gatra - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/gatra-20110608-me... ·...

2
GATRA o Se/asa o Sabtu Rabu 0 Kamis 0 Jumat 4 5 20 6 7 a:> 9 10 11 21 22 23 24 25 26 12 13 27 OSep o Mar OApr OMei .Jun OJu/ 0 Ags ~L-~RE=S~EP~E~L=EK~TR~O~N~IK~P~US~K~ES~M~A~S __~ _ Menuju Era Resep Digital Dokter Puskesmas Babakan Sari, Bandung, sedang menuliskan resep elektronik N n Warisman Valinameraihkartu pasien. "Firman Tirta silakan masuk," kata dokter umum itu, emanggil pasien dari dalam ruangan poli umum Puskesmas Babakan Sari, Kiaracondong, Bandung, Kamis pekan lalu. Tak lama kemudian, pasien lelaki kurus tinggi yang ditemani ibunya itu masuk menghampiri dokter. Aan lalu mengetik nomor kartu pasien pada layar komputer di meja kerjanya. Dalam hitungan detik, data medik pasien itu muncul di monitor komputer. Firman bercerita mengenai keluhannya kepada dokter bahwa sudah dua hari mengalami demam dan pusing. Rautmuka pegawai restoran cepat saji di Bandung itu juga tampak pucat. Keluhan pria 30 tahun itu diketik pula. Aan pun menuliskan empat jenis obat pada resep di layar komputer, setelah sebelumnya memeriksa tekanan darah pasien. Di monitor komputer itu terlihat fitur keterangankontraindikasi obat, dosis, dan aturan pakai. Aan menjelaskannya dengan lengkap kepada pasien. "Semoga cepat sembuh, ya," ujar Aan sambil memberi motivasi. Firman keluar dari ruangan poli umumdandudukdiruangtunggu,menanti panggilan staf apotek untuk mengambil obat. "Setelah i tu, saya langsung mendapat ob at sesuai dengan resep yang ditulis dokter pada komputernya," kata Firman seraya meninggalkan puskesmas. Begitulah proses pemberian obat yang cepat dan nir-kertas. Tahap itu ada dalarn aplikasi resep obat elektronik atau e-prescription. Inilah kali pertama resep elektronik dioperasikan di puskesmas. Sejauh ini, belum ada puskesmas lain di Indonesia yang menerapkannya. Menurut pegawai di Puskesmas Babakan Sari, Dokter Ira DewiJ ani, program resep elektronik itu mulai diterapkan pada 20 Maret tahun lalu. Program tersebut merupakan buah riset lrma Melyani Puspitasari. Irma adalah farmakolog pada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Bandung. Selepas menyelesaikan S-l (2002), ia lalu menyusun tesis resep elektronik guna merampungkan S-2 pada Program Teknik Biomedika Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung pada 2008. Tesis iru dilatarbelakangi kegelisahan pribadinya ketika ia bekerja sebagai apoteker (2004-2005) di sebuah rumah sakit di Bandung. Pada saat iru, Irma kerap kesulitan membaca resep dari dokter. Kesulitan ini tak jarang dirasakan pula oleh apoteker pada umumnya. "Ada ketidakrasionalan pada obat dan reaksi yang merugikan pada satu resep," kata lrma. Terlebih, resep elektronik telah banyak digunakan di luar negeri, terutama Amerika Serikat, Satu dari tiga dokter di Amerika telah memakai resep elektronik. Karena itu, Irma bertekad mewu- judkannya lewat sebuah penelitian ilmiah. la merancang resep elektronik pada awal 2009. Kemudian diujicobakan di Puskes- mas Babakan Sari, November tahun itu juga. Selanjutnya, aplikasi tersebut diteruskan Ira DewiJ ani, yang sebelumnya bertugas sebagai dokter di puskesmas itu. "Pada saat pertama diterapkan, jumlah pasien sempat menurun. Pasien bilang, dokternya masih belajar komputer," ujar Ira Dewi sembari tertawa. lrma menimpali, "Maklum, proses memasukkan (entry) data dan keandalan 60 GATRA 8 JUNI 2011 IUlplDg Huma. ODpacl 2011 r

Upload: vutu

Post on 14-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GATRAo Se/asa o Sabtu• Rabu 0 Kamis 0 Jumat

4 520

6 7 a:> 9 10 1121 22 23 24 25 26

12 1327

OSepoMar OApr OMei .Jun OJu/ 0 Ags

~L-~RE=S~EP~E~L=EK~TR~O~N~IK~P~US~K~ES~M~A~S__ ~ _

Menuju Era Resep Digital

Dokter Puskesmas Babakan Sari, Bandung, sedang menuliskan resep elektronik

NnWarisman Valinameraihkartupasien. "Firman Tirta silakanmasuk," kata dokter umum itu,

emanggil pasien dari dalamruangan poli umum Puskesmas BabakanSari, Kiaracondong, Bandung, Kamispekan lalu. Tak lama kemudian, pasienlelaki kurus tinggi yang ditemani ibunyaitu masuk menghampiri dokter. Aan lalumengetik nomor kartu pasien pada layarkomputer di meja kerjanya.

Dalam hitungan detik, data medikpasien itu muncul di monitor komputer.Firman bercerita mengenai keluhannyakepada dokter bahwa sudah dua harimengalami demam dan pusing. Rautmukapegawai restoran cepat saji di Bandung itujuga tampak pucat. Keluhan pria 30 tahunitu diketik pula.

Aan pun menuliskan empat jenisobat pada resep di layar komputer, setelahsebelumnya memeriksa tekanan darahpasien. Di monitor komputer itu terlihatfitur keterangankontraindikasi obat, dosis,dan aturan pakai. Aan menjelaskannyadengan lengkap kepada pasien. "Semogacepat sembuh, ya," ujar Aan sambilmemberi motivasi.

Firman keluar dari ruangan poliumumdandudukdiruangtunggu,menantipanggilan staf apotek untuk mengambiloba t. "Setelah itu, saya langsung mendapatob at sesuai dengan resep yang ditulisdokter pada komputernya," kata Firmanseraya meninggalkan puskesmas.

Begitulah proses pemberian obatyang cepat dan nir-kertas. Tahap itu adadalarn aplikasi resep obat elektronik ataue-prescription. Inilah kali pertama resepelektronik dioperasikan di puskesmas.Sejauh ini, belum ada puskesmas laindi Indonesia yang menerapkannya.Menurut pegawai di Puskesmas BabakanSari, Dokter Ira DewiJ ani, program resepelektronik itu mulai diterapkan pada20 Maret tahun lalu. Program tersebutmerupakan buah riset lrma MelyaniPuspitasari.

Irma adalah farmakolog padaFakultas Farmasi Universitas Padjadjaran,Bandung. Selepas menyelesaikan S-l(2002), ia lalu menyusun tesis resepelektronik guna merampungkan S-2pada Program Teknik Biomedika SekolahTinggi Elektro dan Informatika (STEI)Institut Teknologi Bandung pada 2008.

Tesis iru dilatarbelakangi kegelisahanpribadinya ketika ia bekerja sebagaiapoteker (2004-2005) di sebuah rumahsakit di Bandung.

Pada saat iru, Irma kerap kesulitanmembaca resep dari dokter. Kesulitan initak jarang dirasakan pula oleh apotekerpada umumnya. "Ada ketidakrasionalanpada obat dan reaksi yang merugikan padasatu resep," kata lrma. Terlebih, resepelektronik telah banyak digunakan di luarnegeri, terutama Amerika Serikat, Satudari tiga dokter diAmerika telah memakairesep elektronik.

Karena itu, Irma bertekad mewu-judkannya lewat sebuah penelitian ilmiah.la merancang resep elektronik pada awal2009. Kemudian diujicobakan di Puskes-mas Babakan Sari, November tahunitu juga. Selanjutnya, aplikasi tersebutditeruskan Ira DewiJ ani, yang sebelumnyabertugas sebagai dokter di puskesmas itu."Pada saat pertama diterapkan, jumlahpasien sempat menurun. Pasien bilang,dokternya masih belajar komputer," ujarIra Dewi sembari tertawa.

lrma menimpali, "Maklum, prosesmemasukkan (entry) data dan keandalan

60 GATRA 8 JUNI 2011

IUlplDg Huma. ODpacl 2011

r

Irma Melyani Puspitasari

memakai komputer belum berbandinglurus." Adaptasi dapat dilakukan setelahsatu bulan berjalan. Selama riset, gadislajang kelahiran 1 Mei 1979 itu harusmelewati berbagai tahap. Salah sarunya,belajar ten tang program komputer.Selain itu, selama setahun ia harusmengumpulkan database untuk interaksiobat.

Irrna memasukkan sekitar 600interaksi obatdalam program dan 217 itemobat generik yang tersedia di puskesmas.Jumlah ini didasarkan pada database300 obat generik yang didistribusikanpemerintah, khususnya di jalurpuskesmas.Resep elektronik menyimpan rinciandata setiap obat generik. Antara lainmencakup indikasi-kontraindikasi, efeksamping, interaksi obat, peringatan untukperhatian, dosis, dan sumber pustaka.

Aplikasi itu juga rnengumpulkandiagnosis 230-an jenis penyakit.Kebanyakan bukan kasus penyakit berat."Dalarn dua bulan pertarna, rnasih adalaporan interaksi obat, tapi kini doktersudah hafal," katanya.

Dengan sistem tadi, aplikasi itumampu menghindari duplikasi obat.Sebab, ketika selesai memberikan resep,program akan mengecek terlebih dahuluapakah ada interaksi obat dalam resepnya.

Karena dari dokter sudah onlineke apotek, informasi tentang interaksiobat akan muncul pada saat doktermemberikan resep yang berinteraksi.Aplikasi ini juga memberi peringatankepada dokter jika itu terjadi. Warning-nya berupa pesan peringatan warna merahpada layar komputer sang dokter. KataIrrna, spesifikasi perangkat lunak sistemitu menggunakan memori 4,85 megabyte(MB), terdiri dari4,40MBuntukprogram

dan 464 kilobyte (KB) unruk basis dataawal.

Basis program menggunakanXAMPP for Windows Version 1.5.1freeware (29 MB). "Pakai Linux takutnyanggak pada bisa," ujar Irrna. Peranti lunakresep elektronik rnenggunakan bahasapemrogramanPHP (bypertextpreprocessor).Lalu ditunjang dengan himpunan datayang rnemakai program MySQL.

Dengan begitu, resep elektronikakan membaca dan rnernasukkan berbagaidata pasien. Aplikasi ini sengaja dirancangtak bisa diedit. Tujuannya, menghindaripengubahan laporan data untuktujuan tertentu, misalnya mengurangipendapatan dana dari pernbayaran ongkosberobat pasien.

Dengan adanya.Tayanan resepelektronik itu, menurut Ira Dewi, tak adalagi tumpukan dokumen kertas. Dokterjadi mudah menentukan kebutuhan obatdan lebih tepat sasaran, Yang penting lagi,pasien lebih nyaman mengonsumsinya.Pengetahuan staf menjadi bertarnbahpula. Tak mengherankan jika PuskesrnasBabakan Sari beberapa kali dikunjungitarnu dari luar negeri. Walaupun aplikasiitu punya manfaat besar, hingga kiniperneritah belum punya program untukmernperluas penerapqnnya di 8.600puskesmas lain se-Indonesia,

Padahal, hingga Aprillalu, tercatatjumlah pasien yang telah didata rnencapai37.831 orang. Atau setidaknya PuskesmasBabakan Sari dapatmelayani rata-rata 150pasien per hari. Kini tak ada lagi rekammedis yang rnernakani kertas.

Belakangan, Irma menarnbahkanfitur layanan pes an singkat (SMS).Layanan ini untuk mengingatkan jadwalkontrol dan informasi promosi kesehatan.

Misalnya, agar penderita tuberkulosistidak putus mengonsumsi ohat. "Mimpisaya ke depan, aplikasi itu rnenjadi medicalrecord nasional," kata Irma, yang padaakhir tahun ini akan menenipuh S-3 diluar negeri.

Resep elektronik sebenarnya telahditerapkan di beberapa rumah sakit.Dokter menulis resep yang tersambunglangsung ke bagian apotek. Dokter takperlu memberikan kertas resep kepada

;;; pasien. Pasien yang keluar dari ruang~ konsultasi tinggal menung~l panggilan~ staf aporek. Narnun hanya sebatas itu.Ife:J TidakselengkapyangdilakubnIraDewi.~ Maka, takmengherankan, rnasih dijumpai~ beberapa jenis obat untuk gejala yang!sama dalam satu resep ..:3 Farmakolog pada Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga,Surabaya, Dokter Roostantia Indrawati,menyambut baik temuan resep obatelektronik itu. Alat tersebut setidaknyabisa dijadikan alat kontrol, tapi tidak bisadijadikan tolok ukur utarna. Sebab hal itujuga tergantung tujuan alatyang dibuat.

Prinsipnya, resep obat y:l11gdibuatbergantong pada kondisi pasien. Sehinggarumusannya tidak bisa pakem scperti yangada di resep eletkronik itu. Oleh sebabitu, setiap dokter harus memegang teguhobat rasional yang merniliki ketepatanlima unsur. Yakni, tepat dalam pemilihanbahan obat, tepat dalam menetapkandosis pada pasien, tepat dalam pemilihanbentuk sediaan obat yang sesuai dengankondisi pasien. Misalnya, yang lebih baikadalah memakai obat puyer, kapsul, atausrrup.

Di sarnping itu, harus tepat dalarncara pemberian obat, apakah sebaiknyadiberikan dengan cara suntik, oral, atauoles. Yang terakhir adalah tepat waktu.Obat yang diresepkan harus sesuaidengan kadar obat dalam darah. "Limahal ini menjadi pegangan dokter padasaat pernberian obat ke pasicn," kataRoostantia.

Menurut Roostantia, selama doktermengacu pada lima kriteria itu, tentu obatyang diberikan sesuai dengan kondisipasein. Obat yang diberikan tidak akankeliru. Tidakkurangdan tidaklebih. Obatbakal sesuai dengan kebutuhan pasien.Meskipun terkadang dokter memberikanobat lebih, boleh jadi obat itu memangsesuai dengan dosis dan kebutuhanpasien, Sebab obat dapat dibedakan dalamberbagai bentuk, yaitu obat tunggal danobat carnpuran.a

DENI MULIYA BARUS,

WISNU WAGE PAMUNGKAS (BANDUNG).

DAN M. NUR (HOLlSH lAEIN (SURABAYA)

GATRA B JUNI 2011 61

1