gf isi

30
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini, ilmu kebumian atau geologi semakin membutuhkan bantuan dari metode geofisika karena ilmu kebumian hanya terbatas pada batuan yang tersingkap di atas permukaan bumi. Untuk mengetahui keadaan bawah permukaan maka metode geofisika diperlukan, akan tetapi tetap geologist yang dapat menginterpretasikan secara keseluruhan data saat dikorelasikan dengan struktur maupun batuannya. Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988). Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat fisis di dalam bumi. Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah sifat fisis yang paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan perbedaan di dalam bumi untuk ditafsirkan kaitannya dengan struktur mengenai lapisan tanah, berat 1

Upload: nicolaus-kevin

Post on 19-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: GF isi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dewasa ini, ilmu kebumian atau geologi semakin membutuhkan bantuan dari

metode geofisika karena ilmu kebumian hanya terbatas pada batuan yang

tersingkap di atas permukaan bumi. Untuk mengetahui keadaan bawah permukaan

maka metode geofisika diperlukan, akan tetapi tetap geologist yang dapat

menginterpretasikan secara keseluruhan data saat dikorelasikan dengan struktur

maupun batuannya.

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan

menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain,

geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat

langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada

permukaan (Dobrin dan Savit, 1988).

Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat fisis di dalam

bumi. Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah sifat fisis

yang paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan

perbedaan di dalam bumi untuk ditafsirkan kaitannya dengan struktur mengenai

lapisan tanah, berat jenis batuan dan rembesan isi air, dan mutu air (Todd, 1959).

Salah satu metode geofisika yang dapat membantu mengetahui jenis batuan

maupun kandungan logam / non-logam di bawah permukaan adalah metode

geomagnetik. Metode geomagnetik yang kali ini akan digunakan adalah

pengambilan data menggunakan satu alat. Metode ini cocok buat eksplorasi,

terlebih lagi untuk eksplorasi air mineral logam karena anomali rechargeability

lapisan dalam tanah dapat dengan mudah terdeteksi menggunakan metode

geolistrik ini.

1

Page 2: GF isi

I.2 Maksud dan Tujuan

Laporan ini dibuat dengan maksud untuk mengetahui hasil dari pengolahan

data geomagnetik berbentuk peta TMI, peta RTP, dan peta Upward Continuation

yang ada di daerah telitian dengan menggunakan metode pengambilan data satu

alat. Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui analisa anomali regional

dan hubungan peta TMI, peta RTP, dan peta Upward Continuation.

2

Page 3: GF isi

BAB II

DASAR TEORI

II.1. Geomagnetik

a. Gambaran Umum Metode Geomagnetik

Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet

raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi

menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet

yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada

bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi

suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada

anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik

secara lateral maupun vertikal.

Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas

tiga tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap

terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan

penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk

koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada

metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi

(terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil

pengolahan data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali

magnetik.

Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu

batuan yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat

adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk

termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan.

Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali

karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam.

Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada

batuan semakin banyak.

3

Page 4: GF isi

Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia

dengan interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan

kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam

eksplorasi geomagnet yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh

merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan oleh

material magnetik kerak bumi atau mungkin juga bagian atas mantel.

Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga

metode gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori

potensial, sehingga keduanya sering disebut sebagai metode potensial.

Namun demikian, ditinjau ari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya

mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus

mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor magnetisasi, sedangkan

dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data

pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual kompleks. Dengan

demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu lebih besar.

Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan

udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan

minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada

pencarian prospek benda-benda arkeologi.

b. Medan Magnet Bumi

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau

disebut juga elemen medan magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur yaitu

meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi:

Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen

horizontal yang dihitung dari utara menuju timur

Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang

horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke

bawah.

Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada

bidang horizontal.

4

Page 5: GF isi

Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Gambar II.1.1. Tiga Elemen medan magnet bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk

menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai

yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang

diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari

hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang

dilakukan dalam waktu satu tahun.

Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

1. Medan magnet utama (main field)

Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil

pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah

dengan luas lebih dari 106 km

2..

2. Medan magnet luar (external field)

Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang

merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar

ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan

dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer,

maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.

5

Page 6: GF isi

3. Medan magnet anomali

Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal

(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang

mengandung mineral bermagnet seperti magnetite ( ),

titanomagnetite ( ) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari

pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan

(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan

oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet

remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu

pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa

kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang

diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan

induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet

induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam

survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan

magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976),

sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :

dengan : : medan magnet total bumi

: medan magnet utama bumi

: medan magnet luar

: medan magnet anomali

c. Metode Pengukuran Data Geomagnetik

Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama

yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk

6

. . . (1)

Page 7: GF isi

mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah

Proton Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur

nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di

dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini

digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur,

lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik

lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal

satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung,

bukit, lembah dan jurang.

Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam

survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :

a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan

magnet bumi.

b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik

pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi

c. Sarana transportasi

d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data

e. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-

lain.

Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan

menggunakan peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data

yang dicatat selama proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat

medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan.

Tabel 2. Contoh form untuk mencatat data hasil pengukuran

No Stasiun

Pengukuran

Waktu Posisi Geografis Kuat

Medan

Keadaan

LokasiTgl. Jam Bujur Lintang Tinggi

1

2

7

Page 8: GF isi

Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan

adalah menentukan base station dan membuat station - station pengukuran

(usahakan membentuk grid - grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan

luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet

di station - station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan

pula dilakukan pengukuran variasi harian di base station.

d. Pengaksesan Data IGRF

IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field.

Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai

IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF

termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan

magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam

survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk

menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil

pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik

adalan anomali medan magnetik (ΔHr0).

Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan

magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi

pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini

bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat

diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.

e. Pengolahan Data Geomagnetik

Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan,

maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran

pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi

harian, IGRF dan topografi.

1. Koreksi Harian

8

Page 9: GF isi

Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan

nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek

radiasi matahari dalam satu hari.

Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan

waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun

pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif,

maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai

variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan

magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian

bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara

mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu

terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan

dalam persamaan

ΔH = Htotal ± ΔHharian

2. Koreksi IGRF

Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah

konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama

bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan

magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan

magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi

medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi

IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap

nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap

titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan

koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :

ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0

Dimana H0 = IGRF

3. Koreksi Topografi

Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam

survei megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei

geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode

9

. . . (2)

. . . (3)

Page 10: GF isi

untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu

model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat

(Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas

magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model

topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik

(ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya

(setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai

ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop

Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik

yang terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total

di topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan

digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah

permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk

peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan

titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang

pembanding tertentu.

f. Reduksi ke Bidang Datar

Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data

magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di

topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini

mutlak dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan

input anomali medan magnetik yang terdistribusi pada biang datar.

Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan magnetik

ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source),

lapisan ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor

series approximaion), dimana setiap teknik mempunyai kelebihan dan

kekurangan (Blakely, 1995).

g. Pengangkatan ke Atas

10

. . . (4)

Page 11: GF isi

GEOSOFT Incorporated adalah pengembangan perangkat lunak dan

layanan perusahaan yang berkantor pusat di Toronto, Kanada. Perusahaan itu

menyediakan software geofisika dan geologi dan teknologi server geospasial

bagi Geosains profesional yang terlibat dalam eksplorasi sumber alam dan

terkait disiplin ilmu bumi.

Oasis montaj adalah pengolahan informasi dan pemetaan platform

perangkat lunak ruang untuk eksplorasi geofisika dan geologi pemodelan

digunakan untuk eksplorasi sumber. Sistem ini dilanjutkan oleh pengguna

untuk memenuhi kebutuhan eksplorasi tertentu menggunakan Pengembang

yang sasarannya dari program ini digunakan dalam eksplorasi mineral untuk

mengurus, melihat dan eksplorasi model informasi pengeboran sebagai bagian

dari mendefinisikan deposit mineral ekonomi untuk pertambangan.

a. Pengangkatan ke Atas

Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses

transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang

datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik,

proses ini dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk

menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari

berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan

topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak

boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik

lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang

menjadi target survei magnetik ini.

b. Koreksi Efek Regional

Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi

target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali

magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di

bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai

anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi

anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan

koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek

11

Page 12: GF isi

anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil

pengukuran.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh

anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada

ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang

dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola

lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.

c. Interpretasi Data Geomagnetk

Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua,

yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif

didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber

dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah

permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang

dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam

bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan

dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.

Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau

model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui

pemodelan matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada

beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin berbeda,

tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai

dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang biasa

digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan tiga

dimensi.

BAB III

METODE PENELITIAN

12

Page 13: GF isi

III.1. Diagram Alir

III.1.1. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data

Praktikum Geolistrik Konfigurasi Schlumberger menggunakan Software

dilaksanakan ruang NAS UPN Veteran” Yogyakarta. Pada Tanggal 27 Maret

2015. Dimulai dari pukul 15:20 sampai dengan 17:00 WIB.

Dalam pengolahan data geomagnetik ini dilakukan dengan langkah awal

menghitung data pada excel yaitu mecari nilai variasi harian dengan cara

memperhatikan selisih waktu pengambilan dengan waktu awal mulai lalu dibagi

dengan hasil pengurangan selisih waktu selesai dengan waktu awal mulai.

Sesudah di dapat hasil, lalu dikali hasil dari pembacaan kemagnetan akhir selesai

dikurangi pembacaan kemagnetan awal mulai. Langkah selanjutnya mencari Ha

nya dengan mengurangkan Hpembacaan dengan Hvariasi dan dikurangkan lagi dengan

HIGRF. Langkah selanjutnya adalah menyusun data tersebut kedalam grafik excel,

data yang disusun adalah Ha vs posisi serta Hvariasi vs Waktu. Setelah semua

data selesai dihitung, gabungkan data dari semua line menjadi satu sheet lalu

masukkan ke dalam software Oasis Montaj.

Pertama kali hasil excel akan diolah menjadi peta anomali magnetik (TMI)

lalu kita olah menjadi peta RTM. Untuk memudahkan dalam pembacaan peta ini

maka langkah selanjutnya adalah membuat peta upward continuation untuk

menghilangkan anomali lokalnya dan melihat anomali regionalnya.

13

Data Sintetis

Page 14: GF isi

Gambar III.1.1. Diagram alir

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Peta TMI & RTP

Peta Upward Continuation

Olah Oasis Montaj

Page 15: GF isi

IV.1 Grafik dan Pembahasan

IV.1.1. Peta TMI

Gambar IV.1.1.1. Peta TMI

Dari peta TMI di atas bisa kita lihat bahwa pada daerah X dengan

menggunakan metode akuisisi geomagnetik satu alat menunjukkan bahwa

daerah telitian memiliki kemagnetan yang berbeda, ada yang tinggi

(berwarna pink-merah) dan ada rendah (biru tua sampe biru muda). Pada

peta TMI ini masih berisi semua anomali – anomali regional maupun lokal

yang disebabkan oleh pengaruh dua kutub magnet bumi. Oleh karena itu

data dari peta ini memiliki tingkat ambiguitas dan error yang cukup tinggi

sehingga diperlukan pengolahan data selanjutnya.

Anomali lokalnya ditunjukkan oleh spot – spot yang tersebar pada

peta TMI, sedangkan anomali regionalnya berada di bawah anomali lokal

(warna background-nya). Warna yang ditampilkan masih bervariasi seperti

lukisan abstrak. Peta ini didominasi oleh kemagnetan sedang yang

ditunjukkan oleh warna oranye kekuningan sampai kuning kehijauan.

IV.1.2. Peta RTP

15

Page 16: GF isi

Gambar IV.1.1.2. Peta RTP

Dari peta TMI yang sebelumnya kita proses untuk mengurangi anomali

dari dua kutub sehingga kita melihat anomali lokal dan regionalnya dari satu

kutub saja. Setelah kita lihat pada peta terlihat bahwa pada daerah X dengan

menggunakan metode akuisisi geomagnetik satu alat menunjukkan bahwa daerah

telitian memiliki kemagnetan yang berbeda, ada yang tinggi (berwarna pink-

merah) dan ada rendah (biru tua sampe biru muda).

Pada peta RTP ini masih semua anomali – anomali regional maupun lokal

yang hanya disebabkan oleh pengaruh satu kutub magnet bumi. Oleh karena itu

data dari peta ini memiliki tingkat ambiguitas dan error yang sudah menurun dari

sebelumnya, tetapi untuk membaca anomalinya masih diperlukan pengolahan data

selanjutnya menggunakan metode upward continuation.

Anomali lokalnya ditunjukkan oleh spot – spot yang tersebar pada peta

TMI, sedangkan anomali regionalnya berada di bawah anomali lokal (warna

background-nya). Warna yang ditampilkan masih bervariasi seperti lukisan

abstrak, tapi tidak separah pada peta TMI. Peta ini didominasi oleh kemagnetan

sedang yang ditunjukkan oleh warna oranye kekuningan sampai kuning kehijauan.

Dari nilai kemagnetannya bisa diperkirakan bahwa kandungan logam pada daerah

telitian X ini adalah ferromagnetik sampai paramagnetik. Semakin ke arah selatan

(pada peta), menunjukkan nilai kemagnetan yang besar dikarenakan kandungan

logam ferromagnetik yang tinggi serta biasanya memiliki litologi adalah batuan

beku (vulkanis / intrusi) dan semakin ke arah utara, menunjukkan nilai

kemagnetan yang kecil dikarenakan kandungan logam paramagnetik sampai

diamagnetik yang biasanya memiliki litologi adalah batuan sedimen serta

beberapa batuan metamorf. Oleh karena itu jika ingin membuat eksplorasi mineral

bijih logam maka disarankan untuk mengambil daerah telitian X bagian selatan.

16

Page 17: GF isi

IV.1.3. Peta Upward Continuation

17

Page 18: GF isi

Dari peta RTP yang sebelumnya kita proses untuk mengurangi anomali

dari anomali lokal sehingga kita melihat anomali regionalnya dari satu kutub saja.

Setelah kita lihat pada peta terlihat bahwa pada daerah X dengan menggunakan

metode akuisisi geomagnetik satu alat menunjukkan bahwa daerah telitian

memiliki kemagnetan yang berbeda, ada yang tinggi (berwarna pink-merah) dan

ada rendah (biru tua sampe biru muda).

Semakin besar interval dalam peng – upward – an maka anomali lokal

akan hilang dan anomali regionalnya akan cenderung memiliki bidang lebih datar

dari sebelumnya (dapat dilihat pada gambar IV.1.1.4 dan Gambar IV.1.1.5.). Interval

dalam peng – upward – an pada anomali lokal yang digunkan adalah 20. Pada

peta UC 100 ini semua anomali regional sedangkan anomali lokalnya sudah

hilang. Oleh karena itu data dari peta ini memiliki tingkat ambiguitas dan error

yang sudah relatif kecil dibandingkan sebelumnya, tetapi untuk membaca

anomalinya yang lebih lanjut masih diperlukan penggunaan tabel suceptibilitas

agar kita dapat mengetahui litologinya.

Peta ini didominasi oleh kemagnetan sedang yang ditunjukkan oleh warna

oranye kekuningan sampai kuning kehijauan. Dari nilai kemagnetannya bisa

diperkirakan bahwa kandungan logam yang dominan pada daerah telitian X ini

adalah ferromagnetik sampai paramagnetik. Pada peta, semakin ke arah utara nilai

kemagnetannya semakin kecil sedangkan semakin ke arah selatan nilai

kemagnetannya semakin besar nilai kemagnetannya. Dari nilai tersebut, dapat kita

perkirakan bahwa batuan yang mengandung mineral logam banyak berada pada

bagian selatan peta. Litologi batuan yang mungkin mengandung mineral logam

yang ditunjukkan dengan nilai kemagnetan tinggi adalah batuan beku. Litologi

batuan yang mungkin memiliki nilai kemagnetan rendah adalah batuan sedimen

18

Gambar IV.1.1.3. Peta UC 10 Gambar IV.1.1.4. Peta UC 50 Gambar IV.1.1.5. Peta UC 100

Page 19: GF isi

dan beberapa batuan metamorf. Dari peta UC ini kita sudah dapat menentukan

daerah yang berprospek dalam eksplorasi lapangan yaitu pada bagian selatan peta

yang memiliki litologi batuan beku dan kandungan logam tinggi (ferromagnetik).

BAB V

PENUTUP

19

Page 20: GF isi

V.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa dan interpertasi data menggunakan metode geomagnetik

pengambilan data satu alat, diperoleh hasil berupa:

Pada daerah X menghasilkan peta TMI yang menunjukkan anomali lokal

dan regional yang dipengaruhi dua kutub magnet bumi serta memiliki

tingkat error yang tinggi. Nilai kemagnetan yang mendominasi adalah

sedang yang ditandai dengan warna oranye kekuningan sampai kuning

kehijauan yang mewakili kandungan logam ferromagnetik lemah samapai

paramagnetik.

Pada daerah X menghasilkan peta RTP yang menunjukkan anomali lokal

dan regional yang dipengaruhi satu kutub saja magnet bumi serta memiliki

tingkat error yang sudah menurun dibanding peta TMI. Nilai kemagnetan

yang mendominasi adalah sedang yang ditandai dengan warna oranye

kekuningan sampai kuning kehijauan yang mewakili kandungan logam

ferromagnetik lemah samapai paramagnetik..

Pada daerah X menghasilkan peta UC yang menunjukkan anomali

regional yang dipengaruhi satu kutub magnet bumi serta memiliki tingkat

error yang rendah dan sudah dapat kita tentukan daerah yang ingin kita

eksplorasi. Nilai kemagnetan yang mendominasi adalah sedang yang

ditandai dengan warna oranye kekuningan sampai kuning kehijauan yang

mewakili kandungan logam ferromagnetik lemah samapai paramagnetik.

Daerah yang disarankan untuk pengeksplorasian adalah bagian selatan

peta.

V.2. Saran

Dalam pengerjaan analisa ini diperlukan banyak membaca dan ketelitian

dalam penghitungan data karena banyak terjadi kesalahan penghitungan dan

analisa data pada excel.

20

Page 21: GF isi

21