gitowaluyo.files.wordpress.com … · web viewsegala puji bagi allah atas limpahan rahmat, taufiq,...

32
MAKALAH AGAMA DAN KEBUDAYAAN Untuk Memenuhi Mata Kuliah Islam dan Budaya Jawa Dosen Pembimbing : Drs. H. Wardani Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Abid Nurhuda 11-01-1340 2. Afifatunnisa 11-01-1341 3. Alfia 11-01-1342 4. Ammi Munawaroh 11-01-1343 5. Gito Waluyo 11-01-1406 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM i

Upload: vandang

Post on 31-Jan-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

MAKALAH

AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Islam dan Budaya Jawa

Dosen Pembimbing : Drs. H. Wardani

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Abid Nurhuda 11-01-1340

2. Afifatunnisa 11-01-1341

3. Alfia 11-01-1342

4. Ammi Munawaroh 11-01-1343

5. Gito Waluyo 11-01-1406

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH WATES

YOGYAKARTA

2012

i

Page 2: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga

tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah banyak memberikan inspirasi

kepada penulis sehingga terselesaikanlah tugas makalah ini. walaupun masih banyak

kekurangan, sebagaimana kata pepatah “tiada gading yang tak retak”, untuk itu kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan oleh penyusun.

Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan keikhlasan membantu dalam

proses penyelesaian makalah ini. Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Wardani

selaku dosen mata kuliah Islam dan Budaya Jawa.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kulon Progo, 31 Januari 2012

Penyusun

ii

Page 3: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar isi .................................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................................1

Latar Belakang..............................................................................................................1

Rumusan Masalah.........................................................................................................2

Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

Bab II Konsepsi Teori............................................................................................................3

Pengertian Agama.........................................................................................................3

Agama dan Budaya.......................................................................................................4

Agama dan Budaya Indonesia......................................................................................5

Proses masuknya Islam Ke Indonesia..........................................................................6

Pertemuan Islam dan budaya Nusantara.......................................................................6

Bab III Studi Kasus................................................................................................................10

Bab IV Analisa dan kesimpulan............................................................................................12

Daftar Pustaka........................................................................................................................15

Daftar Kata Sukar..................................................................................................................16

iii

Page 4: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, kawasan Asia Tenggara mulai

berkenalanan dengan “tradisi” Islam, meskipun frekuensinya tidak terlalu besar. Pengenalan

ini berlangsung sejalan dengan munculnya para saudagar Muslim di beberapa tempat di Asia

Tenggara. Bukti tertua adanya “komunitas” Muslim di Asia Tenggara adalah dua buah

makam yang bertarikh sekitar abad ke-5 Hijriah/ke-11 Masehi di Pandurangga (kini Panrang,

Viet Nam) dan di Leran (Gresik, Indonesia).

Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13

Masehi, yaitu dengan adanya makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada bulan

Ramadhan 696 Hijriah/1297 Masehi. Ini berarti bahwa pada abad ke-13 Masehi di Nusantara

sudah ada institusi kerajaan yang bercorak Islam.

Para saudagar Muslim sudah melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7 Masehi.

Beberapa kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara sudah melakukan hubungan dagang dan

diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah. Bukti-bukti arkeologis yang

mendukung ke arah itu ditemukan di Laut Jawa dekat Cirebon. Di antara komoditi

perdagangan yang asalnya dari Timur Tengah ditemukan indikator “keIslaman” yang berupa

sebuah cetakan tangkup (mould) yang bertulisan asma‘ul husnah.

Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya.

Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang

kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain.

Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian

melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil

mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga

dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang

membawa pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain:

mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur

budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya

asliu; dan memilkiki kemampuanmengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan

budaya selanjutnya.

Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran

Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama

iv

Page 5: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-budaya lokal yang

ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya lokal ini

sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini

kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara budaya lokal dan Islam.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana perbedaan konsep agama dan budaya?

Bagaimana implikasi masuknya Islam terhadap budaya di Indonesia?

Bagaimana proses asimilasi Islam dengan masyarakat Indonesia?

Bagaimana proses terjadinya akulturasi antara Islam dan budaya Nusantara?

C. Tujuan Penulisan.

Mengetahui perbedaan konsep agama dan budaya

Mengetahui implikasi masuknya Islam terhadap perubahan budaya di Indonesia

Mengetahui proses asimilasi Islam dengan masyarakat Indonesia

Mengetahui proses terjadinya akulturasi antara Islam dan budaya Nusantara.

v

Page 6: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

BAB II

KONSEPSI TEORI

A. Pengertian Agama

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti

kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama

dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar

hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut

Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari seseorang atau

sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam

sekitarnya. Ketidak kacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang

moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.

Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris) yang berasal

dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata religare yang berarti mengikat. Dalam

pengertian religio termuat peraturan tentang kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan

hubungannya dengan realitas tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungannya

secara horizontal.1

Islam juga mengadopsi kata agama, sebagai terjemahan dari kata Al-Din seperti yang

dimaksudkan dalam Al-Qur’an surat 3 : 19 ( Zainul Arifin Abbas, 1984 : 4). Agama Islam

disebut Din dan Al-Din, sebagai lembaga Ilahi untuk memimpin manusia untuk mendapatkan

keselamatan dunia dan akhirat. Secara fenomenologis, agama Islam dapat dipandang sebagai

Corpus syari’at yang diwajibkan oleh Tuhan yang harus dipatuhinya, karena melalui syari’at

itu hubungan manusia dengan Allah menjadi utuh. Cara pandang ini membuat agama

berkonotasi kata benda sebab agama dipandang sebagai himpunan doktrin.

Komaruddin Hidayat seperti yang dikutip oleh Muhammad Wahyuni Nifis (Andito ed,

1998:47) lebih memandang agama sebagai kata kerja, yaitu sebagai sikap keberagamaan atau

kesolehan hidup berdasarkan nilai-nilai ke Tuhanan.

Walaupun kedua pandangan itu berbeda sebab ada yang memandang agama sebagai

kata benda dan sebagai kata kerja, tapi keduanya sama-sama memandang sebagai suatu sistem

keyakinan untuk mendapatkan keselamatan disini dan diseberang sana.

1 Mulyono Sumardi, Penelitian Agama, Masalah dan Pemikiran, hal. 71

vi

Page 7: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

B. Agama dan Budaya

Budaya menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan

hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia

dengan belajar.2

Jadi budaya diperoleh melalui belajar. Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain

cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat 

adalah budaya. Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan

yang terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat, etos

kerja dan pandangan hidup. Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama terhadap

budaya manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada

pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan keagamaan berpola kepada bagaimana mereka

memikirkan Tuhan, menghayati dan membayangkan Tuhan.

Lebih tegas dikatakan Geertz, bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis

dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu

atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan

saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.3

Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses

interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama

tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa

kondisi yang objektif.

Faktor kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya budaya agama yang berbeda-

beda walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama. Oleh karena itu agama Kristen yang

tumbuh di Sumatera Utara di Tanah Batak dengan yang di Maluku tidak begitu sama sebab

masing-masing mempunyai cara-cara pengungkapannya yang berbeda-beda. Ada juga nuansa

yang membedakan Islam yang tumbuh dalam masyarakat dimana pengaruh Hinduisme adalah

kuatdengan yang tidak. Demikian juga ada perbedaan antara Hinduisme di Bali dengan

Hinduisme di India, Buddhisme di Thailan dengan yang ada di Indonesia. Jadi budaya juga

mempengaruhi agama. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan

dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya

(Andito,ed,1998:282).Tapi hal pokok bagi semua agama adalah bahwa agama berfungsi

sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang

ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur

2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm. 1703 Geertz, Clifford, Kebudayaan dan Agama, 1992, hlm. 13

vii

Page 8: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama.

Hal ini terjadi karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan insan yang berbudidaya

dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan pelbagai objek realitas dan tata nilai baru

berdasarkan inspirasi agama.

C. Agama dan budaya Indonesia

Jika kita teliti budaya Indonesia, maka tidak dapat tidak budaya itu  terdiri dari 5

lapisan. Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen.4

Dipandang dari segi budaya, semua kelompok agama di Indonesia telah

mengembangkan budaya agama untuk mensejahterakannya tanpa memandang perbedaan

agama, suku dan ras.

Disamping pengembangan budaya immaterial tersebut agama-agama juga telah

berhasil mengembangkan budaya material seperti candi-candi dan bihara-bihara di Jawa

tengah, sebagai peninggalan budaya Hindu dan Buddha. Budaya Kristen telah mempelopori

pendidikan, seni bernyanyi, sedang budaya Islam antara lain telah mewariskan Masjid Agung

Demak (1428) di Gelagah Wangi Jawa Tengah. Masjid ini beratap tiga susun yang khas

Indonesia, berbeda dengan masjid Arab umumnya yang beratap landai. Atap tiga susun itu

menyimbolkan Iman, Islam dan Ihsan. Masjid ini tanpa kubah, benar-benar has Indonesia

yang mengutamakan keselarasan dengan alam.Masjid Al-Aqsa Menara Kudus di Banten

bermenaar dalam bentuk perpaduan antara Islam  dan Hindu. Masjid Rao-rao di Batu Sangkar

merupakan perpaduan berbagai corak kesenian dengan hiasan-hiasan mendekati gaya India

sedang atapnya dibuat dengan motif rumah Minangkabau.5

Dari segi budaya, agama-agama di Indonesia adalah aset bangsa, sebab agama-agama

itu telah memberikan sesuatu bagi kita sebagai warisan yang perlu dipelihara. Kalau pada

waktu zaman lampau agama-agama bekerja sendiri-sendiri maka dalam zaman milenium ke 3

ini agama-agama perlu bersama-sama memelihara dan mengembangkan aset bangsa tersebut.

Tetapi yang sering terjadi adalah sebaliknya sebab kita tidak sadar tentang nilai aset itu bagii

pengembangan budaya Indonesia.

Agaknya setiap kelompok agama di Indonesia sudah waktunya bersama-sama

membicarakan masalah-masalah bangsa dan penanggulangannya.

4 Andito, Atas Nama Agama, Wacana Agama Dalam Dialog Bebas Konflik, 1998, hlm. 77-795 Tule, Philipus, Wilhelmus Julie, ed Agama-agama, Kerabat Dalam Semesta, hlm. 159.

viii

Page 9: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

D. Proses masuknya Islam Ke Indonesia

Berbicara tentang Islamisasi di Nusantara, pertanyaan kita adalah bilamana  Islam

masuk ke Nusantara dan siapa yang membawa atau menyebarkannya. Pertanyaan kemudian,

Islam seperti apa yang masuk dan bagaimana bentuknya yang sekarang? Pertanyaan pertama

dan kedua dapat dijawab secara teoritis melalui bukti-bukti arkeologi mutakhir yang sampai

kepada kita, sedangkan pertanyaan berikutnya dapat dijawab melalui kacamata budaya yang

masih dapat disaksikan di beberapa tempat di Nusantara.

Hingga saat ini tidak ada satupun bukti tertulis yang secara tersurat menyatakan bahwa

Islam masuk di Nusantara pada tahun atau abad sekian dan yang membawa masuk adalah si

Nasruddin (misalnya). Kajian mengenai dugaan masuknya Islam di Nusantara hingga saat ini

baru didasarkan atas bukti tertulis dari nisan kubur serta beberapa naskah yang menuliskan

para pedagang Islam. yang ditemukan di beberapa tempat di Nusantara, seperti di Aceh, Barus

(pantai barat Sumatra Utara) dan Gresik (Jawa Timur).

Islamisasi di Nusantara erat kaitannya dengan sejarah Islam yang hingga kini

penulisannya belum “lengkap” dan sifatnya masih parsial. Keadaan seperti ini jauh-jauh hari

sudah disinyalir oleh Presiden Soekarno yang menyatakan bahwa sikap ulama Indonesia

kurang atau bahkan tidak memiliki pengertian perlunya penulisan sejarah. Di samping sikap

ulama Indonesia tersebut, masih ada kendala lain untuk menuliskan sejarah. Kendala itu

antara lain kurangnya data atau sumber-sumber tertulis, serta luasnya geografis Indonesia

sehingga untuk mengintegrasikan data dari berbagai daerah juga sulit.

Mengenai dari mana Islam masuk Nusantara, ada beberapa pendapat dengan

argumennya masing-masing. Ada yang berteori bahwa Islam datang dari Arab, Persia, India,

bahkan ada yang menyatakan dari Tiongkok. Meskipun pendapat mengenai asalnya Islam

berbeda-beda, namun ada kesamaan bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui “perantaraan”

kaum saudagar. Mereka berniaga sambil menyebarkan syi‘ar Islam. Hal ini sesuai dengan

Hadist: “Sampaikanlah dari saya ini walau hanya satu ayat”. Kemudian sesampainya di

Nusantara, barulah disebarkan oleh ulama-ulama lokal atau para wali seperti di Tanah Jawa

ada Wali Songo.

E. Pertemuan Islam dan Budaya Nusantara

Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya.

Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang

kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya,

paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsespsi sosial budaya, dan

ix

Page 10: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

Islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut

dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan

little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-

bidang yang “Islamik”, yang dipengaruhi Islam.6

Tradisi besar (Islam) adalah doktrin-doktrin original Islam yang permanen, atau

setidak-tidaknya merupakan interpretasi yang melekat ketat pada ajaran dasar. Dalam ruang

yang lebih kecil doktrin ini tercakup dalam konsepsi keimanan dan syariah-hukum Islam yang

menjadi inspirasi pola pikir dan pola bertindak umat Islam. Tradisi-tradisi ini seringkali juga

disebut dengan center (pusat) yang dikontraskan dengan peri-feri (pinggiran).

Tradisi kecil (tradisi local, Islamicate) adalah realm of influence- kawasan-kawasan

yang berada di bawah pengaruh Islam (great tradition). Tradisi local ini mencakup unsur-

unsur yang terkandung di dalam pengertian budaya yang meliputi konsep atau norma,

aktivitas serta tindakan manusia, dan berupa karya-karya yang dihasilkan masyarakat.

Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian

melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil

mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga

dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang

membawa pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain:

mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur

budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli;

dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya

selanjutnya.7

Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran

Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama

sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-budaya local yang

ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya local ini

sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini

kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara budaya local dan Islam.

Budaya-budaya local yang kemudian berakulturasi dengan Islam antara lain acara

slametan (3,7,40,100, dan 1000 hari) di kalangan suku Jawa. Tingkeban (nujuh Hari). Dalam

bidang seni, juga dijumpai proses akulturasi seperti dalam kesenian wayang di Jawa. Wayang

merupakan kesenian tradisional suku Jawa yang berasal dari agama Hindu India. Proses 6 Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, hal. 13.7 Soejanto Poespowardojo, Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam modernisasi, kepribadian

budaya bangsa (local genius), hal. 28

x

Page 11: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

Islamisasi tidak menghapuskan kesenian ini, melainkan justru memperkayanya, yaitu

memberikan warna nilai-nilai Islam di dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga di

dalam bidang-bidang lain di dalam masyarakat Jawa. Dengan kata lain kedatangan Islam di

nusantara dalam taraf-taraf tertentu memberikan andil yang cukup besar dalam

pengembangan budaya local.

Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat

misalnya: bentuk masjid Agung Banten yang beratap tumpang, berbatu tebal, bertiang saka,

dan sebagainya benar-benar menunjukkan ciri-ciri arsitektur local. Sementara esensi Islam

terletak pada “ruh” fungsi masjidnya. Demikian juga dua jenis pintu gerbang bentar dan

paduraksa sebagai ambang masuk masjid di Keraton Kaibon. Namun sebaliknya, “wajah

asing” pun tampak sangat jelas di kompleks Masjid Agung Banten, yakni melalui pendirian

bangunan Tiamah dikaitkan dengan arsitektur buronan Portugis,Lucazs Cardeel, dan

pendirian menara berbentuk mercu suar dihubungkan dengan nama seorang Cina: Cek-ban

Cut.8

Dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana diceritakan dalam Babad Banten,

Banten kemudian berkembang menjadi sebuah kota. Kraton Banten sendiri dilengkapi dengan

struktur-struktur yang mencirikan prototype  kraton yang bercorak Islam di Jawa,

sebagaimana di Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta. Ibukota Kerajaan Banten dan Cirebon

kemudian berperan sebagai pusat kegiatan perdagangan internasional dengan ciri-ciri

metropolitan di mana penduduk kota tidak hanya terdiri dari penduduk setempat, tetapi juga

terdapat perkampungan-perkampunan orang-orang asing, antara lain Pakoja, Pecinan, dan

kampung untuk orang Eropa seperti Inggris, Perancis dan sebagainya.

Dalam bidang kerukunan, Islam di daerah Banten pada masa lalu tetap memberikan

perlakuan yang sama terhadap umat beragama lain. Para penguasa muslim di Banten misalnya

telah memperlihatkan sikap toleransi yang besar kepada penganut agama lain. Misalnya

dengan mengizinkan pendirian vihara dan gereja di sekitar pemukiman Cina dan Eropa.

Bahkan adanya resimen non-muslim yang ikut mengawal penguasa Banten. Penghargaan atau

perlakuan yang baik tanpa membeda-bedakan latar belakang agama oleh penguasa dan

masyarakat Banten terhadap umat beragama lain pada masa itu, juga dapat dilisaksikan di

kawasan-kawasan lain di nusantara, terutama dalam aspek perdagangan. Penguasa Islam di

berbagai belahan nusantara telah menjalin hubungan dagang dengan bangsa Cina, India dan

lain sebagainya sekalipun di antara mereka berbeda keyakinan.

8 Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Islam: Arkeologi dan Islam di Indonesia, hlm. 209.

xi

Page 12: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

Aspek akulturasi budaya local dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya Sunda

adalah dalam bidang seni vokal yang disebut seni beluk. Dalam seni beluk sering dibacakan

jenis cirita (wawacan) tentang ketauladanan dan sikap keagamaan yang tinggi dari si tokoh.

Seringkali wawacan dari seni beluk ini berasal dari unsur budaya local pra-Islam kemudian

dipadukan dengan unsur Islam seperti pada wawacan Ugin yang mengisahkan manusia yang

memiliki kualitas kepribadian yang tinggi. Seni beluk kini biasa disajikan pada acara-acara

selamatan atau tasyakuran, misalnya memperingati kelahiran bayi ke-4- hari (cukuran),

upacara selamatan syukuran lainnnya seperti kehamilan ke-7 bulan (nujuh bulan atau

tingkeban), khitanan, selesai panen padi dan peringatan hari-hari besar nasional. 

Akulturasi Islam dengan budaya-budaya local nusantara sebagaimana yang terjadi di

Jawa didapati juga di daerah-daearah lain di luar Jawa, seperti Sumatera Barat, Aceh,

Makasar, Kalimantan, Sumatera Utara, dan daerah-daerah lainnya. Khusus di daerah

Sumatera Utara, proses akulurasi ini antara lain dapat dilihat dalam acara-acara seperti upah-

upah, tepung tawar, dan Marpangir.

xii

Page 13: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

BAB III

STUDI KASUS

Keragaman budaya menjadi salah satu ciri utama yang dimiliki masyarakat Indonesia.

Dari zaman ketika kerajaan-kerajaan masih hadir menghidupi ruang sejarah negeri ini hingga

era modern seperti kini, keragaman itu tetap ada, bahkan nampak semakin bertambah.

Ketidaksamaan itu kini tidak lagi memonopoli perkotaan besar yang biasanya menjadi tempat

bermuaranya berbagai macam budaya dan agama. Di setiap penjuru nusantara ini, telah diisi

dengan berbagai rupa-rupa yang berbeda begitulah Indonesia perjalanan panjang sebagai

sebuah bangsa yang majemuk, membekaskan sebuah citraan pada diri tubuh multikultur ini.

Indonesia merupakan salah satu tempat bersinggungan berbagai macam budaya dan agama.

Proses asimilasi atau akulturasi sering nampak dalam gerak-gerak praktis nuansa kehidupan

yang ada di dalamnya. Sebut saja misalnya budaya Islam Jawa.

Gerak hidup Islam di Jawa memiliki keunikan tersendiri disbanding dengan Islam

lainnya di negeri ini, meskipun hal ini tidak mutlak dapat dijadikan pijakan, namun setidaknya

Islam Jawa memiliki karakteristik tertentu di antara yang lain. Bahkan Gertz seorang

antropolog terkenal dunia sampai melakukan studi penelitian dalam waktu cukup lama untuk

membaca wajah Islam di Jawa. Dengan sampling masyarakat Islam Mojokuto, Gertz

berkesimpulan bahwa Islam Jawa memiliki tiga strata dalam praktiknya, santri, abangan, dan

priyayi. Meskipun banyak mendapat kritik, dalam beberapa hal saya piker Gertz memang

benar. Bukankah studi antropologi memang tidak pernah menyatakan adanya objektifitas

dalam hasil yang diperoleh. Yang kemungkinan bisa muncul adalah intersubjektifitas dari

sebuah fenomena. Begitulah kiranya Gertz yang mampu membaca Islam Jawa dari sudut

pandang yang tak tentu sama dengan kita, dan lagi-lagi itu membawa kebenarannya sendiri.

Keunikan Islam Jawa menurut tesis Gertz menurut saya terletak pada gerak spritualitas

yang dilakukan oleh Golongan Abangan. Di akar budaya yang dimiliki oleh golongan ini,

kekerasan budaya tidaklah nampak begitu menonjol. Bahkan dalam pertemuan antara Islam

dan budaya Jawa dalam diri mereka terlihat begitu mesra. Baik unsure Islam maupun Jawa,

terlihat ada saling mengerti. Gerusan-gerusan yang mungkin dapat dikatakan sebagai

sinkretisme budaya ini berjalan pelan dan akhirnya menjadi sinergi. Contoh menarik adalah

peringatan tahun baru 1429 hijriah beberapa waktu lalu di daerah Sragen, Jawa Tengah. Acara

menarik itu dilakukan di komplek makam Pangeran Samudera. Seorang tokoh keramat bagi

masyarakat setempat. Sejarah pasti budaya memohon berkah di tempat ini masih nampak

kabur. Yang jelas budaya ini ada sebagai bentuk akulturasi budaya Jawa dan Islam. Nuansa

xiii

Page 14: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

kedua unsure ini begitu kental, bercampur memunculkan satu tradisi baru yang tidak

meninggalkan akar rumput yang dimilikinya.

Acara itu sendiri merupakan ritual pergantian selambu yang menyelubungi makam

Pangeran Samudera. Kegiatan rutin yang dilakukan setiap pergantian tahun baru Jawa

maupun Islam yang memang diperingati berbarengan Pergantian selambu makam ini menjadi

menarik karena serangkaian ceremonial yang ada di dalamnya. Setelah selambu

menyelubungi makam selama setahun dibuka, acara dilanjutkan ke Waduk Kedung Ombo. Di

waduk yang juga dianggap keramat ini, selambu tadi dicelupkan, satu lambing penyucian diri

seperti halnya tubuh manusia yang perlu dibersihkan. Ketika selambu telah selesai dibasahi

dengan air Waduk ini, kain inipun segera dibawa kembali ke komplek makam. Biasanya para

warga yang mengharapkan berkah, segera berebut tetesan air selambu yang baru saja

direndam tadi. Tetesan air itu biasanya digunakan untuk mengusap wajah atau bagian tubuh

lainnya.

Ketika sampai kembali ke komplek makam, acara berikut dilanjutkan dengan ritual

pembilasan. Air yang digunakan untuk membilas selambu ini, adalah air yang berasal dari

tujuh mata air disekitar komplek makam Pangeran Samudera. Tujuh air ini ditempatkan di

tujuh tong yang berbeda. Dan secara bergantian ketujuh tong tadi menjadi tempat pembilasan

selambu. Acara diakhiri dengan do’a yang bernafaskan Islam, disinilah bentuk akulturasi itu

muncul. Ritual semacam ini yang sebelum kedatangan Islam diisi dengan do’a-do’a Hindu

atau Budha, setelah Islam dating diganti dengan do’a-do’a yang bersumber dari kitab suci

Islam.

xiv

Page 15: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

BAB IV

ANALISIS DAN KESIMPULAN

Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia membawa perubahan-perubahan dalam

berbagai aspek kehidupan masyarakat. Candi dan petirtaan tidak dibangun lagi, tetapi

kemudian muncul mesjid, surau, dan makam. System kasta di dalam masyarakat dihapus, arca

dewa-dewa serta bentuk-bentuk zoomorphic tidak lagi dibuat. Para seniman ukir kemudian

menekuni pembuatan kaligrafi, mengembangkan ragam hias flora dan geometris, serta

melahirkan ragam hias stiliran. Kota-kota mempunyai komponen dan tata ruang baru, bahkan

pada abad XVII M Sultan Agung memunculkan kalender Caka dan Hijriah. Akan tetapi, pada

sisi lain budaya tidak dapat dikotak-kotakkan, sehingga terjadi pula kesinambungan-

kesinambungan yang inovatif sifatnya. Masjid dan cunggup makam mengambil bentuk atap

tumpang, seperti mesjid Agung Demak, yang bentuk dasarnya sudah dikenal pada masa

sebelumnya sebagaimana tampak pada beberapa relief candi. Demikian pula menara mesjid

tempat muazin menyerukan azan, seperti menara di Masjid Menara di Kudus. Bentuk

dasarnya tidak jauh berbeda dari candi gaya Jawa Timur yang langsing dan tinggi, tetapi

detailnya berbeda. Bagian kepalanya berupa bangunan terbuka, relung-relungnya dangkal

karena tidak berisi arca, dan hiasan relief diganti dengan tempelan piring porselin.

Bangunan makam Islam merupakan hal baru di Indnesia kala itu, karenanya tercipta

nisan, jirat, dan juga cungkub, dalam berbagai bentuk karya seni. Nisan makam-makam tertua

di Jawa, seperti makam Fatimah bin Maimun dan Makam Malik Ibrahim, menurut penelitian

merupakan benda yang diimpr dalam bentuk jadi, sebagaimana tampak dari gaya tulisan Arab

pada prasastinya dan jenis ornamentasi yang digunakan. Namun, nisan makam-makam

berikutnya dibuat di Indonesia oleh seniman-seniman setempat. Hal ini antara lain tampak

dari ragam hias yang digunakan, misalnya lengkung kurawal, patra, dsb. Bahkan di

pemakaman raja-raja Binamu di Jeneponto (Sulawesi Selatan) di atas jirat ada patung orang

yang dimakamkan. Ini adalah suatu hal yang tidak pernah terjadi di tempat lain.

Pada tata kota, terutama kota kerajaan di jawa, juga dapat dilihat adanya perubahan

dan kesinambungan. Di civic centre kota-kota tersebut ada alun-alun, kraton, masjid agung,

dan pasar yang ditata menurut pola tertentu. Di sekelilingnya terdapat bangunan-bangunan

lain, serta pemukiman penduduk yang juga diatur berkelompok-kelompok sesuai dengan jenis

pekerjaan, asal, dan status social.

Di dalam perjalanannya, suatu kebudayaan memang lazim mengalami perubahan dan

perkembangan. Oleh karena itu, corak kebudayaan di suatu daerah berbeda-beda dari jaman

xv

Page 16: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

ke jaman. Perubahan itu terjadi karena ada kontak dengan kebudayaan lain, atau dengan kata

lain karena ada kekuatan dari luar. Hubungan antara para pendukung dua kebudayaan yang

berbeda dalam waktu yang lama mengakibatkan terjadinya akulturasi, yang mencerminkan

adanya pihak pemberi dan penerima. Di dalam proses itu terjadi percampuran unsure-unsur

kedua kebudayaan yang bertemu tersebut. Mula-mula unsure-unsurnya masih dapat dikenali

dengan mudah, tetapi lama-kelamaan akan muncul sifat-sifat baru yang tidak ada dalam

kebudayaan induknya. Rupanya proses seperti diuraikan di atas berulang kali terjadi di

Indonesia, termasuk ketika Islam masuk dan berkembang di Indonesia. Pertemuan dan

akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha, Prasejarah, dan Islam (kemudian juga

kebudayaan Barat) terjadi dalam jangka waktu yang panjang, dan bertahap. Tidak dipungkiri

bahwa selama itu tentu terjadi ketegangan serta konflik. Akan tetapi hal tersebut adalah

bagian dari proses menuju akulturasi. Factor pendukung terjadinya akulturasi adalah

kesetaraan serta kelenturan kebudayaan pemberi dan penerima, dalam hal ini kebudayaan

Islam dan pra-Islam. Salah satu contohnya adalah bangunan mesjid. Akulturasi juga memicu

kreativitas seniman, sehingga tercipta hasil-hasil budaya baru yang sebelumnya belum pernah

ada, juga way of life baru.

Setelah mengetahui bahwa terjadi akulturasi dan perubahan sehingga terbentuk

kebudayaan Indonesia-Islam, maka perlu dipikirkan bagaimana pengembangannya pada masa

kini dan masa mendatang. Dalam hal budaya materi memang harus dilakukan pengembangan-

pengembangan sesuai dengan kemajuan teknologi, supaya tidak terjadi stagnasi, tetapi tanpa

meninggalkan kearifan-kearifan yang sudah dihasilkan.

Hasil akulturasi menunjukkan bahwa Islam memperkaya kebudayaan yang sudah ada

dengan menunjukkan kesinambungan. Namun, tetap dengan cirri-ciri tersendiri. Hasil

akulturasi juga memperlihatkan adanya mata rantai-mata rantai dalam perkembangan

kebudayaan Indonesia. Supaya mata rantai-mata rantai tersebut tetap kelihatan nyata, harus

dilakukan pengelolaan yang terintegrasi atas warisan-warisan budaya Indonesia. Hal ini perlu

dikemukakan dan ditekankan, mengingat banyak warisan budaya yang terancam

keberadaannya, terutama karena kurangnya kepedulian dan pengertian masyarakat Indonesia

sendiri.

Hubungan perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan Persia (Iran)

diduga sudah berlangsung sejak abad ke-7 Masehi atau abad ke-1 Hijriah. Dari hubungan

perdagangan ini, kemudian berdampak pada pemikiran keagamaan terutama sufisme atau

tasawwuf dengan tarekat-tarekatnya. Selain itu berdampak juga pada unsur-unsur kebuda-

yaan. Beberapa tradisi Syi‘ah dan tarekatnya masih tetap dipelihara oleh kelompok

xvi

Page 17: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

masyarakat tertentu di Indonesia. Dalam susastra dan bahasa beberapa karya sastra yang

berbau Sufi dan kosa kata Persia diadopsi pada karya sastra Melayu dan kosa kata dalam

bahasa Indonesia.

Mungkin masih banyak lagi unsur kebudayaan lainnya yang belum terekam dalam

kehidupan bangsa Indonesia yang mendapat pengaruh Persia. Semua ini memerlukan

penelitian dari berbagai disiplin ilmu-ilmu humaniora dan sosial, seperti arkeologi dan

sejarah, antropologi, sosiologi, agama, linguistik, dan kesusasteraan.

Ada satu hal yang patut kita syukuri dalam kehidupan beragama di Tanah Air

Indonesia. Di Tanah Air umat Islam dari berbagai aliran dapat hidup rukun. Keadaan seperti

ini sudah “tercipta” sejak masa awal kedatangan Islam di Nusantara. Para penyiar agama

melakukan penyampaian dengan cara persuasif dan menyesuaikan dengan budaya setempat,

misalnya Wali Sanga menyampaikan syiar Islam dengan cara menggunakan sarana wayang.

Tidak ada sedikitpun unsur pemaksaan. Sementara itu di belahan dunia lain, kita lihat

bagaimana Libanon, Irak, dan Afghanistan sampai hancur-hancuran sebagai akibat pertikaian

sesama umat Islam yang mungkin disebabkan karena adu domba pihak lain.

xvii

Page 18: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

DAFTAR PUSTAKA

Andito, 1998, Atas Nama Agama, Wacana Agama Dalam Dialog Bebas Konflik, Pustaka Hidayah: Bandung

Azyumardi Azra, 1999, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, Paramadina: Jakarta

Badri Yatim, 2006, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo Persada: Jakarta

Geertz, Clifford, 1992, Kebudayaan dan Agama, Kanisius: Yogyakarta

Hamka, 1975, Sejarah Umat Islam IV, Bulan Bintang: Jakarta

Hasan Muarif Ambary, 1998, Menemukan Peradaban Islam: Arkeologi dan Islam di Indonesia: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional: Jakarta

Koentjaraningrat, 1980, Pokok-Pokok Antropologi Sosial, Penerbitan Universitas: Jakarta

Mulyono Sumardi, 1982, Penelitian Agama, Masalah dan Pemikiran, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta

Poerbatjaraka, R, Ng, 1952, Riwayat Indonesia I, Yayasan Pembangunan: Jakarta

Soerjanto Poespowardoyo, 1986, Pengertian Local Genius dan Relevansinya Dalam Modernisasi, “Kepribadian Budaya Bangsa (local genius)”, Pustaka Jaya: Jakarta

xviii

Page 19: gitowaluyo.files.wordpress.com … · Web viewSegala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat, Taufiq, serta Hidayah Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

Daftar Kata Sukar

Arkeologi : (n)1. ilmu tt kehidupan dan kebudayaan zaman kuno berdasarkan benda peninggalannya, spt patung dan perkakas rumah tangga; ilmu purbakala

Fenomenologis : (n) 1. ilmu tt perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia sbg ilmu yg mendahului ilmu filsafat atau bagian dr filsafat

Interpretasi : (n) 1. pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis thd sesuatu; tafsiran; meng·in·ter·pre·ta·si·kan v menafsirkan; peng·in·ter·pre·ta·si·an n proses, cara, perbuatan meng-interpretasikan; peng·in·ter·pre·ta·si a n orang yg menginterpretasikan

Kausal : (adj) 1. bersifat menyebabkan suatu kejadian; bersifat saling menyebabkan: hubungan -- , hubungan yg bersebab akibat

Kausalitas : (n) 1. perihal kausal; perihal sebab akibat: kalau kita hendak berbuat sesuatu, harus kita perhatikan hukum --

Konsepsi : (n) 1. 1 pengertian; pendapat (paham); 2 rancangan (cita-cita dsb) yg telah ada dl pikiran; 3 Bio percampuran antara inti sel jantan dan inti sel betina; pembuahan benih

Mould : kb. 1 cetakan (for cookies). 2 jamur (on books). -kkt. 1 membentuk (character). 2 mencetak, membentuk (dough). -molding kb. papan hias tembok.

Multikultur : (n) 1. 1 berbagai jenis kultur (tanaman); tumbuhan aneka tanaman; 2 Tan pola pertanaman yg dl suatu urutan musim pd tanah yg sama ditanami beberapa jenis tanaman (msl pd musim kemarau ditanami palawija dan pd musim hujan ditanami padi)

Parsial : (adj) 1. berhubungan atau merupakan bagian dr keseluruhanPraksis : (n)1. praktik (bidang kehidupan dan kegiatan praktis manusia)Prototype  : salah satu metode pengembangan perangat lunak yang banyak digunakan.

Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Sering terjadi seorang pelanggan hanya mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan secara detal output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang dibutuhkan.

Ragam hias stiliran : (penggambaran bentuk-bentuk binatang atau figurative bersifat lambang atau kiasan makna yang dibentuk dari rangkaian ragam hias sulur-suluran jenis tumbuh-tumbuhan yang menjalar dengan sulurnya pada batang pohon lain). Ragam hias tersebut dipergunakan untuk menghias candid an artefak lain seperti benda dari logam dan gerabah.

Zoomorphic : perpaduan antara arsitektur dan biology”

xix