gigi tiruan lengkap

30
I. PENDAHULUAN Prostodonsi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mencakup tentang restorasi dan pemeliharaan fungsi mulut dengan mengganti gigi dan struktur yang hilang dengan suatu gigi pengganti atau gigi tiruan. Seseorang yang telah kehilangan gigi-giginya maka ia akan mengalami gejala-gejala sebagai berikut : - Terganggunya fungsi pengunyahan - Terganggunya fungsi bicara - Terganggunya fungsi estetis - Kesehatan jaringan lunak mulut terganggu - Dapat menimbulkan rasa sakit maupun penyakit Ilmu prostodonsi meliputi : 1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan 2. Gigi Tiruan Sebagian Cekat 3. Gigi Tiruan Lengkap Gigi tiruan lengkap adalah bagian dari prostodonsia yang mencakup restorasi dan prosedur yang dilakukan pada pasien yang kehilangan seluruh giginya. Tujuan pembuatan GTL adalah : 1. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis, dan psikis. 1

Upload: laurensia-santoso

Post on 24-Jan-2016

418 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Gigi Tiruan Lengkap

TRANSCRIPT

Page 1: Gigi Tiruan Lengkap

I. PENDAHULUAN

Prostodonsi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang

mencakup tentang restorasi dan pemeliharaan fungsi mulut dengan mengganti gigi

dan struktur yang hilang dengan suatu gigi pengganti atau gigi tiruan.

Seseorang yang telah kehilangan gigi-giginya maka ia akan mengalami

gejala-gejala sebagai berikut :

- Terganggunya fungsi pengunyahan

- Terganggunya fungsi bicara

- Terganggunya fungsi estetis

- Kesehatan jaringan lunak mulut terganggu

- Dapat menimbulkan rasa sakit maupun penyakit

Ilmu prostodonsi meliputi :

1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

2. Gigi Tiruan Sebagian Cekat

3. Gigi Tiruan Lengkap

Gigi tiruan lengkap adalah bagian dari prostodonsia yang mencakup

restorasi dan prosedur yang dilakukan pada pasien yang kehilangan seluruh

giginya.

Tujuan pembuatan GTL adalah :

1. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki

atau mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis, dan psikis.

2. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang serta jaringannya sehingga dapat

memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh

keadaan edentulous.

3. Seseorang yang telah kehilangan gigi geliginya, akan terjadi

pengkerutan (atropi) pada processus alveolaris. Pengkerutan processus

alveolaris ini biasanya berjalan 2 – 3 minggu, tetapi ada yang sampai

berbulan-bulan

1

Page 2: Gigi Tiruan Lengkap

Gigi Tiruan Lengkap dikatakan baik apabila :

1. Enak dipakai (nyaman dan menyenangkan)

2. Dapat berfungsi untuk mengunyah dan bicara

3. Tampak cukup estetis (pemakai tampak lebih muda, lebih cantik atau

lebih bagus)

4. Tidak menimbulkan gangguan, rasa sakit, kelainan dan penyakit.

5. Cukup kuat

Selama berfungsi rahang bawah berusaha berkontak dengan rahang atas

sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan menyebabkan hilangnya

oklusi sentrik sehingga mandibula menjadi protrusi dan hal ini menyebabkan

malposisi temporo-mandibulair joint.

Dengan pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan

fungsi dari gigi asli yang telah hilang dan jaringan gigi. Keberhasilan dari

pembuatan GTL ini tergantung dari retensi yang dapat menimbulkan efek

psikologis dan dukungan dari jaringan sekitarnya sehingga dapat dipertahankan

keadaan jaringan yang normal.

2

Page 3: Gigi Tiruan Lengkap

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gigi tiruan lengkap adalah suatu penggantian gigi-gigi asli dalam suatu

lengkung dan menggabungkan bagian-bagiannya dengan penggantian artifisial

(The Academy of Prosthodontic, 1994). Soelarko dan Wachijati memakai istilah

Full Denture atau Complete Denture yang artinya suatu gigi tiruan yang

menggantikan seluruh gigi pada suatu lengkung rahang, sehingga ada istilah :

- Upper Full Denture yaitu geligi tiruan penuh rahang atas dan

- Lower Full Denture yaitu geligi tiruan penuh rahang bawah.

Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah :

1. Individu yang seluruh gigi-giginya telah tanggal atau dicabut.

2. Individu yang masih mempunyai beberapa gigi tetapi harus dicabut

karena :

o Kesehatan / kerusakan gigi yang masih ada tidak mengkin

diperbaiki.

o Bila dibuatkan gigi tiruan sebagian , gigi yang masih ada

akan mengganggu keberhasilannya.

3. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat

4. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, prognosa yang akan diperoleh.

Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam

keberhasilan gigi tiruan lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL,

khususnya untuk GTL rahang atas, yaitu :

1. Faktor fisis :

2. Peripherial seal (sepanjang tepi GTL)

3. Postdam area atau posterior palatal seal (khusus pada rahang atas)

4. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut

Luasnya permukaan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa

(fitting surface)

5. Residual ridge oleh karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai

sebagai pegangan.

3

Page 4: Gigi Tiruan Lengkap

6. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk

menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan pada saat berfungsi.

Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980), retensi didapat dari gravitasi,

adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension.

Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasi adalah pencetakan

(impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan dipakai

sebagai basal seat protesa (Swenson, 1964). Soelarko dan Wachiyati membagi 2

macam cetakan, yaitu :

1. Cetakan Anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi)

Pencetakan tidak menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa mulut.

Cetakan dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock tray), bahan yang

digunakan adalah compound, alginat.

2. Cetakan Physiologis (dalam keadaan berfungsi)

Pencetakan ini memperhatikan jaringan bergerak dan tidak bergerak,

juga memperhatikan tertekannya mukosa. Digunakan sendok cetak

individual yang dibuat dari shellac atau self curinga acrylic resin. Bahan

cetak yang digunakan adalah plaster (xanthano), Zn-Oxyd pasta atau

rubber base impression paste.

Di dalam mulut, pembuatan gigi tiruan lengkap perlu diperhatikan keadaan

jaringan di dalam mulut, yaitu jaringan yang bergerak maupun yang tidak

bergerak. Jaringan yang tidak bergerak ini dijadikan landasan dari gigi tiruan

penuh. Dengan membuat batas antara jaringan mulut bergerak dan jaringan mulut

tidak bergerak yang serapi-rapinya dan seakurat mungkin akan mempengaruhi

hasil dan suksesnya pembuatan gigi tiruan lengkap

Di Fakultas Kedokteran Gigi UGM individual tray dibuat dari sellac base

material. Jarak pinggir sendok cetak dengan fornik dibuat 1-2 mm, supaya tepi

cetakan nanti tidak meruncing tetapi membulat.

Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan

dan digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigi-

gigi dan untuk insersi ke dalam mulut. Sedangkan bite rim yang disebut juga

4

Page 5: Gigi Tiruan Lengkap

tanggul gigitan dibuat diatas base plate yang telah dihaluskan dengan

menggunakan modelling wax (Swenson, 1964). Guna bite rim adalah untuk

meletakkan gigi sebelum diganti dengan acrylic dan mencatat maxillo-mandibular

relation pada pasien. Bite rim atas harus sejajar dengan garis pupil dan bite rim

harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas dan lehernya harus

mengikuti general out line processus alveolaris (Soelarko dan Wachijati, 1980).

Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, yang dapat dicari dengan

pengukuran jarak pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan

dagu (PM=HD) (Soelarko dan Wachijati, 1980). Oklusi sentrik adalah oklusi yang

terjadi ketika RA dan RB dalam relasi sentrik, yaitu keadaan di mana processus

condiloideus berada pada posisi paling belakang dari fossa glenoidea (Swenson,

1964).

Artikulator mounting adalah memasang bite rim rahang atas dan rahang

bawah dari mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah ditentukan

dimensi vertikal maupun oklusi sentrik (Basker et al, 1996).

Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality

expression, umur, jenis kelamin yang mana nantinya akan berpengaruh dalam

pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga perlu diperhatikan

keberadaan over bite, over jet, curve von spee, curve monson, agar diperoleh suatu

keadaan yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan lengkap.

5

Page 6: Gigi Tiruan Lengkap

III. L A P O R A N K A S U S

IDENTIFIKASI PASIEN :

Nama : Sumi

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Bangsa : Indonesia

Alamat : Terban

Tanggal Pemeriksaan : 19 Mei 2005

ANAMNESA

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

MOTIVASI

Pasien datang atas kemauan sendiri ingin membuatkan gigi palsu untuk

mengganti gigi palsunya yang lama.

CHIEF COMPLAIN

Pasien merasa gigi palsunya yang lama sudah tidak enak dipakai.

PRESENT ILLNES

Kesulitan untuk mengunyah makanan

PAST DENTAL HISTORY

Pernah membuatkan GTL beberapa tahun yang lalu di RS Sardjito tapi

sekarang sudah tidak enak dipakai.

PAST MEDICAL HISTORY

Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.

FAMILY HISTORY

Ayah : sudah meninggal, tidak mempunyai kelainan sistemik.

Ibu : sudah meninggal, tidak mempunyai kelainan sistemik.

6

Page 7: Gigi Tiruan Lengkap

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

GENERAL

Jasmani : sehat

Rohani : komunikatif dan kooperatif

LOKAL

1. EKSTRA ORAL :

Muka : simetris, tidak terdapat kelainan

Bibir : simetris, tidak terdapat kelainan

Pipi : simetris, tidak terdapat kelainan

  Limfonodi : tidak teraba

2. INTRA ORAL :

Mukosa : normal, tidak terdapat kelainan

Palatum : terdapat torus palatinus

Gingiva : normal, tidak terdapat kelainan

Lidah : normal, tidak terdapat kelainan

Pemeriksaan Processus alveolaris :

a. Rahang Atas : - posterior kiri : rendah

- anterior : sedang

- posterior kanan : rendah

b. Rahang Bawah : - posterior kiri : rendah

- anterior : sedang

- posterior kanan : rendah

7

Page 8: Gigi Tiruan Lengkap

Relief dari RA dan RB :

Rahang Atas :

1. Frenulum labii superior

2. Ruggae palatina

3. Frenulum buccalis

4. Tuberositas maxillae

5. Pterygomaxillaris notch

6. Vibrating line

7. Processus alveolaris

8. Incisivus papilae

9. Median palatina

Rahang Bawah :

1. Frenulum labii inferior

2. Frenulum buccalis

3. Vestibulum buccalis

4. Retromolar pad

5. Frenulum lingualis

6. Processus alveolaris

7. Mylohyoid line

8

Page 9: Gigi Tiruan Lengkap

IV. RENCANA PERAWATAN

A.TAHAP KLINIS

1. KUNJUNGAN I

Tahap Klinis

a. Anamnesa dan pemeriksaan obyektif

b. Membuat cetakan study

- sendok cetak : edentulous stock tray nomor 3

- bahan cetak : elastic impression (alginat)

- metode mencetak : mucostatic

c. Cara mencetak :

Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu

3:1, setelah dicapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok

cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan tekan

posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak.

Disamping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai

lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok

diambil. Selanjutnya hasil cetakan diisi dengan gips stone. Posisi

operator pada saat mencetak RA adalah di kanan belakang pasien dan

pada saat mencetak RB adalah di kanan depan pasien.

Tahap Laboratoris

Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac

base plate, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTL, agar tersedia

ruang yang cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border

material). Sellac dilunakkan dengan cara memanaskan di atas lampu

spiritus lalu ditekan diatas study model. Sellac dipotong sesuai batas-

batas yang telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan

menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan kaninus

kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai batas penekanan saat

mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah dengan pembuatan

postdam area yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak agar tidak

9

Page 10: Gigi Tiruan Lengkap

mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat lubang-lubang pada sendok

cetak untuk mengurangi tekanan pada waktu mencetak. Lubang dibuat

dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan jarak masing-masing lebih

dari 5 mm.

2. KUNJUNGAN II

Tahap Klinis

a. Mencoba sendok individual

- stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment

- relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah

b. Mencetak work model

- Sendok cetak : sellac base plate

- Bahan cetak : silikon dengan merk dagang exaflex

- Metode mencetak : mukodinamik

Cara Mencetak

Rahang Atas

Bahan cetak (alginat) diaduk, masukan ke sendok cetak individual lalu

dimasukkan ke mulut pasien dengan ditekan pada bagian proc. Alveolaris.

Frenulum labialis superior dicetak pasien diminta mengucapkan huruf ‘u’.

Untuk mendapatkan post dam area, pasien disuruh mengatakan “ah” sehingga

akan tampak batas antara palatum durum dan molle. Posisi dipertahankan

sampai setting, kemudian sendok dilepas. Gambarkan garis “ah” pada batas

tersebut dengan pensil tinta kemudian dicetak/dimasukkan kembali kedalam

rahang atas, sehingga garis tinta akan luntur pada cetakan. Dapat untuk

menandai “ah-line”.

Rahang Bawah

Pasien diminta menjulurkan lidah agar tercetak frenulum lingualis, dasar

mulut, dan alveolar ridge bagian lingual anterior. Pasien diminta

menggerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri agar bahan cetak dapat

mencapai bukal flange. Pasien diminta mengucapkan huruf ‘u’ agar frenulum

labialis inferior tercetak. Posisi dipertahankan sampai setting. Kemudian

10

Page 11: Gigi Tiruan Lengkap

sendok cetak dilepas dari dalam mulut. Setelah diperoleh cetakan yang akurat

lalu diisi gips stone Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan menentukan batas

tepinya, memperhatikan daerah mukosa yang bergerak dan tidak bergerak

kemudian ditentukan relief area maupun non relief area. Ditentukan pula

posterior palatal seal dan kemudian dibuat seal. Setelah model malam selesai

base plate diganti dengan resin akrilik. Base plate harus benar-benar menempel

pada work model.

Tahap Laboratoris

Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips

stone. Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga

dibuat postdam. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari

wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate yang diperoleh

dihaluskan dan di atasnya dibuat bite rim dari wax.

3. KUNJUNGAN III

Tahap Klinis

1. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan

2. Membuat bite rim

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membuat bite rim:

a. Bite rim berbentuk tapal kuda dan diletakkan di atas base plate

untuk memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang

nanti akan dipindahkan ke artikulator. Lengkung bite rim rahang

bawah disesuaikan dengan alveolar ridge yang ada, sedangkan

untuk bite rim rahang atas dibuat setinggi + 2 mm di bawah garis

bibir atas saat posisi istirahat.

b. Ukuran bite rim rahang atas: anterior lebar 4 mm dengan tinggi 2

mm di bawah garis bibir atas atau + 12 mm dan posterior lebar 6

mm dengan tinggi + 10 – 11mm. Pada bagian posterior bite rim

oklusal dibagi dua oleh garis alveolar ridge menjadi bagian bukal 4

mm dan bagian palatinal 2 mm. Bite rim harus kelihatan + 2 mm di

bawah garis bibir. Ukuran bite rim rahang bawah sesuai dengan

11

Page 12: Gigi Tiruan Lengkap

rahang atas tetapi bagian oklusal posterior dibagi oleh garis

alveolar ridge menjadi 3 mm untuk bukal dan 3 mm untuk lingual.

c. Estetis diperhatikan

3. Dilakukan : Pencatatan Maxillo Mandibular Record (MMR).

Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran oklusal

diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik di bawah ini

- condilus kanan dan kiri

- spina nasalis anterior

Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi.

Selanjutnya record blok di pasang dengan posisi bite rim RA terlihat 2 mm di

bawah garis bibir atas saat rest posisi.

- Bila dilihat dari depan, bite rim RA tampak sejajar dengan garis pupil

(dilihat dengan bantuan oklusal bite rim).

- Bila dilihat dari samping, bite rim RA tampak sejajar dengan garis

chamfer

- Bila bite rim RB dipasang, bite rim RA dan RB harus tertutup secara

sempurna (tidak boleh ada celah dan merupakan satu garis lurus).

Kemudian dicari hubungan vertikal dengan metode pengukuran jarak

pupil dan sudut mulut dengan jarak hidung dan dagu (PM = HD). Pada

keadaan relasi sentrik, dimensi vertikal : physiologic rest position - freeway

space = (PM=HD) - 2 mm. Freeway space 2 mm diperoleh dengan cara

mengurangi bite rim rahang bawah.

Centric ockusi record adalah suatu relasi mandibula terhadap maxilla

pada suatu relasi vertikal yang ditetapkan pada posisi paling posterior. Cara

menentukan relasi sentrik yaitu dengan menengadahkan kepala pasien

sedemikian rupa sehingga processus condyloideus akan tertarik ke fossa yang

paling belakang karena tarikan dari otot dan menelan ludah berulang-ulang.

Setelah diperoleh relasi sentrik, dilakukan fiksasi dengan cara dibuat

double V groove yaitu 4 buah groove berbentuk V, masing-masing 2 groove di

kanan dan kiri bite rim RA bagian C dan P2 atau P1 dan M1, kemudian groove

12

Page 13: Gigi Tiruan Lengkap

diberi vaselin. Pada bite rim RB diberi tambahan wax menyesuaikan groove

kemudian katupkan dengan bite rim RA.

Incisal guide ditentukan setelah pemasangan gigi anterior atas dan bawah

dan telah memenuhi nilai estetis. Pada pemasangan gigi anterior harus diingat

high lip line, median line dan caninus line. Gigi anterior bawah menyesuaikan

yang atas.

Tahap Laboratoris

1. Pemasangan pada artikulator ( free plane artikulator )

Setelah oklusal bite rim RA dan RB selesai difixir, letakkan oklusal bite rim

RA pada mounting table dengan pedoman :

- garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah

mounting table .

- tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting

table.

- jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar

anterior bite rim RA dan tepat pada garis tengah bite rim.

Oclusal bite rim RA difixir dengan menuang adonan gips pada bagian

atas model kerja. Mounting table dilepas dari artikulator. Selanjutnya bite rim

RB dipasang dan dipaskan dengan bite rim RA, dikareti dan kemudian difixir

dengan dituangi adonan gips.

2. Pemasangan gigi-gigi anterior.

Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang

bawah.

Pemasangan gigi anterior :

1 1 : - axisnya bersudut 5 terhadap mid line

- incisalnya menyentuh bite rim RB.

2 2 : - axisnya bersudut 5 terhadap mid line

- incisalnya berjarak 2 mm dari bite rim RB

3 3 : - axisnya tegak lurus/hampir sejajar terhadap bite rim

13

Page 14: Gigi Tiruan Lengkap

- incisalnya menyentuh bite rim RB

1 1 : - axisnya sedikit ke labial

- perhatikan overjet dan overbite

2 2 : - axisnya sedikit ke labial

- letaknya di antara 1 2

3 3 : - axisnya agak sedikit ke mesial

- letaknya di antara 2 3

Selanjutnya dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri sampai tidak terdapat

traumatik oklusi.

4. KUNJUNGAN IV

Tahap Klinis

Dilakukan try in untuk memeriksa:

1. Over bite dan over jet (2-4 mm).

2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)

3. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terllihat pada saat

ketawa).

4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m).

Tahap Laboratoris

Pemasangan gigi-gigi posterior.Urutan pemasangan adalah gigi posterior

RA kemudian RB.

Pemasangan gigi posterior:

4 4 : - axis tegak lurus bite rim RB

- tonjol bukal menyentuh bite rim RB, tonjol palatinalnya

menggantung

5 5 : - axis tegak lurus bite rim RB

- tonjol mesio palatinal menyentuh bite rim, tonjol-tonjol lainnya

menggantung

6 6 : - axis tegak lurus

- semua tonjol menggantung

Untuk pemasangan gigi-gigi posterior RA ini harap diperhatikan:

14

Page 15: Gigi Tiruan Lengkap

a. dataran orientasi, jika dilihat dari sagital harus membentuk kurve

Monson

b. dataran orientasi jika dilihat dari lateral harus membentuk kurve

Von Spee

Gigi posterior RB yang dipasang pertama adalah gigi 6 6.

6 6 : - tonjol mesio palatinal 6 6 tepat di fossa sentral 6 6

- relasi 6 6 terhadap 6 6 neutrooklusi (klas I angle)

4 4 : - axisnya tegak lurus bite rim

- letaknya diantara 3 4

5 5 : - axisnya tegak lurus bite rim

- letaknya di antara 4 5

7 7 : - axis tegak lurus

- tonjol mesio bukal 7 7 berada di antara tonjol mesio distal 6

6 dan tonjol mesio bukal 7 7

5.KUNJUNGAN V

Setelah pemasangan gigi posterior, dilakukan try in. Perhatikan

inklinasinya dan kontur gigi tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan

terhadap:

1. Oklusi

2. Stabilisasi dengan working side dan balancing side

3. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa

4. Fonetik dengan cara pasien disuruh mengucapkan huruf s, d, o, m,

r, a, t dan sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.

6. KUNJUNGAN VI

Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Retensi, faktor yang mempengaruhi retensi adalah:

- tepi GTL harus mengikuti batas fornik

- jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan bergerak

15

Page 16: Gigi Tiruan Lengkap

- protesa harus berelief sesuai dengan keadaan mulut

b. Stabilisasi, yang perlu diperhatikan:

- Oklusi

Pengecekan oklusi dengan articulating paper, bila ada traumatik oklusi

dilakukan selective grinding yaitu pengurangan permukaan oklusal dari gigi

tiruan untuk mendapatkan suatu sentrik oklusi dari gigi tersebut. Pengurangan

dengan menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan pada

permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan permukaan

lingual dan distal pada rahang bawah).

- Artikulasi

Fungsi fonetik, mengucapkan huruf s, r, m, v, p, d, f, t.

- Penyusunan gigi

Kemudian dilakukan pengecekan terhadap MMR, apakah ada perubahan

atau tidak. Bila sudah tidak ada perubahan, dilakukan remounting. Caranya

dengan dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah dengan gigi tiruan

masih terpasang pada mulut pasien. Pada waktu mengambil cetakan, GTL ikut

terambil. Kemudian diisi dengan stone gips. Hasil cetakan kemudian dipasang

pada artikulator untuk mengecek kedudukan gigi tiruan terhadap gigi dan

jaringan pendukung gigi.

Instruksi pasien:

a. Pasien diajarkan cara memakai dan melepas protesa

b. Pasien dianjurkan beradaptasi dengan protesa GTL tersebut dengan

memakainya 2 x 24 jam

c. Pada waktu tidur, protesa dilepas agar jaringan mulut istirahat lalu

protesa direndam dalam air dingin yang bersih

d. Protesa dibersihkan sesudah makan

e. Bila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil pasien

dianjurkan untuk mengemukakan pada waktu kontrol.

16

Page 17: Gigi Tiruan Lengkap

7. KUNJUNGAN VII

Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol.

Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :

a. Pemeriksaan subyektif :

- Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak

- Ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak

- Ditanyakan apakah ada rasa sakit

b. Pemeriksaan obyektif :

- Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan

- Diperiksa retensi dan stabilisasi

17

Page 18: Gigi Tiruan Lengkap

DISKUSI

Pasien berumur 58 tahun, jenis kelamin perempuan, datang ke poliklinik

untuk membuatkan GTL karena GTS yang lama sudah tidak enak dipakai.

Kondisi pasien dan juga jaringan mulutnya baik, sehingga memungkinkan untuk

dilakukan perawatan dengan menggunakan GTL. Dari kasus ini diketahui bahwa

processus alveolaris pada rahang bawah masih baik. Pada rahang atas, processus

alveolaris bagian anterior dan posterior sedang.

Dengan melihat studi model, dapat diketahui bahwa residual rigde masih

baik dan kemungkinan dapat mendukung retensi dan stabilisasi GTL karena pada

kasus dengan kehilangan semua gigi–geligi, pembuatan gigi tiruan lengkap perlu

mempertimbangkan serta memperhatikan adanya faktor retensi dan stabilisasi.

Untuk retensi yang baik, harus memperhatikan faktor–faktor:

1. Fitting surface

a. Model kerja harus berstruktur dan berelief sesuai dengan keadaan di dalam

mulut.

b. Jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan gerak.

c. Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.

2. Ketebalan GTL

Ketebalan GTL rahang atas dan rahang bawah tidak sama, yaitu protesa rahang

bawah lebih tebal dibanding protesa rahang atas.

Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus memperhatikan:

a. Polishing surface

b. Oclusal surface

c. Penyusunan gigi–geligi tiruan

d. Artikulasi

Vertikal dimensi juga merupakan hal yang penting dalam pembuatan GTL.

Apabila vertikal dimensi kurang, maka gigi–geligi tidak tampak dan bila terlalu

tinggi maka gigi–geligi terlihat panjang dan tidak baik.

18

Page 19: Gigi Tiruan Lengkap

PROGNOSA

Prognosa GTL baik karena :

1. Oral hygiene pasien baik

2. Jaringan pendukung sehat

3. Pasien kooperatif

4. Kesehatan umum baik

KESIMPULAN

Pembuatan GTL harus memenuhi tahap-tahap pekerjaan seperti yang telah

ditentukan, sehingga GTL yang dibuat dapat dirasakan lebih menyenangkan

pasien karena dapat mengembalikan fungsi gigi asli yang telah hilang seoptimal

mungkin walau tak sebaik gigi asli.

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka pasien dapat dibuatkan

GTL dan prognosa baik karena procesus alveolaris RA dan RB masih baik

memungkinkan untuk dibuatkan GTL, kesehatan mulut baik, pasien kooperatif

dan komunikatif, serta keinginan yang kuat dari pasien sendiri untuk memiliki

gigi tiruan.

19

Page 20: Gigi Tiruan Lengkap

DAFTAR PUSTAKA

Itjinngsih, H., 1980, Dental Teknologi, Cetakan I, FKG Universitas Trisakti, Jakarta.

Soelarko dan Herman, W., 1980, Diktat Prosthodonsia Full Denture, FKG Universitas Padjajaran, Bandung.

Swenson, MC., 1964, Complete Denture, Ed. V, CV. Mosby Company, St. Louis.

20