geo
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Hal.
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan .........................................................................
1.3 Lingkup Pekerjaan Perencanaan Teknis .........................................
BAB II URAIAN PEKERJAAN ..............................................................
2.1 Survai Pendahuluan .........................................................................
2.2 Survai Untuk Peningkatan Jalan .....................................................
2.2.1 Inventarisasi Jalan Desa .........................................................
2.3 Survai Untuk Jalan Baru .................................................................
2.3.1 Pengukuran Situasi dan Topografi .........................................
2.4 Survai yang telah dilakukan ............................................................
2.5 Penyelidikan tanah ..........................................................................
2.6 Material Uji Bahan ..........................................................................
BAB III PENUTUP ...................................................................................
3.1 Kesimpulan .....................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin
baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas, baik arus pergerakan
barang maupun manusia. Khusus didaerah pedesaan masih banyak yang belum
menyadari akan pentingnya kondisi dari permukaan jalan ini terbukti karena masih
banyaknya jalan-jalan didaerah pedesaan yang kondisinya rusak berat seperti adanya
lobang-lobang dan amblas pada permukaan jalan tersebut terutama diwaktu musim
hujan. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena pada umumnya permukaan jalan
tersebut tidak diberi lapisan permukaan yang mampu memperkecil pengaruh air
terhadap badan jalan. Untuk membuat suatu lapis permukaan/penutup seperti Aspal
Beton atau yang lainnya akan membutuhkan biaya yang relatif mahal sehingga hal
ini tidak dapat dilaksanakan karena pada umumnya dana untuk pembangunan jalan
pedesaan terbatas.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengupas masalah kondisi jalan
di pedesaan. Meningkatkan kemampuan di bidang geomerik jalan khususnya
perencanaan jalan di pedesaan.
BAB II
URAIAN PEKERJAAN
Perencanaan teknis yang akan dilakukan mencakup pekerjaan peningkatan dan
pembangunan jalan baru di pedesaan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
perencanaan teknis tersebut harus dilakukan
1. Survei Pendahuluan.
2. Survei untuk Peningkatan Jalan meliputi inventarisasi dan survei lalu- Iintas.
3. Survei untuk Jalan Baru, meliputi survei topografi, kondisi tanah, dan
keadaan banjir.
4. Survei yang telah dilakukan
5. Penyelidikan tanah
6. Material pengujian bahan
2.1 Survai Pendahuluan
Survai pendahuluan dilakukan guna mendapatkan gambaran yang jelas akan lingkup
pekerjaan. Dalam survai pendahuluan agar dikumpulkan sebanyak mungkin data
yang diperlukan untuk langkah perencanaan lebih lanjut, antara lain :
1. Data mengenai alinemen jalan dan situasinya serta informasi Iainnya secara
umum
2. Memperkirakan alinemen jalan baru berdasarkan kondisi tanah dan tata guna
lahan
3. Kebutuhan pembebasan tanah bila dibutuhkan
4. Data mengenai sumber material maupun peralatan yang diperlukan
5. Pengambilan foto-foto.B dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang
diperlukan
6. Memperkirakan rencana jadwal pelaksanaan di lapangan
Hasil dari survai pendahuluan berupa laporan hasil peninjauan / pengamatan
lapangan, sketsa situasi jalan yang akan direncanakan, usulan yang akan dikerjakan,
dan dokumentasi.
2.2 Survai Untuk Peningkatan Jalan
2.2.1 Inventarisasi Jalan Desa
Mengadakan inventarisasi jalan dan saluran drainase, serta data umum mengenai
kondisi jalan desa yang ada, dengan jarak interval pengamatan minimal 50 meter
maksimal 100 meter.
Yang perlu diperhatikan adalah :
a. Menentukan untuk kedua sisi jalan, apakah diperlukan selokan samping baru,
perbaikan yang ada, atau tidak diperlukan.
b. Bentuk I tipe penampang melintang jalan.
c. Kemiringan melintang dan memanjang jalan
d. Mengukur lebar perkerasan yang ada.
e. Kondisi, jenis, dan lebar perkerasan.
f. Menentukan untuk kedua sisi bahu jalan, apakah diperlukan perbaikan,
peninggian atau pengupasan.
g. Pemakaian lahan kiri-kanan jalan.
h. Bangunan pelengkap, seperti gorong-gorong dan sebagainya.
Untuk survai ini dipergunakan Formulir A terlampir.
2.3 Survai Untuk Jalan Baru
2.3.1. Pengukuran Situasi dan Topografi
Pengukuran Topografi dilakukan sepanjang sumbu (as) rencana jalan serta daerah-
daerah sekitarnya yang diperlukan dalam rencana detail, meliputi lebar daerah milik
jalan ditambah dengan daerah sebelah kiri dan kanan jalan dari daerah pengawasan,
sesuai dengan kebutuhan untuk perencanaan teknis.
Pekerjaan pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan :
a. Pengukuran situasi, penampang memanjang dan penampang melintang
1) Pengukuran Situasi
Dipergunakan alat pengukur jarak dan sudut jurusan (theodolit, atau bila tidak
ada dapat dipergunakan pita ukur dan kompas). Pengukuran situasi harus
dilakukan secara cermat, semua data lapangan bangunan permanen harus
diukur misalnya: rumah-rumah permanen, pinggir bahu jalan, pinggir
selokan, tiang listrik (bila ada) serta bangunan lainnya
2) Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran penampang memanjang diukur pada sumbu (as) jalan yang
direncanakan. Titik-titik stasiun diambil untuk setiap jarak 50 m. Titik-titik
tersebut harus diberi patok di lapangan. Untuk penampang memanjang ini,
peralatan yang dipergunakan adalah alat ukur untuk mengukur jarak dan
kemiringan (theodolit, atau kalau tidak ada dapat dipergunakan pita ukur atau
range finder, dan clinometer). Penampang memanjang dibuat dengan skala
1:1000 untuk horizontal dan skala 1:100 untuk vertikal.
3) Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang diambil setiap jarak 100 m pada bagian
yang lurus dan landai, dan setiap jarak 25 m untuk daerah tikungan. Titik-titik
yang perlu diperhatikan adalah bagian perkerasan, dasar/permukaan selokan,
dan bahu jalan. Peralatan dipergunakan untuk pengukuran situasi dapat
dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang.
b. Pemasangan patok-patok untuk titik ikat serta patok-patok tanda
1) Patok-patok Pengukuran Jalan
a) Titik-titik awal dan titik akhir sumbu jalan/jembatan harus diikatkan pada
titik-titik polygon yang telah dibuat sebelumnya, bila ada.
b) Titik-titik stasiun yang ada pada gambar perencanaan harus pula
ditentukan kedudukannya di lapangan.
c) Titik-titik penting pada tikungan, yaitu Lurus-Lengkung (CT), Titik
Pertemuan (PI), Lengkung-Lurus (TC) harus ditentukan dengan teliti.
Pada titik-titik tersebut dibuat patok pembantu dan perlu dipasang 1
patok pada Titik Pertemuannya.
d) Patok polygon dan profit dibuat dari kayu. Pada patok kayu harus diberi
tanda BM dan nomor urut, balk patok polygon maupun patok profit, dan
diberi tanda cat yang diletakkan di sebetah kiri ke arah jalannya
pengukuran. Khusus untuk profit memanjang titik yang terletak di
seberang sumbu jalan diberi paku dengan dilingkari cat sebagai tanda.
e) Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditetapkan titik tinggi
referensi pada pokok pohon atau titik tetap lainnya yang permanen dan
mudah diketemukan kembali.
2.4 Survey yang telah dilakukan :
1. Diawali dengan survey
Survei lokasi bertujuan untuk menentukan rute terbaik:
a. Yang menghubungkan titik awal dan akhir,
b. Yang menghasilkan kombinasi alinemen yang optimum,
yang berimplikasi suatu perancangan dengan biaya daur hidup (life cycle
cost) yang minimum. Biaya daur hidup terdiri dari biaya pembangunan, biaya
pemeliharaan selama masa pelayanan, serta biaya operasi kendaraan
survey membutuhkan beberapa alat, diantaranya :
1. Alat ukur : Theodolit / waterpas
2. Statif
3. Roll meter
4. Papan ukur
5. Walking measure
Cara kerja :
1. Tentukan titik awal, di tandai
2. Berdirikan statif d titik awal, sesuaikan dengan ketinggian pengukur
3. Letakkan theodolit / waterpas di atas statif.
4. Atur mata kucing / nivo pada garis bundar tengah
5. Berdirikan papan ukur di tempat yang telah di tentukan
6. Amati beda tinggi untuk perencanaan, di muka dan di belakang .
7. Tentukan batas atas, batas tengah, dan batas bawah
8. BT = BA+BB
2
2.5 Penyelidikan Tanah
Kegiatan penyelidikan tanah ini mencakup jenis jenis tanah, lokasi sumber sumber
material yang ada di sekitar proyek, dan perkiraan jumlahnya. Sejauh mungkin
kegiatan penyelidikan tanah dilakukan secara visual. Penamaan jenis tanah agar
menggunakan Bahasa Indonesia, dengan memberi penjelasan sifat-sifatnya yang
ditentukan secara visual, misalnya warna, keadaan dalam kondisi basah/kering, bau
(sisa bahan organis), lengket, dan sebagainya.
1. Perkerasan
a. Melihat tekstur tanah, jika tanah lembek digeleri geotestil, tanah keras
didapat dari sondier
b. Menentukan perkerasan
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,
batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang
dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat
Jenis perkerasan jalan desa :
Perkerasan tanah : lapis permukaan tanah
Perkerasan sirtu : lapis permukaan sirtu
Perkerasan telford : - Agregat penutup / batu kunci
- Agregat pokok
- Pasir urug
- Tanah dasar
2.6 Material Uji Bahan
Dilakukan pengujian di laboratorium perkerasan dan bahan jalan yang
berupa:
Pengujian tanah dasar
Pengujian material
Pengujian aspal
Rancang campur / Mix design
perkerasan jalan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Desain geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik-
beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari
jalan. Desain geometrik jalan terdiri dari Alinyemen Horisontal dan Alinyemen
Vertikal, dan masing-masingnya memiliki perhitungan tersendiri.
Geometrik jalan yang didesain dengan mempetimbangkan masalah
keselamatan dan mobilitas yang mempunyai kepentingan yang saling bertentangan,
oleh karena itu kedua pertimbangan tersebut harus diseimbangkan. Mobilitas yang
dipertimbangkan tidak saja menyangkut mobilitas kendaraan bermotor tetapi juga
mobilitas kendaraan tidak bermotor dan pejalan kaki.
Alinemen vertikal, alinemen horizontal, dan potongan melintang jalan adalah
elemen elemen jalan sebagai keluaran perencanaan hares dikoordinasikan sedemikian
sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan
pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk
kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan atau
petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui di depannya
sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih awal.
3.2 Saran
Dalam perencanaan Geometrik Jalan perlu diperhatikan seluruh kaidah-
kaidah yang berlaku baik dalam penentuan data perencanaan geometrik, perencanaan
trase jalan, penentuan galian dan timbunan, dan dalam perencanaan variabel data
lainnya agar perencanaan yang dilakukan dapat menghasilkan jalan yang nyaman
dilalui oleh pengemudi juga efisien dipandang dari segi ekonomi.