gedung dan bangunan & aset tetap lainnya

20
GEDUNG BANGUNAN 1. DEFINISI PP 71 TAHUN 2010 Berdasarkan PP 71 tahun 2010, Gedung dan Bangunan adalah mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap PSAP 07 Paragraf 10 menyatakan bahwa “Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.” Termasuk dalam kelompok Gedung dan Bangunan adalah gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara, monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum, dan rambu - rambu. Gedung dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah. Gedung bertingkat pada dasarnya terdiri dari komponen bangunan fisik, komponen penunjang utama yang berupa mechanical engineering (lift, instalasi listrik beserta generator, dan sarana pendingin Air Conditioning), dan komponen penunjang lain yang a.l. berupa saluran air dan telpon. Masing-masing komponen mempunyai masa manfaat yang berbeda, sehingga umur penyusutannya berbeda, serta memerlukan pola pemeliharaan yang berbeda pula. Perbedaan masa manfaat dan pola pemeliharaan menyebabkan diperlukannya sub-akun pencatatan yang berbeda untuk masing-masing komponen gedung bertingkat, misalnya menjadi sebagai berikut: Gedung : Bangunan Fisik Taman, Jalan, dan Tempat Parkir, Pagar

Upload: rendy-kurniawan

Post on 18-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

TRANSCRIPT

Page 1: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

GEDUNG BANGUNAN

1. DEFINISI

PP 71 TAHUN 2010

Berdasarkan PP 71 tahun 2010, Gedung dan Bangunan adalah mencakup seluruh

gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap

PSAP 07 Paragraf 10 menyatakan bahwa “Gedung dan bangunan mencakup seluruh

gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.” Termasuk dalam kelompok

Gedung dan Bangunan adalah gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah,

bangunan menara, monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum, dan rambu -

rambu.

Gedung dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan

gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk keperluan

dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah.

Gedung bertingkat pada dasarnya terdiri dari komponen bangunan fisik, komponen

penunjang utama yang berupa mechanical engineering (lift, instalasi listrik beserta

generator, dan sarana pendingin Air Conditioning), dan komponen penunjang lain yang a.l.

berupa saluran air dan telpon. Masing-masing komponen mempunyai masa manfaat yang

berbeda, sehingga umur penyusutannya berbeda, serta memerlukan pola pemeliharaan

yang berbeda pula. Perbedaan masa manfaat dan pola pemeliharaan menyebabkan

diperlukannya sub-akun pencatatan yang berbeda untuk masing-masing komponen gedung

bertingkat, misalnya menjadi sebagai berikut:

Gedung :

Bangunan Fisik

Taman, Jalan, dan Tempat Parkir, Pagar

Instalasi AC

Instalasi Listrik dan Generator

Lift

Penyediaan Air, Saluran Air Bersih, dan Air Limbah

Saluran Telepon

Disarankan agar akuntansi pengakuan gedung bertingkat diperinci sedemikian rupa,

sehingga setidak-tidaknya terdapat perincian per masing-masing komponen bangunan yang

mempunyai umur masa manfaat yang sama. Data untuk perincian tersebut dapat diperoleh

pada dokumen penawaran yang menjadi dasar kontrak konstruksi pekerjan borongan

bangunan.

Page 2: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

PMK 219/PMK.05/2013

Gedung dan Bangunan adalah mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh

dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi

siap pakai.

2. PENGAKUAN

PP 71 TAHUN 2010

Gedung dan Bangunan termasuk dalam klasifikasi Aset Tetap sehingga sesuai dengan

klasifikasi Aset Tetap, suatu aset dapat diakui sebagai aset tetap apabila berwujud dan

memenuhi kriteria :

1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

4. Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Pemerintah mengakui suatu aset tetap apabila aset tetap tersebut telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Oleh

karena itu, apabila belum ada bukti bahwa suatu aset dimiliki atau dikuasai oleh suatu

entitas maka aset tetap tersebut belum dapat dicantumkan di neraca. Prinsip pengakuan

aset tetap pada saat aset tetap ini dimiliki atau dikuasai berlaku untuk seluruh jenis aset

tetap, baik yang diperoleh secara individual atau gabungan, maupun yang diperoleh melalui

pembelian, pembangunan swakelola, pertukaran, rampasan, atau dari hibah.

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap

Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, gedung dan bangunan termasuk harus berwujud

dan memenuhi kriteria :

1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

4. Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Dengan demikian, untuk dapat diakui sebagai Gedung dan Bangunan, maka gedung

dan bangunan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)

bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan untuk dijual

dalam kondisi normal entitas dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Pengakuan Gedung dan Bangunan harus dipisahkan dengan tanah di mana gedung dan

bangunan tersebut didirikan.

Gedung dan bangunan yang dibangun oleh pemerintah, namun dengan maksud akan

diserahkan kepada masyarakat, seperti rumah yang akan diserahkan kepada para

transmigrans, maka rumah tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai “Gedung dan

Bangunan”, melainkan disajikan sebagai “Persediaan.”

Page 3: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

Gedung dan Bangunan diakui pada saat gedung dan bangunan telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta telah

siap dipakai. PSAP 07 Paragraf 20 menyatakan bahwa: Pengakuan aset tetap akan sangat

andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat

penguasaannya berpindah.

Saat pengakuan Gedung dan Bangunan akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat

bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum,

misalnya akte jual beli atau Berita Acara Serah Terima. Apabila perolehan Gedung dan

Bangunan belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu

proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian gedung kantor yang masih harus

diselesaikan proses jual beli (akta) dan bukti kepemilikannya di instansi berwenang, maka

Gedung dan Bangunan tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan

atas Gedung dan Bangunan tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran

dan penguasaan atas bangunan.

PMK 219/PMK.05/2013

Gedung dan Bangunan termasuk ke dalam klasifikasi Aset Tetap, dapat diakui pada saat

masa manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan

andal. Pengakuan aset tetap akan sangat andal apabila aset tetap telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya dan/ atau pada saat penguasaannya berpindah. Kriteria

untuk dapat diakui sebagai aset tetap adalah sebagai berikut :

1. Berwujud

2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

5. Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari hibah/ donasi diakui pada saat aset tetap

tersebut diterima dan/ atau hak kepmilikannya berpindah. Gedung dan Bangunan yang

diperoleh dari sitaan/ rampasan diakui pada saat ada keputusan instansi yang berwenang

yang memiliki kekuatan hukum tetap.

Pengakuan atas Aset berdasarkan jenis transaksinya, antara lain perolehan,

pengembangan, pengurangan, serta penghentian dan pelepasan. Berikut adalah penjelasan

dari masing – masing jenis transaksi tersebut :

1. Perolehan adalah suatu transaksi perolehan aset tetap sampai dengan aset tetap

tersebut dalam kondisi siap digunakan.

2. Pengembangan adalah suatu transaksi peningkatan nilai aset tetap yang berakibat

pada peningkatan masa manfaat, peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas, mutu

produksi dan kinerja dan/ atau penurunan biaya pengoperasian.

Page 4: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

3. Pengurangan adalah suatu transaksi penurunan nilai aset tetap dikarenakan

berkurangnya volume/ nilai aset tetap tersebut atau dikarenakan penyusutan.

4. Penghentian dan Pelepasan adalah suatu transaksi penghentian dari penggunaan

aktif atau penghentian permanen suatu aset tetap.

3. PENGUKURAN

PP 71 TAHUN 2010

Gedung dan Bangunan yang merupakan Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan.

Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan

maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila terdapat transaksi pertukaran dengan

bukti pembelian aset yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang

dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat

diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan

baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi

biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya

perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua

biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Gedung dan Bangunan pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila

diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset

tersebut diperoleh.

Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan

dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap

pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya

pengurusan IMB, notaris, dan pajak.

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap

PSAP 07 Paragraf 22 menyatakan bahwa: Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan.

Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan

maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Berdasarkan PSAP

tersebut, maka gedung dan bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan

gedung dan bangunan meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung

dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya

konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak. Apabila penilaian Gedung

dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset

tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi

biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya

Page 5: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua

biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut seperti

pengurusan IMB, notaris, dan pajak. Sementara itu, Gedung dan Bangunan yang dibangun

melalui kontrak konstruksi, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan

pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, dan pajak. Gedung dan Bangunan yang

diperoleh dari sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.

Pengukuran Gedung dan Bangunan harus memperhatikan kebijakan pemerintah

mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Untuk Pemerintah Pusat,

kebijakannya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 01/KMK.12/2001 tentang

Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah,

yang mengatur bahwa nilai satuan minimum perolehan gedung dan bangunan adalah

Rp10.000.000. Artinya, jika nilai perolehan gedung dan bangunan kurang dari

Rp10.000.000, maka gedung dan bangunan tersebut tidak dapat diakui dan disajikan

sebagai aset tetap, namun tetap diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan dan

dalam Laporan BMN. Sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 53, aset tetap disajikan

berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Metode

penyusutan atas Metode penyusutan atas gedung dan bangunan diatur dalam Buletin

Teknis Nomor 05 tentang Akuntansi Penyusutan.

PMK 219/PMK.05/2013

Gedung dan Bangunan termasuk dalam klasifikasi Aset tetap yang dinilai dengan biaya

perolehan. Apabila penilaian aset dengan menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

Berdasarkan PSAP tersebut, maka gedung dan bangunan dinilai dengan biaya perolehan.

Biaya perolehan gedung dan bangunan meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga

pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak.

Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak

memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat

perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi

biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya

perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua

biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut seperti

pengurusan IMB, notaris, dan pajak. Sementara itu, Gedung dan Bangunan yang dibangun

melalui kontrak konstruksi, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan

pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, dan pajak. Gedung dan Bangunan yang

diperoleh dari sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.

Page 6: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

Penggunaan nilai wajar pada saat tidak ada nilai perolehan atau tidak dapat didentifikasi

bukan merupakan suatu proses penilaian kembali (revaluasi). Pengukuran atas Gedung dan

Bangunan harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan

minimum kapitalisasi Aset Tetap. Jika nilai perolehan Gedung dan Bangunan di bawah nilai

satuan minimum kapitalisasi maka atas Gedung dan Bangunan tersebut tidak dapat diakui

dan disajikan sebagai Aset Tetap, namun tetap diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan

Keuangan dan Catatan atas Laporan BMN.

4. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

PP 71 TAHUN 2010

Karena Gedung dan Bangunan termasuk dalam klasifikasi Aset Tetap, maka mengenai

penyajian dan pengungkapannya sesuai dengan ketentuan Aset Tetap. Gedung dan

Bangunan disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap sebesar nilai biaya perolehannya

atau nilai wajar pada saat perolehan. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk

masing-masing jenis Aset Tetap sebagai berikut :

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carying amount);

b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan :

1) Penambahan;

2) Pelepasan;

3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;

4) Mutasi Aset Tetap lainnya.

c. Informasi penyusutan, meliputi:

1) Nilai penyusutan;

2) Metode penyusutan yang digunakan;

3) Masa manfat atau tarif penyusutan yang digunakan;

4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

d. Informasi terkait pertukaran Aset Tetap (jika ada), meliputi :

a. Pihak yang melakukan pertukaran Aset Tetap;

b. Jenis Aset Tetap yang diserahkan dan nilainya;

c. Jenis Aset Tetap yang diterima beserta nilainya; dan

d. Jumlah hibah selisih lebih dari pertukaran Aset Tetap.

e. Hal lain yang juga harus mengungkapkan :

1) Eksistensi dan batasan hak milik atas Aset Tetap;

2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap;

3) Jumlah pengeluaran pada pos Aset Tetap dalam konstruksi; dan

4) Jumlah komitmen untuk akuisisi Aset Tetap.

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap

Page 7: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap sebesar nilai

biaya perolehannya atau nilai wajar pada saat perolehan. Selain itu, dalam Catatan Atas

Laporan Keuangan diungkapkan pula, antara lain :

1. Dasar penilaian yang digunakan untuk mencatat Gedung dan Bangunan.

2. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung dan Bangunan.

3. Rekonsiliasi nilai tercatat Gedung dan Bangunan pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan:

a. Penambahan (perolehan, reklasifikasi dari Konstruksi dalam Pengerjaan, dan

penilaian);

b. Perolehan yang berasal dari pembelian/pembangunan direkonsiliasi dengan total

belanja modal untuk gedung dan bangunan;

c. Pengurangan (penjualan, penghapusan, dan penilaian).

4. Informasi penyusutan Gedung dan Bangunan yang meliputi nilai penyusutan, metode

penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta

nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

PMK 219/PMK.05/2013

Penyajian Gedung dan Bangunan yakni berdasarkan biaya perolehan Aset tersebut

dikurangi akumulasi penyusutan. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-

masing jenis Aset Tetap sebagai berikut :

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carying amount);

b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan :

1) Penambahan;

2) Pelepasan;

3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;

4) Mutasi Aset Tetap lainnya.

c. Informasi penyusutan, meliputi:

1) Nilai penyusutan;

2) Metode penyusutan yang digunakan;

3) Masa manfat atau tarif penyusutan yang digunakan;

4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

d. Informasi terkait pertukaran Aset Tetap (jika ada), meliputi :

1) Pihak yang melakukan pertukaran Aset Tetap;

2) Jenis Aset Tetap yang diserahkan dan nilainya;

3) Jenis Aset Tetap yang diterima beserta nilainya; dan

4) Jumlah hibah selisih lebih dari pertukaran Aset Tetap.

e. Hal lain yang juga harus mengungkapkan :

1) Eksistensi dan batasan hak milik atas Aset Tetap;

Page 8: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap;

3) Jumlah pengeluaran pada pos Aset Tetap dalam konstruksi; dan

4) Jumlah komitmen untuk akuisisi Aset Tetap.

ASET TETAP LAINNYA

1. DEFINISI

PP 71 TAHUN 2010

Aset Tetap Lainnya adalah mencakup Aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

kelompok Aset Tetap (selain Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan,

Irigasi, dan Jaringan) yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap

PSAP 07 Paragraf 13 menyatakan bahwa “Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang

tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan

dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.”

Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi dan Jaringan,

yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi

siap dipakai. Aset yang termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya adalah koleksi

perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan,

ikan, dan tanaman. Termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap-

Renovasi yaitu biaya renovasi atas aset tetap yang bukan miliknya, dan biaya partisi suatu

ruangan kantor yang bukan miliknya.

PMK 219/PMK.05/2013

Aset Tetap Lainnya adalah mencakup Aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke

dalam kelompok Aset Tetap (selain Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan,

Jalan, Irigasi, dan Jaringan) yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Aset yang termasuk dalam kategori Aset Tetap

Lainnya adalah koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak

kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman. Khusus untuk hewan, ikan dan

tanaman, sesuai dengan kebijakan kapitalisasi aset tetap, disajikan secara ekstrakomptabel

dan tidak disajikan di neraca. Selain itu, termasuk Aset Tetap lainnya adalah Aset Tetap

Renovasi, yaitu biaya renovasi atas Aset Tetap yang bukan milik entitas, sepanjang

memenuhi syarat-syarat kapitalisasi aset.

2. PENGAKUAN

PP 71 TAHUN 2010

Page 9: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya masih dalam klasifikasi Aset Tetap sehingga sesuai dengan

klasifikasi Aset Tetap, suatu aset dapat diakui sebagai aset tetap apabila berwujud dan

memenuhi kriteria :

1) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

4) Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Pemerintah mengakui suatu aset tetap apabila aset tetap tersebut telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Oleh

karena itu, apabila belum ada bukti bahwa suatu aset dimiliki atau dikuasai oleh suatu

entitas maka aset tetap tersebut belum dapat dicantumkan di neraca. Prinsip pengakuan

aset tetap pada saat aset tetap ini dimiliki atau dikuasai berlaku untuk seluruh jenis aset

tetap, baik yang diperoleh secara individual atau gabungan, maupun yang diperoleh melalui

pembelian, pembangunan swakelola, pertukaran, rampasan, atau dari hibah.

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap

Aset Tetap Lainnya diakui pada saat Aset Tetap Lainnya telah diterima atau diserahkan

hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta telah siap dipakai.

Khusus mengenai pengakuan biaya renovasi atas aset tetap yang bukan milik, ketentuan

telah diatur dalam Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja

Pemerintah sebagai berikut:

1) Apabila renovasi aset tetap tersebut meningkatkan manfaat ekonomik aset tetap

misalnya perubahan fungsi gedung dari gudang menjadi ruangan kerja dan

kapasitasnya naik, maka renovasi tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-

Renovasi.

2) Apabila renovasi atas aset tetap yang disewa tidak menambah manfaat ekonomik,

maka dianggap sebagai Belanja Operasional. Aset Tetap-Renovasi diklasifikasikan

ke dalam Aset Tetap Lainnya.

3) Apabila manfaat ekonomik renovasi tersebut lebih dari satu tahun buku, dan

memenuhi butir 1 di atas, biaya renovasi dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-Renovasi,

sedangkan apabila manfaat ekonomik renovasi kurang dari 1 tahun buku, maka

pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai Belanja Operasional tahun berjalan.

Perolehan Aset Tetap Lainnya, selain Aset Tetap-Renovasi, pada umumnya melalui

pembelian atau perolehan lain seperti hibah/donasi. Pengakuan Aset Tetap Lainnya melalui

pembelian didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan mengurangi Kas Umum

Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah

Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS).

PMK 219/PMK.05/2013

Page 10: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya termasuk ke dalam klasifikasi Aset Tetap, dapat diakui pada saat

masa manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan

andal. Pengakuan aset akan sangat andal apabila aset tetap telah diterima atau diserahkan

hak kepemilikannya dan/ atau pada saat penguasaannya berpindah. Kriteria untuk dapat

diakui sebagai aset tetap adalah sebagai berikut :

1. Berwujud

2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

5. Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Aset yang diperoleh dari hibah/ donasi diakui pada saat aset tetap tersebut diterima dan/

atau hak kepmilikannya berpindah. Aset yang diperoleh dari sitaan/ rampasan diakui pada

saat ada keputusan instansi yang berwenang yang memiliki kekuatan hukum tetap.

Pengakuan atas Aset berdasarkan jenis transaksinya, antara lain perolehan,

pengembangan, pengurangan, serta penghentian dan pelepasan. Berikut adalah penjelasan

dari masing – masing jenis transaksi tersebut :

a. Perolehan adalah suatu transaksi perolehan aset tetap sampai dengan aset tetap

tersebut dalam kondisi siap digunakan.

b. Pengembangan adalah suatu transaksi peningkatan nilai aset tetap yang berakibat

pada peningkatan masa manfaat, peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas, mutu

produksi dan kinerja dan/ atau penurunan biaya pengoperasian.

c. Pengurangan adalah suatu transaksi penurunan nilai aset tetap dikarenakan

berkurangnya volume/ nilai aset tetap tersebut atau dikarenakan penyusutan.

d. Penghentian dan Pelepasan adalah suatu transaksi penghentian dari penggunaan

aktif atau penghentian permanen suatu aset tetap.

3. PENGUKURAN

PP 71 TAHUN 2010

Aset Tetap Lainnya dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset dengan

menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset didasarkan pada nilai

wajar pada saat perolehan.

Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila terdapat transaksi pertukaran dengan

bukti pembelian aset yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang

dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat

diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan

baku, tenaga kerja, dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.

Biaya perolehan aset yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung

untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

Page 11: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang

terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tersebut.

Aset pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila diperoleh dengan

tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.

Biaya perolehan aset menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih

harus dikeluarkan untuk memperoleh aset sampai siap pakai.

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai. Aset Tetap Lainnya dinilai dengan biaya

perolehan. Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi

pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, pajak, serta biaya

perizinan.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diadakan melalui swakelola, misalnya untuk

Aset Tetap Renovasi, meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya

bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan, pajak, dan jasa konsultan. Pengukuran Aset Tetap Lainnya harus memperhatikan

kebijakan pemerintah tentang ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap.

Sebagai contoh, pada pemerintah Pusat kebijakan nilai satuan minimum kapitalisasi adalah:

Aset Tetap Lainnya berupa koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak

kesenian/kebudayaan tidak ada nilai satuan minimum sehingga berapa pun nilai

perolehannya dikapitalisasi.

Aset Tetap Lainnya yang dikapitalisasi dibukukan dan dilaporkan di dalam Neraca dan

Laporan BMN/D. Aset Tetap Lainnya yang tidak dikapitalisasi tidak dapat diakui dan

disajikan sebagai aset tetap, namun tetap diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan

Keuangan dan dalam Laporan BMN/D.

Sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 53, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan

aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Metode penyusutan atas Aset Tetap

Lainnya diatur dalam Buletin Teknis Nomor 05 tentang Akuntansi Penyusutan. Aset Tetap

Lainnya berupa hewan, tanaman, buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara

periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada saat aset tetap lainnya tersebut sudah

tidak dapat digunakan atau mati. Untuk penyusutan atas Aset Tetap-Renovasi dilakukan

sesuai dengan umur ekonomik mana yang lebih pendek (which ever is shorter) antara masa

manfaat aset dengan masa pinjaman/sewa.

PMK 219/PMK.05/2013

Aset tetap lainnya termasuk dalam klasifikasi aset tetap dimana pengukurannya dinilai

dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset dengan menggunakan biaya perolehan

tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

Page 12: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

Berdasarkan PSAP tersebut, maka aset dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan

aset meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset sampai siap pakai..

Apabila penilaian aset dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka

nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Penggunaan nilai wajar pada saat tidak ada nilai perolehan atau tidak dapat didentifikasi

bukan merupakan suatu proses penilaian kembali (revaluasi). Pengukuran atas aset harus

memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi

Aset Tetap. Jika nilai perolehan asetdi bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas

aset tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai Aset Tetap, namun tetap diungkapkan

dalam Catatan Atas Laporan Keuangan dan Catatan atas Laporan BMN.

4. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

PP 71 TAHUN 2010

Aset Tetap Lainnya termasuk dalam klasifikasi Aset Tetap, maka mengenai penyajian

dan pengungkapannya sesuai dengan ketentuan Aset Tetap. Aset Tetap Lainnya disajikan

di Neraca dalam kelompok Aset Tetap sebesar nilai biaya perolehannya atau nilai wajar

pada saat perolehan. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis

Aset Tetap sebagai berikut :

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carying amount);

b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan :

1) Penambahan;

2) Pelepasan;

3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;

4) Mutasi Aset Tetap lainnya.

c. Informasi penyusutan, meliputi:

1) Nilai penyusutan;

2) Metode penyusutan yang digunakan;

3) Masa manfat atau tarif penyusutan yang digunakan;

4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

d. Informasi terkait pertukaran Aset Tetap (jika ada), meliputi :

1) Pihak yang melakukan pertukaran Aset Tetap;

2) Jenis Aset Tetap yang diserahkan dan nilainya;

3) Jenis Aset Tetap yang diterima beserta nilainya; dan

4) Jumlah hibah selisih lebih dari pertukaran Aset Tetap.

e. Hal lain yang juga harus mengungkapkan :

1) Eksistensi dan batasan hak milik atas Aset Tetap;

2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap;

3) Jumlah pengeluaran pada pos Aset Tetap dalam konstruksi; dan

Page 13: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

4) Jumlah komitmen untuk akuisisi Aset Tetap.

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap

Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap sebesar biaya

perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan. Selain itu, dalam Catatan atas Laporan

Keuangan diungkapkan pula:

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk mencatat Aset Tetap Lainnya;

b. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya;

c. Rekonsiliasi nilai tercatat Aset Tetap Lainnya pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan:

1. Penambahan (perolehan, reklasifikasi dari Konstruksi dalam Pengerjaan, dan

penilaian);

Perolehan yang berasal dari pembelian/pembangunan direkonsiliasi dengan total belanja

modal untuk Aset Tetap Lainnya

2. Pengurangan (penjualan, penghapusan, dan penilaian).

d. Informasi penyusutan Aset Tetap Lainnya yang meliputi: nilai penyusutan, metode

penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta

nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

PMK 219/PMK.05/2013

Penyajian Aset Tetap Lainnya sama seperti jenis aset tetap yang lainnya yakni

berdasarkan biaya perolehan Aset tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Laporan

keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis Aset sebagai berikut :

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carying amount);

b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan :

1) Penambahan;

2) Pelepasan;

3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;

4) Mutasi Aset Tetap lainnya.

c. Informasi penyusutan, meliputi:

1) Nilai penyusutan;

2) Metode penyusutan yang digunakan;

3) Masa manfat atau tarif penyusutan yang digunakan;

4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

d. Informasi terkait pertukaran Aset Tetap (jika ada), meliputi :

1) Pihak yang melakukan pertukaran Aset Tetap;

2) Jenis Aset Tetap yang diserahkan dan nilainya;

3) Jenis Aset Tetap yang diterima beserta nilainya; dan

4) Jumlah hibah selisih lebih dari pertukaran Aset Tetap.

Page 14: Gedung Dan Bangunan & Aset Tetap Lainnya

e. Hal lain yang juga harus mengungkapkan :

1) Eksistensi dan batasan hak milik atas Aset Tetap;

2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap;

3) Jumlah pengeluaran pada pos Aset Tetap dalam konstruksi; dan

4) Jumlah komitmen untuk akuisisi Aset Tetap.

SUMBER :

PMK 219/PMK.05/2013 PP 71 TAHUN 2010 BULTEK 09 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP