.

Pemeriksaan Fisik Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 90 x / menit

Nafas : 23 x / menit

TD : 120/70 mm Hg

Suhu : afebris

Diagnosis Kerja : Asma persisten ringan

Pemeriksaan Anjuran :

Skin prick test

Faal paru

Rencana : menganjurkan pasien untuk pemeriksaan lebih lengkap ke rumah

sakit.

Penatalaksanaan :

o CTM tablet 4 mg (3 x ½ tab/hari)

o Salbutamol tablet 2 mg (3 x ½ tab/hari)

o Ambroxol syrup 15mg/5ml (3 x ½ tab/hari)

Page 23: GKGK

Keadaan didepan rumah pasien

Ruang tamu dan ruang keluarga diskusi dengan ibu pasien

Page 24: GKGK

Foto kamar mandi