inovasi beton organik.docx

37
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan gedung dan perumahan menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan meningkat. Hal ini karena dalam pembangunan tersebut membutuhkan bahan bangunan. Adapun salah satu permasalahan utama dalam menyediakan pembangunan di Indonesia adalah tingginya biaya konstruksi bangunan dan lahan. Selama ini berbagai penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik konstruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis. Hal tersebut dapat memberikan suatu alternatif untuk memanfaatkan limbah-limbah industri yang dibiarkan begitu saja. Kondisi dunia saat ini menuntut perkembangan bahan bangunan yang berkelanjutan. Pemanfaatan jerami, bulu ayam dan serbuk kayu sebagai bahan bangunan dapat menjawab tantangan permasalahan lingkungan seperti pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah secara sembarangan. Salah satu alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi masalah diatas adalah pembuatan batako dengan bahan tambah jerami padi (batang padi setelah pasca panen), bulu ayam dan serbuk kayu. Optimalisasi 1

Upload: ra-gita

Post on 20-Oct-2015

310 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

file ini merupakan hasil inovasi beton dari bahan organik yang dirancang oleh Ayu Fatimah Zahra, Ahmad Munggaran dan Era Agita Kabdiyono

TRANSCRIPT

Page 1: inovasi beton organik.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan gedung dan perumahan menyebabkan kebutuhan akan

bahan bangunan meningkat. Hal ini karena dalam pembangunan tersebut

membutuhkan bahan bangunan. Adapun salah satu permasalahan utama dalam

menyediakan pembangunan di Indonesia adalah tingginya biaya konstruksi

bangunan dan lahan. Selama ini berbagai penelitian sudah dilakukan tetapi masih

belum ditemukan alternatif teknik konstruksi yang efisien serta penyediaan bahan

bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis. Hal tersebut dapat memberikan

suatu alternatif untuk memanfaatkan limbah-limbah industri yang dibiarkan begitu

saja.

Kondisi dunia saat ini menuntut perkembangan bahan bangunan yang

berkelanjutan. Pemanfaatan jerami, bulu ayam dan serbuk kayu sebagai bahan

bangunan dapat menjawab tantangan permasalahan lingkungan seperti

pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah secara sembarangan. Salah

satu alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi masalah diatas adalah

pembuatan batako dengan bahan tambah jerami padi (batang padi setelah pasca

panen), bulu ayam dan serbuk kayu. Optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian

yang berupa jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu ini diharapkan akan

mengurangi limbah yang mencemari lingkungan dan dapat mengurangi kerusakan

lahan pertanian maupun lingkungan. Kerusakan lahan pertanian yang disebabkan

oleh pembuatan batu bata dan kebutuhan yang semakin meningkat menjadikan

permintaan akan bahan bangunan juga semakin meningkat. Batako sebagai

alternatif pengganti bata merah untuk bangunan dinding diharapkan mampu

mengatasi permasalahan tersebut.

Pada zaman modern seperti sekarang ini, teknologi banyak dipakai dan

dibutuhkan oleh masyarakat. Kita tahu, banyak sekali industri dan pembangunan

di negara kita sehingga polusi ditemukan dimana-mana. Untuk mengurangi polusi

1

Page 2: inovasi beton organik.docx

pada di era sekarang ini yang kita perlukan adalah memanfaatkan limbah menjadi

sesuatu yang bermanfaat dan ramah lingkungan.

Saat ini, batako banyak diperlukan untuk dinding bangunan. Batako

merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata

yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland dan air. Banyak orang

mencari batako murah dengan berat yang ringan tetapi dengan kekuatan yang

tinggi. Karena permintaan tersebut, banyak peneliti yang menambahkan material

tambahan untuk meringankan berat batako tersebut. Maka dari itu, kita

mengambil penelitian tentang batako dengan material tambahan berupa jerami,

bulu ayam dan serbuk kayu.

Jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu merupakan limbah yang sering

diolah menjadi abu gosok sebagai bahan baku kebutuhan rumah tangga. Kita tahu

dari sumber penelitian sebelumnya bahwa jerami mempunyai kemampuan untuk

menurunkan berat batako hingga 48% dari berat asli. Selain berfungsi untuk

meringankan berat batako, jerami yang telah tidak terpakai biasanya langsung

dibakar, sehingga fungsi jerami tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Kita juga sering melihat banyaknya serbuk kayu di toko bangunan. Yang

menimbulkan masalah adalah limbah penggergajian yang kenyataan di lapangan

masih ada yang di tumpuk, sebagian dibuang ke aliran sungai yang akan

menimbulkan pencemaran air, atau dibakar secara langsung yang akan ikut

menambah emisi karbon di atmosfir. Produksi total kayu gergajian Indonesia

mencapai 2.6 juta m3 per tahun (Forestry Statistics of Indonesia 1997/1998).

Berdasarkan sumber data Direktorat Jendral Peternakan Republik

Indonesia, produksi ayam pedaging di Indonesia pada tahun 2005 sebanyak

779.100 ton. Jumlah tersebut meningkat menjadi sebesar 861.000 ton pada tahun

2006 dan terus meningkat menjadi 942.000 ton pada tahun 2007. Pada tahun

2008 produksi ayam pedaging mencapai 1.018.700 ton. Besarnya jumlah produksi

daging ayam tersebut menghasilkan limbah bulu ayam dalam jumlah yang cukup

besar pula.

Adanya limbah dimaksud menimbulkan masalah penanganannya yang

selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya

2

Page 3: inovasi beton organik.docx

berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu

dipikirkan. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya

menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi terapan dan kerakyatan

sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat.

Dengan pemanfaatan ketiga material tambahan tersebut diharapkan bisa

mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat menghasilkan batako yang ramah

lingkunagn, ekonomis, dan dengan berat yang ringan. Untuk itu, kita mencoba

membuat batako dengan material tambahan jerami, bulu ayam dan serbuk kayu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja potensi dari limbah jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu pada

bahan pembuatan batako?

2. Apa manfaat jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu sebagai bahan

alternatif pembuatan batako?

3. Bagaimana kekuatan batako dengan bahan campuran jerami padi, bulu

ayam dan serbuk kayu dibandingkan dengan batako aslinya?

4. Bagaimana perbandingan berat batako setelah ditambahkan dengan jerami

padi, bulu ayam dan serbuk kayu dibandingkan berat batako aslinya?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Mengetahui potensi limbah jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu pada

bahan pembuatan batako.

2. Memanfaatkan jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu sebagai bahan

alternatif dalam pembuatan batako.

3. Mengetahui kekuatan batako dengan bahan campuran jerami padi, bulu

ayam dan serbuk kayu dibandingkan dengan batako aslinya

4. Menghasilkan berat batako yang lebih ringan dari berat batako aslinya

3

Page 4: inovasi beton organik.docx

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang akan ditemukan dalam pengolahan batako dengan

jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu antara lain:

1. Menghasilkan bahan bangunan yang sederhana namun mudah untuk

dibuat dan diolah oleh sebagian besar masyarakat.

2. Agar tercipta inovasi campuran dalam pembuatan batako yang ramah

lingkungan dengan memanfaatkan hasil limbah padi, bulu ayam dan

serbuk kayu.

3. Agar masyarakat dapat mengetahui pemanfaatan jerami padi, bulu ayam

dan serbuk kayu pada bangunan.

4. Turut menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah yang ada pada

lingkungan sehari-hari.

4

Page 5: inovasi beton organik.docx

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Batako

Batako merupakan beton tanpa agregat kasar yang disusun oleh semen dan

agregat halus saja. Batako adalah batu-batuan atau batu cetak yang tidak dibakar

dari tras dan kapur, kadang-kadang juga dengan sedikit semen portland, sudah

banyak dipakai oleh masyarakat untuk pembuatan rumah dan gedung. Batako

mempunyai sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton

padat. Semakin banyak produksi batako semakin ramah lingkungan dari pada

produksi bata tanah liat karena tidak harus dibakar.

Pemakaiannya bila dibandingkan dengan batu merah, terlihat penghematan

dalam beberapa segi, misalnya : per m2 luas tembok lebih sedikit jumlah batu

yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan. Terdapat pula

penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75%. Beratnya tembok diperingan

sampai 50%, dengan demikian juga fondasinya bisa berkurang. Bentuk batu

batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi yang cukup, dan

jikalau kualitas batu batako mengizinkan, tembok ini tidak usah diplester dan

sudah cukup menarik.

2.1.2 Pasir

Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen untuk

membuat adukan. Selain itu juga pasir berpengaruh terhadap sifat tahan susut,

keretakan dan kekerasan pada batako atau produk bahan bangunan campuran

semen lainnya.

Pasir yang digunakan untuk pembuatan batako harus bermutu baik yaitu

pasir yang bebas dari lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam

sulfat. Selain itu juga pasir harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan

butir (gradasi) yang baik. Menurut Persyaratan Bangunan Indonesia (1982: 23)

5

Page 6: inovasi beton organik.docx

agregat halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang harus

memenuhi syarat–syarat sebagai berikut:

a. Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras.

b. Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama

c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, apabila

lebih dari 5 % maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan.

Adapun yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan

0,063 mm.

d. Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.

e. Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.

f. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton.

Selain itu untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang baik perlu

diadakan pengujian di laboratorium. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang

beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang telah

ditentukan dalam PBI 1971, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2 % dari berat total.

b. Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % dari berat total.

c. Sisa diatas ayakan 0,22 mm, harus bekisar antara 80 % - 90 % dari berat

total.

2.1.3 Semen

Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif dan kohesif digunakan

sebagai bahan pengikat (Bonding material) yang dipakai bersama batu kerikil,

pasir, dan air. Semen Portland akan mengikat butir-butir agregat (halus dan kasar)

setelah diberi air dan selanjutnya akan mengeras menjadi suatu massa yang padat.

Portland Cement merupakan bahan utama atau komponen beton terpenting yang

berfungsi sebagai bahan pengikat an-organik dengan bantuan air dan mengeras

secara hidrolik. Portland Cement harus memenuhi persyaratan yang diperlukan

dalam PBI (1971). Portland Cement inilah yang dapat menyatukan antara agregat

halus dan agregat kasar sehingga mengeras menjadi beton. Adapun komponen–

komponen bahan baku Portland cement yang baik yaitu (Tjokrodimuljo, 1996):

6

Page 7: inovasi beton organik.docx

Oksida % rata-rata

Batu kapur (CaO) 60 – 67%

 Pasir Silika (SiO2) 17 – 25%

Alumina (Al2O3 0,3 – 0,8%

Tanah Liat (Al2O3)  0,3 – 0,8%

Magnesia (MgO) 0,3 – 0,8%

Sulfur (SO3) 0,3 – 0,8%

Kardiyono (1996: 6) menyebutkan bahwa pada dasarnya dapat disebutkan 4 unsur

yang paling penting dari Portland Cement adalah:

1) Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2

2) Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2

3) Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3

4) Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.FeO3

Menurut Sagel et al (1994:1) “Semen Portland adalah semen hidrolis yang

terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis bersama bahan-

bahan tambahan yang biasa digunakan yaitu gypsum”. Selanjutnya Nawy (1990:

9) memberikan pengertian semen portland (PC) adalah : Semen portland dibuat

dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium atau

batu kapur (CaO), Alumunia (Al2O3), Pasir silikat (SiO2) dan bahan biji besi

(FeO2) dan senyawa-senyawa MgO dan SO3, penambahan air pada mineral ini

akan menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan

seperti batu.

Apabila butiran-butiran Portland Cement berhubungan dengan air, maka

butiran-butiran tersebut akan pecah-pecah dengan sempurna sehingga menjadi

hidrasi dan membentuk adukan semen. Jika adukan tersebut ditambah dengan

pasir dan kerikil yang diaduk bersama akan menghasilkan adukan beton. Ismoyo

(1996: 156) mengatakan, “Semen portland adalah sebagai bahan pengikat yang

melihat dengan adanya air dan mengeras secara hidrolik”. Selanjutnya Murdock

dan Brook (1991: 66) mengatakan : Semen adalah suatu jenis bahan yang

memiliki sifat (adhesif) dan kohesif (cohesive) yang memungkinkan melekatnya

7

Page 8: inovasi beton organik.docx

fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Meskipun definisi ini

dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan, semen yang dimaksudkan untuk

konstruksi beton bertulang adalah bahan jadi dan mengeras dengan adanya air

yang dinamakan semen hidrolis (hidrolic cements).

Dari beberapa pendapat tentang sifat semen dapat diambil pengertian

bahwa semen portland adalah suatu bahan pengikat yang mempunyai sifat adhesif

dan kohesif yang memungkinkan fragmen-fragmen mineral saling melekat satu

sama lain apabila dicampur dengan air dan selanjutnya mengeras membentuk

massa yang padat. Semen hidrolis meliputi semen portland, semen putih dan

semen alumunia. Untuk pembuatan beton digunakan semen portland dan semen

portland pozzoland. Semen portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan

dari bahan kapur dan bahan lempung yang dibakar sampai meleleh, setelah

terbentuk klinker yang kemudian dihancurkan, digerus dan ditambah dengan gips

dalam jumlah yang sesuai. Sedangkan semen portland pozzoland adalah semen

yang dibuat dengan menggilang bersama-sama klinker semen portland dan bahan

yang mempunyai sifat pozzoland (Kardiyono, 1996: 11).

Semen portland yang digunakan sebagai bahan struktur harus mempunyai

kualitas yang sesuai dengan ketepatan agar berfungsi secara efektif. Pemeriksaaan

dilakukan terhadap yang masih berupa bentuk kering, pasta semen yang telah

keras, dan beton yang dibuat darinya. Sifat kimia yang perlu mendapat perhatian

adalah kesegaran semen itu sendiri. Semakin sedikit kehilangan berat berarti

semakin baik kesegaran semen. Dalam keadaan normal kehilangan berat sekitar

2% dan maksimum kehilangan yang diijinkan 3%. Kehilangan berat terjadi karena

adanya kelembaban dan karbondioksida dalam bentuk kapur bebas atau

magnesium yang menguap. (Sumber : konstruksi-wisnuwijanarko.blogspot.com

/2008/07/landasan-teori-beton-ringan-dengan.html).

Pengerasan batako berdasarkan reaksi antara semen dan air, maka sangat

diperlukan agar memeriksa apakah air yang akan digunakan memenuhi syarat-

syarat tertentu. Air tawar yang dapat diminum, tanpa diragukan boleh dipakai. Air

minum tidak selalu ada dan bila tidak ada disarankan untuk menganti apakah air

tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang merusak beton.

8

Page 9: inovasi beton organik.docx

Pertama-tama harus diperatikan kejernihan air tawar. Apabila ada

beberapa kotoran yang mengapung, maka air tidak boleh dipakai. Disamping

pemerikasaan visual, harus juga diamati apakah air tersebut tidak mengandung

bahan-bahan perusak. Contohnya fosfat, minyak, asam, alkali, bahan-bahan

organis atau garam. Penelitian semacam ini harus dilakukan di laboratorium.

Selain air dipakai sebagai reaksi pengikat, dipakai pula sebagai perawatan sesudah

beton dituang. Suatu metode perawatan selanjutnya yaitu secara membasahi terus-

menerus atau beton yang baru dituangi direndam air. Air ini pun harus memenuhi

syarat-syarat yang lebih tinggi daripada air untuk pembuatan batako. Misalkan air

untuk perawatan selanjutnya keasaman tidak boleh pHnya > 6, juga tidak

diperbolehkan terlalu sedikit mengandung kapur.

Menurut PBI 1971 persyaratan dari air yang digunakan sebagai campuran

bahan bangunan adalah sebagai berikut:

a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung

minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain

yang dapat merusak daripada beton.

b. Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium

Penyelidikan Bahan untuk mendapatkan pengujian sebagaimana yang

dipersyaratkan.

c. Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran

berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.

d. Air yang digunakan untuk proses pembuatan beton yang paling baik

adalah air bersih yang memenuhi syarat air minum. Jika dipergunakan air

yang tidak baik maka kekuatan beton akan berkurang.

Air yang digunakan dalam proses pembuatan batako jika terlalu sedikit

maka akan menyebabkan batako akan sulit untuk dikerjakan, tetapi jika air yang

digunakan terlalu banyak maka kekuatan batako akan berkurang dan terjadi

penyusutan setelah batako mengeras.

9

Page 10: inovasi beton organik.docx

2.1.4 Jerami Padi

Jerami juga merupakan salah satu tanaman yang mengandung serat dan

telah digunakan produksi pulp dan kertas. Begitu juga pemanfaatan jerami sebagai

bahan bangunan digunakan sebagai bahan penutup atap pada tempat peristirahatan

atau cottage. Pemanfaatan jerami sebagai bahan bangunan dapat mengurangi dua

pertiga jumlah batu bata yang dipakai dalam membangun dinding eksterior.

Alasan lain penggunaan bahan jerami untuk bahan campuran beton ringan adalah

menciptakan bangunan yang ramah lingkungan (Eco-Architecture) dengan

sentuhan teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan

penambahan jerami padi ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan,

sehingga dapat digunakan pada daerah rawan gempa. Perlu diingat fakta

menunjukkan bahwa bangunan adalah pengguna energi terbesar mulai dari

konstruksi, bahan bangunan, saat bangunan beroperasi, perawatan hingga

bangunan dihancurkan. Sehingga dengan meyakini Eco-Architecture ini akan

menghemat biaya dalam jangka panjang (Wisnuwijanarko, 2008).

Jerami padi yang digunakan sebagai bahan tambah pembuatan batako ini

ditinjau dari jumlah penggunaan jerami padi pada pembuatan batako, yaitu dengan

variasi jumlah jerami padi yang berbeda-beda. Pendapat Kardiyono (1996), “

Bahan tambah ialah bahan selain usur pokok beton (air, semen, dan agregat) yang

ditambah pada adukan beton, sebelum, segera atau selama pengadukan, untuk

mengubah atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau

setelah mengeras”.

Menurut Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (2002: 21) “Jerami segar

mengandung 41,68% Karbon; 0,49% Nitrogen; 1,40% Phospor; dan 1,70%

Kalium, sedangkan jerami lapuk mengandung 19,89% Karbon; 0,51% Nitrogen;

1,24% Phospor; dan 1,42% Kalium”. Sehingga untuk menghilangkan kadar

organik yang terkandung pada jerami harus dilakukan pengeringan dengan cara

dioven sampai kering tungku atau dapat diletakkan dibawah terik matahari sampai

benar-benar kering. Dengan begitu jerami tersebut tidak lagi sebagai bahan

organik atau bahan yang mengandung kadar organik.

10

Page 11: inovasi beton organik.docx

Jerami padi yang digunakan sebagai bahan tambah pembuatan batako ini

di tinjau dari jumlah penggunaan jerami padi pada pembuatan batako, yaitu

dengan variasi jumlah jerami padi yang berbeda-beda. Pendapat Kardiyono

(1996), “ Bahan tambah ialah bahan selain usur pokok beton (air, semen, dan

agregat) yang ditambah pada adukan beton, sebelum, segera atau selama

pengadukan, untuk mengubah atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam

keadaan segar atau setelah mengeras”.

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud jerami

sebagai bahan pengisi batako tidak berlubang adalah batang dari padi setelah

pasca panen yang penggunaannya sebagai bahan pengisi batako tidak berlubang

harus dikeringkan dengan cara dioven sampai kering tungku atau dapat diletakkan

dibawah terik matahari sampai benar-benar kering.

Limbah jerami sangat mudah didapat disekitar area pertanian. Meskipun

banyak sebagian limbah yang dijadikan sebagai abu gosok untuk kebutuhan

rumah tangga, sebagain dari abu yang tidak terpakai akan menjadi limbah yang

terbuang sia-sia. Hal ini akan berdampak pada perusakan lahan pertanian.(Sumber

:saipulahmad01.blogspot.com/2011/09/landasan-teori-beton-ringan-dengan.html).

2.1.5 Bulu Ayam

Bulu ayam merupakan hasil pemotongan ayam yang ketersediaannya

cukup berlimpah mengingat setiap tahunnya jumlah ayam yang dipotong

meningkat. Menurut data statistik Dinas Peternakan Sumatera Barat (2002) bahwa

jumlah pemotongan ayam broiler 10.555.263 ekor/tahun. Tingginya jumlah ayam

yang dipotong secara langsung mengakibatkan limbah pemotongan terutama bulu

ayam semakin meningkat kerana jumlah bulu sekitar 7 % dari berat badan (Scott

et al, 1982). Ditinjau dari kandungan nutrisi, dari bulu ayam dan kulit adalah

sebagai berikut Protein Kasar 48,38 %, Lemak Kasar 15,15 %, Serat Kasar 6,78%,

BETN 26,08 %, Abu 5,63 %, Cqa 1,12 %, P 0,26 % (Mirnawati 2002). 

Serat bulu ayam memiliki diameter 6 – 8 mm dan panjang 3-13 mm,

sehingga nilai perbandingan antara panjang dengan diameter serat (L/D) 400-2000

(Dweib, dkk, 2004). Bulu ayam mengandung serat yang memiliki sifat fisik dan

11

Page 12: inovasi beton organik.docx

mekanik cukup baik. Berat jenis komposit bulu ayam adalah 0,8 gr/cm3 (Hong

dan Wool, 2005). Pada pembuatan batako, serat Bulu ayam digunakan sebagai

bahan perekat pada pasta semen.

Penanganan limbah bulu ayam di peternakan ayam di Indonesia sebagian

besar masih dengan cara dibakar, baru sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai

campuran pakan ternak. Sebenarnya bulu ayam memiliki potensi yang cukup

besar untuk dimanfaatkan untuk keperluan rekayasa, karena bulu ayam

mengandung serat yang memiliki sifat fisik dan sifat mekanik cukup baik.

(Sumber: Muhammad Ridlwan, Ade Irawan, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia).

2.1.6 Serbuk Kayu

Serbuk gergajian kayu adalah salah satu jenis bahan limbah yang bersifat

organik yang merupakan limbah yang terdapat pada lingkungan industri

penggergajian kayu atau pengrajin furniture yang saat ini belum optimal

pemanfaatannya. Serbuk gergaji (saw dust) merupakan limbah penggergajian

yang besar mencapai 10 % dari log yang masuk dalam pabrik penggergajian.

Apabila tidak dimanfaatkan secara optimal limbah tersebut dapat menimbulkan

masalah dalam pembuangannya karena membutuhkan ruang dan masalah

lingkungan. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai bahan bangunan

dengan memanfaatkan serbuk kayu yang memberikan hasil semakin besarnya

penggunaan serbuk kayu pada campuran menjadikan bahan bangunan semakin

lebih ringan, akan tetapi kekuatannya semakin rendah. Penelitian ini melakukan

peningkatan kekuatan secara komposit dengan memberikan lapisan luar dari

campuran mortar semen. (Sumber : Poengki Hernawan, Iman Satyarno, Suprapto

Siswosukarto)

12

Page 13: inovasi beton organik.docx

2.2 Jenis dan Ukuran Batako

Ukuran dan jenis batako/bata cetak bermacam-macam sesuai dengan

kebutuhan. Ukuran batako yang standar adalah sebagai berikut Supribadi (1986:

58):

1) Type A

Ukuran 20 x 20 x 40 cm3 berlobang untuk tembok/ dinding pemikul beban

dengan tebal 20 cm.

2) Type B

Ukuran 20 x 20 x 40 cm3 berlobang untuk tembok/ dinding tebal 20 cm

sebgai penutup atap pada sudut-sudut dan pertemuan-pertemuan.

3) Type C

Ukuran 10 x 20 x 40 cm3 berlobang, digunakan sebagai dinding pengisi

dengan tebal 20 cm.

4) Type D

Ukuran 10 x 20 x 40 cm3 berlobang, digunakan sebagai dinding

pengisi/pemisah dengan tebal 20 cm.

5) Type E

Ukuran 10 x 20 x 40 cm3 tidak berlobang untuk tembok-tembok setebal

10 cm, juga dipergunakan sebagai dinding pengisi atau pemikul sebagai

hubungan sudut-sudut dan pertemuan.

6) Type F

Ukuran 8 x 20 x 40 cm3 tidak berlobang, digunakan sebagai dinding

pengisi dengan tebal 20 cm.

Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan

saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi. Persyaratan batako

menurut PUBI-(1982) pasal 6 antara lain adalah “permukaan batako harus mulus,

berumur minimal satu bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering,

berukuran panjang ±400 mm, ±lebar 200 mm dan tebal 100-200 mm, kadar air 25-

35% dari berat, dengan kuat tekan antara 2-7 N/mm2”. (Sumber: konstruksi-

wisnuwijanarko .blogspot.com /2008/07/ landasan -teori-beton-ringan-

dengan.html).

13

Page 14: inovasi beton organik.docx

2.3 Proses Pembuatan Batako

Dalam pembuatan batako tidak berlubang perbandingan antara pasir dan

semen yaitu 7 : 1, kemudian diaduk hingga rata dalam keadaan kering. Kemudian

diaduk lagi ditambahkan air secukupnya. Untuk mengetahui kadar air dari suatu

adukan ialah dengan cara membuat bola-bola dari adukan tersebut dan

digenggam-genggam pada telapak tangan. Apabila bola adukan tersebut

dijatuhkan dan hanya sedikit berubah bentuknya, berarti kandungan air dalam

adukan terlalu banyak. Dan bila dilihat pada telapak tangan tidak berbekas air,

maka kandungan air pada adukan tersebut kurang. Proses pembuatan batako tidak

berlubang dapat dilakukan dengan bahan dan peralatan yang sederhana antara

lain: pasir, semen, air, pengadukan dan alat cetak.

Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

relatif kuat. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang dipress

dengan ukuran standar. Pembuatan batako yang selama ini dikerjakan secara

manual, kini telah ditinggalkan dan diganti dengan proses pembuatan secara

masinal. Batako yang diproduksi, bahan bakunya terdiri dari pasir, semen dan air

dengan perbandingan 75:20:5. Perbandingan komposisi bahan baku ini adalah

sesuai dengan Pedoman Teknis yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan

Umum tahun 1986.

Batako merupakan batu buatan yang pembuatannya tidak dibakar,

bahannya dari tras dan kapur, juga dengan sedikit semen portland. Pemakaiannya

lebih hemat dalam beberapa segi, misalnya: per m2 luas tembok lebih sedikit

jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan.

Terdapat pula penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75%. Beratnya

tembok diperingan dengan 50%, dengan demikian juga pondasinya bisa

berkurang.

Bentuk batu batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi

yang cukup, dan jika kualitas batu batako baik, dinding batako tidak perlu

diplester. Batu batako dapat dibuat dengan mudah dengan alat-alat atau mesin

yang sederhana dan tidak perlu dibakar. Namun bahan bangunan tersebut masih

14

Page 15: inovasi beton organik.docx

baru di Indonesia, cara-cara pembuatan, pemakaian pemasangan maupun adukan-

adukannya dapat dipelajari dengan seksama.

Batu-batu yang baru dicetak disimpan dalam los agar terhindar dari panas

matahari maupun air hujan, kemudian diletakkan berderet di rak dengan tidak

ditimbun. Masa perawatan 3 hari sampai 5 hari, guna memperoleh pengeringan

dan kemantapan bentuk. Biarkan masih dalam los dan biarkan selama 3 minggu

sampai 4 minggu untuk memperoleh proses pengerasan. Di samping itu

diusahakan agar di tempat sekitarnya udara tetap lembab.

(Sumber:saipulahmad01. blogspot.com /2011/09/landasan-teori-beton-ringan-

dengan.html)

2.4 Keuntungan Menggunakan Batako

Menurut Supribadi (1986: 59), ada beberapa keuntungan dan kerugian

apabila menggunakan batako sebagai pengganti batu bata. Diantara keuntungan

yang diperoleh adalah:

1. Tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika

dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif

terdapat suatu pengurangan.

2. Pembuatan mudah dan ukuran dapat dibuat sama.

3. Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos pemasangan juga lebih

hemat.

4. Khusus jenis yang berlubang, dapat berfungsi sebagai isolasi udara.

5. Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.

6. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan

potongan.

7. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.

Sedangkan menurut Frick Heinz dan Koesmartadi (1999: 97) batako

mempunyai beberapa keuntungan: Pemakaian bila dibandingkan dengan bata

merah, terlihat penghematan dalam beberapa segi, misalnya setiap m2 luas dinding

lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat

poenghematan. Terdapat pula penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75

15

Page 16: inovasi beton organik.docx

%. Berat tembok diperingan dengan 50 %, dengan demikian fondasinya bisa

berkurang. Bentuk batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi yang

cukup banyak, dan jika kualitas batako baik, maka tembok tidak perlu diplester

dan sudah cukup menarik.

Jadi, dapat disimpulkan secara umum keuntungan batako antara lain:

kedap air sehingga sangan kecil terjadinya rembesan air, pemasangan lebih cepat

sehingga menekan biaya tukang, penggunaan rangka beton pengaku lebih luas,

menampilkan tekstur dinding yang lebih rapi apabila bila tidak diberi plester atau

ekspos, dan hanya dibutuhkan 10 hingga 15 buah batako untuk menyusun dinding

seukuran satu meter persegi.

16

Page 17: inovasi beton organik.docx

BAB 3

METODE PENULISAN

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya

( Best,1982 : 119). Penelitian Deskriptif ini juga sering disebut noneksperimen,

karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi

variabel penelitian.

Penelitian metode deskriptif memungkinkan peneliti untuk melakukan

hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan

mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 1982). Di samping

itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian dimana pengumpulan data

untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan

keadaan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek

yang diteliti sesuai dengan apa adanya yaitu dengan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Mempelajari dan memahami material jerami padi, bulu ayam, dan serbuk

kayu itu sendiri melalui kajian pustaka.

b. Analisa teoritis dari kajian pustaka dengan identifikasi masalah sebagai

berikut:

- Pengumpulan masalah-masalah mengenai limbah

- Pengumpulan masalah-masalah mengenai papan insulasi.

c. Melakukan studi kasus melalui proyek yang sudah ada

d. Melakukan percobaan yang bertujuan melakukan pembuktian

e. Menarik kesimpulan sementara sebagai hasil analisis yang selanjutnya

diinterpretasikan menjadi kesimpulan kajian

Diagram alir penulisan dapat dilihat dari flowchart berikut:

17

Page 18: inovasi beton organik.docx

Menentukan Tujuan, Judul dan Lingkup Studi

Identifikasi Masalah (induksi) :Pengumpulan masalah-masalah mengenai jerami

padi, bulu ayam dan serbuk kayu.

Identifikasi Masalah (deduksi) : Pengumpulan data-data mengenai limbah melalui studi literatur dan internet. Identifikasi alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk limbah jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu

Mengambil Hipotesis Sementara

Kesimpulan dan saran

Studi Kepustakaan

Analisis Manfaat Penelitian

DIAGRAM FLOW CHART

Gambar 3.1 Diagram Alur Penulisan

18

Page 19: inovasi beton organik.docx

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Spesifikasi Bahan

4.1.1 Pasir

Pasir yang digunakan adalah pasir yang memiliki syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras.

b. Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama

c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, apabila

lebih dari 5 % maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan.

Adapun yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan

0,063 mm.

d. Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.

e. Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.

f. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton.

Selain itu untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang baik perlu

diadakan pengujian di laboratorium. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang

beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang telah

ditentukan dalam PBI 1971, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2 % dari berat total.

b. Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % dari berat total.

c. Sisa diatas ayakan 0,22 mm, harus bekisar antara 80 % - 90 % dari berat

total.

Pasir yang kita gunakan pada penelitian ini yaitu sebagai agregat halus

dalam campuran batako yang berfungsi untuk mencegah keretakan pada batako.

4.1.2 Semen

Jenis semen yang kita gunakan adalah semen Portland. Semen portland

merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dari bahan kapur dan bahan lempung

19

Page 20: inovasi beton organik.docx

yang dibakar sampai meleleh, setelah terbentuk klinker yang kemudian

dihancurkan, digerus dan ditambah dengan gips dalam jumlah yang sesuai. Semen

yang kita pakai untuk penelitian ini bertujuan untuk merekatkan batako.

4.1.3 Air

Air yang digunakan untuk penelitian ini memiliki syarat, yaitu:

a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung

minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain

yang dapat merusak daripada beton.

b. Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium

Penyelidikan Bahan untuk mendapatkan pengujian sebagaimana yang

dipersyaratkan.

c. Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran

berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.

d. Air yang digunakan untuk proses pembuatan beton yang paling baik

adalah air bersih yang memenuhi syarat air minum. Jika dipergunakan air

yang tidak baik maka kekuatan beton akan berkurang.

Air yang digunakan pada penelitian ini berfungsi untuk mencampur

material-material agar homogen.

4.1.4 Jerami Padi

Jerami yang digunakan adalah jerami padi yang diambil setelah panen.

Jerami ini berfungsi sebagai bahan pengisi batako karena memiliki kandungan

serat yang dibutuhkan agar batako lebih padat.

4.1.5 Bulu Ayam

Serat bulu ayam yang digunakan adalah serat bulu ayam yang memiliki

diameter 6 – 8 mm dan panjang 3-13 mm. Bulu ayam yang kita gunakan pada

campuran batako ini bertujuan sebagai perekat campuran batako.

20

Page 21: inovasi beton organik.docx

4.1.6 Serbuk Kayu

Serbuk kayu yang digunakan untuk campuran batako ini yaitu serbuk kayu

yang halus yang bertujuan untuk mengisi volum batako agar lebih padat.

4.2 Cara Pembuatan

Jenis batako yang akan dibuat adalah type E dimana ukuran batakonya

sebesar 10 cm x 20 cm x 40 cm tidak berlubang untuk tembok-tembok setebal 10

cm, juga dipergunakan sebagai dinding pengisi atau pemikul sebagai hubungan

sudut-sudut dan pertemuan.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan pembuatan beton ini direncanakan

melakukan beberapa tahapan kerja yang diuraikan sebagai berikut:

4.2.1 Tahap I : Persiapan alat dan bahan:

Alat:

Semua alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini telah tersedia di

Laboratorium Beton, PTS/ Bangunan PTK Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Alat-alat yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu alat uji

bahan dan alat pembuatan batako tidak berlubang.

Bahan:

a. Pasir

b. Semen

c. Air

d. Jerami padi

e. Bulu ayam

f. Serbuk kayu

4.2.2 Tahap II : Pembuatan Bahan Baku

1) Jerami (batang padi pasca panen) diambil dari pangkal batang berjarak

2-3 cm dengan panjang 35 cm.

2) Jerami dikeringkan dengan cara dioven sampai kering tungku atau

dijemur di bawah terik matahari sampai benar-benar kering.

3) Jerami dicacah kecil – kecil dengan menggunakan mesin penggiling

atau secara manual.

21

Page 22: inovasi beton organik.docx

4) Bulu ayam diambil dari sisa pembuangan limbah pemotongan ayam

dengan ukuran sekitar 1- 2 cm.

5) Proses pembuatan komposit serat bulu ayam dengan cara dibersihkan

dengan air menggunakan air bersih lalu dikeringkan di bawah terik

matahari.

6) Serbuk kayu yang digunakan berasal dari sisa-sisa pembuangan

limbah kayu atau pabrik furniture yang sudah tidak terpakai lagi.

4.2.3 Tahap III : Prosedur Pembuatan Campuran Batako

1) Karena batako yang akan kita buat adalah batako yang tidak

berlubang, maka kita memakai perbandingan 3 pasir : 1,5 jerami padi :

1 bulu ayam : 1,5 serbuk kayu : 1 semen

2) Mencampurkan satu persatu bahan seperti pasir, semen, dan ketiga

bahan tersebut sesuai dengan takaran yang telah diatur sedemikian

rupa.

3) Campuran tersebut kemudian ditambah air dan diaduk hingga

homogen.

4) Adukan batako dituang kedalam cetakan dengan ketinggian sesuai

dengan variasi type E.

5) Batako tidak berlubang yang sudah jadi disimpan di tempat tertutup

agar terhindar dari sinar matahari langsung dan air hujan.

Guna memperoleh pengeringan dan keutuhan bentuk, batako tersebut

didiamkan antara 3-5 hari dalam suhu kamar, kemudian diperlukan waktu antara

3-4 minggu sebelum batako bisa digunakan, semakin lama semakin baik

kualitasnya. Selama pengerasan batako hendaknya dijaga agar tempat tersebut

tetap lembab dan dihindarkan dari panas matahari maupun hujan secara langsung,

sebaiknya batako disimpan ditempatkan di los tertutup.

22

Page 23: inovasi beton organik.docx

4.3 Hasil

Berdasarkan penelitiann sebelumnya, untuk batako non struktur dengan berat

jenis antara 240 kg/m3 800 kg/m3 yang umumnya digunakan untuk dinding

isolasi, memiliki kuat tekan antara 0,35 MPa – 7 MPa.(Sumber: http://Konstruksi

–wisnuwijanarko.blogspot.com/2008/07/landasan-teori-beton-ringan-

edengan.html) .

Pada penulisan ini, kami mengharapkan batako dengan campuran limbah

jerami, bulu ayam dan serbuk kayu akan menghasilkan kuat tekan yang sama atau

lebih besar dengan berat yang lebih ringan 48% dari berat aslinya.

23

Page 24: inovasi beton organik.docx

BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penulisan dan pembahasan mengenai penggunaan

jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu untuk tambahan campuran batako

diharapkan:

1. Pengolahan limbah jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu berpotensi

sebagai bahan bangunan tahan gempa karena berasal dari material yang

ringan.

2. Pemanfaatan limbah jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu jerami

terbukti hasilnya akan ramah lingkungan karena telah mengurangi jumlah

limbah yang terjadi di lahan pertanian, produksi kayu dan sekitarnya.

3. Batako berasal dari agregat limbah jerami, bulu ayam dan serbuk kayu

diharapkan menghasilkan kuat tekan yang lebih baik.

4. Batako yang berasal dari campuran jerami padi, bulu ayam dan sekam padi

menghasilkan berat yang lebih ringan dibandingkan dari berat batako

padaa umumnya.

5. Tercapai suatu inovasi baru dari mulai timbulnya permasalahan limbah

5.2 SARAN

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan limbah

jerami padi, bulu ayam dan sebuk kayu menjadi campuran batako, yaitu:

1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang pemanfaatan limbah jerami padi,

bulu ayam dan serbuk kayu untuk bidang konstruksi salah satunya dari sisi

keamanan dalam penggunaannya.

2. Sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai media mengenai

pentingnya daur ulang limbah jerami padi, bulu ayam dan serbuk kayu di

bidang konstruksi, karena akan menjadikan solusi masalah lingkungan

yang berhubungan dengan limbah tersebut.

24