definisi gigi tiruan
DESCRIPTION
jjTRANSCRIPT
Definisi Gigi Tiruan
Menurut Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008)) gigi tiruan adalah
bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang atau seluruh gigi
asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-
mukosa ada yang dapat dan ada yang tidak dapat dipasang dan dilepas oleh pasien.
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan
penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan sebagian dapat
dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh
pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara
permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu
crown dan bridge.
Crown Prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang penggantian
gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan satu crown pengganti. Crown adalah suatu restorasi
berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi yang terbuat dari logam, porselen, akrilik
atau kombinasi.
Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu prothesa (geligi
tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu,
dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau
akar gigi yang telah dipersiapkan.
Menurut Martanto (1981) ada beberapa istilah dalam ilmu mahkota dan jembatan
yaitu :
1. Mahkota (Crown) adalah suatu restorasi berupa mahkota penuh atau sebagian dari suatu
gigi yang dibuat dari logam, porselen, atau kombinasi.
2. Jembatan (Bridge) adalah prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau
lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung
sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.
3. Jembatan Lepas (Removable Bridge) adalah protesa sebagian dimana daya kunyah
seluruhnya didukung oleh gigi-gigi asli yang masih ada dan dilekatkan padanya dengan
pengait/ attachment lain yang memungkinkan jembatan ini dibuka-pasang
4. Geligi Tiruan Sebagian (Partial Denture) adalah protesa yang mengganti satu atau lebih dari
suatu gigi yang disangga sebagian besar oleh gusi. Protesa ini dipertahankan pada tempatnya
dengan cangkolan atau attachment lainnya.
2.2. Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Jembatan
Menurut Prayitno (dalam Taqwim 2008), tujuan dari perawatan gigi tiruan jembatan
yaitu :
1. Mencari Keserasian oklusi.
Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi kalau mandibula
dapat menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya kontak prematur mandibula. Jadi
terdapat keserasian antara geligi dengan sendi dan otot kunyah. Keadaan seperti ini disebut
keserasian oklusi.
2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian
yang bersifat statis, yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis,
yaitu lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang
sempurna dapat mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan
atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam
hal ini geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia
mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan
bicaranya.
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan. Jika ada gigi yang hilang otomatis pola
kunyah terganggu, atau terselipnya makanan di bagian yang tidak bergigi
4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal. Pemakaian geligi tiruan berperan dalam
mencegah atau mengurangi efek yang timbul karena kehilangan gigi.
5. Pencegahan Migrasi Gigi . Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat
bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya
menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan makanan
terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada
peradangan jaringan periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan
ruang bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi antagonis
dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh tulang
alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan protesa di
kemudian hari.
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah. Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan
bertambah beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk
kondisi periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi
jadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal
gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada
permukaan oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada
kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada keadaan tertentu
dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interfernsi oklusal. Pola
kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha menghindari kontak prematur ini. Walaupun
beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi
otot kunyah.
7. Manfaat Psikologik.
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada penderita yaitu
karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi penderita yang harus selalu
berhadapan dengan khalayak ramai, misal penyiar tv atau guru dan lain-lain.
8. Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena masalah
estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna maupun berjejalnya
gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat menerima kenyataan hilangnya gigi,
dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita
dengan gigi depan malposisi,pr otr usif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan
perawatanort odonti k, tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya
dibuatkan suatu geligi tiruani mi di at yang dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi.
2.3 Akibat kehilangan gigi
Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian menurut Aryanto ( dalamRahmawan, 2008)
adalah :
1. Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau
berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima
beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur
periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat
meningkat.
Pada kasus ini, gigi tiruan jembatan akan dibuatkan, namun gigi tetangga telah bermigrasi
kedaerah gigi yang hilang tersebut. Menurut Prayitno (1991), bila sebuah gigi condong dapat
menyukarkan arah pasang jembatan dengan full crown sebagai retainer, arah pasang dalam
keadaan itu sebaiknya dibuat tegak lurus terhadap bidang oklusal. Jika daam hal itu terlalu
banyak jaringan keras gigi yang harus dibuang, maka sebaiknya dibuatkan mahkota teleskop
sebagai retainer.
Gigi yang condong dapat disebabkan oleh hilangnya gigi tetangganya, sehingga gigi miring
ke arah ruang gigi yang missing. Tapi bila kecondongan itu tidak banyak, enamel gigi
tetangga yang miring tersebut dapat dikorbankan, tetapi bila harus membuang lebih dari 50%
ketebalan enamel, lebih baik dibuatkan mahkota teleskop saja.
Mahkota teleskop adalah mahkota yang terdiri atas suatu selungkup dari logam yang akan
disemen dahulu pada tempatnya. Diatasnya kemudian dibuatkan mahkota penuh tuangan
yang pada gilirannya disemen juga pada tempatnya, diselungkup tadi. Dalam penerapannya
sebagai retainer, selungkup logamnya terlebih dahulu diberi bentuk preparasi mahkota penuh
tuangan yang poros preparasinya disesuaikan dengan poros preparasi gigi penyangga yang
lain.
Sistem teleskop ini dapat juga diterapkan pada bagian pontik jembatan. Maka bagian teleskop
yang menyerupai preparasi mahkota penuh diikutkan pada salah satu retainer jembatan itu,
sedang bagian lain dari teleskop (pontik teleskop) diikutkan pada retainer satunya
Gambar 1.1 bentuk pontik teleskop
2. Erupsi berlebih.
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih (over
eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila
hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan
mengalami kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai
pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu
hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap.
3. Penurunan Efisiensi Kunyah
Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan merasakan betapa
efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini
mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang
dapat dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan saja.
4. Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula.
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure), hubungan rahang
yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi
rahang.
5. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung.
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada akan
menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal ini
mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama kelamaan gigi tadi manjadi
goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.
6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan bicara, karerna gigi
± khususnya yang depan ± termasuk bagian organ fonetik.
7. Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan megurangi daya tarik wajah
seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.
8. Terganggunya Kebersihan Mulut .
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya, demikian
pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini,
mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi makanan. Dengan sendirinya kebersihan
mulut jadi terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap berikutnya terjadi karies gigi. Pada tahap
berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat.
9. Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima beban berlebihan,
tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini bisa
berwujud atrisi pada gigi- gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi
pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik.
10. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan
lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap geligi
tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat
yang ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu
benda asing yang cukup mengganggu.
2.4 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan
Pada pembuatan gigi tiruan jembatan terdapat beberapa keuntungan yaitu:
1. Karena dilekatkan pda gigi asli sehingga tidak mudah lepas atau tertelan
2. Dirasakan seperti gigi asli oleh penderita
3. Memiliki efek splinting untuk mempertahankan posisi gigi
4. Tidak ada kawat sehingga permukaan email tidak aus
5. Melindungi gigi terhadap tekanan
6. Mendistribusikan tekanan fungsi keseluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan gigi.
Beberapa kerugiannya yaitu:
1. Membutuhkan pengasahan permukaan gigi pada mahkota gigi yang masih utuh untuk
dijadikan gigi penyangga
2. Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk mengontrol plak gigi (dapat dicegah dengan
emnggunakan dental floss)
3. Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik
2.5 Indikasi dan Kontra indikasi umum
Menurut Prayitno (1991) terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam
perawatan gigi tiruan jembatan yaitu :
1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun
Kontra indikasi untuk usia dibawah 20 tahun karena:
- Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur
- Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas
- Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan rontgen
- Dapat menghambat pertumbuhan tulang
Kontraindikasi untuk usia diatas 50 tahun karena:
- Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi
- Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara fisiologis
- Kelainan jaringan yang bersifat patologis
2. Sikap Penderita & kondisi psikologis
Yang terpenting dalam menentuan dibuat tidaknya suatu jembatan pada seorang penderita
adalah sikapnya terhadap pearwatan gigi serta motivasinya.
Watak pasien terbagi dalam tahap-tahap psikologis saat anamnesa yaitu:
- Klas 1 : filosofi (pasien kooperatif)
- Klas 2 : Pasien banyak bicara dan ingin tahu (exciting)
- Klas 3 : Histerical
- Klas 4 : Indeferen (acuh tak acuh, pada pasien ini harus banyak komunikasi)
3. Kondisi keuangan, pendidikan & pekerjaan]
Keuangan dapat juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya gigi tiruan lepasan lebih murah
dibanding jembatan, tingkat pendidikan, wawasan dan intelektualitas berpengaruh dalam
merencanakan suatu perawatan.
4. Penyakit sistemik
Pada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan jembatan daripada gigi
tiruan lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi fraktur pada gigi tiruan lepasan tersebut, dan
kemungkinan dapat tertelan, bila penyakit sedang kambuh. Penyakit sistemik lainnya seperti
penyakit jantung.
5. Kondisi Periondisium
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan
Indikasi khusus:
1. Gigi penyangga:
- Vital & non vital dengan perawatan saluran akar
- Jaringan periodontal sehat
- Bone support baik
- Bentuk akar yang panjang
- Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang
- Bentuk dan besar anatomis gigi normal
- Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat
2. Gigi antagonis:
- Oklusi normal
3. Gigi tetangga :
- Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring
-
2.6 Tipe Bridge
1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid dapat digunakan untuk gigi anterior dan
posterior.
Gambar 1.2
fixed-fixed bridge
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid disemenkan dan konektor
lainnya non rigid (semi fixed-fixed bridge) tanpa disemenkan dapat digunakan untuk gigi
anterior dan posterior
Gambar 1.3 fixed movable bridge
3. Cantilever bridge :
a. Kaku : Jembatan cantilever kaku mempunyai pontik yang kokoh bersatu hanya pada satu
ujungnya dengan retainer atau beberapa retainer (yang dapat dihubungkan menjadi satu)
Gambar 1.4 Cantilever Bridge - Kaku
b. Lengan spring yang diperpanjang : mempunyai pontik yang dipasang pada salah satu ujung
dari lengan spring logam yang panjang dimana ujung yang lainnya dihubungkan degan
retainer (atau beberapa retainer yang berhubungan).
Gambar 1.5 Cantilever – Lengan
Spring/ Spring Bridge
4. Compound bridge jembatan yang terdiri atas kombinasi berbagai tipe jembatan. Pada
gambar dibawah jembatan cekat-cekat mempunyai ekstensi cantilever mesial yang kaku
Gambar 1.6 Compound Bridge
2.7 Komponen Gigi Tiruan Jembatan
Menurut Allan & Foreman (1994), suatu jembatan terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Penyangga (Abutment) disebut pendukung retainer, dapat bervariasi tergantung faktor seperti
membran periodontal, panjang & jumlah akar. Penyangga yang berada di antara 2 penyangga
lainnya disebut intermediate abutment.
2. Retainer merupakan restorasi (mahkota, inlay, pasak/dowel) yang menghubungkan jembatan
dengan penyangga
3. Pontik/Dummy adalah gigi buatan pengganti dari gigi yang hilang, dapat dibuat dari
porselen,akrilik atau logam atau kombinasi.
Beberapa macam bentuk pontik :
Suddle pontik : Disain menyerupai gigi asli yang menggantikan seluruh gigi yang hilang
tanpa mengubah bentuk anatomi
Ridge lap pontik : Bentuk pontik berkontak dengan dasar mukosa bagian labial atau
bukan saja atau bagian palatal atau lingual menggantung
Hygiene pontik : Menggantung atau tidak berkontak
Conical pontik : bentuk dan dasar pontik yang berkontak dengan mukosa lebih kecil dari
pada ridge lap pontik
4. Penghubung (Joint atau Connector) adalah alat yang mencekatkan pontik ke retainer. Dapat
bersifat kaku (rigid) yaitu disolder atau yang tidak kaku (non-rigid) seperti kunci-kunci atau
stressbreaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus dipikul oleh
penyangga)
5. S (Sadel) : daerah antara gigi-gigi abutment. Yang terutama adalah tulang alveolar yg
ditutupi jar.lunak. tulang alveolar akan berubah kontur selama beberapa bulan setelah
hilangnya gigi. Kontur dan tekstur sadel akan mempengaruhi desain pontik
Gambar 1.7 dan 1.8 komponen-komponen Jembatan
Keterangan:
P=Pontik R=Retainer S=Sadel
C=Konektor A=Abutment
2.8 Jenis Retainer
Retainer adalah bagian dari gigi tiruan yang dilekatkan pada penyangga/
menghubungakan gigi tiruan dengan gigi penyangga.Retainer berfungsi untuk
memegang/menahan supaya gigi tiruan tetap stabil dan meyalurkan beban kunyah ke gigi
penyangga
2.8.1 Extra corona retainer
Retainer meliputi bagian luar mahkota gigi terbagi atas ful crown dan partial crown
a. Full crown
Indikasi:
- gigi penyangga masih vital
- gigi tiruan jembatan panjang/pendek
- gigi penyangga pendek
- intermediate abutment pasca terapi perio
b. Partial crown
Indikasi:
- Jembatan pendek (kehilangan gigi 1 atau 2)
- Tekanan kuyah ringan/normal
- Bentuk & besar gigi penyangga normal
- Salah satu gigi penyangga miring
2.8.2 Intra corona Retainer
Preparasi dan bahan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau dalam badan
mahkota. Bentuknya : Inlay (Mesio-oklusal/Distooklusal/ MOD).
Indikasi:
- Jembatan pendek minimal kehilangan 2 gigi
- Tekanan kunyah ringan/normal
- Gigi penyangga karies kelas II
- Bentuk gigi penyangga normal
2.8.3 Intra Radikuler Retainer = dowel crown- mahkota pasak
Preparasi dan retensi sebagian besar di dalam saluran akar
Indikasi:
- Jembatan pendek
- Tekanan kunyah ringan/normal
- Splint abutment
- Bentuk gigi penyangga normal
2.9 Faktor yang mempengaruhi Retensi retainer
1. Gigi yang terlibat : mahkota gigi yang besar memberi peluang untuk mendapatkan retensi
yang luas pula bagi bedia semen. Bentuk gigi yang konus biasanya tidak memberikan retensi
yang baik bagi retainer.
2. Luas permukaan retainer: Luas permukaan retainer, terutama dinding aksial menentukan
besarnya retensi yang dapat diperoleh.
3. Derajat kesejajaran preparasi : derajat pengerucutan (konvergensi) bidang aksial (searah poros
akar gigi) sangat berpengaruh pada retensi yang dapat dicapai. Penyudutan bidang aksial
sebesar 10 derajat menghasilkan retensi yang hanya ½ dari penyudutan sebesar 5 derajat.
4. Ketegaran retainer: Pengalaman klinik membuktikan bahwa mahkota jaket terbuat dari akrilik
lebih cepat terlepas daripada yang terbuat dari porselen, karena porselen lebih tegar daripada
akrilik
5. Semen yang digunakan : Derajat retensi semen tergantung pada daya ikatnya, daya tekan,
daya rentangdan ketebalan lapisan semen (umumnya 0,05 mm)
6. Bahan retainer: dapat menggunakan bahan paduan logam non mulia, juga dapat dipadukan
dengan porselen
2.10 Pontik/ Dummy
Fungsinya menggantikan gigi asli yang hilang. Jenis-jenisnya:
1. Sadle pontic
2. Ridge Lap pontic (indikasiluas , kombinasi sanitary & sadle)
3. Sanitary Pontic
4. Conical pontic
2.11 Abutment
Jenis gigi penyangga :
1. Single
2. Double
3. Multiple
4. Erminal
5. Intermediate
6. Splinted (menahan agar idak mobility)
Faktpr yang mempengaruhi gigi penyangga:
1. Hukum Ante : Luas ligamen periodontal gigi penyangga besar atau sama dibanding gigi yang
hilang
2. Gunakan gigi penyangga pada kedua sisi diastema
3. Perbandingan mahkota dan akar
4. Span/ ukuran panjang diastema
5. Lengkung rahang
6. Tekanan kunyah
7. Anatomi gigi & posisi gigi
8. Vitlitas gigi
Prinsip Preparasi gigi penyangga:
1. Mempertahankan struktur biologis gigi
2. Retensi & resistensi
3. Mempertahankan struktur eksternal
Gigi Tiruan Cekat (GTC)
Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah lama disebut dengan gigi tiruan jembatan (Arifin, 2000).2.5.1 Komponen GTC
Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor, dan abutment, yang dapat diuraikan sebagai berikut :a. Pontik, Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:
Fungsi kunyah dan bicara
Estetis
Comfort (rasa nyaman)
Mempertahankan hubungan antar gigi tetanggaà mencegah migrasi / hubungan dengan gigi
lawan à ektrusi
Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain:
a. Berdasarkan bahanBerdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3
1) Pontik logamLogam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
2) Pontik porselenPontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
3) Pontik akrilikPontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.
4) Kombinasi Logam dan PorselenPontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior maupun posterior.
5) Kombinasi Logam dan AkrilikPada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
b. Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak1) Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang bawah(Arifin, 2000).
Gambar 1. Pontik Sanitary
2) Pontik Ridge LapBagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir alveolus sedangkan bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada bagian palatal. Walaupun demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan posterior(Arifin, 2000).
Gambar 2. Pontik Ridge Lap
3) Pontik Conical RootPontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat yang dibuatkan atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis dalam kegiatan sehari-hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm. pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional.4
Gambar 3. Pontik Conical Root.
B. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan retensi (Arifin, 2000).
Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada dipermukaan luar mahkota gigi penyanggai. Full-veneer Crown Retainer
Indikasi:
- Tekanan kunyah normal/ besar
- Gigi-gigi geligi yang pendek
- Intermediare abutment paska perawatan periodontal
- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan:
- Indikasi luas
- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik
- Memberikan efek splinting yang terbaik
Kerugian:
- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak
- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
ii. Partial-veneer Crown Retainer
Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan / normal
- Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
- Salah satu gigi penyangga miring
Keuntungan:
- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
- Estetis lebih baik daripada FVC retainer
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang
- Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)
Retainer intrakorona : retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota gigi penyangga.Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay Indikasi: - Gigi tiruan jembatan yang pendek - Tekanan kunyah ringan atau normal - Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar - Gigi penyangga mempunyai bentuk/ besar yang normal
Keuntungan:
- Jaringan gigi yang diasah sedikit
- Preparasi lebih mudah
- Estetis cukup baik
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi
- Mudah lepas/patah
Retainer dowel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.Indikasi: - Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf - Gigi tiruan jembatan yang pendek - Tekanan kunyah ringan - Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan: - Estetis baik - Posisi dapat disesuaikan
Kerugian: - Sering terjadi fraktur akar
C. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin, 2000).
a. Konektor rigid : konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen GTC. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTC. Konektor rigid dapat dibuat dengan cara:
Pengecoran (casting) : penyatuan dua komponen GTC dengan satu kali proses tuang Penyolderan (soldering) : penyatuan dua komponen GTC dengan penambahan logam campur
(metal alloy) yang dipanaskan. Pengelasan (welding) : penyatuan komponen GTC dengan pemanasan dan/atau tekanan.
b. Konektor nonrigid : konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada komponen GTC. Diindikasikan bila terdapat pier/intermediate abutment untuk penggangti beberapa gigi yang hilang. Konektor nonrigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair) GTC. Contohnya adalah dovetail dan male and female.
D. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan gigi tiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran periodontal, panjang serta jumlah akar.
Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.
Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.
Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.
Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung dari
diastema.
Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak
diantara dua diastema (pontics).
Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi
diastema
Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi Diastema (Arifin, 2000).
2.5.2 Macam Desain GTC
Adapun 6 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada dukungan yang ada
pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:
a. Fixed-fixed bridgeSemua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit individual
bersama atau menggunakan satu kali pengecoran. Memiliki dua atau lebih gigi penyangga.
GTC tipe ini menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang sangat baik dan juga
mendistribusikan tekanan lebih merata pada restorasi. Serta memberikan efek splinting yang
sangat baik. Diindikasikan pada span pendek, atau untuk splinting pada gigi goyang dengan
kondisi periodontal kurang baik.
Indikasi → Penggantian 1 – 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang punya tekanan
kunyah normal – kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.; Gigi penyangga derajat
goyangnya 1 (normal).
Kontra-Indikasi → Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga memiliki kelainan
periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar.
Keuntungan → Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek splinting terbaik
dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan penunjang periodontal.
Kerugian → Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya ungkit/bent/efek flexural.
Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan berada baik di gigi penyangga atau berada di
tengah span/pontik.
b. Semi fixed bridgePada jenis ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan konektor rigid dan non rigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan ke retainer. GTC tipe ini memungkinkan pergerakan terbatas pada konektor diantara pontik dan retainer. Konektor tersebut dapat memberikan dukungan penuh pada pontik untuk melawan gaya oklusal vertikal, dan memungkinkan gerakan terbatas pada respon terhadap gaya lateral. Hal ini mencegah gerakan gerakan satu retainer yang mentransmisikan gaya torsional secara langsung ke retainer lainnya sehingga dapat menyebabkan lepasnya retainer. Diindikasikan pada span panjang dan jika terdapat pier/intermediate abutment pada pengganti beberapa gigi yang hilang.Syarat: Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.
Konstruksi: Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah tertariknya key karna
gaya ACF.
Indikasi → Salah satu abutment miring >20° atau intermediate abutment; Kehilangan 1 atau
2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan 2 gigi dengan gigi penyangga
intermediate.
Keuntungan → Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya ungkit sebagaimana
yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu ekstensif sehingga pasien yang
ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah; Prosedur sementasi bertahap sehingga jika
terjadi kesalahan tidak semua unit harus diulang.
Kerugian → Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit retainer; Harganya
relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur pada kunci tinggi.
c. Cantilever bridgeSuatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment.
Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.
GTC tipe ini tidak diindikasikan untuk daerah dengan beban oklusal besar. Apabila terkena
gaya lateral, maka gigi penyangga akan tipping, rotasi, atau drifting. Tidak diindikasikan pula
pada penggantian gigi dengan gigi penyangga nonvital sebagai terminal abutment. GTC tipe
ini diindikasikan untuk pengganti satu gigi yang hilang.
Syarat: tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.
Keuntungan → Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal; Jaringan
yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta
menggunakan full-porcelain crown.
Indikasi → Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.
Kontra-Indikasi → Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak
terlalu besar.
Kerugian → Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan periodonsium (baik
tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena
adanya keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.
d. Spring cantilever bridgeSuatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau penyangga
gigi. Loop atau bar tersebut menghubungkan retainer dan pontik dipermukaan palatal.
Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung ini dapat dari berbagai panjang,
tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang
hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien.
Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan satu gigi
yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.
Indikasi → Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan terbaik
karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu terlihat jika
menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi
penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik
retainernya; Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).
Kontra-Indikasi → Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang
retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula; Bentuk palatal tidak
memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain
alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki
kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.
Keuntungan → Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan relatif lebih
singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan kekuatan
yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar.
Kerugian → Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup besar
seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami; Meskipun waktu kunjungan
singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.
e. Compound bridgeIni merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu
menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang yang membutuhkan gabungan beberapa tipe GTC.
f. Adhesive bridge/resin-bonded fixed partial denture/maryland bridge
Merupakan GTC yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat minimal. Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTC tipe ini terdiri dari satu atau dua beberapa pontik yang didukung retainer tipis yang direkatkan dengan semen dengan sistem etcing bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal. Gigi penyangga harus memiliki mahkota klinis yang cukup lebar agar dapat memberikan retensi dan resistensiyang maksimal. Gigi tersebut juga tidak boleh goyang dan inklinasi mesiodistalnya harus kurang dari 15derajat. Retensinya berupa mikromekanik antara permukaan email dengan permukaan dalam retainer yang telah dietsa. Diindikasikan pada GTC span pendek, abutment yang tidak membutuhkan restorasi, dan penggantian kehilangan gigi anterior pada anak-anak, karena anak-anak masih memiliki ruang pulpa yang besar. Kontraindikasi GTC tipe ini adalah penggantian ggi anterior dengan deep over bite.
A. Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih Gigi tiruan cekat Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih tipe protesa yang tepat.
Faktor-faktor yang penting tersebut adalah faktor biomekanis, keadaan periodontal, estetis,
faktor financial, dan juga keinginan pasien.
a. Faktor BiomekanisPersyaratan Biologis menuntut gigi penyangga dan jaringan yang mendukungdapat dipelihara pada kondisi yang sehat. Restorasi harus dibuat dengan sedemikian rupa sehingga tidak mudah terjadinya pengumpulan plaque yaitu dengan cara dipolished. Selain itu, restorasi harus biokompatibel dan tidak mudah mengalami korosi. Gigi-gigi penyangga harus mendekati kesejajaran dan dapat direstorasi tanpa membahayakan pulpa. Preparasi gigi penyangga sebaiknya mencukupi untuk menyediakan kekuatan restorasi. Selain itu, gigi-gigi penyangga sebaiknya dipreparasi untuk menyediakan retensi yang adekuat untuk retainer, sehingga mencegah terlepasnya restorasi. Penting untuk diketahui bahwa gigi tiruan harus cukup kuat agar tidak mudah pecah, tidak mudah patah, dan mengalami distorsi.
b. Keadaan PeriodontalHarus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan pada jaringan periodontal.
Indikasi khusus pada gigi penyangga yang vital dan non vital dengan perawatan saluran akar,
aringan periodontal sehat, bentuk akar yang panjang, posisi dan inklinasi yang baik dalam
lengkung rahang, bentuk dan besar anatomis gigi normal, mahkota gigi punya jaringan email
dan dentin yang sehat.
c. EstetisPertimbangan estetis sebaiknya tidak mempengaruhi kekuatan Gigi Tiruan Cekat. Bagaimanapun, tampilan emas yang tidak penting sebaiknya dihindari. Pontik sebaiknya
menggunakan warna, ukuran, dan bentuk yang tepat serta memiliki susunan dan karakteristik yang tepat.
d. Faktor FinansialKeadaan social-ekonomi serta tingkat pendidikan yang rendah membuat pengetahuan mereka terbatas dalam hal pelayanan kesehatan gigi dan mulut sehingga mereka cenderung menggunakan gigi tiruan lepasan yang harganya relative murah dibandingkan dengan gigi tiruan cekat. Mereka beranggapan bahwa fungsi mastikasi merupakan hal yang utama untuk penggantian gigi yang hilang.