gel isi

Upload: megazhang94

Post on 07-Oct-2015

109 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

isi gel

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSalah satu bentuk sediaan obat adalah melalui jalur topikal. Topikal sendiri berarti penggunaan dilakukan dengan cara meletakkan sejumlah obat di atas permukaan tubuh, baik di kulit, hidung, telinga, mata, maupun vagina. Penggunaan sediaan topikal dapat digunakan untuk tujuan lokal maupun sistemik, misalnya untuk obat luka bakar sebagai tujuan lokal dan insulin transdermal untuk tujuan sistemik. Sediaan topical yang beredar biasanya dalam bentuk sediaan setengah padat. Sediaan setengah padat banyak tersebar di pasaran dalam berbagai bentuk, baik krim, gel, salep, dan pasta. Sebagai sediaan obat, banyak sediaan setengah padat yang sudah terkenal di kalangan masyarakat, misalnya obat jerawat, krim steroid, dan gel penutup luka. Namun, ada juga sediaan topical yang bentuknya bukan sediaan setengah padat, yaitu Transdermal patch. Banyaknya penggunaan sediaan semisolid pada masa sekarang ini, baik sebagai obat maupun kosmetik menjadi perhatian para farmasis dunia, dan mendorong pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik sehingga dapat mencakup berbagai bidang dan mengatasi permasalahan dalam dunia kosmetik dan terutama mengobati penyakit yang diderita manusia sehingga lebih cepat teratasi. Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut penyumbat. Salah satu bahan pembawa yang biasa digunakan dalam sediaan topikal adalah gel yang dibuat dari partikel anorganik maupun molekul organic. Sediaan dalam bentuk gel banyak digunakan karena mudah mengering dan membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci. Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan adalah turunan selulosa seperti metil selulosa (CMC), karbomel dan hidroksi propil metil selulosa (HPMC). HPMC dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna dan tidak berasa, stabil pada pH 3 hingga 11, mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba serta memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit

1.2 Tujuan1. Mengetahui definisi sediaan gel.2. Mengetahui jenis-jenis sediaan gel.3. Mengetahui basis-basis dan bahan-bahan utama pembentuk sediaan gel serta fungsinya masing-masing.4. Mengetahui cara pembuatan sediaan gel.

1.3 Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan sediaan gel?2. Apa saja jenis sediaan gel yang ada?3. Apa saja basis-basis dan bahan-bahan pembentuk sediaan gel?4. Apa fungsi dari masing-masing basis dan bahan pembentuk sediaan gel?5. Bagaimana cara membuat sediaan gel?

1.4 Metode PenulisanMetode yang digunakan untuk pembuatan makalah ini adalah studi pustaka. Kami pun mencari data dan informasi dari buku-buku dan jurnal-jurnal untuk menunjang teori-teori yang mendasar.

1.5 Sistematika PenulisanBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan 1.4 Metode Penulisan1.5 Sistematika PenulisanBAB 2 ISI2.1. Definisi Gel 2.2. Penggolongan Gel2.3. Manfaat Sediaan Gel2.4. Metode Umum Pembuatan Gel2.5. Basis Sediaan Gel2.6. Formulasi Sediaan GelBAB 3 PENUTUP3.1 Kesimpulan3.2 Saran

BAB 2ISI2.1 Definisi GelGel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, 1979).Gel adalah sediaan dasar berupa lembekan sistem dispersi. Terdiri dari partikel anorganik submikroskopis atau organik makromolekul yang tersuspensi atau terbungkus dan terbacam dalam cairan, yang bercorak dari transparan atau transluen hingga buram opak (Depkes RI, 1985).Gel adalah sediaan setengah padat yang terdiri partikel anorganik kecil atau molekul besar yang tersuspensi dalam cairan (Ansel, 1989).Gel juga dapat dirumuskan sebagai sistem dispersi, yang minimal terdiri dua fase, sebuah fase padat dan sebuah fase cair (liogel) atau sebuah fase padat dan fase gas (serogel) (Voight, 1995).Fase yang terdispersi dapat mengandung partikel padat (contoh: platelet clay), makromolekul (contoh: gelatin), atau molekul surfaktan (contoh: sabun). Gel bersifat transparan, lunak, lembut, mudah dioleskan, dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit. 2.2 Penggolongan GelBerdasarkan sifatnya, gel dapat digolongkan menjadi:1. Gel bersifat hidrofobikGel jenis ini disebut juga oleogels yaitu formulasi gel yang terdiri dari basis parafin liquid dengan dengan polyethylene aau minyak serta penyabunan dengan silika, aluminium atau zink.2. Gel bersifat hidrofilikGel jenis ini disebut hydrogels yaitu formulasi gel yang terdiri dari air, gliserol atau propilenglikol dan sebagai gelling agent digunakan tragakan, pati, derivat selulosa, polimer karboksivinil, dan magnesium-aluminium silikat.

Berdasarkan sistem fase yang terbentuk, gel dapat digolongkan menjadi:1. Gel sistem fase tunggal (satu fase)Gel sistem fase tunggal disebut juga gel satu fase, yaitu massa gel yang terdiri dari makromolekul seragam, tersebar merata ke seluruh cairan sedemikian rupa sehingga tidak lagi tampak batas yang jelas antara molekul yang terdispersi dengan cairan. Contohnya adalah gel aluminium hidroksida, gel aluminium fosfat.2. Gel sistem fase rangkap (dua fase)Gel sistem fase rangkap yaitu massa gel yang terdiri dari gumpalan partikel kecil yang terpisah, sering disebut sebagai magma atau susu. Gel jenis ini terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, dan disebut juga sistem dua fase. Contohnya adalah bentonit magma, magma bismuth.

Berdasarkan sifat fase koloidnya, gel digolongkan menjadi:1. Gel anorganik, contohnya bentonit magma.2. Gel organik, pembentuk gel berupa polimer.

Berdasarkan sifat pelarutnya, gel dibagi menjadi:

1. Hidrogel (pelarut air)Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel. Hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara. Hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contohnya adalah bentonit magma, gelatin.

2. Organogel (pelarut bukan air/ pelarut organik)Contoh organogel adalah plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.

3. XerogelGel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut rendah diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa-sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang menginhibisi, dan menembangkan matriks gel. Contoh: gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene.

2.3 Manfaat Sediaan GelManfaat sediaan gel secara umum antara lain dapat mempertahankan kestabilan sediaan untuk waktu yang lebih lama. Selain itu, sediaan gel juga bagus secara penampilan sehingga lebih dapat lebih menarik bagi konsumen. Selanjutnya, sediaan gel juga merupakan sediaan yang tepat bagi pengobatan ke kulit dan membran mukosa dengan laju pelepasan obat yang tinggi dan absorbsi yang cepat. Sediaan gel memiliki sifat menyebar yang baik pada kulit serta memiliki efek pendingin akibat dari penguapan pelarut.

2.4 Metode Umum Pembuatan Gel

Secara umum, proses pembuatan gel adalah sebagai berikut:1. Timbang sejumlah gelling agent sesuai dengan yang dibutuhkan2. Gelling agent dikembangkan sesuai dengan caranya masing-masing 3. Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya4. Tambahkan gelling agent yang sudah dikembangkan ke dalam campuran tersebut atau sebaliknya sambil diaduk terus-menerus hingga homogen tapi jangan terlalu kuat karena akan menyerap udara sehingga menyebabkan timbulnya gelembung udara dalam sediaan yang nantinya dapat menimbulkan busa pada sediaan. 5. Gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi gel dan diisikan ke dalam tube sebanyak yang dibutuhkan 6. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah yang dilengkapi brosur dan etiket.

2.5 Basis Sediaan GelPembuatan basis gel dapat dilakukan menggunakan berbagai bahan baik brupa bahan sintesis maupun bahan alam. Dalam aplikasinya, basis gel dikelompokkan menjadi delapan golongan, yaitu golongan selulosa dan derivatnya, gom alam, karrbomer, alginate, bentonit, PVA, PVP, dan polietilen.

Tabel 1. Jenis-jenis basisJenisContohTipe Gel

Derivat SelulosaMetilselulosa Hidrogel

KarboksimetilselulosaHidrogel

KarboksipropilselulosaHidrogel

Na-KarboksipropilselolusaHidrogel

Gom AlamPektinHidrogel

CarageenanHidrogel

GelatinHidrogel

TragacanthHidrogel

Gom XanthanHidrogel

Basis LemakPlastibaseOrganogel

PetrolatumOrganogel

LardOrganogel

Cocoa ButterOrganogel

Carbowax basesOrganogel

Basis LainAlginatHydrogel

BentonitAnorganik

KarbomerHidrogel

PolietilenOrganik

a. Selulosa dan derivatnya Bahan derivat selulosa merupakan sekelompok polisakarida yang memiliki kesamaan rumus struktur, yaitu selulosa yang mengalami substitusi kimia. Basis derivate selulosa yang paling sering digunakan adalah metilselulosa, hidroksietilselulosa, hidroksipropilselulosa, dan sodium karboksimetilselulosa.

Gambar 2. Struktur kimia derivate selulosa

i. MetilselulosaMetilselulosa yang sangat kental digunakan sebagai zat pengental dalam sediaan topikal seperti krim dan gel. Stabil pada pH 3-11 dan temperatur kamar. Pada pemanasan, viskositasnya berkurang.

Gambar 3. Struktur Kimia Metilselulosa

pH: 5,0- 8,0Derajat substitusi: 1,64 1,92 Titik lebur: 190-200 CKelarutan: Asam asetat glacial, etanol-kloroform (1:1)Inkompatibilitas: Aminacrine HCl, klorokresol, fenol, resorsinol, metilparaben

ii. Hidroksietilselulosa

Gambar 4. Struktur Kimia Hidroksietilselulosa

pH: 5,0- 8,0Derajat substitusi: 1,64 1,92 Titik lebur: 190-200 CKelarutan: Larutan dalam air panas dan air dinginInkompatibilitas: kasein, gelatin, polyvinyl alcohol, starch.

Hidroksietilselulosa merupakan polimer nonionik derivat selulosa. Hidroksietilselulosa banyak digunakan dalam formulasi sediaan farmasi digunakan seperti pada pembuatan gel, krim, dan sediaan tpoikal lainnya. Pada pH dibawah 5 Hidroksietilselulosa dapat mengalami hidrolisis sedangkan pada pH yang tinggi dapat terjadi oksidasi. Hidroksietilselulosa bersifat stabil walaupun bersifat higroskopis. Kekentalan hidroksietilselulosa dipengaruhi oleh temperaturnya. Semakin tinggi temperature, maka semakin rendah viskositasnya.

iii. Hidroksipropilselulosa

Gambar 5. Struktur Kimia Hidrokspropil selulosa

pH: 5,0- 8,5Titik lebur: 260275 oC.Kelarutan: Larutan dalam dingin (dibawah 38oC)Inkompatibilitas: Garam-garam inorganik

Hidroksipropilselulosa merupakan eter dari selulosa, dimana sebagian gugus OH telah tersubstitusi oleh -OCH2CH(OH)CH3. Nama lain HPC adalah Cellulose, 2-hydroxypropyl ether. HPC larut dalam air dingin pada suhu dibawah 38oC dan akan membentuk suatu larutan koloidal bening. HPC tidak larut dalam air panas sebab dan membentuk presipitat.HPC larut dalam pelarut polar organik seperti dimetilformamida, dimetilsufoksida, dioksan, etanol (95%), methanol, propan-2-ol (95%), dan propilenglikol. Berfungsi sebagai gelling agent pada cairan atau campuran air. Hidroksi propil selulosa menghasilkan jenis gel transparan untuk produk optalmik.

iv. Sodium karboksimethilsellulosa

Gambar 6. Struktur Kimia Sodium karboksimethilsellulosa

Digunakan pada formulasi farmasetik oral dan topikal terutama untuk viscosity-increasing agen. Pada aplikasinya, biasa digunakan konsentrasi tinggi (4-6%) untuk produksi gel sebagai basis. Perbedaannya dengan metilselulosa adalah Na-CMC dapat larut baik dengan air panas maupun air dingin. Larutan dalam airnya stabil terhadap suhu berapapun serta dapat stabil dalam waktu lama pada suhu 1000C tanpa mengalami koagulasi.

b. Gom Alam

i. Tragacanth Tragacanth merupakan serbuk berwarna putih hingga putih kekuningan dengan konsentrasi antara 2%-5%, dan digunakan sebagai basis gel yang stabil pada pH 4-8. Tragakan termasuk bahan yang rentan terhadap kontaminasi mikroba dan perubahan pH di luar rangenya. Formulasinya harus terdiri dari agen pendispersi seperti alkohol, gliserol atau minyak mudah menguap untuk mencegah gumpalan.

Gambar 7. Padatan Tragacanthii. Carrageenan Karagenanadalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari FamiliRhodophyceaeyang terdiri dari rantaipoliglikanbersulfatdengan massa molekuler (Mr) kurang lebih di atas 100.000 serta bersifathidrokoloid. Karagenan tidak mempunyai nilai nutrisi dan digunakan pada makanan sebagai bahan pengental, pembuatan gel, danemulsifikasi.Tiga tipe utama karagenan yang digunakan dalam industri makanan adalah -karagenan, -karagenan(E. cottonii), dan -karagenan (E. spinosum).Karagenan diperoleh melalui ekstraksi dari rumput laut yang dilarutkan dalam air atau larutan basa kemudian diendapkan menggunakanalkoholatau KCl. Alkohol yang digunakan terbatas padametanol,etanol, danisopropanol. Karagenan dapat digunakan pada makanan hingga konsentrasi 1500mg/kg.

Gambar 8. Struktur kimia berbagai jenis Carageenan.Ada tiga jenis carageenan, yaitu: Iota karagenan (-karagenan)adalah jenis yang paling sedikit jumlahnya di alam, dapat ditemukan diEuchema spinosum (rumput laut) dan merupakan karagenan yang paling stabil pada larutan asam serta membentuk gel yang kuat pada larutan yang mengandung garamkalsium. Kappa karagenan (-karagenan)merupakan jenis yang paling banya terdapat di alam (menyusun 60% dari karagenan padaChondrus crispusdan mendominasi padaEuchema cottonii).Karagenan jenis iniakan terputus pada larutan asam, namun setelah gel terbentuk, kargenan ini akan resisten terhadap degradasi. Kappa karagenan membentuk gel yang kuat pada larutan yang mengandung garamkalium. Lambda karagenan (-karagenan)adalah jenis karagenan kedua terbanyak di alam serta merupakan komponen utama padaGigartina acicularisdanGigatina pistillatadan menyusun 40% dari karagenan padaChondrus crispus. Selain itu, lambda karagenan adalah yang kedua paling stabil setelah iota karagenan pada larutan asam, namun pada larutan garam, karagenan ini tidak larut.

iii. PektinPektinmerupakan segolonganpolimer heterosakarida yang diperoleh dari dinding sel tumbuhan darat. Wujud pektin yang diekstrak adalah bubuk putih hingga coklat terang. Pektin banyak dimanfaatkan pada industri pangan sebagai bahan perekat danstabilizer(agar tidak terbentuk endapan).

Gambar 9. Struktur kimia pektinPektin memiliki pH 6.07.2 dan larut dalam air namun tidak larut dalam pelarut organic. Penyusun utama biasanya polimerasam D-galakturonat, yang terikat dengan -1,4-glikosidik. Asam galakturonat memiliki gugus karboksil yang dapat saling berikatan dengan ion ion Mg2+ atau Ca2+ sehingga berkas-berkas polimer "berlekatan"satu sama lain. Ini menyebabkan rasa "lengket" pada kulit. Tanpa kehadiran kedua ion ini, pektin larut dalam air. Garam-garam Mg- atau Ca-pektin dapat membentukgel, karena ikatan itu berstruktur amorf (tak berbentuk pasti) yang dapat mengembang bila molekul air "terjerat" di antara ruang-ruang. Penggunaan pektin yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) padaselaidanjelly. Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta sebagai stabilizer pada produk makanan.

iv. Gelatin Gelatin bersumber dari tulang hewan yang diproses dengan larutan kimia hingga larutan tersebut mengental dan mengandung gelatin. Selain dari tulang hewan, gelatin juga dapat diperoleh dari jaringan kolagen kulit atau ligamen (jaringan ikat) hewan.

Gambar 10. Struktur kimia gelatin.

Gelatin memiliki nilai gizi yang tinggi terutama pada kandungan protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 86 % protein, 8 12 % air dan 2 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan.

v. Gom Xanthan Gum Xanthan bisanya digunakan sebagai bahan tambahan yang aman pada makanan dalam industri makanan misal produksi susu, kuah salad, minuman buah-buahan, dan sebagai pengental. Pada tingkatan yang lebih tinggi gum xanthan digunakan sebagai suspending agent yang baik untuk menghilangkan pulp dan bahan-bahan yang dapat membuat keruh dalam beberapa minuman. Gum xanthan juga dipakai sebagai stabilizer untuk emulsi minyak flavor (flavour oil emulsion) dalam beberapa minuman khusus. Dalam bidang farmasi, Gom Xanthan digunakan untuk membuat gel hidrofilik dan stabilizer pada sediaan emulsi O/W. Konsentrasi yang biasa digunakan yaitu sangat rendah anatara 0,5% - 1 % dan sudah dapat meningkatkan viskosits suatu sediaan dengan baik. Gom xanthan stabil pada rentang pH dan rentang suhu yang luas namsun viskositnya menurun dengan adanya peningkatan shear; disebut juga memiliki sifat pseudoplastis. Xanthan gum dapat mengembang dengan air pada suhu ruang.

Gambar 11. Struktur kimia gom xanthan [C35H49O29 ]n

c. Karbomer

Gambar 12. Struktur kimia asam akrilat penyusum karbomer

Karbomer merupakan senyawa sintesis yang memiliki BM tinggi dan terdiri dari rantai asam akrilat. Karbomer mengandung sekitar 52% hingga 68% gugus karboksilat (COOH). Karbomer banyak digunakan sebagai bahan pembentuk gel pada konsentrasi 0.5-2%. Pemerian karbomer berupa serbuk putih higroskopik dengan bau lemah. Jenis Carbomer dalam USP 23/NF 18, yaitu carbomer 910, 934, 934P, 940, dan 1342. Karbomer sering digunakan dalam sedian setengah padat sebagai pengatur reologi dalam sediaan krim, gel, lotio, dan ointment.

d. Alginat

Gambar 12. Struktur kimia AlginatAlginatadalahpolimerlinier organik polisakarida yang terdiri dari monomer -L asam guluronat (G) dan -D asam manuronat (M) dengan rumus kimia atau dapat berupa kombinasi dari kedua monomer tersebut (C6H8O6)n dan BM 10,000 - 600,000.Alginat dapat diperoleh dari ganggang coklat yang berasal dari genusAscophyllum,Ecklonia,dan Durvillaea.Struktur dasar dari monomer alginat adalah cincintetrahydopyrandan dapat membentuk 2 konfigurasi, yaitu C1 dan 1C seperti gambar di atas. -D-manuronat di alam terdapat dalam konfigurasi C1.Pada konfigurasi 1C -D-manuronat, interaksi -COOH pada C-5 dan -OH pada C-3 akan kaku, sedangkan pada C1 gugus-gugus ini berada pada posisi ekuatorial sehingga lebih stabil. Sebaliknya, untuk alasan yang sama, -L-guluronat terdapat dalam konfigurasi 1C dibandingkan C1.Polimer alginat dibentuk dari hubungan antara C-1 dan C-4 tiapmonomerdan dihubungkan oleh ikatan eter oksigen. Polimer alginat terdiri dari 3 jenis, yaitu polimer M (manuronat), polimer G (guluronat), dan polimer MG. Polimer M dibentuk dari struktur ekuatorial gugus C-1 dan C-4 dan membentuk polimer lurus, sedangkan polimer G dibentuk dari struktur aksial.Perbedaan struktur polimer ini menyebabkan polimer G lebih banyak digunakan untuk proses pembentukan gel alginat dengan penambahan ion Ca2+. Ion tesebut akan menggantikan ion H+ pada gugus karboksilat dan membentuk jembatan ion penghubung antara polimer G yang satu dengan yang lainnya. Hubungan antar polimer G ini akan membentuk struktur egg-box.Sifat koloid, membentuk gel, dan hidrofilik menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai emulsifier, pengental, danstabilizerdalam industri.Sifat hidrofilik alginat dimanfaatkan untuk mengikat air dalam proses pembekuan makanan. Pada makanan yang dibekukan, polimer ini mempertahankan jaringan makanan.Selain itu, polimer ini dapat digunakan sebagai emulsilemakdalam pembuatan saus dan mengenyalkan, menjaga tekstur, serta menghasilkan rasa yang enak dalam pembuatan pudding.Alginat juga dimanfaatkan dalam dunia kosmetik karena sifatnya yang dapat mengikat air dan mudah menembus jaringan.Hal ini menyebabkan polimer ini terikat sempurna pada jaringan kulit dan mempertahankan kelembaban (hidrofilik) dan elastisitas kulit.Selain aplikasi alginat dalam industri di atas, salah satu aplikasi alginat yang dimanfaatkan dalam sering dimanfaatkan adalah teknik imobilisasi dengan alginat dalam fermentasi gula olehyeast.Kelebihan teknikimobilisasiadalah penggunaan kembali biokatalis, produktivitas yang tinggi, dan pengurangan kontaminasi. Dari penelitian yang telah dilakukan, alginat merupakan matriks imobilisasi yang paling baik karena efisien, mudah digunakan, dapat dimodifikasi, dan tidak bersifat toksik.Sedangkan, dalam percobaan, umumnya alginat digunakan sebagai suatu media, di mana selyeastdari ragi akan diimobilisasikan dalam butiran-butiran alginat itu. Butiran-butiran tersebut akan ditempatkan dalam larutan gula (sukrosa) untuk melihat proses fermentasiyeastsebagai salah satu metabolismenya dengan menghasilkanCO2yang mengakibatkan butiran-butiran tersebut melambung ke atas untuk melepaskan gas. Ketika CO2telah dilepaskan, butiran tersebut akan terjadtuh kembali ke dasar botol dan akan naik lagi ketika proses fermentasi terjadi lagi.

e. Bentonit Bentonitterbentuk dari abuvulkanik dengan rumus struktur Al2O3.4SiO2.H2O. Sifat materialnya tidak menyerap air dan banyak digunakan sebagai bahan kosmetik, adhesive, cat, keramik, dan semen.Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu:a. Tipe Wyoming (Na-bentonit Swelling bentonite) Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).

b. Mg, (Ca-bentonit non swelling bentonite) Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.Endapan bentonit pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit). Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), Lumpur bor, sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap. Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit dan lempung lain yang telah diaktifkan.

f. Polivinil Asetat (PVA)Polivinil asetat adalah suatupolimerkaret sintetis dengan rumus (C4H6O2)n. Polivinil asetat dibuat dari monomernya,vinil asetat. PVA dapat dihidrolisis sempurna atau sebagian dimana kana membentuk polivinil alkohol(PVOH).Rasio hasil hidrolisis ini berkisar antara 87% - 99%. Polivinil alkohol ini uga dapat digunakan sebagai basis gel.

Gambar 13. Struktur kimia PVAPVA dijual dalam bentukemulsidi air. PVA sering dijadikankopolimer bersama akrilat (yang lebih mahal), Kopolimer ini disebutvinil akrilat. PVA juga bisa digunakan untuk melindungikejudarijamur dankelembapan. PVA larut dalam air dan memiliki tiga jenis berdasarkan viskositasnya, yaitu seperti berikut:Tabel.2 Jenis PVA berdasarkan viskositanya.

Tabel 3. Spesifikasi PVA

g. PVP

Gambar 14. Struktur kimia PVP

Polivynilpyrrolidone merupakan suatu polimer yang disintesis dengan struktur kimia 1-vinyl-2-pyrrolidinone dan memiliki rumus molekul (C6H9NO)n. Dapat berfungsi sebagai disintegran, enhancer, dan suspending agent. PVP memiliki titik didih sebesar 150oC dengan densitas 1,180 g/cm3. Kelarutan PVP dalam berbagai pelarut, anatara lain mudah larut dalam asam, kloroforn, methanol, etanol, dan air. Dalam bidang farmasetika, PVP banyak digunakan dalam pengembangan produk sediaan farmasi.

h. Polietilen

Gambar 15. Struktur kimia polietilen Polietilena adalahtermoplastikyang pada umumnya digunakan oleh konsumen produk sebagaikantong plastic, namun juga digunakan dalam bidang farmsetika untuk pembuatan sediaan gel. Berbagai bentuk dari polietilen dan kopolimernya digunakan pada cairan gel yang hidrofobik. Produk yang dihasilkan umumnya lembut, mudah menyebar yang membentuk lapisan tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan pada minyak di temperatur diatas 80oC dan pendinginan langsung untuk mengendapkan kristal halus yang menyusun matriks.Polietilena terdiri dari rantai panjangmonomer etilena. Molekul etena C2H4adalah CH2=CH2 , dimana duagrup CH2bersatu dengan ikatan ganda. Polietilena dibentuk melalui prosespolimerisasidari etena. Polietilena bisa diproduksi melalu prosespolimerisasi radikal,polimerisasi adisianionik,polimerisasi ion koordinasi, ataupolimerisasi adisi kationik. Setiap metode menghasilkan tipe polietilena yang berbeda.2.6 Formulasi GelSediaan gel, seperti sediaan farmasi lainnya, memerlukan formulasi sediaan yang tepat. Namun, formulasi sediaan gel bukan berarti kaku dan tidak bisa diubah-ubah. Tetap diperlukan rasa seni dalam mencampur bahan-bahan gel menjadi suatu sediaan yang selain memiliki efek terapi yang diinginkan, juga nyaman dipakai serta sedap dipandang mata. Beberapa bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan gel antara lain: 1. Fase AirAir merupakan komponen utama dalam gel hidrofilik karena dalam gel, air akan dijerap dalam polimer gelling agent untuk kemudian mengembang dan membentuk massa gel yang diinginkan. Air juga dapat berfungsi sebagai pelarut atau pensuspensi bagi zat aktif dalam sediaan.2. Gelling Agent / Basis GelBasis gel atau gelling agents adalah suatu polimer penyusun matriks tiga dimensi yang akan mengikat air dan zat-zat pengisi gel yang lain di dalamnya. Basis gel telah dijelaskan dengan terperinci sebelumnya. Selain zat tersebut di atas, gel juga terdiri dari beberapa bahan tambahan, antara lain:1. KosolvenSeringkali air saja tidak cukup sebagai pelarut sehingga dibutuhkan pelarut tambahan atau sering disebut kosolven. Kosolven yang sering digunakan antara lain propilen glikol, alkohol, gliserol, dan polietilen glikol. Kosolven selain berfungsi untuk meningkatkan kelarutan zat aktif di dalam pembawa, juga dapat berfungsi untuk meningkatkan penetrasi gel ke dalam kulit seperti etanol. 2. pH adjusment Beberapa gel memerlukan rentang pH yang tepat agar dapat terbentuk sempurna. Karena itu, diperlukan pengatur pH untuk mengatur pH sediaan baik saat proses produksi maupun penyimpanan. Salah satu contoh pH adjusment adalah NaOH pada karbomer yang berfungsi menetralkan larutan sehingga gugus karboksil pada karbomer akan terionisasi. Hal ini akan menghasilkan pengembangan dari rantai polimer karena gaya tolak menolak antara grup terionisasi yang saling berhadapan. 3. Enhancer Penambahan enhancer ke dalam sediaan semisolid, terutama gel ditujukan untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membran kulit (Williams dan Barry, 2004). Enhancer sendiri bekerja melalui 3 mekanisme, yaitu dengan cara (1) mempengaruhi struktur stratum korneum, misalnya dengan mendegradasi protein pelindung (lapisan tanduk) dan lipid yang menjadi barrier penetrasi obat ke dalam kulit, (2) berinteraksi dengan protein intraseluler dan memperbaiki partisi obat, serta (3) sebagai coenhancer atau cosolvent yang menjadi media bagi molekul zat aktif untuk berpenetrasi ke dalam stratum corneum (Swarbrick dan Boylan, 1995)Senyawa-senyawa yang dapat berfungsi sebagai enhancer antara lain air, sulfoksida, senyawa sejenis azone, pirolidon, asam-asam lemak, alkohol dan glikol, surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen, dan fosfolipid. (Swarbrick dan Boylan, 1995; Williams dan Barry, 2004). Contoh penggunaan enhancer dalam sediaan misalnya penggunaan asam oleat. Asam oleat merupakan golongan asam lemak yang dapat berfungsi sebagai peningkat penetrasi pada pemberian melalui transdermal, dengan cara berinteraksi dengan lipid pada stratum corneum menggunakan konfigurasi cis (Swarbrick dan Boylan, 1995). Asam oleat dapat digunakan sebagai enhancer dalam jenis gel lipogel yang terdiri dari emulsi fase minyak dan fase air. Contoh lainnya adalah Tween 80, yang merupakan jenis surfaktan nonionik yang dapat digunakan sebagai peningkat penetrasi dengan cara melarutkan senyawa yang bersifat lipofilik dan melarutkan lapisan lipid pada stratum korneum (Williams dan Barry, 2004)4. AntioksidanDalam semua pembuatan sediaan farmasi, termasuk sediaan gel, stabilitas adalah salah satu hal yang wajib diperhatikan dan dievaluasi. Oleh karena itu, beberapa bahan tambahan dimasukkan untuk memelihara kestabilan sediaan hingga batas waktu tertentu. Penambahan bahan ini disesuaikan dengan mekanisme penghancur kestabilan itu sendiri. Salah satu hal yang dapat merusak kestabilan sediaan, terutama kestabilan zat aktif adalah adanya ion radikal bebas yang dapat berikatan dengan salah satu gugus di dalam zat aktif dan menyebabkan terjadinya degradasi oksidatif. Hal ini dapat menyebabkan sediaan menjadi tidak aman lagi untuk dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya degradasi oksidatif tersebut, antioksidan biasanya ditambahkan pada sediaan gel. Antioksidan bekerja dengan menyediakan tempat untuk oksidasi sehingga senyawa tersebut akan teroksidasi terlebih dulu dibandingkan zat aktif. Pemilihan antioksidan disesuaikan dengan sifat dari pembawa gel, namun karena umumnya pembawa gel adalah suatu senyawa hidrokoloid, maka antioksidan yang digunakan adalah senyawa larut air seperti natrium metabisulfit dan natrium formaldehid sulfoksilat.5. Pengawet Tujuan penambahan pengawet tidak jauh berbeda dengan antioksidan yaitu memelihara kestabilan sediaan. Namun mekanisme yang digunakan berbeda. Pengawet bertugas memelihara stabilitas sediaan dari segi mikrobiologi yaitu mencegah mikroorganisme tumbuh pada sediaan. Pada sediaan dengan kandungan air yang tinggi seperti gel, mikroorganisme dapat lebih mudah tumbuh dan merusak sediaan sehingga diperlukan pengawet untuk mencegah hal tersebut.Beberapa contoh pengawet sesuai basis gelnya antara lain: Tragacanth: metil hidroksi benzoat 0,2% b/v dan propil hidroksi benzoat 0,05 % b/v Natrium alginat: metil hidroksi benzoat 0,1-0,2% b/v atau klorokresol 0,1% b/v atau asam benzoat 0,2% b/v Pektin: asam benzoat 0,2% b/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % b/v atau klorokresol 0,1-0,2 % b/v Starch glyserin: metil hidroksi benzoat 0,1-0,2% b/v atau asam benzoat 0,2% b/v MC: fenil merkuri nitrat 0,001 % b/v atau benzalkonium klorida 0,02% b/v Na CMC: metil hidroksi benzoat 0,2 % b/v dan propil hidroksi benzoat 0,02% b/v Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % b/v6. pH balancer Stabilitas suatu sediaan gel terkadang juga dipengaruhi oleh pH. Karena itu buffer atau dapar adakalanya juga dibutuhkan, selain dalam proses pembuatan maupun penyimpanan. Di samping itu, dalam penggunaan atau aplikasinya, sebaiknya pH sediaan sama dengan pH tempat pemberian agar aman dan tidak menimbulkan rasa sakit.7. Chelating agent Chelating agent adalah senyawa organik yang dapat membentuk kompleks dengan mengelompokkan ion logam berat. Senyawa jenis ini akan membersihkan ion logam dari gel dengan cara membentuk garam dengan ion logam tersebut dan menahannya di dalam larutan. Dengan membentuk kompleks yang tidak larut, maka kompleks tersebut dapat dipindahkan dengan cara mencucinya dengan air. Dalam gel, chelating agent berfungsi untuk menjaga kestabilan basis dan zat aktif yang sensitif terhadap logam berat. Contoh dari senyawa ini adalah EDTA.8. Pewarna dan PewangiPenggunaan pewarna dan pewangi untuk sediaan gel biasanya tidak terbatas dan disesuaikan dengan tujuan pengaplikasian sediaa gel tersebut. Contoh pewarna dalam sediaan gel misalnya Dye Red FD & C N40, Dye Blue FD & C N1, dan Dye Yellow FD & C N5. Penggunaan pewarna biasanya digunakan pada gel dengan formulasi lipogel atau emulgel, sebab formulasi gel aqueous biasanya lebih disukai dengan warna jernih dan transparan agar tidak meninggalkan bekas di kulit.Pewangi pada sediaan gel, termasuk sediaan topikal lainnya biasanya bervariasi, tergantung pada tujuan penggunaan sediaan. Penggunaan pewangi biasanya ditambahkan terakhir setelah seluruh gel tercampur homogen. Contoh pewangi misalnya rose oil perfume, jasmine essence, dan Diabolo perfume. Berikut contoh formulasi gel pada skala laboratorium yang diambil dari jurnal Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Anti Jerawat oleh Joshita Djajadisastra, Abdul Munim, dan Dessy NP. Dalam jurnal tersebut diberikan metode pembuatan gel dengan tiga gelling agents yang berbeda yaitu karbomer, Na CMC, dan Na alginat. Sebelum membahas satu persatu metode pembuatannya, akan dijabarkan terlebih dulu formulasi ketiga sediaan tersebut, yang hanya berbeda pada gelling agents dan metode pembuatannya.Tabel 4. Komposisi bahan sediaan gel No.Nama bahanFungsiKeterangan mengenai bahan

1.NaOHpH adjusment / pengatur pHNaOH = 40.00

2. Propilen glikolKosolven dan pembawaC3H8O2 = 76.09.

3.Na AskorbatAntioksidan C6H7NaO6 = 198.1

4.Metil parabenPengawet / preservativesC8H7NaO3 = 174.1

5.Air Pelarut/pembawaH2O = 18.02

1. Pembuatan gel berbasis karbomerKomposisi bahan gel:Tabel 5. Formulasi gel berbasis karbomerNo.Nama BahanJumlah Bahan (g)% Bahan (%)

1.Ekstrak 5010

2.Karbomer5 1

3.NaOH20,4

4.Propilen glikol5010

5.Na Askorbat0,50,1

6.Metil paraben0,90,18

7.Air ad 500ad 100

Berikut metode pembuatan gel berbasis karbomer:1) Karbomer didispersikan dalam 200 gram air menggunakan mixer kecepatan rendah sampai homogen. 2) Setelah busa hilang, ditambahkan larutan NaOH 20% sebanyak 10 ml untuk menetralisir pH dan diaduk lagi sampai terbentuk massa gel. 3) Dibuat larutan nipagin dalam air panas dan larutan natrium askorbat kemudian dimasukkan dalam massa gel dan terus diaduk dengan mixer sampai homogen. 4) Ekstrak sejumlah 50 gram didispersikan dalam 50 gram propilen glikol dan 50 gram air, diaduk hingga homogen kemudian dicampurkan ke dalam massa gel dan diaduk dengan kecepatan rendah. Sisa air ditambahkan hingga tepat 500 gram sambil terus diaduk hingga gel homogen2. Pembuatan gel berbasis Na CMCKomposisi bahan gel:Tabel 6. Formulasi gel berbasis Na CMCNo.Nama BahanJumlah Bahan (g)% Bahan (%)

1.Ekstrak 5010

3.Na CMC20 4

4.Propilen glikol5010

5.Na Askorbat0,50,1

6.Metil paraben0,90,18

7.Air ad 500ad 100

Berikut metode pembuatan gel berbasi Na CMC:1) Na CMC didispersikan dalam 200 gram air menggunakan mixer kecepatan rendah sampai homogen dan terbentuk massa gel. 2) Larutan nipagin dalam air panas dan larutan natrium askorbat dimasukkan dalam massa gel dan terus diaduk dengan mixer sampai homogen.3) Ekstrak sebanyak 50 gram didispersikan dalam 50 gram propilen glikol dan 50 gram air, diaduk hingga homogen kemudian dicampurkan ke dalam massa gel dan diaduk dengan kecepatan rendah. 4) Sisa air ditambahkan hingga tepat 500 gram sambil terus diaduk hingga gel homogen3. Pembuatan gel berbasis Na alginatKomposisi bahan gel:Tabel 7. Formulasi gel berbasis Na alginatNo.Nama BahanJumlah Bahan (g)% Bahan (%)

1.Ekstrak 5010

3.Na alginat20 4

4.Propilen glikol5010

5.Na Askorbat0,50,1

6.Metil paraben0,90,18

7.Air ad 500ad 100

Sedangkan proses pembuatan gel berbasis Na alginat adalah sebagai berikut:1) Na alginate didispersikan dalam 200 gram air menggunakan mixer kecepatan rendah sampai homogeny dan terbentuk massa gel. 2) Larutan nipagin dalam air panas dan larutan natrium askorbat dimasukkan dalam massa gel dan terus diaduk dengan mixer sampai homogen. 3) Ekstrak sebanyak 50 gram didispersikan dalam 50 gram propilen glikol dan 50 gram air, diaduk hingga homogen kemudian dicampurkan ke dalam massa gel dan diaduk dengan kecepatan rendah. 4) Sisa air ditambahkan hingga tepat 500 gram sambil terus diaduk hingga gel homogen,Berikut ini adalah beberapa contoh lain penggunaan sediaan gel dalam formulasi skala laboratorium.1. Resep gel klorheksidinR/ Klorheksidin diasetat2 gram1,2-Propilen glikol3 gramLutrol F 12722 gramAir46 gramDalam pembuatannya, gel ini menggunakan beberapa eksipien. Diantaranya adalah propilen glikol dan air. Campuran pelarut ini dapat membantu kelarutan klorheksidin diasetat karena zat aktif ini tidak dapat larut dalam air. Sebagai gelling agent digunakan Lutrol F 127 yang memiliki sinonim Poloxamer. Lutrol terbuat dari polietilen glikol 73% dan polipropilen glikol 27%. dengan bobot molekul kira-kira 12.000. Untuk membuat sediaan, larutkan klorheksidin diasetat dengan propilen glikol dan sedikit air. Lalu ditambahkan Lutrol F 127 dan sisa air sedikit demi sedikit. Sediaan yang dihasilkan adalah gel yang tak berwarna. 2. Resep gel neomisinR/Neomisin sulfat0.05 gramPropilen glikol5 gramParaben0.5 gramLutrol F 127 20 gramAir74.5 gramUntuk membuat sediaan, paraben dan Lutrol F 127 dilarutkan air panas kira-kira 800 C. Lalu larutan ditambahkan propilen glikol dan neomisin sulfat. Setelah itu gel didinginkan pada suhu ruang. Gel yang didapat adalah gel bening yang lembut. Eksipien yang digunakan adalah paraben yang berguna sebagai pengawet dengan menjadi antibakteri dan antijamur. Propilen glikol dan air digunakan sebagai campuran pelarut dan Lutrol sebagai gelling agent.3. Resep gel hidrokortison etanolikR/Hidrokortison asetat0.5 gramCremophor RH 406 gramTrietanolamin0.9 gramAir7.6 gramEtanol 96%60 gram (1)Carbopol 9400.5 gramAir24.5 gram (2)

Gel dibuat dengan 2 tahap. Tahap 1 dengan pembuatan emulsi hidrokortison asetat. Untuk melarutkan trietanolamin, pelarut yang khusus digunakan adalah cremophor RH 40. Zat ini memiliki senyawa alkil eter yang dapat melarutkan trietanolamin. Setelah itu etanol dan air dicampurkan dan ditambahkan hidrokortison asetat. Kedua larutan lalu dicampur untuk membuat emulsi tahap 1. Untuk membuat larutan carbopol sebagai pengatur sifat alir, digunakan air. Larutan carbopol kemudian ditambahkan ke emulsi. Hasil yang didapat berupa gel jernih tak berwarna4. Resep gel betametasonR/ Betametason valerat0.1 gramEtanol 96%10 gramPropilen glikol20 gramLutrol F 12722 gramAir47 gramPembuatan gel hampir sama seperti gel-gel sebelumnya. Pertama zat aktif (betametason valerat) dilarutkan dalam etanol dan propilen glikol karena zat ini sulit larut dalam air tapi larut dalam etanol (1:65). Oleh karena itu digunakan campuran pelarut propilen glikol. Setelah itu air dan Lutrol F 127 dicampurkan dalam suhu 700 C. Kedua larutan lalu dicampur dan didinginkan pada suhu ruang. Gel yang didapat adalah gel tidak berwarna dan jernih.Proses pembuatan gel dalam skala industri pun sebenarnya memiliki prinsip yang sama, namun dengan jumlah bahan dan alat-alat yang lebih mutakhir. Berikut beberapa contoh formulasi gel skala industri:A. Gel diklofenak dietilamonium Tabel 8. Bahan penyusun gel diklofenak dietilamonium dan keterangannyaNo.Nama bahanFungsiKeterangan mengenai bahan

1.Carbopol 940 / Carbomer 940Gelling agentsPolyacrylic Acid

2. Alkohol 190 proofKosolven dan pembawaC2H5OH = 46.07

3.Menthol Adjuvant (penyejuk dalam gel)C10H20O = 156.3

4.Diclofenac USE diclofenac diethylammoniumZat aktifC18H22Cl2N2O2 = 369.3

5.TrolaminepH adjusmentC6H15NO3 = 149

6.Air murni (Water purified)Fase airH2O = 18.02

Komposisi bahan:Tabel 9. Komposisi dan presentase bahan penyusun gel diklofenak dietilamonium No.Nama BahanJumlah Bahan (g/kg)% Bahan (%)

1.Diclofenac USE diclofenac diethylammonium 12,47

1,247%

2.Air murni (Water purified)465,5346,553%

3.Alkohol 190 proof 500,0050%

4.Trolamine12,001,2%

5.Carbopol 940 / Carbomer 9408,000,8%

6.Menthol2,000,2%

Cara pembuatan:1) Air dan dan alkohol dimasukkan ke dalam tangki pencampur stainless steel grade 316.2) Tambahkan kristal mentol pada campuran alkohol-air. Campur selama 5 menit hingga semua terlarut.3) Tambahkan zat aktif atu diklofenak dietilamonium ke dalam tangki pencampur. Campur selama 10 menit hingga semua terlarut sempurna.4) Saat pencampuran, taburkan karbomer. Lanjutkan pencampuran dengan kecepatan rendah selama 1 s.d. 2 jam sampai karbomer mengembang sempurna dalam larutan hidroalkohol.5) Tambahkan trolamin dan campur selama 10 menit sampai terbentuk gel.6) Masukkan ke dalam tube alumunium yang cocok.B. Gel rambut viskositas tinggiTabel 10. Bahan penyusun gel rambut viskositas tinggi dan keterangannyaNo.Nama bahanFungsiKeterangan mengenai bahan

1.Air #1Fase air H2O = 18.02

2. CarbomerGelling agentsPolyacrylic Acid

3.Gliserin Pelarut, lubrikan, dan peningkat kelembabanC3H8O3 = 92.09Propane-1,2,3-triol

4.Panthenol2 5% untuk terapi berbagai penyakit kulit minorC9H19NO4 = 205.3

Dexpanthenol: (R)-2,4-Dihydroxy-N-(3-hydroxypropyl)-3,3-dimethylbutyramide

5.Disodium EDTAChelating agent (agen pengompleks)C10H14N2Na2O8,2H2O = 372.2Disodium dihydrogen ethylenediaminetetra-acetateDehydrate

6.Benzophenone-4Sunscreen, melindungi dari UVA maupun UVBC14H12O6S = 308.35-Benzoyl-4-hydroxy-2-methoxybenzenesulphonicAcid

7.Diazolidinyl urea & iodopropynyl butylcarbamatePreservatives (pengawet)C8H12INO2 = 281.13-Iodo-2-propynyl-N-butyl carbamate.

8.Air #2Pelarut (pembawa)H2O = 18.02

9.PVP K-90Suspending agent & dispersing agent(C6H9NO)nPoly (2-oxopyrrolidin-1-ylethylene)

10.PVP / dimethylaminoethylmethacrylate copolymer (20% active, high MW)Suspending agent & dispersing agent

11.Oleth-20Cleansing, surfaktanPoly(oxy-1,2-ethanediyl), ..-9-(Z)-octadecenyl-..-hydroxy

12.Fragrance Pewangi Dapat bervariasi. Dalam formulasi ini tidak disebutkan jenisnya.

13.AminomethylpropanolDapar / bufferC4H10NO = 89,13624

Komposisi bahan:Tabel 11. Komposisi dan presentase bahan penyusun gel rambut viskositas tinggiNo.Nama Bahan% berat/berat

1.Air #172,23

2.Carbomer0,5

3.Gliserin 0,5

4.Panthenol0,05

5.Disodium EDTA0,05

6.Benzophenone-40,02

7.Diazolidinyl urea & iodopropynyl butylcarbamate0,2

8.Air #220,0

9.PVP K-902,0

10.PVP / dimethylaminoethylmethacrylate copolymer (20% active, high MW)3,0

11.Oleth-200,8

12.Fragrance 0,15

13.Aminomethylpropanol0,5

Cara pembuatan:1) Karbomer didispersikan secara merata pada Air #1 di ketel utama menggunakan vortex yang kuat dengan agitator shear rendah (tipe propeller). Campur hingga benar-benar homogen dan lembut (warna abu-abu transparan).2) Bahan-bahan lain (nomor 2 7) ditambahkan sesuai urutan.3) Di ketel samping, PVP ditambahkan pada Air #2 dan diaduk hingga terlarut. Kecepatan pengadukan diturunkan untuk mencegah udara masuk ke dalam formulasi.4) Bahan lain ditambahkan sesuai urutan.5) Bahan-bahan yang telah tercampurkan pada ketel samping dipindahkan ke ketel utama, kecepatan pengadukan ditingkatkan seiring kenaikan viskositas.6) Bahan-bahan diaduk selama minimal 30 menit setelah gel mencapai warna yang transparan.7) pH dan viskositas gel dicek selama satu jam setelah pengadukan dan sekali lagi pada hari berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah ada gelembung air di dalam gel yang akan membuat gel menjadi keruh. Penggunaan ketel vakum akan mencegah hal ini terjadi, dan memang lebih baik dilakukan tindakan pencegahan karena bila telah terbentuk gelembung akan sangat sulit menghilangkannya meskipun menggunakan Versator. C. Gel klorheksidin Klorheksidin diasetat2%1,2-Propilen glikol30 %Lutrol F 12722 %Air46 %Dalam pembuatannya, gel ini menggunakan beberapa eksipien. Diantaranya adalah propilen glikol dan air. Campuran pelarut ini dapat membantu kelarutan klorheksidin diasetat karena zat aktif ini tidak dapat larut dalam air. Sebagai gelling agent digunakan Lutrol F 127 yang memiliki sinonim Poloxamer. Lutrol terbuat dari polietilen glikol 73% dan polipropilen glikol 27%. dengan bobot molekul kira-kira 12.000. Untuk membuat sediaan, larutkan klorheksidin diasetat dengan propilen glikol dan sedikit air. Lalu ditambahkan Lutrol F 127 dan sisa air sedikit demi sedikit. Sediaan yang dihasilkan adalah gel yang tak berwarna.

Gambar 16. Struktur klorheksidin diasetat

Gambar 17. Struktur polietilen glikol

Gambar 18. Struktur propilen glikol

Gambar 19. Struktur Lutrol F 127

D. Gel Diklofenat dietilaminDiklofenat1,1 %Carbopol 934P1,2 %Isopropil alkohol23 %Parafin liquid 2,5 %Cetiol2,5 %Cetomacrogol2,0 %Dietilamin0,9 %Parfum0,1 %Air68 %

Gambar 20.Struktur Carbopol

Gambar 21. Struktur diklofenat dietilamin

Gambar 22. Struktur isopropil alkohol

Gambar 23. Struktur cetiolBerikut prosedur pembuatan sediaan:1. Masukkan 90% air ke dalam mixing vessel, panaskan hingga 800C. Aduk sampai terbentuk pusaran. 2. Tambahkan carbopol sebagai gelling agent setelah melewati ayakan 1 mm. Campurkan selama 5 menit. Masukkan dalam Becomix dan pertahankan temperatur 70o C. 3. Campurkan parafin liquid dan cetomacrogol untuk emulsifiying agent dalam wadah lain. Lelehkan pada 70o C. Tambahkan pada Becomix. Campurkan pada kecepatan II, vacum pada tekanan 0.4-0.6 bar selama 5 menit dengan kecepatan 10 rpm. Dinginkan pada 30o C. 4. Tambah dan larutkan dietilamin pada air. Tambahkan pada campuran sebelumnya, kemudian aduk selama 20 menit. Homogenkan pada kecepatan I dengan waktu 5 menit, vakum pada kecepatan 10 rpm.5. Tambahkan parfum dan campur selama 5 menit, kemudian masukkan wadah (30 gram).

E. Gel eritromisinEritromisin1,0 %Lutrol E 40020 %Propilen glikol20 %Lutrol F 12720 %Air39 %

Gambar 24. Struktur eritromisin

Gambar 25. Struktur polietilen glikolUntuk pembuatan gel eritromisin, larutkan eritromisin, Lutrol E 400 (macrogol dan polietilen glikol) dan propilen glikol pada suhu 700 C.Lutrol E 400 digunakan untuk membantu kelarutan zat karena kelarutan eritromisin pada air dan propilen glikol cukup kecil. Lalu larutkan Lutrol F 127 dengan air. Campurkan pada larutan eritromisin. Dinginkan sampai udara keluar. Masukkan ke dalam wadah.

F. Gel aloe vera Ekstrak aloe vera04 %Propilen glikol5 %Lutrol F 12720 %Air73,6 %PengawetQSCremophor RH 401,1 %ParfumQS

Untuk membuat gel aloe vera, larutkan ekstrak aloe vera, propilen glikol pengawet dan air. Setelah itu, buat campuran Cremophor dan parfum. Campurkan kedua campuran. Lalu dinginkan pada suhu