garis pemisah masa lalu dan...

39
729 Ensiklopedi Nurcholish Madjid F G GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANG Sikap melupakan sama sekali suatu peristiwa negatif masa lalu akan menghasilkan sikap lalai dan gagal menarik pelajaran dari sejarah. Kelalaian dan kegagalan itu sendiri dapat membahayakan masa depan. Tetapi, memaafkan harus tetap ter- buka sebagai suatu pilihan atau opsi yang suatu saat mungkin harus di- ambil, dan kita harus bertekad me- mulai kehidupan nasional yang ba- ru, yang sejauh mungkin terlepas dari trauma-trauma masa lalu. Ka- rena itu diperlukan rekonsiliasi an- tara berbagai kelompok yang per- nah bertikai, atas dasar saling pe- ngertian dan kesepahaman tentang posisi masing-masing—“let bygones be bygones. Tetapi, pelanggaran di masa mendatang harus dikenakan tindakan berdasarkan hukum yang berlaku, secara tegar, tegas, dan ti- dak kenal kompromi. Suatu garis demarkasi harus ditarik dengan te- gas untuk memisahkan antara masa lalu dan masa kini serta masa da- tang, suatu garis yang sama sekali tidak boleh dilangkahi. Bangsa- bangsa yang berhasil memberantas korupsi selalu ditandai oleh adanya ketegasan dan ketegaran penegakan hukum, khususnya untuk suatu pe- langgaran yang terjadi sesudah “ga- ris demarkasi”. Dalam hal ini, ter- masuk Indonesia tanpa terkecuali. FG GEJALA ALAM DAN SEJARAH Umat manusia, hidup dalam lingkungan yang disebut alam (âlam). Dari segi kebahasaan, per- kataan “alam” (Arab: âlamun) ada- lah satu akar kata dengan perkataan “ilmu” (Arab: ‘ilmun ), juga dengan kata-kata “alamat” (Arab: ‘alâmatun). Dan pengertian “ala- mat” atau “pertanda” itulah yang juga terkandung dalam perkataan “ayat” (Arab: âyatun). Jadi, jagat ra- ya adalah “alamat” atau “ayat” Tu- han. Karena itu, “alam” merupakan sumber “ilmu” manusia. Manusia diperintahkan untuk memerhatikan alam dan gejala-gejala alam yang ada.

Upload: hoangphuc

Post on 26-Mar-2018

228 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

729Ensiklopedi Nurcholish Madjid

GGARIS PEMISAH MASA LALU

DAN MENDATANG

Sikap melupakan sama sekalisuatu peristiwa negatif masa laluakan menghasilkan sikap lalai dangagal menarik pelajaran dari sejarah.Kelalaian dan kegagalan itu sendiridapat membahayakan masa depan.Tetapi, memaafkan harus tetap ter-buka sebagai suatu pilihan atau opsiyang suatu saat mungkin harus di-ambil, dan kita harus bertekad me-mulai kehidupan nasional yang ba-ru, yang sejauh mungkin terlepasdari trauma-trauma masa lalu. Ka-rena itu diperlukan rekonsiliasi an-tara berbagai kelompok yang per-nah bertikai, atas dasar saling pe-ngertian dan kesepahaman tentangposisi masing-masing—“let bygonesbe bygones”. Tetapi, pelanggaran dimasa mendatang harus dikenakantindakan berdasarkan hukum yangberlaku, secara tegar, tegas, dan ti-dak kenal kompromi. Suatu garisdemarkasi harus ditarik dengan te-gas untuk memisahkan antara masalalu dan masa kini serta masa da-tang, suatu garis yang sama sekali

tidak boleh dilangkahi. Bangsa-bangsa yang berhasil memberantaskorupsi selalu ditandai oleh adanyaketegasan dan ketegaran penegakanhukum, khususnya untuk suatu pe-langgaran yang terjadi sesudah “ga-ris demarkasi”. Dalam hal ini, ter-masuk Indonesia tanpa terkecuali.

GEJALA ALAM DAN SEJARAH

Umat manusia, hidup dalamlingkungan yang disebut alam(âlam). Dari segi kebahasaan, per-kataan “alam” (Arab: âlamun) ada-lah satu akar kata dengan perkataan“ilmu” (Arab: ‘ilmun — ), jugadengan kata-kata “alamat” (Arab:‘alâmatun). Dan pengertian “ala-mat” atau “pertanda” itulah yangjuga terkandung dalam perkataan“ayat” (Arab: âyatun). Jadi, jagat ra-ya adalah “alamat” atau “ayat” Tu-han. Karena itu, “alam” merupakansumber “ilmu” manusia. Manusiadiperintahkan untuk memerhatikanalam dan gejala-gejala alam yangada.

Page 2: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

730 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Katakanlah (wahai Muhammad):“Perhatikanlah olehmu (wahai manu-sia) apa yang ada di langit dan dibumi! Namun pertanda-pertandadan peringatan-peringatan itu tidakakan berguna bagi kaum yang tidakberiman” (Q., 11: 101).

Dan Dialah yang menurunkanhujan dari langit,lalu Kami tum-buhkan denganair hujan itu sega-la jenis tumbuh-tumbuhan, kemu-dian Kami keluar-kan daripadanyatanaman yangmenghijau, yangdaripadanya Ka-mi keluarkan pu-la dari butir-butir (buah) yang ber-jenjang-jenjang. Dan dari pohon-po-hon kurma, dari mayang-mayangnya,tandan-tandan buah yang mudah di-capai dan dipetik. Juga Kami jadikankebun-kebun dari anggur dan zaitunserta buah delima, yang serupa danyang tidak serupa. Perhatikanlahbuahnya bila telah berbuah, dan per-hatikan buah itu bila telah masak.Sesungguhnya dalam hal yang demi-kian itu ada berbagai pertanda bagikaum yang beriman (Q., 6: 99).

“Pertanda”, “alamat”, atau “ayat”adalah untuk kaum yang berpikir.Semesta alam sebagai pertanda Tu-han tidak akan dimengerti kecualioleh orang-orang yang berpikir. Ja-

di, ilmu memerlukan akal atau ra-sio.

Dan Dia menyediakan untuk ka-mu segala yang ada di seluruh langitdan yang ada di bumi, semuanya dariDia; sesungguhnya dalam semua ituterdapat ayat-ayat bagi kaum yang ber-pikir (Q., 45: 13).

Dan Dialahyang menjadikanbumi terbentangluas, dan menja-dikan padanyagunung-gunungyang kukuh sertasungai-sungai.Dan dari tiap-tiap jenis buah-buahan, Dia ja-dikan padanya

pasangan dua-dua. Dia juga menu-tup siang dengan malam silih bergan-ti. Sesungguhnya dalam semuanya ituterdapat ayat-ayat bagi kaum yangberpikir (Q., 13: 3).

Di balik “pertanda”, “alamat”,atau “ayat” Allah dalam alam keben-daan (material) ialah hukum-hu-kum ketetapan Allah (Taqdîrullâh)yang pasti. Maka, kajian tentangalam kebendaan menghasilkan pe-ngetahuan tentang hukum-hukumyang pasti itu (“ilmu eksakta”).

Tuhan yang bagi-Nya kekuasaanatas seluruh langit dan bumi, danyang tidak mempunyai anak, sertatidak ada bagi-Nya serikat dalamkekuasaan itu, dan Dia ciptakan

Page 3: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

731Ensiklopedi Nurcholish Madjid

segala sesuatu lalu Dia buat kepastian(hukum)nya dengan kepastian yangsempurna (Q., 25: 2).

Dia (Allah) yang membelah caha-ya subuh, yang menjadikan malamuntuk istirahat, dan yang menjadi-kan matahari dan rembulan dalamperhitungan (hisâb). Itulah hukumkepastian (taqdîr) Yang Mahamulia,Maha Mengetahui (Q., 6: 96).

Lalu Dia jadikan tujuh langit da-lam dua masa; dan Dia beri tahukankepada tiap-tiap langit aturannya(hukumnya) masing-masing. DanKami hiasi langit yang terdekat (la-ngit dunia) dengan lampu-lampu(bintang-bintang) serta untuk perlin-dungan. Itulah hukum kepastian(taqdîr) Yang Mahamulia, Maha Me-ngetahui (Q., 41: 12).

Dan matahari beredar pada tem-pat yang tetap baginya. Itulah hukumkepastian (taqdîr) Mahamulia, MahaMengetahui (Q., 36: 38).

Di balik “pertanda”, “alamat”,atau “ayat” Allah dalam alam keseja-rahan manusia (alam sosial) ialah hu-kum-hukum “Tradisi Allah” (Sunna-tullâh) yang tidak akan berubah(pasti), namun punya variabel yangjauh lebih banyak daripada yang adapada hukum alam kebendaan (Taq-dîrullâh). Al-Quran memerintahkanmanusia untuk memerhatikan danmempelajari sejarah umat-umatyang telah lalu sebagai laboratoriumalam sosial kemanusiaan. Kajian se-jarah menghasilkan ilmu tentang

Sunnatullâh yang meliputi variabelyang sangat banyak (“ilmu sosial”).

Apakah belum menjadi petunjukbagi mereka (kaum kafir), berapabanyak Kami telah binasakan sebe-lum mereka generasi-generasi yangmereka (kaum kafir) itu lewati (be-kas-bekas) tempat tinggal mereka (ge-nerasi masa lalu) itu? Sesungguhnyapada yang demikian itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang berakalpikiran (Q., 20: 128).

Dan di antara tanda-tanda-Nyaialah penciptaan langit dan bumi,dan perbedaan bahasa dan warnakulit kamu. Sesungguhnya dalamyang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berilmu(Q., 30: 22).

Dan di antara tanda-tanda-Nyaialah tidurmu pada waktu malamdan pada siang hari, dan usaha kamumencari rezeki dari limpah karunia-Nya. Sesungguhnya dalam yang demi-kian itu terdapat tanda-tanda bagimereka yang bersedia mendengarkan(Q., 30: 23).

Tidakkah mereka perhatikan bah-wa Allah melapangkan rezeki danmenyempitkannya bagi siapa sajayang dikehendaki-Nya? Sesungguhnyadalam yang demikian itu terdapattanda-tanda bagi kaum yang ber-iman (Q., 30: 37).

Itulah Sunnatullah yang telah le-wat sebelumnya, dan engkau tidakakan dapati perubahan apa pun bagibagi Sunnatullah (Q., 48: 23).

Page 4: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

732 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Sesungguhnya telah lewat sebelumkamu sunnah-sunnah, maka me-ngembaralah kamu di muka bumi,kemudian perhatikanlah bagaimanaakibat mereka yang mendustakan ke-benaran (Q., 3: 137).

Maka mengapa mereka tidak me-merhatikan sunnah orang-orang ter-dahulu?! Engkau tidak sekali-sekaliakan dapati perubahan apa pun bagiSunnatullah, dan engkau tidak seka-li-sekali akan dapati pergantian apapun bagi Sunnatullah (Q., 35: 43).

GELOMBANG HELLENISMESEBUAH KEMESTIAN

Munculnya gelombang Hellenis-me di dunia Islam adalah sesuatuyang tidak bisa dihindarkan. Ia me-rupakan hasil wajar dari kegiatanpenerjemahan karya-karya YunaniKuno ke dalam bahasa Arab. Mes-kipun tampaknya telah dirintis se-jak zaman Bani Umayah di Damas-kus—misalnya, disebut-sebut Kha-lid ibn Yazid (w. 84 H/704 M), se-orang putra khalifah yang klaim ke-khalifahannya ditolak, telah mencu-rahkan perhatiannya kepada peng-kajian falsafah—tetapi gerakan pe-nerjemahan itu mencapai puncak-nya pada masa khalifah Al-Ma’mundi Bagdad yang menganut pahamMu’tazilah. Ke-Mu’tazilah-an Al-Ma’mun telah membuatnya “libe-

ral” untuk ilmu pengetahuan rasio-nal, dan kebijaksanaannya mendiri-kan Bayt Al-Hikmah (Wisma Keari-fan) sebagai pusat kegiatan ilmiahtelah menciptakan suasana yang su-bur di kalangan kaum Muslim ter-tentu untuk berkembangnya pemi-kiran spekulatif.

Di antara para failasuf Yunani,Aristoteles adalah yang paling mena-rik bagi orang-orang Islam. Dari dia,mereka mengambil terutama meto-de berpikir sistematis dan rasional,yaitu al-manthiq (logika formal), disamping biologi, ilmu bumi mate-matis, dan lain-lain. Mereka me-mandangnya sebagai “al-mu‘allim al-awwal” (guru pertama). Aristotelia-nisme, dengan begitu, menjadi bagi-an integral dari khazanah pemikiranIslam.

Tetapi, sesungguhnya, pemaha-man kaum Muslim terhadap pikiranguru pertama itu, secara keseluruh-annya, terjadi melalui teropongNeo-Platonisme, karena sebagianbesar lewat karya-karya para penafsir,khususnya karya-karya Plotinus danPorphyry. Salah satu karya kefalsa-fahan yang amat besar pengaruhnyapada dunia pemikiran falsafah Islamialah “Theologia Aristotelis”, sebuahkarya yang secara salah dinisbatkankepada Aristoteles, sedangkan sebe-narnya ia merupakan pengkalimatanlain dari sebagian buku Enneads, kar-ya Plotinus.

Page 5: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

733Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Oleh suatu sebab yang masihkurang jelas, kaum Muslim tidakmenyadari kedudukan Neo-Plato-nisme itu, meskipun nama Flutinusjelas disebutkan oleh Ibn Al-Nadim(w. 385 H/995 M) dalam karya en-siklopedinya, Al-Fihrist, dan digam-barkan oleh Syahrastani (w. 548 H/1135 M) dalam bukunya Al-Milalwa Al-Nihal sebagai Al-Syaykh Al-Yûnâni (Kiai Yunani). Porphyry le-bih-lebih lagi sangat dikenal kaumMuslim dengan bukunya, Isagogue.

Buku kedua yang paling berpe-ngaruh kepada pemikiran falsafah Is-lam ialah buku serupa (Neo-Plato-nis) yang kini aslinya hanya diketa-hui dalam bahasa Arab, Fî Al-KhayrAl-Mahdl, dan yang kemudian diter-jemahkan ke bahasa Latin menjadiLiber de Causis. (Ada dugaan bahwa pe-ngarangnya adalah orang Islam sendi-ri, kalau bukan orang Yahudi atau Kris-ten yang berbahasa Arab).

Tetapi boleh jadi bahwa kaumMuslim terdorong untuk mempela-jari dan menerima Neo-Platonismeitu terutama karena paham Ketu-hanannya memberi kesan Tauhid, se-bagaimana mereka tertarik untukmempelajari dan menerima ilmu lo-gika formal karena saat itu dapatdianggap suatu bentuk pengejawan-tahan perintah Al-Quran untukberpikir, seperti pembelaan IbnRusyd.

Unsur-unsur Neo-Platonismeyang menyusup ke dalam alam pi-

kiran Islam itu, baik yang sejalanataupun tidak sejalan dengan Al-Quran, seperti diringkaskan olehMajid Fakhry, berkisar pada “pene-gasan akan transendensi Asal Perta-ma (al-ashl al-awwal) atau Tuhan;emanasi segala yang ada dari-Nya;peranan akal sebagai perantara pen-ciptaan-Nya dan merupakan letakbentuk benda-benda serta sebagaisumber penerangan jiwa manusia;kedudukan jiwa pada perbatasandunia intelek dan sebagai sambu-ngan atau cakrawala antara duniaintelek dan dunia indra; serta sikapmerendahkan materi sebagai ciptaanatau emanasi paling hina dari YangMaha Esa dan tingkat paling bawahdalam susunan kosmis”. KarenaNeo-Platonisme itu, maka kosmo-logi para failasuf banyak dikuasaioleh paham pemancaran atau ema-nasionisme (Al-Faydlîyah), yang se-lanjutnya juga membekas dalam ba-nyak ajaran Sufisme.

Gelombang Hellenisme merupa-kan suatu pengalaman yang tercam-pur antara manfaat dan mudlaratbagi kaum Muslim, dan membuatmereka terbagi antara yang me-nyambut dan yang menolak. Res-pons mereka kepadanya bisa men-jadi ukuran kreativitas orang-orangIslam dalam menghadapi suatubentuk tantangan zaman.

Page 6: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

734 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

GELOMBANG KETIGAPERADABAN

Pembicaraan tentang perubahannilai yang timbul akhir-akhir inibiasanya dikaitkan dengan antisipasitentang apa yang sekiranya bakalterjadi pada masa-masa dekat iniketika umat manusia memasuki za-man informatika. Dikatakan orangbahwa zaman yang oleh AlvinToffler disebut sebagai “gelombangketiga” peradaban umat manusiaitu akan membuat bumi menjadiseolah-olah sebuah kampung ataudesa paguyuban (gemeinschaft) yangtransparan. Sebagai sebuah desa (se-ring disebut “desa buwana”, globalvillage), para penghuni bumi akansaling kenal, sekurangnya saling ta-hu, secara jauh lebih luas dan men-dalam daripada di masa-masa lam-pau. Dalam pola kehidupan yangmeliputi seluruh bola dunia (globe)itu pasti tidak terhindarkan adanyasaling memengaruhi antara berbagaibangsa dan masyarakat secara jauhlebih berarti daripada yang telahlampau. Globalisasi adalah pola ke-hidupan umat manusia yang tidakmungkin dihindarkan.

Jika kita melihat sejenak ke bela-kang, gelombang pertama perada-ban umat manusia tumbuh sekitarlima ribu tahun yang lalu olehbangsa-bangsa yang menghuni lem-bah sungai-sungai Efrat dan Tigris

(Furat dan Dajlah), dikenal denganMesopotamia (Lembah Dua Su-ngai), yaitu Irak. Dengan rintisanbangsa Sumeria, umat manusia me-masuki zaman pertanian, dan de-ngan begitu terbitlah fajar sejarahdunia (zaman sebelum itu disebutzaman prasejarah).

Selain Lembah Furat dan Dajlah,kawasan lain di muka bumi yangmenjadi tempat buaian peradabanumat manusia ialah Lembah SungaiNil yang dihuni oleh bangsa Mesir.Dengan peninggalan-peninggalanyang sampai saat ini masih dapatdisaksikan, bangsa Mesir Kuno me-wariskan kepada umat manusia ber-bagai segi peradaban yang sampaisekarang masih berlaku. Hampir se-mua segi peradaban umat manusiasekarang ini dapat dijejaki bibit-bi-bitnya ke belakang sampai ke za-man-zaman kedua bangsa kuno itu.

Sekalipun gelombang pertamaitu memengaruhi hidup kalanganamat luas umat manusia, namuntidak berarti bahwa seluruh bangsaatau masyarakat tanpa kecuali telahmengenalnya. Negeri kita terdiridari belasan ribu pulau, dan dalamsebagian besar pulau-pulau itu ter-dapat banyak pembagian sukudan kebudayaan. Karena itu, kitamemiliki kantong-kantong masya-rakat yang belum mengenal perta-nian seperti dirintis bangsa Sume-ria. Mereka itu biasanya kita sebut

Page 7: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

735Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sebagai masyarakat suku terasing.Mereka memang terasing, tidak sajadalam arti lingkungan hidup, tetapijuga dalam arti kebudayaan, mung-kin juga kejiwaan. Dan di muka bu-mi ini sungguh masih banyak ke-lompok masyarakat manusia yangmasih hidup da-lam masa “prage-lombang” Sume-ria itu.

Gelombangkedua peradabanumat manusia,yaitu zaman in-dustri, dimulaipertumbuhan-nya oleh Inggrispada abad ke-18. Jadi baru berlang-sung selama dua abad lebih saja.Sekarang ini dapat dikatakan ham-pir semua bangsa di dunia men-dambakan industrialisasi, sebagianberhasil dan sebagian tidak. Lebihdaripada gelombang pertama, polahidup gelombang kedua juga be-lum menjamah seluruh umat ma-nusia. Bahkan yang benar-benar te-lah memasuki gelombang kedua inijustru merupakan bagian kecil ma-syarakat manusia, yang terpusat pa-da bangsa-bangsa Eropa Barat,Amerika Utara, Australia dan Se-landia Baru, kemudian Jepang yangagaknya akan segera disusul olehKorea Selatan, Taiwan, dan Singa-pura. Negeri kita, Indonesia, seringdipandang sebagai potensial akan

menjadi industrial bersama denganMuangthai dan Malaysia. Tetapi da-ri ketiga negara itu Indonesia ada-lah yang paling terbelakang, denganperbedaan yang cukup besar, yangsementara ini belum terbayang da-pat mengejarnya.

Gelombangketiga peradabanumat manusia,zaman informa-tika, dilambang-kan oleh silikondan microchip,sebagai kompo-nen teknologi ke-cerdasan buatan(artificial intelli-

gence) seperti komputer dan lain-lain. Zaman informatika ditandaidengan mudahnya menjalin komu-nikasi timbal-balik antara berbagaikelompok umat manusia di seluruhpenjuru muka bumi. Meskipunmasih merupakan pola kehidupanyang sedang dalam proses awal per-tumbuhannya, gelombang ketigatelah memengaruhi pola hidupumat manusia secara luas dan jauh.

GELOMBANG PERADABAN,GLOBALISASI, DAN

PERUBAHAN SOSIAL

Salah satu kenyataan yang dapatkita amati dari sejarah ialah bahwa

Kemodernan bukanlah monopolisuatu tempat atau kelompok ma-nusia tertentu. Selalu ada ke-mungkinan bagi tempat-tempat dankelompok-kelompok manusia lainuntuk mengejar dan menyertainya.

Page 8: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

736 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

setiap kali muncul suatu gelombangperadaban, tentu ada dampak glo-balisasi, lambat atau cepat. Ketikabangsa Sumeria memperkenalkanpertanian dan ide tentang negara,pola budaya itu segera menyebar kebangsa-bangsa Semit di Timur Te-ngah dan bangsa Hamit di AfrikaUtara, kemudian memengaruhibangsa-bangsa Arya di Asia Tengah,khususnya bangsa Persia, dan darimereka ke bangsa-bangsa lain seper-ti bangsa-bangsa Eropa (dimulaidengan Yunani dan Romawi).Bangsa Arya yang menginvasi anakbenua India memperkenalkan polabudaya itu ke bangsa-bangsa setem-pat, seperti bangsa Dravida. Dandari bangsa India itulah pola buda-ya pertanian dibawa ke negeri kita(ingat nama Pulau Jawa yang bera-sal dari bahasa Sanskerta, Javadwipa,artinya pulau padi, berkat pertanianyang berkembang pesat di sana).Masih banyak alat-alat pertanian,seperti bajak (di Jawa dikenal se-bagai brujul dan singkal, yaitu alatuntuk membalik tanah agar dapatterkena sinar matahari sebagai usa-ha penyuburannya) adalah kelanju-tan langsung dari alat-alat pertani-an temuan bangsa Sumeria yangmenyebar ke seluruh muka bumi.Bahkan, konsep pembagian manu-sia menjadi kasta-kasta seperti padamasyarakat Hindu juga dapat dite-lusuri asal-usulnya pada konsep ke-masyarakatan bangsa-bangsa Meso-

potamia Kuno, berhubungan de-ngan organisasi pembagian kerjaantara penduduk kawasan itu dalamsistem kehidupan teratur pertamaberbentuk negara.

Pada zaman industri, proses glo-balisasi terlaksana secara jauh lebihcepat dan mendasar. Disebabkanoleh unsur ilmu pengetahuan danteknologi, globalisasi itu menjadisedemikian rupa dipermudahnyasehingga proses-proses perkembang-an yang dalam zaman agraria me-makan waktu selama berabad-abad,dalam zaman industri hanya selamapuluhan tahun saja. Jika bajak sa-wah sejak zaman Sumeria sampai se-karang di desa-desa Jawa hampir ti-dak mengalami perubahan kecualipeningkatan mutu logam mata ba-jak itu saja, maka dalam zaman in-dustri, sejak James Watt menemu-kan mesin uap sampai Neil Arm-strong menjejakkan kakinya di bu-lan terentang waktu hanya sekitardua ratus tahun saja. Demikian pu-la sejak ditemukannya radio sampaidengan pengembangan teknologikomunikasi sekarang ini, terentangwaktu yang relatif amat singkat me-nurut ukuran sejarah umat manu-sia.

Karena itu dikatakan bahwa per-ubahan di zaman pertanian adalahkeistimewaan dan terjadi hanya me-ngikuti deret hitung. Sedangkan pe-rubahan di zaman industri adalahsuatu kemestian dan terjadi meng-

Page 9: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

737Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ikuti deret ukur. Faktor deret ukuritu makin hari makin besar, sehinggakecepatan dan frekuensi perubahanpun semakin cepat hampir secara takterkendali. Jika grafik perubahan dizaman pertanian hanya membentuksebuah garis datar dengan derajattanjakan yang hampir-hampir taktampak dan sangat landai, maka gra-fik perubahan dalam masyarakat in-dustri membentuk garis dengan de-rajat tanjakan yang sedemikian ta-jam dan terjal.

Besaran dan kecepatan perubah-an itu lebih-lebih lagi amat terasa,dan akan semakin amat terasa, da-lam pola peradaban zaman informa-tika. Perubahan-perubahan yangdalam zaman pertanian berlangsungdalam jangka waktu ribuan tahun,dan dalam zaman industri dalamjangka waktu ratusan atau puluhantahun, dalam zaman informatikamungkin hanya dalam jangka wak-tu tahunan atau bulan saja. Peru-bahan-perubahan itu tidak mung-kin dielakkan, sekalipun barangkalidapat ditunda atau diperlambat. Se-bab mengelakkan atau apalagi me-nahan perubahan adalah samadengan menentang hukum sejarah.Membenarkan suatu pandanganyang diajarkan dalam agama bahwasegala sesuatu berubah kecuali DiriTuhan (Q., 28: 88), maka peruba-han dapat diharapkan terjadi danmeliputi segala segi kehidupan kita,termasuk tata nilai sosial.

Perubahan sosial akibat perkem-bangan suatu pola budaya ke polabudaya berikutnya merupakan per-soalan umat manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi terlalu ce-pat dan dalam skala besar akan me-nimbulkan berbagai bentuk krisis,baik pribadi maupun sosial. Gejala-gejala deprivasi relatif, dislokasi, dandisorientasi merupakan penyakitmasyarakat yang amat gawat akibatperubahan-perubahan sosial yangcepat dan besar itu. Penyakit masya-rakat itu dengan mudah sekali di-lihat dalam gejala-gejala kehidupandi kota-kota besar, tempat perben-turan paling langsung dan dahsyatberbagai pertumbuhan gelombangperadaban manusia.

Krisis akibat perubahan sosial da-pat berdimensi perorangan, sepertigejala kesehatan jiwa yang terganggupada banyak kalangan pendudukkota. Dapat pula berdimensi lebihbesar dengan dampak lebih gawat,seperti krisis politik dan kenegaraan.Beberapa “revolusi” yang terjadi akhir-akhir ini, seperti di Iran dan Aljazairserta di negara-negara Amerika Latin,dapat kita golongkan ke dalam bentukkedua dimensi krisis itu.

GENERALISASI DALAM ETOSKEILMUAN ISLAM

Generalisasi pada tingkat yangcukup tinggi di bidang nilai-nilai

Page 10: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

738 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kemasyarakatan, akan membuatsuatu nuktah ajaran menjadi bersi-fat mencakup semua pihak atau in-klusivistik, dan tidak terbatas hanyakepada pihak tertentu semata ataueksklusivistik, sehingga dapat di-tingkatkan menjadi suatu nilai na-sional atau universal, dan tidak se-mata milik nilai kelompok tertentusaja. Dengan begitu, suatu nuktahajaran akan lebih terjamin untukterlaksana, karena menjadi tang-gung jawab bersama dan didukungoleh kalangan luas. Contoh nilaiuniversal yang ada di negeri kita iniadalah ajaran musyawarah, suatuajaran Al-Quran yang sudah sangatterkenal. Pentingnya nilai musya-warah ini juga tecermin dalam uca-pan bijak dalam Islam, “Pangkal ke-bijaksanaan ada dalam musyawa-rah”. Kini musyawarah sudah men-jadi nilai nasional, dalam arti men-jadi milik bangsa dan disertai olehseluruh bangsa, yaitu bangsa Indo-nesia.

Dalam etos keilmuan Islam, ge-neralisasi itu antara lain mendorongpara sarjana untuk mencoba mema-hami ide dasar penetapan hukum(hikmat al-tasyrî’) dan mencari ala-san hukum (‘illat al-hukm, ratio le-gis) yang terwujud dalam kaidah-kaidah pokok yurisprudensi. Dalamrangka menumbuhkan dan me-ngembangkan etos intelektual kaumMuslim, adalah penting sekali me-mahami ini semua.

Relevan dengan etos ini ialah idedi kalangan para tokoh Syuriah NUbahwa mengikuti suatu mazhab, se-perti mazhab Syafi‘i, tidak hanyaterbatas pada pendapat-pendapat adhoc-nya (“qawlan”) melainkan lebihterfokus pada metodologinya (“man-hajan”). Metode berpikir seperti iniakan menghasilkan dinamika inte-lektual yang kreatif, bebas, dan res-ponsif terhadap tantangan zaman.

Jadi, etos ilmiah Islam yangmenjadi pangkal etos ilmiah mo-dern sekarang ini berawal dari si-kap-sikap memerhatikan dan mem-pelajari alam sekeliling kita, baikalam besar, yaitu jagat raya maupunalam kecil, yaitu manusia sendiridan kehidupannya. Kehidupan in-dividual dan sosialnya. Namun, ber-beda dengan etos ilmiah Barat se-karang ini, etos ilmiah Islam berto-lak dari rasa keimanan dan takwa,kemudian membimbing dan men-dorong orang ke arah tingkat ke-imanan dan takwa yang lebih tinggidan mendalam. Inilah yang dike-hendaki oleh Al-Quran dalam do-rongannya kepada umat manusiauntuk memerhatikan keadaan seke-lilingnya. Maka para sarjana, kaumintelektual atau ulama—kata ‘ula-

Page 11: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

739Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mâ‘ dalam bahasa Arab makna ge-neriknya sebagai ilmuan, scientist—adalah golongan masyarakat yangdiharapkan paling mampu meresapiketakwaan, karena itu juga palingtinggi dalam menampilkan tingkahlaku bermoral, beradab, dan berak-hlak. Inilah maksud ayat suci, Se-sungguhnya yang benar-benar bertak-wa kepada Allah dari kalangan parahamba-Nya ialah para ulama (il-muan, scientists) (Q., 35: 28)

Konteks penegasan yang amatpenting itu, untuk kita pikirkanbersama, adalah seperti dijelaskandalam Q., 35: 27-28, Tidakkah eng-kau perhatikan bahwa Allah menu-runkan air dari langit, kemudian de-ngan air itu Kami (Allah) hasilkanbuah-buahan dalam aneka warna.Dan di gunung pun ada garis-garisputih dan merah dalam aneka war-na, juga ada yang hitam kelam. De-mikian pula manusia, binatang me-lata dan ternak, semuanya juga ber-aneka warna. Sesungguhnya yang be-nar-benar bertakwa kepada Allahdari kalangan para hamba-Nya ialahpara ‘ulamâ’ (para ilmuan). Sesung-guhnya Allah adalah Mahamuliadan Maha Pengampun.

GENERATION GAP

Dengan menjalankan ajaran danpesan moral sesuai dianjurkan olehAl-Quran, maka tentunya tidak

akan muncul persoalan seperti yangada sekarang, yakni kenakalan rema-ja, kerusakan moral, atau gejala se-perti yang terjadi di negara-negaraBarat yang sangat populer dengansebutan generation gap, kesenjangangenerasi. Munculnya masalah gene-ration gap yang berwujud anak-anaktidak mau menaati perintah orang-tua yang dipandang kolot atau ke-tinggalan zaman, di antaranya dise-babkan ketidakmampuan kedua be-lah pihak melakukan komunikasi.

Oleh karena itu, orangtua jugaharus menyadari perkembangandan kemajuan zaman. Orangtua ha-rus menyadari bahwa zaman beru-bah dan berjalan. Dengan demiki-an, orangtua tetap dituntut bisamemberikan arahan dan tuntunanmoral yang baik.

Sebaliknya, seorang anak jugadianjurkan untuk terus mendoakankedua orangtuanya setiap saat. Iniadalah contoh dari komunikasi emo-sional dan spiritual dua arah. Doasederhana yang sering kita dengaradalah, “Ya Tuhan kami, sayangilahkedua orangtua kami sebagaimanamereka telah menyayangi kami wak-tu kecil.”

Dalam Islam, pendidikan anakjuga harus sudah diajarkan sejak di-ni lewat proses pembiasaan (habi-tuation), seperti pelatihan puasadan shalat meski usianya belummencapai akil balig. Bahkan adaanjuran agar pendidikan anak

Page 12: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

740 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dimulai sejak dalam kandungan(prenatal education), yaitu ibu-ba-paknya harus memperbanyak beri-badah, termasuk membaca Al-Quran. Adapun bacaan surat Al-Quran yang sering dipilih oleh ke-banyakan orangtua bagi anak dalamkandungan adalah surat Yûsuf danM a r y a m — k e -duanya merupa-kan simbolisasikepribadian yangsangat luhur, sa-leh dan salehah.

Dalam kon-teks ajaran meng-hormati dan ber-buat baik kepadaibu-bapak, dandatangnya hari raya Idul Fitri, makakita menemukan adanya budaya“sungkem”, khususnya dalam buda-ya Jawa. Budaya sungkem—me-minta maaf dengan menundukkanbadan di depan orangtua—tentu-nya jangan dikaitkan dengan kono-tasi menyembah atau bersujud ke-pada orangtua, melainkan sebagaisimbolisasi ketaatan seorang anakkepada ibu-bapaknya yang telahmembesarkannya.

GEOKULTURAL ORANG ARAB

Orang Arab, khususnya pendu-duk Makkah pada masa sebelum

Islam, mempunyai konsep geokul-tural yang sedikit-banyak sepadandengan yang lain. Mereka dahulu,seperti kebanyakan bangsa TimurTengah, menganut keagamaan pe-mujaan (dewa) Matahari, yang di-sebut “Syamas”. Mereka menyem-bahnya saat “dewa” itu menampak-

kan diri, yaitusaat matahariterbit di timur.Dalam posisi itudengan serta-merta merekamelihat diri me-reka berada dipusat jagat, de-ngan negeri-ne-geri di sebelah

kiri dan kanan mereka, masing-ma-sing di sebelah utara dan selatan.Mereka menyebut negeri sebelahutara itu dengan “Syam” (Kiri), me-liputi seluruh wilayah Syria, dan se-belah selatan dengan “Yaman” (Ka-nan), meliputi seluruh wilayah Ja-zirah Arab sebelah selatan. Dengansendirinya kota Makkah disebut se-bagai Umm Al-Qurâ (ibu negeri,metropolis), pusat dari semuanya.Pandangan geokultural orang ArabMakkah itu bertahan sampai seka-rang, dan nama-nama negeri Syamdan Yaman juga bertahan tanpa rasakeberatan.

Pandangan geokultural ArabMakkah ini adalah bagian dari

Page 13: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

741Ensiklopedi Nurcholish Madjid

gejala umum kultus matahari seba-gai “Sol Invictus” (Matahari yang takterkalahkan). Sisa kultus itu ialahpandangan hari pekan pertama seba-gai “Hari Matahari” (Sunday), yangberarti juga “Hari Tuhan” (Do-minggos). Sisa lainnya ialah kata-kata“orientasi” yang berarti “mencariarah”, dalam hal ini mencari arahtimur, arah matahari terbit.

Kaum Yahudi mungkin tidakmenganut paham geokultural, kare-na mereka tidak pernah berkuasaatas suatu negeri dan menguasaisuatu wilayah geografis secara berartidalam jangka waktu yang cukup la-ma. Tetapi mereka menganut pa-ham kultural-keagamaan yang sa-ngat dikotomis, yakni membagiumat manusia menjadi dua kelom-pok. Diri mereka sendiri sebagai“bangsa pengemban perjanjian (de-ngan Tuhan)” (B’nai B’rith—”TheChildren of the Covenant”). Sedang-kan semua manusia lainnya adalah“gentile”, tidak saja dalam arti“bangsa” seperti makna menurut as-linya dalam bahasa Ibrani, tapi jugadalam isyaratnya yang bernada me-rendahkan bangsa-bangsa selainbangsa Yahudi. Pada masa IsraelKuno mereka memandang semuaorang lain secara moral jahat dankotor. Kaum Mormon mengambilpandangan tersebut untuk menye-but selain mereka sebagai gentile.Dan sungguh menarik bahwa seba-

gian kaum Muslim India menyebutorang lain juga sebagai gentile.

Umat Islam memang juga mem-punyai pandangan geokultural dangeopolitik yang kurang lebih seban-ding. Pertama-tama ialah pembagi-an manusia secara garis besar men-jadi kaum “mu’min” (mereka yangpercaya kepada kebenaran, khusus-nya kebenaran Ilahi), dan kaum“kâfir” (mereka yang menolak kebe-naran). Jika kedua istilah itu masihberada dalam lingkup pandangankeagamaan, maka istilah-istilah“Dâr Al-Islâm” (Negeri Islam) atau“Dâr Al-Salâm” (baca: “Darussa-lam”—”Negeri Damai”) berhada-pan dengan “Dâr Al-Harb” (“NegeriPerang”) jelas merupakan pandang-an geokultural dan geopolitik. Pan-dangan itu muncul dengan kuatketika Islam mulai mengalami ke-jayaan di bidang politik dan militer,tidak lama setelah wafat Nabi Saw.

Selanjutnya, umat manusia barusaja terbebaskan dari tatanan duniayang secara geopolitik dibagi men-jadi dua, yaitu “Dunia Bebas” dan“Dunia Komunis”. Memang, adausaha untuk menetralkan pandang-an geokultural yang mengancamitu, dengan diperkenalkannya pe-ngertian “Dunia Ketiga”, bersamadengan “Dunia Pertama” (“DuniaBebas”) dan “Dunia Kedua” (“Du-nia Komunis”). Usaha yang dipe-lopori Indonesia berpengaruh besar

Page 14: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

742 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sekali pada suasana geopolitik glo-bal, namun konsep dikotomis “Du-nia bebas” dan “Dunia Komunis”tetap dominan, sampai runtuhnya“Dunia Komunis”.

GEORGE W. BUSH

George W. Bush mengalami ke-menangan (dalam pemilihan presi-den masa jabatan yang pertama)berkat Islam. Di Amerika, ada 7 ju-taan orang Islam. Diam-diam di sa-na tumbuh masyarakat Islam terbe-sar di belahan bumi Barat, dan ber-kembang sepuluh kali lipat daripa-da agama-agama lain. Nah, ketikapemilihan presiden berlangsung, la-wan Bush saat itu adalah Al Goreyang membuat kesalahan fatal: diamenunjuk orang Yahudi untuk ba-kal wakil presiden. Maka orang Is-lam terdorong untuk membuatKonferensi Na-sional Amerika,ISNA, Islam So-ciety of North Ame-rica. Keputusan-nya ialah semuablok Islam me-ngarahkan suara-nya ke Bush. Ja-di, Bush menangkarena dukungan orang Islam.Dalam pidato pelantikannya Bushmenyebut bahwa sejak sekarang iniAmerika didirikan di atas gereja, si-

nagog, dan masjid. Maka, ironisbahwa terjadi peristiwa 11 Septem-ber ketika minat kepada Islamsangat tinggi di Amerika. Salah sa-tu indikasinya adalah banyaknyaorang masuk Islam dan orang Islamdi sana semakin diproteksi. Jadi ma-syarakat Amerika sekarang ini, teru-tama para politisinya, sangat pro-tektif kepada Islam.

GERAK PENDULUMPESISIR PEDALAMAN

Sifat dasar budaya pola pesisiradalah terbuka dan egalitarianisme.Karena itu, dukungan linguistikdan kultural kepada wawasan kene-garaan dalam budaya serupa itu adapada jiwa dan watak dasar bahasa

Melayu, khu-susnya setelahmengalami Isla-misasi, dan ti-dak dalam baha-sa-bahasa lain diNusantara ini.Jadi, keputusanuntuk memilihbahasa Melayu

sebagai bahasa nasional tidak sajamerupakan keputusan kebahasaan,tapi juga keputusan kebudayaandan wawasan sosial-politik. Ha-

“Yang dinamakan kebaikan ituadalah budi pekerti yang luhur.Dan dosa ialah sesuatu yang ter-betik di dalam hatimu dan kamutidak suka orang lain tahu.”

(Hadis)

Page 15: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

743Ensiklopedi Nurcholish Madjid

silnya ialah wawasan-wawasan mo-dern kebangsaan dan kenegaraanIndonesia sebagaimana secara resmitermuat dalam UUD 45, terutamamukadimahnya, dan juga batang tu-buhnya. Jadi, sesungguhnya konsepkenegaraan Indonesia dan budayaKeindonesiaan itu sendiri dibuatberdasarkan semangat budaya polapesisir yang lebih demokratis, bukanbudaya pedalaman yang feodal.

Namun, dengan sendirinya bu-daya pola pesisir berkembang bukantanpa tantangan. Seperti hancurnyaSriwijaya di Sumatra yang kemudiandilanjutkan dengan Mataram Kunodi Jawa Tengah, dan runtuhnya Ma-japahit di Jawa Timur yang kemu-dian dimetamorfosekan secara berli-ku-liku dan muncul menjadi Mata-ram (kedua), juga di Jawa Tengah,tarik-menarik antara pola pesisir danpola pedalaman itu terus berlang-sung dalam masa Indonesia Merde-ka. Meskipun secara serempak Indo-nesia dirancang sebagai sistem poli-tik gaya budaya pola pesisir (antaralain melalui bahasa Melayu dicer-minkan dalam hampir semua no-menklatur perpolitikan kita yangdipinjam dari bahasa Arab), namunsetiap kali terjadi usaha konsolidasipemerintahan maka terjadi sema-cam pergeseran wawasan budaya da-ri pola pesisir ke pola pedalaman. Se-cara simbolik, pergeseran itu tecer-min dalam dipaksakannya istilah-is-tilah sosial-politik dan kenegaraan

yang diambil dari bahasa Sanskerta,seperti jelas pada nama-nama hadiahnasional semisal istilah “Sam karyanugraha”, dan lain-lain.

Hal ini mempunyai logikanyasendiri, yaitu karena dari keduapola budaya itu, kalangan pen-dukung pola pedalaman lebihmempunyai kesiapan menjalankankekuasaan pemerintahan melaluibirokrasi dan administrasi ke-negaraan. Para pendukung budayapola pesisir umumnya, diukur daristandar pendidikan modern (ko-lonial), tingkat kemampuan teknisbirokratik dan administratifnya ren-dah. Maka pada setiap kali proseskonsolidasi republik mereka dengansendirinya “tidak dapat ikut serta”,bahkan sengaja disingkirkan me-lalui proses diskualifikasi. Karenaproses-proses tersebut, maka saat inikita sedang menyaksikan sebuah In-donesia yang dalam banyak hal di-dominasi oleh budaya pola pedalam-an. Gejala diperkenalkannya kemba-li unsur-unsur pandangan hidupfeodal—seperti dapat disaksikan pa-da “budaya kantor” atau “budayapejabat” kita, dan yang secara men-colok dipamerkan dalam semangatupacara-upacara resepsi perkawinanadat yang mewah dan mahal—ada-lah bagian dari hasil tarik-menarikantara kedua pola dengan keme-nangan pola pedalaman. Dinilai darisudut pertimbangan aspirasi paraperintis republik, dominasi budaya

Page 16: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

744 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

pola pedalaman itu dapat dipan-dang sebagai suatu bentuk penyim-pangan. Karena itu juga dirasakansebagai tidak sejalan, kadang-kadang bahkan bertentangan, de-ngan naluri kebangsaan yang lebih“orisinal” Indonesia, berdasarkanbudaya pola pesisir. Dengan katalain, dominasi unsur feodal daribudaya pola pedalaman adalahsuatu anomali bagi wawasan dan ci-ta-cita Keindonesiaan.

Sudah tentu pertumbuhan Kein-donesiaan tidak berhenti pada tahapperkembangan itu. Pendulum ma-sih terus berayun ke kanan dan kekiri, dengan ekses ekstremitas-eks-tremitas yang kerap kali kuat terasa.Jika pada ujung salah satu dari eks-tremitas gerak pendulum itu sedangtampil reintroduksi unsur-unsurfeodalisme yang hierarkis, maka pa-da ujung lainnya kita kini sedangmenyaksikan langkah-langkah ofen-sif bahasa nasional—bahasa Indone-sia yang berdasarkan bahasa Melayuitu—untuk mengikis hampir habisperan kultural bahasa-bahasa daerah.Dalam hal ini bahasa Jawa adalahyang paling menderita, sehingga ba-hasa itu kini sedang dalam proses ke-matiannya. Dan jiwa demokratikbahasa nasional itu juga secara pe-lan-pelan namun cukup pasti se-dang berproses untuk melumatkanpola-pola pedalaman yang feodalis-tik dalam “budaya kantor” dan “bu-daya pejabat”. Jadi terdapat banyak

indikasi yang menjadi alasan kuat op-timisme mereka yang punya perha-tian (dan keprihatinan) kepada Ke-indonesiaan modern (yang biarpun“modern” tapi justru “asli” Indonesiasejak masa perintisan kemerdekaan).Perkembangan inilah yang saat-saatini sedang kita saksikan, ekspresikeluarnya berbentuk gejala-gejalasosial-politik seperti tuntutan orangbanyak untuk dapat berpartisipasisecara lebih luas dalam proses-prosespengambilan keputusan, dambaankepada tertib hukum yang lebihdapat diandalkan dan predictable,pemberantasan korupsi dan kolusi,penegakan hak-hak asasi manusia,pemberdayaan rakyat dan wakil-wa-kil mereka, pelaksanaan kebebasan-kebebasan asasi (kebebasan menya-takan pendapat, berkumpul, danberserikat), percepatan laju demo-kratisasi dan pelaksanaan nilai-nilaidemokratis, dan seterusnya.

GERAKAN KEMBALI KEPADAAL-QURAN DAN HADIS

Setelah Al-Quran, Hadis mem-punyai peran yang sangat pentingdalam sejarah perkembangan Islam,khususnya di bidang pemikiran.Hampir seluruh umat Islam seka-rang ini memandang bahwa sumbermemahami ajaran Islam ialah Al-Quran dan Hadis. Pandangan inimenguat dengan sangat kentara

Page 17: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

745Ensiklopedi Nurcholish Madjid

oleh adanya gerakan-gerakan pe-murnian atau pembaruan. Paratokoh pemurnian dan pembaruanitu umumnya memulai gerakannyadengan seruan kembali kepada Al-Quran dan Hadis, atau kepada Al-Kitab dan Sunnah. Di balik seruanitu terdapat pengertian bahwapemahaman dan pengalaman Islammenurut sebagian (besar) kaumMuslim sekarang ini sudah tidakmurni, dan telah menyimpang dariAl-Kitab dan Sunnah. Dari sudutpandang itulah kita harus me-mahami makna seruan kembalikepada Al-Quran dan Ha-dis (Sunnah).

Kita meng-gunakan istilah“gerakan” karenamemang kegia-tan sekitar Hadismerupakan sua-tu gerakan yangdinamis. Etos itumenyangkut usaha pengumpulan,penulisan atau pembukuan, penya-ringan dan penggunaan bahan-bahan Hadis sebagai sumber ajaranIslam, khususnya di bidang hukum.Gerakan itu bersifat dinamis, kare-na terjadi dalam konteks usahaumat Islam pada awal pertumbuh-annya ketika mengadakan konso-lidasi, baik politik maupun ke-agamaan. Dan konsolidasi itudengan sendirinya mengandung

unsur-unsur ketegangan setuju-tidak setuju, sejalan dengan ke-kuatan tarik-menarik antara ber-bagai kelompok kepentingan yangada saat itu.

GERAKAN KULTURALMUHAMMADIYAH

Dalam konteks perintah ber-zakat, jangan sampai zakat hanyamenjadi ritus yang kosong: mem-punyai aspek kesucian tetapi tak

punya efek ke-pada perbaikanmasyarakat. Disini mungkin re-levan untuk ber-bicara tentangperlunya para pe-lopor atau sosokyang dapat mem-berikan solusiatas kebutuhan-

kebutuhan masyarakat. Tetapi itutidak cukup kalau hanya satu-duaorang, sehingga diperlukan adanyasuatu gerakan. Muhammadiyah,dalam hal ini, merupakan contohgerakan sosial yang berhasil mem-berikan solusi. Tidak heran ketikaorganisasi ini lahir, yang pertamakali didirikan adalah lembaga pen-didikan (HIS). Sebab, menurutKiai Ahmad Dahlan, yang dibutuh-kan waktu itu adalah sosial-pen-

Page 18: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

746 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

didikan, bukan politik. Hal itu me-mang menimbulkan kontroversi,karena saat itu sedang ditanamkanpolitik nonkooperatif, dan secaratiba-tiba Ahmad Dahlan maubekerja sama dengan Belanda.

Pemerintah Hindia Belandawaktu itu sangat berterima kasihkepada Muhammadiyah, sampai-sampai mereka menerbitkan pe-rangko Muhammadiyah. Ternyata,dalam jangka panjang, kontribusiyang dilakukan Ahmad Dahlanjauh lebih fundamental diban-dingkan gerakan politik. Apa yangdilakukan Ahmad Dahlan itulahyang disebut dengan gerakan kul-tural. Tetapi, meskipun bersifatkultural, implikasinya sangat luas,termasuk ke wilayah politik. De-ngan kata lain, politik itu hanyaimplikasi saja. Seandainya tidak adagerakan semacam Muhammadiyah,niscaya pada saat negeri ini dipro-klamasikan pada 1945, umat Islammasih keteteran. Berkat adanyaMuhammadiyahlah, walaupunterbatas, sudah tersedia orang-orangyang ahli.

GERAKAN WAHABI

Di Saudi Arabia tidak ada per-ingatan Maulid Nabi, dan memangtidak diperbolehkan. Mereka meng-anut satu paham yang secara po-puler disebut Wahabi, tetapi mereka

sendiri menyebutnya paham salaf.Disebut Wahabi karena pahamtersebut dipimpin dan dirintis olehseorang bernama Muhammad ibnAbdul Wahhab. Tentu saja merekasendiri (orang-orang Arab itu) tidaksuka disebut Wahabi. Bahkanpenyebutan demikian bagi merekamerupakan suatu ejekan yangmenyakitkan. Sama dengan orangIslam tidak suka penyebutanMohammadenism yang diberikanoleh orang Barat. Aliran salaf secarageneologis berasal dari Ahmad ibnHanbal yang kemudian dikem-bangkan oleh Ibn Taimiyah, dandari Ibn Taimiyah kemudian me-rambah ke Muhammad ibn AbdulWahab, seorang tokoh ulama dariNejd yang berkoalisi dengan ke-luarga amir dari Riyadh, yaituAbdul Aziz Al-Su’ud. Koalisi itulahyang kemudian menghasilkan ne-gara Saudi Arabia.

Di balik ide tentang Saudi Ara-bia ada satu paham yang sangatpenting untuk diperhatikan, yaitupaham Wahabi yang dampaknyasangat besar dan merambah kemana-mana. Dampak yang sangatterasa di Indonesia ialah lahirnyagerakan-gerakan pembaruan sepertiyang dirintis oleh Haji Miskin diPadang. Dari Padang menyebar lagike Jawa dengan mengambil ber-macam-macam bentuk. Muham-madiyah, Persis, Al-Irsyad, dan lain-lain, sebetulnya sedikit banyak me-

Page 19: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

747Ensiklopedi Nurcholish Madjid

rupakan kelanjutan dari pahamtersebut. Ciri paham Wahabi yangpaling mudah terbaca ialah, semen-tara seluruh dunia Islam penuh de-ngan bangunan-bangunan kuburanyang sangat megah, di Saudi Arabiajustru tidak ada sama sekali karenasemua kuburan diratakan dengantanah kecuali kuburan NabiMuhammad Saw.

Semula, kuburan Nabi juga maudiratakan dengan tanah, tetapi wak-tu itu Turki Utsmani yang masihsangat kuat (secara militer) meng-ancam bahwa kalau sampai hal ituterjadi, maka Saudi Arabia akandiserbu oleh seluruh dunia Islam.Berkat ancaman Turki Utsmani itu,maka kuburan Nabi selamat dansampai sekarang masih bisa kitasaksikan dengan kubah hijaunyayang anggun sehingga disebut kub-bat al-khadlrâ’ yang merupakanwarisan dari Turki. Perlu diketahuipula bahwa masjid Madinah bagianlama itu semuanya adalah bangun-an orang Turki. Itulah sebabnyaTurki memiliki sentimen yangsangat kuat untuk mempertahan-kan Masjid Madinah, termasukkuburan Nabi. Karena itu, SaudiArabia dengan gerakan Wahabinyayang radikal itu pun tidak berhasilmeruntuhkan kuburan Nabi. Pada-hal dalam pandangan orang-orangWahabi, kuburan Nabi sama sajadengan kuburan yang lainnya.

GEREJA KIAMAT

Gereja Kiamat, yang terdapat diYerusalem, bahasa Arabnya KanîsatAl-Qiyâmah. Kenisah itu bahasaArab tapi juga bahasa Ibrani, yangartinya gereja, tempat pertemuanuntuk beribadah. Dan Qiyâmah disini bukan berarti kiamat sepertiyang kita pahami dalam istilah harikiamat. Arti qiyâmah itu bila di-kembalikan kepada bahasa aslinya,artinya “Kebangkitan Kembali”.

Mengapa orang-orang Kristenmenyebut gereja tersebut GerejaKiamat? Karena mereka percaya,bahwa di situlah dulu Nabi Isa di-kubur, setelah disalib sampai mati,dan tiga hari kemudian bangkitkembali naik ke langit. Hari itulahyang biasa diperingat hari Kebang-kitan Isa Al-Masih.

Jadi, Kanîsat Al-Qiyâmah adalahgereja yang didirikan di tempatyang oleh orang Kristen dipercayasebagai tempat bangkitnya NabiIsa ke langit. Tapi, orang-orangBarat lebih suka menyebut gerejatersebut Holy Spulchure, yang arti-nya Gereja Keluarga Suci, mak-sudnya keluarga Nabi Isa, yaituMaryam, ibunya, dan adik-adiknyaseperti Thomas, yang juga dikuburdi tempat itu. Orang-orang Arabyang bukan Kristen menyebutnyaKanîsat Al-Qumâmah, dengan ke-san meledek, karena Qumâmah ituartinya sampah. Sebab, dulu tem-

Page 20: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

748 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

pat itu memang menjadi pem-buangan sampah.

GEREJA VS ILMU PENGETAHUANDI BARAT

Di Eropa, si-kap tidak ber-sahabat terhadapagama mulai te-rasa sangat kuatoleh adanya arusilmu pengetahu-an Islam yangmasuk ke sana.Karena unsur-unsur ilmu pengetahuan rasional(al-‘ulûm al-‘aqlîyah) itu datang daridunia Islam(yang menurut merekaadalah “dunia kafir”) yang memangsulit dicarikan kaitan organiknyadengan ajaran gereja saat itu, makapertikaian antara ilmu dan agamadi Barat tidak sepenuhnya dapatdihindarkan. Perbenturan antaragereja dan ilmu pengetahuan dariIslam itu digambarkan dalam se-buah novel dokumenter, The Nameof the Rose oleh penulis terkenal,Umberto Eco. Novel itu melibat-kan seorang biarawan muda, Adso,dan gurunya, William dari OrdoFransiscan (ordo yang banyakdipengaruhi oleh ajaran kesufianIslam). Mereka berdua terlibatdialog tentang isi sebuah per-

pustakaan besar milik Ordo Be-nedictine di Melk, Italia, padatahun 1327. Di dalamnya terdapatbuku-buku beraneka ragam, antaralain buku-buku ilmu pengetahuandari dunia Islam, bahkan KitabSuci Al-Quran. Pemimpin biara

Benedictine itumenggolongkanbuku-buku ilmupenge t ahuan ,bersama denganAl-Quran, ke da-lam kelompokbuku-buku ajar-an palsu, dan di-letakkan dalambagian yang me-

muat buku-buku dongeng seperticerita tentang binatang unicorn,seekor binatang mitologis di ka-langan bangsa-bangsa Barat.

Pertentangan antara ilmu daniman di Barat itu akhirnya dise-lesaikan dengan memisahkan antarakeduanya, mengikuti anggapan bah-wa memang ada kebenaran ganda(double truth) yang tidak dapat di-damaikan, yaitu kebenaran keiman-an (agama) dan kebenaran keilmu-an (falsafah). Para pemikir Eropasaat itu mengaku bahwa pandangantentang kebenaran ganda tersebutberasal dari Ibn Rusyd (Averroes).Ini, menurut pembuktian para ahlisejarah pemikiran di Barat sendiri,merupakan kesalahpahaman terha-dap failasuf Muslim pembawa pa-

Maka barang siapa timbangannya(amal kebaikannya) berat, akanhidup bahagia. Tetapi barang siapatimbangannya (amal kebaikannya)ringan, maka tempat tinggalnyalubang yang paling dalam ....

(Q., 101: 6-11)

Page 21: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

749Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ham rasionalitas ke Eropa. Sebabsesungguhnya Ibn Rusyd tidakmengajarkan tentang dua kebenaranyang terpisah dan tidak dapat di-damaikan. Ia hanya mengajarkan,seiring dengan pandangan yangumum di kalangan para failasufMuslim, bahwa kebenaran adalahtunggal adanya, namun kemampu-an manusia memahaminya ber-beda-beda setaraf dengan kapasitasinteleknya, yaitu pemahaman ra-sional (falsafî, burhani) yang adapada kaum khawas (al-khawâshsh)dan pemahaman retoris yang adapada kaum awam (al-‘awwâm),kemudian menengahi antara ke-duanya ialah pemahaman dialektiskalangan teolog (mutakallimûn). DiEropa, yang terjadi kemudian ialahpemisahan antara dunia keimanandan dunia keilmuan, yang merupa-kan salah satu pangkal pahamkeduniawian (sekularisme) Baratsekarang ini.

GEMA AL-GHAZALI

Bagi sebagian besar kaum Mus-lim, membicarakan Imam Al-Gha-zali bagaikan mengunjungi orang-tua yang telah lama dikenal, namuntetap menyimpan sebuah rahasia,jika tidak dapat disebut misteri.Namun tokoh itu sudah menjadibuah bibir harian kalangan santri,

dengan perasaan akrab yang tidakdibuat-buat, namun tidak semuaorang dapat membeberkan dengancukup mantap siapa sebenarnyatokoh dunia itu. Salah satu kar-yanya, Ihyâ’ ‘Ulûm Al-Dîn (Meng-hidupkan kembali Ilmu-Ilmu Aga-ma) mengisi rak buku setiap santriyang cukup “advanced” dan saleh,tapi sedikit sekali yang tahu ba-gaimana ia terlibat dalam polemikterbesar dalam sejarah pemikiranumat manusia, yaitu polemik pos-thumous (pascakematian)-nya de-ngan Ibn Rusyd berkenaan denganmasalah-masalah tertentu dalamfilsafat.

Al-Ghazali memang tidak per-nah lepas dari pertimbangan siapapun yang berusaha memahami aga-ma Islam secara luas dan menda-lam. Ia terkait erat dengan proseskonsolidasi paham Sunni di luarmazhab Hanbali (yang meskipunSunni, tapi tidak sepenuhnya me-nerima pikiran-pikiran Al-Ghazali).Dan karena di bidang fiqih Al-Ghazali menganut mazhab Syafi’i,maka nama pemikir besar itu lebih-lebih lagi tidak dapat dilepaskandari dunia pemikiran dan pema-haman Islam di Indonesia yangdikatakan bahwa seluruh kaumMuslim Indonesia bermazhab Sya-fi’i.

Nama lengkap tokoh kita iniadalah Abu Hamid ibn Muham-mad ibn Muhammad Al-Tusi Al-

Page 22: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

750 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Syafi’i Al-Ghazali. Ia juga dikenalsebagai Abu Hamid Al-Ghazali,suatu nama yang sering digunakanoleh Ibn Rusyd untuk merujuk ke-padanya. Ia dilahirkan pada 450 H/1058 M di Tus, sebuah kota kecildi Iran, dari kalangan keluargaulama. Jadi, ia dibesarkan dalamsuasana yang ak-rab dengan ke-giatan ajar-me-ngajar ilmu-ilmuagama, juga ba-hasa Arab. Ka-rena itu, ia me-nuangkan hampirseluruh karyanyadalam bahasaArab, sama de-ngan kebanyakan para sarjana danilmuwan dunia Islam saat itu(seperti Al-Biruni, yang meskipunhidup dan dibesarkan dalam ling-kungan budaya Persi namun hanyamenulis dalam bahasa Arab, bahkankonon “mengharamkan” menulisdalam bahasa lain). Tapi ia jugameninggalkan karya-karya dalambahasa Persi. Karyanya yang ber-judul Nashîhat Al-Muluk (NasihatRaja-Raja) tergolong karya sastraPersi yang paling indah (sekalipunjudul kitabnya sendiri dalam bahasaArab). Al-Ghazali wafat pada 505H/1111 M.

Sehubungan dengan peran tokohkita itu, patut diingat bahwa kawa-san Persia (atau Iran sekarang) di ma-

sa Al-Ghazali masih bermazhabSunni (Ahl Al-Sunnah wa Al-Ja-mâ‘ah), belum menjadi Syî‘ah. Yangmenjadikan Persia bermazhab, Syî‘ah,menurut sebagian ahli sejarah, ialahdinasti Syafawiyah (berkuasa 907-1145 H/1507-1732 M). Rajanyayang pertama menggunakan paham

Syi‘ah sebagaiideologi mengha-dapi lawan-la-wannya dari ka-langan sesama Is-lam (dinasti Mo-ghul di India danUtsmaniyah diTurki) yang ber-paham Sunni. Ta-pi di masa Al-

Ghazali nasionalisme Persia sudahmulai tampil dalam bentuk gerakan(Syu‘ûbîyah) yang dipelopori olehpujangga Persi terkenal, Firdawsi(Abu Al-Qasim Mansur, 328-411H/940-1020 M). Dengan demiki-an, Al-Ghazali hidup dalam suasanadunia Islam yang sudah mulai kehi-langan kosmopolitannya dan mulaiterpecah-pecah menurut garis pa-ham keagamaan (mazhab), kesuku-an, kebahasaan, kedaerahan, danlain-lain.

GHIBAH

Kata ghibah (Arab: ghîbah) satuakar dengan kata ghayb, artinya

Page 23: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

751Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tidak ada. Ghibah ialah membicara-kan keburukan orang ketika orangitu ghayb (tidak ada) dari kita.Orang yang melakukan ghibahdiumpamakan Al-Quran samaseperti memakan bangkai saudara-nya sendiri. Mengapa demikian?Karena bangkai, jangankan cuma“dikata-katai”, dimakan, dan diten-dang pun dia tidak bisa membeladiri. Demikian juga kalau orang itutidak ada di depan kita, dan di-bicarakan keburukannya, makaorang itu tidak bisa membantahdan melawan, dan karena itu kitamenempatkannya bagaikan bangkai.Karena kezaliman ghibah sedemi-kian rupa, maka Rasulullah dalamperjalanan Isra-Mi’raj melihat adaorang yang disiksa begitu rupa,bibirnya tumbuh besar sekali, adayang mengatakan sebesar rumah,sebesar gunung, dan sebagainya.Tapi, kemudian dia menghancurkansendiri bibirnya itu. Kemudiantumbuh lagi, dihancurkan lagi,tumbuh lagi, dihancurkan lagi.Begitu seterusnya. Kemudian Nabibertanya kepada Jibril, “Apa dosaorang itu?” Dosa orang itu adalahghibah. Banyak sekali terjadi keru-sakan masyarakat akibat back baiting(serangan belakang) dan pengum-patan. Ini semuanya adalah penya-kit hati.

GLOBALISASI

Jika globalisme merupakan ke-mestian yang tak terhindarkan, me-ngapa harus dihadapi dan disong-song dengan agama? Jika masalah-nya ialah kemanusiaan universal,mengapa tidak didekati melaluiintroduksi langsung sebagai per-soalan kemanusiaan umum saja,atau, misalnya, sebagai “agamatanpa wahyu” menurut pengertiankaum humanis Barat yang menolakagama formal seperti Julian Huxley.Apalagi paham-paham kemanusia-an atau humanisme yang berkem-bang di Barat dan kini menjadisumber “berkah” untuk seluruhumat manusia, selalu dimulai dandikembangkan oleh tokoh-tokohpemikir yang menolak agama, atautak acuh kepada agama, atau mem-punyai konsep sendiri tentangagama dengan akibat menolakagama-agama formal. Misalnya,Thomas Jefferson yang mengakumenganut Deisme, Unitarianisme,dan Universalisme, suatu pahamketuhanan pribadi yang berbedadari ajaran agama-agama formalyang dia kenal saat itu di Amerika.

Situasi berhadapan dengan “pe-nanyaan” (questioning) yang miripdengan itu juga pernah secarapribadi penulis alami segera setelahdiberi kehormatan dan kesempatanmembaca ceramah “Maulid Nabi”di Istana Negara pada tahun 1985.

Page 24: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

752 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Beberapa cendekiawan terkemukaIndonesia menyatakan penghargaanmereka yang tinggi kepada isi“Maulid Nabi” saya, dan me-mujinya sebagai pemaparan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.Namun demikian, mereka membericatatan dalam bentuk pertanyaan(atau “penanyaan”): “Mengapaagama? Mengapa nilai-nilai ke-manusiaan universal itu harus di-nyatakan dalam ungkapan-ung-kapan keagamaan? Mengapa harusdi-”bungkus” dan disajikan dalamsimbol-simbol, jargon-jargon,idiom-idiom, dan fraseologi ke-agamaan?” Dan seterusnya.

Mengingat situasi global umatmanusia dalam kaitannya denganpersoalan keagamaan di zamanmodern yang didominasi oleh Baratdengan segala paham yang ber-kembang sekarang ini, maka sikappenuh pertanyaan serupa itu adalahsangat wajar. Tetapi, jawaban ataspertanyaan serupa itu kini barang-kali menjadi sedikit lebih mudah,disebabkan oleh kemungkinaninterpretasi dan konklusi darikenyataan bangkrutnya sistemEropa Timur.

GLOBALISASI DAN MORALITAS

Menghadapi era globalisasi,yang lebih dikenal dengan era global

village, atau desa buana, arti pentingmoral sebagai landasan yang uni-versal perlu disebarluaskan dan di-masyarakatkan. Perspektif atau pe-mahaman globalisasi yang ada seka-rang ini sebenarnya lebih tepat di-katakan sebagai gerakan Amerika-nisasi, yang konotasi sesungguhnyalebih banyak pada hal-hal yangbersifat lahiriah atau material.

Globalisasi dalam perspektifIslam, pada sisi lain, justru ditekan-kan pada arti penting universalismenilai-nilai transenden seperti moral,kebenaran, keadilan, dan kejujuran.Untuk itu, umat Islam harus me-nyiapkan dan menanamkan moralatau akhlak yang tinggi kepadagenerasi muda serta memberikanharapan-harapan positif sejalandengan pengertian takwa. Era glo-balisasi yang dikatakan di dalamnyaterjadi persaingan yang sangat ketat,tidak boleh menjadikan generasimuda pesimis, karena moral atauakhlak juga merupakan hal yangpaling penting. Selain itu, perlujuga dikembangkan cara berpikirmereka yang benar bahwa kebaha-giaan yang sesungguhnya adalahkebahagiaan ruhaniah atau kondisibatin (state of mind).

Sikap berputus asa atau putusharapan—seperti yang dikatakandalam Kitab Suci Al-Quran, … danjanganlah kamu berputus asa darirahmat Allah: tak ada orang yangberputus asa dari rahmat Allah

Page 25: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

753Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kecuali golongan orang tak beriman(Q., 12: 87)—menjadi ciri orang ka-fir yang tidak memercayai kebesarandan kekuasaan Allah Swt. Karena itu,perlu ditanamkan sikap berpeng-harapan melalui bersyukur. Ber-syukur mengandung pengertian ber-prasangka positif terhadap Allah Swt.bahwa Allah pas-ti dapat melaku-kan apa saja yangDia kehendaki.Dengan sikapsyukur tersebut,sebenarnya jus-tru kita sedangmendapatkantambahan rah-mat, seperti di-katakan dalamAl-Quran, Dan ingatlah tatkalaTuhanmu memaklumkan, “Jikakamu bersyukur, Aku akan memberitambahan (karunia) kepadamu,tetapi jika kamu tidak bersyukur,sungguh azab-Ku dahsyat sekali” (Q.,14: 7).

GODAAN BERPUTUS ASA

Godaan untuk mempunyai pe-rasaan putus asa memang ada padasetiap orang. Bahkan, Nabi Mu-hammad sendiri pernah mengalamihal semacam itu. Dia merasa di-tinggalkan oleh Tuhan, dan merasa

bahwa Tuhan tidak peduli lagiterhadapnya. Ia kemudian diteguroleh Allah, yaitu melalui turunnyasurat Al-Dluhâ, Demi cahaya pagiyang gemilang. Dan demi malam bilasedang hening. Tuhanmu tidak me-ninggalkan kau dan tidak memben-cimu. Dan sungguh, yang kemudian

akan lebih baikbagimu daripadayang sekarang (Q.,93: 1-4). Mung-kin ketika ituNabi merasa ga-gal, merasa ku-rang berhasil, se-hingga timbulpikiran bahwaTuhan telah me-ninggalkannya.

Oleh karena itu, Nabi diperingat-kan Tuhan agar tidak terlalu ter-pukau dan terpaku dengan kega-galannya, sebab masa yang akandatang lebih penting dan Tuhanpasti akan memberikan suatu ke-senangan.

Kalau ditimpa suatu kemalangan,jangan sampai kita kehilanganharapan kepada Allah. Sebab orangyang beriman adalah orang yangapabila ditimpa kemalangan diatidak menerimanya hanya sebagaibagian dari nasibnya sendiri, tetapidia sanggup untuk melihatnyasebagai sesuatu yang biasa terjadipada orang lain. Kalau kita men-derita, kemudian mengatakan me-

“Barang siapa menginginkan ke-unggulan di dunia, dia harus mem-punyai ilmu; barang siapa meng-inginkan keunggulan di akhirat diaharus mempunyai ilmu; dan barangsiapa menginginkan keunggulan didunia dan akhirat dia harus ber-ilmu.”

(Hadis)

Page 26: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

754 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ngapa kita yang menderita, mengapabukan orang lain, ini secara moralsulit dipertanggungjawabkan. Iniberarti kita mau hanya orang lainyang menderita. Dan secara moral,ini salah.

Perbedaan antara kita sebagaiorang beriman dengan orang tidakberiman ialah bahwa dalam keadaanapa pun kita hendaknya berharapkepada Tuhan. Sebab harapan, sekalilagi, adalah bagian dari iman.Harapan kepada Allah kita transferke dalam diri dengan penghayatankepada Allah melalui kualitas-kua-litas seperti yang tercantum dalamal-asmâ’ al-husnâ. Itulah makna darifirman Allah, Allah mempunyai na-ma-nama yang indah, maka ber-mohonlah dengan itu (Q., 7: 180)yang terkait erat dengan hadisQudsi, “Dan tirulah akhlak Tuhan.”

GODAAN SETANKEPADA ADAM DAN HAWA

Dalam surga, kebun atau tamanyang menyenangkan, Adam danistrinya diberi kebebasan memakanbuah-buahan apa saja, kecuali se-buah pohon tertentu. Dalam KitabKejadian, pohon terlarang itu ada-lah pohon pengetahuan tentangbaik dan jahat. Sedangkan dalamAl-Quran ada gambaran, meskipunhanya melalui ucapan setan yanghendak menggoda Adam dan

Hawa, bahwa pohon itu adalah po-hon keabadian dan kekuasaan ataukerajaan (mulk) yang tidak akansirna. Karena pelukisan itu melaluiucapan setan yang hendak me-nyesatkan manusia, maka ia harusdipahami sebagai penipuan dandusta. Sebab, nyatanya memangdemikian: setelah Adam dan Hawamemakan buah pohon terlarang itu,berbeda dari keterangan setan yangmenggodanya, keduanya tidaklahmenjadi abadi, juga tidak men-dapatkan kerajaan yang tidak bakalsirna. Keduanya malah mendapatmurka Allah dan diusir dari tempatyang menyenangkan. Karena itu,menurut Muhammad Asad, peng-gambaran oleh setan tentang pohonterlarang itu sebagai pohon ke-abadian dan kekuasaan yang tidakakan sirna adalah bagian dari goda-annya kepada Adam dan Hawa,dan tujuannya hanyalah untuk me-nyesatkan mereka berdua. Penyesat-an itu sendiri sangat mengena:Adam dan Hawa ternyata tergodakarena ingin dapat hidup selama-lamanya, hidup abadi tanpa mati,dan tergiur kepada kekuasaan ataukerajaan yang tidak bakal sirna.Padahal kedua hal itu palsu. Allahtidak menjadikan kehidupan abadipada manusia, tidak pula men-ciptakan kekuasaan manusia yangtak bakal sirna.

Sementara itu, Al-Quran tidakmenjelaskan apa sebenarnya pohon

Page 27: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

755Ensiklopedi Nurcholish Madjid

terlarang itu. Maka, sebagian ula-ma, seperti Muhammad Asad, ber-pendapat bahwa pohon terlarangitu adalah alegori tentang batasyang ditetapkan Allah bagi manusiadalam mengembangkan keinginandan tindakannya, suatu batas yangtidak boleh dilanggar, sebab hal ituakan membuatmanusia mela-wan sifat dasardan tabiatnyasendiri yang te-lah ditetapkanAllah. Keinginanseseorang untukhidup abadi ada-lah cermin pe-nolakannya ke-pada adanya Hari Kemudian. Se-dang penolakan kepada adanya HariKemudian merupakan cermin sikaphidup tidak bertanggung jawab,mementingkan diri sendiri, danberkecenderungan tiranik. Makaorang serupa itu juga mengingin-kan kerajaan atau kekuasaan yangtidak bakal sirna

Sungguh, menurut Al-Quran,setiap orang mempunyai kecende-rungan tiranik saat ia melihat diri-nya serba berkecukupan, tidak perlukepada masyarakat (Q., 96: 6-7).Hal ini juga mengandung arti me-rasa mampu hidup tanpa gang-guan, abadi, dan tidak akan sirna,seperti sikap mereka yang digam-barkan dalam Al-Quran sebagai

ingin hidup seribu tahun (Q., 2:96).

Begitulah makna godaan kepadaAdam dan Hawa oleh setan, dandemikian pula arti pelanggarannyaterhadap larangan Allah. Setelahmelanggar itu, Adam dan Hawamenjadi sadar bahwa mereka telan-

jang. Dalam Ki-tab Suci dapatkita baca gam-baran yang arti-nya kurang lebihdemikian:

Maka setanpun menggoda ke-duanya, agar ke-pada keduanyaditampakkan apa

yang (selama ini) tersembunyikandari keduanya, yaitu aurat mereka.Dan setan itu berkata, “Tuhanmutidaklah melarang kamu berdua daripohon ini, melainkan (agar kamutidak) menjadi dua malaikat ataukamu menjadi abadi.” Setan punbersumpah kepada keduanya, “Se-sungguhnya aku termasuk merekayang memberi nasihat.” Maka ke-duanya itu pun digiringnya kepadapenipuan. Ketika keduanya telah me-rasakan (buah) pohon itu, tampakpada keduanya aurat mereka, danmulailah keduanya menutupi dirimereka dengan dedaunan surga ...(Q., 7: 20-22).

Jadi, kesadaran tentang dirisendiri sebagai telanjang itu adalah

Page 28: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

756 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

akibat pelanggaran terhadap larang-an Tuhan. Sebelum itu, manusiatidak menyadarinya. MenurutMuhammad Asad lagi, ini berartimanusia menjadi sadar akan dirinyasendiri dan kemungkinan harusmembuat pilihan yang tidak gam-pang antara berbagai jalan tindak-an, dengan godaan yang selaluhadir untuk menuju kepada ke-jahatan dan kemudian mengalamiderita kesengsaraan akibat pilihanyang salah.

Oleh karena itulah, dalam de-retan firman Allah yang menutur-kan kisah Adam dan Hawa ini,manusia diingatkan bahwa Allahmemang telah menciptakan pa-kaian untuk menutupi aurat me-reka, namun pakaian takwa adalahpakaian yang lebih baik. Itulahbagian pelajaran dari Tuhan yanghendaknya direnungkan oleh ma-nusia secara sungguh-sungguh (Q.,7: 26). Sebab dengan takwa, yaitukesadaran penuh dan mendalamakan kehadiran Tuhan dalam hidupmanusia yang serba-mengawasi danmeneliti segala tindakannya, sese-orang dapat mencegah dirinya dariketelanjangan spiritual.

GOLONGAN PENENGAH I

Secara normatif, umat Islam da-lam Kitab Suci dinyatakan meng-emban tugas suci sebagai “golongan

penengah” (ummah wasath) yangberkewajiban menjadi saksi atassekalian umat manusia. Dengansikap hidup yang menjunjung ting-gi moral dan akhlak (melakukan al-amar bi al-ma‘rûf wa al-nahy ‘an al-munkar) atas dasar iman kepadaTuhan, maka umat Islam dinyata-kan sebagai “umat yang terbaik,yang diketengahkan untuk umatmanusia” guna mengambil peranankepemimpinan. Ketentuan normatifitu, seperti halnya setiap ketentuantentang “apa yang seharusnya”,dalam sejarah sering berbenturandengan fakta-fakta keras, yangmemaksa ketentuan-ketentuan nor-matif itu untuk melakukan kom-promi-kompromi. Karena itu, se-perti dinyatakan oleh MarshallHodgson, sejarah umat Islam ada-lah sejarah sebuah “percobaan”(venture) menciptakan masyarakatyang sebaik-baiknya, dalam kontekssejarah dan hukum-hukumnyayang objektif dan immutable itu.Karena itu, sukses atau gagalnyapercobaan itu tidak terletak padaketentuan-ketentuan normatifnya,melainkan pada faktor manusia danpengalamannya yang menyejarahdan bernilai kesejarahan. Tidak adagejala kemanusiaan yang tidakbersifat kesejarahan, kecuali wahyu-wahyu yang dapat dipandang se-bagai wujud keputusan khususTuhan untuk orang tertentu yaitupara nabi. Tetapi para nabi itu sen-

Page 29: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

757Ensiklopedi Nurcholish Madjid

diri, dipandang dari segi kepribadi-annya sebagai seorang manusia, ada-lah wujud historis, dengan hukum-hukum kemanusiaannya (disebutal-a‘râdl al-basyarîyah).

Kitab Suci Al-Quran, misalnya,mengingatkan semua orang ber-iman bahwa Muhammad hanyalahseorang rasul yang juga seorang ma-nusia, sehingga dapat mati, bahkandapat terbunuh. Maka, sikap me-nerima kebenaran tidak boleh dika-itkan dengan segi kenyataan manu-siawi pembawanya, baik pribadimaupun umat, yang merupakanwujud kesejarahan biasa.

Pandangan dasar itu dapat di-gunakan untuk memahami kenya-taan-kenyataan penuh anomali,malah sangat menyedihkan, dalammasa-masa sejarah Islam yangpaling dini, khususnya kejadian-kejadian yang dinamakan “fitnahbesar” (al-fitnah al-kubrâ). Diantaranya seperti peristiwa pem-bunuhan Khalifah III, ‘Utsman ibnAffan, perang antara ‘Ali ibn AbiThalib dan Mu‘awiyah ibn AbiSufyan, Revolusi ‘Abbasiyah, perangantara Al-Amin dan Al-Ma’mun,dan lain sebagainya.

GOLONGAN PENENGAH II

Salah satu deskripsi Kitab Sucitentang kaum beriman ialah bahwamereka itu dijadikan atau dirancang

untuk menjadi golongan penengah(ummah wasath) agar menjadi saksiatau sekalian manusia, sebagaimanaRasulullah, Nabi Muhammad Saw.menjadi saksi atas mereka, kaumberiman sendiri (Q., 2: 143). Da-lam bahasa Arab, seseorang yangmemerankan dirinya sebagai pe-nengah antara dua kelompok yangberselisih disebut wasîth (yang kitapinjam ke dalam bahasa nasional kedan menjadi “wasit”, yakni “pene-ngah”).

Maka kiranya sudah amat jelasapa yang dimaksud dalam KitabSuci bahwa kaum beriman adalahummah wasath. Yaitu bahwa merekadiharuskan, atau setidak-tidaknyadiharapkan, menampilkan dirimereka begitu rupa, sehingga dapatbertindak sebagai wasit dan saksidalam pergaulan di antara sekalianumat manusia. Itu berarti bahwamereka harus bertindak adil, sebabkeadilan sebagai sikap dan wawasanadalah prasyarat mutlak bagi sahnyaperan wasit atau saksi. Dan, suatuhal yang amat menarik sekaliguspenting sekali diperhatikan, per-kataan Arab, “adl” itu sendiri, me-nurut makna asalnya, adalah samadengan “wasit”, yaitu makna yangberintikan sikap menengahi, dalamarti sikap tidak secara apriori me-mihak salah satu dari dua atau lebihkelompok yang berselisih, melain-kan dengan teguh mempertahankankebebasan untuk menilai yang

Page 30: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

758 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

benar sebagai benar dan yang salahsebagai salah.

Jadi, jika disebutkan bahwakaum beriman atau orang-orangMuslim itu dirancang Allah sebagaikelompok penengah (harap perhati-kan bukannya “kelompok menengah”atau “middle class”), maka salah satuartinya ialah bahwa mereka harusmemelihara kemampuan yang ting-gi untuk mengakui kebenaranmereka yang benar di kalanganumat manusia, serta untuk me-nyalahkan mereka yang salah.Dengan kata-kata lain, kaum ber-iman harus selalu bersikap fair,jujur, objektif, tidak dikuasai olehdorongan nafsu senang—tidaksenang (like-dislike). Oleh sebabitu, berkaitan dengan ini, terkenalsekali peringatan Sayyidina ‘Ali r.a.yang mengatakan, “Perhatikanlahyang dikatakan orang, jangan me-merhatikan siapa yang mengatakan.”Sebab sekali kita lebih banyak me-merhatikan siapa yang mengatakandan bukannya substansi apa yangdikatakannya, maka sangat besar ke-mungkinan kita akan dikuasai olehperasaan senang-tidak senang terha-dap orang itu dan kita kehilanganperspektif keadilan. Sikap inilahyang dahulu diterapkan dengankonsisten oleh orang-orang Muslimklasik, sehingga mereka mampumenyerap berbagai segi positif per-adaban umat manusia dari manasaja asalnya, sekaligus memper-

tahankan keteguhan iman untukmenolak mana yang tidak baik.Dan, itulah “amar ma‘rûf nahîmunkar” dalam skalanya yangmenyeluruh.

Sementara itu guna melengkapipengertian ini, A. Yusuf Ali, seorangpenafsir Al-Quran yang terkenaldan diakui otoritasnya, memberimakna wasath sebagai “justly ba-lanced” (berkeseimbangan dengantepat). Maka dikatakannya, “EsensiIslam ialah menghindari semuabentuk sikap berlebihan dalamkedua ujungnya (plus-minus). Diaadalah agama yang wajar dan prak-tis.” Tafsiran itu kiranya sangattepat, sebab sikap berlebihan akanmenjadi penghalang kaum berimanuntuk menjadi wasit dan saksi atasumat manusia.

GOLONGAN SALAF

Salah satu hal yang dapat di-lakukan untuk dapat menangkap“api” Islam ialah mencoba mema-hami hakikat golongan salaf. Se-sungguhnya ini sejalan dengan apayang sudah terjadi, yaitu kecende-rungan kaum reformis dari kalanganorang-orang Muslim untuk mencarimodel pada pengalaman sejarahumat Islam klasik. Tetapi sebelumhal itu kita lakukan, ada baiknyakita memeriksa secukupnya penger-

Page 31: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

759Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tian “salaf” dalam pembahasanIslam.

Perkataan Arab “salaf” sendiri se-cara harfiah berarti “yang lampau”.Biasanya ia dihadapkan denganperkataan “khalaf”, yang maknaharfiahnya ialah “yang belakangan”.Kemudian, dalam perkembangansemantiknya, perkataan “salaf”memperoleh makna sedemikianrupa sehingga mengandung kono-tasi masa lampau yang berkewe-nangan atau berotoritas, sesuai de-ngan kecenderungan banyak masya-rakat untuk melihat masa lampausebagai masa yang berotoritas. Inimelibatkan masalah teologis, yaitumasalah mengapa masa lampau itumempunyai otoritas, dan sampai dimana kemungkinan mengidentifi-kasi secara historis masa salaf itu.

Dalam hal ini, para pemikirIslam tidak banyak menemui ke-sulitan. Masa lampau itu otoritatifkarena dekat dengan masa hidupNabi. Sedangkan semuanya meng-akui dan meyakini bahwa Nabi tidaksaja menjadi sumber pemahamanajaran agama Islam, tetapi sekaligusmenjadi teladan realisasi ajaran itudalam kehidupan nyata. Maka, sa-ngat logis bahwa yang paling menge-tahui dan memahami ajaran agamaitu ialah mereka yang berkesempatanmendengarnya langsung dari Nabi,dan yang paling baik dalam melak-sanakannya ialah mereka yang me-lihat praktik-praktik Nabi dan me-

neladaninya. Selain logis, hadis-hadispun banyak yang dapat dikutipuntuk menopang pandangan itu.

Dalam mengidentifikasi secarahistoris masa salaf itu, para sarjanaIslam tidak mengalami kesulitan,meskipun terdapat beberapa pen-dapat tertentu di dalamnya. Yangdisepakati oleh semuanya ialahmasa salaf itu, dengan sendirinya,dimulai oleh masa Nabi sendiri.Kemudian mereka mulai berbedapendapat tentang “kesalafan” (dalamarti otoritas dan kewenangan) masakekhalifahan Abu Bakar, ‘Umar,‘Utsman, dan ‘Ali, untuk tidak me-ngatakan masa-masa sesudah me-reka.

Sebagaimana telah disinggung,masalah definisi kesejarahan tentangsiapa yang disebut golongan salafdengan konotasi kewenangan danotoritas di bidang keagamaan itumembawa serta problem teologis.Karena itu, pengkajian masalah salafini akan dengan sendirinya melibat-kan kita kepada berbagai kontroversiteologis yang berkepanjangan, dansampai sekarang praktis belumselesai. Dengan meletakkan kon-troversi teologis itu ke samping, kitaterpaksa melakukan pilihan. Pilihanitu pada permasalahan intinya bisadinilai sebagai arbitrer, namunmasih bisa dibenarkan denganmelihat segi kepraktisan pem-bahasan, misalnya berkenaan de-ngan konteks ruang dan waktu kita,

Page 32: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

760 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

di sini dan sekarang. Dalam hal inipilihan kita lakukan untuk mem-bahas masalah salaf ini menurutpandangan Sunni, mengingat pan-dangan itu adalah yang palingmeluas diikuti kaum Muslim, baikdi dunia maupun di tanah air.

Dalam perkembangan lebihlanjut pahamSunni, golongansalaf tidak sajaterdiri dari ka-um Muslim ma-sa Nabi danempat khalifahyang pertama, tetapi juga meliputimereka yang biasa dinamakansebagai kaum tâbi‘ûn (kaum Peng-ikut, yakni pengikut para sahabatNabi, yang merupakan generasikedua umat Islam). Bahkan bagibanyak sarjana Sunni, golongansalaf itu juga mencakup generasiketiga, yaitu generasi tâbi‘u al-tâbi‘în (para Pengikut dari paraPengikut).

Sebagai sandaran ada kewenang-an dan otoritas pada ketiga generasipertama umat Islam itu, kaum Sunnimenunjuk kepada firman Allah:

Dan para perintis pertama yangterdiri dari kaum Muhâjirûn danAnshâr, serta orang-orang yangmengikuti mereka itu dengan baik,Allah telah ridla kepada mereka, danmereka pun telah ridla kepada-Nya.Allah menyediakan bagi merekasurga-surga yang mengalir di bawah-

nya sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya untuk selama-lamanya.Itulah kebahagiaan yang agung (Q.,9: 100).

Jadi, firman Ilahi itu menegas-kan bahwa kaum Muhâjirûn danAnshâr, yaitu para sahabat Nabiyang berasal dari Makkah dan Madi-

nah, serta orang-orang yang me-ngikuti merekadengan baik (ka-um tâbi‘ûn), te-lah mendapatridlâ Tuhan dan,

sebaliknya, mereka pun telah pulabersikap ridlâ kepada-Nya. Untukmereka itu disediakan oleh Tuhanbalasan surga yang akan menjadikediaman abadi mereka. Dengankata lain, kaum salaf itu seluruhtingkah lakunya benar dan men-dapat perkenan di sisi Tuhan, jadimereka adalah golongan yang ber-otoritas dan berwenang.

Konsep demikian itu, sepertitelah disinggung, lebih sesuai de-ngan paham Sunni ketimbang de-ngan paham Syi‘ah. Paham Sunnimenyandarkan otoritas kepadaumat atau “kolektivitas”, sementarakaum Syi‘ah menyandarkannya ke-pada keteladanan pribadi (exemplaryindividual), dalam hal ini ketela-danan pribadi ‘Ali yang memangheroik, saleh, dan alim (pious).

Namun, kedua konsep sandaranotoritas itu mengandung masalah-

Kamu sekalian tidak akan mem-peroleh kebajikan sebelum kamumendermakan sebagian dari (har-ta) yang kamu cintai.

Page 33: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

761Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nya sendiri. Masalah pada konsepSunni timbul ketika dihadapkankepada tingkat pribadi-pribadi parasahabat Nabi: tidak setiap pribadimasa salaf itu, pada lahirnya, samasekali bebas dari segi-segi kekurang-an. Jika seandainya memang bebasdari segi-segi kekurangan, makabagaimana kita menerangkan ber-bagai peristiwa pembunuhan danpeperangan sesama para sahabatNabi sendiri, selang hanya beberapabelas tahun saja dari wafat beliau?Padahal, pembunuhan dan pepe-rangan itu melibatkan banyak saha-bat besar seperti ‘Utsman, ‘Ali (me-nantu dan kemenakan Nabi), ‘A’i-syah (istri Nabi), Mu‘awiyah (iparNabi dan salah seorang penuliswahyu), Amr ibn Al-‘Ashsh, AbuMusa Al-Asy‘ari, dan lain-lain?!

Sedangkan pada kaum Syi‘ah,masalah yang timbul dari konsepotoritas yang disandarkan hanyakepada keteladanan pribadi ‘Ali danpara pengikutnya yang jumlahnyakecil itu ialah implikasinya yangmemandang bahwa para sahabatNabi yang lain itu tidak otoritatif,alias salah, tidak mungkin men-dapat ridlâ Allah, dan mereka punterbukti oleh adanya perbuatansalah mereka sendiri tidak bersikapridlâ kepada Allah. Jadi, pandanganSyi‘ah itu tampak langsung berten-tangan dengan gambaran dan jamin-an yang disebutkan dalam firmandi atas. Lebih lanjut, jika hanya se-

dikit saja jumlah orang yang sela-mat dari kalangan mereka yangpernah dididik langsung oleh Nabi,apakah akhirnya tidak Nabi sendiriyang harus dinilai sebagai telahgagal dalam misi suci beliau?

Pertanyaan tersebut, dilihat darisegi keimanan, sungguh amat be-rat, namun tidak terhindari karenadari fakta-fakta sejarah yang men-dorongnya untuk timbul. Upayamenjawab pertanyaan itu danmengatasi implikasi keimanan yangdiakibatkannya telah menggiringpara pemikir Muslim di masa lalukepada kontroversi dalam ilmukalâm (teologi dialektis) yang tidakada habis-habisnya. Masing-masingkaum Sunni dan Syi‘ah, yaitu duagolongan besar Islam yang sampaisekarang bertahan, mencoba mem-beri penyelesaian kepada problemtersebut.

Interpretasi atas berbagai peris-tiwa pertengkaran para sahabat itu,seperti dilakukan oleh Ibn Taimi-yah, ialah dengan melihat bahwamereka yang terlibat dalam per-tengkaran itu sebenarnya bertindakberdasarkan ijtihad mereka masing-masing dalam menghadapi masalahyang timbul.

Ini adalah solusi yang banyakmengandung kelemahan, sehinggasama sekali tidak memuaskan.Namun, jika dikehendaki jalankeluar dari kerumitan teologis ber-kenaan dengan berbagai peristiwa

Page 34: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

762 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

fitnah di antara para sahabat Nabiitu, maka modus solusi seperti ituagaknya merupakan pilihan yangcukup baik. Dan itulah salah satuinti paham kesunnian.

“GOOD GOVERNANCE”

Yang pertama-tama diperlukanuntuk mengakhiri krisis besar seka-rang ini ialah bagaimana mengelolanegara secara baik dan benar, yakniberkenaan dengan penyelenggaraanpemerintahan dan penggunaan ke-kuasaan (running government andexercising power). Tumpukan krisisbanyak segi yang menggunungsekarang ini dapat diibaratkan se-buah gunung es raksasa yang se-demikian besar sehingga sulit di-hancurkan dari kaki dasarnya. Ka-rena gunung es adalah benda me-ngambang, maka setiap kali pun-caknya dipotong atau dihancurkan,setiap kali pula akan menyembulpuncak baru ke permukaan. Tetapigunung es akan hancur meleleh bilaia bisa diseret dari tempat tum-buhnya di zona dingin sekitardaerah kutub menuju panasnya airlaut di zona tropis. Metafora gu-nung es kiranya dapat sedikit mem-beri gambaran tentang betapamustahilnya mengatasi persoalankrisis banyak segi jika dilakukanhanya secara parsial, tidak me-nyeluruh.

Pengelolaan yang benar dan baik(good governance) dalam penyeleng-garaan pemerintahan dan pengguna-an kekuasaan dapat diibaratkan seba-gai laut zona tropis yang panas, yangakan meluluhkan gunung es budayaKKN. Dalam hal ini diperlukankekuatan yang besar untuk dapatmenyeret gunung es itu ke sekitarkhatulistiwa. Kekuatan besar itu ialahtekad bersama seluruh komponenbangsa untuk secara bahu-membahumenanggung beban tanggung jawabpenyelesaian masalah nasional danpenyatuan seluruh kekuatan nasionaldalam semangat “samen bundelingvan alle krachten van de natie”.

Energi yang dihasilkan oleh te-kad yang diperbaharui dengan du-kungan seluruh komponen bangsaitu akan menjadi efisien dan efektifserta terfokus kepada sasaran jikaterbentuk jajaran pimpinan nasio-nal yang sanggup memberi teladan,berdiri di barisan paling depan,memulai dengan diri-sendiri. Ka-rena itu, kepemimpinan tersebutharus benar-benar autentik, me-nunjukkan ketulusan kesatuan anta-ra ucapan dan tindakan, antara seruandan pelaksanaan, antara tekad danperbuatan. Bangsa kita memerlu-kan suatu jenis kepemimpinan yangmemiliki visi tentang masa depanbangsa, seseorang dengan intuisikepemimpinan, savvy atau savoir-faire (kearifan batin, basîrah). Iajuga harus aktif-agresif dalam usaha

Page 35: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

763Ensiklopedi Nurcholish Madjid

melaksanakan visinya, meskipun iaharus bertindak cukup pragmatisberdasarkan realita dalam masya-rakat dengan segala kemungkinandan hambatannya. Pimpinan sema-cam itu juga harus tetap setia me-melihara amanat dan kepercayaanumum, dan berperan sebagai pem-bina kesepakatan (concensus builder)antara berbagai komponen bangsa.

Kepemimpinan yang berwibawaakan tampil menjadi lambangharapan bersama, sumber kesadaranarah (sense of direction) dan kesadar-an tujuan (sense of purpose) dalamhidup bernegara, dan menjadi do-rongan rakyat untuk dengan penuhkerelaan mendukung dan meng-ambil bagian dalam perjuangannasional. Dukungan yang menye-luruh diperlukan untuk mewujud-kan keharusan-keharusan goodgovernance, yaitu terbukanya parti-sipasi umum dalam proses pelaksa-naan pemerintahan serta pengguna-an kekuasaan; transparansi dalamsemua proses yang akan mencegahterjadinya kegiatan kenegaraan yangberlangsung secara tersembunyi,khususnya yang bersangkutan de-ngan penanganan kekayaan umummilik bangsa dan negara; akuntabi-litas (accountability), yaitu ke-sanggupan mempertanggungjawab-kan semua proses dan tindakankepada rakyat secara terbuka.

Mewujudkan good governanceakan mustahil bila tanpa keikut-

sertaan seluruh rakyat atas dasarkomitmen bersama, menjunjungtinggi asas negara-bangsa (nation-state) dengan pembedaan yang te-gas antara urusan privat dan urusanpublik, antara harta milik pribadidan harta milik umum; tidak adatoleransi terhadap penyalahgunaankekayaan negara, biarpun ibaratnyahanya bernilai sepeser, dan tanpamemandang siapa pun yang me-lakukannya. Berkenaan denganmasalah tersebut, sebagai contoh,kita secara keseluruhan masih lemahsekali dalam soal kesadaran tentangpenyelewengan transaksi berbentukconflict of interest, akibat adanyaunsur patrimonialisme dan feoda-lisme yang masih kuat dalam struk-tur sosial-kultural bangsa kita.Maka, pengawasan kepada kemung-kinan penyalahgunaan kekayaannegara harus dilakukan secara ekstra-ketat dan keras, disertai penyadaranbahwa transaksi yang mengandungconflict of interest adalah sesungguh-nya jenis kejahatan korupsi.

Perjalanan pertumbuhan bangsakita yang penuh kesulitan antaralain disebabkan oleh adanya hamba-tan feodalisme. Susunan masyarakatfeodalistik bangsa-bangsa Asia Teng-gara terbukti oleh adanya identifikasidiri pada kata ganti pertama tunggalyang mengandung nama budak, se-perti “saya” (sahaya), “ambo” (ham-ba), “budak” dan “abdi”, “kula” atau“kawula”. Sebab memang ciri utama

Page 36: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

764 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

feodalisme (feodalism) ialah “pengka-wulaan” rakyat kepada “gusti”, de-ngan hierarki tinggi-rendah yang se-demikian menguasai hidup orangbanyak. Feodalisme juga bercirikanpenguasaan tanah (fiefdom) oleh se-orang pemilik yang melaksanakanpembagian hasil yang sangat tim-pang antara pemilik dan penggarap.Dari struktur sosial-ekonomi serupaitu, yang muncul ialah tradisi upeti,baik secara paksa oleh “gusti” kepada“kawula” maupun sukarela oleh“kawula” kepada “gusti”. Diyakinibanyak orang bahwa merajalelanyakejahatan korupsi di negeri kitaadalah kelanjutan tradisi upetimasyarakat feodal itu, ditambahdengan budaya suap-menyuap danperjudian oleh kalangan yang takpeduli dengan standar moral karenamengejar keuntungan kebendaan se-mata. Mengendornya dimensi ke-ruhanian dalam pola hidup “mo-dern” yang materialistik, orientasihidup kebendaan, dan dikaitkandengan feodalisme, semua ini men-jadi tolak ukur tinggi-rendahnya“gengsi” dan “harga diri” banyakorang. Dan jika ada “pelarian” darimaterialisme yang gawat itu, makaterdapat indikasi bahwa yang me-narik hati bukanlah agama yangbersemangat kebenaran yang lapang(hanîfîyah samhah), tetapi justrukultus-kultus berbahaya.

Karena itu, pembangunan de-mokrasi, dan beserta dengan itu

pelaksanaan prinsip-prinsip goodgovernance, mensyaratkan dihancur-kannya feodalisme. Sekalipun belumtentu merupakan contoh yang da-pat ditiru di negeri kita, tetapi revo-lusi kebudayaan di Republik Rak-yat Cina merupakan suatu usaharevolusioner untuk menghancurkanunsur-unsur tidak sehat dalammasyarakat, khususnya feodalisme.Sekali lagi, pemberantasan KKNakan sangat banyak bergantungkepada seberapa jauh kita mampumemberantas feodalisme dan bu-daya suap-menyuap.

“GRAND DESIGN” TUHAN

Apakah “grand design” Tuhan itu,dan bagaimana mengetahuinya?Mungkin saja manusia bisa mener-ka-nerka “grand design” Tuhan itu.Tetapi karena pada dasarnya masa-lah ini bersifat supraempiris, makajalan mengetahui secara sempurna“grand design” Tuhan itu ialah de-ngan bersandar kepada “berita”yang dibawa oleh para pembawa“berita” (Arab: Nabî) dari Tuhan.“Berita” itu mengatakan bahwaTuhan merancang manusia begiturupa sehingga tuntutan palingpokok ialah agar manusia selaluberusaha menyempurnakan jati diri(khuluq, jamak: akhlâq)-nya. Karenakesempurnaan akhlâq (akhlak) itu

Page 37: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

765Ensiklopedi Nurcholish Madjid

harus diperjuangkan terus-menerus,maka manusia adalah makhlukakhlak, moral being.

Sebagai jalan bagi manusia un-tuk menyempurnakan jati dirinyaitu, Tuhan juga menampilkan diri,melalui “berita” yang dibawa nabi-nabi, dalam bentuk kualitas-kualitasmoral. Melalui persepsinya terha-dap kualitas-kualitas Ilahi sepertisifat Mahakasih-Sayang, MahaPengampun, Mahaadil, dan seterus-nya, manusia menghayati nilai-nilailuhur kejatidirian, keakhlakan, danmoralitas. Dan penghayatan yangintensif akan membuka jalan dalamdirinya (kalbunya) bagi nilai-nilaiitu untuk diinternalisasi. Manusiatidak akan menjadi Tuhan, tetapidengan rasa ketuhanan yang men-dalam (rabbânîyah, taqwâ) ia akantumbuh menjadi makhluk akhlakiyang luhur, yang meresapi unsur-unsur kualitas Ilahiah. Meski per-juangan manusia menyempurnakanjati dirinya itu berpedoman danmenuju kepada Tuhan, hal initidaklah berarti untuk kepentinganTuhan, melainkan untuk kepen-tingan diri manusia sendiri. Karenaitu, ia harus mengaktualisasikansikap hidup yang menempatkan dirisebagai bagian dari kemanusiaanuniversal, dan dengan nyata me-nunjukkan kepeduliannya kepadakehidupan sesama manusia. Kesim-pulan dari itu semuanya ialah bah-wa nilai ketuhanan merupakan

wujud tujuan dan makna hidupkosmis dan eksistensial manusia,dan nilai kemanusiaan merupakanwujud makna terrestrial hidup ma-nusia.

GUS DUR

Gus Dur dulu punya pesonayang luar biasa. Lihat saja rumah-nya di Ciganjur selalu kebanjiranorang yang datang dengan berbagaiharapan. Mereka sangat cinta ke-pada Gus Dur, sebab memang adabeberapa hal yang membenarkanorang itu cinta kepada dia. Teru-tama, orang suka kepada visi-visibesarnya seperti toleransi, in-klusivisme, persepsi kepada ke-bebasan, dan obsesinya untukmelindungi kelompok kecil atauminoritas. Oleh karena itu, janganheran kemudian dia melindungiKonghucu, misalnya. Itu salah satuwujudnya.

Tindakannya memang di satusisi sering memicu kontroversi,bahkan membuat orang menjaditidak suka. Tapi Gus Dur tidakpernah mempedulikan itu. Dalamhal ini, dia tidak menggunakankriteria senang atau tidak senang.Sebab yang sangat senang kepadaGus Dur juga menjadi sangat tidaksenang kepada tindakannya untukmemberikan perlindungan kepadaKonghucu; sebab perlu diketahui

Page 38: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

766 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

bahwa banyak kelompok-kelompokyang tidak senang dengan pemberi-an pengakuan kepada agama Kong-hucu. Inilah yang dimaksudkanbahwa dia punya obsesi untukmelindungi kelompok kecil. Dansepanjang yang penulis tahu bahwamemang dia itu gampang sekalimarah kalau adasuatu kelompokyang besar ataukuat meng-kuyo-kuyo kelompokyang kecil. Yangdimarahi itu bu-kan hanya orangluar, tapi jugaorang NU sen-diri. Inilah yangmenyebabkan mengapa dia itudisukai. Tetapi banyak dari ka-langan mereka yang sekarang inijustru mempunyai sikap sepertiyang dirasakan oleh Gus Dur se-bagai tidak adil terhadap dia. Na-mun persoalannya, apa betul me-reka itu benci dulu baru berbuatsesuatu yang dirasakan Gus Dursebagai tidak adil, ataukah sebetul-nya dalam rangka menegakkankeadilan atau menuntut keadilandari Gus Dur, lalu timbul sikapseperti benci kepada Gus Dur. Inisulit diketahui.

GARIS-TEGAS KETAUHIDAN

Umat Islam adalah penganutsuatu agama yang tidak meman-dang “pendiri” agamanya denganpandangan-pandangan mitologis.Umat Islam tentu saja sangat meng-hormati Nabi mereka, tetapi peng-

hormatan terse-but tidak sampaikepada sikapmendudukkan-nya lebih dariseorang manu-sia. “Muhammaditu tidak lainhanyalah seorangRasul, yang sebe-lumnya telah ber-

lalu Rasul-Rasul yang lain . . .” (Q,3: 144). Penegasan bahwa Mu-hammad itu seorang manusia jugadiberitakan dalam firman Allah:“Sesungguhnya aku adalah seorangmanusia seperti kamu semua: (hanyasaja) diwahyukan kepadaku bahwaTuhanmu sekalian adalah TuhanYang Maha Esa.” (Q, 18: 110).Misi suci semua Nabi ialah me-nyeru umat manusia agar beribadathanya kepada Allah, Tuhan YangMaha Esa (Q, 21: 25). Jadi, sikapyang sangat proporsional orang-orang Muslim terhadap Nabi itumerupakan salah satu wujud pe-laksanaan misi Nabi sendiri, yaitumengajarkan tauhid. Tauhid mem-bebaskan manusia dari mitologi,

Page 39: GARIS PEMISAH MASA LALU DAN MENDATANGnurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/09/2010_Ensiklopedi... · 730 F Ensiklopedi Nurcholish Madjid Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikanlah

767Ensiklopedi Nurcholish Madjid

takhayul, dan berbagai kepercayaanpalsu lainnya. Menjadi manusia-tauhid adalah pangkal kebahagiaansejati, dasar nilai kemanusiaan yanghakiki.