gangguan mental organik.docx

Upload: niesa-purplezz-queens

Post on 16-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Gangguan Mental Organik (Demensia)Menurut PPDGJ-III (1993), gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk ke dalam gangguan mental simtomatik dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit atau gangguan sistemik di luar otak. Gambaran umum yang dapat tampak seperti:1. Gangguan fungsi kognitif, misalnya daya ingat, daya pikir, dan daya belajar, gangguan sensorium, misalnya gangguan kesadaran, dan perhatian.2. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi, isi pikiran, dan suasana perasaan dan emosi.

Berdasarkan etiologi menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik YDK adalah sebagai berikut :

F02.0 Demensia pada penyakit Pick.F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt Jakob.F02.2 Demensia pada penyakit huntington.F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson.F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).F02.8 emensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK

Penyakit PickPenyakit Pick ditandai atrofi yang lebih banyak dalam daerah frontotemporal. Daerahtersebut mengalami kehilangan neuronal, gliosis dan adanya badan Pick neuronal, yangmerupakan massa elemen sitoskeletal. Badan Pick ditemukan pada beberapa spesimenpostmortem tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis. Penyebab dari penyakit Pick tidak diketahui.Penyakit Pick berjumlah kira-kira 5% dari semua demensia ireversibel. Penyakit ini paling seringpada laki-laki, khususnya yang memiliki keluarga derajat pertama dengan penyakit ini. PenyakitPick sukar dibedakan dengan demensia Alzheimer. Walaupun stadium awal penyakit lebih seringditandai oleh perubahan kepribadian dan perilaku, dengan fungsi kognitif lain yang relatifbertahan. Gambaran sindrom Kluver-Bucy (contohnya: hiperseksualitas, flaksiditas, hiperoralitas)lebih sering ditemukan pada penyakit Pick daripada pada penyakit Alzheimer.2

Gambar.2.8. Penyakit Pick dengan kelainan patologi yang luas . Gambaran menunjukkan atrofiyang paling luas pada lobus frontalis serta pada lobus temporalis dan parietalis .2,10

Gambar.2.9. Pemeriksaan PET pada penyakit PICK.6Penyakit HuntingtonPenyakit Huntington secara klasik dikaitkan dengan perkembangan demensia. Demensiapada penyakit ini terlihat sebagai demensia tipe subkortikal yang ditandai dengan abnormalitasmotorik yang lebih menonjol dan gangguan kemampuan berbahasa yang lebih ringandibandingkan demensia tipe kortikal. Demensia pada penyakit Huntington menunjukkanperlambatan psikomotor dan kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan yang kompleks, akan tetapimemori, bahasa, dan tilikan relatif utuh pada stadium awal dan pertengahan penyakit. Dalamperkembangannya, demensia menjadi lengkap dan gambaran klinis yang membedakannya dengandemensia tipe Alzheimer adalah tingginya insiden depresi dan psikosis, selain gangguanpergerakan berupa gambaran koreoatetoid klasik.2Penyakit ParkinsonSebagaimana pada penyakit Huntington, Parkinsonisme merupakan penyakit pada gangliabasalis yang biasanya dikaitkan dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20 hingga 30 persenpasien dengan penyakit Parkinson mengalami gangguan kemampuan kognitif. Gerakan lambatpada pasien dengan penyakit Parkinson sejajar dengan perlambatan berpikir pada beberapapasien, suatu gambaran yang sering disebut oleh para klinis sebagai bradifrenia.2Pedoman diagnostik F02.0 Demensia pada penyakit PICK adalah sebagai berikut;Demensia progresif, Gambaran lobus frontalis yang menonjol, euforia, phenomenaekstrapiramidal , gangguan perilaku mendahului gangguan daya ingat.5Pedoman diagnostik F02.1 Penyakit Creutzfeldt-Jakob adalah sebagai berikut; Trias ;Demensia progresif merusak, Penyakit piramidal dan ekstra piramidal, mioklonus dan EEG yangkhas (Trifasik). 5Pedoman diagnostik F02.2 Penyakit Huntington adalah sebagai berikut; Gerakankoreiform involunter, cara berjalan khas, gangguan fungsi lobus frontalis.5Pedoman diagnostik F02.3 Demensia pada penyakit parkinson adalah sebagai berikut;Demensia berkembang pada seseorang dengan penyakit parkinson yang sudah parah, tidak adagambaran klinis khusus yang dapat ditampilkan.55Pedoman diagnostik F02.4 Penyakit HIV adalah sebagai berikut; Sering lupa, lamban,kurang konsentrasi, sulit membaca dan mengatasi suatu masalah. Apati, spontanitas _, penarikandiri secara sosial.3Pedoman diagnostik F02.8 Demensia pada penyakit lain YDT YDK (Yang Di-Tentukan-Yang Di-Klasifikasikan ditempat lain) adalah sebagai berikut; demensia yang terjadi sebagaimanifestasi atau konsekuensi beberapa macam kondisi somatiik serebral lain.4

PenatalaksanaanLangkah pertama dalam menangani kasus demensia adalah melakukan verifikasidiagnosis. Diagnosis yang akurat sangat penting mengingat progresifitas penyakit dapat dihambatatau bahkan disembuhkan jika terapi yang tepat dapat diberikan. Tindakan pengukuran untukpencegahan adalah penting terutama pada demensia vaskuler. Pengukuran tersebut dapat berupapengaturan diet, olahraga, dan pengontrolan terhadap diabetes dan hipertensi. Obat-obatan yangdiberikan dapat berupa antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet. Pengontrolan terhadaptekanan darah harus dilakukan sehingga tekanan darah pasien dapat dijaga agar berada dalambatas normal, hal ini didukung oleh fakta adanya perbaikan fungsi kognitif pada pasien demensiavaskuler. Tekanan darah yang berada dibawah nilai normal menunjukkan perburukan fungsikognitif, secara lebih lanjut, pada pasien dengan demensia vaskuler. Pilihan obat antihipertensidalam hal ini adalah sangat penting mengingat antagonis reseptor -2 dapat memperburukkerusakan fungsi kognitif. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan diuretik telahdibuktikan tidak berhubungan dengan perburukan fungsi kognitif dan diperkirakan hal itudisebabkan oleh efek penurunan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah otak. Tindakanbedah untuk mengeluarkan plak karotis dapat mencegah kejadian vaskuler berikutnya padapasien-pasien yang telah diseleksi secara hati-hati. Pendekatan terapi secara umum pada pasiendengan demensia bertujuan untuk memberikan perawatan medis suportif, dukungan emosionaluntuk pasien dan keluarganya, serta terapi farmakologis untuk gejala-gejala yang spesifik,termasuk perilaku yang merugikan. 2Terapi PsikososialKemerosotan status mental memiliki makna yang signifikan pada pasien dengan demensia.Keinginan untuk melanjutkan hidup tergantung pada memori. Memori jangka pendek hilangsebelum hilangnya memori jangka panjang pada kebanyakan kasus demensia, dan banyak pasienbiasanya mengalami distres akibat memikirkan bagaimana mereka menggunakan lagi fungsimemorinya disamping memikirkan penyakit yang sedang dialaminya. Identitas pasien menjadipudar seiring perjalanan penyakitnya, dan mereka hanya dapat sedikit dan semakin sedikitmenggunakan daya ingatnya. Reaksi emosional bervariasi mulai dari depresi hingga kecemasanyang berat dan teror katastrofik yang berakar dari kesadaran bahwa pemahaman akan dirinya(sense of self) menghilang. 2Pasien biasanya akan mendapatkan manfaat dari psikoterapi suportif dan edukatifsehingga mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah dari penyakit yang dideritanya.Mereka juga bisa mendapatkan dukungan dalam kesedihannya dan penerimaan akan perburukan29disabilitas serta perhatian akan masalah-masalah harga dirinya. Banyak fungsi yang masih utuhdapat dimaksimalkan dengan membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang masih dapatdikerjakannya. Suatu pendekatan psikodinamik terhadap defek fungsi ego dan keterbatasan fungsikognitif juga dapat bermanfaat. Dokter dapat membantu pasien untuk menemukan caraberdamai dengan defek fungsi ego, seperti menyimpan kalender untuk pasien dengan masalahorientasi, membuat jadwal untuk membantu menata struktur aktivitasnya, serta membuat catatanuntuk masalah-masalah daya ingat.2Intervensi psikodinamik dengan melibatkan keluarga pasien dapat sangat membantu. Haltersebut membantu pasien untuk melawan perasaan bersalah, kesedihan, kemarahan, dankeputusasaan karena ia merasa perlahan-lahan dijauhi oleh keluarganya.2FarmakoterapiDokter dapat meresepkan benzodiazepine untuk insomnia dan kecemasan, antidepresiuntuk depresi, dan obat-obat antipsikotik untuk waham dan halusinasi, akan tetapi dokter jugaharus mewaspadai efek idiosinkrasi obat yang mungkin terjadi pada pasien usia lanjut (misalnyakegembiraan paradoksikal, kebingungan, dan peningkatan efek sedasi). Secara umum, obatobatandengan aktivitas antikolinergik yang tinggi sebaiknya dihindarkan. 2Donezepil, rivastigmin, galantamin, dan takrin adalah penghambat kolinesterase yangdigunakan untuk mengobati gangguan kognitif ringan hingga sedang pada penyakit Alzheimer.Obat-obat tersebut menurunkan inaktivasi dari neurotransmitter asetilkolin sehinggameningkatkan potensi neurotransmitter kolinergik yang pada gilirannya menimbulkan perbaikanmemori. Obat-obatan tersebut sangat bermanfaat untuk seseorang dengan kehilangan memoriringan hingga sedang yang memiliki neuron kolinergik basal yang masih baik melalui penguatanneurotransmisi kolinergik. 2Donezepil ditoleransi dengan baik dan digunakan secara luas. Takrin jarang digunakankarena potensial menimbulkan hepatotoksisitas. Sedikit data klinis yang tersedia mengenairivastigmin dan galantamin, yang sepertinya menimbulkan efek gastrointestinal (GI) dan efeksamping neuropsikiatrik yang lebih tinggi daripada donezepil. Tidak satupun dari obat-obatantersebut dapat mencegah degenerasi neuron progresif. 2Menurut Witjaksana Roan terapi farmakologi pada pasien demensia berupa1:Antipsikotika tipik: Haloperidol 0,25 - 0,5 atau 1 - 2 mgAntipsikotika atipik:o Clozaril 1 x 12.5 - 25 mgo Risperidone 0,25 - 0,5 mg atau 0,75 - 1,7530o Olanzapine 2,5 - 5,0 mg atau 5 - 10 mgo Quetiapine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mgo Abilify 1 x 10 - 15 mgAnxiolitikao Clobazam 1 x 10 mgo Lorazepam 0,5 - 1.0 mg atau 1,5 - 2 mgo Bromazepam 1,5 mg - 6 mgo Buspirone HCI 10 - 30 mgo Trazodone 25 - 10 mg atau 50 - 100 mgo Rivotril 2 mg (1 x 0,5mg - 2mg)Antidepresivao Amitriptyline 25 - 50 mgo Tofranil 25 - 30 mgo Asendin 1 x 25 - 3 x 100 mg (hati2, cukup keras)o SSRI spt Zoloft 1x 50 mg, Seroxat 1x20 mg, Luvox 1 x 50 -100 mg, Citalopram 1x 10 - 20 mg, Cipralex, Efexor-XR 1 x 75 mg, Cymbalta 1 x 60 mg.o Mirtazapine (Remeron) 7,5 mg - 30 mg (hati2)Mood stabilizerso Carbamazepine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mgo Divalproex 125 - 250 mg atau 500 - 750 mgo Topamate 1 x 50 mgo Tnileptal 1 x 300 mg - 3 x mgo Neurontin 1 x 100 - 3 x 300 mg bisa naik hingga 1800 mgo Lamictal 1 x 50 mg 2 x 50 mgo Priadel 2 - 3 x 400 mgObat anti-demensia pada kasus demensia stadium lanjut sebenarnya sudah tak berguna lagi,namun bila diberikan dapat mengefektifkan obat terhadap BPSD (Behavioural and PsychologicalSymptoms of Dementia):Nootropika:o Pyritinol (Encephabol) 1 x100 - 3 x 200 mgo Piracetam(Nootropil) 1 x 400 - 3 x 1200 mgo Sabeluzole (Reminyl)Ca-antagonist:o Nimodipine (Nimotop 1 - 3 x 30 mg)31o Citicholine (Nicholin) 1 - 2 x 100 - 300 mg i.v / i.m.o Cinnarizine(Stugeron) 1 - 3 x 25 mgo Pentoxifylline (Trental) 2 - 3 x 400 mg (oral), 200 - 300 mg infuseo Pantoyl-GABAAcetylcholinesterase inhibitorso Tacrine 10 mg dinaikkan lambat laun hingga 80 mg. Hepatotoxiko Donepezil (Aricept) centrally active reversible cholinesterase inhibitor, 5 mg 1x/hario Galantamine (Riminil) 1 - 3 x 5 mgo Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4, 5, 6 mgo Memantine 2 x 5 - 10 mgTerapi dengan Menggunakan Pendekatan LainObat-obatan lain telah diuji untuk meningkatkan aktivitas kognitif termasuk penguatmetabolisme serebral umum, penghambat kanal kalsium, dan agen serotonergik. Beberapapenelitian menunjukkan bahwa slegilin (suatu penghambat monoamine oksidase tipe B), dapatmemperlambat perkembangan penyakit ini. 2,5Terapi pengganti Estrogen dapat menginduksi risiko penurunan fungsi kognitif padawanita pasca menopause, walau demikian masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai haltersebut. Terapi komplemen dan alternatif menggunakan ginkgo biloba dan fitoterapi lainnyabertujuan untuk melihat efek positif terhadap fungsi kognisi. Laporan mengenai penggunaan obatantiinflamasi nonsteroid (OAINS) memiliki efek lebih rendah terhadap perkembangan penyakitAlzheimer. Vitamin E tidak menunjukkan manfaat dalam pencegahan penyakit. 2,5Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD)Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD) penting untukdiperhatikan karena merupakan satu akibat yang merepotkan bagi pengasuh dan membuat payahbagi sang pasien karena ulahnya yang amat mengganggu1:BehaviouralGangguan perilakuAgitasiHiperaktifKeluyurano Perilaku yang tak adekuat32o Abulia kognitifo AgresiVerbal, teriakFisikGangguan nafsu makano Gangguan ritme diurnalTidur/banguno Perilaku tak sopan (sosial)Perilaku seksual tak sopanDeviasi seksualPiromaniaPsychologicalGangguan afektifo Anxietaso lritabilitaso Gejala depresif.o Depresi beratLabilitas emosionalo Apatio Sindrom waham & salah-identifikasiOrang menyembunyikan dan mencuri barangnyaparanoid, curigao Rumah lama dianggap bukan rumahnyao Pasangan / pengasuhPalsuTak setiaMenelantarkan pasienCemburu patologikKeluarga/kenalan yang mati masih hidupo HalusinasiVisualAuditorikOlfaktoriikRaba (haptik)